PENDAHULUAN
Minyak dan gas bumi merupakan sumber energi yang dibutuhkan oleh manusia dan
salah satu kekayaan bangsa indonesia yang sangat potensial.
Dengan penggunaan yang semakin banyak maka hal ini membuat manusia dituntut
untuk melakukan penelitian dalam menemukan sumber hidrokarbon yang baru.
Oleh karena itu kami coba untuk membahas kondisi suatu daerah penghasil minyak dan
gasbumi yang terletak di Jawa barat bagian utara.
PETA LOKASI
Cekungan Jawa Barat Utara terletak di bagian baratdaya Pulau Jawa dan meluas
kelepas pantai Laut Jawa. Meliputi daerah seluas kurang lebih 40.000 Km2, dimana 25.000 km2
diantaranya terletak di daerah lepas pantai.
transisi dari formasi Talangakar mengisi cekungan ini pada daerah rendahan, sedangkan
endapan karbonat dari formasi Baturaja terendapkan secara berangsur dari tinggian ke
rendahan.
Fase tektonik kedua terjadi pada awal Neogen dimana jalur penujaman baru terbentuk
di selatan Jawa, dikenal sebagai Old Andesite. Pola ini dikenal dengan sebagai Pola Jawa yang
merubah pola struktur NE-SW menjadi E-W dan menghasilkan suatu sistem sesar sesar naik
dan mendatar. pola ini dikenal sebagai thrust fold beld system. pada kala Miosen Awal
diendapakan Formasi Cibulakan yang menunjukkan lingkungan laut dangkal dan ditindih secara
tidak selaras oleh endapa karbonat dari formasi Parigi.
Fase tektonik terakhir terjadi pada kala Plio-Pleistosen yag pengaruhnya ditunjukkan
oleh terbentuknya sesar-sesar naik pada jalur selatan di Cekungan Jawa Barat Utara.
Sementara endapan yang terbentuk adalah formasi Cisubuh.
pretersier. Dijumpai di bagian tengah dan timur dari Cekungan Jawa Barat Utara. Di bagian
barat cekungan ini daerah Rengasdengklok), formasi ini sangat tipis bahkan tidak dijumpai.
Formasi ini terdiri dari tufa yang berinterkalasi dengan satuan ekstrusif stratigrafi seperti breksi,
aglomerat dan konglomerat alas. Ketebalan formasi ini lebih dari lebih dari 1200 m. Minyak dan
gas diproduksi dari rejakan tuff yang terdapat di Jatibarang field.
b.
Ketebalan Formasi ini sangat bervariasi dari beberapa meter yang berada di Tinggian
Rengasdengklok sampai 254 m yang berada di Tinggian Tangerang hingga diperkirakan 1500
m lebih untuk di pusat Depresi Ciputat. Carbonaceous shales di Formasi Talang Akar
merupakan source rock yang baik dengan TOC 0.5 2.0 %.
c.
Cibulakan sebagai Lokasitipe yang terletak di daerah Loji, selatan Kota Karawang, Jawa
Barat. Oleh karena itu yang disebut "Formasi Cibulakan Atas" oleh Sutrisno dan Benyamin
(2003) selanjutnya disebut sebagai Formasi Cibulakan. Beberapa lapisan batupasir dan
batugamping didalam Formasi Cibulakan yang berada di bawah-permukaan merupakan
lapisan-lapisan produksi hidrokarbon.
Formasi Cibulakan Atas terdiri dari perselingan antara serpih dengan batupasir dan
batugamping, baik yang berupa batugamping klastik maupun batugamping terumbu Mid Main
Carbonate (MMC) yang berkebang secara setempat setempat dan batupasir kuarsa untuk
MMS. Diendapkan pada lingkungan inner outer Shelf.
e.
terumbu. Pengendapan batugamping ini melampar di seluruh Cekungan Jawa Barat Utara, dan
pada umumnya berkembang sebagai batugamping terumbu yang diendapkan secara selaras di
atas Formasi Cibulakan Atas.
f.
Migas (terutama Pertamina Cirebon) sebagai "lapisan tudung" ("regional seal") yang
dicirikan oleh lempung atau serpih gampingan, dan berada di atas batugamping Formasi
Parigi. Walaupun batuan yang menindih di atas Formasi Parigi tidak hanya tersusun oleh
lempung gampingan saja (ke atas dicirikan oleh batupasir glauconite, akan tetapi selalu di
sebut sebagai Formasi Cisubuh saja.
Formasi Cisubuh ini merupakan satuan litostratigrafi yang dicirikan di permukaan
dan menerus ke bawah-permukaan. Lokasi tipe Formasi Cisubuh berada di sungai
Cisubuh (kadang-kadang ditulis "Cisubah"), sebelah selatan Kota Karawang. Adapun
nama yang sepadan untuk satuan ini adalah Formasi Subang (Silitonga, 1975) dengan
lokasi tipe Kota Subang dan tidak disertai penampang tipe. Satuan batuan di atas Formasi
Subang dimasukan kedalam Formasi Kaliwangu yang dicirikan oleh batupasir glokonitan
dan lempung hijau atau biru mengandung moluska.
Formasi Cisubuh terdiri dari sedimen klastik serpih, batulempung, batupasir, dan di
tempat yang sangat terbatas diendapkan juga batugamping tipis. Sedimentasi ini sekaligus
mengakhiri proses sedimentasi di Cekungan Jara Barat Utara.
Gambar 6. Penampang Stratigrafi Cekungan Jawa Barat Utara ( berarah utara selatan )
Gambar 7. Penampang Stratigrafi Cekungan Jawa barat Utara ( berarah barat timur )
PETROLEUM SYSTEM
Cekungan Jawa barat Utara memiliki cadangan hidrocarbon yang baik, tentunya
didukung oleh adanya petroleum system yang menjadikan cekungan ini sangat potensial.
Petroleum system cekungan ini diantaranya :
Source rock
Source rock utama dari cekungan ini terletak pada Formasi Talang Akar yang memiliki
kadar TOC 0.5 2.0%. Umumnya terdapat pada batubara dan shale kaya-organik yang
diendapkan pada lingkungan delta dan danau pada bagian bawah formasi.
Dari kandungan maceral yang didapat, kandungan source rock didominasi maceral
vitrinit kerogen type III dan meningkat hingga 30 % maceral exinit kerogen Tipe II.
Exinit
tumbuhan kaya hidrogen ini adalah souce untuk waxy oil yang diproduksi di sub Cekungan
Arjuna dan Jatibarang. ( Ponto et al., 1987). Kandungan TOC berkisar antara 40 70 % untuk
batubara dan 0.5 9 % pada shale kaya organik. Total ketebalan dari lapisan batubara berkisar
mulai dari 25 feet sampai 200 feet hingga ke deposenter ( pusat cekungan ), sementara
ketebalan total dari shale kaya organik berkisar antara 100 feet sampai lebih dari 2,000 feet
( Wu, 1987)
Proses pematangan minyak mencapai puncaknya pada waktu kurang dari 13 Ma ago.
Dan terjadi hampir di seluruh cekungan. Oil window terletak pada kedalaman 2200 3000 m.
batugamping
Seal
Lapisan Seal untuk tiap formasi berbeda beda diantaranya :
1. Formasi Jatibarang
Yang bertindak sebagai seal adalah penggantian mikrokristalin silika dan mineral clay
sekunder yang menyebabkan pengurangan dan memperkecil porositas.
2. Formasi Talang Akar
Yang bertindak sebagai intraformational seal adalah selang - seling lapisan mud pada
endapan danau ( interbedded lacustrine mud ) dan endapan laut pada Formasi
Talang Akar Atas memberikan seal yang cukup untuk menjadi perangkap bagi
hidrokarbon.
3. Formasi Baturaja
Lapisan batugamping yang tight dan massive shale yang tebal diatas formasi ini menjadi
seal untuk formasi ini. Patahan memainkan peranan penting dalam migrasi hidrokarbon
menuju lapisan karbonat ini ( Ponto, C.V et. Al., 1990/1991 internal report).
4. Formasi Main dan Massive
Batulempung / shale diatas formasi Baturaja dengan Formasi Massive menjadi seal
yang
Migrasi
Proses migrasi pada cekungan ini terbagi menjadi dua yaitu migrasi primer ( pada
Formasi Talng Akar ) dan migrasi sekunder yaitu melalui Carrier bed ( Lapisan Pembawa ) ,
growth fault ( basement related ) dan juxta position ( conduit fault ) sebagai jalur utama
pembawa hidrokarbon menuju reservoir.
Trap
Trapping utama dari cekungan ini umumnya pada roll-over fold , basement high dan buildups.
Tapi pada sub cekungan Arjuna, terdapat beberapa jenis mekanisme trapping, yaitu :
1. Faulted Anticline
2. Dip Opposed upthrown/ downthrown
3. Unfaulted Anticline
4. Dip Parallel Unthrown
5. Dip Parallel Down Thrown
6. Structural/ Stratigraphic ( Sand Pinch out, truncation, etc)
7. Stratigraphic ( bioherm )
Secara statistik , faulted domal anticline dan dip opposed fault closure memiliki kemungkinan
terbanyak mengandung hidrokarbon
Gambar 10. Jenis jenis trapping mechanism di cekungan Jawa barat Utara
( Sub cekungan Arjuna )
Konsep eksplorasi pada formasi ini cukup banyak dari stratigrafi, roll-over fold,
patahan ( Tilted Fault Block ), dengan karakteristik reservoir berupa batupasir.
3. Formasi Baturaja dan Formasi Parigi
Umumnya konsep eklsplorasi dari formasi ini adalah pencarian bentukan carbonate
build up pada seismik yang terlihat.
Gambar 11. Konsep Eksplorasi dan Play concept Cekungan Jawa Barat Utara
Berbeda dengan play concept di Arjuna Sub basin, dari ketujuh structural play,
karakteristik, potensi reservoir, faktor keberhasilan ( Chance Faktor ), dan source rock play
concept yang digunakan adalah :
ini
dibentuk
oleh
reservoir
yang
onlap
sampai
basement
atau
ketidakselarasan dan pinch out. Tingkat kesuksesan perangkap ini sangat rendah dan
beresiko tinggi.
7. Bioherm
Perangkap ini umumnya merupakan Carbonate Build-up yang dibentuk oleh foraminifera
bentonik. Bioherm dari Formasi Pre-Parigi dan Parigi memiliki orientasi N-S dan
cenderung berkonsentrasi pada rendahan di bagian barat dari sub Cekungan Arjuna.
Gas pada perangkap in adalah konbinasi thermigenik dari Formasi Talang Akar dan
migrasi secara vertikal melalui patahan bersama biogenic gas. Umumnya perangkap ini
sering dicara pada Formasi Parigi.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, Amril., Sukowitono, Supriyanto. 1991. Jatibarang Sub Basin A Half Graben Model In
The Onshore Of North West Java. Twentieth Annual Convention IPA Jakarta 8 10
October 1991.
Budiyani, Sri., Priambodo, Doddy, dkk.1991. Konsep Eksplorasi di Cekungan Jawa Barat Utara.
Makalah Ikatan Ahli Geologi Indonesia PIT ke-20. Twentieth IAGI Annual Convention
Jakarta, Indonesia December 10 12, 1991.
Djuhaeni. 2003. Satuan Stratigrafi Bawah-Permukaan Cekungan Jawa Barat Utara.
Mustafid, Pepi Sahal. 2005. Model Reservoar Karbonat Untuk Studi Pengembangan Lapangan
MMN-MMT, Formasi Baturaja, Cekungan Jawa Barat Utara, Bekasi. Laporan Tugas
Akhir Jurusan Geologi FMIPA Universitas Padjadjaran.
Soeyono dan Setyoko. 20th 22nd October 1987. Application of dual porosity concept for well log
interpretation of Jatibarang volcanic tuff. Proceeding of IPA sixteenth annual convention
jakarta.
Sutrisno dan Benyamin. 2003. Sari Stratigrafi Indonesia. Komisi Sandi Stratigrafi
Indonesia, Lokakarya Stratigrafi Indonesia-IAGI, 36p. P Jawa, Bandung.