Anda di halaman 1dari 8

PORTOFOLIO KASUS KEGAWATDARURATAN

dr. Lidia Kellyani Dewi


Dokter Internship RSUD Tc Hillers, Maumere, Kab. Sikka, NTT

SURVEY PRIMER
Pediatric Assesmnet Triangle
a. Appearance
Tonus

: eutoni

Interactiveness

: kompos mentis, terdapat interaksi antara anak dengan lingkungan


sekitar berupa pandangan mata dan tangisan.

Consolability

: tidak dapat dinilai

Look

: pucat (-), sianosis (-), ikterik (-)

Speech

: menangis lemah (grunting)

b. Work of Breathing
Napas spontan, 30x/menit reguler.
c. Circulation to Skin
Pucat (-), mottling (-), sianosis (-). Mata tidak tampak cekung, bibir tidak tampak kering.
ABCDE
a. Evaluasi Tanda Vital
Tek Darah

:-

Nadi

: 80x/menit, reguler, kuat

Napas

: 30 x/menit

Suhu

:39C

b. Penilaian Jalan Nafas : Tidak ada sumbatan jalan napas, mengi atau stridor.
c. Penilaian Pernafasan : Napas spontan, sangat cepat & dangkal, frekuensi 50x/menit,
terdapat retraksi atau penggunaan otot bantu napas.
d. Penilaian Sirkulasi : Akral hangat, sianosis (-), frekuensi nadi 160x/menit, regular, kuat, isi
cukup, CRT < 2
e. Penilaian Disability : GCS 15, tampak sesak, berespon terhadap rangsang verbal
f. Penilaian Exposure : jejas (-)

EVALUASI MASALAH
Demam
TATALAKSANA AWAL
-

Pemberian oksigen nasal kanul 0,5 liter per menit


Pemantauan keadaan umum, tanda vital

SURVEY SEKUNDER
IDENTITAS PASIEN
Nama

: An. M

Umur

: 3 tahun 4 bulan

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Katolik

Alamat

: Kabor

Masuk RSUD

: 18 April 2015

Keluar RSUD

: 22 April 2015

Ruang

: Melati

Status

: JKN Kelas I

ANAMNESIS
(Dilakukan alloanamnesis dengan ibu pasien)
Keluhan Utama
Kejang sejak 2 jam SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 18 April 2015 pasien dibawa oleh ibunya ke IGD RSUD Dr. TC Hillers
pukul 06.00 WITA karena kejang kurang lebih 30 menit yang lalu. Pada saat kejang badan
pasien kaku, mata mendelik ke atas, dan pasien tidak sadar. Pasien mengangis setelah kejang.
Kejang tersebut berlangsung selama 5 menit. Kejang sudah terjadi 2x, kejang sebelumnya
sekitar 1,5 jam yang lalu berlangsung selama 20 menit. Kejang yang dialami pasien disertai
oleh demam tinggi yang sudah terjadi sejak 2 hari SMRS. Demam tidak diukur suhunya.

Demam disertai menggigil dan turun dengan pemberian obat penurun panas. Akan tetapi,
demam naik lagi jika tidak minum obat. Pasien juga batuk pilek sejak 3 hari SMRS. Batuk
berdahak warna putih. Pasien belum berobat ke Puskesmas dan hanya minum Paracetamol.
BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Riwayat kelahiraan : pasien lahir di RS, spontan, ditolong bidan, BBL 3100 gram,
langsung menangis, ketuban tidak diketahui warnanya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak pernah dirawat di rumah sakit. Penyakit asma dan alergi disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan serupa dalam rumah disangkal.
Riwayat Kehamilan
Pasien anak ke-2. Demam dan penyakit berat saat hamil disangkal.Ibu kontrol kehamilan
teratur selama hamil di posyandu.
RIwayat Kelahiran
Pasien lahir saat usia kehamilan cukup bulan dengan pertolongan bidan, lahir normal, langsung
menangis, tidak biru dan tidak kuning. Berat lahir 3000 gram, panjang 47 cm. Warna cairan
ketuban tidak diingat ibu pasien.
Riwayat Tumbuh Kembang
Pasien teratur dibawa ke posyandu setiap bulan. Tumbuh kembang sesuai dengan anak
seusianya.
Riwayat Imunisasi
Imunisasi dasar yang telah diberikan : Hep-B saat lahir, BCG, DPT-1&2 dan Polio-1&2
Riwayat Nutrisi
Pasien saat ini mengkonsumsi ASI. Tidak ada makanan lain selain ASI. Isapan ASI dinilai baik
dan kuat menurut ibu pasien.

PEMERIKSAAN FISIS
Pemeriksaan Antropometri
Kesadaran
Keadaan Umum
Kesadaran
Berat Badan
Tinggi Badan
Tanda Vital
Frekuensi Nadi
Suhu Tubuh
Frekuensi Napas
Tekanan Darah

: Compos mentis
: Tampak sakit sedang
: Compos mentis
: 11,4 kg
: 88 cm

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-) Sklera ikterik (-/-)

Leher

: Pembesaran KGB (-), pembesaran kel.tiroid (-)

Faring

: Hiperemis +/+

Paru

: SD ves +/+, rh -/-, whe -/-

Jantung

: Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

: Datar, supel, timpani, bising usus (+) normal

Ekstremitas

: Akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT < 2 detik

: 80x/menit, teratur, kuat, penuh


: 39oC
: 30x/menit, reguler
:-

Status Neurologis
Tanda rangsang meningeal :
- Kaku kuduk : - Bruzinsky I : - Bruzinsky II : - Laseque

:-

- Kerniq

:-

Reflek Patologis :
- Babinsky

:-

- Oppenheim : Reflek Fisiologis :


- Biceps : +/+
- Triceps : +/+
- Patella : +/+
- Achilles : +/+
DAFTAR MASALAH

Kejang Demam Kompleks dengan Malaria Falciparum


Faringitis Akut
PENGKAJIAN
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada
anak yang terjadi pada suhu badan yang tinggi yang disebabkan oleh kelainan ekstrakranial.
Derajat tinggi suhu yang dianggap cukup untuk diagnosa kejang demam adalah 38 derajat
celcius di atas suhu rektal atau lebih. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam,
kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang demam harus
dibedakan dengan epilepsi, yaitu yang ditandai dengan kejang berulang tanpa demam. Anak
yang pernah mengalami kejang tanpa demam kemudian kejang demam kembali tidak termasuk
dalam kejang demam.
Ketika pasien datang ke IGD, dilakukan triase untuk mengidentifikasi adanya tanda
kegawatdaruratan (EMERGENCY SIGNS), tanda prioritas (PRIORITY SIGNS), atau tanda tanpa
kegawatdaruratan maupun prioritas (kasus NON-URGENT).
Tanda kegawatdaruratan dinilai dengan konsep ABCD (Airway-Breathing-CirculationDehydration). Pada pasien ini tidak ada masalah pada jalan napas (airway clear), tidak ada
masalah sirkulasi, tidak terdapat tanda dehidrasi, namun pasien sebelumnya kejang di rumah.
Dengan demikian, terdapat tanda kegawatdaruratan pada pasien ini.
Tatalaksana awal pada pasien ini adalah pemberian oksigen dengan menggunakan nasal
prongs (kanul hidung) 0,5 liter/menit. Pasien juga diberikan obat penurun panas yaitu
Paracetamol supp 125 mgm untuk mencegah terjadinya kejang berulang. Setelah
penatalaksanaan awal, kita tentukan penyebab/masalah yang mendasarinya agar dapat
memberikan tatalaksana yang tepat.
Diagnosis kejang demam dapat ditegakkan dengan menyingkirkan penyakit-penyakit
lain yang dapat menyebabkan kejang, di antaranya: infeksi susunan saraf pusat, perubahan akut
pada keseimbangan homeostasis, air dan elektrolit dan adanya lesi structural pada system saraf,
misalnya epilepsi. Diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan penunjang yang menyeluruh untuk menegakkan diagnosis ini.
-

1.
Anamnesis
waktu terjadi kejang, durasi, frekuensi, interval antara 2 serangan kejang
sifat kejang (fokal atau umum)
Bentuk kejang (tonik, klonik, tonik-klonik)
Kesadaran sebelum dan sesudah kejang (menyingkirkan diagnosis meningoensefalitis)
Riwayat demam ( sejak kapan, timbul mendadak atau perlahan, menetap atau naik
turun)

Menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (ISPA, OMA, GE)


Riwayat kejang sebelumnya (kejang disertai demam maupun tidak disertai demam atau

epilepsi)
Riwayat gangguan neurologis (menyingkirkan diagnosis epilepsi)
Riwayat keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
Trauma kepala

2.
Pemeriksaan fisik
Tanda vital terutama suhu
Manifestasi kejang yang terjadi, misal : pada kejang multifokal yang berpindah-pindah
atau kejang tonik, yang biasanya menunjukkan adanya kelainan struktur otak.

Kesadaran tiba-tiba menurun sampai koma dan berlanjut dengan hipoventilasi, henti
nafas, kejang tonik, posisi deserebrasi, reaksi pupil terhadap cahaya negatif, dan
terdapatnya kuadriparesis flasid mencurigakan terjadinya perdarahan intraventikular.

Pada kepala apakah terdapat fraktur, depresi atau mulase kepala berlebihan yang
disebabkan oleh trauma. Ubun ubun besar yang tegang dan membenjol menunjukkan
adanya peninggian tekanan intrakranial yang dapat disebabkan oleh pendarahan
sebarakhnoid atau subdural. Pada bayi yang lahir dengan kesadaran menurun, perlu
dicari luka atau bekas tusukan janin dikepala atau fontanel enterior yang disebabkan
karena kesalahan penyuntikan obat anestesi pada ibu.

Terdapatnya stigma berupa jarak mata yang lebar atau kelainan kraniofasial yang
mungkin disertai gangguan perkembangan kortex serebri.

Transluminasi kepala yang positif dapat disebabkan oleh penimbunan cairan subdural
atau kelainan bawaan seperti parensefali atau hidrosefalus.

Pemeriksaan untuk menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (ISPA,

OMA, GE)
Pemeriksaan refleks patologis
Pemeriksaan tanda rangsang meningeal (menyingkirkan diagnosis meningoensefalitis)

3.
Pemeriksaan laboratorium
Darah tepi lengkap
Elektrolit, glukosa darah. Diare, muntah, hal lain yang dpt mengganggu keseimbangan

elektrolit atau gula darah.


Pemeriksaan fungsi hati dan ginjal untuk mendeteksi gangguan metabolisme
Kadar TNF alfa, IL-1 alfa & IL-6 pada CSS, jika meningkat dapat dicurigai Ensefalitis
akut / Ensefalopati.

4.
Pemeriksaan penunjang
Lumbal Pungsi jika dicurigai adanya meningitis, umur kurang dari 12 bulan sangat

dianjurkan, dan umur di antara 12-18 bulan dianjurkan.


EEG, tidak dapat mengidentifikasi kelainan yang spesifik maupun memprediksi
terjadinya kejang yang berulang, tapi dapat dipertimbangkan pada KDK. Tetapi

beberapa ahli berpendapat EEG tidak sensitif pada anak < 3 tahun.
CT-scan atau MRI hanya dilakukan jika ada indikasi, misalnya: kelainan neurologi fokal
yang menetap (hemiparesis) atau terdapat tanda peningkatan tekanan intrakranial.

PERENCANAAN

Rencana diagnosis :
- Laboratorium : DL, MTT
Rencana terapi :

MRS Melati

IVFD D5 NS 1100 cc/24 jam

Paracetamol supp 125 mg

Paracetamol syr 125 mg / 5 ml 3 x I cth

Diazepam 3,5 mg IV bila kejang

Dx : DL, MTT

Daftar Pustaka
1. Idro, et al. Cerebral Malaria; Mechanisms Of Brain Injury And Strategies For Improved
Neuro-Cognitive Outcome. Pediatr Res. 2010 October ; 68(4): 267274.
2. Robert H. A. Haslam. Febrile Seizure In Nelson Textbook of Pediatrics 19th ed. USA:
WB Saunders. 2011.

3. Chiabi, et al. Seizures in Severe Malaria: Is there Direct Brain Involvement? The Open
Area Studies Journal, 2011, 4, 1-6.
4. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia 2006. Konsensus
Penatalaksanaan Kejang Demam. IDAI : 2006.
5. Seattle Children Hospital. Algorithm Febrile Seizures. 2011.
6. Mohammadi, M. Febrile Seizures: Four Steps Algorithmic Clinical Approach. Iran J
Pediatri Mar 2010; Vol 20 (No 1), Pp:5-15.
7. Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman Penatalaksanaan
Kasus Malaria di Indonesia Gebrak Malaria. Depkes RI. 2008.
8. Gill, et al. Thrombocytopenia in malaria and its correlation with different types of
malaria. Tropical Medicine and Public Health : 2013, page 197-200.
9. Natalia, Diana. Peranan Trombosit dalam Patogenesis Malaria. MKA, Volume 37,
Nomor 3 Desember 2014.

Anda mungkin juga menyukai