Baro Trauma
Baro Trauma
I.
Pendahuluan
Barotrauma adalah kerusakan jaringan akibat perubahan tekanan barometrik
yang tiba-tiba di luar telinga tengah sewaktu di pesawat terbang atau menyelam,
keadaan ini menyebabkan tuba eustasius gagal membuka. Apabila perbedaan
tekanan melebihi 90 cmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak mampu
membuka tuba eustasius. Pada keadaan ini terjadi tekanan negatif di rongga telinga
tengah, sehingga cairan keluar dari pembuluh darah kapiler mukosa dan kadangkadang disertai dengan ruptur pembuluh darah, sehingga cairan di telinga tengah
dan rongga mastoid bercampur darah. Barotrauma paling sering terjadi pada
telinga tengah, hal ini terutama karena rumitnya fungsi tuba eustasius. Tuba
eustasius secara normal selalu tertutup namun dapat terbuka pada gerakan
menelan, mengunyah, menguap, dan dengan manuver Valsalva.1,2
Hukum boyle menyatakan bahwa suatu penurunan atau peningkatan pada
tekanan lingkungan akan memperbesar atau menekan (secara berurutan) suatu
volume gas dalam ruang tertutup. Bila gas terdapat dalam struktur yang lentur,
maka struktur tersebut dapat rusak karena ekspansi atau kompresi. Barotrauma
dapat terjadi bilamana ruang-ruang berisi gas dalam tubuh (telinga tengah, paruparu) menjadi ruang tertutup dengan menjadi buntunya jaras-jaras ventilasi
normal.2
II.
Anatomi
Anatomi Telinga
1. Anatomi Telinga Luar
Telinga luar atau eksternal adalah bagian dari telinga yang terletak lateral
dari membran timpani. Bagian ini terdiri dari kanalis auditori eksterna serta
aurikula dan kartilago dari telinga. Aurikula adalah lapisan semisirkular dari
kartilago elastik. Bagian terbesar dari aurikula adalah helix dan antihelix,
tragus dan antitragus, yang dikelilingi oleh konka, yang ditekan ke arah
posterior oleh skapoid ke meatus akustikus eksterna. Kartilago dari meatus
akustikus eksterna terhubung dengan bagian luar dari kanalis dan aurikula
pada telinga.3,4
Kanalis akustikus eksterna tersusun oleh perpanjangan kartilago dari
aurikula setengah bagian luar dan bagian mastoid dan timpani dari tulang
temporal pada setengah bagian dalam. Bagian ini terikat dengan membran
timpani di medial dan dilapisi oleh kulit tipis dengan sedikit jaringan subkutan
di bagian medial dan folikel rambut, serumen, dan glandula sebasea di bagian
lateral. Membran timpani terdiri dari tiga lapisan : lapisan luar adalah lapisan
epitel skuamous, lapisal medial adalah mukosa, dan lapisan fibrosa atau tunika
propria. Lapisan fibrosa pada membran timpani memberi bentuk dan
kepadatan membran timpani. Serat radial dari tunika propria masuk ke
manubrium, serat sirkumferensial memperkuat lapisan untuk menahan
getaran, dan serat tangensial untuk memperkuat struktur membran timpani.3,4
Gambar 1. Telinga 3
2. Anatomi Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk ireguler, tetapi dapat digambarkan sebagai
sebuah kotak yang mempunyai 6 sisi. Ruang telinga tengah dari atas ke bawah
terbagi atas 3 bagian, yaitu epitimpan, mesotimpani, dan hipotimpani.
Epitimpani atau atik adalah ruang yang terletak di atas dari batas atas
2
oleh struktur berbentuk cincin. Foramen ovale dan foramen rotundum mudah
mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami
kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.3,4
Tuba Eustasius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah
dengan nasofaring. Tuba Eustasius pada orang dewasa panjangnya berkisar 36
mm dan terletak inferoanterior di medial telinga tengah. Terdiri dari dua
bagian, 1/3 lateral (sekitar 12 mm) yang merupakan pars osseus, berada pada
dinding anterior kavum timpani, 2/3 medial sekitar 24 mmm adalah pars
fibrokartilagineus yang masuk ke dalam nasofaring. Ostium tuba terletak
sekitar 1,25 cm di belakang dan agak di bawah ujung posterior konka inferior.
Lumen tuba berbentuk segitiga dengan ukuran vertikal 2-3 mm dan horizontal
3-4 mm. Pars osseus selalu terbuka, pars kartilagineus pada saat istirahat akan
tertutup dan akan terbuka pada saat menelan, menguap atau meniup keras.
Mukosa tuba Eustasius dilapisi oleh epitel respiratorius berupa sel-sel
kolumnar bersilia, sel goblet dan kelenjar mukus. Epitel ini bergabung dengan
mukosa telinga tengah di pars osseus tuba.4,5
Fisiologi Pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke
koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran
melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas
membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini
akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfe
pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang
mendorong endolimfe, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran
basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion
terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan
proses
depolarisasi
sel
rambut
sehingga
melepaskan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Definisi
Epidemiologi
Barotrauma pada telinga tengah dapat terjadi saat menyelam ataupun saat
terbang. Perubahan tekanan pada kedalaman 17 kaki pertama di bawah air setara
dengan perubahan tekanan pada ketinggian 18.000 kaki pertama diatas bumi.
Dengan demikian, perubahan tekanan lingkungan terjadi lebih cepat pada saat
menyelam dibandingkan saat terbang. Hal ini dapat menjelaskan relatif tingginya
insidens barotrauma pada telinga tengah pada saat menyelam. Barotrauma telinga
tengah dapat terjadi pada penyelaman kompresi udara (scuba) atau penyelaman
dengan menahan napas.2
III.
Etiologi
Barotrauma disebabkan oleh perbedaan tekanan antara lingkungan luar dan
bagian dalam dari telinga sehingga menimbulkan ketidaknyamanan, penyebabnya
meliputi8:
8
a. Menyelam
Saat seseorang menyelam, ada beberapa tekanan yang berpengaruh yaitu
tekanan atmosfer dan tekanan hidrostatik. Tekanan atmosfer yaitu tekanan
yang ada di atas air. Tekanan hidrostatik yaitu tekanan yang dihasilkan oleh air
yang berada di atas penyelam. Barotrauma dapat terjadi pada saat menyelam
turun ataupun naik. Divers depth gauges digunakan hanya untuk mengetahui
tekanan hidrostatik dan berada pada angka nol pada permukaan laut. Ini tidak
dapat mengetahui 1 atmosfer (1 ATA) diatasnya. Jadi tekanan gauge selalu 1
atmosfer lebih rendah dari tekanan yang sebenarnya dan tekanan absolut.9
Tekanan Atmosfer
Tekanan atmosfer yang ada dilaut yaitu 1 atmosfer atau 1 bar. 1 atmosfer
diperkirakan mendekati dengan 10 meter kedalaman laut, 33 kaki kedalaman
air laut, 34 kaki kedalaman air segar, 1 kg/cm 2, 14,7 Ibs/in2 psi, 1 bar, 101,3
kilopascals, 760 mmHg.9
TEKANAN
ABSOLUT
1 ATA
2 ATA
3 ATA
4 ATA
TEKANAN
GAUGE
0 ATG
1 ATG
2 ATG
3 ATG
KEDALAMAN
LAUT
Permukaan
10 meter (33ft)
20 meter (66ft)
30 meter (99ft)
Tekanan Absolut
Tekanan absolut merupakan tekanan total yang dialami seorang penyelam
ketika berada di kedalaman laut yang merupakan jumlah dari tekanan atmosfer
yang berada dipermukaan air ditambah tekanan yang dihasilkan oleh massa air
di atas penyelam (tekanan hidrostatik). Tekanan total yang dialami penyelam
disebut tekanan absolut. Tekanan ini menggambarkan keadaan atmosfer dan
disebut sebagai absolut atmosfer atau ATA.9
Tekanan Gauge
Seperti yang telah dijelaskan, tekanan hidrostatik saat menyelam diukur
dengan suatu tekanan atau kedalaman gauge. Beberapa gauge normalnya
diatur untuk memasukkan tekanan nol pada kedalaman laut sehingga menolak
tekanan karena atmosfer (1 ATA). Tekanan masuk ke gauge pada kedalaman
10 meter setara dengan tekanan 1 atm. Tekanan gauge dikonversi jadi tekanan
absolut dengan menambah satu tekanan atmosfer.8
Tekanan Parsial
Dengan bercampurnya gas, proporsi tekanan total yang diperoleh dari tiap gas
disebut tekanan parsial. Tekanan parsial didapatkan dari komponen tiap gas
dari proporsi persentasenya dengan percampuran. Tiap molekul gas
berkontribusi terhadap proporsi yang sama dari tekanan total pada
percampuran. Misalnya udara pada 1 ATA mengandung oksigen 21% maka
tekanan parsial oksigen adalah 0,21 ATA dan udara pada 1 ATA mengandung
nitrogen 78%, maka tekanan parsial nitrogen adalah 0,78 ATA.9
b. Penerbangan
Pada saat penerbangan akan terjadi perubahan ketinggian yang menyebabkan
perubahan tekanan. Suatu penurunan atau peningkatan pada tekanan lingkungan
akan memperbesar atau menekan suatu volume udara dalam ruang tertutup. Pada
saat turun dari suatu ketinggian, tekanan atmosfer akan naik dan tekanan gas di
10
telinga tengah akan turun. Udara tidak akan masuk ke telinga tengah secara
spontan, tuba auditori harus dibuka dengan gerakan menguap atau perasat lain
yang sering terjadi tanpa disadari, yang terjadi setiap menit atau lebih sering.
Ketidakmampuan tuba untuk melaksanakan fungsinya dapat disebabkan oleh
sistem mekanik yang tidak normal. Barotrauma dapat terjadi jika rongga-rongga
yang berisi udara dalam tubuh menjadi rongga tertutup, dengan menjadi buntunya
jalur ventilasi normal dan telinga tengah adalah rongga yang paling sering
terkena. Hal ini dikarenakan struktur tuba eustasius yang kompleks. Barotrauma
dapat mengenai satu atau kedua telinga.10
IV.
Patofisiologi
Dalam keadaan normal, tuba eustasius membantu menjaga agar tekanan di
kedua tempat tersebut tetap sama dengan cara membiarkan udara dari luar masuk
ke telinga tengah atau sebaliknya. Untuk memelihara tekanan yang sama pada
kedua sisi dari gendang telinga yang intak, diperlukan fungsi tuba yang normal.
Jika tuba Eustasius tersumbat, tekanan udara di dalam telinga tengah berbeda dari
tekanan di luar gendang telinga, menyebabkan barotrauma.2
Barotrauma adalah kerusakan jaringan akibat perubahan tekanan barometrik
yang tiba-tiba di luar telinga tengah sewaktu di pesawat terbang atau menyelam.
Hukum boyle menyatakan suatu penurunan atau peningkatan pada tekanan
lingkungan akan memperbesar atau menekan (secara berurutan) suatu volume gas
dalam ruang tertutup atau P1 x V1 = P2 x V2, dimana P adalah tekanan dan V
adalah volume. Barotrauma dapat terjadi bilamana ruang-ruang berisi gas dalam
tubuh (telinga tengah, paru-paru) menjadi ruang tertutup dengan menjadi
buntunya jaras-jaras ventilasi normal.2
Barotrauma telinga tengah terjadi akibat kegagalan tuba Eustasius untuk
menyamakan tekanan antara telinga tengah dan lingkungan saat terjadi perubahan
tekanan.Bila gas tersebut terdapat dalam struktur yang lentur, maka struktur
tersebut dapat rusak karena ekspansi ataupun kompresi.Barotrauma paling sering
terjadi pada telinga tengah, hal ini terutama karena rumitnya fungsi tuba
11
Eustasius. Tuba Eustasius secara normal selalu tertutup namun dapat terbuka pada
gerakan menelan, mengunyah, menguap, dan dengan manuver Valsalva. Dengan
menurunnya tekanan lingkungan, udara dalam telinga akan mengembang dan
secara pasif akan keluar melalui tuba eustasius. Dengan meningkatnya tekanan
lingkungan, udara di dalam telinga dan dalam tuba eustasius menjadi tertekan. Hal
ini cenderung menyebabkan penciutan tuba eustasius. Jika perbedaan tekanan
antara rongga telinga tengah dan lingkungan sekitar terlalu besar ( sekitar 90
sampai 100 cmHg), maka bagian kartilaginosa dari tuba eustasius akan sangat
menciut. Jika tidak ditambahkan udara melalui tuba eustasius untuk memulihkan
volume telinga tengah, maka struktur-struktur dalam telinga tengah dan jaringan
di dekatnya akan rusak dengan makin bertambahnya perbedaan tekanan.2
Rangkaian kerusakan yang dapat diperkirakan dengan berlunjutnya keadaan
vakum relatif dalam rongga telinga mula-mula membrana timpani tertarik ke
dalam, pembuluh darah kecil pada mukosa telinga tengah juga akan berdilatasi
dan pecah, menimbulkan hemotimpanum. Kadang dapat menyebabkan ruptur
membrana timpani.2
Barotrauma dapat terjadi pada waktu seseorang menyelam turun (descend),
maupun pada waktu naik (ascent).2, 9
1. Barotrauma saat turun (descend)
Imbalans tekanan terjadi apabila penyelam tidak mampu menyamakan
tekanan udara di dalam rongga tubuh pada waktu tekanan air bertambah atau
berkurang. Tekanan meningkat sebesar 1 atmosfer setiap kedalaman laut 33 ft
(10 m). Dengan kata lain kompresi akan meningkat pada kedalaman >10
meter.2,9
12
13
14
Klasifikasi
a. Barotrauma Telinga luar
Telinga luar adalah ruang yang berisi udara yang dapat dipengaruhi oleh
perubahan tekanan dari lingkungan luar. Pada saat menyelam, normalnya air
menggantikan udara dan mengisi saluran telinga luar. Obstruksi pada telinga
luar seperti serumen dapat menimbulkan produksi ruang yang berisi udara
yang dapat merubah volumenya untuk respon terhadap tekanan dari luar.
Selama penurunan, volume di ruang ini menurun dan menyebabkan membran
timpani terdesak dan terdorong ke luar. Hal ini dapat menyebabkan nyeri dan
perdarahan kecil pada gendang telinga.12
15
selama
penurunan
secara
langsung
16
teori yang menjelaskan barotrauma pada telinga dalam yaitu implosive dan
explosive.12
Teori mekanisme implosive melibatkan pembersihan telinga tengah selama
penurunan. Tekan diantarkan dari gendang telinga yang menonjol,
menyebabkan ossikula bergerak ke arah telinga dalam pada oval window.
Tekanan ini ditransmisikan melalui telinga dalam dan menyebabkan
penonjolan pada round window. Jika penyelam melakukan politzer manuver
dan tuba eustasius terbuka maka tekanan dalam telinga tengah yang tinggi
akan menurun, sehingga ossikula kembali ke posisi normal.12
17
DIAGNOSIS
a. Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan adanya riwayat menyelam atau penerbangan,
dimana terdapat perubahan cepat pada tekanan lingkungan. Apabila selama
penerbangan atau menyelam pasien mengalami hidung tersumbat akibat dari
alergi, pilek, atau infeksi saluran pernapasan atas, hal tersebut akan lebih
memicu terjadinya barotrauma. Keluhan pada pasien yang mengalami
barotrauma diantaranya adalah keluhan berupa kurang dengar, rasa nyeri di
dalam telinga, autofoni, perasaan ada air di dalam telinga dan kadang-kadang
tinnitus dan vertigo.1,13
b. Gejala Klinis13
Gejala umum pada barotrauma telinga :
1.
2.
3.
4.
5.
Pusing (vertigo)
Nyeri pada telinga
Rasa tidak nyaman pada salah satu telinga atau kedua telinga
Penurunan pendengaran
Rasa penuh pada telinga
18
19
21
Diferensial Diagnosis
Fraktur Os. temporal, otitis media akut, otitis media supuratif kronik, dan
otitis media bullosa sama gambarannya pada otoskopi.1
VIII.
Penatalaksanaan
Tujuannya adalah untuk mengembalikan aerasi telinga tengah. Hal ini
dilakukan
dengan
kateterisasi.
Dalam
kasus
ringan,
dekongestan
membran timpani yang tidak sembuh setelah pemberian lebih dari 2 bulan,
IX.
23
24
XI.
Prognosis
Kebanyakan kasus memiliki prognosis yang baik dan tidak menimbulkan
komplikasi. Kehilangan pendengaran sering terjadi pada kasus barotrauma
namun hanya bersifat sementara. Pada kasus-kasus berat memerlukan waktu
hingga 4-6 minggu untuk sembuh, tapi umumnya dapat sembuh dalam dua
sampai tiga hari.2,13
DAFTAR PUSTAKA
1. Efiaty A.S, Iskandar N, Bashiruddin J, Ratna D.R,Barotraumadalam Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan LeherEdisi
keenam.Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.p65
25
Otology
and
Neurotology
in
http://www.emedicine.medscape.com/article/768618.htm
17. Mirza,S.etc. Otic Barotrauma from Air Travel. UK: The Journal of
Laryngology ang Otology. 2005.
18. Menner, AL. A Pocket Guide to The Ear. New York : Thieme Stuttgart.
2003. P.85
19. Dhingra PL. Barotrauma In Disease of Ear, Nose and Throat. Fourth
Edition. New Delhi : Elsevier publishing.2007. p 65.
20. Dr. Ronson LI, Diving Medicine Volume 1 Common Diving Related Ear
Barotrauma And Management. Availabe from :
http://www.scuba.net.hk/medicine/volume001.htm
27