Anda di halaman 1dari 27

BAROTRAUMA

I.

Pendahuluan
Barotrauma adalah kerusakan jaringan akibat perubahan tekanan barometrik

yang tiba-tiba di luar telinga tengah sewaktu di pesawat terbang atau menyelam,
keadaan ini menyebabkan tuba eustasius gagal membuka. Apabila perbedaan
tekanan melebihi 90 cmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak mampu
membuka tuba eustasius. Pada keadaan ini terjadi tekanan negatif di rongga telinga
tengah, sehingga cairan keluar dari pembuluh darah kapiler mukosa dan kadangkadang disertai dengan ruptur pembuluh darah, sehingga cairan di telinga tengah
dan rongga mastoid bercampur darah. Barotrauma paling sering terjadi pada
telinga tengah, hal ini terutama karena rumitnya fungsi tuba eustasius. Tuba
eustasius secara normal selalu tertutup namun dapat terbuka pada gerakan
menelan, mengunyah, menguap, dan dengan manuver Valsalva.1,2
Hukum boyle menyatakan bahwa suatu penurunan atau peningkatan pada
tekanan lingkungan akan memperbesar atau menekan (secara berurutan) suatu
volume gas dalam ruang tertutup. Bila gas terdapat dalam struktur yang lentur,
maka struktur tersebut dapat rusak karena ekspansi atau kompresi. Barotrauma
dapat terjadi bilamana ruang-ruang berisi gas dalam tubuh (telinga tengah, paruparu) menjadi ruang tertutup dengan menjadi buntunya jaras-jaras ventilasi
normal.2
II.

Anatomi
Anatomi Telinga
1. Anatomi Telinga Luar
Telinga luar atau eksternal adalah bagian dari telinga yang terletak lateral
dari membran timpani. Bagian ini terdiri dari kanalis auditori eksterna serta
aurikula dan kartilago dari telinga. Aurikula adalah lapisan semisirkular dari
kartilago elastik. Bagian terbesar dari aurikula adalah helix dan antihelix,
tragus dan antitragus, yang dikelilingi oleh konka, yang ditekan ke arah
posterior oleh skapoid ke meatus akustikus eksterna. Kartilago dari meatus

akustikus eksterna terhubung dengan bagian luar dari kanalis dan aurikula
pada telinga.3,4
Kanalis akustikus eksterna tersusun oleh perpanjangan kartilago dari
aurikula setengah bagian luar dan bagian mastoid dan timpani dari tulang
temporal pada setengah bagian dalam. Bagian ini terikat dengan membran
timpani di medial dan dilapisi oleh kulit tipis dengan sedikit jaringan subkutan
di bagian medial dan folikel rambut, serumen, dan glandula sebasea di bagian
lateral. Membran timpani terdiri dari tiga lapisan : lapisan luar adalah lapisan
epitel skuamous, lapisal medial adalah mukosa, dan lapisan fibrosa atau tunika
propria. Lapisan fibrosa pada membran timpani memberi bentuk dan
kepadatan membran timpani. Serat radial dari tunika propria masuk ke
manubrium, serat sirkumferensial memperkuat lapisan untuk menahan
getaran, dan serat tangensial untuk memperkuat struktur membran timpani.3,4

Gambar 1. Telinga 3
2. Anatomi Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk ireguler, tetapi dapat digambarkan sebagai
sebuah kotak yang mempunyai 6 sisi. Ruang telinga tengah dari atas ke bawah
terbagi atas 3 bagian, yaitu epitimpan, mesotimpani, dan hipotimpani.
Epitimpani atau atik adalah ruang yang terletak di atas dari batas atas
2

membran timpani. Mesotimpani merupakan kavum timpani. Sedangkan


hipotimpani merupakan ruang yang terletk di bawah dari batas bawah
membran timpani. Telinga tengah memiliki diameter vertikal kurang lebih 15
mm, diameter transversa pada epitimpani kurang lebih 14 mm, 2 mm pada
mesotimpani dan 6 mm pada hipotimpani.Dinding posteriornya lebih luas
daripada dinding anterior, sehingga kotak tersebut berbentuk baji.3,4
Mukosa telinga tengah merupakan lanjutan dari mukosa faring dan tuba
eustasius, yaitu sama dengan mukosa saluran nafas lainnya. Kelenjar mukus
dan sel goblet mulai berubah dari kolumnar menjadi kuboid di daerah
posterior promontorium dan aditus ad antrum. Fungsi dari telinga tengah akan
meneruskan energi akustik yang berasal dari telinga luar kedalam koklea yang
berisi cairan.3,4

Gambar 3. Ossikula auditorius3


Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus,
stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendi, otot, dan ligamen,
yang membantu hantaran suara. Ada dua foramen, foramen ovale dan foramen
rotundum. Bagian basis stapes melekat pada foramen ovale, di mana suara
dihantar telinga tengah. Foramen ovale menghantarkan getaran suara.
Foramen ovale ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan basis stapes ditahan

oleh struktur berbentuk cincin. Foramen ovale dan foramen rotundum mudah
mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami
kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.3,4
Tuba Eustasius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah
dengan nasofaring. Tuba Eustasius pada orang dewasa panjangnya berkisar 36
mm dan terletak inferoanterior di medial telinga tengah. Terdiri dari dua
bagian, 1/3 lateral (sekitar 12 mm) yang merupakan pars osseus, berada pada
dinding anterior kavum timpani, 2/3 medial sekitar 24 mmm adalah pars
fibrokartilagineus yang masuk ke dalam nasofaring. Ostium tuba terletak
sekitar 1,25 cm di belakang dan agak di bawah ujung posterior konka inferior.
Lumen tuba berbentuk segitiga dengan ukuran vertikal 2-3 mm dan horizontal
3-4 mm. Pars osseus selalu terbuka, pars kartilagineus pada saat istirahat akan
tertutup dan akan terbuka pada saat menelan, menguap atau meniup keras.
Mukosa tuba Eustasius dilapisi oleh epitel respiratorius berupa sel-sel
kolumnar bersilia, sel goblet dan kelenjar mukus. Epitel ini bergabung dengan
mukosa telinga tengah di pars osseus tuba.4,5

Gambar 4. Tuba Eustasius5


Muara tuba Eustasius yang terletak di telinga tengah berada pada dinding
anterior dan dari sini akan memanjang ke arah depan, medial, dan ke bawah
hingga memasuki nasofaring.4
Secara umum, tuba Eustasius cenderung selalu menutup. Dengan adanya
kontraksi dari m. tensor veli palatini, tuba Eustasius dapat terbuka pada saat
menelan, menguap, atau membuka rahang sehingga terjadi keseimbangan
tekanan atmosfer. Dimana tuba eustasius berfungsi untuk menyeimbangkan
tekanan udara pada kedua sisi membran timpani.4,5

3. Anatomi Telinga Dalam


Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk
pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga
kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus kokleavestibularis) semuanya
merupakan bagian dari komplek anatomi. Telinga dalam terdiri dari dua
bagian yaitu labirin tulang dan labirin membranosa. Telinga dalam terletak di
pars petrosus os temporalis dan disebut labirin karena bentuknya yang
kompleks. Labirin tulang terdiri dari vestibulum, kanalis semisirkularis dan
koklea. Vestibulum merupakan bagian yang membesar dari labirin tulang
dengan ukuran panjang 5 mm, tinggi 5 mm dan dalam 3 mm. Ada tiga buah
semisirkularis yaitu kanalis semisirkularis superior, posterior dan lateral yang
terletak di atas dan di belakang vestibulum. Ketiga kanalis semisiposterior,
superior dan lateral terletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan
mengandung organ yang berhubungan dengan keseimbangan. 3,4
Kanalis semisirkularis saling berhubungan tidak lengkap dan membentuk
lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala
vestibuli sebelah atas, skala timpani disebelah bawah, dan skala media (duktus
koklearis) diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa,
sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di
perilimfa berbeda dengan endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran.
Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissners
membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada
membran ini terletak organ corti. Pada skala media terdapat bagian yang
berbentuk lidah yang disebut membran tektoria, dan pada membran basal
melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan
kanalis corti, yang membentuk organ corti. Di telinga dalam terdapat kanalis
semisirkularis dan utrikel yang diperlukan untuk keseimbangan, sedangkan
sakulus dan duktus koklea diperlukan untuk pendengaran.3,4

Gambar 5. Labirin pada telinga dalam.3


Koklea membentuk tabung ulir yang dilindungi oleh tulang dengan
panjang sekitar 35 mm dan terbagi atas skala vestibuli, skala media dan skala
timpani. Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm
dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untu
kpendengaran, dinamakan organ Corti. Di dalam tulang labirin, namun tidak
sempurna mengisinya. Labirin membranosa terendam dalam cairan yang
dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal
dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun ata
sutrikulus, sakulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organ
Corti. Labirin membran terisi endolimfe, satu-satunya cairan ekstraseluler
dalam tubuh yang tinggi kalium dan rendah natrium. Labirin membran
dikelilingi oleh cairan perilimfe (tinggi natrium rendah kaliunm). Labirin
tulang dan membran memiliki bagian vestibular dan bagian koklear. Bagian
vestibularis (pars superior) behubungan dengan keseimbangan, sementara
bagian koklearis (pars inferior) merupakan organ pendenganran kita. Banyak
kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu. Percepatan
angular menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis
dan merangsang sel-sel rambut labirin membranosa. Akibatnya terjadi
aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang vestibula nervus kranialis
VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan linear merangsang selsel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris yang akan
dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius
internus, nervus koklearis, yang muncul dari koklea, bergabung dengan nervus
6

vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus,


menjadi nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang bergabung dengan
nervus ini di dalam kanalis auditorius internus adalah nervus fasialis (nervus
kranialis VII). Kanalis auditorius internus membawa nervus tersebut dan
asupan darah ke batang otak.3,4
Gelombang bunyi dihantarkan oleh membrana timpani ke osikuius telinga
tengah yang akan dipindahkan ke koklea, organ pendengaran, yang terletak
dalam labirin di telinga dalam. Osikel yang penting, stapes, memulaigetaran
(gelombang) dalamcairan yang beradadalamtelingadalam. Gelombang cairan
ini, pada gilirannya mengakibatkan terjadinya gerakan membrana basilaris
yang akan merangsang sel-sel rambut organ corti dalam koklea, bergerak
seperti gelombang. Gerakan membrana akan menimbulkan arus listrik yang
akan merangsang berbagai daerah koklea. Sel rambut akan memulai impuls
saraf yang telah dikode dan kemudian dihantarkan ke korteks auditorius dalam
otak, dan kernudian didekode menjadi pesan bunyi.3,4
III.

Fisiologi Pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke
koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran
melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas
membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini
akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfe
pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang
mendorong endolimfe, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran
basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion
terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan

proses

depolarisasi

sel

rambut

sehingga

melepaskan

neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi pada


saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks
pendengaran di lobus temporalis.7,8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.

Definisi

Barotrauma adalah kerusakan jaringan akibat perubahan tekanan barometrik


yang tiba-tiba di luar telinga tengah sewaktu di pesawat terbang atau menyelam,
keadaan ini menyebabkan tuba eustasius gagal membuka.1,2
II.

Epidemiologi
Barotrauma pada telinga tengah dapat terjadi saat menyelam ataupun saat
terbang. Perubahan tekanan pada kedalaman 17 kaki pertama di bawah air setara
dengan perubahan tekanan pada ketinggian 18.000 kaki pertama diatas bumi.
Dengan demikian, perubahan tekanan lingkungan terjadi lebih cepat pada saat
menyelam dibandingkan saat terbang. Hal ini dapat menjelaskan relatif tingginya
insidens barotrauma pada telinga tengah pada saat menyelam. Barotrauma telinga
tengah dapat terjadi pada penyelaman kompresi udara (scuba) atau penyelaman
dengan menahan napas.2

III.

Etiologi
Barotrauma disebabkan oleh perbedaan tekanan antara lingkungan luar dan
bagian dalam dari telinga sehingga menimbulkan ketidaknyamanan, penyebabnya
meliputi8:
8

a. Menyelam
Saat seseorang menyelam, ada beberapa tekanan yang berpengaruh yaitu
tekanan atmosfer dan tekanan hidrostatik. Tekanan atmosfer yaitu tekanan
yang ada di atas air. Tekanan hidrostatik yaitu tekanan yang dihasilkan oleh air
yang berada di atas penyelam. Barotrauma dapat terjadi pada saat menyelam
turun ataupun naik. Divers depth gauges digunakan hanya untuk mengetahui
tekanan hidrostatik dan berada pada angka nol pada permukaan laut. Ini tidak
dapat mengetahui 1 atmosfer (1 ATA) diatasnya. Jadi tekanan gauge selalu 1
atmosfer lebih rendah dari tekanan yang sebenarnya dan tekanan absolut.9
Tekanan Atmosfer
Tekanan atmosfer yang ada dilaut yaitu 1 atmosfer atau 1 bar. 1 atmosfer
diperkirakan mendekati dengan 10 meter kedalaman laut, 33 kaki kedalaman
air laut, 34 kaki kedalaman air segar, 1 kg/cm 2, 14,7 Ibs/in2 psi, 1 bar, 101,3
kilopascals, 760 mmHg.9

TEKANAN
ABSOLUT
1 ATA
2 ATA
3 ATA
4 ATA

TEKANAN
GAUGE
0 ATG
1 ATG
2 ATG
3 ATG

KEDALAMAN
LAUT
Permukaan
10 meter (33ft)
20 meter (66ft)
30 meter (99ft)

Tabel 1. Tekanan dibawah laut9

Gambar 6. Tekanan Atmosfer.9

Tekanan Absolut
Tekanan absolut merupakan tekanan total yang dialami seorang penyelam
ketika berada di kedalaman laut yang merupakan jumlah dari tekanan atmosfer
yang berada dipermukaan air ditambah tekanan yang dihasilkan oleh massa air
di atas penyelam (tekanan hidrostatik). Tekanan total yang dialami penyelam
disebut tekanan absolut. Tekanan ini menggambarkan keadaan atmosfer dan
disebut sebagai absolut atmosfer atau ATA.9
Tekanan Gauge
Seperti yang telah dijelaskan, tekanan hidrostatik saat menyelam diukur
dengan suatu tekanan atau kedalaman gauge. Beberapa gauge normalnya
diatur untuk memasukkan tekanan nol pada kedalaman laut sehingga menolak
tekanan karena atmosfer (1 ATA). Tekanan masuk ke gauge pada kedalaman
10 meter setara dengan tekanan 1 atm. Tekanan gauge dikonversi jadi tekanan
absolut dengan menambah satu tekanan atmosfer.8
Tekanan Parsial
Dengan bercampurnya gas, proporsi tekanan total yang diperoleh dari tiap gas
disebut tekanan parsial. Tekanan parsial didapatkan dari komponen tiap gas
dari proporsi persentasenya dengan percampuran. Tiap molekul gas
berkontribusi terhadap proporsi yang sama dari tekanan total pada
percampuran. Misalnya udara pada 1 ATA mengandung oksigen 21% maka
tekanan parsial oksigen adalah 0,21 ATA dan udara pada 1 ATA mengandung
nitrogen 78%, maka tekanan parsial nitrogen adalah 0,78 ATA.9
b. Penerbangan
Pada saat penerbangan akan terjadi perubahan ketinggian yang menyebabkan
perubahan tekanan. Suatu penurunan atau peningkatan pada tekanan lingkungan
akan memperbesar atau menekan suatu volume udara dalam ruang tertutup. Pada
saat turun dari suatu ketinggian, tekanan atmosfer akan naik dan tekanan gas di
10

telinga tengah akan turun. Udara tidak akan masuk ke telinga tengah secara
spontan, tuba auditori harus dibuka dengan gerakan menguap atau perasat lain
yang sering terjadi tanpa disadari, yang terjadi setiap menit atau lebih sering.
Ketidakmampuan tuba untuk melaksanakan fungsinya dapat disebabkan oleh
sistem mekanik yang tidak normal. Barotrauma dapat terjadi jika rongga-rongga
yang berisi udara dalam tubuh menjadi rongga tertutup, dengan menjadi buntunya
jalur ventilasi normal dan telinga tengah adalah rongga yang paling sering
terkena. Hal ini dikarenakan struktur tuba eustasius yang kompleks. Barotrauma
dapat mengenai satu atau kedua telinga.10
IV.

Patofisiologi
Dalam keadaan normal, tuba eustasius membantu menjaga agar tekanan di

kedua tempat tersebut tetap sama dengan cara membiarkan udara dari luar masuk
ke telinga tengah atau sebaliknya. Untuk memelihara tekanan yang sama pada
kedua sisi dari gendang telinga yang intak, diperlukan fungsi tuba yang normal.
Jika tuba Eustasius tersumbat, tekanan udara di dalam telinga tengah berbeda dari
tekanan di luar gendang telinga, menyebabkan barotrauma.2
Barotrauma adalah kerusakan jaringan akibat perubahan tekanan barometrik
yang tiba-tiba di luar telinga tengah sewaktu di pesawat terbang atau menyelam.
Hukum boyle menyatakan suatu penurunan atau peningkatan pada tekanan
lingkungan akan memperbesar atau menekan (secara berurutan) suatu volume gas
dalam ruang tertutup atau P1 x V1 = P2 x V2, dimana P adalah tekanan dan V
adalah volume. Barotrauma dapat terjadi bilamana ruang-ruang berisi gas dalam
tubuh (telinga tengah, paru-paru) menjadi ruang tertutup dengan menjadi
buntunya jaras-jaras ventilasi normal.2
Barotrauma telinga tengah terjadi akibat kegagalan tuba Eustasius untuk
menyamakan tekanan antara telinga tengah dan lingkungan saat terjadi perubahan
tekanan.Bila gas tersebut terdapat dalam struktur yang lentur, maka struktur
tersebut dapat rusak karena ekspansi ataupun kompresi.Barotrauma paling sering
terjadi pada telinga tengah, hal ini terutama karena rumitnya fungsi tuba

11

Eustasius. Tuba Eustasius secara normal selalu tertutup namun dapat terbuka pada
gerakan menelan, mengunyah, menguap, dan dengan manuver Valsalva. Dengan
menurunnya tekanan lingkungan, udara dalam telinga akan mengembang dan
secara pasif akan keluar melalui tuba eustasius. Dengan meningkatnya tekanan
lingkungan, udara di dalam telinga dan dalam tuba eustasius menjadi tertekan. Hal
ini cenderung menyebabkan penciutan tuba eustasius. Jika perbedaan tekanan
antara rongga telinga tengah dan lingkungan sekitar terlalu besar ( sekitar 90
sampai 100 cmHg), maka bagian kartilaginosa dari tuba eustasius akan sangat
menciut. Jika tidak ditambahkan udara melalui tuba eustasius untuk memulihkan
volume telinga tengah, maka struktur-struktur dalam telinga tengah dan jaringan
di dekatnya akan rusak dengan makin bertambahnya perbedaan tekanan.2
Rangkaian kerusakan yang dapat diperkirakan dengan berlunjutnya keadaan
vakum relatif dalam rongga telinga mula-mula membrana timpani tertarik ke
dalam, pembuluh darah kecil pada mukosa telinga tengah juga akan berdilatasi
dan pecah, menimbulkan hemotimpanum. Kadang dapat menyebabkan ruptur
membrana timpani.2
Barotrauma dapat terjadi pada waktu seseorang menyelam turun (descend),
maupun pada waktu naik (ascent).2, 9
1. Barotrauma saat turun (descend)
Imbalans tekanan terjadi apabila penyelam tidak mampu menyamakan
tekanan udara di dalam rongga tubuh pada waktu tekanan air bertambah atau
berkurang. Tekanan meningkat sebesar 1 atmosfer setiap kedalaman laut 33 ft
(10 m). Dengan kata lain kompresi akan meningkat pada kedalaman >10
meter.2,9

12

Tabel 2. Unit Tekanan dalam Lngkungan Underwater9

Gambar 7. Hukum Boyle9

13

Gambar 8. Barotrauma telinga tengah (descend)9


2. Barotrauma saat naik (ascent)
Saat pesawat naik, tekanan atmosfer turun dan udara di telinga tengah
akan mengembang sesuai dengan hukum Boyle. Jika tuba eustasius tidak
terbuka, seperti contohnya saat sedang menelan, udara di telinga tengah,
dengan tekanannya yang relatif positif, akan terus mengembang sampai
membran timpani terdorong ke lateral. Tuba eustasius yang normal akan
membuka secara pasif pada perbedaan tekanan 15 mmHg dan melepaskan
tekanan udara positif sehingga menyeimbangkan tekanan udara di telinga
tengah. Proses pelepasan tekanan secara pasif ini jarang menjadi masalah saat
penerbangan dan hanya timbul setiap peningkatan ketinggian 122 m. Namun
jika tuba eustasius terganggu akan terdapat rasa tidak nyaman dan nyeri di
telinga saat proses tersebut terjadi.2,9

14

Barotrauma macam ini umumnya menimbulkan nyeri mendadak akibat


kenaikan tekanan dalam rongga dan terdapat bahaya terjadinya emboli vena.
Barotrauma yang terjadi pada saat penyelam naik dari kedalaman secara cepat
disebut reverse squeeze atau overpressure. Terjadi usaha tubuh untuk
mengeluarkan isi dari ruangan untuk menyesuaikan tekanan. 2,9

Gambar 9. Patofisiologi barotrauma9


V.

Klasifikasi
a. Barotrauma Telinga luar
Telinga luar adalah ruang yang berisi udara yang dapat dipengaruhi oleh
perubahan tekanan dari lingkungan luar. Pada saat menyelam, normalnya air
menggantikan udara dan mengisi saluran telinga luar. Obstruksi pada telinga
luar seperti serumen dapat menimbulkan produksi ruang yang berisi udara
yang dapat merubah volumenya untuk respon terhadap tekanan dari luar.
Selama penurunan, volume di ruang ini menurun dan menyebabkan membran
timpani terdesak dan terdorong ke luar. Hal ini dapat menyebabkan nyeri dan
perdarahan kecil pada gendang telinga.12

15

Gambar 10. Sumbatan Telinga Luar.12


b. Barotrauma Telingah Tengah
Masalah yang paling sering terjadi saat menyelam dan terbang adalah
gagalnya untuk menyeimbangkan tekanan antara telinga tengah dan tekanan
dari luar. Ekualisasi tekanan terjadi melalui tuba eustasius. Besarnya cedera
tergantung pada derajat dan kecepatan perubahan tekanan dari luar. Pada
penyelam yang menyelam pada kedalaman 2,6 kaki akan mengalami tekanan
pada telinga tengah, dan menyebabkan retraksi membran timpaniyang
menimbulkan efek telinga seperti tersumbat dan ada rasa nyeri. Pada tekanan
yang lebih tinggi, tuba eustasius kemungkinan akan tertutup rapat oleh adanya
tekanan negatif pada telinga tengah. Hal ini bisa terjadi pada kedalaman 3,9
kaki di bawah air. Perubahan tekanan yang amat cepat dibawah air dapat
menyebabkan ruptur membran timpani.12
c. Barotrauma Telinga Dalam
Cedera pada telinga dalam

selama

penurunan

secara

langsung

berhubungan dengan ketidakmampuan untuk menyeimbangkan tekanan di


telinga tengah pada sisi yang sakit. Secara tiba-tiba, perubahan tekanan yang
besar terjadi di telinga tengah dan dapat diantarkan ke telinga dalam,
menghasilkan kerusakan yang besar pada telinga dalam. Hal ini dapat
menyebabkan vertigo bahkan ketulian. Dua mekanisme dikemukan dalam

16

teori yang menjelaskan barotrauma pada telinga dalam yaitu implosive dan
explosive.12
Teori mekanisme implosive melibatkan pembersihan telinga tengah selama
penurunan. Tekan diantarkan dari gendang telinga yang menonjol,
menyebabkan ossikula bergerak ke arah telinga dalam pada oval window.
Tekanan ini ditransmisikan melalui telinga dalam dan menyebabkan
penonjolan pada round window. Jika penyelam melakukan politzer manuver
dan tuba eustasius terbuka maka tekanan dalam telinga tengah yang tinggi
akan menurun, sehingga ossikula kembali ke posisi normal.12

Gambar 11. Mekanisme Impolsive12


Teori explosive, ketika penyelam berusaha untuk membersihkan ruang
telinga tengah dengan manuver Politzer dan tuba eustasius terhalang dan
tertutup, terjadi peningkatan yang besar pada tekanan intrakranial. Karena
cairan yang mengelilingi otak berhubungan langsung dengan cairan telinga
dalam, tekanan ditransmisikan ke telinga dalam. Sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan telinga dalam yang dapat menyebabkan ruptur pada oval
window dan round window.12

17

Gambar 12. Mekanisme Ekspolsive12


VI.

DIAGNOSIS
a. Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan adanya riwayat menyelam atau penerbangan,
dimana terdapat perubahan cepat pada tekanan lingkungan. Apabila selama
penerbangan atau menyelam pasien mengalami hidung tersumbat akibat dari
alergi, pilek, atau infeksi saluran pernapasan atas, hal tersebut akan lebih
memicu terjadinya barotrauma. Keluhan pada pasien yang mengalami
barotrauma diantaranya adalah keluhan berupa kurang dengar, rasa nyeri di
dalam telinga, autofoni, perasaan ada air di dalam telinga dan kadang-kadang
tinnitus dan vertigo.1,13

b. Gejala Klinis13
Gejala umum pada barotrauma telinga :
1.
2.
3.
4.
5.

Pusing (vertigo)
Nyeri pada telinga
Rasa tidak nyaman pada salah satu telinga atau kedua telinga
Penurunan pendengaran
Rasa penuh pada telinga

Gejala descent barotrauma:14


1. Nyeri (bervariasi) pada telinga yang terpapar
2. Kadang ada bercak darah di hidung dan nasofaring
3. Rasa tersumbat dalam telinga / tuli konduktif
Gejala ascent barotrauma :14
1.
2.
3.
4.
5.

Rasa tertekan atau nyeri dalam telinga


Vertigo
Tinnitus / tuli ringan
Peregangan dan ruptur membran timpani
Fasial Baroparesis

18

6. Barotrauma telinga dalam sebagai komplikasi


Ada tiga gejala klinis yang terdapat pada barotrauma secara umum yaitu
efek pada sinus atau telinga tengah, penyakit dekompresi, dan emboli gas
arteri. Barotrauma pada saat penurunan disebut dengan squeeze. Gejala klinis
pada barotraum tergantung pada daerah yang mengalami gangguan, yaitu :15,16
1. Barotrauma Penurunan (Sequeeze) Telinga Luar
Barotrauma pada telinga luar terjadi apabila telinga bagian luar mengalami
obstruksi, sehingga volume gas tertutup yang ada akan dikompresi atau
dikurangi selama proses penurunan kedalam air. Hal ini dapat terjadi apabila
pada pengunaan tudung yang ketat, serumen pada liang telinga, pertumbuhan
tulang dan menggunakan penutup telinga. Obstruksi pada saluran telinga
bagian luar ini akan menyebabkan penonjolan membrane timpani disertai
perdarahan, swelling dan hematom.15,16
2. Barotrauma Penurunan (Sequeeze) Telinga Tengah
Barotrauma pada telinga tengah merupakan barotrauma yang paling
umum. Membran timpani merupakan pembatas antara saluran telinga luar dan
ruang telinga tengah. Pada saat menyelam, tekanan air meningkat di luar dari
membrane timpani, untuk menyeimbangkan tekanan ini, maka tekanan udara
harus mencapai bagian dalam dari membrane timpani melalui tuba Eustasius.
Ketika tuba Eustasius ditutupi oleh mukosa, maka telinga tengah akan berisiko
terjadi barotrauma.15,16
Gejala yang akan ditemukan jika terjadi tekanan pada telinga tengah yaitu
nyeri akibat dari peregangan pada membran timpani. Gejala tersebut dapat
sedikit berkurang dengan berhenti menyelam yang lebih dalam dan segera
naik beberapa meter secara perlahan.15,16
Masalah yang paling sering dialami ketika penerbangan dan menyelam
adalah kegagalan dalam menyamakan tekanan antara telinga tengah dan
tekanan lingkungan. Persamaan tekanan terjadi pada tuba eustasius.
Kerusakan terjadi tergantung pada tingkat dan kecepatan dari perubahan
tekanan lingkungan. Pada tekanann yang lebih tinggi tuba eustasius mungkin
tertutup oleh tekanan negatif dari telinga tengah.15,16

19

3. Barotrauma Penurunan (Sequeeze) Telinga Dalam


Hal ini terjadi apabila saat penyelam naik ke permukaan dengan cepat
sehingga tekanan pada membran timpani diteruskan pada tingkap bulat dan
lonjong, sehingga meningkatkan tekanan telinga dalam. Ruptur tingkap bulat
dan lonjong dapat terjadi dan mengakibatkan gangguan telinga dalam
sehingga gejala yang ditemukan adalah gangguan keseimbangan dan
pendengaran seperti vertigo persisten dan kehilangan pendengaran.16,17
c. Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan fisis harus disesuaikan dengan riwayat pasien. Pemeriksaan
fisis secara umum harus dilakukan dengan menekankan pada telinga, sinus,
leher, paru-paru kardiovaskular dan system neurologi. Inspeksi dan palpasi
eketremitas serta pergerakan sendi. Pada telinga inspeksi secara hati-hati pada
membran timpani, lihat apakah ada tanda-tanda kongesti disekitar umbo,
berapa persen membran timpani yang rusak, jumlah perdarahan dibelakang
membrane timpani, dan ruptur membran timpani. Pada pemeriksaan fisis
dapat ditemukan retraksi, eritema dan perdarahan membran timpani. Jika
kondisi memberat mungkin didapatkan darah atau memar dibelakang
membran timpani, serta palpasi untuk menemukan nyeri tekan pada tuba
Eustasius.13,18
Kelainan membran timpani dapat dilihat melalui pemeriksaan otoskopi.
Kadang-kadang membran timpani akan mengalami perforasi. Bila gejala
menetap setelah perjalanan udara, biasanya tes garputala audiometrik akan
menunjukkan tuli konduktif ringan pada telinga yang terkena.13,18
Berdasarkan kelainan membran timpani pada pemeriksaan otoskopi,
barotrauma auris media waktu turun dibagi:20
a.
b.
c.
d.
e.

Derajat 0 : Hanya keluhan tanpa gejala pada membran timpani


Derajat 1 : Injeksi membran timpani
Derajat 2 : Injeksi dan perdarahan ringan dalam membran timpani
Derajat 3 : Perdarahan yang luas dalam membran timpani
Derajat 4 : Membran timpani bombans, tampak biru gelap karena adanya
20

darah dalam kavum timpani


f. Derajat 5 : Perforasi membran timpani dan perdarahan bebas dari kavum
timpani.

Gambar 13. Derajat barotrauma auris media.20


d. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan telinga, dan juga tes
pendengaran dan keseimbangan serta dipastikan dengan otoskop. Gendang
telinga tampak sedikit menonjol keluar atau mengalami retraksi. Pada kondisi
yang berat, bisa terdapat darah di belakang gendang telinga.2
Kadang-kadang membran timpani akan mengalami perforasi. Dapat disertai
gangguan perdengaran konduktif ringan. Perlu ditekankan bahwa tinnitus yang
menetap, vertigo dan tuli sensorineural adalah gejala-gejala kerusakan telinga
dalam. Barotrauma telinga tengah tidak jarang menimbulkan kerusakan telinga
dalam. Kerusakan telinga dalam merupakan masalah yang serius dan mungkin

21

memerlukan pembedaham untuk mencegah kehilangan pendengaran yang


menetap. Semua orang yang mengeluh kehilangan pendengaran dengan
barotrauma harus menjalani uji pendengaran dengan rangkaian penala untuk
memastikan bahwa gangguan pendengaran bersifat konduktif dan bukan
sensorineural.2
VII.

Diferensial Diagnosis
Fraktur Os. temporal, otitis media akut, otitis media supuratif kronik, dan
otitis media bullosa sama gambarannya pada otoskopi.1

VIII.

Penatalaksanaan
Tujuannya adalah untuk mengembalikan aerasi telinga tengah. Hal ini
dilakukan

dengan

kateterisasi.

Dalam

kasus

ringan,

dekongestan

tetes hidung atau dekongestan oral disertai antihistamin dapat membantu.


Dengan adanya cairan atau kegagalan metode di atas, miringotomi dapat
dilakukan untuk "membuka" tuba dan aspirasi cairan.19
Pengobatan biasanya cukup dengan cara konservatif saja, yaitu dengan
memberikan dekongestan lokal atau dengan melakukan perasat Valsalva
selama tidak terdapat infeksi di jalan napas atas.1
Obat-obat yang dapat diberikan yaitu antihistamin, dekongestan oral atau
spray serta kortikosteroid. Pemberian obat-obatan tersebut bertujuan untuk
mengurangi kongesti nasal dan tetap menjaga tuba eustasius agar selalu
terbuka. Sedangkan antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi telinga jika
barotrauma terjadi lebih berat. Pemberian antibiotik tidak diindikasikan
kecuali bila terjadi perforasi di dalam air yang kotor. Kebanyakan kasus
barotrauma pada telinga tengah yang persisten, dapat ditangani dengan
pemberian dekongestan. Jika tuba tetap tidak terbuka dengan terapi tersebut
maka dianjurkan untuk dilakukan operasi yaitu miringotomi dan bertujuan
untuk menyeimbangkan tekanan dan mengeluarkan cairan. Dan juga apabila
cairan atau cairan yang bercampur darah menetap di telinga tengah sampai
beberapa minggu, maka dianjurkan untuk tindakan miringotomi dan bila perlu
memasang pipa ventilasi (Grommet). Jika membran timpani telah ruptur
telinga harus selalu dibersihkan untuk mencegah infeksi. Perforasi pada
22

membran timpani yang tidak sembuh setelah pemberian lebih dari 2 bulan,
IX.

memerlukan prosedur pembedahan.1,9,13


Pencegahan
Usaha preventif terhadap barotrauma dapat dilakukan dengan selalu
mengunyah permen karet atau melakukan perasat Valsalva, terutama sewaktu
pesawat terbang mulai turun untuk mendarat.2
Barotrauma dapat dicegah dengan menghindari terbang ataupun menyelam
pada waktu pilek dan menggunakan teknik pembersihan yang tepat. jika terasa
nyeri, kemungkinan tuba Eustasius telah menciut. yang harus dikerjakan jika
ini terjadi pada saat menyelam adalah hentikan menyelam atau naiklah
beberapa kaki dan mencoba menyeimbangkan tekanan kembali. Hal ini tidak
dapat dilakukan jika sedang terbang dalam pesawat komersial, maka perlu
untuk mencegah penciutan tuba Eustasius. Metode terbaik adalah dengan
mulai melakukan manuver-manuver pembersihan dengan hati-hati beberapa
menit sebelum pesawat mendarat. Jika pasien harus terbang dalam keadaan
pilek, maka sebaiknya menggunakan dekongestan semprot hidung atau oral.2
Ketika berada dalam pesawat terbang, jangan tertidur selama pesawat
turun. Pada saat menyelam sebaiknya turun dan naik secara perlahan.
Menyelam dapat berbahaya jika disertai dengan alergi dan infeksi saluran
pernapasan atas, karena dapat terjadi barotrauma yang lebih berat.4
Barotrauma dapat dicegah dengan langkah langkah berikut :
1. Hindari perjalanan udara jika terdapat infeksi saluran pernafasan atas atau
alergi.
2. Mengisap atau mengunyah permen karet berguna terutama sewaktu
penurunan.
3. Jangan biarkan tertidur selama penurunan karena frekuensi menelan
biasanya menurun saat tertidur.
4. Usahakan sesering mungkin melakukan perasat Valsalva selama
penurunan.
5. Gunakan semprotan vasokonstriktor hidung, antihistamin tablet dan
dekongestan sistemik, setengah jam sebelum penurunan pada orang
dengan riwayat dari episode ini.19

23

Metode-metode ekualisasi pada barotauma :15


1. Manuver Valsava
Teknik ini paling sering digunakan karena mudah dan efektif. Manuver
Valsava adalah pembuangan napas paksa dengan menutup bibir dan
hidung untuk mendesak udara masuk ke telinga dalam ketika tuba
Eustasius terbuka. Tekanan udara yang dipaksakan tersebut akan
mengakibatkan udara dari tenggorokan mengalir ke tuba Eustasius.
Metode Valsava Manuver memiliki masalah utama yaitu metode ini tidak
menggerakkan otot-otot organ telinga untuk membuka tuba Eustasius tapi
membukanya dengan tekanan paksaan. Jika perbedaan tekanan udara di
luar dengan rongga telinga sudah terlalu tinggi (akibat gagal ekualisasi
bertahap tapi tetap masuk menyelam dengan menahan nyeri) maka akan
sulit untuk melakukan equalisasi dengan teknik ini. Jika dipaksakan
meniup udara dengan keras maka aliran udara yang besar akan membuat
rasa nyeri berlebihan di telinga anda dan akibatnya rasa sakit hingga
kerusakan pada organ telinga anda.
2. Maneuver Toynbee
Maneuver Toynbee adalah metode equalisasi dengan teknik menjepit
hidung dengan jari telunjuk dan ibu jari kemudian lakukan gaya menelan.
Gaya menelan akan membuka tuba Eustasius saat menggerakan lidah dan
melakukannya dengan hidung tertutup akan mengkompresi udara ke tuba
Eustasius dengan lembut.
3. Teknik Lowrey
Teknik ini adalah kombinasi dari Valsava Maneuver dan Toynbee
Maneuver yang dilakukan secara bergantian. Tutup hidung dengan jari
telunjuk dan ibu jari, lakukan gaya menelan sambil diimbangi dengan
tiupan udara melalui hidung dengan lembut. Teknik ini akan lebih aman
bila dibandingkan dengan teknik equalisasi dengan metode murni Valsalva
Maneuver.
4. Voluntary Tubal Opening
Tegangkan otot-otot tenggorokan sambil mendorong rahang ke depan
dan ke bawah seolah akan menguap. Otot-otot ini akan membuka saluran
Eustachio dengan lembut. Metode ini memerlukan banyak latihan, tetapi

24

beberapa penyelam pemula ada yang sudah bisa mengontrol otot-otot


X.

tenggorokan untuk membuka tuba eustasius mereka secara konsisten.


Komplikasi
Komplikasi yang bisa ditemukan yaitu infeksi telinga akut, hilangnya
pendengaran, ruptur atau perforasi dari membran timpani dan vertigo.13

XI.

Prognosis
Kebanyakan kasus memiliki prognosis yang baik dan tidak menimbulkan
komplikasi. Kehilangan pendengaran sering terjadi pada kasus barotrauma
namun hanya bersifat sementara. Pada kasus-kasus berat memerlukan waktu
hingga 4-6 minggu untuk sembuh, tapi umumnya dapat sembuh dalam dua
sampai tiga hari.2,13

DAFTAR PUSTAKA
1. Efiaty A.S, Iskandar N, Bashiruddin J, Ratna D.R,Barotraumadalam Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan LeherEdisi
keenam.Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.p65

25

2. Boies Adams, Barotrauma dalam Buku Ajar Penyakit THTEdisi keenam.


Jakarta : EGC. 1997.p91-3
3. Van de graaff,The ear, sensory organ in Human Anatomy6th Edition.
McGraw-hill. USA. 2001.p516-27
4. Ballenger Jacob,Snow James,

Otology

and

Neurotology

in

otorhinolaryngology head and neck surgery. Chapter 1. 16th Edition.


Williams & Wilkins. Spain.2003. p1-24
5. Probst Rudolf, Grevers Gerhard, Anatomi, Physiology and Examination of
6. Boies Adams, Hidung:Anatomi dan Fisiologi dalam Buku Ajar Penyakit
THTEdisi keenam. Jakarta : EGC. 1997. Hal.176
7. Boies Adams, Fisiologi Pendengaran dalam Buku Ajar Penyakit THTEdisi
keenam. Jakarta : EGC. 1997. Hal. 27-38
8. Efiaty A.S, Iskandar N, Bashiruddin J, Ratna D.R, Fisiologi Pendengaran
dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
LeherEdisi keenam.Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2007. Hal.13-16
9. Edmons, Carl MD, et al. Physics Diving Chapter 2 dalam Diving Medicine
for SCUBA Divers 5th Edition. Australia. National Library of Australia.
2013; 11-28
10. Edmunds Carl, Thomas Bob, Mckenzie Bart. Physics. Diving Medicine for
scuba Divers. Chapter 2. 2012
11. Pitoyo Y, Bashiruddin J, Hafil Alfi. Hubungan Nilai Tekanan Telinga
Tengah dengan Derajat Barotrauma pada Calon Penerbang. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2008
12. Brandon G. Bentz, Barotrauma. Hearing and Balance Disorders. San
Francisco : American Hearing Research Foundation of Northwestern
University publishing.2012
13. Medlineplus. Ear Barotrauma. U.SNational Libraryof Medicine

National Institute of Health publishing. 2014. Available from :


http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001064.htm
14. Newton Harbert B, Neurologic Complication of Scuba diving. American
Family Physician. 2001
15. Edmons, Carl MD, et al. Ear Barotrauma Chapter 9 dalam Diving
Medicine for SCUBA Divers 5th Edition. Australia. National Library of
Australia. 2013; 90-107
16. Kaplan J. Barotrauma. Availabe from :
26

http://www.emedicine.medscape.com/article/768618.htm
17. Mirza,S.etc. Otic Barotrauma from Air Travel. UK: The Journal of
Laryngology ang Otology. 2005.
18. Menner, AL. A Pocket Guide to The Ear. New York : Thieme Stuttgart.
2003. P.85
19. Dhingra PL. Barotrauma In Disease of Ear, Nose and Throat. Fourth
Edition. New Delhi : Elsevier publishing.2007. p 65.
20. Dr. Ronson LI, Diving Medicine Volume 1 Common Diving Related Ear
Barotrauma And Management. Availabe from :
http://www.scuba.net.hk/medicine/volume001.htm

27

Anda mungkin juga menyukai