Anda di halaman 1dari 4

SOAL UAS AGAMA

1. Sebutkan 3 perbedaan mendasar antara bank konvensional dengan bank


syariah!
2. Apa yang dimaksud dengan riba an-nasiah?
3. Jelaskan istilah murobahah, dan syarokah dalam praktek bank syariah!
JAWABAN
1.
Bank syariah berbeda dengan bank konvensional dalam hal akad dan aspek
legalitas, struktur organisasi, lembaga penyelesaian sengketa, usaha yang dibiayai,
dan lingkungan kerja serta corporate culture/budayanya. Berikut ini penjelasan dari
perbedaan kedua jenis bank tersebut :
Akad atau Perjanjian
Pada bank konvensional perjanjian dibuat berdasarkan hukum yang positif.
Pada bank syariah perjanjian yang dibuat berdasarkan hukum islam
Hasil atau Bunga
Pada bank konvensional menggunakan sistem bunga dan memprioritaskan
keuntungan.
Penentuan dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung
Besarnya presentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang
dipinjamkan
Pembayaran bunga tetap tanpa melihat untung atau rugi.
Pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat
Pada bank syariah tidak menggunakan sistem bunga melainkan sistem bagi hasil.
Besarnya dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan
untung rugi
Besarnya berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh
Bergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila merugi, kerugian
akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak
Pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan pendapatan.
Dasar-dasar syariah dalam menetapkan imbal jasa dengan mengacu kitab Al Quran
pada
a) Surat Luqman ayat 34 yaitu : Hanya Allah yang mengetahui keberhasilan
usaha di masa depan.
b) Surat An-Nisa ayat 29 yaitu : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memakan harta sesamamu dengan jalan yang curang. Kecuali dengan cara
perdagangan yang berlaku dengan sukarela diantara kamu.
c) Surat Ali Imran ayat 130 yaitu : Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertawakallah kamu kepada
Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.
Dewan Pengawas
Pada bank konvensional tidak terdapat dewan pengawas.
Pada bank syariah terdapat dewan pengawas yang bertugas mengamati dan
mengawasi operasional bank dan semua produk-produknya sesuai dengan
syariat islam.

Lembaga Penyelesai Sengketa


Jika terdapat permasalahan pada bank konvensional penyelesaiannya
dilakukan di pengadilan negeri atau berdasarkan hukum negara.
Jika pada perbankan syariah terdapat perbedaan atau perselisihan antara
bank dan nasabahnya, kedua belah pihak tidak menyelesaikannya di
pengadilan negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai tata cara dan hukum
syariah.
Ikatan dengan Nasabah
Pada bank konvensional hubungan dengan nasabah bersifat kredutur-debitur
Pada bank syariah ikatan dengan nasabahnya bersifat kemitraan
2.
Para ulama menyebutkan bahwa nasi-ah artinya mengakhirkan dan menangguhkan
yaitu memberi tambahan pada suatu barang dari dua barang yang ditukar
(dijualbelikan) sebagai imbalan dari diakhirkannya pembayaran.
Dari Qatadah rahimahullah ia berkata, Sesungguhnya riba di zaman Jahiliyyah ialah
seseorang menjual barang dengan (pembayaran yang ditangguhkan) sampai batas
waktu tertentu. Apabila batas waktu pembayaran telah tiba dan orang yang
berhutang tidak mampu melunasi hutangnya, maka si pemberi hutang
menambahkan hutangnya dan mengakhirkan lagi waktu pembayarannya.
Contohnya: Seseorang menjual 50 sha gandum kepada orang lain dengan 100 sha
syair (gandum yang masih ada kulitnya) dalam jangka waktu tertentu dengan
menghitungkan tambahan sebagai imbalan dari panjangnya waktu pembayaran.
Riba jenis ini sangat terkenal pada masa Jahiliyyah, lalu al-Qur-an datang untuk
mengharamkannya dan melarangnya, juga mengancam pelakunya, sebagaimana
yang diterangkan dalam hadits Usamah bin Zaid Radhiyallahu anhuma, bahwa Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
.

Tidak ada riba kecuali pada nasi-ah. [HR. Al-Bukhari] [1]
Imam al-Bukhari rahimahullah meriwayatkan dari Ubadah bin ash-Shamit
Radhiyallahu anhu, bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:



(Jual beli) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum,
syair dengan syair, kurma dengan kurma dan garam dengan garam, ukurannya
harus sama, dan harus dari tangan ke tangan (dilakukan dengan kontan). Jika jenisjenisnya tidak sama, maka juallah sesuka kalian asalkan secara kontan.
3.
1.

Mudharabah
Mudharabah merupakan kontrak perkongsian, kontrak ini berdasarkan prinsip
kongsi untung apabila pemilik modal(mudarib) memberikan modalnya

kepada pengelola modal (Darib) untuk digunakan dalam perniagaan. Kemudian


kedua belah pihak akan berkongsi keuntungan ataupun kerugian menurut syaratsyarat yang telah disepakati secara bersama.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pemilik modal memberikan modal kepada
pengelola dan sebagai balasannya pemilik modal mendapatkan bagian yang tertentu
terhadap suatu keuntungan. Akan tetapi, apabila terjadi kerugian maka pemilik
modal yang menanggung sepenuhnya kerugian tersebut, sedangkan pengelola
usaha tidak mendapatkan apa-apa dari pengabdian yang telah diberikannya. Oleh
karena itu, keterlibatan dalam keuntungan maupun kerugian merupakan bagian
yang sangat penting dalam kontrak antara pemilik modal dengan pengusaha modal
karena keseluruhan kerugian ditanggung oleh pemilik modal sedangkan pengusaha
modal tidak ikut menanggung kerugian dari usaha tersebut.
2.

Musyarakah
Musyarakah (syirkah atau syarikah atau serikat atau kongsi) adalah bentuk
umum dari usaha bagi hasil dimana dua orang atau lebih menyumbangkan
pembiayaan dan manajemen usaha, dengan proporsi bisa sama atau tidak.
Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan antara para mitra, dan kerugian akan
dibagikan menurut proporsi modal. Transaksi Musyarakah dilandasi adanya
keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai asset yang
mereka miliki secara bersama-sama dengan memadukan seluruh sumber daya.
Musyarakah secara bahasa diambil dari bahasa arab yang berarti mencampur.
Dalam hal ini mencampur satu modal dengan modal yang lain sehingga tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Kata syirkah dalam bahasa arab berasal dari kata syarika
(fiil madhi), yashruku (fiil mudhari) syarikan/syirkatan/syarikatan (masdar/kata
dasar); artinya menjadi sekutu atau syarikat (kamus al Munawar) Menurut arti asli
bahasa arab, syirkah berarti mencampurkan dua bagian atau lebih sehingga tidak
boleh dibedakan lagi satu bagian dengan bagian lainnya, (An-Nabhani).
Adapun menurut makna syara, syirkah adalah suatu akad antara 2 pihak atau
lebih yang menyetujui untuk melakukan kerja sama dengan tujuan memperoleh
keuntungan. (An-Nabhani).
3.
Murabahah
Murabahah berasal dari kata ribhun yang artinya keuntungan. Murabahah
adalah aqad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan
(margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Margin keuntungan merupakan
selisih harga jual dikurangi harga asal yang merupakan pendapatan atau
keuntungan bagi penjual. Penyerahan barang dalam jual beli murabahah dilakukan
pada saat transaksi, sementara pembayarannya dilakukan secara tunai, tangguhan
dan cicilan.
Ibnu Qadamah dalam kitab al-Mughni mendifinisikan murabahah sebagai jual
beli dengan harga pokok dan jumlah keuntungan yang diketahui. Pada perbankan
syariah jual beli yang paling sering digunakan adalah jual beli yang memakai
murabahah. Misalnya seseorang membeli barang kemudian menjual kembali
dengan keuntungan tertentu berapa besar keuntungan tersebut dapat dinyatakan
dalam nominal rupiah tertentu atau dalam bentuk persentase dari harga
pembeliannya, misalnya 10% atau 20%. Aqad murabahah ini merupakan salah satu
bentuk natural certainty contract, karena dalam murabahah ditentukan beberapa
required rate of profit-nya (keuntungan yang ingin di peroleh) .
Adapun landasan hukum dari Mudharabah, Musyarakah,dan Murabahah yaitu:
1.
Landasan hukum Mudharabah

Landasan hukum mudharabah menurut ayat Al-Quran


Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orangorang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang
yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari
Al Quran.(QS.Al-Muzzamil:20)
Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung.(QS.Al-Jumuah:10)
Landasan Mudharabah menurut Al-Hadist:
Hadist riwayat Thabrani; Diriwayatkan oleh Abbas bahwasanya Sayyidina
Abbas Memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah. Ia mensyaratkan
agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, , atau menuruni lembah yang
berbahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang
bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat
tersebut kepada Rasulullah SAW. Dan rasulullah membolehkannya.
Hadist Riwayat Ibnu Majah :
Dari Shalih Bin Suaib ra. bahwa rasulullah saw. Bersabda : Tiga hal yang
didalamnya
terdapat
keberkatan;
jual
beli
secara
tangguh,
muqharadah(mudharabah), dan mencampuradukkan dengan tepung untuk
keperluan rumah tangga bukan untuk dijual.
2.
Landasan Hukum Musyarakah
Landasan hukum Musyarakah berdasarkan Al-Quran;
.....maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu,....(QS.An-Nisa:12)
Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian
mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang saleh.(QS.Shaad:24)
Landasan al-hadist tentang Musyarakah
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw. Berkata :Sesungguhnya Allah Azza wa jalla
berfirman;Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya
mengkhianati yang lainnya(HR.Abu Dawud dan Hakim)
3.
Landasan Hukum Murabahah
Landasan hukum Murabahah dalam al-quran
...padahal allah telah menghalalakan jual beli dan mengharamkan riba..(QS.AlBaqarah:275)
Landasan al-hadist tentang Murabahah
Pendapatan yang paling afdhal adalah hasil karya tangan seseorang dan jual bei
yang mabrur.(HR.Ahmad Al Bazar Ath Thabrani)
Dari Abu said Al-Hudriyyi bhawa rasulullah saw.Bersabda: sesungguhnya jual beli
itu harus dilakukan atas dasar suka sama suka.(HR.al-baihaqi dan Ibn majah)

Anda mungkin juga menyukai