MAKALAH
Disampaikan Pada Workshop Forum Rektor Indonesia
USU Medan 5-6 Maret 2015.
1)
Diperhitungkan sekitar Rp 300 trilliun potensi ini hilang dari illegal, unreported and
auregulated fishing (IUUF), yang merupakan kerugian besar bagi bangsa Indonesia.
Selanjutnya dikatakan 70% produk Indonesia dieksport melalui Negara Singapura
(Dahuri, 2014).
Ironis dan paradoksal dengan kekuatan potensi sumberdaya laut, pada
kenyataannya
(PKSPL-IPB,
1997),
Wisata
Bahari:
US$
2.000.000.000/th
Gambar 1. Peta Potensi dan Wilayah Pengelolaan Penangkapan (WPP) Ikan Indonesia.
(Sumber, DKP 2012).
bangsa
Indonesia.
Untuk
memahami
potensi
penelitian/riset dasar dan terapan. Salah satu kekurangan kita adalah kurangnya upaya
riset oleh anak bangsa sendiri, sehingga tidak mampu memahami dan mengeksploitasi
potensi sumberdaya laut. Dari total 29668 artikel riset (SciVerse Scopus) kelautan
keterlibatan Institusi Riset Indonesia terhitung 11% dan periset Indonesia 14% (Lakitan,
B., 2012). Untuk itu pemerintah mendorong peneliti Indonesia untuk meningkatkan
intensitas dan produktivitas riset serta meningkatkan relevansi riset dengan pengelolaan
sumberdaya laut Indonesia.
Potensi dan kekayaan yang dimiliki begitu besar, namun bidang kelautan belum
mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah dan masyarakat, dapat terlihat bidang
perikanan dan kelautan belum dijadikan pengarusutamaan (mainstreaming) pembangunan
Nasional. Sesungguhnya potensi yang ada di laut dapat diibaratkan sebagai Sleeping
Giant (raksasa sedang tidur). Untuk itu perlu kita bangunkan bagi peningkatan dan
kehidupan penghela ekonomi masyarakat Indonesia.
Potensi dan persoalan sumberdaya laut yang muncul akhir akhir ini adalah illegal
fishing, pencemaran laut dan perdagangan illegal di laut. Riset perlu diarahkan terkait
bioteknologi pemanfaatan biodiversitas laut, teknologi eksplorasi tambang nonhayati
(biogenic gases, energy). Namun
keberlanjutan lingkungan sesuai dengan konsep blue economy yang menjadi perhatian
dunia.
3. Pendekatan Ekonomi Biru (Blue Economy)
Pembangunan kelautan hendaknya diarahkan untuk meraih empat tujuan secara
seimbang. Pertama, pertumbuhan ekonomi tinggi secara berkelanjutan (blue-economy).
Kedua, peningkatan kesejahteraan seluruh pelaku usaha, khususnya para nelayan. Ketiga,
pembudidayaan ikan, dan masyarakat kelautan
lainnya
Sebagai bagian integral dari planet dan komponen mutlak penting kehidupan,
lautan berperan sentral. Faktanya lautan dan kawasan pesisir merupakan penyumbang
utama ekonomi global dan fundamental bagi masyarakat dunia melalui aktifitas ekonomi
langsung, provisi jasa-jasa lingkungan dan tempat tinggal bagi manusia. Lebih dari
40% manusia bermukim dalam kisaran 100 km dari pantai, 1 dari 20 kota besar dunia
terletak dekat ke
pertumbuhan GDP, (2) ada kaitan jelas antara pengurangan kemiskinan dan proteksi dan
restorasi lebih baik dari habitat, sumberdaya perikanan laut dan keanekaragaman hayati
(UNEO, 2011).