PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paru merupakan salah satu organ sistem pernafasan manusia. Secara
normal, tubuh memelihara suatu sistim dari pemeriksaan-pemeriksaan
(checks) dan keseimbangan-keseimbangan (balances) pada pertumbuhan selsel sehingga sel-sel membelah untuk menghasilkan sel-sel baru hanya jika
diperlukan. Gangguan atau kekacauan dari sistim checks dan balances ini
pada
pertumbuhan
sel
berakibat
pada
suatu
pembelahan
dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tumor Primer
1. Kanker Paru
a. Definisi
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari
saluran napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan
pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel
jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus didahului
oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa
prakanker disebut metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan
bentuk epitel dan menghilangnya silia.
b. Etiologi
Seperti umumnya kanker yang lain penyebab yang pasti dari pada
kanker paru belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan
suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama
disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik dan lainlain.3
Dari beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker
paru sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok. Lombard dan
Doering (1928), telah melaporkan tingginya insiden kanker paru pada
perokok dibandingkan dengan yang tidak merokok. Terdapat hubungan
antara rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari dengan tingginya
insiden kanker paru. Dikatakan bahwa, 1 dari 9 perokok berat akan
menderita kanker paru.3 Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam
ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan,
menimbulkan tumor.7
biasanya akan timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada
kosta dan korpus vertebra.11
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus
yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan
diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala gejala yang timbul dapat
berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin. Wheezing
unilateral dapat terdengar pada auskultasi.11
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan
adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke
struktur struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,
pericardium, otak, tulang rangka.11
d. Manifestasi
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukan gejalagejala klinis. Bila sudah menampakan gejala berarti pasien dalam stadium
lanjut.3
Gejala-gejala dapat bersifat 3:
1. Lokal (tumor tumbuh setempat)
a. Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
b. Batuk darah
c. Mengi karena ada obstruksi saluran napas
d. Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
e. Atelektasis
2. Invasi lokal
a. Nyeri dada
b. Sesak karena cairan pada rongga pleura
c. Invasi ke perikardium terjadi tamponade atau aritmia
d. Sindrom vena cara superior
e. Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
f. Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
g. Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf
3.
4.
simpatis servikalis
Gejala Penyakit Metastasis
a. Pada otak, tulang, hati, adrenal
b. Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai
metastasis)
Sindrom Para neoplastik (10% pada Ca Paru), dengan gejala:
Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
Hipertrofi osteoartropati
Neurologik : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
Neuromiopati
Endoktrin: sekresi berlebihan hormon paratiroid (hiperkalsemia)
Dermatologik : eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh
Renal: Syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)
5. Asimtomatik dengan kelainan radiologi
e. Klasifikasi
Memiliki 2 tipe utama, yaitu:
Small cell lung cancer (SCLC)
SCLC adalah jenis sel yang kecil-kecil (banyak) dan memiliki
daya pertumbuhan yang sangat cepat hingga membesar. Biasanya
disebut oat cell carcinomas (karsinoma sel gandum). Tipe ini
sangat erat kaitannya dengan perokok, Penanganan cukup
berespon baik melalui tindakan kemoterapi dan radioterapi.10
Stadium (Stage) SCLC ada 2 yaitu13:
Stage terbatas (limited) jika hanya melibatkan satu sisi paru
(hemitoraks)
Stage luas (extensived) jika sudah meluas dari satu
TNM
Tx N0 M0
Tis N0 M0
T1 N0 M0
T2 N0 M0
T1 N1 M0
T2 N1 M0, T3 N0 M0
T1 N2 M0, T2 N2 M0, T3 N1 M0, T3 N2
M0
berapapun T N3 M0, T4 berapapun N M0
berapapun T berapapun N M1
: Tumor Primer
tengah
terbesar
lebih
dari
cm
karina,
dapat
mengenai
pleura
viseral
dijelaskan sebelumnya.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara menyeluruh dan teliti..
Tumor paru ukuran kecil dan terletak di perifer dapat memberikan
gambaran normal pada pemeriksaan. Tumor dengan ukuran besar,
terlebih bila disertai atelektasis sebagai akibat kompresi bronkus, efusi
pleura atau penekanan vena kava akan memberikan hasil yang lebih
informatif,
3.
Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Untuk kanker paru pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral
akan dapat dilihat bila masa tumor dengan ukuran tumor lebih
dari 1 cm. Tanda yang mendukung keganasan adalah tepi yang
ireguler, disertai identasi pleura, tumor satelit. Pada foto, tumor
juga dapat ditemukan telah invasi ke dinding dada, efusi pleura,
efusi perikard dan metastasis intrapulmoner.5
- Gambaran radiologis Small Cell Lung Carcinoma (SCLC)
NSCLC, kolaps pada puncak paru kiri yang hampir selalu disebabkan
oleh carcinoma endobronchial brokhogenik.
Kanan :CT scan posisi mediastinal pria 68 tahun dengan gejala batuk
produktif dan hemoptysis. Gambaran hiperdens, carcinoid
endobonchial pada bronchus intermedius. Kiri, CT scan potongan
paru memperlihatkan kistik postobstuktif bronkiektasis yang berat.
b.
Bronkoskopi
Bertujuan diagnostik sekaligus dapat mengambil jaringan
atau bahan agar dapat dipastikan ada tidaknya sel ganas.
Pemeriksaan ada tidaknya masa intrabronkus atau perubahan
mukosa saluran napas, seperti terlihat kelainan mukosa tumor
misalnya, berbenjol-benjol, hiperemis, atau stinosis infiltratif,
mudah berdarah. Tampakan yang abnormal sebaiknya di ikuti
dengan tindakan biopsi tumor/dinding bronkus, bilasan, sikatan
atau kerokan bronkus.5
c.
d.
negatif.5
Sitologi sputum
Sitologi sputum adalah tindakan diagnostik yang paling
mudah dan murah. Kekurangan pemeriksaan ini terjadi bila tumor
ada di perifer, penderita batuk kering dan tehnik pengumpulan
dan pengambilan sputum yang tidak memenuhi syarat. Dengan
bantuan inhalasi NaCl 3% untuk merangsang pengeluaran sputum
dapat
ditingkatkan.
Semua
bahan
yang
diambil
dengan
formalin 4%.5
Pemeriksaan Cairan Pleura (Kalau ditemukan efusi pleura)
Cairan efusi dapat bersifat transudat maupun eksudat, dan
juga bersifat hemoragik karena dapat dilewati sel-sel darah
Pembedahan
3.
Kemoterapi
2.
3.
hidup.
Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal, untuk mengurangi
dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun
4.
keluarga.
Suportif, untuk menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal
seperti pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat
dengan
beberapa
kanker-kanker
lain.
Angka-angka
BAB II
TUMOR MEDIASTINUM
kasus datang dengan kegawatan napas atau kegawatan kardiovaskular, kondisi itu
menyebabkan prosedur diagnosis terpaksa ditunda untuk mengatasi masalah
kegawatannya terlebih dahulu(3).
2.1 Klasifikasi
Klasifikasi tumor mediastinum didasarkan atas organ/jaringan asal tumor
atau jenis histologisnya, seperti dikemukakan oleh Rosenberg
A. Timoma
Timoma adalah tumor epitel yang bersifat jinak atau tumor dengan derajat
keganasan yang rendah dan ditemukan pada mediastinum anterior. Timoma
termasuk jenis tumor yang tumbuh lambat. Sering terjadi invasi lokal ke jaringan
sekitar tetapi jarang bermetastasis ke luar toraks. Kebanyakan terjadi setelah usia
lebih dari 40 tahun dan jarang dijumpai pada anak dan dewasa muda. Jika pasien
datang dengan keluhan maka keluhan yang sering ditemukan adalah nyeri dada,
batuk, sesak atau gejala lain yang berhubungan dengan invasi atau penekanan
tumor ke jaringan sekitarnya. Satu atau lebih tanda dari sindrom paratimik sering
ditemukan pada pasien timoma, misalnya miastenia gravis, hipogamaglobulinemi
dan aplasia sel darah merah(7).
Mujiantoro S dkk pada tahun 1996 melakukan penelitian retrospektif
terhadap penderita timoma invasif menunjukkan hasil yang sama, nyeri dada,
sesak napas dan batuk adalah 3 keluhan utama penderita, sedangkan miastenia
gravis ditemukan pada 1 dari 15 penderita (8) sedangkan Marshal tahun 2002
mendapatkan 2 dari 24 kasus prabedah menunjukkan gejala miastenia gravis(9).
Dari gambaran patologi anatomi sulit dibedakan timoma jinak atau
ganas.Definisi timoma ganas ( invasif ) adalah jika tumor secara mikroskopik
Teratoma adalah tumor sel germinal yang paling sering ditemukan diikuti
seminoma Tumor ini dapat berbentuk kista atau padat atau campuran keduanya
yang terdiri dari lapisan sel germinal vaitu ektoderm. mesoderm atau endoderm.
Teratoma matur merupakan tumor sel germinal mediastinum tersering dan
biasanya jinak.Tumor tersebut tidak berpotensial metastasis seperti teratoma testis
dan dapat di operasi reseksi. Oleh karena lokasi anatomisnva maka komplikasi
pertengahan tubuh. Gejalanya dapat muncul apabila terjadi efek mekanik seperti
nyeri dada (52%), hemoptisis (42%), batuk (39%), sesak napas atau gejala yang
berhubungan dengan pneumonitis berulang. Gejala respiratorik lainnya adalah
trikoptisis (trichoptysis) (13%) yaitu batuk produktif yang dalam sputumnya
mengandung rambut atau sekret kelenjar sebasea. Hal ini timbul apabila terjadi
hubungan antara massa tumor dengan trakeobronkial. Gejala lainnya yaitu
sindrom vena kava superior atau lipoid pneumonia. Teratoma mediastinurn
biasanya ditemukan secara tidak sengaja pada foto torak(10)Secara radiologi
teratoma tampak bulat dan sering lobulated dan mengandung jaringan lunak
dengan elemen cairan dan lemak, kalsifikasi terlihat pada 20-43% kasus(7,10).
Seminoma tampak sebagai massa besar yang homogen sedangkan
nonseminoma adalah massa heterogen dengan pinggir ireguler yang disebabkan
invasi
ke
jaringan
sekitarnya.
Untuk
membedakan
seminoma
dengan
C. Tumor Syaraf
Tumor saraf dapat tumbuh dari sel saraf disebarang tempat, lebih sering di
mediastinum posterior. Tumor itu dapat bersifat jinak atau ganas dan biasanya
diklasifikasi berdasarkan jaringan yang membentuknya. Tumor yang bersifat jinak
sangat jarang menjadi ganas. Meskipun dikatakansering pada anak tetapi juga
dapat ditemukan pada orang dewasa. Topcu dariTurki menganalisis 60 pasien
tumor saraf dan mendapatkan 13 penderita bayidan anak-anak usia (< 15 tahun),
47 orang dewasa (usia >15 tahun), lebihbanyak perempuan (39 orang)
dibandingkan laki-laki (21 orang). Hanya 20% (12dari 60) bersifat ganas. Pada
tabel 5 dapat dilihat kalasifikasi tumor syaraf(3,7).
BAB III
DIAGNOSIS
Tumor mediastinum sering tidak memberi gejala dan terdeteksi pada saat
dilakukan foto toraks. Untuk tumor jinak, keluhan biasanya mulai timbul bila
terjadi peningkatan ukuran tumor yang menyebabkan terjadinya penekanan
struktur mediastinum, sedangkan tumor ganas dapat menimbulkan gejala akibat
penekanan atau invasi ke struktur mediastinum.
Gejala dan tanda yang timbul tergantung pada organ yang terlibat(3,7):
1. Batuk, sesak atau stridor muncul bila terjadi penekanan atau invasi pada
trakea
dan/atau bronkus utama,
2. Disfagia muncul bila terjadi penekanan atau invasi ke esofagus
3. Sindrom vena kava superior (SVKS) lebih sering terjadi pada tumor
mediastinum yang ganas dibandingkan dengan tumor jinak,
4. Suara serak dan batuk kering muncul bila nervus laringel terlibat, paralisis
diafragma timbul apabila penekanan nervus frenikus
5. Nyeri dinding dada muncul pada tumor neurogenik atau pada penekanan
sistem syaraf.
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik akan memberikan informasi sesuai dengan lokasi,
ukuran dan
keterbatasan organ lain, misalnya telah terjadi penekanan ke organ sekitarnya.
Kemungkinan tumor mediastinum dapat dipikirkan atau dikaitkan dengan
beberapa
keadaan klinis lain, misalnya(3):
1. miastenia gravis mungkin menandakan timoma
2. limfadenopati mungkin menandakan limfoma
5. Ekokardiografi
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi pulsasi pada tumor yang
diduga aneurisma.
6. Angiografi
Teknik ini lebih sensitif untuk mendeteksi aneurisma dibandingkan
flouroskopi dan ekokardiogram.
7. Esofagografi
Pemeriksaan ini dianjurkan bila ada dugaan invasi atau penekanan ke
esofagus.
8. USG, MRI dan Kedokteran Nuklir
Meski jarang dilakukan, pemeriksaan-pemeriksaan terkadang harus
dilakukan untuk beberapa kasus tumor mediastinum.
dilakukan
mini
mediastinotomi
yaitu
melakukan
a-fetoprotein
dan
b-HCG
dilakukan
untuk
tumor
mediastinum yang termasuk kelompok tumor sel germinal, yakni jika ada
keraguan antara seminoma atau nonseminoma. Kadar a-fetoprotein dan bHCG tinggi pada golongan nonseminoma.
Pada gambar dibawah ini dapat dilihat alur diagnostik dari tumor
mediastinum dengan atau tanpa kegawatan.
BAB IV
PENATALAKSANA AN
I III dan 17 debulking untuk semua kasus stage IV. Dari 31 kasus itu 20
(CAP). Rejimen
lain adalah
Kasus kambuh (recurrence) juga dapat terjadi dan jarang pada stage I yang
telah direseksi komplet. Relaps yang biasa terjadi adalah di pleura (pleural
dissemination) dari sisi yang sama dengan tumor primer, relaps di mediastinum
meski lebih sedikit tetapi juga terjadi.
Dari sebuah penelitian 8% pasien yang mendapat radiasi IF pascabedah
mengalami relaps di mediastinum dan tidak satu kasus pun terjadi pada pasien
yang mendapat radiasi WM
(15)
pada 24 dari 126 pasien timoma yang telah direseksi komplet, 92% terjadi di
pleura dan 5% terjadi kekambuhan lokal (17). Untuk kasus kambuh yang penting
diingat adalah apakah pada terapi sebelumnya telah mendapatkan radioterapi fulldose, jika belum radiasi masih dapat dipertimbangkan. Pada kasus yang tidak
respons dengan radiasi pemberian kortikosteroid dapat dipertimbangkan,
sedangkan .pemberian kemoterapi untuk kasus relaps masih dalam penelitian.
Sedangkan untuk menentukan prognosis penderita timoma bantak faktor
yang menentukan. Masaoka menghitung umur tahan hidup 5 tahun berdasarkan
staging penyakit, 92,6% untuk stage I, 85,7% untuk stage II, 69,6% untuk stage
III dan 50% untuk stageIV(18). Bambang dkk mendapatkan faktor-faktor yang
bermakna mempengaruhi prognosis penderita timoma pascareseksi di RS.
Persahabatan yaitu staging, jenis tindakan, histopatologi dan reaksi miastenia.
Dari 31 penderita timoma
yang dibedah di RS Persahabatan didapatkan umur tahan hidup untuk tahun I
sebesar 58,44%, tahun kedua 43,29%, tahun ketiga sampai dengan tahun kelima
30,9%, sedangkan median survival adalah 16,2 bulan. Penderita dengan reaksi
miastenia mempunyai angka tahan hidup 5 tahun (74%) sedangkan yang tidak
hanya mempunyai umur tahan hidup 2 tahun (11,8%)(14). Pada tabel 6 dapat dilihat
secara ringkas tentang penatalaksanaan timoma.
A.Seminoma
Untuk seminoma yang resectable terapi multimodaliti yaitu bedah, radiasi
dan kemoterapi memberikan umur tahan hidup 5 tahun lebih dari 90%. Kriteria
resectable adalah tanpa gejala (asymptomatic), massa masih terbatas di
mediastinum anterior dan tidak ada metastasis lokal (intratoraks) atau metastasis
jauh. Sedangkan untuk kasus yang bermetastasis diberikan kemoterapi. Terapi
radiasi atau kemoterapi sebagai pilihan terbaik untuk seminoma masih
diperdebatkan. Seminoma sangat radiosensitif, dosis radiasi adalah 4500-5000
cGy. Kemoterapi yang diberikan adalah cisplatin based, rejimen yang sering
digunakan mengandung vinblastin, bleomisin dan sisplatin(7).
B. Nonseminoma
Tumor jenis ini jarang ditemukan, bila ditemukan lebih sering pada lakilaki
dewasa muda. Cisplatin based kemoterapi adalah terapi untuk golongan ini dan
kadang dilakukan operasi pasca kemoterapi (postchemoterapy adjuctive surgery).
Rejimen yang
digunakan sisplatin, bleomisin dan etoposid. Tetapi ada rejimen yang terdiri dari
sisplatin dan bleomisin yang diberikan 4 siklus. Untuk menilai manfaat bedah
pasca kemoterapi Vuky dkk tahun 2001 melakukan penelitian terhadap 32 pasien,
reseksi komplet dapat dilakukan pada 27 pasien, analisis histopatologik
mendapatkan bahwa tumor masih mengandung jaringan nonseminoma (viable
tumors) pada 66%, teratoma pada 22% dan jaringan nekrotik pada 12% kasus(19).
C.Teratoma ganas
Rejimen kemoterapi untuk teratoma ganas antara lain sisplatin, vinkristin,
bleomisin dan methotrexate, etoposid, daktinomisin dan siklofosfamid.
B. Tumor Sekunder
DEFINISI 5
Keganasan pada paru yang merupakan penyebaran dari proses keganasan
di organ/tempat lain.
5. Penyebaran endobronkhial
Dari tumor jalan nafas. Mekanisme metastasis ini jarang terjadi.
Penyebaran ini biasanya terjadi pada pasien dengan Ca bronkhioloalveolar.
Namun dapat dilihat juga pada kanker paru lainnya.
GEJALA 6
Gejala biasanya muncul pada pasien pasien yang mengalami metastasis
multiple (80 95%). Dyspneu dapat terjadi sebagai akibat dari masa tumor yang
menggantikan jaringan parenkim paru, obstruksi jalan nafas, maupun efusi pleura.
Dyspneu yang tiba tiba berhubungan dengan perkembangan yang cepat dari
suatu efusi pleura, pneumothoraks, maupun perdarahan ditempat lesi.
Walaupun pada metastasis paru pasien dapat dikatakan tanpa gejala akibat
metastasisnya, namun pasien hampir selalu memiliki gejala akibat tumor primer
yang dideritanya. Ketika metastasis paru ditemui tanpa adanya gejala gejala
pada tempat yang diduga pusat tumornya, maka kita harus curiga akan adanya
silent tumor, seperti tumor pankreas maupun kandung empedu.
Pasien dengan limfangitis karsinomatosa biasanya mengalami dyspneu
yang
progresif,
dan
batuk
kering.
Metastasis
endobronkhial
biasanya
dilakukan untuk mendeteksi adanya metastasis paru. Namun dapat juga metastasis
paru ditemukan secara tidak sengaja waktu dilakukan pemeriksaan dengan foto X
Ray.
Computed Tomography (CT) scan memiliki resolusi yang lebih tinggi
daripada foto X Ray dada, dan dapat memperlihatkan nodul nodul yang lebih
kecil daripada teknik lainnya.
High Resolution CT (HRCT) merupakan pemeriksaan pilihan untuk
memperlihatkan adanya limfangitis karsinomatosis dan penjalarannya.
I.
Foto thoraks PA
Indikasi : - Sering dilakukan untuk pemeriksaan rutin
Cara pemeriksaan
Cara pemeriksaan
Hasil foto
Kelemahan pemeriksaan
Radiografi dada sering memperlihatkan hanya satu metastasis pulmonal
walaupun sesungguhnya ada banyak metastasis terjadi. CT Scan lebih baik dalam
mendeteksi metastasis pulmonal multiple, dan dapat mendeteksi lesi yang
diameternya lebih kecil dari 10mm.
Limfangitis karsinomatosa sulit didiagnosis dengan menggunakan foto
polos thoraks, pemeriksaan yang paling baik dilakukan adalah High Resolution
CT (HRCT) Scan.
Pleura
Metastasis ke pleura sering berasal dari karsinoma payudara, dan tampak
sebagai lesi masa, walaupun manifestasi yang paling sering adalah efusi pleura,
yang menutupi kelainan yang mendasari.
Kelenjar Limfe
CT sangat akurat dalam mendeteksi pembesaran kelenjar limfe hilus dan
mediastinum (kelenjar yang berukuran kurang dari 1 cm dan bukan merupakan
metastasis).
Limfangitis karsinomatosa-deposit sekunder pada kelenjar limfe sentral
dapat menyebabkan kongesti limfatik dengan pola pulmonal linear yang menyebar
kearah luar dari kelenjar hilus, garis septum, dan efusi pleura.
Invasi lokal
Perikardium yang menyebabkan efusi pericardium yang bersifat ganas ;
kompresi atau obstruksi vena kava superior; paralisis nervus frenikus; tomor
Pancoast.
System skeletal : iga, tulang belakang torakal, bahu.
Deposit dapat bersifat litik, misalnya dari payudara, sklerotik dari
pancoast, atau gabungan keduanya.
Limfangitis
Efusi pleura
Noduler
Metastasis Milier
Nodul soliter
Metastasis paru yang soliter jarang terjadi, kira kira hanya sebanyak 2
10% dari seluruh nodul soliter. Lesi primer yang paling sering membuat nodul
soliter yaitu Ca kolon, osteosarkoma, Ca ginjal, testes, maupun Ca mammae. Dan
juga melanoma maligna. Ca kolon, khususnya pada area rectosigmoid,
menghasilkan kira kira sepertiga kasus yang berhubungan dengan metastasis
paru yang soliter.2 Harus dipikirkan bahwa banyak pasien yang menunjukkan
suatu nodul soliter pada foto polos dada, memiliki nodul nodul multiple saat
diperiksa dengan CT, dengan 1 nodul dominan.6
Biasanya sulit untuk menghilangkan pemikiran adanya nodul soliter
metastasis dari Ca paru primer pada foto thoraks, maupun CT Scan. Pada HRCT
Scan, kira kira 1,5 x dari nodul nodul metastasis memperlihatkan tepi yang
tidak rata. Nodul nodul tersebut dapat bulat maupun oval, atau dapat pula
memiliki batas yang berlobus lobus. Tepi yang ireguler dengan spikulasi dapat
merupakan akibat dari reaksi desmoplastik maupun infiltrasi tumor pada batas
sekitar daerah limfatik maupun bronkovaskular.6
2. Nodul multiple
Metastasis noduler biasanya terjadi multiple. biasanya nodul nodul ini
bervariasi besarnya, memperlihatkan episode yang berbeda dari emboli tumor,
ataupun tingkat pertumbuhan yang berbeda. Penampakan ini jarang terjadi pada
keadaan penyakit nodular yang jinak, seperti sarkoidosis. Kadang kadang,
semua metastasis berukuran sama. Saat banyak nodul yang terlihat, mereka
biasanya terdistribusi ke seluruh paru. Ketika hanya sedikit terlihat gmabaran
metastasis, maka biasanay tempat predominannya di subpleura.
Jumlah dan ukuran nodul nodul tersebut sangat bervariasi.nodul dapat
terlihat sangat kecil (miliar) dan sangat banyak. Hal seperti ini biasanya dapat kita
lihat pada tumor dengan perdarahan yang baik (seperti Ca tiroid, renal cell Ca,
adenokarsinoma, sarkoma) dan juga dapat memperlihatkan sebaran dari emboli
tumor yang masif.2
Limfangitis metastase
Metastasis limfangitis
Meskipun penyebaran dipembuluh limfe dapat disebabkan oleh neoplasma
maligna, namun hal ini biasanya mucul dari tumor yang berasal dari mammae,
abdomen, pankreas, paru, atau prostat. Fenomena ini juga disebabkan oleh Ca
paru primer, khususnya small cell Ca dan adenokarsinoma. Biasanya juga
berhubungan dengan pleura.
Gambaran radiologi klasik terdiri dari penebalan septum interlobularis (5
10 mm atau lebih kecil) dan terdapat corakan bronkovaskular yang ireguler.
Gambaran ini mudah dilihat pada lobus bawah pada kedau paru. Komponen
nodular dari penyebaran intraparenkim dapat berhubungan dengan limfangitis
karsinomatosis. Hilus dan mediastinal limfadenopati dapat muncul pada 20 40%
pasien, dan efusi pleura dapat timbul pada 30 50% pasien. Diagnosis dini dari
limfangitis karsinomatosis biasanya sulit dilihat dengan temuan foto thoraks biasa,
yang biasanya ditemukan normal pada 30 50% kasus. Namun dapat didiagnosis
secara dini dengan menggunakan HRCT Scanning.
Pleural metastase
Contohnya pada : Ca mammae, Ca gaster dll
Metastase alveolar/pneumonik
Limfangitis
payudara
karsinomatosa
dengan
Tension
dari
kanker
pneumotoraks
Unilateral
limphangitis
karsinomatosa
dari
Unilateral
limphangitis
karsinomatosa
dari
Karsinoma Prostat
menjalani
terapeutik
orkidektomi
bilateral.
Ada beberapa nodul di kedua bidang paru-paru.
Luas kehancuran mulai rusuk pertama yang tepat
dengan hilangnya beberapa korteks lateral.
Cavitating
metastasis
pada
post
total
.
Kondisi yang mungkin menjadi diferensial diagnosis nodul soliter
termasuk lesi jinak seperti hamartoma, granuloma (misalnya pada tuberculosis,
histoplasmosis, granulomatosis Wegener), abses pulmonal, infark, fibrosis fokal,
dan neoplasma bronchial primer.
Kondisi yang mungkin menjadi diferensial diagnosis nodul multiple
hampir sama seperti metastasis paru pada nodul soliter, yaitu abses
granulomatosa, infark multiple, dan sarkoidosis
Dan kondisi yang mungkin menjadi diferensial diagnosis limfangitis
karsinomatosa yaitu edema pulmonal dan fibrosis paru. 6
II.
COMPUTED TOMOGRAPHY 6
Temuan radiologis
CT Scan menjadi suatu modalitas pilihan untuk mendeteksi metastasis
tumor dan untuk perencanaan pembedahan dan follow up pasien dengan
metastasis paru. Sensitivitasnya lebih tinggi daripada foto thoraks biasa, maupun
tomografi linear (yang telah digantikan dengan CT) dihasilkan dari kurangnya
superimposisi dari strukturnya dan tingginya resolusi kontras dari nodul nodul
jaringan lunak di parenkim paru. Sebagian lesi pada apeks dan basal yang dekat
dengan jantung, mediastinum dan pleura dapat tidak terlihat hanya dengan foto
thoraks biasa, namun dengan CT Scan, gambaran tersebut dapat terlihat.
Teknik pemeriksaan
CT multisection adalah suatu teknik pilihan untuk mendeteksi adanya
metastasis paru. Lebih cepat dan lebih sensitive daripada CT Spiral yang
terdahulu.
High
Resolution
CT
(HRCT)
marupakan
teknik
pilihan
untuk
dan terdapat sekitar 35% dari autopsi yang dilakukan terhadap pasien dengan
tumor yang padat.
HRCT merupakan alat pilihan untuk limfangitis karsinomatosis. Diagnosis
dengan foto polos biasa dapat sulit, karena dapat terlihat normal dalam 30 50%
kasus yang ada. Penebalan noduler maupun yang halus dari septum interlobularis
dan interstisial peribronkhovaskuler dapat muncul pada HRCT Scan, dan
gambaran paru normal pun terlihat dengan baik.
Tingkat ketelitian
Penemuan pada CT Scan tidak spesifik dan tidak dapat membedakan
antara metastasis dengan lesi jinak seperti granuloma dan kelenjar getah
bening paru. Spesifisitas CT Scan lebih tinggi pada daerah yang jarang
terjadi granuloma.
Sensitivitas yang lebih baik dari CT Scan (sebagai contoh multisection CT,
dan Spiral), semakin rendah pula spesifisitasnya, karena semakin banyak nodul
jinak yang terdeteksi. Hal ini khususnya terjadi pada daerah endemic
histoplasmosis.
Gambar A
Gambar B
Calcified metastasis (44 th,perempuan tua) yang telah menjalani eksisi luas
paha kiri massa, yang terbukti osteosarcoma, 7 tahun sebelumnya. (a) foto
polos PA menunjukkan beberapa pelemahan nodular area di kedua paruparu. Sebuah fokus kalsifikasi (panah) dicurigai dalam nodul di lobus atas
kiri. (b) Transverse contrast-enhanced CT scan diperoleh pada tingkat
lengkungan aorta kalsifikasi dengan jelas menunjukkan (tanda panah) di
dalam nodul.
Gambar A
Gambar B
Gambar A
Gambar B
Endobronchial metastasis (59 thn,laki-laki) dengan carcinoma sel ginjal,
dispneu. (a) Foto toraks proyeksi PA menunjukkan kolaps paru atas kiri
(panah) di para hiler (b) CT scan memperlihatkan masa di endobronkial
(panah) di orificium lobus kiri atas dengan kolaps bronkus lobaris (panah)
Temuan radiologis
Spin echo MRI dengan 0.35 T magnet dapat mendeteksi adanya nodul
disekitar pembuluh darah, yang hampir selalu tidak terlihat dengan CT
Scan. Namun, nodul yang terletak dekat dengan diafragma terkadang luput
juga dengan MRI dikarenakan adanya gerakan selama respirasi.
Diantara beberapa bagian MRI, bagian Short-tau inversion- recovery
memiliki sensitivitas tertinggi. False positif jarang terjadi pada
pemeriksaan CT Scan, namun tidak begitu dengan MRI dikarenakan
adanya gerakan diafragma, khususnya pada lobus bawah paru. Sampai saat
ini, CT Scan masih menjadi suatu alat pilihan
Menurut sebuah studi, turbo spin echo (TSE) konvensional lebih sensitif
dalam mendeteksi metastasis paru dibandingkan dengan single shot TSE,
maupun 3D gradient echo sequences.
IV.
ULTRASONOGRAPHY 6
Temuan radiologis
Penggunaan ultrasonografi tidak membantu dalam mendiagnosis adanya suatu
metastasis paru.
V.
NUCLEAR IMAGING 6
Temuan radiologis
Kedokteran nuklir biasanya tidak digunakan sebagai teknik imaging
primer untuk mendeteksi metastasis pulmonal.
Fluorodeoxyglucosepositron emission tomography (FDG-PET) memiliki
peranan penting dalam mengevaluasi dan mengatasi kelainan paru,
termasuk nodul soliter pada paru, Ca paru, dan penyakit pleura. Meskipun
pemeriksaan radiologis konvensional seperti foto polos dan CT Scan
masih esensial untuk mendeteksi metastasis paru, namun FDG-PET dapat
memberikan informasi baru dalam melihat adanya suatu kelainan. FDGPET berguna untuk membedakan nodul jinak pada paru dengan adanya
keganasan paru. Perkembangan terbaru dari bidang radiologi, seperti
radiotracers dan delayed imaging, dapat lebih jauh menggantikan peran
FDG-PET Scan dalam mendeteksi nodul paru dan kanker.
Tingkat sensitivitas
Kebanyakan
false
negative
dari
FDG-PET
disebabkan
oleh
mikrometastasis dan lesi yang besarnya < 10 mm. jadi CT Scan dapat
dikatakan lebih sensitif daripada FDG-PET dalam mendeteksi lesi paru
yang kecil.
False Positif / Negatif
Variasi fisiologis, tumor jinak, dan penyakit radang dapat meningkatkan
tingkat kesalahan yang pada FDG menyerupai keganasan.2