IQBAL TAHERAS
11/311818/TK/37563
KESELAMATAN INDUSTRI-A
Ketika mendengar tentang api,bayangan ada dalam hati kita pastilah dampak nya
terhadap lingkungan. Apalagi jika api itu membesar membentuk suatu proses yang dinamakan
kebakaran. Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak
kitakehendaki, merugikan pada umumnya sukar dikendalikan
Teori Dasar Terjadinya Api
Api adalah suatu reaksi kimia yang diikuti oleh evolusi/pengeluaran cahaya dan panas.
Reaksi kimia mengandung pengertian adanya proses yang berlangsung secara kimia.
Terjadinya api/kebakaran disebabkan bergabungnya tiga unsur seperti bahan bakar, panas
dan oksigen. Bahan bakar adalah suatu bahan yang mudah terbakar, yang secara fisik terbagi
atas :
1. Bahan bakar gas : asetilen, metana, hidrokarbon, dll.
2. Bahan bakar cair : kerosin, minyak tanah, bensin, dll.
3. Bahan bakar padat : kayu, kertas, batu bara, logam, karet, dll
Panas yang dibutuhkan untuk pembakaran tersebut haruslah cukup mencapai temperatur
minimum dari bahan-bahan tersebut. Sumber-sumber panas dapat berasal dari : gesekan,
bunga api listrik, petir, sinar matahari, tekanan dan lain-lain. Oksigen adalah salah satu
unsur yang terdapat di udara atau dihasilkan melalui proses kimia yang memiliki
kandungan sebesar 21%. Untuk terjadinya api diperlukan kandungan oksigen antara 16%21%. Jika ketiga unsur tersebut di atas bergabung dengan kondisi dan komposisi yang tepat,
maka akan terjadi kebakaran/api. Proses inilah yang dikenal sebagai proses Segitiga Api
c. Disengaja
Yakni suatu kebakaran yang benar-benar sengaja dilakukan oleh seseorang dengan tujuan
untuk maksud-maksud tertentu, misalnya saja mencari keuntungan pribadi dan untuk balas
dendam.
2. Faktor teknis
a. Melalui proses mekanis, dimana 2 (dua) faktor penting yang menjadi peranan dalam proses
ini ialah timbulnya panas akibat kenaikan suhu atau timbulnya bunga api akibat dari
pengetesan benda-benda maupun adanya api terbuka.
b.
Melalui
proses
kimia,
yaitu
terjadi
sewaktu
pengangkutan
bahan-bahan
kimia
Metode Pemadaman
Prinsip pemadaman kebakaran pada dasarnya adalah merusak keseimbangan campuran
antara unsur/faktor penunjang terjadinya api (Sumanto Iman Khasani : 1991). Adapun
metode-metode yang dapat dilakukan dalam usaha pemadaman kebakaran adalah:
1. Smothering
Metode ini dikenal dengan sistem pemadaman isolasi/lokalisasi, yakni dengan melakukan
pemutusan terhadap udara luar dengan benda/bahan yang terbakar agar perbandingan udara
(oksigen) dengan benda yang terbakar berkurang.
2. Starvation
Metode ini dengan mengurangi/mengambil jumlah bahan-bahan yang mudah terbakar atau
menutup aliran bahan (cairan/gas) yang terbakar.
3. Cooling
Metode ini dilakukan dengan cara mengurangi/menurunkan panas hingga benda yang terbakar
mencapai suhu di bawah titik nyalanya.
4. Inhibition of the chemical chain reaction
Metode ini dilaksanakan dengan menggunakan alat pemadam api, dimana pada
saat
a. Mengadakan penyuluhan-penyuluhan
b. Pengawasan terhadap bahan-bahan bangunan
c. Pengawasan terhadap penyimpanan dan penggunaan barang-barang
d. Pengawasan terhadap peralatan yang dapat menimbulkan api
e. Pengadaan sarana pemadaman kebakaran dan sarana penyelamat jiwa
f. Pengadaan sarana pengindera kebakaran
g. Penegakan peraturan dan ketentuan
h. Mengadakan latihan secara berkala
2. Tindakan Represif
Usaha-usaha yang dilakukan pada saat terjadi kebakaran dengan maksud untuk memperkecil
kerugian yang timbul sebagai akibat kebakaran.
a. Usaha Pemadaman
1) Penggunaan peralatan pemadam kebakaran
2) Mencegah meluasnya kebakaran
3) Penggunaan alat-alat penunjang
b. Pertolongan atau penyelamatan jiwa manusia dan harta benda
1) Pengamanan daerah kebakaran dan bahaya kebakaran
2) Pelaksanaan evakuasi
3) Mempersiapkan tempat berkumpul dan daerah aman
c. Usaha-usaha pencarian
1) Mencari sumber api untuk dipadamkan
3. Tindakan Rehabilitatif
Upaya-upaya yang dilakukan setelah terjadi kebakaran dengan maksud evaluasi dan
menganalisa peristiwa kebakaran untuk mengambil langkah-langkah selanjutnya, antara lain :
a. Menganalisa tindakan-tindakan yang telah dilakukan
b. Membuat pendataan menyelidiki faktor-faktor penyebab kebakaran
yang
mudah
terbakar, pengintensifan,
pencegahan,
dan
penanggulangan
terhadap kebakaran harus ditingkatkan, agar kerugian dapat diperkecil dan agar korban
jiwa menjadi sedikit mungkin.
Organisasi Keselamatan
Organisasi keselamatan adalah organisasi intern yang bertujuan untuk mengamankan
penghuni pemakai gedung ataupun harta benda di dalam dan di lingkungan bangunan
terhadap
ancaman
bahaya
kebakaran
(Dinas
harus
pula
Indikator keberhasilan APAR dalam memadamkan api (ILO : 1989) sangat tergantung dari
4 faktor, yaitu:
a. Pemilihan jenis APAR yang tepat sesuai dengan klasifikasi kebakaran
b. Pengetahuan yang benar mengenai teknik penggunaan APAR
c. Kecukupan jumlah isi bahan pemadam yang ada dalam APAR
bila
digunakan saat kebakaran masih berada pada tahap awal. Oleh karena itu APAR harus
disediakan di semua tempat yang mudah dijangkau. Penggunaan APAR yang memenuhi syarat
Permennaker No. Per. 04/Men/1980, sebagai berikut :
3. Hidran
Hidran adalah rangkaian yang digunakan untuk pemadaman kebakaran dengan bahan utama
air. Ada hydrant yang dipasang di luar ataupun di dalam gedung. Hydrant biasanya dilengkapi
dengan selang (fire house) yang disambung dengan kepala selang (nozzle) yang tersimpan rapi
di dalam suatu kotak hidran baja dengan warna cat merah mencolok.
Pemasangan hidran
kebakaran dalam mengamankan bangunan gedung akan menjadi suatu keharusan. Pengujian
dan pengawasan instalasi hidran kebakaran untuk menjamin terpeliharanya instalasi tersebut
agar dapat tetap berfungsi dengan baik harus mendapat perhatian sebagaimana mestinya.
a. Klasifikasi hunian
1) Resiko ringan
2) Resiko sedang
3) Resiko berat
b. Lamanya waktu keluar
1) Resiko ringan : 3 menit
2) Resiko sedang : 2,5 menit
3) Resiko berat : 2 menit
c. Panjang jarak tempuh
1) Resiko ringan : 30 meter
2) Resiko sedang : 20 meter
3) Resiko berat : 15 meter
d. Pintu keluar (exits)
Dari hasil percobaan dalam keadaan normal jumlah rata-rata orang keluar dengan satu
baris
tunggal
tiap
menit
sebanyak
orang/menit. Lebar unit exit yang diperlukan untuk dapat dilalui tiap satu baris tunggal
ditetapkan minimal 21 inchi.
Jadi, dengan rumus sederhana :
Jumlah orang = Unit exit 40 x standar waktu
: 21
: 21 + 21
: 21 + 21 + 18
EMERGENCY EXIT
PINTU DARURAT
Warna tulisan hijau diatas dasar putih tembus cahaya dan dibagian belakang tanda tersebut
dipasang lampu pijar yang selalu menyala.
Perlengkapan penyelamatan
1. Kelengkapan penolong
a. Self contained breathing apparatus (SCBA)
b. Helmet
j. Safety belt
k. Parat masker
l. Peralatan P3K
c. Baju tahan panas dan baju tahan api
d. Sarung tangan
e. Fire safety shoes
f. Fire blanket
g. Carrabiner (cincin kait)
h. Tali/tambang
i. Peralatan komunikasi
m. Tanda- tanda
n. Alat-alat potong, pukul dan angkat
o. Alat pemadam Api Ringan (APAR)
3. Peralatan evakuasi
a. Tambang
Bagi
anggota
a. Gambaran umum suatu tempat kerja dan jalan-jalan keluar untuk penyelamatan
b. Tempat aman atau daerah aman
c. Seksi-seksi dan staf yang mempunyai tugas ganda keadaan darurat dalam suatu tempat
kerja, antara lain :
1) Memberi intruksi yang jelas kepada semua penghuni untuk memahami setiap kejadian
2) Menunjuk petugas untuk press relation
3) Cara penyelamatan
4) Menyelamatkan barang/dokumen penting
5) Menunjukkan arah keluar gedung dan tempat aman
6) Mengecek semua karyawan/penghuni/tenaga kerja
7) Semua staf harus segera melaporkan ke tempat yang telah ditentukan
8) Melokalisir dan mengamankan tempat aman pengungsi maupun untuk barang/dokumen
penting
manajemen
untuk
mengadakan
pengawasannya. Frekuensi latihan dan pendidikan evaluasi untuk setiap perusahaan akan
selalu tergantung kepada berat ringannya bahaya kebakaran dari masing-masing perusahaan.
Pada umumnya latihan dilakukan sebagai berikut :
Untuk melaksanakan latihan dengan baik dan efektif instruksi yang diberikan kepada para
peserta latihan harus memenuhi syarat :
a. Benar, jelas dan singkat
b. Bahasa sederhana dan dapat dilaksanakan
c. Tidak menimbulkan keraguan-raguan untuk bertindak