FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
1.
Nilai rujukan normal untuk ketebalan translucency ini adalah < 2,5 mm.
Penelitian menunjukkan bahwa 90% bayi yang lahir normal mempunyai ketebalan
nuchal translucency < 4,5 mm, 80% bayi normal mempunyai ketebalan 56.4 mm dan
45 % bayi normal mempunyai ketabalan 6.5 mm. Semakin tinggi angka ketebalan cairan
tersebut makin tinggi pula kemungkinan defek kromosom, keguguran dan kematian
perinatal. Peningkatan ketebalan NT berhubungan dengan anomaly struktur (major
cardiac defects, skeletal dysplasias, fetal akinesia, diaphragmatic hernia). NT yang
menebal bila berlanjut pada trimester II & III akan bermanifestasi sebagai kistik
higroma. 75% kistik higroma dengan sel kromosom, 60-70% janin trisomi 21 tanpa nasal
bone, dan 2% pada kromosom normal.
2.
Diabetes melitus
Maternal hipertermia
Resiko terjadinya anensefalus dapat dikurangi dengan cara meningkatkan asupan
asam folat minimal 3 bulan sebelum hamil dan selama kehamilan bulan pertama.
3.
4.
5.
Bayi memiliki darah Rh-positif yang diturunkan dari ayahnya, dan ibu membentuk
aglutinin anti-Rh akibat terpajan dengan antigen Rh janin. Kemudian, aglutinin ibu
berdifusi ke dalam tubuh janin melalui plasenta dan menimbulkan aglutinasi sel darah
merah. Sesudah antibodi anti-Rh terbentuk pada ibu, antibodi ini berdifusi dengan lambat
melalui membran plasenta ke dalam darah janin. Disini antibodi tersebut menyebabkan
aglutinasi darah janin. Sel darah merah yang beraglutinasi akan mengalami hemolisis dan
melepaskan hemoglobin dalam darah. Makrofag janin kemudian mengubah hemoglobin
menjadi bilirubin, yang menyebabkan kulit bayi menjadi kekuningan (ikterik). Antibodi
tadi juga dapat menrusak sel sel tubuh lainnya. Seorang ibu Rh-negatif yang anak
pertamanya memiliki darah Rh-positif biasanya belum membentuk aglutinin anti-Rh
dalam jumlah yang cukup untuk menimbulkan penyakit yang berbahaya. Akan tetapi
kemungkinan eritroblastosis yang akut akan terus bertambah persentasinya ketika
kelahiran anak kedua, ketiga, dan seterusnya.