Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
Dalam bidang kesehatan masyarakat, para ahli senantiasa memusatkan
perhatian pada masalah-masalah kesehatan yang menyangkut orang banyak. Di
masa lampau wabah penyakit dan bencana alam silih berganti mengancam
kehidupan umat manusia, namun berkat kemajuan ilmu kedokteran, dewasa ini
banyak diantara wabah penyakit tersebut telah dapat dikendalikan.
Pada umumnya negara maju dapat menikmati taraf kesehatan rata-rata lebih
baik, akan tetapi negara yang sedang berkembang masih berjuang untuk
mendapatkan pemerataan kesehatan. Dalam suasana demikian ini kita dihadapkan
pada kenyataan bahwa ada satu jenis penyakit yang dapat berjangkit dengan cepat
tanpa memandang bulu baik dinegara maju maupun dinegara sedang berkembang,
yakni penyakit AIDS.
Dewasa ini, Acquired Immune Deficiency (AIDS) merupakan salah satu
masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian dunia. WHO meramalkan bahwa
jumlah penderita AIDS dan kematian akibat AIDS seluruh dunia akan meningkat 10
persen dalam waktu 8 tahun mendatang, yaitu dari satu setengah juta saat ini
menjadi 12-18 juta pada tahun 2000. Penyakit ini memang mempunyai angka
kematian yang tinggi dimana hampir semua penderita AIDS meninggal dalam waktu
lima tahun sesudah menunjukkan gejala pertama AIDS (Depkes 1988).
Di Indonesia, kasus AIDS yang pertama kali dilaporkan adalah seorang
wisatawan laki-laki berkebangsaan Belanda yang meninggal di Bali pada tahun
1987. Kasus kedua juga orang asing sedangkan kasus berikutnya terjadi pada
seorang pria Indonesia yang juga meninggal di Bali. Sejak itu, jumlah penderita AIDS
terus meningkat. Hal ini terlihat dalam data kumulatif Depkes RI dari 15 Propinsi
dimana sampai bulan Maret 1995 kasus AIDS sudah mencapai 288 orang. Di
propinsi Sumatera Utara dilaporkan adanya dua kasus yang menderita HIV positif
dan kemungkinan kasus ini akan bertambah banyak.
AIDS merupakan penyakit yang fatal, menular dan sampai sekarang belum ada
obatnya. Penderita AIDS tetap menularkan penyakit sepanjang hidupnya dan
biasanya HIV menyerang usia produktif. Masalah AIDS menjadi lebih berat lagi
karena pada kasus seropositif, penderita biasanya merasa sehat dan dari
penampilan luar juga tampak sehat namun merupakan pembawa virus yang
asimtomatik dan dapat menularkan HIV kepada orang lain.
Sebagaimana diketahui bahwa penularan HIV/AIDS dapat terjadi melalui
hubungan seksual, pemakaian jarum suntik secara bergantian, tranfusi darah serta
oleh ibu yang terinfeksi kepada bayi yang dikandungnya. . Yang perlu diperhatikan
bahwa seorang pengidap HIV dapat tampak sehat tetapi potensial sebagai sumber
penularan seumur hidup.

BAB II

PEMBAHASAN
ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME
(AIDS)
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome, diterjemahkan secara
bebas sebagai sekumpulan gejala penyakit yang menunjukkan kelemahan atau
kerusakan yang didapat dari faktor luar dan bukan bawaan yang sejak lahir. Jadi,
sebenarnya AIDS merupakan kumpulan gejala-gejala penyakit infeksi atau
keganasan tertentu yang timbul sebagai akibat menurunnya daya tahan tubuh atau
kekebalan penderita.
2.1. Sejarah AIDS dan Perkembangannya
Sindrome ini pertama sekali dilaporkan oleh Michael Gottlieb pada
pertengahan tahun 1981 pada penderita pria homoseksual dan pecandu narkotik
suntik di Los Angeles, Amerika Serikat. Sejak penemuan pertama inilah, dalam
beberapa tahun dilaporkan lagi sejumlah penderita dengan sindrome yang sama dari
46 negara bagian Amerika Serikat lainnya.
Cepatnya penyebaran AIDS ini keberbagai benua, serta dampak yang terlihat
pada penderita beserta keluarganya, disamping belum diketahuinya cara
penanganan dan pengobatannya menyebabkan keresahan psikososial yang sangat
besar dikalangan masyarakat dimana kasus AIDS banyak terjadi.
Pada tahun-tahun pertama ditemukannya penyakit ini belum diketahui bahwa
agennya adalah retrovirus, namun diperkirakan bahwa penyebabnya adalah agen
yang dapat menular. Baru pada akhir tahun 1983, para peneliti menemukan satu
jenis retrovirus yang mulanya diberi nama Lympadenopati associated virus, dan
pada bulan Mei tahun 1986 disepakati menggunakan satu nama saja yaitu Human
Immunodeficiency Virus (HIV).
2.2 Epidemiologi AIDS
Di Amerika Serikat, pengumpulan data epidimiologi dilakukan oleh Centres for
Disease Control (CDC) yang berasal dari daerah epidemi mulai tahun 1991,
ditemukan bahwa mayoritas penderita AIDS dewasa dilaporkan kaum
homoseksual/biseksual adalah 59%, pengguna obat secara intravena 22% dan lakilaki homoseksual yang menggunakan obat secara intravena 7%. Pasangan seksual
dari orang-orang tersebut diatas merupakan kelompok beresiko tinggi. Sekitar 90%
kasus tersebut dilaporkan terjadi pada pria dan 19% pada wanita. Wanita yang
berusia 20-44 tahun adalah kelompok usia terinfeksi yang tercepat. Sekitar 40-50%
anak yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV ternyata seropositif terhadap HIV. Pasien
hemofilia dan penerima tranfusi darah merupakan kelompok terkecil dan jumlahnya
terus berkurang sejak dilakukan screening terhadap donor yang terkontaminasi HIV
yang dilaksanakan sejak tahun 1985.
Secara umum dapat dipercaya bahwa kebanyakan penderita infeksi HIV akan
menjadi penderita AIDS. Walaupun waktu terinfeksi HIV dengan diagnosa AIDS
2

bervariasi, hasil penelitian melaporkan bahwa periode inkubasi sekitar 5-10. Dengan
ditemukannya obat seperti zidovidume, yang juga dikenal sebagai azidothymidine
(AZT), ternyata bahwa dapat memperpanjang masa inkubasi. Diperkirakan angka
kematian 90% selama 3 tahun dengan diagnosa AIDS.
2.3. Patogenesis
HIV secara selektif akan menginfeksi sel yang berperan membentuk zat anti
pada sistem immunitas selluler yaitu sel limfosit T4. Limfosit T4 menjadi sasaran dari
virus ini karena sel tersebut mempunyai CD4 antigen pada membrannya, yang dapat
berperan sebagai reseptor untuk virus tersebut. Selain sel limfosit T4 yang yang
menjadi sasaran HIV, terbukti kemudian adalah sel lain yang juga mempunyai CD4
antigen pada membrannya sehingga menjadi target dari HIV. Sel lain tersebut
adalah sel monosit-makrofag, dan beberapa sel hemopoesis di dalam sum-sum
tulang.
HIV sebagai virus RNA mempunyai enzim reverse transcriptase dimana pada
kejadian infeksi mampu membentuk virus DNA. Virus DNA yang terbentuk ini masuk
kedalam inti sel target dan berintergrasi dengan DNA dari host dan menjadi provirus
(DNA Provirus). DNA provirus yang telah berintergrasi dengan sel DNA dari host (sel
limfosit T4) akan ikut mengalami replikasi pada setiap terjadi proliferasi sel. Setiap
hasil replikasi DNA ini selanjutnya akan menghasilkan virus RNA, enzim reverse
transcriptase dan protein virus. Demikian peristiwa infeksi HIV ini berlangsung.
2.4. Gambaran Penyakit
Secara klinis gambaran penyakit yang diakibatkan oleh infeksi HIV ini dapat
terlihat dalam 4 tahap berurutan. Tahap-tahap ini sangat berkolerasi dengan
gambaran laboratorium akibat perubahan fungsi imunitas dan aktivitas virus.
1. Tahap pertama, tahap infeksi primer (primary infection)
Tahap ini terlihat setelah beberapa minggu terpapar HIV, ditandai dengan
gejala demam, sakit tenggorokan, lesu dan lemas, sakit kepala, fotofobia,
limpadenopati serta berecak makulopapular. Tahap ini biasanya berlangsung
sekitar satu atau dua minggu lebih dan ditemukan pada hampir 70% peristiwa
infeksi HIV.
2. Tahap kedua, tahap infeksi dini (early infection)
Tahap ini merupakan nama laten virus yang dapat berlangsung selama
beberapa bulan sampai beberapa tahun. Umumnya penderita asimtomatik
kecuali beberapa diantaranya dengan limpadenopati umum.
3. Tahap ketiga, tahap infeksi menengah (middle infection)
Tahap ini itandai dengan munculnya kembali antigen HIV serta penurunan sel
limfosit T sehinngga penderita menjadi sangat rentan terhadap berbagai
kondisi dan infeksi. Kandiasis di mulut dan oral hairy leukoplakia serinng
terlihat pada tahap ini.
4. Tahap keempat, tahap sakit HIV berat (severe HIV disease)
Tahap ini ditandai dengan timbulnya infeksi oportunistik dan neoplasma yang
menyebabkan keadaan sakit berat dengan angka kematian yang tinggi. Tahap inilah
yang disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)

Pengalaman menunjukkan bahwa resiko masuknya ketahap sakit HIV berat atau
AIDS meningkat sejalan dengan lamanya infeksi. Dalam keadaan penderita tidak
mendapatkan pengobatan terhadap retrovirusnya, sekitar 50% penderita HIV ini
sampai ketahap AIDS kira-kira sesudah 10 tahun.
2.5. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium sangat besar perananya dalam menetapkan
diagnosis dan gambaran perjalanan penyakit serta dalam menentukan tindakan
pengobatan, karenadalam banyak hal tidak dapat memberi petunjuk terhadap
perkembangan penyakit khususnya padamasa asintomatik laten.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan antigen atau antibody terhadap HIV
didalam darah. Untuk itu digunakan pemeriksaan dengan tes Elisa (Enzim linked
immunosorbent assay) sebagai pemeriksaan penyaring, yang apabila positif lebih
lanjut dikonfirmasikan dengan pemeriksaan Westren Immunoblot (WB). Baru-baru ini
diperkenalkan dengan satu cara pemeriksaan yang lebih akurat yaitu tes PCR atau
Polymerase Chain Reactions.
2.6. Cara Penularan
AIDS adalah merupakan penyakit yang fatal dan menular. Jalan utama untuk
tranmisi HIV adalah kontak seksual (homoseksual atau heteroseksual) tranmisi
jarum suntik dan alat kesehatan lain, tranmisi perinatal (dari ibu ke anak dalam
persalinan), tranmisi darah dan produk darah serta tranmisi dalam pelayanan
kesehatan yaitu pada pekerja rumah sakit yang berkontak dengan darah atau cairan
tubuh pasien dengan infeksi HIV. Sekalipun penyelidikan secara epidemologi
menunjukkan bahwa darah dan semen merupakan jalur penularan utama virus
AIDS, telah dilaporkan bahwa HIV juga ditemukan dalam saliva, air mata, air susu
ibu dan urin. Penularan melalui saliva sampai saat ini memang diragukan karena
jumlah virus dalam saliva amat kecil sehingga tidak potensial untuk penularan. Hasil
beberapa penyelidikan menunjukkan bahwa sebenarnya saliva dapat menghambat
virus HIV agar tidak menginfeksi limfosit manusia disamping fungsi saliva sendiri
sebagai pelindung karena mengandung sejumlah protein saliva. Resiko penularan
dalam tindakan kedokteran diperkirakan melalui saliva yang tercampur darah karena
luka yang timbul dalam perawatan. Disamping perawatan gigimemungkinkan
terjadinya pendarahan, penggunaan hanplece berkecepatan tinggi, alat ultrasonic
dan adanya kontak dengan sejumlah besar pasien juga memungkinkan terjadinya
infeksi dan kontaminasi bagi dokter gigi sangat besar. Prosedur perawatan yang
berakibat terjadinnya pendarahan adalah pencabutan gigi, pembedahan, perawatan
periodontal, pembersihan karang gigi dan lain-lain. Pada dasarnya, instrumen yang
menembus jaringan lunak atau yang akan menyebabkan pendarahan atau kontak
dengan selaput lendir yang utuh seperti jarum suntik, jarum endodontik, tang
ekstaksi merupakan instrumen yang tergolongberesiko tinggi
Hingga saat ini belum terbukti bahwa AIDS dapat ditularkan oleh gigitan serangga,
minuman, makanan atau kontak biasa dalam keluarga, sekolah, kolam renang, WC
umum atau tempat kerja dengan penderita AIDS .

BAB III
GEJALA KLINIS DAN MANIFESTASI AIDS DIRONGGA MULUT
3.1. Gejala Klinis AIDS
AIDS mempunyai spectrum yang luas pada gambaran klinis. Pada awal permulaan
terdapat gejala-gejala seperti terkena flu. Penderita merasa lelah yang
berkepanjangan dan tanpa sebab, kelenjar-kelenjar getah bening dileher, ketiak,
pangkal paha membengkak selama berbulan bulan, nafsu makan menurun/hilang,
demam yang terus menerus mencapai 39 derajat Celcius atau berkeringat pada
malam hari, diarrhea, berat badan turun tampa sebab, luka-luka hitam pada kulit
atau selaput lendir yang tidak bias ssembuh, batuk-batuk yang berkepanjangan dan
dalam kerongkongan, mudah memar atau pendarahan tanpa sebab. Gejala-gejala
awal ini sering disebut AIDS Related Complex (ARC). Bila keadaan penyakit ini
meningkat, penyakit ganas lain berkembang seperti: radang paru (penumocytis
carinii), kandiasis oesophagus, cytomegalovirus atau herpes, sarcoma kaposi, tumor
ganas pembuluh darah
MANIFESTASI KLINIS Manifestasi klinis dari infeksi HIV atau AIDS dapat dibagi
dalam beberapa tahap, antara laian:
1. Latensi Klinis (Kategori Klinis A) Meskipun pasien yang baru terinfeksi HIV
mengalami masa latensi klinis selama bertahun-tahun antara infeksi HIV dan
timbulnya gejala klinis AIDS, telah terbukti bahwa replikasi dan rusaknya sistem
imun terjadi sejak onset infeksi. Individu terinfeksi HIV mungkin tidak merasakan
tanda dan gejala infeksi HIV. Pada dewasa, fase laten ini dapat berlangsung 8
sampai 10 tahun. Tes ELISA dand Western Blot atau immunofluorescencecassay
(IFA) akan positif. Jumlah limfosit CD4+ lebih besar dari 500 cells/uL.
2. Tanda dan Gejala Awal HIV (Kategori Klinis B) Orang yang terinfeksi HIV mungkin
tampak sehat selama bertahun tahun namun kemudian berbagai tanda dan gejala
minor mulai muncul. Pasien akan mengalami kandidiasis, limfadenopati, karsinoma
serviks, herpes zoster, dan/atau neuropati perifer. Viral load meningkat dan jumlah
limfosit CD4+ turun menjadi sekitar 500 cells/uL. 3. Tanda dan Gejala Lanjut HIV
(Kategori klinis C). Individu terinfeksi HIV akan mengalami berbagai infeksi yang
mengancam nyawa serta keganasan. Terjadinya pneumonia oleh Pneumocystis
carinii, toxoplasmosis, cryptosporidiosis, dan infeksi oportunis lain sering dijumpai. Ia
dapat pula kehilangan berat badan. Viral load terus meningkat dan jumlah limfosit
CD4+ turun sampai di bawah 200 cells/uL. Berarti ia telah memenuhi definisi AIDS.
4.

Penyakit

HIV

Parah/Advanced

HIV

Disease

(Kategori

Klinis

C).
5

Individu terinfeksi HIV terus mengalami infeksi oportunistik baru seperti


cytomegalovirus, Mycobacterium avium complex, cryptococcal meningitis,
progressive multifocal leukoencephalopathy, dan penyakit lain yang muncul pada
sistem imun yang telah rusak parah. Viral load sangat tinggi dan jumlah limfosit
CD4+ adalah < 50 cells/uL. Kematian sudah tak terelakkan.
3.2. Manifestasi AIDS dirongga mulut
Sekitar 95% penderita AIDS mengalami manifestasi pada daerah kepala dan leher
sebagaimana juga menurut Shiod dan Pinborg 1987. Manifestasi di mulut seringkali
merupakan tanda awal infesi HIV.
3.2.1 Infeksi karena jamur (Oral Candidiasis)
Kandiasi nulut sejauh ini merupakan tanda di dalam mulut yang paling sering
dijumpai baik pada penderita AIDS maupun AIDS related complex (ARC) dan
merupakan tanda dari manifestasi klinis pada penderita kelompok resiko tinggipada
lebih 59% kasus.
Kandiasis mulut pada penderita AIDs dapat terlihat berupa oral thrush, acute
atrophic candidiasis, chronic hyperplastic candidiasis, dan stomatis angularis
(Perleche)..
Candida adalah jamur flora normal yg
terletak di mukosa rongga mulut -->
akan berubah menjadi patogen apabila
sistem
kekebalan
tubuh
host
menurun--> pada px yang sedang
menjalani terapi immunosuppressive.
Infeksi candidiasis didominasi oleh
Candida
albicans
Candidiasis
merupakan lesi di dalam mulut karena
infeksi HIV dan dijumpai 90 % pada
penderita AIDS.
ADA 4 TIPE INFEKSI CANDIDA YANG BERHUBUNGAN DENGAN AIDS
1.PSEUDOMEMBRAN CANDIDA AKUT (THRUSH)
tidak terasa sa kit, lesi putih halus sepert i susu, lunak, dapat diangkat atau dikerok
dari permukaan mukosa rongga mulut. Biasanya terjadi pada palatum durum,
palatum molle, mukosa pipi / mukosa labial.
2.ORAL HAIRY LEUKOPLAKIA
Oral Hairy Leukoplakia (OHI) adalah suatu bercak putih, permukaannya kasar,
bervariasi mulai dari lapisan vertikal sampai plak keriput. Saat mulut dalam keadaan
kering akan tampak berbulu hairy. Lesi ini biasanya bilateral pada bagian
ventrolateral lidah atau menyerang pada permukaan dorsal lidah, mukosa bukal,
dasar mulut, area retromolar, dan palatum molle. Karakteristik yang paling khas
adalah proyeksi seperti-jari yang tersebar dari dasar lesi.
3. ERYTHEMATOSIS CANDIDIASIS
6

Bercak merah pada mukosa pipi atau mukosa palatal, terkadang juga terjadi pada
papila lidah.

4. HYPERPLASTIC CANDIDIASIS
dapat terjadi pada mukosa pipi dan mukosa lidah. Jenis ini paling susah dibersihkan
dibandingkan dengan jenis candidiasis yang lain. eritema pada permukaan fisur dan
bersisik

3.2.2 Infeksi karena virus


Infeksi karena virus golongan herpes paling sering dijumpai pada penderita AIDS
dan ARC. Infeksi virus pada penderita dapat terlihat berupa :
1.stomatis herpetiformis
adalah nama yang diberikan untuk kondisi di mana berkembang ulser-ulser kecil dan
banyak di dalam mulut, yang kadang-kadang menyatu menjadi ulser besar yang
tidak beraturan. Ulser jarang berlangsung lebih dari 10 hari.

2. Kaposis Sarcoma
disebabkan oleh virus yang dulu bernama KS-herpes virus, tapi sekarang bernama
Human Herpes Virus-8 (HHV-8). Transmisi melalui kontak sesksual, melalui ibu
kepada anaknya. Pada tahap awal, Sarkoma Kaposi berupa makula berwarna
merah-keunguan pada mukosa mulut, tidak sakit,tidak memucat saat dipalpasi. Lesi
ini berkembang menjadi nodul dan membingungkan antara kelainan pada mulut
yang berhubungan dengan vaskularisasi seperti hemangioma, hematoma, varicosity,
dan pyogenic granuloma (jika terjadi pada gingiva). Lesi ini muncul pada mukosa
rongga mulut terutama pada mukosa palatal dan gingival. Dalam infeksi HIV, lesi ini
lebih sering ditemukan pada pria. Kaposis Sarcoma ditemukan pada penderita HIV .

3.2.3 Infeksi karena bakteri


Infeksi karena bakteri dapat berupa HIV necrotizing gingivitis maupun HIV
periodontitis.
a. HIV necrotizing gingivitis
HIV necrotizing gingivitis dapat dijumpai pada penderita AIDS maupun ARC.
Lesi ini dapat tersembunyi atau mendadak disertai pendarahan waktu
menggosok gigi, rasa sakit dan halitosis.
Necrotizing gingivitis paling sering mengenai gingiva bagian anterior. Pada
situasi ini, pabila interdental dan tepi gingiva akan tampak berwarna merah,
bengkak, atau kuning keabu-abuan karena nekrosis, bakan sering terjadi
necrotizing ulcrerative gingivitis yang parah dan penyakit periodontal yang
progresif sekalipun kebersihan mulut terjaga dengan baik dan walaupun
telah diberikan antibiotika.

b. HIV periodontitis
Penyakit periodontal yang berlangsung secara progresif mungkin merupakan
indicator awal yang dapat ditemukan pada infeksi HIV. Dokter gigi
seyogyanya mendiagnosa secara dini proses kerusakan tulang alveolar
tersebut dengan tetap mempertimbangkan kemungkinan adnya infeksi HIV.
8

Hal ini disebabkan terutama oleh adanya fakta bahwa sejumlah penderita
AIDS yang mengalami kerusakan tulang alveolar yang cepat.

3.2.4 Neoplasma
Neoplasia adalah proliferasi sel abnormal. Pertumbuhan sel melebihi, dan tidak
terkoordinasi dengan jaringan normal di sekitarnya. Pertumbuhan tetap dengan cara
yang sama berlebihan bahkan setelah penghentian rangsangan. Biasanya
menyebabkan benjolan atau tumor. Neoplasms mungkin jinak, pre-malignant atau
ganas.
Dalam kedokteran modern, istilah '' tumor'' identik dengan Neoplasma yang telah
dibentuk benjolan. Di masa lalu, istilah '' tumor'' digunakan berbeda. Beberapa
neoplasms tidak menyebabkan benjolan.
Neoplasma dapat jinak, berpotensi ganas (pre-cancer), atau ganas (kanker).

Jinak neoplasms termasuk fibroid dan nevi melanocytic (kulit mol). Mereka
tidak berubah menjadi kanker.

Berpotensi ganas neoplasms termasuk karsinoma in situ. Mereka tidak


menyerang dan menghancurkan tetapi, diberikan cukup waktu, akan berubah
menjadi kanker.

Neoplasms yang ganas yang disebut kanker. Mereka menyerang dan


menghancurkan jaringan sekitarnya, dapat membentuk metastasis dan
akhirnya membunuh host.

Sarkoma kaposi yang berhubungan dengan AIDS tampak sebagai penyakit


yang lebih ganas dan biasanya telah menyebar pada saat dilakukan diagnosa awal.
Kira-kira 40% penderita AIDS dengan sarcoma kaposi akn meninggal dalam waktu
kurang lebih satu tahun dan biasanya disertai dengan infeksi opotunistik yang lain
(misalnya pneumocystic carinii, jamur, virus, bakteri).
Manifestasi mulut sarcoma kaposi biasanya merupakan tanda awal AIDS dan
umumnya (50%) ditemukan dalam mulut pria homoseksual. Selain mulut, sarcoma
ini juga dapat ditemukan dikulit kepala dan leher. Sarkoma kaposi pada mulut
biasanya terlihat mula mula sebagai macula, nodul dan plak yang datar atau
menonjol, biasanya berbewntuk lingkaran dan berwarna merah atau keunguan.
Terletak pada palatum dan besarnya dari hanya beberapa millimeter sampai
9

centimeter. Bentuknya tidak teratur, dapat tunggal atau multiple dan biasanya
asintomatik, sehingga baru disadari oleh pasien bila lesi sudah menjadi agak besar.

10

BAB IV
KESIMPULAN
AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang ditandai dengan rusaknya
system kekebalan tubuh sehingga mudah diserang berbagai macam infeksi. AIDS
disebabkan oleh virus Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Sampai saat ini belum dapat diketahui dengan pasti dari mana mulai
berjangkitnya penyakit AIDS. Penyakit AIDS tidak ditularkan melalui kontak biasa,
namun ditularkan melalui hubungan seksual, kontak dengan darah yang tercemar
HIV dan melalui jarum suntik atau alat kedokteran lainnya yang tercemar HIV.
Sebaliknya AIDS tidak dapat ditularkan melalui gigitan serangga, minuman, atau
kontak biasa dalam keluarga, sekolah, kolam renanng, WC umum atau tempat kerja
dengan penderita AIDS.
Penderita yang terinfeksi HIV akanmengalami gejala klinis dan manifestasi di rongga
mulut. Manifestasi didalam rongga mulut oleh penderita AIDS terdiri atas
serangkaian infeksi oportunistik (kandiasi, leukoplakia) dan neoplasma.

11

DAFTAR PUSTAKA
1. Haskell, R; Gayford, J.J. 1990. Penyakit Mulut. alih bahasa drg. Lilian
Yuwono. Ed. Ke-2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 67-73.
2. Lukman, D. 1995.. Dasar-dasar Radiologi Dalam Ilmu Kedokteran
Gigi. Ed. Ke-3. Widya Medika. Jakarta. 34.
3. Pedersen, P.H; Loe, H. 1986.
Munksgard. Copenhagen. 94-120.

Geriatric

Dentistry.

Ed.

Ke-1.

4. Pradono, S.A; Setiyowati, T. 1997. Keluhan Mulut Kering Pada Lansia.


Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Vol.4. Edisi Khusus
KPPIKG XI.603-607.
5. Haskell, R; Gayford, J.J. 1990. Penyakit Mulut. alih bahasa drg. Lilian
Yuwono. Ed. Ke-2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 67-73.
6. Lukman, D. 1995.. Dasar-dasar Radiologi Dalam Ilmu Kedokteran
Gigi. Ed. Ke-3. Widya Medika. Jakarta. 34.
7. Pedersen, P.H; Loe, H. 1986.
Munksgard. Copenhagen. 94-120.

Geriatric

Dentistry.

Ed.

Ke-1.

8. Pradono, S.A; Setiyowati, T. 1997. Keluhan Mulut Kering Pada Lansia.


Jurnal
9. Epocrates. Drug Information. Epocrates Online. Available at
http://www.epocrates.com/. Accessed 2007.
10. Shearer WT, Rosenblatt HM, Gelman RS, Oyomopito R, Plaeger S, Stiehm ER, et al.
Lymphocyte subsets in healthy children from birth through 18 years of age: the
Pediatric AIDS Clinical Trials Group P1009 study. J Allergy Clin Immunol. 2003
Nov;112(5):973-80.
11. WHO (2001). "Blood safety....for too few". Diakses pada 17 Januari 2006.
12. World Health Organization. Paediatric HIV and treatment of children living with HIV.
Available at http://www.who.int/hiv/paediatric/en/index.html. Accessed 2006.
3. World Health Organization. The World Health Report: Global Healthtodays
challenges. Available at http://www.who.int/whr/2003/en/Chapter1.pdf. Accessed
2005.
13.13.buku atlas berwarna kelainan rongga mulut yang lazim ; Robert p. langlais dan
craig s. miller.

12

Anda mungkin juga menyukai