PENDAHULUAN
outcome pasien yang lebih baik. Kondisi tersebut dapat tercapai apabila ditunjang
oleh sumber daya manusia yang memadai secara kualitas maupun kuantitas. Hasil
survei di RSU Swadana Tarutung, terhadap 152 pasien rawat inap berkaitan
dengan kinerja perawat pelaksana menunjukkan bahwa sebanyak 65%
menyatakan perawat kurang perhatian, 53% mengatakan perawat sering tidak di
ruangan, 42% menyatakan perawat bekerja tidak disiplin (Siregar, 2008).
Kinerja tenaga perawat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya
adalah beban kerja. Beban kerja berkaitan erat dengan produktifitas tenaga
kesehatan, dimana 53,2% waktu yang benar-benar produktif yang digunakan
pelayanan kesehatan langsung dan sisanya 39,9% digunakan untuk kegiatan
penunjang (Ilyas, 2004). Penilaian beban kerja perawat dapat dilihat dari 3 aspek
yakni fisik, psikologis/mental dan penggunaan waktu. Aspek fisik berkaitan
dengan tugas pokok, tugas tambahan, serta jumlah pasien yang dirawat. Aspek
psikologis berkaitan dengan hubungan interpersonal anatara perawat dengan
perawat lainnya, kepala ruangan dan pasien. Aspek waktu kerja berkaitan dengan
alokasi waktu yang digunakan untuk melakukan tugasnya setiap hari
(Irwady, 2007).
Menurut hasil survey dari PPNI tahun 2006, sekitar 50,9% perawat yang
bekerja di empat propinsi di Indonesia mengalami stres kerja, sering pusing, lelah,
tidak bisa beristirahat karena beban kerja terlalu tinggi dan menyita waktu, gaji
rendah tanpa insentif memadai. Sementara hasil penelitian yang dilakukan
International Council of Nurses (ICN) menunjukkan, peningkatan beban kerja
perawat, telah mengakibatkan 14% peningkatkan kematian pasien yang dirawat
dalam 30 hari pertama sejak dirawat di rumah sakit. Ini menunjukkan adanya
hubungan antara jumlah kematian dengan jumlah perawat per pasien dalam sehari
(Rachmawati, 2007).
Penelitian oleh Minarsih (2011) tentang hubungan beban kerja perawat
dengan produktivitas kerja perawat di IRNA non bedah RSUP DR.M. Djamil
Padang. Hasil penelitian tersebut didapatkan sebanyak 62,7% perawat
menyatakan memiliki beban kerja tinggi, dan 37,3% menyatakan beban kerja
sedang. Serta disimpulkan bahwa ada hubungan antara beban kerja perawat
dengan produktivitas kerja perawat.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penelitian ini ditujukan untuk
mengetahui adakah hubungan beban kerja dari aspek fisik, psikologis dan waktu
kerja dengan kinerja perawat di Unit Rawat Inap Kronik Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Bali.
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan beban kerja dari
aspek fisik, psikologis dan waktu kerja dengan kinerja perawat di Unit Rawat Inap
Kronik Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.
1.3.2
Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui kinerja perawat di Unit Rawat Inap Kronik Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Bali.
2. Mengetahui beban kerja perawat di Unit Rawat Inap Kronik Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Bali
3. Menganalisis hubungan beban kerja dengan kinerja perawat di Unit Rawat
Inap Kronik Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.
4. Mengetahui beban kerja perawat ditinjau dari aspek fisik di Unit Rawat Inap
Kronik Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.
5. Mengetahui beban kerja perawat ditinjau dari aspek psikologis di Unit Rawat
Inap Kronik Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.
6. Mengetahui beban kerja perawat ditinjau dari aspek waktu kerja di Unit Rawat
Inap Kronik Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.
7. Menganalisis aspek beban kerja yang paling dominan mempengaruhi kinerja
perawat di Unit Rawat Inap Kronik Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.
Teoritis
Praktis
1. Hasil penelitian ini dapat digunakan bahan masukan dan informasi bagi
perawat mengenai gambaran hubungan beban kerja dengan kinerja perawat di
Unit Rawat Inap Kronik Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.
2. Penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pihak manajemen rumah sakit
untuk peningkatan kualitas pelayanan serta sebagai dasar untuk menyusun
kebijakan yang berkaitan meningkatkan kinerja tenaga perawat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
bidang tugas dan fungsinya. Kinerja adalah pekerjaan yang merupakan gabungan
dari karakteristik pribadi dan pengorganisasian seseorang (Asad, 2003). Kinerja
adalah penampilan hasil kerja pegawai baik secara kuantitas maupun kualitas.
Kinerja mengandung dua komponen penting yaitu: kompetensi berarti individu
atau organisasi memiliki kemampuan untuk mengidentifikasikan tingkat
kinerjanya
dan
produktifitas
adalah
kompetensi
tersebut
diatas
dapat
1. Pengkajian Keperawatan.
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas: pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan atau masalah pasien. Data yang dikumpulkan meliputi data
biologis, psikologis, sosial dan spritual.
2. Merumuskan Diagnosis Keperawatan.
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan masalah keperawatan
pasien yang mencakup baik respon sehat adaptif atau maladaptif serta stressor
yang menunjang. Dalam hal perumusan diagnosa akan berhubungan dengan
permasalahan (P) dan etiologi ( E ) dan keduanya ada hubungan sebab akibat
secara ilmiah san juga ditambah dengan simptom (S) sehingga dapat
dirumuskan apa sebenarnya diagnosis keperawatan jiwanya.
3. Rencana Tindakan Keperawatan.
Rencana tindakan keperawatan terdiri dari tiga aspek yaiyu tujuan umum,
tujuan khusus dan rencana tindakan keperawatan. Rencana tindakan
keperawatan disusun berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan Jiwa
Indonesia.
Rencana
tindakan
keperawatan
berupa
tindakan
10
perawat
perlu
memvalidasi
apakah
rencana
tindakan
keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi pasien saat ini.
Selain itu perawat juga harus menilai kondisi dirinya, apakah sudah
mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, teknikal sesuai dengan
tindakan yang akan dilaksanakan. Hubungan saling percaya antara perawat
dan pasien merupakan dasar utama dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
5. Evaluasi Tindakan Keperawatan.
Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan dan dilakukan terus menerus
untuk menilai efek dan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Beberapa kondisi dan perilaku perawat yang diperlukan pada saat melakukan
evaluasi dalam proses keperawatan, yaitu: kondisi perawat (supervisi, analisis
diri, peer review, partisipasi pasien dan keluarga), perilaku perawat
(membandingkan respon pasien dan hasil yang diharapkan, mereview proses
keperawatan, memodifikasi proses keperawatan sesuai yang dibutuhkan,
berpartisipasi dalam peningkatan kualitas dari aktifitas yang dilakukan).
11
6. Mendokumentasikan.
Pencatatan proses keperawatan ini harus dilaksanakan secara lengkap, ditulis
dengan jelas, ringkas dengan istilah baku dan luas dilakukan selama pasien di
rawat inap, rawat jalan, dan kamar tindakan, dilakukan segera setelah
melakukan tindakan, catatan menggunakan formulir yang baku, disimpan
sesuai peraturan yang berlaku, dan setiap melakukan tindakan keperawatan
mencantum paraf/nama jelas dan tanggal, jam, dan dilasanakannya tindakan
tersebut.
2.1.3
Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja menurut Mengginson (dalam Mangkunegara, 2005)
adalah suatu proses yang digunakan pimpinan untuk menentukan apakah seorang
karyawan melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
Penilaian kinerja adalah proses yang mengukur kinerja pegawai, pada umunya
mencakup baik aspek kualitatif maupun kuantitatif (Simamora, 2004).
Pengukuran kinerja dapat dilakukan melalui penilaian oleh atasan, teman, peneliti
atau diri sendiri dengan tingkat pencapaian, inisiatif, loyalitas dan kerjasama
dalam kelompok, disiplin dan kesadaran akan pengembangan diri.
12
13
14
manusia dan produktivitas. Proses penilaian kinerja dapat digunakan secara efektif
dalam mengarahkan perilaku pegawai dalam rangka menghasilkan jasa
keperawatan dalam kualitas dan volume yang tinggi. Perawat manajer dapat
menggunakan proses apraisal kinerja untuk mengatur arah kerja dalam memilih,
bimbingan perencanaan karir, serta pemberian penghargaan kepada personal
perawat yang kompeten. Satu ukuran pengawasan yang digunakan oleh manajer
perawat guna mencapai hasil organisasi adalah sistem penilaian pelaksanaan kerja
perawat.
Melalui evaluasi reguler dari setiap pelaksanaan kerja pegawai, manajer
dapat mencapai beberapa tujuan. Hal ini berguna untuk membantu kepuasan
perawat dan untuk memperbaiki pelaksanaan kerja mereka, memberitahukan
perawat yang bekerja tidak memuaskan bahwa pelaksanaan kerja mereka kurang
serta menganjurkan perbaikannya, mengidentifikasi pegawai yang layak
menerima promosi atau kenaikan gaji, mengenal pegawai yang memenuhi syarat
penugasan khusus, memperbaiki komunikasi antara atasan dan bawahannya serta
menentukan pelatihan dasar untuk pelatihan karyawan yang memerlukan
bimbingan khusus. Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada pasien,
digunakan standar praktek keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat
dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
Standar praktik keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu
pelayanan seorang perawat yang dianggap baik, tepat, dan benar yang dirumuskan
sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan serta merupakan tolak ukur
dalam penilaian penampilan kerja seorang perawat. Standar penilaian praktik
15
data
dilakukan
dengan cara
anamnesis,
observasi,
16
dengan
pasien
dalam
menyusun
rencana
tindakan
keperawatan.
3) Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan
17
pasien.
4) Mendokumentasi rencana keperawatan.
d. Standar IV : Implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam
rencana asuhan keperawatan. Kriteria proses tindakan implementasi meliputi :
1) Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
2) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
3) Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan lain
4) Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga mengenai
konsep,
keterampilan
asuhan
diri
serta
membantu
memodifikasi
data
dasar
dan
respons
pasien
dalam
mengukur
18
asuhan keperawatan.
5) Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.
Dengan
standar
asuhan
keperawatan
tersebut,
maka
pelayanan
2.1.4
19
20
2.2
Beban Kerja
2.2.1
pekerjaan dengan uraian tugasnya yang harus diselesaikan pada batas waktu
tertentu. Beban kerja dapat dibedakan lebih lanjut ke dalam beban kerja
berlebih/terlalu sedikit kuantitatif yang timbul sebagai akibat dari tugas-tugas
yang terlalu banyak/sedikit diberikan kepada tenaga kerja untuk diselesaikan
dalam waktu tertentu. Beban kerja berlebih/terlalu sedikit kualitatif yaitu jika
orang merasa tidak mampu untuk melakukan suatu tugas atau tugas tidak
menggunakan ketrampilan atau potensi dari tenaga kerja. Disamping itu beban
kerja berlebih kuantitatif dan kualitatif dapat menimbulkan kebutuhan untuk
bekerja selama jumlah jam yang sangat banyak, yang merupakan sumber
tambahan dari stres. Everly & Girdano (dalam Munandar, 2005) menambahkan
kategori lain dari beban kerja, yaitu kombinasi dari beban kerja berlebih
kuantitatif dan kualitatif.
Menurut UU Kesehatan No 39 tahun 2009 beban kerja adalah besaran
pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan
hasil kali antara jumlah pekerjaan dengan waktu. Setiap pekerja dapat bekerja
secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di
sekelilingnya, untuk itu perlu dilakukan upaya penyerasian antara kapasitas kerja,
beban kerja dan lingkungan kerja agar, sehingga diperoleh produktivitas kerja
yang optimal.
21
2.
3.
Aspek waktu yang digunakan untuk mengerjakan tugasnya sesuai dengan jam
kerja yang berlangsung setiap hari.
Akibat beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu
berikut :
1. Beban berlebih kuantitatif
Beban berlebih secara fisik ataupun mental akibat terlalu banyak
melakukan kegiatan merupakan kemungkinan sumber stress pekerjaan. Unsur
yang menimbulkan beban berlebih kuantitatif ialah desakan waktu, yaitu
22
setiap tugas diharapkan dapat diselesaikan secepat mungkin secara tepat dan
cermat (Munandar, 2005).
2. Beban terlalu sedikit kuantitatif
Beban kerja terlalu sedikit kuantitatif juga dapat memengaruhi
kesejahteraan psikologis seseorang. Pada pekerjaan yang sederhana, di mana
banyak terjadi pengulangan gerak akan timbul rasa bosan, rasa monoton.
Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari, sebagai hasil dari terlampau
sedikitnya tugas yang harus dilakukan, dapat menghasilkan berkurangnya
perhatian. Hal ini, secara potensial membahayakan jika tenaga kerja gagal
untuk bertindak tepat dalam keadaan darurat.
3. Beban berlebih kualitatif
Kemajuan teknologi mengakibatkan sebagian besar pekerjaan yang
selama ini dikerjakan secara manual oleh manusia/tenaga kerja diambil alih
oleh mesin-mesin atau robot, sehingga pekerjaan manusia beralih titik
beratnya pada pekerjaan otak. Pekerjaan makin menjadi majemuk sehingga
mengakibatkan adanya beban berlebih kualitatif. Kemajemukan pekerjaan
yang harus dilakukan seorang tenaga kerja dapat dengan mudah berkembang
menjadi beban berlebih kualitatif jika kemajemukannya memerlukan
kemampuan teknikal dan intelektual yang lebih tinggi daripada yang dimiliki.
4. Beban terlalu sedikit kualitatif
Beban terlalu sedikit kualitatif merupakan keadaan di mana tenaga
kerja tidak diberi peluang untuk menggunakan ketrampilan yang diperolehnya,
atau untuk mengembangkan kecakapan potensialnya secara penuh. Beban
23
sebagai berikut :
1. Faktor eksternal yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti;
a. Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti tata ruang, tempat
kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, sedangkan tugastugas yang bersikap mental seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat
kesulitan pekerjaan, tanggung jawab pekerjaan.
b. Organisasi kerja seperti lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja
bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi,
pelimpahan tugas dan wewenang.
c. Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi,
lingkungan kerja biologis dan lingkungann kerja psikologis. Faktor
internal
2. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri akibat
dari reaksi beban kerja eksternal. Reaksi tubuh disebut strain, berat ringannya
strain dapat dinilai baik secara obyektif maupun subyektif. Faktor internal
meliputi faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi,
24
2.2.4
fisik atau mental dan reaksi reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan
pencernaan dan mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit di
mana pekerjaan yang terjadi karena pengulangan gerak akan menimbulkan
kebosanan, rasa monoton. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari karena tugas
atau pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada
pekerjaan sehingga secara potensial membahayakan pekerja. Beban kerja yang
berlebihan atau rendah dapat menimbulkan stress kerja (Suyanto, 2008).
2.3 Penilaian Beban Kerja dan Kinerja
2.3.1
pengukuran beban kerja adalah teknik mendapatkan informasi tentang efisiensi &
efektivitas kerja unit organisasi atau pemegang jabatan yang dilakukan secara
sistematis dengan menggunakan teknik analisis jabatan atau teknik analisis beban
kerja. Analisis beban kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah jam kerja
yang dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan dalam waktu tertentu.
Analisis beban kerja dimaksudkan untuk meneliti, mengevaluasi dan
mengkaji pelaksanaan kerja, proses kerja maupun hasil kerja serta menentukan
25
kebutuhan pegawai untuk suatu unit organisasi yang telah berjalan selama ini,
dengan tujuan:
1. Mengidentifikasi sejauh mana efisiensi dan efektifitas keberadaan standar dan
parameter beban kerja, karena tolok ukur tersebut akan menggambarkan
prinsip rasional, efektif, efisien, realistik dan operasional secara nyata. Target
Kegiatan di masa akan datang
2. Memperoleh gambaran mengenai kondisi riil pegawai baik kuantitatif
maupun kualitatif dan kompetensinya pada suatu unit kerja sebagai bahan
kajian perumusan formasi dan rasio kebutuhan pegawai untuk keperluan pra
penataan kelembagaan.
3. Memperjelas dan mempertegas penyusunan format kelembagaan yang akan
dibentuk secara lebih proporsional maupun tata hubungan sistem yang ingin
dibangun dan tercapai kesesuaian antara kewenangan dan tujuan organisasi
dengan besaran organisasinya.
2.3.2
24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai
keluar rumah sakit. Pelaksana perawatan di ruangan adalah tenaga perawat
profesional yang diberi wewenang untuk melaksanakan pelayanan keperawatan
di ruangan dengan persyaratan berijazah pendidikan formal keperawatan, semua
jenjang yang disahkan oleh pemerintah atau yang berwenang. Pelaksana
perawatan bertanggung jawab secara administrasi fungsional kepada kepala
26
Klasifikasi Klien
Pagi
0.17
0.34
0.51
Minimal
Sore Malam
0.14
0.07
0.28
0.14
0.42
0.21
Pagi
0.27
0.54
0.81
Parsial
Sore Malam
0.15
0.10
0.30
0.20
0.45
0.30
Pagi
0.36
0.72
1.08
Total
Sore Malam
0.30
0.20
0.60
0.40
0.90
0.60
Tingkat ketergantungan klien terkait dengan penentuan beban kerja perawat dapat
diklasifikasikan, meliputi :
a. Klien dengan tingkat ketergantungan minimal :
1) kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri;
2) makan, minum dilakukan sendiri;
3) ambulasi dengan pengawasan;
4) observasi dilakukan tiap pergantian dinas;
5) pengobatan minimal (oral), status psikiatri stabil;
27
28
dibutuhkan pada pagi, sore dan malam. Berdasarkan observasi jumlah pasien
selama 22 hari, maka:
a. Jumlah kebutuhan perawat setiap hari : 7,11 + 5,28 + 3,35 = 15,74 16
orang
b. Libur / Cuti : 5 orang
c. Jumlah tenaga yang dibutuhkan : 16 + 5 + 1 Karu + 2 Katim = 24 orang.
rapat
dan
tugas
lain
yang
diberikan
oleh
atasan.
Semakin banyak tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh seorang tenaga
perawat maka tentu saja akan menambah tinggi beban kerjanya demikian juga
sebaliknya. Banyaknya tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh seorang
perawat dapat menganggu penampilan kerja dari perawat tersebut (Irwady, 2007).
2. Aspek psikologis
Aspek mental atau psikologis lebih menekankan pada hubungan
interpersonal antara perawat dengan kepala ruang, perawat dengan perawat
lainnya dan hubungan perawat dengan pasien, yang dapat mempengaruhi
keserasian dan produktifitas kerja bagi perawat. Perawat dalam melaksanakan
asuhan keperawatan selalu berinteraksi sosial dengan orang lain, terutama dengan
pasien, teman sejawat dan atasan langsung yaitu kepala ruangan.
29
kerja,
karakteristik
tugas,
dukungan
kelompok
dan
pengaruh
30
31
setiap pegawai adalah 80% 100 % dari waktu kerja normal atau 6,4 8 jam /
hari.
Berikut ini adalah uraian tugas perawat pelaksana di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Bali yaitu:
1. Melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar.
2. Mengadakan serah terima dengan tim/grup lain (grup petugas pengganti)
mengenai:
a. Kondisi pasien
b. Logistik keperawatan
c. Administrasi rumah sakit
d. Kolaborasi program pengobatan
3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh grup
sebelumnya.
4. Merundingkan pembagian tugas dengan anggota grupnya.
5. Menyiapkan perlengakapan untuk pelayanan dan visite dokter.
6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program pengobatan
dokter.
7. Membantu melaksanakan rujukan.
8. Melakukan orientasi terhadap pasien/ keluarga baru, mengenai tata tertib
ruangan dan rumah sakit serta memperkenalkan perawat yang bertugas.
9. Menyiapkan pasien pulang dan memberi penyuluhan kesehatan.
32
10. Memelihara kebersihan ruang rawat dengan mengatur tugas cleaning service,
dan mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua petugas,
peserta didik dan pengunjung ruangan.
11. Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik keperawatan.
12. Membantu
kepala
ruangan
pelayanan
asuhan
dari
pelaksanaan
pengkajian,
perumusan
diagnosa
perawatan,
2.4.
dalam satuan waktu dan satuan hasil tertentu. Kinerja adalah penampilan hasil
kerja personel baik secara kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi.
Kinerja tenaga perawat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
beban kerja. Beban kerja berkaitan erat dengan kinerja tenaga kesehatan, dimana
53,2% waktu yang benar-benar produktif yang digunakan pelayanan kesehatan
langsung dan sisanya 39,9% digunakan untuk kegiatan penunjang (Ilyas, 2004).
Menurut Kusmiati (2003), bahwa yang mempengaruhi beban kerja perawat adalah
kondisi pasien yang selalu berubah, jumlah rata-rata jam perawatan yang di
butuhkan untuk memberikan pelayanan langsung pada pasien dan dokumentasi
33
asuhan keperawatan serta banyaknya tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh
seorang perawat sehingga dapat mempengaruhi kinerja perawat tersebut.
Penelitian Werna (2010) berjudul hubungan beban kerja dengan kinerja
perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Medikal Bedah RSU Labuang Baji
Makassar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi
hubungan beban kerja dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap
medika bedah RSU Labuang Baji Makassar. Sampel berjumlah 104 orang perawat
yaitu total populasi. Tempat pelaksanaan penelitian yaitu di ruang rawat inap
penyakit bedah, ruang penyakit dalam, dan ruang gabungan penyakit bedah dan
dalam RSU Labuang baji Makassar. Kesimpulan yang diperoleh adalah beban
kerja berhubungan dengan kinerja perawat pelaksana.
Penelitian Nurnaningsih (2012) berjudul hubungan beban kerja perawat
terhadap kinerja perawat pelaksana dalam pemberian pelayanan kesehatan di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Faisal Makassar. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah bahwa ada hubungan yang bermakna antara beban kerja
terhadap kinerja perawat pelaksana dalam pemberian pelayanan kesehatan di
ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Faisal Makassar. Penelitian oleh Minarsih
(2011) tentang hubungan beban kerja perawat dengan produktivitas kerja perawat
di IRNA non bedah RSUP DR.M. Djamil Padang. Hasil penelitian tersebut
didapatkan sebanyak 62,7% perawat menyatakan memiliki beban kerja tinggi, dan
37,3% menyatakan beban kerja sedang. Serta disimpulkan bahwa ada hubungan
antara beban kerja perawat dengan produktivitas kerja perawat. Penelitian
Irwandy (2007) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan beban kerja
34
perawat di Unit Rawat Inap RSJ Dadi Makassar. Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh gambaran beban kerja perawat dari 68 Responden terdapat 22 orang
(34,4%) yang merasa terbebani dengan tugas mereka dan 46 orang (67,6 %) yang
tidak terbebani dengan tugas mereka.
Penelitian Sudirman (2003) berjudul hubungan beban kerja dengan kinerja
perawat pelaksana di ruang rawat inap instalasi penyakit dalam RSMH
Palembang. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara beban kerja
dengan kinerja perawat. Sampel dari penelitian ini adalah perawat pelaksana yang
bekerja pada Ruang Rawat inap Instalasi Penyakit Dalam RSMH Palembang
berjumlah 58 orang. Penelitian ini hanya menggunakan kuesioner tanpa dilakukan
Observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara beban kerja dengan kinerja perawat (p=0,000), dengan subvariabel yang
dominan dalam mempengaruhi kinerja perawat adalah sistem penugasan.
35
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
36
sosial dengan orang lain, terutama dengan pasien, teman sejawat dan atasan
langsung yaitu kepala ruangan, interaksi sosial merupakan salah satu bentuk
hubungan antara individu dengan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, seorang
perawat hendaknya dapat memahami kepribadian pasien, keluarga pasien, teman
sejawat dan atasan langsung. Perawat hendaknya memahami perbedaan yang ia
miliki dan menyadari ciri masing-masing sehingga tidak menjadi beban dalam
menjalankan tugasnya. Aspek waktu kerja lebih mempertimbangkan pada aspek
pengunaan waktu untuk bekerja, yaitu sebagai alokasi penggunaan waktu guna
peningkatan pelayanan keperawatan terhadap pasien. Waktu kerja berkaitan
dengan waktu yang digunakan untuk mengerjakan tugasnya sesuai dengan jam
kerja yang berlangsung setiap hari. Waktu kerja seseorang menentukan efisiensi
dan produktifitasnya. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan dan
tidak disertai efisiensi yang tinggi biasanya memperlihatkan penurunan
produktifitas serta kecenderungan untuk timbulnya kelelahan, penyakit dan
kecelakaan. Yang dimaksud dengan waktu kerja dalam observasi ini adalah
jumlah jam kerja produktif yang digunakan oleh perawat untuk mengerjakan tugas
utamanya sesuai dengan uraian tugas perawat yaitu melaksanakan asuhan
keperawatan, maupun tugas-tugas tambahan yang dikerjakan yang ditugaskan
oleh atasan untuk mendukung pelayanan kepada pasien.
Faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor internal (disposisional) dan faktor
eksternal. Faktor internal berhubungan dengan sifat-sifat seseorang misalnya,
kinerja seseorang baik disebabkan karena mempunyai kemampuan tinggi dan
seseorang itu tipe pekerja keras. Faktor eksternal berhubungan dengan lingkungan
37
seperti perilaku, sikap dan tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan,
fasilitas kerja dan iklim organisasi, yang mana faktor-faktor akan berdampak pada
beban kerja. Secara garis besar perbedaan kinerja individu disebabkan oleh dua
faktor
faktor fisik dan faktor sosial. Faktor fisik terdiri dari ; beban kerja, metode kerja,
kondisi dan desain perlengkapan kerja, penataan ruang dan lingkungan fisik.
Kinerja perawat dapat diobservasi dari pelaksanaan asuhan keperawatan
yang dilaksanakan oleh seorang perawat. Asuhan keperawatan dilaksanakan
berdasarkan standar praktek keperawatan yang mengacu pada tahapan proses
keperawatan
meliputi
pengkajian
keperawatan,
merencanakan
keperawatan,
tindakan
merumuskan
keperawatan,
pelaksanaan
diagnosa
asuhan
38
BEBAN KERJA
KINERJA PERAWAT
Aspek fisik
Pengkajian
Aspek Psikologis
Merumuskan Diagnosa
Waktu Kerja
Perencanaan
Pelaksanaan
Evaluasi
Faktor internal
Faktor somatik
Faktor eksternal
Organisasi kerja
Lingkungan kerja
Keterangan :
: diteliti
: tidak diteliti
39
40
BAB IV
METODE PENELITIAN
41
4.3.2 Sampel
Sampel dari penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana yang
melaksanakan asuhan keperawatan di Unit Rawat Inap Kronik Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Bali, yang berjumlah 112 orang dengan demikian seluruh populasi
ditetapkan sebagai sampel (sampel jenuh)
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
1. Perawat bersedia sebagai responden
2. Perawat yang telah bekerja minimal 1 tahun
3. Perawat pelaksana di Ruangan Rawat Inap Kronik RSJ Provinsi Bali
Sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :
1. Perawat manajer (Kepala Ruangan)
2. Perawat yang drop out saat penelitian.
4.4
Variabel Penelitian
42
4.4.2
Variabel
Variabel
bebas:
Beban kerja
Definisi
Parameter
Beban
kerja
berkaitan
dengan persepsi
petugas
terhadap tugastugas
yang
dijalankan
di
rumah sakit
a.
b.
a. Aspek fisik
Beban
fisik
berkaitan
dengan tugastugas
yang
dijalankan
b. Aspek psikologis
Skala
Skor
a. Kuesioner
b. Lembar
observasi
Ordinal
a. Jumlah
perawat
b. Tupoksi
c. Tugas
tambahan
a. Kuesioner
b. Lembar
observasi
Ordinal
Beban
psikologis yang
berkaitan
dengan
hubungan
interpersonal
Hubungan
interpersonal
dengan:
a. Perawat
b. Atasan
c. Pasien
Kuesioner
Ordinal
c. Aspek waktu
Beban
kerja
yang berkaitan
dengan waktu
kerja perawat
a. Waktu kerja
b. Jadwal jaga
c. Waktu
lembur
Kuesioner
Ordinal
Variabel
Kinerja
Penampilan
hasil
kerja
perawat
yang
sesuai dengan
standar asuhan
keperawatan
a.
b.
c.
d.
e.
Lembar
observasi
Ordinal
terikat:
c.
Aspek fisik
Aspek
psikologis
Aspek
waktu
Alat ukur
Pengkajian
Diagnosa
Perencanaan
Pelaksanaan
Evaluasi
43
4.5
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur masing-masing
Setelah
mendapat nilai 2, netral mendapat nilai 3, tidak setuju mendapat nilai 4 dan
sangat tidak setuju mendapat nilai 5. Sedangkan untuk pertanyaan unfavourable
bila responden menjawab sangat setuju mendapat nilai 5, setuju mendapat nilai
4, netral mendapat nilai 3, tidak setuju mendapat nilai 2 dan sangat tidak setuju
mendapat nilai 1. Sedangkan lembar observasi menghitung perbandingan jumlah
44
tenaga perawat dengan kapasitas tempat tidur. Bila sesuai diberi skor 1, bila tidak
sesuai diberi skor 5. Setelah data terkumpul maka dilakukan skoring yaitu :
1. Tidak berat bila skor yang didapat < 75%
2. Berat bila skor yang didapat 75%
4.6
45
4.7
Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk mengolah data dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diinterpretasikan serta untuk menguji secara statistik kebenaran
hipotesa yang telah ditetapkan, analisa data dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut :
4.7.1 Analisis Univariat
Merupakan analisis yang menitikberatkan pada penggambaran atau
deskripsi data yang telah diperoleh. Menggambarkan distribusi frekuensi dari
masing-masing variabel independent dan variabel dependent, sehingga diperoleh
gambaran aspek fisik, psikologis, waktu kerja dan kinerja perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.
4.7.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
dependen dan independen. Dalam penelitian ini analisa bivariat digunakan untuk
mengetahui hubungan antara beban kerja dari aspek fisik, aspek psikologis dan
waktu kerja dengan kinerja perawat, dianalisis dengan menggunakan uji chi square dengan bantuan program SPSS versi 17.
terdapat hubungan yang signifikan antara variabel terikat dan variabel bebas,
maka menggunakan p value dengan tingkat kesalahan () yang digunakan yaitu
5% atau 0,05. Bila p value 0,05, maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan
antara variabel terikat dan variabel bebas, bila p value >0,05, maka Ho diterima
yang berarti tidak ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
46
Adapun
47
BAB V
HASIL PENELITIAN
48
Karakteristik
Umur
Masa kerja
Rerata
39,24
16,01
SD
8,024
9,082
Tabel 5.2
Distribusi Karakteristik Responden Menurut Umur, Pendidikan,
Masa Kerja dan Jenis Kelamin di Unit Rawat Inap Kronik RSJ Provinsi
Bali Tahun 2013
No
1
Karakteristik
Jumlah ()
Prosentase (%)
Umur
- < 39,24 tahun
- 39,24 tahun
51
61
46
54
Pendidikan
- SPK
- AKPER
- S1
12
74
26
11
66
23
Masa Kerja
- < 16,01 tahun
- 16,01 tahun
53
59
47
53
Jenis Kelamin
- Laki-Laki
- Perempuan
79
43
65
35
49
responden memiliki kinerja baik dan 45 orang 40,2% memiliki kinerja kurang
baik.
50
Tabel 5.3
Deskripsi Beban Kerja dari Aspek Fisik, Psikologis dan Waktu Kerja
di Unit Rawat Inap Kronik RSJ Provinsi Bali Tahun 2013
No
1
Variabel
Beban Kerja
-
Jumlah ()
Prosentase (%)
64
48
57,1
42,9
57
55
50,9
49,1
74
38
66,1
33,9
71
41
63,4
36,6
45
67
40,2
59,8
Tidak Berat
Berat
a. Beban Fisik
- Tidak Berat
- Berat
b. Beban Psikologis
- Tidak Berat
- Berat
c. Beban Waktu
- Tidak Berat
- Berat
Kinerja
- Kurang Baik
- Baik
Beban fisik
Tidak berat
Berat
Kinerja
Baik
Kurang baik
(%)
(%)
44 77,2
13
22,8
23 41,8
32
58,2
Total
OR
(%)
57 100
11,667
55 100
p value
0,036
51
ada hubungan beban fisik dengan kinerja perawat. Dari nilai odds ratio (OR)
didapatkan 11,667 artinya perawat yang memiliki beban fisik tidak berat,
mempunyai peluang 11,667 kali untuk berkinerja lebih baik dibandingkan yang
memiliki beban fisik berat.
Beban
psikologis
Tidak berat
Berat
Kinerja
Baik
Kurang baik
(%)
(%)
43 58,1
31
41,9
24 63,2
14
36,8
Total
(%)
74 100
38 100
OR
p value
9,625
0,044
52
yang berarti ada hubungan beban psikologis dengan kinerja perawat. Dari nilai
odds ratio (OR) didapatkan 9,625 artinya perawat yang memiliki beban psikologis
tidak berat, mempunyai peluang 9,635 kali untuk berkinerja lebih baik
dibandingkan yang memiliki beban psikologis berat.
Beban waktu
Tidak berat
Berat
Kinerja
Baik
Kurang baik
(%)
(%)
48 67,6
23
32,4
19 46,3
22
53,7
Total
(%)
71 100
41 100
OR
p value
10
0,038
53
Beban kerja
Kinerja
Baik
Kurang baik
(%)
(%)
50 78,1
14
21,9
17 35,4
31
64,6
Tidak berat
Berat
Total
(%)
64 100
48 100
OR
p value
14
0,04
Berdasarkan tabel 5.7 di atas diketahui bahwa ada 50 orang (78,1%) dari
64 orang responden yang memiliki beban kerja tidak berat dan memiliki kinerja
yang baik. Sedangkan 17 orang (35,4%) dari 48 responden yang memiliki beban
kerja berat namun memiliki kinerja yang baik. Hasil analisis bivariat dengan uji
chi-square didapat
berarti ada hubungan beban kerja dengan kinerja perawat. Dari nilai odds ratio
(OR) didapatkan 14 artinya perawat yang memiliki beban kerja tidak berat,
mempunyai peluang 14 kali untuk berkinerja lebih baik dibandingkan yang
memiliki beban kerja berat.
dilakukan
analisis
bivariat,
selanjutnya
dilakukan
analisis
Adapun
langkah-
54
Aspek fisik
p value
0,036
Beban kerja
Aspek psikologis
p value
0,044
Aspek waktu
p value
0,038
55
Tabel 5.9
Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Determinan Kinerja Perawat di
Unit Rawat Inap Kronik RSJ Provinsi Bali tahun 2013
Variabel
Beban fisik
Beban psikologis
Beban waktu
B
1,556
,002
,894
SE
,435
,456
,435
Wald
12,773
,000
4,216
p value
,000*
,996
,040*
OR
4,742
1,002
2,444
*signifikan
Dari tabel 5.9 di atas dapat diketahui ada dua variabel penelitian, yaitu
beban kerja dari aspek
56
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Hubungan Beban Kerja dengan Kinerja Perawat di Unit Rawat Inap
Kronik Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali
Beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu
jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara jumlah pekerjaan dengan
waktu. Untuk itu perlu dilakukan upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkungan kerja agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UU
Kesehatan No 36 Tahun 2009). Beban kerja pada penelitian ini ditinjau dari aspek
fisik, psikologis dan waktu kerja. Berdasarkan hasil penelitan didapatkan bahwa
sebanyak 57,1% responden mengatakan beban kerja mereka tidak berat. Hal ini
dipengaruhi dari jumlah perawat di tiap-tiap ruangan cukup memadai, setiap
perawat melaksanakan tugas sesuai tupoksinya, lingkungan fisik yang cukup
nyaman, hubungan kerja antar perawat terjalin dengan baik serta waktu kerja yang
tidak memberatkan perawat.
Hasil penelitian ini mendapatkan 42,9% responden mengatakan beban
kerja yang mereka alami adalah berat, hal ini dipengaruhi oleh sebanyak 54%
responden berumur 39 tahun, selain melakukan tugas keperawatan perawat
sering melaksanakan tugas-tugas tambahan yang ditugaskan atasan. Jumlah pasien
yang dirawat banyak dengan karakteristik pasien gangguan jiwa yang unik, butuh
waktu perawatan lama, sering kumat kumatan dan dukungan keluarga yang
kurang mempengaruhi beban kerja perawat. Hasil observasi didapatkan hari rawat
yang lama pada penderita gangguan jiwa mempengaruhi psikologis petugas dalam
57
dan
menyimpulkan
pelayanan
asuhan
keperawatan
yang
58
59
pelaksanaan asuhan keperawatan dimana gejala yang timbul sering berubah ubah
sesuai tingkat kekambuhan penderita.
Secara statistik hasil penelitian didapatkan 78,1% responden yang
memiliki beban kerja tidak berat memiliki kinerja baik, 35,4 % responden yang
memiliki beban kerja berat memiliki kinerja baik. Hasil analisis bivariate dengan
chi-square didapat p value = 0,004 ini menyatakan ada hubungan yang bermakna
antara beban kerja dengan kinerja perawat di Ruang Rawat Inap Kronik Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Bali. Dari uji bivariat masing-masing variabel memiliki p
value <0,05 yaitu beban fisik (0,036), psikologis (0,044) dan waktu kerja (0,038).
Beban kerja adalah upaya merinci komponen dan target volume pekerjaan
dalam satuan waktu dan satuan hasil tertentu. Kinerja adalah penampilan hasil
kerja personel baik secara kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi.
Kinerja tenaga perawat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
beban kerja. Beban kerja berkaitan erat dengan kinerja tenaga kesehatan, dimana
53,2% waktu yang benar-benar produktif yang digunakan pelayanan kesehatan
langsung dan sisanya 39,9% digunakan untuk kegiatan penunjang (Ilyas, 2004).
Menurut Kusmiati (2003), yang mempengaruhi beban kerja perawat adalah
kondisi pasien yang selalu berubah, jumlah rata-rata jam perawatan yang di
butuhkan untuk memberikan pelayanan langsung pada pasien dan dokumentasi
asuhan keperawatan serta banyaknya tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh
seorang perawat sehingga dapat mempengaruhi kinerja perawat tersebut.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Werna (2010) berjudul
hubungan beban kerja dengan kinerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap
60
Medikal Bedah RSU Labuang Baji Makassar. Tujuan dari penelitian tersebut
adalah untuk mendapatkan informasi hubungan beban kerja dengan kinerja
perawat pelaksana di ruang rawat inap medika bedah RSU Labuang Baji
Makassar. Kesimpulan yang diperoleh adalah beban kerja berhubungan dengan
kinerja perawat pelaksana.
Penelitian Nurnaningsih (2012) berjudul hubungan beban kerja perawat
terhadap kinerja perawat pelaksana dalam pemberian pelayanan kesehatan di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Faisal Makassar. Kesimpulan dari
penelitian tersebut adalah bahwa ada hubungan yang bermakna antara beban kerja
terhadap kinerja perawat pelaksana dalam pemberian pelayanan kesehatan di
ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Faisal Makassar. Penelitian oleh Minarsih
(2011) tentang hubungan beban kerja perawat dengan produktivitas kerja perawat
di IRNA non bedah RSUP DR.M. Djamil Padang. Hasil penelitian tersebut
didapatkan sebanyak 62,7% perawat menyatakan memiliki beban kerja tinggi, dan
37,3% menyatakan beban kerja sedang. Serta disimpulkan bahwa ada hubungan
antara beban kerja perawat dengan produktivitas kerja perawat.
Penelitian Sudirman (2003) berjudul hubungan beban kerja dengan kinerja
perawat pelaksana di ruang rawat inap instalasi penyakit dalam RSMH
Palembang. Penelitian tersebut bertujuan untuk melihat hubungan antara beban
kerja dengan kinerja perawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara beban kerja dengan kinerja perawat (p=0,000), dengan
subvariabel yang dominan dalam mempengaruhi kinerja perawat adalah sistem
penugasan.
61
6.1.1 Beban Kerja Perawat dari aspek Fisik di Unit Rawat Inap Kronik
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali
Berdasarkan Hasil penelitian menunjukkan 50,9% responden mengatakan
beban kerja yang mereka rasakan saat bekerja di Ruang Rawat Inap Kronik
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali adalah tidak berat. Beban kerja adalah suatu
kondisi dari pekerjaan dengan uraian tugasnya yang harus diselesaikan pada batas
waktu tertentu (Munandar, 2001). Beban kerja ditinjau dari beban fisik yaitu
meliputi tugas-tugas yang dijalankan berdasarkan fungsi utamanya, jumlah pasien
yang harus dirawat dibandingkan dengan jumlah perawat dan tugas- tugas
tambahan (Irwady, 2007).
Berdasarkan hasil penelitian perawat di Unit Rawat Inap Kronik Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Bali melaksanakan tugas sesuai dengan tupoksi
dengan
62
63
6.1.2
beban aspek psikologis yang mereka rasakan saat bekerja di Ruang Rawat Inap
Kronik Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali adalah tidak berat. Beban kerja ditinjau
dari aspek psikologis berkaitan pada hubungan interpersonal antara perawat
dengan kepala ruang, perawat dengan perawat lainnya dan hubungan perawat
dengan pasien, yang mempengaruhi keserasian dan produktifitas kerja bagi
perawat (Irwady, 2007).
Mayoritas perawat di Unit Rawat Inap Kronik Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Bali, mengatakan hubungan psikologis berjalan harmonis dan saling menghargai
dengan lingkungan dan situasi bekerja yang nyaman. Hal ini terjadi karena
perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan selalu melakukan interaksi
dengan orang lain. Komunikasi dan Interaksi sosial dilakukan dengan teman
sejawat, profesi kesehatan lain, pasien dan keluarganya. Interaksi sosial
merupakan salah satu bentuk hubungan antara individu dengan lingkungan
sekitarnya, sehingga seorang perawat hendaknya dapat memahami kepribadian
pasien, teman sejawat dan atasan langsung. Perawat hendaknya memahami
perbedaan yang ia miliki dan menyadari ciri masing-masing sehingga tidak
menjadi beban dalam menjalankan tugasnya (Sunaryo, 2004).
Adanya kerja sama antara perawat dengan perawat dan perawat dengan
kepala ruangan serta kerja sama antara perawat dengan pasien yang dirawatnya
akan mempercepat proses penyembuhan penyakit. Hubungan yang harmonis
64
antara perawat dengan perawat lainnya, dengan atasan serta dengan pasien
maupun keluarga akan menjadikan suasana kerja yang kondusif (Depkes, 2006).
Sebanyak 33,9% perawat di Unit Rawat Inap Kronik Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Bali mengatakan mengalami beban kerja dari aspek psikologis yang
berat. Hal ini banyak dialami oleh perawat yang sering mengalami konfik dengan
teman kerja dan merasa bekerja di bawah tekanan. Kondisi pasien dengan
gangguan jiwa mempengaruhi psikologis perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan terutama bagi perawat baru yang membutuhkan adaptasi dengan
lingkungan di Rumah Sakit Jiwa. Hasil analisis umumnya responden yang
mengalami beban psikologis adalah umumnya perawat yang memiliki masa kerja
kurang dari 5 tahun. Jadi selain memerlukan adaptasi dengan teman sejawat,
lingkungan kerja, perawat juga harus beradaptasi dengan pasien dengan
gangguan jiwa dengan segala keunikannya. Pada perawat dengan masa kerja
yang lama juga mempengaruhi psikologis, dimana mereka merasa bosan dengan
keadaan penderita gangguan jiwa yang manifestasi gejala penyakitnya tidak stabil
dan merasa tidak puas karena tingkat kesembuhannya kecil. Efek psikologis yang
paling sederhana dan jelas dari kelebihan beban kerja adalah stress kerja yang
mengakibatkan menurunnya motivasi kerja perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan. Stres kerja disebabkan oleh konflik kerja, beban kerja, waktu kerja,
karakteristik
tugas,
dukungan
kelompok
dan
pengaruh
kepemimpinan
65
6.1.3
waktu untuk bekerja, yaitu sebagai alokasi penggunaan waktu guna peningkatan
pelayanan keperawatan terhadap pasien. Waktu kerja berkaitan dengan waktu
yang digunakan untuk mengerjakan tugasnya sesuai dengan jam kerja yang
berlangsung setiap hari (Irwady, 2007). Hasil penelitian menunjukkan 63,4%
mengatakan beban waktu yang mereka rasakan saat bekerja di Unit Rawat Inap
Kronik Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali adalah tidak berat, hal ini karena jadwal
dinas yang disusun sudah sesuai dengan harapan perawat, pergantian shift tepat
waktu dan setiap orang bertanggung jawab terhadap kewajibannya di ruangan.
Waktu kerja seseorang menentukan efisiensi dan produktifitasnya. Yang
dimaksud dengan waktu kerja dalam observasi ini adalah jumlah jam kerja
produktif yang digunakan oleh perawat untuk mengerjakan tugas utamanya sesuai
dengan uraian tugas perawat, maupun tugas-tugas tambahan yang dikerjakannya
yang tidak tercantum dalam uraian tugas perawat. Dari hasil penelitian mayoritas
responden mengatakan waktu kerja mereka tidak memberatkan mereka. Demikian
juga jadwal dinas, bersifat fleksibel sehingga mereka bisa mengatur jadwal libur
sesuai dengan kebutuhan mereka. Waktu operan dilakukan sesuai jadwal yaitu
dinas pagi pukul 13.30-13.45 wita, dinas sore 19.30-19.45 wita dan dinas malam
pukul 07.30-07.45 wita.
Namun sebanyak 36,6% responden mengatakan beban waktu yang mereka
rasakan saat bekerja di ruang rawat inap kronik adalah berat. Berdasarkan analisis
hasil penelitian, yang merasakan beban waktu bersifat berat adalah responden
66
67
Jadi aspek fisik memegang peranan sangat penting dalam mempengaruhi kinerja
perawat. Banyaknyanya tugas tambahan diluar tupoksi perawat perawat
mempengaruhi pelaksanaan tugas pokok perawat yaitu memberikan asuhan
keperawatan. Sehingga dapat menganggu penampilan kerja dari perawat tersebut
(Irwady, 2007).
Tugas tambahan dalam penelitian ini adalah tugas-tugas yang dikerjakan
oleh perawat selain tugas utamanya melaksanakan asuhan keperawatan seperti
melaksanakan
administrasi
ruangan
yang
seharusnya
dilakukan
tenaga
68
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Ada hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan kinerja perawat di
Ruang Rawat Inap Kronik Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali, uji statistik
didapatkan p value = 0,004, beban kerja yang berlebih akan mempengaruhi
penurunan kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada
penderita gangguan jiwa
2. Ada hubungan yang signifikan antara beban kerja dari aspek fisik, psikologis
dan waktu kerja dengan kinerja perawat, uji statistik di dapatkan p value
masing masing aspek fisik (0,036), psikologis (0,044), waktu kerja (0,38) ,
ketiga aspek tersebut secara bersama sama mempengaruhi kinerja perawat
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, ada hubungan yang bermakna dalam
optimalisasi kinerja perawat dalam perawatan penderita gangguan jiwa.
3. Sebanyak 57,1% menyatakan beban kerja perawat tidak berat karena perawat
sudah menjalankan tupoksinya dan didukung oleh lingkungan kerja yang
memadai serta hubungan interpersonal terjalin dgn baik. Sebanyak 42,9%
menyatakan beban kerja berat, hal ini disebabkan oleh karakteristik penderita
gangguan jiwa yang labil, waktu penyembuhan yang lama sehingga petugas
merasa jenuh dalam pelaksanaan tugas.
4. Hasil observasi kinerja perawat sebanyak 40,2% memiliki kinerja kurang baik
selebihnya 59,8% memiliki kinerja baik. Perawat sudah melaksanakan asuhan
69
7.2 Saran
1. Kepada manajemen Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali
1) Melakukan Mutasi secara berkala untuk penyegaran kinerja perawat
sehingga mendapatkan suasana baru guna mengurangi kejenuhan.
2) Menegakkan reward dan funishment untuk meningkatkan motivasi kerja
guna meningkatkan kinerja petugas
2. Kepada perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Kronik
1) Melaksanakan dokumentasi perawatan secara rutin untuk implementasi
asuhan keperawatan yang berkesinambungan.
2) Menjaga hubungan personal dengan atasan rekan sejawat, pasien dan
keluarganya untuk mengurangi beban psikologis.
3) Selalu meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam pemahaman
tentang asuhan keperawatan dalam peningkatan profesionalisme.
70
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto S., 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi
VI. Jakarta: Rineka Cipta
Assad, M, 2003. Psikologi Industri, Liberty, Yogyakarta.
Depkes. RI, 2006. Standar Pelayanan Rumah Sakit. Cetakan V, Jakarta.
Depkes. RI, 2003. Buku Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa 1. Jakarta. Depkes
Depkes. RI, 2004. Rancangan pedoman pengembangan sistem jenjang karir
profesional perawat. Jakarta : Direktorat Keperawatan dan keteknisian
Medik Dirjen Yan Med Depkes RI.
Handoko, T. H., 2003. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Yogjakarta : BPFE .
Hasanbasri. 2007. Asuhan Keperawatan Bermutu di Rumah Sakit, Pusat Data dan
Informasi PERSI.
Hidayat, 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Irwady,
2007.
Penilaian
Beban
Kerja
Perawat
http://www.scribd.com/doc/36043707/Penilaian-Beban-Kerja
tanggal 14 Mei 2013.
http://
diakses
Ilyas, Y. 2004. Perencanaan SDM Rumah Sakit: Teori, Metoda, dan Formula.
(cetakan pertama). Depok: Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan Fakultas
Kesehatan Masyarakat -Universitas Indonesia, Jakarta.
Praktek
Keperawatan
71
72
73
LAMPIRAN