Anda di halaman 1dari 107

ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA

PADA PEKERJA BANGUNAN PERUSAHAAN X

TESIS

Oleh
SAHRIAL ANGKAT
067010019/AKK

K O L A

PA

A S A R JA

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN

2008
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA


PADA PEKERJA BANGUNAN PERUSAHAAN X

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)


dalam Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan
Kerja pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh
SAHRIAL ANGKAT
067010019/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Judul Tesis

Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
Program Studi
Konsentrasi

: ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN


KERJA PADA PEKERJA BANGUNAN
PERUSAHAAN X
: Sahrial Angkat
: 067010019
: Ilmu Kesehatan Masyarakat
: Kekhususan Kesehatan Kerja

Menyetujui
Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)


Ketua

(dr. Halinda, MKKK)


Anggota

Ketua Program Studi

Direktur

(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM)

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. M.Sc)

Tanggal lulus: 12 Nopember 2008


Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Telah diuji pada


Tanggal 12 Nopember 2008

PANITIA PENGUJI TESIS :


Ketua

: Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE

Anggota

: 1. dr. Halinda, MKKK


2. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM
3. Ir. Nazlina, MT

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

PERNYATAAN

ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA


PADA PEKERJA BANGUNAN PERUSAHAAN X

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 28 Nopember 2008

(Sahrial Angkat)

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

ABSTRAK

Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja pada Pekerja Bangunan


Perusahaan X mencoba menjawab permasalahan upaya-upaya apakah yang telah
dilakukan untuk mencegah kecelakaan kerja pada pekerja bangunan di Kota Medan,
bagaimana pengaruh pelatihan K3 terhadap kecelakaan kerja, bagaimana pengaruh
rekruitment terhadap kecelakaan kerja, bagaimana pengaruh status pekerja terhadap
kecelakaan kerja, bagaimana pengaruh penggunaan alat pelindung diri terhadap
kecelakaan kerja.
Populasi penelitian adalah: pekerja bangunan yang bekerja di perusahaan X
sebanyak 100 orang. Penganalisaan permasalahan dianalisis dengan Chi Kuadrat 2 x 2.
Hasil penelitian: Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja pada Pekerja
Bangunan Perusahaan X adalah telah banyak dilakukan oleh pengusaha, kontraktor,
serta pekerja, seperti dilakukannya penyuluhan keselamatan dan kesehatan kerja,
dilengkapinya rambu-rambu kecelakaan kerja, perlengkapan pemadam kebakaran,
pemakaian alat pelindung diri, disediakannya peralatan pertolongan pertama pada
kecelakaan, serta ruangan istirahat pada pekerja yang mengalami kecekalaan dalam
bekerja. Pelatihan K3 yang dilaksanakan perusahaan berpengaruh terhadap kecilnya
angka kecelakaan kerja, status pekerja berpengaruh terhadap kecelakaan kerja,
rekruitmen pekerja berpengaruh terhadap kecelakaan kerja, penggunaan alat
pelindung diri berpengaruh terhadap kecelakaan kerja.
Untuk itu perlu disarankan adalah agar para pekerja yang akan bekerja sebagai
pekerja bangunan hendaknya ditempatkan pada lokasi bekerja berdasarkan
pengalaman masing-masing, demikian halnya status pekerja dalam bekerja
hendaknya menjadi lebih baik, dengan cara menghilangkan status pekerja sebagai
pekerja harian lepas maupun sebagai pekerja mingguan, pekerja-pekerja yang
dipekerjakan hendaknya seluruhnya mengikuti pelatihan K3 baik yang dilakukan
perusahaan maupun oleh pihak lain agar kecelakaan yang menimpa pekerja dapat
diturunkan, pekerja yang bekerja di perusahaan konstruksi hendaknya berstatus
pekerja tetap sehingga pekerja merasa lebih tenang dalam bekerja, rekruitmen pekerja
hendaknya didasarkan pada pengalaman calon pekerja, penggunaan alat pelindung
diri hendaknya menjadi suatu kewajiban bagi pekerja baik pekerja yang paling rendah
hingga pada pekerja ahli, sehingga seluruh pekerja dapat terhindar dari akibat fatal
kecelakaan bekerja.
Kata kunci: Sentra Agribisnis Komoditi Jagung dan Pengembangan Wilayah.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

ABSTRACT

Analysis of Occupational Accident Avoidance of Construction Artisans of the


Company X tries to respond to the problem of dealing with whatwill be done to avoid
occupational accident of the construction artisans in Medan, what the effect of K3
training on occupational accident, what the effect of recruitment on occupational
accident, what the effect of artisan status on occupational accident, and what the
effect of using a self-protecting aid on occupational accident.
The population of the study included those artisans who worked for the
company X of 100 persons. The analysis used chi square 2 x 2.
The result of the study; the Analysis of Occupational Accident Avoidance of
Construction Artisans of the Company X has been used widely by contractors,
businessmen, and workers such as extention of occupational security and health
equipped with occupational accident signs, the fire extincting tools, using selfprotecting aid, and equipment of first-aid on accident, and resting room for those
workers who suffered with accident in working, training on K3 implemented by the
company that has an effect on the relatively lower rate of accident, the worker status
has effect on occupational accident, recruitment of the workers has effect on
occupational accident, and use of self-protecting tool has effect on the occupational
accident.
For the reason, it is suggested the the workers who will do their work as
artisans of construction may be allocated based on their individual experience.
Similarly, their status should be better in working by eliminating the status as daily
workers or weekly workers. Those workers have to attend the training on K3 either
internally or externally by thecompany that any possible occupational accident may
be reduced. The workers who worked for any construction company should have
permanent status so that they work more comfortly. Use of self-protecting tool should
be an obligation or mandatory for those ranging the lower level until higher level or
experts that all the workers can be avoided from fatal occupational accident.
Keywords: Central Agribusiness of Corn Commodity and Regional Development.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas keyakinan, kesehatan
dan kesempatan yang telah diberikan-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan, dalam
rangka menempuh salah satu syarat guna memperoleh gelar Magister Kesehatan pada
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Selesainya penulisan tesis ini tidak terlepas dari dukungan dan bimbingan
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.

Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), Rektor Universitas


Sumatera Utara Medan, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk mengikuti pendidikan di Sekolah Pascasarjana USU Medan.

2.

Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa. B. MSc, sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana
USU Medan dan Bapak Wakil Direktur SPs USU yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.

3.

Bapak Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi MKM. Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja Sekolah Pascasarjana USU Medan.

4.

Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE dan Ibu dr. Halinda, MKKK
yang bersedia menjadi ketua dan anggota komisi pembimbing serta telah

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

memberikan masukan dan arahan sangat banyak dan bermanfaat bagi penulis
sehingga penelitian tesis ini dapat diselesaikan
5.

Buat orang tuaku, Ahmad Angkat dan Bertina br Sitanggang yang memberikan
dorongan dan bantuan baik dalam bentuk moral dan material selama penulis
mengikuti pendidikan.

6.

Kawan-kawan Mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah Pascasarjana


USU angkatan 2006 yang memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis.

7.

Pegawai

Administrasi

Sekolah

Pascasarjana

USU

Medan

yang

telah

memperlancar administrasi selama penulis menempuh pendidikan.


Dengan segala kerendahan hati, tulisan ini masih banyak kekurangan, namun
penulis berharap dapat memberikan manfaat sebagai bahan referensi, pengambilan
kebijakan dalam perencanaan kesehatan masyarakat serta untuk keperluan
pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan,

Desember 2008

Sahrial Angkat
Penulis

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

RIWAYAT HIDUP

Syahrial Angkat, lahir di Bantun Kerbo, 25 Agustus 1979, anak ke 6 (enam)


dari Bapak Ahmad Angkat dan Ibunda Bertina br Sitanggang.
Riwayat pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri Sidikalang tamat tahun
1993, Tsanawiyah Swasta Pematang Siantar tamat tahun 1996, MAN Sidikalang
tamat tahun 1999, Universitas Sumatera Utara Medan tamat tahun 2005. Tahun 2006
penulis mengikuti pendidikan Sekolah Pascasarjana USU Medan Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

DAFTAR ISI

ABSTRAK .....................................................................................................
ABSTRACT .....................................................................................................
KATA PENGANTAR .....................................................................................
RIWAYAT HIDUP..........................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
DAFTAR TABEL............................................................................................
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................
BAB

BAB

BAB

i
ii
iii
v
vi
viii
ix
x

PENDAHULUAN .....................................................................

1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.

Latar Belakang ................................................................


Permasalahan .................................................................
Tujuan Penelitian ...........................................................
Manfaat Penelitian .........................................................
Kerangka Konsep Penelitian ..........................................

1
6
7
8
8

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................

10

2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
2.7.
2.8.
2.9.
2.10.
2.11.

Kecelakaan dan Kesehatan Kerja (K3) ...........................


Penyebab Kecelakaan......................................................
Perusahaan Konstruksi ...................................................
Pekerja Bangunan ..........................................................
Aspek Sosial Ekonomi ...................................................
Aspek Sosial Budaya ......................................................
Rekruitmen .....................................................................
Status Pekerja .................................................................
Pelatihan..........................................................................
Alat Pelindung Diri .........................................................
Pengawasan ....................................................................

10
17
19
22
26
31
33
33
34
35
36

METODE PENELITIAN ...........................................................

39

3.1. Jenis Penelitian ....................................................................


3.2. Tempat dan Waktu ..............................................................
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ...........................................
3.4. Variabel Penelitian ..............................................................
3.5. Aspek Pengukuran ..............................................................
3.6 Definisi Operasional ............................................................

39
39
40
40
40
41

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

3.7. Pelaksanaan Penelitian ........................................................


3.8. Analisa Data ........................................................................

41
43

HASIL PENELITIAN.................................................................

45

4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
4.5.
4.6.
4.7.
4.8.

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..............................


Gambaran Umum Responden ........................................
Pelatihan .........................................................................
Rekruitmen .....................................................................
Status Pekerja .................................................................
Penggunaan Alat Pelindung Diri.....................................
Kecelakaan Kerja ...........................................................
Pengaruh Pelatihan K3, Status Pekerja, Rekruitmen,
Alat Pelindung Diri terhadap Pencegahan Kecelakaan
Kerja................................................................................

45
47
51
52
53
54
56

PEMBAHASAN ........................................................................

61

5.1.
5.2.
5.3.
5.4.
5.5.
5.6.
5.7.
5.8.
5.9.
5.10.
5.11.
5.12

Responden ......................................................................
Rekruitmen......................................................................
Pelatihan .........................................................................
Status Pekerja .................................................................
Jam Kerja .......................................................................
Pengawasan .....................................................................
Prosedur Kerja ................................................................
Pencegahan Kecelakaan ..................................................
Penggunaan Alat Pelindung Diri ....................................
Rambu-rambu Keselamatan Kerja .................................
Peralatan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan ..........
Pengaruh Kecelakaan Kerja dengan Pelatihan, Status
Pekerja, Rekruitmen, dan Penggunaan Alat Pelindung
Diri ..................................................................................

61
64
66
67
69
70
71
72
73
77
79

KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................

84

6.1
6.2

Kesimpulan .....................................................................
Saran ................................................................................

84
85

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

86

BAB

BAB

BAB

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

58

80

DAFTAR TABEL

Nomor

Judul

Halaman

3.1.

Penentuan Harga a, b , c -------------------------------------------------- 44

4.1.

Luas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan ----------------------- 46

4.2.

Komposisi Responden Berdasarkan Umur ------------------------------ 47

4.3.

Komposisi Responden Berdasarkan Pendidikan------------------------ 48

4.4.

Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bekerja -------------------- 49

4.5.

Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bermukim ----------------- 50

4.6.

Pekerja yang Pernah Mengikuti Pelatihan ------------------------------ 51

4.7.

Rekruitmen Pekerja-------------------------------------------------------- 52

4.8.

Status Pekerja Bangunan -------------------------------------------------- 53

4.9.

Penggunaan Alat Pelindung Diri ----------------------------------------- 54

4.10.

Alasan Keengganan Memakai Alat Pelindung Diri -------------------- 55

4.11.

Jumlah Pekerja yang Pernah Mengalami Kecelakaan------------------ 56

4.12.

Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja ----------------------------------- 57

4.13

Pengaruh Pengarahan terhadap Kecelakaan Kerja --------------------- 58

4.14.

Pengaruh Status Pekerja terhadap Kecelakaan Kerja ------------------ 59

4.15

Pengaruh Rekuitmen terhadap Kecelakaan Kerja --------------------- 59

4.16.

Pengaruh Pemakaian APD terhadap Kecelakaan Kerja ---------------- 60

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Judul

Halaman

1.1.

Kerangka Konsep Penelitian----------------------------------------------- 9

4.1.

Komposisi Responden Berdasarkan Umur ------------------------------ 47

4.2.

Komposisi Responden Berdasarkan Pendidikan------------------------ 48

4.3.

Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bekerja -------------------- 49

4.4.

Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bermukim ----------------- 50

4.5.

Pekerja yang Pernah Mengikuti Pelatihan ------------------------------ 51

4.6.

Rekruitmen Pekerja-------------------------------------------------------- 52

4.7.

Status Pekerja Bangunan -------------------------------------------------- 53

4.8.

Penggunaan Alat Pelindung Diri ----------------------------------------- 54

4.9.

Alasan Keengganan Memakai Alat Pelindung Diri -------------------- 55

4.10.

Jumlah Pekerja yang Pernah Mengalami Kecelakaan------------------ 56

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Judul

Halaman

1.

Hasil Perhitungan Statistik Pengaruh Pelatihan K3 terhadap


Kecelakaan ----------------------------------------------------------------- 88

2.

Hasil Perhitungan Statistik Pengaruh Status Pekerja


terhadap Kecelakaan ------------------------------------------------------- 89

3.

Hasil Perhitungan Statistik Pengaruh Rekruitmen terhadap


Kecelakaan------------------------------------------------------------------ 90

4.

Hasil Perhitungan Statistik Pengaruh Pemakaian Alat Pelindung


Diri terhadap Kecelakaan ------------------------------------------------- 91

5.

Kuesioner ------------------------------------------------------------------- 92

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Perkembangan industrialisasi yang sedang dilakukan khususnya peralihan

pertanian ke industri hilir mengakibatkan meningkatnya pembangunan infrastruktur


seperti pengembangan daya dukung jalan, industri konstruksi perkantoran,
permukiman, perdagangan, pergudangan serta konstruksi pabrik. Pembangunan
infrastruktur khususnya bangunan bertingkat pada hakekatnya merupakan unsur
penting dalam usaha pengembangan pembangunan nasional. Dalam rangka
menyediakan bangunan konstruksi yang layak dan berkualitas, selalu terdapat
beberapa hambatan seperti kebutuhan modal, lahan yang sesuai peruntukan,
konsultan perencana, kontraktor yang melibatkan banyak pekerja bangunan
konstruksi, kepala tukang, tukang, dan kenek).
Perusahaan kontraktor berupaya menyelesaikan kontrak kerjanya sesuai
bestek (gambar dan perhitungan bangunan rencana) selalu dengan melibatkan banyak
pekerja bangunan. Pekerja bangunan yang sedang melakukan kegiatan pembangunan
tidak terlepas dari berbagai rintangan (resiko) seperti tidak dibayarnya upah,
penundaan pembayaran upah, dan kecelakaan kerja. Banyak pekerja bangunan yang
mengalami kecelakaan yang diakibatkan kelalaian kerja, dan beberapa diantaranya

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

diakibatkan kurangnya pengetahuan serta tidak dilengkapinya alat pelindung diri


dalam bekerja.
Departemen Pekerjaan Umum sebagai salah satu unsur pemerintah yang
mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam pembinaan bidang konstruksi, telah
melakukan berbagai upaya di dalam mengimplementasikan kebijakan pemerintah
tersebut di atas baik dalam bentuk kebijakan-kebijakan maupun kegiatan-kegiatan
pembinaan lainnya. Upaya tersebut antara lain melalui penerbitan petunjuk teknis
seperti Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 08/SE/M/2006 perihal Pengadaan
Jasa

Konstruksi

untuk

Instansi

Pemerintah

Tahun

Anggaran

2006

dan

penyelenggaraan Sosialisasi Sistem Manajemen K3 Konstruksi yang akan


dilaksanakan pada hari ini. Selain itu beberapa kebijakan umum pemerintah yang
dituangkan di dalam peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
Keselamatan dan Kesehatan pada Bidang peraturan pemerintahan. Keppres 80 Tahun
1999 tentang Jasa Konstruksi berikut peraturan pemerintahannya. Keppres 80 Tahun
2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Badan
Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia, 2007).
Kota Medan yang berbenah diri dengan pengembangan infrastruktur
khususnya bangunan perkantoran, perhotelan, pusat perbelanjaan, apartemen,
permukiman, serta pusat-pusat hiburan. Beberapa pembangunan hotel bertingkat
tinggi yang sedang dilakukan di Kota Medan adalah, Hotel JW Marriot, Hotel Grand
Antares.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Beberapa kejadian kecelakaan kerja yang dialami pekerja bangunan antara


lain seorang pekerja bangunan terjatuh saat bekerja membangun Kantor Pemerintah
Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara, sehingga mengakibatkan kematian
(Sinar Indonesia Baru, 2008). Seorang buruh bangunan Jawa Barat Tewas terjatuh
dari lantai 8 Hotel JW Marriot Medan di duga karena di lokasi itu tidak tersedia
sistem keamanan dan keselamatan kerja yang baik. Sebelum kejadian ini ada juga
buruh bangunan yang tewas terjatuh sekira bulan Juni-Juli 2007, tapi bukan karena
terjatuh melainkan tertimpa kayu. Korban sempat dirawat di rumah sakit namun
karena lukanya cukup serius, buruh itu akhirnya tewas (Admin, 2007). Korban
kecelakaan kerja lainnya adalah korban kecelakaan kerja yang menjalani proses
visum di rumah sakit Dr. Pirngadi Medan antara lain, kasus tewasnya dua karyawan
PT. ACA di Pasar III, Desa Marindal, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli
Serdang. Kedua tewas menyusul terjadinya ledakan tabung gas di perusahaan
tersebut (Admin, 2007). Renovasi bangunan tua yang diperkirakan berusia 100 tahun
lebih, memakan jiwa. Bangunan di jalan Halat, Medan ini ambruk dan menimpa lima
pekerja. Satu tewas dan empat luka-luka. Pekerja ini tengah bekerja bersama
rekannya di sisi kanan bangunan yang memiliki tembok setinggi 9.5 meter, namun
tiba-tiba tembok itu ambruk dan menimpa mereka. Pekerja yang tewas akibat luka
parah di kepala. Sedangkan pekerja lainnya mengalami luka ringan di kaki, tangan
dan kepala (Karo-karo, 2007).
Kecelakaan kerja lainnya adalah seorang pekerja bangunan tewas seketika dan
satu orang lagi kritis akibat tersengat arus listrik di Jalan Pasar III Kecamatan Medan
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Timur. Diduga kecelakaan tersebut akibat kelalaian keduanya saat bekerja, sebab
kedua pekerja ini tidak dilengkapi alat penunjang kerja yang memadai ketika
melakukan pemasangan canopy di lantai dua yang dilintasi oleh kabel listrik
berkekuatan tinggi.
Selanjutnya, dua korban tewas akibat ledakan tabung gas milik PT. AK
di Jalan. Pertahanan Pasar V, Desa Patumbak II, Kecamatan Patumbak, Kab. Deli
Serdang. Serta kasus tewasnya dua anggota Badan SAR Nasional diduga akibat
terhirup asap genset (Admin, 2007). Kecelakaan kerja yang diakibatkan kerja sangat
menurut dilaksanakannya upaya kecelakaan kerja yang diakibatkan kerja sangat
menuntut manejer hingga pada buruh bangunan harian, baik pekerja bangunan
dengan status pekerja tetap, pekerja borongan, maupun pekerja lepas harian.
Masih tingginya angka kecelakaan kerja pada pekerja bangunan di tempat
kegiatan konstruksi serta adanya tuntutan global dalam perlindungan tenaga kerja,
diperlukan upaya-upaya ke depan untuk mewujudkan tercapainya Zero accident
di tempat kegiatan konstruksi. Pengguna jasa yang dalam hal ini adalah para kepala
satker/pemimpin pelaksana/pemilik bangunan selaku penanggung jawab langsung
pelaksanaan konstruksi di lapangan, menempati posisi kunci dalam penerapan sistem
manajemen kesehatan dan kecelakaan kerja (K3) pada kegiatan konstruksi. Maka
untuk dapat melihat faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja pada pekerja
bangunan dibutuhkan suatu penelitian yang komprehensif (Badan Pembinaan
Konstruksi dan Sumber Daya Manusia, 2007).

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Hasil evaluasi atasi kejadian-kejadian kecelakaan kerja selama ini dapat


disimpulkan beberapa faktor penyebab terjadi kecelakaan baik yang telah
menimbulkan korban jiwa maupun luka-luka sebagai berikut terjadinya kegagalan
konstruksi yang antara lain disebabkan tidak dilibatkan ahli teknik konstruksi,
penggunaan metoda pelaksanaan yang tepat, lemahnya pengawasan pelaksanaan
konstruksi di lapangan, belum sepenuhnya melaksanakan ketentuan-ketentuan atau
peraturan-peraturan yang menyangkut K3 yang telah ada, lemahnya pengawasan
penyelenggaraan K3, kurang memadainya baik dalam kualitas dan kuantitas
ketersediaan alat pelindung diri (APD), faktor lingkungan sosial ekonomi dan
budaya pekerja dan kurang disiplinnya para tenaga kerja di dalam mematuhi
ketentuan mengenai K3, antara lain pemakaian alat pelindung diri kecelakaan kerja
(Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia, 2007).
Dalam suatu pekerjaan konstruksi yang melibatkan banyak tenaga kerja
dibutuhkan suatu manajemen terpadu dari keselamatan kerja yang dimenej pihak
pemborong utama, sehingga setiap pekerja baik pekerja tetap maupun pemborongpemborong sub harus mematuhi sistem manajemen keselamatan kerja yang
ditetapkan pemborong utama.
Departemen Pekerjaan Umum sebagai salah satu unsur pemerintah yang
mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam pembinaan di bidang konstruksi, telah
melakukan berbagai upaya di dalam mengimplementasikan kebijakan pemerintah
tersebut di atas baik dalam bentuk kebijakan-kebijakan maupun kegiatan-kegiatan
pembinaan lainnya. Upaya tersebut antara lain melalui penerbitan petunjuk teknis
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

seperti Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 08/SE/M/2006 perihal Pengadaan
Jasa

Konstruksi

untuk

Instansi

Pemerintah

Tahun

Anggaran

2006

dan

penyelenggaraan Sosialisasi Sistem Manajemen K3 Konstruksi. Selain itu beberapa


kebijakan umum pemerintah yang dituangkan di dalam peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan pada bidang Konstruksi
antara lain UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi berikut peraturan
pemerintahnya, Kepres 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia,
2007).
Berdasarkan survei awal para pekerja bangunan yang membangun bangunan
hotel, secara umum telah menggunakan beberapa jenis alat pengamanan diri seperti
topi proyek, sepatu bot, sarung tangan, kaca mata hitam, jaring dan pengikat tubuh
untuk pekerjaan yang berada pada ketinggian.
Untuk lebih mengetahui pengaruh penerapan SMK 3 terhadap pekerja
bangunan,

maka

dibutuhkan

suatu

penelitian

komprehensif

dengan

judul

Bagaimanakah Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja pada Pekerja Bangunan


di Kota Medan.

1.2.

Permasalahan
Berdasarkan besar jumlah pekerja bangunan yang mengalami kecelakaan

kerja pada saat melaksanakan pekerjaannya, serta latar belakang penelitian di atas,
maka permasalahan penelitian ini adalah:
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

1. Upaya-upaya apakah yang telah dilakukan untuk mencegah kecelakaan kerja


pada Pekerja Bangunan di Kota Medan.
2. Bagaimana Pengaruh Pelatihan K3 terhadap kecelakaan kerja.
3. Bagaimana Pengaruh Rekruitment terhadap kecelakaan kerja.
4. Bagaimana Pengaruh Status Pekerja terhadap kecelakaan kerja.
5. Bagaimana Pengaruh Penggunaan Alat Pelindung Diri terhadap kecelakaan kerja.

1.3.

Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum


Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan penelitian maka tujuan
penelitian ini adalah, untuk mengkaji upaya-upaya apakah yang dilakukan untuk
mencegah kecelakaan kerja pada pekerja bangunan.

1.3.2. Tujuan Khusus


1. Untuk melihat hubungan karakteristik pekerja bangunan dengan pencegahan
kecelakaan kerja pada pekerja bangunan.
2. Untuk melihat bagaimana pengaruh pelatihan K3 terhadap kecelakaan pada
pekerja bangunan.
3. Untuk melihat bagaimana pengaruh rekruitment terhadap kecelakaan pada
pekerja bangunan.
4. Untuk melihat bagaimana pengaruh status pekerja terhadap kecelakaan pada
pekerja bangunan.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

5. Untuk melihat bagaimana pengaruh penggunaan alat pelindung diri terhadap


kecelakaan kerja pada pekerja bangunan.

1.4.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian adalah manfaat untuk:
1. Ilmu pengetahuan, sebagai bahan masukan untuk pengembangan wahana
ilmu pengetahuan tentang upaya pencegahan kecelakaan kerja pada pekerja
bangunan di Kota Medan.
2. Masyarakat, sebagai informasi tentang upaya pencegahan kecelakaan kerja
pada pekerja bangunan di Kota Medan.
3. Pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dalam rangka kebijakan tentang
upaya pencegahan kecelakaan kerja pada pekerja bangunan di Kota Medan.

1.5.

Kerangka Konsep Penelitian


Pembangunan konstruksi disadari sangat dibutuhkan dalam menggerakkan

roda perekonomian, di mana kegiatan perkembangan ekonomi akan menjadi


berkembang baik jika didukung dengan sarana prasarana yang baik.
Pembangunan konstruksi selain terkait dengan besarnya modal, investor,
lahan,

bahan

baku

juga

sangat

dipengaruhi

sumberdaya

manusia

yang

melaksanakannya. Di mana pelaksanaan tersebut akan banyak merekrut tenaga kerja


mulai dari studi kelayakan konstruksi, design engineering detail (DED), kontrak
kerja, pelaksana lapangan.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Pelaksana lapangan yang sering juga disebut dengan pekerja bangunan


meliputi site manajer, supervisi, mandor, kepala tukang, tukang, kenek serta
konsultan pengawas secara bersama bekerja untuk mewujudkan konstruksi yang
diinginkan.
Dalam melaksanakan kegiatan tersebut pekerja bangunan menjadi kelompok
yang sangat beresiko mengalami kecelakaan kerja. Sehingga dibutuhkan penerapan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja yang terjadi secara langsung akan mempengaruhi
kinerja dari pekerja bangunan tersebut.

Pelatihan K3

Status Pekerja

Kecelakaan Kerja
(Ya/Tidak)

Rekruitment
Rekruitment
Alat Pelindung Diri
Alat Pelindung Diri

Gambar 1.1. Kerangka Konsep Penelitian

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Kecelakaan dan Kesehatan Kerja (K3)


Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, Pasal 23 tentang Kesehatan

disebutkan bahwa Kesehatan Kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas


kerja secara optimal yang meliputi pelayanan kesehatan pencegahan penyakit akibat
kerja.
Menurut Sumanur (1987) kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang
berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat
berarti, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu
melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal ini, terdapat dua permasalahan penting
yaitu: (1) Kecelakaan akibat langsung pekerjaan, (2) Kecelakaan terjadi pada saat
pekerjaan sedang dilakukan.
Ditinjau dari aspek yuridis K3 adalah upaya perlindungan bagi keselamatan
tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan di tempat kerja dan melindungi keselamatan
setiap orang yang memasuki tempat kerja, serta agar sumber produksi dapat
dipergunakan secara aman dan efisien, jika ditinjau dari efek teknis K3 adalah ilmu
pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Penerapan K3 dijabarkan kedalam sistem manajemen yang disebut SMK3
(Somaryanto, 2002).

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Tujuan dari upaya kesehatan kerja adalah untuk:


1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan
untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
3. Memelihara dan mempergunakan sumber produksi secara aman dan efisien
(Samanur, 1992).
Menurut Dewi (2006), dalam hubungan kondisi-kondisi dan situasi
di Indonesia, keselamatan kerja adalah sarana utama dalam pencegahan penyakit,
cacat kematian yang disebabkan oleh penyakit akibat hubungan kerja. Kesehatan
kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja.
Secara filosofi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budayanya menuju masyarakat adil dan makmur (Depnaker RI, 1993).
Menurut Sumanur (1987) keselamatan kerja adalah keselamatan yang
bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya,
landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Di mana sasaran keselamatan kerja adalah segala tempat kerja, baik di darat, di dalam
tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara.
Keselamatan dan kesehatan kerja ditinjau berdasarkan aspek secara yuridis
adalah upaya perlindungan bagi keselamatan tenaga kerja dalam melakukan
pekerjaan di tempat kerja dan melindungi keselamatan setiap orang yang memasuki
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

tempat kerja, serta agar sumber produksi dapat dipergunakan secara aman dan efisien.
Peninjauan dari aspek teknis keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah ilmu
pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Penerapan K3 dijabarkan ke dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja yang disebut SMK 3 (Soemaryanto, 2002).
Dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja dibutuhkan kebijakan
dari manajemen perusahaan, sehingga sekali kebijakan telah ditetapkan akan menjadi
pedoman pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja dalam lingkungan perusahaan
sampai diterbitkannya kebijakan lain yang menggantikan kebijakan terdahulu.
Menurut Muhammad (2005) kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan komponen dasar kebijakan manajemen yang akan memberi arah bagi
setiap pertimbangan yang menyangkut aspek operasional dari kualitas, volume dan
hubungan kerja.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.05/MEN/1996
disebutkan bahwa: kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu
pernyataan tertulis yang dibuat melalui proses konsultasi antara pengurus dan wakil
tenaga kerja yang memuat keseluruhan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad
melaksanakan K3, kerangka dan program kerja perusahaan yang bersifat umum dan
operasional. Kebijakan ini ditanda tangani oleh pengusaha dan atau pengurus.
Menurut Tunggal S. W (1996) tahapan keselamatan dan kesehatan kerja memiliki
beberapa tahapan antara lain:

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

1. Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Resiko.


Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko dari kegiatan produk
barang dan tanda jasa harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana
untuk memenuhi kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja, karenanya harus
dipelihara dan ditetapkan prosedurnya.
2. Peraturan Perundangan dan Peraturan Lainnya
Organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk inventarisasi dan
pemahaman keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan kegiatan organisasi
yang bersangkutan manajemen organisasi juga harus menjelaskan peraturan
perundang-undangan dan persyaratan lainnya kepada setiap tenaga kerja.
3. Tujuan dan Sasaran Manajemen
Tujuan dan sasaran kebijakan keselamatan dan kesehatan ditetapkan oleh
organisasi sekurang-kurangnya harus memenuhi kualifikasi sebagai berikut:
a. Dapat diukur,
b. Satuan/indikator pengukuran,
c. Sasaran pencapaian,
d. Jangka waktu pencapaian.
4. Indikator Kerja
Dalam menetapkan tujuan dan sasaran kebijakan keselamatan dan kesehatan dan
kesehatan kerja organisasi harus menggunakan indikator yang dapat diukur
sebagai penilaian kinerja keselamatan dan kesehatan kerja yang sekaligus
merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian sistem manajemen K3.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Kecelakaan yang didefinisikan sebagai kejadian yang tidak diinginkan yang


mengakibatkan kerugian fisik (Physical harm) atas orang atau kerusakan atas milik
atau harta benda (property). Kecelakaan terjadi adalah sebagai akibat dari kontak
dengan sumber energi (kinetik, kimia, dan panas) yang melebihi nilai ambang batas.
Sedangkan kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan
akibat dari kerja (Notoatmodjo S, 1996).
Terjadinya kecelakaan kerja merupakan rangkaian yang berkaitan satu dengan
yang lainnya, faktor penyebab kecelakaan kerja antara lain (H.W. Heinrich, 1980):
1. Ancestry dan Social Environment, yaitu faktor keturunan, keras kepala, gugup,
penakut, iri hati, sembrono, tidak sabar, pemarah, tidak mau bekerjasama, tidak
mau menerima pendapat orang lain, dan lain-lain.
2. Fault of person, yaitu merupakan rangkaian dari faktor keturunan dan lingkungan
yang menjurus pada tindakan yang salah dalam melakukan pekerjaan. Ada
beberapa keadaan yang menyebabkan seseorang melakukan kesalahan-kesalahan:
a. Pendidikan, pengetahuan dan keterampilan rendah,
b. Karena seseorang tidak memenuhi syarat secara fisik,
c. Keadaan mesin atau lingkungan fisik yang tidak memenuhi syarat.
3. Unsafe actions anda unsafe conditions, yaitu tindakan berbahaya disertai bahaya
mekanik dan fisik memudahkan terjadinya kecelakaan. Contoh tindakan tidak
aman (unsafe actions), yaitu:
a. Mengerjakan pekerjaan yang bukan tugasnya/tanpa perintah,
b. Membuat alat pengaman yang bukan tugasnya,
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

c. Menjalankan mesin dengan kecepatan yang membahayakan,


d. Kurang pengetahuan dan keterampilan,
e. Tidak memakai salah satu alat pelindung diri,
f. Kesalahan memberikan peringatan atau keamanan,
g. Memakai peralatan yang rusak,
h. Menggunakan peralatan yang sesuai,
i. Mengangkat dengan cara yang salah,
j. Posisi kerja yang tidak sesuai,
k. Memperbaiki peralatan yang sedang bergerak,
l. Bekerja sambil bercanda,
m. Bekerja tidak konsentrasi,
n. Bekerja sambil merokok/makan,
o. Meminum minuman keras dan obat-obatan terlarang,
p. Cacat tubuh yang tidak jelas kelihatan,
q. Kelelahan dan kelesuan.
Kondisi tidak aman sangat berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan antara
lain:
a. Mesin tidak diberi pagar pengaman,
b. Pagar pengaman tidak berfungsi,
c. Kerusakan alat, peralatan dan substansi/bahan baku yang digunakan,
d. Disain dan konstruksi bangunan/tempat bekerja yang tidak benar,
e. Ventilasi yang tidak memenuhi persyaratan,
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

f. Tidak ada ada sistem peringatan keselamatan di tempat kerja,


g. Bahaya kebakaran dan ledakan,
h. Kemacetan alat/peralatan yang digunakan,
i. Pemeliharaan kebersihan di bawah standar,
j. Kondisi lingkungan yang tidak kondusif (panas, bising, cahaya, tidak
memadai),
k. Cara penyimpanan yang berbahaya,
l. Tidak ada prosedur kerja,
m. Adanya pemakaian bahan-bahan yang mudah terbakar,
n. Tata letak area kerja yang tidak baik.
4. Accident, yaitu peristiwa kecelakaan (tertimpa benda, jatuh terpeleset, rambut
tergulung mesin, dan lain-lain) yang menimpa pekerja dan umumnya disertai oleh
berbagai kerugian.
5. Injuri, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan cedera (luka ringan, luka berat/
parah), cacat dan bahkan kematian (Allen and Friends, 1976).
Menurut Notoatmodjo (2003), terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh
dua faktor utama yaitu fisik dan faktor manusia. Perilaku pekerja itu sendiri (faktor
manusia) yang tidak memenuhi keselamatan misalnya karena kelengahan,
kecerobohan, ngantuk, kelelahan dan sebagainya. Menurut hasil penelitian 85 %
kecelakaan kerja terjadi karena faktor-faktor manusia. Kondisi-kondisi lingkungan
pekerjaan yang tidak aman misalnya lantai licin, pencahayaan yang kurang, silau,
mesin yang terbuka, dan sebagainya.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

2.2.

Penyebab Kecelakaan

Terjadinya kecelakaan kerja umumnya disebabkan beberapa faktor antara lain


faktor manusia, peralatan, manajemen dan lokasi kerja. Notoatmodjo (2003),
mengatakan bahwa penyebab kecelakaan kerja pada umumnya digolongkan menjadi
dua, yakni:
(a) Perilaku pekerja itu sendiri (faktor manusia), yang tidak memenuhi
keselamatan, misalnya: karena kelengahan, kecerobohan, ngantuk, kelelahan,
dan sebagainya. Menurut hasil penelitian yang ada 85 % dari kecelakaan yang
terjadi disebabkan karena faktor manusia ini.
(b)

Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau unsafety condition


misalnya lantai licin, pencahayaan yang kurang, silau, mesin yang terbuka, dan
sebagainya.
Penyebab terjadinya kecelakaan kerja dapat disebabkan faktor karakteristik

pekerja, demikian halnya kurangnya kemampuan/pelatihan, rekruitmen pekerja yang


tidak benar, kelelahan akibat jam kerja yang berlebih, serta minimnya pengawasan
terhadap pekerja (Notoadmojo S, 1996).
Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), kecelakaan akibat kerja
(kecelakaan kerja) dapat diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan, yakni:
a. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan,
b. Klasifikasi menurut penyebab,
c. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan,
d. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka ditubuh.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

H.W.Heinrich, 1980, mengatakan bahwa terjadinya kecelakaan kerja


merupakan suatu rangkaian yang berkaitan satu dengan yang lainnya, antara lain:
1. Ancestry and Social Environment, yaitu faktor keturunan, keras kepala, gugup,
penakut, iri hati, sembrono, tidak sabar, pemarah, tidak mau bekerja sama, tidak
mau menerima pendapat orang lain, dan lain-lain.
Fault of person, yaitu merupakan rangkaian dari faktor keturunan dan lingkungan
yang menjurus pada tindakan yang salah dalam melakukan pekerjaan. Ada
beberapa keadaan yang menyebabkan seseorang melakukan kesalahan-kesalahan:
a. Pendidikan, pengetahuan dan keterampilan rendah,
b. Karena seseorang tidak memenuhi syarat secara fisik,
c. Keadaan mesin atau lingkungan fisik yang tidak memenuhi syarat.
2. Unsafe actions an unsafe conditions, yaitu tindakan berbahaya disertai bahaya
mekanik dan fisik memudahkan terjadinya kecelakaan. Contoh tindakan tidak
aman (unsafe actions) yaitu: mengerjakan pekerjaan yang bukan tugasnya/tanpa
perintah, membuat alat pengaman yang bukan tugasnya, menjalankan mesin
dengan kecepatan yang membahayakan, kurang pengetahuan dan keterampilan,
tidak memakai salah satu alat pelindung diri, kesalahan memberikan peringatan
atau keamanan, memakai peralatan yang rusak, menggunakan peralatan yang
tidak sesuai, mengangkat dengan cara yang salah, posisi kerja yang tidak sesuai,
memperbaiki peralatan yang sedang bergerak, bekerja sambil bercanda, bekerja
tidak konsentrasi, bekerja sambil merokok/makan, meminum minuman keras dan

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

obat-obatan terlarang, cacat tubuh yang tidak jelas kelihatan, kelelahan dan
kelesuan.
3. Kondisi tidak aman sangat berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan antara
lain: mesin tidak diberi pagar pengaman, pagar pengaman tidak berfungsi,
kerusakan alat, peralatan dan substansi/bahan baku yang digunakan, desain dan
konstruksi bangunan/tempat bekerja yang tidak benar, ventilasi yang tidak
memenuhi persyaratan, tidak ada sistem peringatan keselamatan di tempat kerja,
bahaya kebakaran dan ledakan, kemacetan alat/peralatan yang digunakan,
pemeliharaan kebersihan di bawah standar, kondisi lingkungan yang tidak
kondusif (panas, bising, cahaya tidak memadai), cara penyimpanan yang
berbahaya, tidak ada prosedur kerja, adanya pemakaian bahan-bahan yang mudah
terbakar, tata letak area kerja yang tidak baik.
4. Accident, yaitu peristiwa kecelakaan (tertimpa benda, jatuh terpeleset, rambut
tergulung mesin, dan lain-lain) yang menimpa pekerja dan umumnya disertai oleh
berbagai kerugian.
5. Injury, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan cedera (luka ringan, luka berat/
parah), cacat dan bahkan kematian (Allen and Friends, 1976).

2.3.

Perusahaan Konstruksi
Perusahaan konstruksi secara umum dikenal sebagai perusahaan yang

bergerak dalam bidang konstruksi bangunan, tower, jembatan, dermaga, lapangan


terbang dan sebagainya.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Pengertian perusahaan menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun


1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
perusahaan adalah: Setiap bentuk usaha yang menjalanan setiap jenis usaha yang
bersifat tetap dan terus menerus, bekerja serta berkedudukan di wilayah Indonesia
dengan tujuan utama mencari keuntungan. Pengertian lainnya tentang perusahaan
termaksud dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep.
150/MEN/2000 memberikan batasan perusahaan sebagai berikut Perusahaan adalah:
a. setiap bentuk usaha yang mempekerjakan pekerja dengan tujuan mencari
keuntungan atau tidak, (b) usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang tidak
berbentuk perusahaan tetapi mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain
dengan membayar upah, kecuali usaha-usaha sosial yang pembiayaannya tergantung
subsidi pihak lain dan lembaga-lembaga sosial milik lembaga diplomatik.
Demikian halnya perusahaan konstruksi merupakan suatu perusahaan yang
bergerak dalam biang konstruksi. Konstruksi menurut Dipohusudo (1996) merupakan
upaya pembangunan yang tidak hanya ditekankan pada pelaksanaan pembangunan
fisiknya saja, tetapi juga mencakup arti sistem pembangunan secara utuh dan lengkap
sehingga dapat dioperasikan sesuai dengan tujuannya. Jenis-jenis perusahaan Jasa
Konstruksi terdiri dari beberapa perusahaan antara lain (1) perumahan untuk tempat
tinggal; (2) gedung perkantoran berlantai banyak; (3) bangunan industri;
(4) jembatan; (5) jalan; (6) lapangan terbang (7) pelabuhan (8) kilang minyak dan
sebagainya. Berdasarkan hal-hal di atas maka perusahaan jasa konstruksi dapat
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

1. Perusahaan konstruksi rancang bangun


Konstruksi rancang bangun meliputi konstruksi bangunan gedung, jembatan jalan,
bangunan air, lapangan terbang dan sebagainya.
2. Perusahaan konstruksi pemasangan peralatan-peralatan listrik dan mesin
Konstruksi pemasangan peralatan-peralatan listrik dan mesin. Pemasangan
peralatan listrik meliputi instalasi penerangan, instalasi tenaga listrik, instalasi
telepon, pemasangan peralatan-peralatan mesin meliputi pintu-pintu air dan
katub-katub,

saringan-saringan,

tangki-tangki

bahan/bakar

air/gas

dan

sebagainya.
3. Perusahaan konstruksi pengadaan barang
Konstruksi pengadaan barang yaitu konstruksi baik sebagian maupun seluruhnya
yang berhubungan dengan pengadaan (a) peralatan kerja (b) peralatan listrik
(c) peralatan mesin (c) peralatan laboratorium, (e) bahan bangunan.
4. Perusahaan konstruksi jasa
Konstruksi jasa yaitu konstruksi baik sebagian atau seluruhnya yang berhubungan
dengan bantuan-bantuan, nasehat-nasehat, rancangan-rancangan pemasangan
peralatan-peralatan dan sebagainya.
Bush (1983) membagi atau mengelompokkan industri menjadi 3 (tiga)
golongan besar, yaitu:
1. Konstruksi perteknikan yang dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu (a) konstruksi
jalan raya, misalnya penggalian, pengerasan jalan, jembatan dan sebagainya;
(b) konstruksi berat misalnya pembuatan bendungan, saluran air dan sebagainya.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

2. Konstruksi industri, misalnya: pembuatan kilang minyak, peleburan biji besar dan
sebagainya.
3. Konstruksi bangunan, misalnya bangunan pabrik, tempat tinggal, gedung dan
sebagainya.

2.4.

Pekerja Bangunan
Beberapa peristilahan mengenai tenaga kerja dipengaruhi oleh posisi dan

tempat tenaga kerja tersebut bekerja. Misalnya ada yang menyebut buruh, karyawan
atau pegawai. Namun sesungguhnya dapat dipahami bahwa maksud dari semua
peristilahan tersebut adalah sama, yaitu: orang yang bekerja pada orang lain dan
mendapat upah sebagai imbalannya. Maka berdasarkan rumusan tersebut, maka
yang dimaksud dengan tenaga kerja (pekerja/karyawan/buruh/buruh atau pegawai itu
mencakup pegawai swasta maupun pegawai negeri (Sipil dan Militer) (Prinst, 1994).
Maimun (2004) berpendapat pekerja/buruh dewasa (biasa disebut pekerja/
buruh) adalah tiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam
bentuk lain. Di mana dalam definisi tersebut dua unsur yaitu unsur orang yang
bekerja dan unsur menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Selanjutnya Maimun (2004) menyebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap
orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa
baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Pengertian tenaga kerja
mencakup pekerja/buruh, pegawai negeri, tentara, orang yang sedang mencari

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

pekerjaan, orang-orang yang berprofesi bebas seperti pengacara, dokter, pedagang,


penjahit dan lain-lain.
Menurut Anwar (1991) menyebutkan bahwa tenaga kerja adalah tiap orang
yang mampu melakukan pekerjaan di dalam atau di luar hubungan kerja guna
menghasilkan barang-barang dan atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Pengertian ini sangat luas karena meliputi juga pegawai negeri yang bekerja pada
Instansi pemerintah yang dilindungi undang-undangan kepegawaian. Sedangkan
buruh adalah pekerja di suatu perusahaan, dan dalam melakukan pekerjaannya harus
tunduk pada perintah dan peraturan kerja yang diadakan oleh pengusaha (majikan)
yang bertanggung jawab dalam lingkungan perusahaannya, dan buruh/pekerja akan
memperoleh upah serta jaminan hidup lainnya yang wajar dari pengusaha (majikan).
Menurut Suprihanto (1986) tenaga kerja terbagi 2 jenis, yaitu: angkatan kerja
(labour force) dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari golongan yang
bekerja dan golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan. Kelompok bukan
angkatan kerja masih dibagi lagi yaitu golongan yang bersekolah, golongan yang
mengurus rumah tangga dan golongan yang lain atau penerima pendapatan atau
kelompok potensial alboruf force.
Pekerja/buruh merupakan bagian dari tenaga kerja yaitu tenaga kerja yang
bekerja di dalam hubungan kerja, di bawah perintah pemberi kerja (bisa perseroan,
pengusaha, dan hukum atau ada lainya, dan atas jasa dalam bekerja yang
bersangkutan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain, dengan kata lain
tenaga kerja disebut sebagai pekerja/buruh bila ia melakukan pekerjaan di dalam
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

hubungan kerja dan di bawah perintah orang lain dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain. Tenaga kerja yang bekerja di bawah perintah orang lain
dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain tetapi tidak di dalam
hubungan kerja seperti tukang semir sepatu, bukan merupakan pekerja (Maimun,
2004).
Dalam Undang-Undang No. 33/1947 tentang Kecelakaan Kerja dan UndangUndang No. 2/1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja memperluas pengertian
pekerja/buruh, sehingga meliputi:
1). Magang, murid dan sebagainya yang bekerja pada perusahaan yang diwajibkan
memberikan tunjangan dalam hal mereka menerima upah.
2). Mereka yang memborong pekerjaan yang dikerjakan di perusahaan yang
diwajibkan memberikan tunjangan kecuali jika mereka yang memborong
pekerjaan itu sendiri yang menjalankan perusahaan yang diwajibkan memberi
tunjangan.
3). Mereka yang bekerja pada seorang yang memborongkan pekerjaan yang biasanya
dikerjakan di perusahaan yang diwajibkan memberikan tunjangan. Mereka itu
dianggap bekerja di perusahaan majikannya yang memborongkan itu sendiri
(menjalankan suatu perusahaan yang diwajibkan memberikan tunjangan dalam
mana pekerjaan yang diborongkan itu dikerjakan).
4). Orang hukuman yang bekerja di perusahaan yang diwajibkan memberi tunjangan,
tetapi mereka tidak berhak mendapat ganti kerugian karena kecelakaan selama
mereka menjalani hukuman.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor


Keperawatan. 68/MEN/IV/2004 tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS
di tempat kerja, menyebutkan bahwa pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja
dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Dalam pelaksanaan pekerjaan bangunan sangat sering mengalami kecelakaan
seperti terjatuh, tertimpa, terpeleset, terpotong, tertusuk oleh material bangunan, hal
ini disebabkan beberapa hal, yaitu:
1).

Kurangnya pelatihan bangunan sehingga dalam melaksanakan pekerjaannya


sering mengalami kendala.

2).

Besar kecilnya pendapatan pekerja akan mempengaruhi ketenangan pekerja


dalam bekerja.

3).

Sistem perekrutan pekerja bangunan tersebut, yang selalu mengutamakan


jumlah dibandingkan kualitas pekerja bangunan.

4).

Lamanya jam kerja, akan berpengaruh dengan tingkat keletihan dari pekerja
tersebut.

5).

Status pekerja bangunan yang kurang menjalani keberadaan pekerjaan tersebut,


sehingga banyak pekerja yang diberhentikan tanpa melalui prosedur yang layak.

6).

Minimnya pengadaan keselamatan, dan kesehatan kerja pekerja bangunan,


sehingga pekerja tidak terbebas dari kecelakaan kerja.

7).

Pengetahuan pekerja sangat mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan


tugasnya.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

8).

Banyaknya jumlah anggota akan mempengaruhi pekerja, karena pekerja


tersebut harus membiayai anggota keluarga.

9).

Peralatan yang digunakan, di mana semakin baik peralatan yang digunakan


maka kecelakaan kerja juga akan semakin kecil.

10). Lancarnya penggajian, semakin lancar penggajian (tanpa penundaan gajian)


akan memberikan perasaan tenang bagi pekerja bangunan, lokasi tempat
bekerja, akan memberikan konstribusi pada keselamatan kerja, di mana pekerja
yang bekerja di tempat ketinggian selayaknya lebih ditingkatkan keselamatan
kerjanya, sistem komunikasi pekerjaan, sistem penggajian, jarak rumah dengan
proyek.

2.5.

Aspek Sosial Ekonomi


Suatu pembangunan sering dipadang sebagai proses multi dimensional dari

berbagai aspek kehidupan masyarakat, seperti aspek ekonomi, aspek sosial, aspek
budaya, aspek teknis dan aspek administrasif.
Namun dalam kenyataannya beberapa aspek tersebut, sering sekali diabaikan
sehingga setelah kegiatan dilakukan secara langsung membawa dampak negatif
terhadap kegiatan tersebut, aspek tersebut antara lain aspek sosial, aspek budaya
(Soemarwoto, 1997).
Salim (1995) mengatakan bahwa dalam kegiatan pembangunan
meningkatkan gerak mobilitas sehingga dapat mempermudah kelompok masyarakat
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

berhubungan satu dengan yang lain, bahkan kadang-kadang bisa berbenturan dengan
kelompok lainnya, sehingga dapat mengakibatkan nilai-nilai sosial satu dengan yang
lainnya menjadi berbeda. Dalam keadaan ini timbullah ketidakseimbangan
(disequilibrium) dalam sistem nilai sosial.
Menurut Peraturan Pemerintah Indonesia No. 51 Tahun 1993 jo Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. Kep.14/MENHEL/3/1994, yang
perlu mendapat perhatian dalam analisis dampak sosial ekonomi adalah:
1. Karakteristik demografis (struktur, dinamikan, mobilitas, kepadatan, dan lainlain),
2. Kesempatan kerja dan berusaha,
3. Pola pemikiran dan penguasaan sumber daya alam,
4. Tinkat pendapatan penduduk,
5. Sarana dan prasarana perekonomian (lembaga perbankan, pasar pusat
perbelanjaan, pelabuhan/terminal, jalan dan lain-lain),
6. Pola pemanfaatan sumber daya.
Pembangunan dengan tujuan pengembangan ekonomi serta menciptakan
perubahan kearah yang lebih baik untuk mengejar ketertinggalan suatu daerah
dibandingkan dengan daerah lainnya. Pengaruh sosial ekonomi yang cenderung
mengarah negatif akan memberikan pengaruh lain bagi keberlangsungan kegiatan
pembangunan tersebut, itulah sebabnya dalam mengendalikan dampak suatu kegiatan
harus dengan melibatkan masyarakat di sekitar proyek tersebut, karena secara

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

keseluruhan tujuan dari pembangunan adalah untuk menciptakan kesejahteraan


masyarakat (Salim, 1988).
Kegiatan pembangunan cenderung menimbulkan pengaruh terhap lingkungan
hidup, antara keselarasan kehidupan manusia dengan lingkungan sekitarnya. Namun
pembangunan mutlak diperlukan dalam mengembangkan kemampuan bertahap hidup
manusia, sehingga manusia tidak akan pernah terlepas dari pembangunan (Salim,
1988).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1974 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial yang memberikan arti bahwa
kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material maupun
spritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman batin, yang
dimungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri,
keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi masyarakat serta
kewajiban manusia sesuai Pancasila.
Menurut Soeratmo (1991) komponen lingkungan sosial ekonomi yang
dianggap penting untuk diketahui:
1. Pola perkembangan penduduk (jumlah, umur, perbandingan kelamin dan lain
sebagainya). Pola perkembangan penduduk pada masa-masa yang lalu sampai
sekarang perlu diketahui.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

2. Pola perpindahan erat hubungannya dengan perkembangan penduduk, pola


perpindahan antara lain: perpindahan keluar masuk ke satu daerah secara umum,
serta pola perpindahan musiman dan tetap.
3. Pola perkembangan ekonomi, pola perkembangan ekonomi masyarakat erat
hubungannya pula dengan perkembangan penduduk, perpindahan, keadaan
sumber daya alam yang tersedia.
Soeratmo (1991) menjelaskan dalam memilih komponen-komponen tersebut
pula diprioritaskan komponen-komponen yang merupakan komponen kritis atau
sangat penting dalam menentukan kehidupan masyarakat setempat komponen
lingkungan sosial ekonomi kritis khususnya untuk negara berkembang antara lain:
a. Penyerapan tenaga kerja,
b. Berkembangnya struktur ekonomi,
c. Peningkatan pendapatan masyarakat,
d. Perubahan lapangan pekerjaan.
Kesehatan masyarakat dan masalah sumber daya yang sangat langka dan serta
sangat dibutuhkan masyarakat.
Faktor sosial ekonomi merupakan salah satu faktor penting karena faktor
tersebut mengemukakan aspek khusus dari lingkungan manusia dan perubahan paling
kritis yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan. Pelaksanaan
pembangunan yang sering mengakibatkan perubahan aspek fisik dan biologis akan
memberikan dampak pada aspek sosial. Perubahan yang terjadi pada aspek sosial dari

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

suatu pembangunan secara simultan akan diperkuat oleh perubahan yang terjadi pada
aspek-aspek fisik dan biologis (Pelly, 1991).
Selanjutnya kerangka pemikiran utama terhadap dampak sosial harus
dilaksanakan dengan membandingkan antara keadaan masa kini dan masa mendatang
dengan memperhitungkan:
a. Jika pembangunan dilakukan,
b. Jika kegiatan tidak dilakukan.
c. Bagaimana masa depan lebih baik dengan pelaksanaan kegiatan pembangunan
(Pelly, 1991).
Menurut Mun dalam Fandeli (1992) cara pendugaan dampak komponen sosial
ekonomi dapat diklasifikasikan atas dasar dua kelompok, yaitu kelompok ekstrapolasi
dan kelompok normative. Kedua kelompok tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kelompok ekstrapolasi yang dasarnya melakukan pendugaan yang didasarkan
pada kondisi masa yang lalu masa kini secara konsisten. Adanya dampak sosial
ekonomi dalam kurun waktu tertentu akan dapat dipergunakan untuk
memperkirakan kondisi yang akan datang secara linier atas dasar trend yang ada.
2. Kelompok Normative merupakan metode yang dilakanakan dengan cara
menentukan sasaran (kondisi sosial ekonomi) terlebih dahulu, kemudian untuk
mencapai sasaran ini dilakukan pendugaan terhadap perubahan kondisi sosial
ekonomi, pada saat ini dan waktu-waktu mendatang hingga kurun waktu yang
ditentukan.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

2.6.

Aspek Sosial Budaya


Pembangunan di tengah masyarakat yang telah berkembang secara umum

akan memberikan pengaruh terhadap lingkungan perikehidupan masyarakat.


Keadaan ini secara lambat laun akan menghasilkan persesuaian budaya masyarakat
setempat dengan budaya pendatang, namun sering sekali budaya setempat tidak
mampu menyerap budaya yang datang.
Kemampuan suatu budaya untuk mempengaruhi budaya lainnya sangat
tergantung dari keluwesan budaya tersebut menyesuaikan dengan keadaan
lingkungannya. Budaya yang demikian akan bertumbuh kembang dan mempengaruhi
pola kehidupan masyarakat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat tersebut. Untuk
membuktikan besarnya pengaruh aspek sosial budaya terhadap laju pembangunan
masih sering dilupakan, sehingga aspek sosial budaya tersebut sering tidak diteliti
(Koentjaraningrat, 2000).
Soeratmo (1991) mengemukakan bahwa pengaruh sosial budaya terhadap
pembangunan masih sangat jarang dilakukan dengan prinsip analisis dampak dan
pendugaan dampaknya. Kenyataannya dampai sosial ekonomi akan terasa nyata, jika
dampak sosial budaya terasa lebih dahulu, di samping itu sering dijumpai dampak

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

suatu aktivitas proyek pada aspek sosial ekonomi tetapi negatif pada aspek sosial
budaya atau keadaan sebaliknya.
Dalam penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan di Indonesia
mengisyaratkan secara nyata perlunya mempertimbangkan faktor adat-istiadat, tata
cara interaksi keanekaragaman tata nilai dan norma yang berkembang ditengahtengah masyarakat, maka dalam pembangunan kebudayaan masyarakat di sekitar
areal pembangunan harus menjadi acuan dalam pelaksanaan (Fandeli, 1992).
Berdasarkan Pedoman Penyusunan AMDAL di Indonesia menyebutkan
bahwa pengaruh pembangunan industri terhadap lingkungan sosial budaya adalah:
1. Keadaan struktur penduduk termasuk jumlah kepadatan penduduk termasuk
jumlah kepadatan, keanekaragaman penduduk, serta pola mobilitas penduduk.
2. Perikehidupan sehari-hari, adat-istiadat, tata cara interaksi keanekaragaman tata
nilai dan norma.
3. Sikap, nilai dan persepsi terhadap lingkungannya dan kehidupan lingkungannya.
4. Distribusi kekuasaan, sistem stratifikasi sosial, diversikan dalam masyarakat.
5. Integrasi dari berbagai kelompok masyarakat.
6. Sejarah budaya yang patut dipelihara.
7. Keadaan dan sistem kekuasaan (Soeratno, 1991).
Integrasi dari berbagai kelompok masyarakat harus menjadi pertimbangan
lainnya untuk mewujudkan suatu pembangunan bagi masyarakat luas. Oleh sebab itu
dalam bidang analisis mengenai dampak lingkungan selalu dimintakan pendapat dan
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

pandangan-pandangan lembaga swadaya masyarakat (organisasi masyarakat) untuk


mencarikan solusi yang baik dan dapat diterima berbagai pihak dalam pelaksanaan
pembangunan tersebut (Soeratmo, 1991).
Selaras dengan pendapat Salim, Koetjaraningrat (2000) mengatakan bahwa
unsur kebudayaan dapat ditinjau dari: bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial,
sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi
dan kesenian.

2.7.

Rekruitmen
Rekruitmen pekerja merupakan pintu gerbang dalam peningkatan

keberhasilan suatu perusahaan, perusahaan akan mendapatkan para staf dan pekerja
yang handal dan mampu berproduksi optimal, jika rekruitmen pekerja tersebut sesuai
dengan yang dibutuhkan, penempatan pekerja tersebut disesuaikan dengan keahlian
masing-masing.
Mangkunegara (2000) mengatakan bahwa rekruitmen adalah suatu sistem
penjaringan/pemilihan tenaga kerja dengan tujuan untuk mendapatkan tenaga kerja
yang sesuai dengan yang diinginkan, dengan mempertimbangkan harapan perusahaan
terhadap pekerja yang akan direkrut. Selanjutnya Simamora (1995) mengatakan
bahwa rekruitmen adalah tingkat persyaratan minimum yang dapat dipenuhi oleh
pekerja terhadap keinginan perusahaan untuk dapat diterima sebagai bagian dari
perusahaan yang merekrutnya.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

2.8.

Status Pekerja
Status pekerja secara umum didefinisikan adalah sebagai kedudukan dan

posisi seseorang dalam suatu sistem organisasi perusahaan. Status seseorang menjadi
unsur penting dalam penentuan keterlibatannya dalam menumbuh kembangkan
organisasi yang dimasukinya.
Status pekerja selalu mempengaruhi seseorang dalam mencarikan solusi
dalam suatu kegiatan perusahaan, serta mampu membangkitkan perasaan nyaman
bagi pekerja yang telah mengetahui statusnya, serta mengakibatkan ketidak
nyamanan bagi pekerja lainnya.
Mangkunegara (2000) mengatakan bahwa status pekerja dalam bekerja sangat
terkait erat kemampuannya dalam meningkatkan kinerja pekerjaannya, serta dapat
memberikan perasaan nyaman bagi pekerja tersebut.

2.9.

Pelatihan
Program pelatihan bagi tenaga kerja diusahakan agar tenaga kerja mendengar,

memahami dan menghayati pekerjaannya dalam usaha untuk menaikkan kinerja serta
meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam usaha menanamkan
kesadaran dan pemahaman cara kerja yang aman, sehat dan selamat. Pelatihan ini
dapat dilakukan berupa kursus, ceramah, diskusi, pemutaran slide, bulletin atau

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

majalah dan dapat dilakukan baik di dalam maupun di luar perusahaan, bekerjasama
dengan lembaga dan instansi terkait lainnya.
Pelatihan yang diterima pekerja harus dapat diimplementasikan dalam sistem
kerja, sehingga pekerjaan yang dilakukan dapat menghasilkan produk yang lebih baik
dari sebelumnya, serta mampu lebih meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja
para pekerja.

2.10.

Alat Pelindung Diri

Menurut Sumamur (1992) alat pelindung diri merupakan cara terakhir yang
harus dilakukan untuk mencegah kecelakaan apabila program pengendalian lain tidak
mungkin dilaksanakan, artinya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja
hendaknya dianalisis sedemikian rupa sehingga sistem kerja tidak mendatangkan
akibat negatif terhadap para pekerja. Namun jika pencegahan lainnya tidak dapat
diefektifkan maka alat pelindung dirilah yang akan dilakukan.
Alat pelindung diri yang sering digunakan antara lain:
1. Helmet, melindungi kepala terhadap kemungkinan tertimpa benda jatuh atau
menghindari cedera kepala akibat benturan benda berat,
2. Earplug/earmuff, sebagai alat pelindung telinga karena bekerja di daerah
kebisingan akibat penggerindaan dan pemukulan,
3. Sarung tangan, melindungi jari dan tangan pekerja dari goresan, benturan dan
pengaruh sinar las. Sarung tangan terbuat dari kain yang nyaman serta
memungkinkan jari dan tangan bergerak bebas. Untuk melindungi dari pengaruh
sinar las maka sarung tangan terbuat dari kulit,

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

4. Masker, untuk melindungi wajah dari pengaruh sinar pada waktu bekerja,
5. Apron, baju panjang dari bahan karet timbal dengan daya serap radiasi.
Menurut Samamur (1986) syarat-syarat alat
dipergunakan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

pelindung

diri

yang

1. Enak dipakai pada kondisi pekerja yang sesuai dengan disain alat,
2. Tidak mengganggu kerja, dalam arti alat pelindung diri ini harus sesuai dengan
tubuh pemakainya dan tidak menyulitkan gerak pengguna,
3. Memberikan perlindungan efektif terhadap bahaya yang khusus sebagaimana alat
pelindung tersebut didesain,
4. Harus tahan lama,
5. Mudah dibersihkan dan dirawat pekerja,
6. Harus ada disain, konstruksi, pengujian dan penggunaan APD yang sesuai
standar.

2.11.

Pengawasan
Yang dimaksud dengan pengawasan pada hakekatnya adalah suatu pembinaan

dengan kegiatan memeriksa, mengukur, mengevaluasi, dan menetapkan tindak lanjut


dari hasil pelaksanaan suatu fungsi dan tugas yang telah ditetapkan. Pengawasan
harus dilakukan oleh anggota P2K3 di unit kerja adalah melakukan pemeriksaan K3
untuk mengetahui sampai berapa jauh penerapan K3 di unit kerja dengan obyek
pemeriksaan antara lain (1) kebersihan lingkungan kerja, (2) keadaan atau kondisi
yang dapat membahayakan, (3) sikap yang dapat membahayakan.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Secara umum pengawasan dapat dilakuakan oleh pihak internal perusahaan


dan pengawasan yang dilakukan eksternal oleh pemerintah. Pengawasan internal
perusahaan ditujukan sejauhmana program-program K3 yang telah ditetapkan dapat
dilaksanakan. Sedangkan pengawasan eksternal oleh pemerintah ditujukan kepada
aturan perundang-undangan yang telah dilaksanakan perusahaan bersangkutan.
Pengawasan dalam arti lain merupakan pembinaan menurut peraturan
perundang-undangan yang perlu diketahui dan dilaksanakan di bidang keselamatan
dan kesehatan kerja, dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Pembinaan Operasional
Agar semua program dapat dilaksanakan maka diperlukan berbagai kegiatan yang
harus diikuti antara lain:
a. Jadwal waktu pelaksanaan suatu program apakah harian, mingguan, bulanan
atau tahunan,
b. Urutan prioritas pencapaian sasaran program,
c. Ukuran atau standar apa saja digunakan untuk mengukur dan menilai
keberhasilan pelaksanaan program,
d. Siapa penanggung jawab pelaksanaan program apakah perorangan anggota
P2K3 atau unit kerja tertentu,
e. Bahan, peralatan apa yang diperlukan dalam melaksanakan suatu program,
f. Sumber dan besar biaya yang diperlukan.
2. Pembinaan Administratif
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Untuk memudahkan pelaksanaan program kerja P2K3 maka perlu dilengkapi


dengan berbagai contoh bentuk blanko atau isian, antara lain:
a. Jadwal pelaksanaan program tahunan yang dapat diperinci menjadi bulanan
dan mingguan,
b. Daftar akte izin dan pemeriksaan,
c. Data proses produksi,
d. Daftar alat-alat pelindung diri.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1.

Jenis Penelitian
Rancangan penelitian ini merupakan jenis penelitian survey dengan metode

analitik. Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan dan pengamatan


yang dibantu dengan kuesioner dan wawancara.

3.2.

Tempat dan Waktu

3.2.1. Tempat
Tempat penelitian dilaksanakan pada perusahaan X di Kota Medan ibukota
Provinsi Sumatera Utara. Adapun alasan memilih tempat penelitian adalah:
a. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara dan merupakan kota
terbesar ketiga di Indonesia.
b. Tingginya tingkat pertumbuhan infrastruktur kota, terutama bangunan bertingkat
banyak.

3.2.2. Waktu
Penelitian ini akan membutuhkan waktu selama 6 bulan dimulai Januari 2008
hingga bulan Juni 2008. Penelitian dimulai dengan persiapan penelitian survey awal
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

dan seminar, selanjutnya pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data melalui


pengamatan/wawancara/kuesioner analisis data serta penulisan tesis.

3.3.

Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah: pekerja bangunan yang bekerja di perusahaan
X sebanyak 100 orang.

3.3.2. Sampel
Penentuan sampel dilakukan dengan totaling sample, yaitu seluruh populasi
menjadi sampel. Sehingga sampel penelitian adalah sebanyak 100 responden.

3.4.

Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini adalah:
a. Pelatihan K3,
b. Status Pekerja,
c. Rekruitmen,
d. Alat Pelindung Diri.

3.5.

Aspek Pengukuran

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Untuk variabel Pelatihan K3, Status Pekerja, Rekuitment, Alat Pelindung Diri
diberikan pertanyaan. Dengan kategori jawaban ada atau tidak atau ya atau tidak,
masing-masing pertanyaan diberi skor. Untuk jawaban ada/ya/berpengalaman
diberikan nilai 2 dan untuk jawaban tidak diberi skor 1.

3.6.

Definisi Operasional
Untuk lebih memfokuskan penelitian ini, maka diambil definisi operasional

dari variabel adalah sebagai berikut:


1. Pelatihan adalah kegiatan pelatihan K3 yang pernah diikuti oleh pekerja bangunan
selama proses pembangunan bangunan.
2. Status pekerja adalah status pekerja dalam bekerja dalam pembangunan
bangunan.
3. Sistem rekruitmen adalah cara dan prosedur perekrutan pekerja bangunan
berdasarkan ada tidaknya pengalaman pekerja.
4. Alat pelindung diri adalah alat yang selalu dipakai pekerja guna mencegah
terjadinya kecelakaan kerja.
5. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang dialami oleh pekerja pada saat bekerja.

3.7.

Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam empat tahap, yaitu:

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

a. Tahap awal
Pelaksanaan penelitian diawali dengan pengamatan dan survey awal terhadap
beberapa lokasi tempat pekerja bangunan bekerja, sehingga diperoleh masukan
data-data awal tentang keberadaan dan upaya-upaya yang dilakukan untuk
pencegahan terjadinya kecelakaan kerja di lokasi pembangunan konstruksi,
pengumpulan bahan-bahan literatur serta penelitian-penelitian terdahulu,
selanjutnya mengadakan persiapan penelitian dan seminar untuk mendapatkan
informasi serta penilaian kelayakan penelitian.
b. Tahap Menjalin Komunikasi
Pada tahap ini kegiatan yang akan dilaksanakan adalah:
1. Melaksanakan pendekatan intensif dengan pada pekerja bangunan secara
langsung di lapangan.
2. Mendata seluruh peralatan yang digunakan para pekerja bangunan dalam
melakukan kegiatan konstruksi di lokasi dan di sekitar proyek konstruksi.
3. Mengikuti jalur lintasan bahan baku sampai ke lokasi proyek konstruksi.
c. Tahap Penelitian Secara Umum
Pada tahapan ini kegiatan yang akan dilaksanakan adalah:
3. Memberikan penerapan tentang kegunaan dan tata cara menjawab kuesioner
yang akan diberikan.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

4. Memberikan penerangan tentang agar tidak terjadi kecelakaan kerja kepada


pekerja bangunan.
d. Tahap Pengumpulan Data
Pada tahapan ini kegiatan yang akan dilaksanakan adalah:
1. Mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan, wawancara dan
pengisian kuesioner terhadap responden. Wawancara dilakukan berdasarkan
keadaan lapangan, untuk memperkaya kandungan hasil penelitian, sehingga
hal-hal yang bersifat pribadi dapat terungkap.
2. Meminta kesediaan pekerja bangunan untuk diwawancarai dan mengisi
kuesioner.
3. Membuat data base dari penelitian berupa, umur, lama bekerja, pendidikan,
domisili, jumlah keluarga, keluhan kesehatan, gangguan yang dialami, dan
pendapatan.

3.8.

Analisa Data
Untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan Chi Square dengan persamaan

(Nazir, 1998).

X2 =

k ( Oi Ei)2
------------i=1
Ei

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Di mana:
Oi

nilai pengamatan yang diperoleh

Ei

nilai harapan

Jumlah kategori yang diamati

i=1

Selanjutnya persamaan tersebut dikembangkan berdasarkan koreksi Yate


untuk chi square 2 x 2 (Saleh, 1985) dengan persamaan:

n (ad bc)2
X2 = -------------------------------(a + b)(c + d)(a + c)(b + d)
Di mana untuk harga-harga a, b, c, d ditentukan berdasarkan tabel berikut:
Tabel 3.1. Penentuan Harga a, b, c, d
Ya

Tidak

Jumlah

Ya

(a+b)

Tidak

( c + d)

Jumlah

(a+c)

(b+d)

(a + b + c + d)

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1.

Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara berada diantara 20

27 20 47 Lintang Utara serta 980 35 980 44 Bujur Timur dengan ketinggian


antara 2,5 meter 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan berbatasan
di sebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur dengan Kabupaten Deli Serdang.
Kota Medan salah satu dari 23 kabupaten/kota Provinsi Sumatera Utara, Kota
Medan memiliki luas daerah sekitar 26.510 km2. Sebahagian besar Kota Medan
merupakan daerah daratan rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai
yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.
Luas Kota Medan menurut kecamatan sangat bervariasi, yaitu Kecamatan
Medan Labuhan 36,37 km2 (13,83%) merupakan kecamatan yang terluas sedangkan
kecamatan terkecil adalah Kecamatan Medan Maimun seluas 2,98 km2 (1,12%)
seperti tertera pada Tabel 4.1.
Pada umumnya Kota Medan beriklim tropis dengan suhu minimum berkisar
antara 23,2o C 23,3o dan suhu maksimum berkisar antara 30,8o C 33, 2o C.
Kelembaban udara rata-rata berkisar 84% - 85,5%. Luas Kota Medan secara
keseluruhan seluas 265, 10 km2 seperti tabel berikut:
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Tabel 4.1. Luas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan


No

Kecamatan

Luas Area (Km2)

Persen (%)

Medan Tuntungan

20,68

7,80

Medan Johor

14,58

5,50

Medan Amplas

11,19

4,22

Medan Denai

9,05

3,41

Medan Area

5,52

2,08

Medan Kota

5,84

2,20

Medan Maimun

2,98

1,12

Medan Polonia

9,01

3,40

Medan Baru

5,84

2,20

10

Medan Selayang

12,81

4,83

11

Medan Sunggal

15,44

5,82

12

Medan Helvetia

13,16

4,96

13

Medan Petisah

5,33

2,01

14

Medan Barat

6,82

2,57

15

Medan Timur

7,76

2,93

16

Medan Perjuangan

4,09

1,54

17

Medan Tembung

7,99

3,01

18

Medan Deli

20,84

7,86

19

Medan Labuhan

36,67

13,83

20

Medan Marelan

23,82

8,99

21

Medan Belawan

26,25

9,90

Jumlah

265,10

100,0

Sumber: Medan Dalam Angka 2006

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Kecamatan terluas di Kota Medan adalah Kecamatan Medan Labuhan seluas


36,67 km2 sama dengan 13,83 % dari luar seluruh Kota Medan, dan yang terkecil
adalah Kecamatan Medan Maimun dengan luas 2,98 km2 yang sama dengan 1,12 %
luas Kota Medan.

4.2.

Gambaran Umum Responden


Responden penelitian terdiri dari 100 orang yang berasal dari masyarakat

yang bekerja sebagai pekerja bangunan. Beberapa karakteristik dari responden, yaitu:
4.2.1. Umur
Komposisi responden berdasarkan umur, secara umum berkisar antara < 35
tahun hingga > 50 tahun, seperti tertera pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Komposisi Responden Berdasarkan Umur
No

Umur
(Tahun)

Jumlah
(Responden)

Persen
(%)

< 35

12

12,00

36 40

23

23,00

41-45

45

45.00

46-50

10

10.00

> 50

10

10.00

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Jumlah

100

100.00

Orang

50

45

40
30
20

23
12

10

10

10
0

Tahun

< 35

36 40

41-45

46-50

> 50

Gambar 4.1. Komposisi Responden Berdasarkan Umur


4.2.2. Tingkat Pendidikan
Komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan secara umum adalah
Sekolah Dasar hingga Strata-1, seperti tertera pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Komposisi Responden Berdasarkan Pendidikan
No

Tingkat
Pendidikan

Jumlah
(Responden)

Persen
(%)

SD

11

11,00

SLTP

42

42,00

SLTA

11

11,00

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Diploma

35

3500

Strata 1

1,00

100

100,0

Jumlah

Orang

50

42

40

35

30
20

11

11

10

0
SD

SLTP

SLTA

Diploma Strata 1

Gambar 4.2. Komposisi Responden Berdasarkan Pendidikan

4.2.3. Lama Bekerja


Demikian halnya lama bekerja dari responden adalah sangat beragam, yaitu
antara 2 tahun hingga > 5 tahun, seperti pada Tabel 4.4.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Tabel 4.4. Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bekerja


No

Lama Bekerja

Jumlah
(Responden)

Persen
(%)

2 tahun

12

12,00

3 tahun

5,00

4 tahun

38

38,00

5 tahun

31

31,00

> 5 tahun

14

14,00

100

100,0

Jumlah

Orang

40
35
30
25
20
15
10
5
0

38
31

14

12
5

2 tahun

3 tahun

4 tahun

5 tahun

> 5
tahun

Gambar 4.3. Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bekerja

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

4.2.4. Jumlah Tanggungan


Komposisi responden berdasarkan jumlah tanggungan secara umum adalah
antara 1 orang hingga > 4 orang, seperti tertera pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bermukim
No

Lama Bermukim

Jumlah
(Responden)

Persen
(%)

7,00

10

10,00

38

38,00

31

31,00

>5

14

14,00

100

100,0

Jumlah

Orang

40
35
30
25
20
15
10
5
0

38
31

14
7

10

>5

Tahun

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Gambar 4.4. Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bermukim

4.3.

Pelatihan
Berdasarkan hasil kuesioner dengan para pekerja diperoleh hasil seperti tertera

pada Tabel 4.6 berikut:


Tabel 4.6. Pekerja yang Pernah Mengikuti Pelatihan
No

Pelatihan

Jumlah
(Responden)

Persen
(%)

Pernah

38

38,00

Tidak Pernah

62

62,00

Jumlah

100

100,00

38
Pernah
Tidak Pernah
62

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Gambar 4.5. Pekerja yang Pernah Mengikuti Pelatihan

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

4.4.

Rekruitmen
Berdasarkan hasil kuesioner diketahui bahwa pekerja yang direkrut

sebahagian telah memiliki pengalaman, seperti tertera pada Tabel 4.7.


Tabel 4.7 Rekruitmen Pekerja
No

Pekerja

Jumlah
(Responden)

Persen
(%)

Berpengalaman

64

64,00

Tidak Berpengalaman

36

36,00

Jumlah

100

100,0

36

Berpengalaman

64

Tidak
Bepengalaman

Gambar 4.6. Rekruitmen Pekerja

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

4.5.

Status Pekerja
Berdasarkan hasil kuesioner diketahui bahwa status pekerja bangunan seperti

tertera pada Tabel 4.8. berikut:


Tabel 4.8. Status Pekerja Bangunan
No

Status Pekerja

Jumlah
(Responden)

Persen
(%)

Pekerja tetap

72

72.00

Pekerja tidak tetap

28

28.00

100

100,00

Jumlah

28
Pekerja tetap
Pekerja tidak
tetap
72

Gambar 4.7. Status Pekerja Bangunan

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

4.6.

Penggunaan Alat Pelindung Diri


Berdasarkan hasil kuesioner diketahui banyaknya para pekerja yang

menggunakan alat pelindung diri seperti pada Tabel 4.9:


Tabel 4.9. Penggunaan Alat Pelindung Diri
No

Penggunaan Alat Pelindung Diri

Jumlah
(Responden)

Persen
(%)

Sangat lengkap

67

67,00

Lengkap

33

33,00

100

100,00

Jumlah

33
Sangat lengkap
Lengkap
67

Gambar 4.8. Penggunaan Alat Pelindung Diri


Beberapa alasan yang dikemukakan oleh pekerja bangunan sehingga para
pekerja enggan memakai alat pelindung diri secara lengkap, seperti tertera pada tabel
berikut:

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Tabel 4.10. Alasan Keengganan Memakai Alat Pelindung Diri


No

Alasan Penggunaan Alat


Pelindung Diri

Jumlah
(Responden)

Persen
(%)

Tidak leluasa bekerja

18

54.55

Memberatkan

18.18

Pengeluaran tambahan

12.12

Status pekerja

9.09

Lokasi kerja

6.06

33

100,00

Jumlah

Tidak leluasa
bekerja

Memberatkan

4
18

Pengeluaran
tambahan
Status pekerja

6
Lokasi kerja

Gambar 4.9. Alasan Keengganan Memakai Alat Pelindung Diri

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

4.7.

Kecelakaan Kerja
Pekerja yang pernah mengalami kecelakaan kerja sejak bekerja di dalam

proyek pembangunan bangunan yang menjadi obyek penelitian seperti tertera pada
tabel berikut:
Tabel 4.11. Jumlah Pekerja yang Pernah Mengalami Kecelakaan
No

Pekerja

Jumlah
(Responden)

Persen
(%)

Pernah Mengalami Kecelakaan

43

43,00

Tidak Pernah Mengalami Kecelakaan

57

57,00

100

100,00

Jumlah

43
57

Pernah
Mengalami
Kecelakaan
Tidak Pernah
Mengalami
Kecelakaan

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Gambar 4.10. Jumlah Pekerja yang Pernah Mengalami Kecelakaan


Jam kerja pekerja secara umum disesuaikan dengan jam kerja yang ditentukan
oleh Departemen Tenaga Kerja sebanyak 70 responden, sedangkan yang mengatakan
kurang sesuai sebanyak 13 responden, serta sebanyak 17 responden mengatakan jam
kerja tersebut adakalanya sesuai, dan terkadang tidak sesuai.

Upaya pencegahan kecelakaan kerja yang telah dilakukan adalah:


Tabel 4.12. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja
Lokasi
No
1

Upaya

Perusahaan X

Alat pelindung diri


Helm

Sarung tangan

Sepatu bot

Penutup telinga

Kaca mata las

Rambu-rambu kecelakaan kerja


Pamplet

Pemagaran sementara

Lak ban

Peralatan pemadam kebakaran


Anti api

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Goni

Ember

Sumber air

Peralatan P3 K
Alkohol

Betadine/obat merah

Plester/perban

Tempat istirahat

Thermos istirahat

Pengawasan
Konsultan pengawas

Pengawas kontraktor

Supervisi

Catatan: Tanda X menandakan pencegahan kecelakaan tersebut digunakan

4.8.

Pengaruh Pelatihan K3, Status Pekerja, Rekruitmen, Alat Pelindung Diri


terhadap Pencegahan Kecelakaan Kerja

Pengujian untuk melihat pengaruh dari pelatihan, rekruitmen, status kerja,


alat pelindung diri terhadap kecelakaan kerja memiliki hasil yang berbeda-beda.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

4.81.

Pengaruh Pengarahan terhadap Kecelakaan Kerja


Pengaruh pengarahan terhadap terjadinya kecelakaan kerja seperti tertera pada

tabel berikut:
Tabel 4.13. Pengaruh Pengarahan terhadap Kecelakaan Kerja
Kecelakaan

Tidak Kecelakaan

Jumlah

Pelatihan K3

32

38

Tidak Pelatihan

37

25

62

43

57

100

Jumlah

Berdasarkan data pada Tabel 4.13 yang dihitung dengan menggunakan chi
square 2 x 2 diperoleh hasil X2 hitung (Chi Square) sebesar 22,7 (perhitungan pada
Lampiran 1) Jika besar X2 hitung dibandingkan dengan harga X2 tabel (df= 1, =0,05)
sebesar 2,706, maka dapat disimpulkan bahwa harga X2 hitung > X2 tabel, maka
disimpulkan bahwa pengarahan berpengaruh terhadap terjadi/tidaknya kecelakaan
kerja.

4.8.2. Pengaruh Status Pekerja terhadap Kecelakaan Kerja


Pengaruh status pekerja terhadap terjadinya kecelakaan kerja seperti tertera
pada tabel berikut:
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Tabel 4.14. Pengaruh Status Pekerja terhadap Kecelakaan Kerja


Kecelakaan

Tidak Kecelakaan

Jumlah

Pekerja Tetap

22

50

72

Pekerja Tidak Tetap

21

28

43

57

100

Jumlah

Berdasarkan data pada Tabel 4.14 yang dihitung dengan menggunakan chi
square 2 x 2 diperoleh hasil X2 hitung (Chi Square) sebesar 17,0 (perhitungan pada
Lampiran 2). Jika besar X2 hitung dibandingkan dengan harga X2 tabel (df= 1, =0,05)
sebesar 2,706, maka dapat disimpulkan bahwa harga X2 hitung > X2 tabel, maka
disimpulkan bahwa status pekerja berpengaruh terhadap terjadi/tidaknya kecelakaan
kerja.

4.8.3. Pengaruh Rekruitmen terhadap Kecelakaan Kerja


Pengaruh rekruitmen terhadap terjadinya kecelakaan kerja seperti tertera pada
tabel berikut:
Tabel 4.15 Pengaruh Rekruitmen terhadap Kecelakaan Kerja
Kecelakaan

Tidak
Kecelakaan

Jumlah

Berpengalaman

15

49

64

Tidak Berpengalaman

28

36

43

57

100

Jumlah

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Berdasarkan data pada Tabel 4.15 yang dihitung dengan menggunakan chi
square 2 x 2 diperoleh hasil X2 hitung (Chi Square) sebesar 27,8 (perhitungan pada
lampiran 3). Jika besar X2 hitung dibandingkan dengan harga X2 tabel (df= 1, =0,05)
sebesar 2,706, dapat disimpulkan bahwa harga X2 hitung > X2 tabel, maka disimpulkan
bahwa rekruitmen berpengaruh terhadap terjadi/tidaknya kecelakaan kerja.

4.8.4. Pengaruh Alat Pelindung Diri terhadap Kecelakaan Kerja


Pengaruh pemakaian alat pelindung diri terhadap terjadinya kecelakaan kerja
seperti tertera pada tabel berikut:
Tabel 4.16. Pengaruh Pemakaian APD terhadap Kecelakaan Kerja
Kecelakaan

Tidak Kecelakaan

Jumlah

Memakai APD

22

45

67

Tidak Memakai APD

21

12

33

Jumlah

43

57

100

Berdasarkan data pada Tabel 4.16 yang dihitung dengan chi square 2 x 2
diperoleh hasil X2 hitung (Chi Square) sebesar 14,1 (perhitungan pada Lampiran 4).
Jika besar X2 hitung dibandingkan dengan harga X2 tabel (df= 1, =0,05) sebesar 2,706,
dapat disimpulkan bahwa harga X2 hitung > X2 tabel, maka disimpulkan bahwa
pemakaian alat pelindung diri berpengaruh terhadap terjadi/tidaknya kecelakaan
kerja.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

BAB 5
PEMBAHASAN

5.1.

Responden

5.1.1. Umur
Umur dominan responden pada penelitian ini adalah kisaran 41-45 tahun
sebanyak 45 responden (45,00%), hal ini menunjukkan bahwa responden terdiri dari
masyarakat yang telah memiliki pengalaman hidup yang cukup, serta cukup matang
dalam menentukan pilihan.
Pada penelitian ini juga dijumpai responden dengan usia > 50 tahun sebanyak
10 responden (10,00%), serta responden dengan umur < 35 tahun sebanyak 12
responden (12,00%). Responden demikian adalah responden pendatang setelah
berkembang dan banyaknya pembangunan gedung di Kota Medan. Secara umum
umur responden berpengaruh terhadap kepatuhan melaksanakan upaya pencegahan
kecelakaan kerja, seperti penggunaan alat pelindung diri. Pekerja dengan usia > 45
tahun lebih taat menggunakan alat pelindung diri. Menurut Hana (1996) yang dikutip
Ikhwan (2004) menyatakan bahwa lama kerja juga terkait dengan usia seseorang.
Pada usia tertentu relatif ia sudah bekerja dalam waktu tertentu pula, usia 30-40 tahun
adalah usia peningkatan karir.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

5.1.2. Tingkat Pendidikan


Tingkat pendidikan responden yang dominan adalah tingkat pendidikan
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak 42 responden (42,00%), pada
penelitian ini juga dijumpai responden dengan tingkat pendidikan strata 1 sebanyak 1
responden (1,00%) umumnya responden demikian bekerja sebagai pengawas
bangunan.
Demikian halnya pada penelitian juga dijumpai responden dengan tingkat
pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 11 responden (11,00%), responden yang
demikian pada umumnya adalah responden yang telah berusia > 50 tahun.
Dengan melihat keberagaman tingkat pendidikan responden penelitian maka
dapat disimpulkan bahwa responden secara pendidikan telah mewakili tingkat
pendidikan umum dari masyarakat yang menjadi responden. Pendidikan pekerja
bangunan sangat mempengaruhi upaya pencegahan kecelakaan kerja, semakin tinggi
pendidikan formal pekerja, semakin baik juga kepatuhannya dalam pencegahan
kecelakaan kerja. Menurut pendapat Kosa dan Robertson yang dikutip oleh
Notoatmodjo (2003) bahwa perilaku kesehatan individu dipengaruhi oleh
kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang diinginkan
dan kurang berdasarkan pengetahuan biologi. Pada umumnya tindakan diambilkan
berdasarkan penilaian individu berdasarkan pengetahuan umumnya.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Pendapat lainnya adalah Ravianto (1990) menyatakan bahwa pendidikan


seseorang mempengaruhi cara berpikir dalam menghadapi pekerjaan. Semakin tinggi
pendidikan seseorang, maka semakin besar kemungkinan tenaga kerja dapat bekerja
dan melaksanakan pekerjaannya.

5.1.3. Jumlah Tanggungan


Jumlah tanggungan responden yang dominan adalah jumlah tanggungan
sebanyak 4 orang, yaitu sebanyak 38 responden (38,00%) serta responden yang
memiliki jumlah tanggungan > 5 tahun sebanyak 14 responden (14,00%), hal ini
menunjukkan bahwa responden penelitian terdiri dari berbagai jenis jumlah
tanggungan. Jumlah tanggungan responden tidak memberikan pengaruh langsung
terhadap kepatuhan melaksanakan upaya pencegahan kecelakaan kerja, hal ini dapat
dilihat bahwa pekerja yang menggunakan alat pelindung diri dan yang mengikuti
penyuluhan terdiri dari pekerja jumlah tanggungan 2 orang hingga > 5 orang.

5.1.4. Lama Bekerja


Lama bekerja responden yang dominan adalah selama 4 tahun yaitu sebanyak
38 responden (38,00%). Hal ini disebarkan semakin banyaknya pembangunan
bangunan bertingkat seperti pusat perbelanjaan, hotel, perkantoran di Kota Medan.
Selanjutnya responden dengan lama bekerja paling sedikit adalah lama
bekerja selama 3 tahun yaitu sebanyak 5 responden (5,00%), responden yang
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

demikian pada umumnya adalah responden pendatang dan bermukim di pinggiran


Kota Medan. Pekerja yang enggan menggunakan alat pelindung diri pada umumnya
adalah pekerja yang lama bekerja antara 2 3 tahun, sedangkan pekerja yang telah
bekerja > 3 tahun lebih menyadari perlunya menggunakan alat pelindung diri dalam
bekerja.
Menurut Dalyono yang dikutip Ikhwan (2004) menyatakan bahwa tenaga
kerja yang bekerja > 3 tahun diharapkan telah memiliki pengalaman dan keterampilan
yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan yang optimal dengan keamanan yang
lebih baik. Demikian halnya hasil penelitian Pandji (2001) dalam Ravianto (1990)
mengatakan bahwa tenaga kerja yang mempunyai masa kerja yang lama akan lebih
terampil dan berpengalaman di dalam mengerjakan pekerjaannya sehingga hasil dan
keamanan bekerja lebih baik.

5.2.

Rekruitmen
Sistem rekruitmen dari pekerja yang melamar sebagai pekerja bangunan pada

umumnya adalah melalui informasi lisan dari satu pekerja ke pekerja lain, sehingga
kualitas dan pengalaan dari pekerja tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan,
namun kualitas dan kemampuan kerjanya akan dibuktikan pada saat ianya
melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Namun bagi pekerja yang bertugas sebagai mandor, pengawas dan site
manajer secara umum memiliki latar belakang pendidikan teknik, baik yang
diperolehnya dari bangku sekolah maupun dari kursus-kursus singkat yang diikuti.
Untuk pekerjaan untuk tugas yang demikian secara umum rekruitmen dilakukan
dengan melakukan test kemampuan lapangan seperti pengenalan peralatan teknik,
penentuan campuran, teknik pemasangan cetakan beton dan sebagainya.
Para pekerja yang direkrut yang secara menjadi tanggung jawab dari pekerja
yang membawahinya, sehingga rekruitmen pekerja lebih banyak didasarkan pada
siapa yang membawa dan menjamin kemampuan pekerja tersebut. Pekerja yang
dijamini oleh pekerja yang senior akan lebih mudah menduduki posisi pekerja
sebagai tukang atau bahkan kedudukan yang lebih tinggi seperti kepala tukang atau
mandor.
Pekerja yang direkrut secara rekomendasi dari pekerja bangunan lainnya
sering membawa ekses pada pekerja yang membawanya. Setiap kesalahan dari
pekerja yang direkomendasikan akan memberikan penilaian tersendiri bagi pekerja
yang membawanya, sanksi yang diterima hanya berupa saksi moral berupa di lain
waktu tidak akan diizinkan lagi membawa teman atau keluarganya untuk bekerja
di proyek yang dikelola kontraktor dan konsultan pengawas tersebut.
Hasil penelitian terhadap kuesioner responden bahwa sistem perekrutan
pekerja secara umum adalah dengan merekrut pekerja yang telah memiliki
pengalaman sebanyak 64 responden (64%). Hal ini disebabkan sistem perekrutan
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

yang mengandalkan kemampuan pekerja (pengalaman) dipandang lebih


menguntungkan untuk dipekerjakan sebagai tukang dan kepala tukang. Sehingga jika
yang direkrut itu adalah pekerja yang berpengalaman maka proses pembangunan
bangunan tersebut akan lebih lancar serta diharapkan sesuai dengan bestek dan akan
selesai tepat pada waktunya.
Namun diperoleh juga pendapat responden yang berpendapat bahwa sistem
perekrutan tersebut berasal dari pekerja yang tidak berpengalaman, yaitu pendapat
dari 36 responden (36 %), hal ini disebabkan pekerja tersebut masuk bekerja hanya
bekerja sebagai kenek (pembantu kenek).

5.3.

Pelatihan
Pelatihan bagi para pekerja bangunan secara umum adalah sangat minim, hal

ini disebabkan pelatihan hanya dilakukan untuk pekerja tetap dari perusahaan pemilik
atau kontraktor/konsultan pengawas, sedang untuk pekerja bangunan seperti kenek,
tukang, kepala tukang, dan mandor sama sekali tidak pernah dilakukan pelatihan.
Keahlian dari para pekerja bangunan diperolehnya berdasarkan pengalaman bekerja
pada proyek lain yang diikutinya.
Keahlian dari seorang pekerja diperolehnya dengan cara melakukan hubungan
yang baik dengan pekerja lainnya, seperti seorang kenek tukang yang ingin belajar
menjadi tukang, maka ianya akan berusaha mendekatkan diri pada tukangnya
sehingga pada saat-saat tukang tersebut istirahat dianya diizinkan mencoba
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

menerapkan ilmu tukang yang telah dilihatnya selama membantu tukang tersebut,
namun adakalanya seorang tukang juga mengizinkan keneknya memasang batu/
memplester pasangan batu pada daerah-daerah yang tidak akan menimbulkan
kerusakan bangunan atau pada daerah yang terlindung (tidak terlihat).
Sebanyak 38 responden (38%) mengatakan bahwa pekerja bangunan tidak
pernah mengikuti pelatihan, baik yang dilakukan oleh perusahaan kontraktor
tempatnya bekerja atau pelatihan teknik yang diikutinya di luar, berdasarkan hal
tersebut dapat dikatakan bahwa para pekerja bangunan memperoleh pengetahuan
tekniknya hanya dari pengalaman bekerja.
Selanjutnya sebanyak 62 responden (62%) mengatakan pernah mengikuti
pelatihan teknik, responden yang demikian adalah responden yang berasal dari
perusahaan kontraktor dan konsultan pengawas, serta pada awalnya juga berlatar
belakang pendidikan teknik sipil.
Pada penelitian ini juga diperoleh bahwa pada saat tertentu pihak konsultan
pengawas adakalanya memberikan penyuluhan tentang pekerjaan yang akan
dilakukan, penyuluhan ini bebas diikuti oleh seluruh pekerja bangunan, namun karena
waktu penyuluhan umumnya dilakukan di luar jam kerja (pada jam istirahat makan
siang), sehingga sedikit sekali pekerja bangunan yang mau mengikutinya.

5.4.

Status Pekerja

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Status pekerja bangunan secara umum adalah pekerja harian lepas, yang
bekerja pada sub-sub kontraktor, sehingga secara umum pekerja akan bertanggung
jawab pada sub-sub kontraktor yang menggajinya, namun di samping itu juga ada
pekerja yang bekerja pada kontraktor utama (kontraktor pemenang tender pekerjaan),
namun jumlahnya sangat terbatas.
Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan group-group pekerja berdasarkan
borongan untuk pekerjaan tertentu, seperti pekerjaan pasangan batu bata, plesteran
batu bata, pengurungan lantai, pemasangan tegel, pekerjaan elektrikal, keseluruhan
pekerjaan tersebut akan diawasi oleh konsultan pengawas, untuk memastikan kualitas
teknik dan ketetapan waktu pembangunannya.
Pekerja bangunan lainnya adalah pemasok material bangunan, juga
dilaksanakan oleh sub kontraktor lainnya, sehingga bahan-bahan yang dinilai sesuai
spesifikasi dapat diterima dan material yang tidak sesuai spesifikasi tidak akan
diterima (diganti sesuai spesifikasi). Pemasok material juga memiliki pekerja-pekerja
yang mengerti serta mengetahui tentang spesifikasi teknik bangunan, sehingga
material yang dipesan kontraktor utama atau sub kontraktor dapat dipenuhi.
Status bekerja dari pekerja bangunan secara umum terbagi dalam 2 (dua)
kategori yaitu pekerja tetap dan pekerja tidak tetap. Pekerja tetap adalah pekerja yang
digaji dan dikelola oleh kontraktor utama, sehingga pekerja ini secara umum
bertanggung jawab terhadap kontrakor utama, serta memberikan penjelasan pekerjaan
pada konsultan pengawas.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Pekerja tidak tetap adalah pekerja yang melakukan pekerjaan sesuai dengan
kebutuhan kontraktor utama, sehingga pekerja tidak tetap ini dapat berupa pekerja
borongan, pekerja mingguan, pekerja dan pekerja lepas.
Berdasarkan data di atas diperoleh bahwa pekerja bangunan yang bekerja
membangun bangunan bertingkat di Kota Medan secara umum (sebanyak 72 %)
merupakan pekerja tetap, yang direkrut oleh kontraktor utama dan sub kontraktor
yang menanganinya.
Namun hasil kuesioner juga menunjukkan adanya pekerja tidak tetap
sebanyak 28 responden (28,00%) pekerja ini secara umum adalah pekerja yang belum
memiliki keahlian tentang teknik bangunan, pekerja lepas ini akan digunakan jika
sub-sub kontraktor memerlukan tenaga ekstra untuk mengejar ketertinggalan jadwal
penyelesaian pekerjaannya.

5.5.

Jam Kerja
Jam kerja pekerja bangunan secara umum dimulai jam 08.00-12,00 WIB, serta

jam 13.00-16.00 WIB yang jika diakumulasikan seluruhnya sebanyak 7 (tujuh) jam,
namun untuk pekerja borongan jumlah jam kerja disesuaikan dengan kesepakatan
antara pekerja borongan dengan sub kontraktor yang memborongkan pekerjaan
tersebut. Sehingga jam kerja umum yang 7 jam sehari menjadi tidak berlaku, maka
jam kerja yang dilalui pekerja adalah berdasarkan selesainya pekerjaan tersebut.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Sebanyak 46 responden (46%) menyatakan jam kerja di lokasi penelitian


sangat sesuai dengan jam kerja yang telah ditetapkan oleh Departemen Tenaga Kerja
(Depnaker) yaitu selama 7 (tujuh) jam sehari. Kontrol dari jam kerja ini dilakukan
dengan membunyikan sirene atau lonceng tanda dimulainya, istirahat, dan tanda
berakhirnya jam kerja, sehingga pekerja tidak ada yang merasa dirugikan dari segi
jam kerja. Sirene atau bunyi lonceng ini tidak berlaku pada pekerja borongan.
Namun dijumpai juga 4 responden (4,00%) pekerja bangunan yang
mengatakan jam kerja yang dialaminya sangat tidak sesuai dengan jam yang
ditetapkan oleh Depnaker, hal ini disebabkan adakalanya terdapat pekerjaan yang
gantung (tidak selesai) seperti campuran semen yang berlebih yang jika tidak
dipasang akan merusak campuran tersebut (membatu) atau coran yang terpasang
setengah tiang sehingga harus ditambahi coran untuk menyelesaikan tiang tersebut,
keadaan ini sangat dimungkinkan terjadi penambahan jam kerja sekitar 15-30 menit.
Namun penyebab lain adalah habisnya bahan material bangunan pada waktu 15-30
menit sebelum jam kerja berakhir sehingga oleh petugas sub kontraktor mengizinkan
para pekerja bangunan untuk menyelesaikan pekerjaannya sebelum waktu bekerja
berakhir.

5.6.

Pengawasan
Pengawasan secara umum dilakukan oleh interen kontraktor utama, sub

kontraktor serta pengawasan menyeluruh dilakukan oleh konsultan pengawasan.


Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Pengawasan sub kontraktor dilakukan oleh mandor masing-masing untuk memastikan


bahwa spesifikasi teknik telah dilakukan oleh kepala tukang/tukang masing-masing,
kegiatan ini dilakukan untuk menghindari komplain dari kontaktor utama atau
konsultan pengawas. Selanjutnya kontraktor utama juga melakukan dengan
spesifikasi teknik yang telah dirancang oleh konsultan perencana. Konsultan
pengawas akan mengawasi dan memastikan seluruh spesifikasi teknik serta jadwal
kerja telah dipenuhi oleh kontraktor utama. Konsultan pengawas akan mengevaluasi
dan memastikan seluruh spesifikasi teknik serta jadwal kerja telah dipenuhi oleh
kontraktor utama. Konsultan pengawas berhak memerintahkan kontraktor utama
untuk mengulangi pekerjaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, konsultan
pengawas dalam melakukan tugasnya sering melakukan konsultasi, teknik dengan
konsultan perencana untuk memastikan teknik konstruksi telah sesuai dengan yang
direncanakan konsultan perencana. Menurut Widjanarko (1997) bahwa pengawasan
yang dilakukan oleh anggota P2K3 di unit kerja adalah melakukan pemeriksaan K3
untuk mengetahui sampai sejauhmana penerapan K3 di unit kerja tersebut.

5.7.

Prosedur Kerja
Prosedur pekerjaan secara umum dibagi berdasarkan kelompok dan jenis

pekerjaan masing-masing. Pada pekerja yang bekerja berdasarkan status pekerjaan


borongan, maka seluruh aktivitas dan prosedur pekerjaan ditentukan oleh pemborong

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

sub kontraktor tanpa mengurangi prosedur kerja yang telah ditentukan pemborong
utama.
Prosedur kerja baku yang diterapkan pemborong utama meliputi jam kerja
mulai jam 08.00 hingga jam 122.00 WIB, selanjutnya istirahat satu jam hingga jam
13.00 WIB, pada jam 13.00 WIB kembali bekerja hingga jam 16.00 WIB. Pekerja
sebelum bekerja diharuskan berganti pakaian di ruang ganti yang telah ditentukan
selanjutnya menggunakan alat pelindung diri dan melaporkan diri pada mandor
masing-masing.
Pada beberapa pekerja dilakukan brifing untuk menentukan alokasi dan target
pekerjaan yang harus diselesaikan sesuai dengan target pekerjaan, demikian halnya
saat mulai kerja setelah jam istirahat juga dilakukan pelaporan pada mandor masingmasing untuk memastikan jumlah pekerja yang bekerja pada hari tersebut.
Sedangkan pada pekerja borongan, secara umum melakukan pekerjaannya
tidak berdasarkan prosedur yang ditetapkan pemborong utama, melainkan
disesuaikan dengan target pekerjaan yang dibebankan pada sub kontraktor tersebut,
sehingga banyak diantara pemborong sub kontraktor tersebut mulai bekerja lebih pagi
dari pekerja lain serta berhenti bekerja lebih lama dibandingkan dengan pekerjapekerja lainnya, serta adakalanya pekerja itu dilakukan hingga jam 24.00 WIB.
Berdasarkan pengamatan pekerjaan yang dikerjakan hingga tengah malam pada
umumnya adalah pengecoran bagian-bagian tertentu yang mengharuskan pekerjaan
itu diselesaikan secepat mungkin.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

5.8.

Pencegahan Kecelakaan
Penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan pada perusahaan konstruksi dapat

dibagi dalam faktor manusia dan upaya-upaya kecelakaan kerja telah dilaksanakan
oleh pemilih perusahaan melalui kontraktor utama dan konsultan pengawas, beberapa
upaya pencegahan tersebut dilakukan seperti pemakaian alat pelindung diri, ramburambu kecelakaan kerja, peralatan pencegahan dan pemadam kebakaran, peralatan
pertolongan pertama pada kecelakaan.
Upaya pencegahan terjadinya kecelakaan pada ketiga lokasi penelitian telah
dilengkapi antara lain alat pelindung diri, rambu-rambu kecelakaan kerja, peralatan
pemadam kebakaran, dan peralatan P3K. Pada lokasi penelitian alat pelindung diri
yang paling banyak digunakan adalah helm proyek, sedangkan kaca mata las hanya
digunakan pada area-area yang menggunakan las seperti pembuatan plafon,
pemasangan plat-plat baja, rangka canopy, maupun rangka atap. Penggunaan sarung
tangan dominan dikenakan oleh pekerja yang berhubungan dengan pembentukan besi
beton bertulang, para pekerja di bagian ini bekerja untuk membentuk/
membengkokkan besi rotan sesuai dengan kebutuhan besi untuk beton bertulang, area
lainnya adalah para pekerja yang bertugas pada bagian pengecoran batang, lantai
maupun bagian-bagian lain yang berhubungan langsung dengan campuran semen.
Peralatan untuk pemadam kebakaran secara umum terdiri dari ember dan sumber air
yang dilengkapi dengan selang.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

5.9.

Penggunaan Alat Pelindung Diri


Dalam rangka untuk meminimalisasi terjadinya kecelakaan kerja pihak

kontraktor utama sebelum memberikan pekerjaan kepada sub-sub kontraktor, pada


pekerjanya selalu memberikan penyuluhan tentang kegunaan dan fungsi dari alat
pelindung diri. Alat pelindung diri yang umum dikenakan pada pekerja bangunan
adalah helm pelindung kepala, sarung tangan, sepatu boot, kaca mata las.
Alat pelindung diri helm pelindung kepala digunakan menyeluruh pada
pekerja bangunan, baik yang bekerja di dalam bangunan maupun di luar bangunan,
helm pelindung kepada menjadi alat pelindung diri utama yang ditetapkan pekerja
bangunan. Alat pelindung diri sarung tangan umumnya digunakan para pekerja
pembentuk besi coran (tiang bangunan), yaitu untuk membengkokkan dan
meluruskan besi sesuai keperluan konstruksi. Adakalanya sarung tangan juga
dikenakan pekerja bangunan khususnya dibagian elektrikal.
Alat pelindung diri berupa sepatu boot secara umum digunakan oleh pekerja
yang berhubungan langsung dengan air serta campuran semen. Pekerja yang
mengerjakan campuran dapat mengakibatkan penipisan kulit kaki, bahkan pada
beberapa kejadian mengakibatkan luka-luka pada telapak kaki pekerja tersebut.
Kaca mata las secara umum hanya dikenakan oleh pekerja bangunan yang
mengerjakan bagian konstruksi las, seperti pengelasan baja profil, sambungan besi,
pembentukan besi, serta plumbing bangunan yang menggunakan bahan metal.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Berdasarkan hasil kuesioner di atas diperoleh bahwa sebanyak 67 responden


(67,00%) mengatakan selalu menggunakan alat pelindung diri dengan kategori sangat
lengkap, hal ini disebabkan perlunya perlindungan diri dalam melakukan pekerjaan
responden yang demikian pada umumnya adalah pekerjaan yang telah senior dan
berpengalaman bahkan telah penah mengalami kecelakaan kerja. Namun dijumpai
juga sebanyak 33 responden (33,00%) yang mengatakan tidak menggunakan alat
pelindung diri dalam bekerja, pekerja yang demikian pada umumnya adalah para
pekerja pemula, serta bekerja di luar gedung seperti melansir tanah timbun dari luar
ke dalam gedung.
Alat Pelindung Diri (APD) dibutuhkan untuk mengatasi bahaya yang dihadapi
pekerja pada kegiatan konstruksi dan alat pelindung diri wajib disediakan perusahaan
jasa konstruksi. Hal ini sesuai dengan standar pekerjaan umum antara lain: (1) alat
pelindung diri yang harus selalu dipakai, yaitu: (a) pelindung kepala, helm pengaman
standar bagi pekerja konstruksi yang melindungi tempurung kepala; (b) pelindung
kaki, sepatu pengaman atau sepatu boot pengaman; (c) pelindung kulit, pakaian kerja
yang cocok, (2) alat pelindung diri untuk pekerjaan khusus atau tugas yang harus
dilakukan, yaitu: (a) sarung tangan pelindung (b) respirator untuk paru-paru; (c) kaca
mata pelindung; (d) tali pengaman (safety belt); (e) pelindung telinga (Tim Pengelola
DPKK Sektor Pekerjaan Umum, 1997).

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Penggunaan alat pelindung diri banyak mengalami hambatan yang


diakibatkan belum terbiasanya para pekerja menggunakan, serta kurangnya kesadaran
keselamatan diri dalam bekerja.
Menurut responden berdasarkan kuesioner bahwa sebanyak 54 responden
(54%) mengatakan bahwa keengganan mempergunakan alat pelindung diri adalah
karena saat bekerja alat pelindung diri dapat mengakibatkan tidak leluasanya
pergerakan pekerja, keadaan ini dapat menurunkan kinerja, dengan adanya alasan
yang demikian sehingga para mandor dan pengawas terkesan kurang menekankan
perlunya penggunaan alat pelindung diri tersebut.
Sebanyak 24 responden berpendapat bahwa penggunaan alat pelindung diri
mengakibatkan bertambahnya biaya pengeluaran, seperti membeli sarung tangan,
sepatu boot, sehingga berdasarkan alasan tersebut sebahagian pekerja merasa enggan
menggunakan, sebahagian pekerja merasa lebih nyaman menyimpan alat pelindung
diri tersebut dan akan digunakan pada saat dilakukan pemeriksaan atau berdasarkan
perintah mandor masing-masing.
Di samping itu juga status pekerjaan juga menjadi pertimbangan lain dalam
menggunakan alat pelindung diri, karena dengan mengeluarkan dana untuk membeli
alat pelindung diri, sedangkan pekerja tersebut hanya bekerja sambilan sebagai
pekerja bangunan, sebelum mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
Dalam bekerja pada proyek konstruksi, pekerja diwajibkan untuk
menggunakan alat pelindung diri (APD) untuk menghindari kecelakaan yang dapat
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

terjadi di tempat kerja agar pekerja selalu menggunakan alat pelindung diri saat
bekerja, alat pelindung diri haruslah ergonomik, serta nyaman dipakai. Masalah
pemakaian alat pelindung diri yang umum dijumpai pada pekerja bangunan antara
lain:
1. Pekerja tidak mau memakai pelindung diri karena:
a. Tidak mengetahui (kurang kesadaran),
b. Panas,
c. Sesak,
d. Tidak enak dipakai,
e. Tidak enak dipandang,
f. Berat,
g. Mengganggu pekerjaan,
h. Tidak sesuai dengan bahaya yang ada,
i. Tidak ada sanksi,
j. Atasan juga tidak memakai.
2. Tidak disediakan oleh perusahaan:
a. Ketidak mengertian,
b. Pura-pura tidak mengerti,
c. Alasan bahaya,
d. Dianggap sia-sia (karena pekerja tidak mau memakai).

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Hal ini sependapat dengan pendapat Santoro (2004) yang menyatakan


masalah umum pemakaian alat pelindung diri (APD):
1. Tidak semua alat pelindung diri melalui pengujian laboratories, sehingga tidak
diketahui derajat perlindungannya.
2. Tidak nyaman dan kadang-kadang membuat si pemakai sulit bekerja.
3. Alat pelindung diri dapat menciptakan bahaya baru.
4. Perlindungan yang diberikan alat pelindung diri sulit untuk dimonitor.
5. Kewajiban pemeliharaan alat pelindung diri dialihkan dari pihak manajemen ke
pekerja.
6. Efektivitas alat pelindung diri sering tergantung good fit pada pekerja.
7. Kepercayaan pada alat pelindung diri akan menghambat pengembangan kontrol
teknologi yang baru.

5.10.

Rambu-rambu Keselamatan Kerja


Di samping alat pelindung diri pada lokasi bangunan juga dilengkapi dengan

rambu-rambu pencegahan kecelakaan kerja, rambu-rambu pencegahan kecelakaan


kerja terdiri dari papan peringatan agar tidak menggunakan tangga tertentu karena
belum kering coran beton bertulangnya, peringatan akan kekuatan perancah yang
terbatas sehingga berpotensi menimbulkan bahaya jika digunakan melebihi
kekuatannya, pengelasan baja profil yang belum selesai, sokong-sokong besi profil
yang belum waktunya untuk dibongkar dan lain sebagainya.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Pemasangan rambu-rambu kecelakaan sangat dibutuhkan para pekerja,


khususnya pekerja yang telah selesai mengerjakan pekerjaan tertentu dan berpindah
pada lokasi kerja yang baru, seperti pekerja dari suatu lantai berpindah ke lantai
lainnya, tentu keadaan dan kondisi lantai yang baru tempatnya bekerja belum
diketahuinya. Demikian halnya rambu-rambu peringatan keselamatan kerja tersebut
juga akan menolong konsultan pengawas maupun kontraktor utama dalam peninjauan
lapangan, sehingga seluruh pekerja dapat terhindar dari kecelakaan.
Rambu-rambu pengumuman lantai, rambu ini menunjukkan lantai kerja,
sehingga seluruh para pekerja mengetahui posisi lantai tempatnya bekerja, demikian
halnya masyarakat yang melintas dan berada di sekitar bangunan dapat mengetahui
banyaknya lantai dari bangunan tersebut yang telah selesai dibangun.
Rambu-rambu lainnya berupa lak ban berwarna yang menandai daerah-daerah
tertentu yang belum bisa dimasuki karena dalam tahap penyelesaian, pemasangan lak
ban ini selau dijumpai beberapa saat selesai pengecoran lantai maupun pada batangbatang beton ring balok. Pada dinding beton yang baru dipasang juga selalu diberi
tanda bahwa pasangan batu bata tersebut belum dapat dipegang/disandari/diberi
beban karena masih basah atau kekuatan konstruksinya belum kuat, penggunaan
rambu-rambu pada bagian bangunan yang baru selesai di cat, (cat masih basah).
Rambu-rambu keselamatan kerja lainnya juga ditemui berupa peringatan-peringatan
agar berhati-hati bekerja untuk meminimalisasi kecelakaan yang terjadi.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

5.11.

Peralatan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan


Peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan juga dilengkapi pada

pembangunan bangunan, peralatan P3K tersebut secara umum ditempatkan di kantor


kontraktor dan konsultan pengawas, pekerja yang mengalami kecelakaan kerja yang
ringan akan ditangani terlebih dahulu dengan menggunakan peralatan P3K tersebut,
pekerja yang mengalami kecelakaan yang lebih serius selanjutnya akan di bawa
kepusat pelayanan kesehatan (puskesmas, dan/atau rumah sakit).
Penggunaan peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan di lokasi
bangunan secara umum ditangani pegawai administrasi dari proyek bangunan
tersebut (tidak ada pelayanan medis secara khusus yang menanganinya), selanjutnya
akan menjadi tugas dari sistem manejer proyek bangunan untuk mengambil
kebijakan, apakah pekerja yang mengalami kecelakaan akan dirawat ke rumah sakit
atau pusat pelayanan kesehatan terdekat. Pada kantor administrasi juga dilengkapi
dengan tempat tidur, obat-obatan umum seperti, alkohol, betadine, minyak angin,
minyak kayu putih, balsem, perban, plester, thermos air panas, gula, obat merah,
parasetamol, serta obat-obatan yang dijual secara bebas di pasaran.
Pada proyek yang menjadi lokasi penelitian tidak dijumpai (dipersiapkan)
para medis yang akan menolong pekerja bangunan yang mengalami kecelakaan
pelayanan kesehatan hanya dilakukan secara sederhana untuk selanjutnya pekerja
yang mengalami kecelakaan akan dirujuk (dibawa) ke pos kesehatan terdekat, baik
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

berupa puskemas pemerintah, balai pengobatan, praktek dokter bahkan untuk


kecelakaan yang lebih serius akan di bawah ke rumah sakit. Syamsi (1994)
mengemukakan salah satu tugas pimpinan adalah mengukur pelaksanaan kegiatan
mencapai tujuan. Sehingga dapat melakukan evaluasi terhadap seluruh program K3
yang telah dilakukan.

5.12.

Pengaruh Kecelakaan Kerja dengan Pelatihan,


Rekruitmen, dan Penggunaan Alat Pelindung Diri

Status

Pekerja,

Berdasarkan hasil statistik di atas maka diperoleh persamaan hubungan antara


upaya terjadinya kecelakaan kerja dengan pelatihan, status kerja, rekruitmen,
penggunaan alat pelindung diri.

5.12.1. Pengaruh Pelatihan terhadap Kecelakaan Kerja


Pelatihan K3 yang dilakukan pada perusahaan pembangun bangunan kepada
pekerja ternyata membawa pengaruh terhadap tingkat kejadian kecelakaan kerja. Dari
100 pekerja yang telah dilatik K3 adalah sebanyak 38 responden (38 %), dari ke 38
pekerja tersebut yang mengalami kecelakaan kerja selama bekerja sebanyak 6
responden (15,79%), serta sebanyak 32 responden tidak pernah mengalami
kecelakaan. Pekerja yang tidak pernah mengikuti pelatihan K3 sebanyak 62
responden dan yang mengalami kecelakaan sebanyak 37 responden (59,68 %).

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Pekerja yang telah pernah dilatih K3 lebih mengetahui tata cara bekerja yang
lebih sehat serta tidak membahayakan, sehingga dalam penelitian ini kecenderungan
kecelakaan terjadi pada pekerja yang tidak pernah mengikuti pelatihan K3. Keadaan
ini selaras dengan pendapat Hariandja (1993) yang mengemukakan bahwa perlunya
peningkatan kemampuan kerja sebagai persyaratan dalam peningkatan produktivitas,
maka perusahaan terus melakukan usaha-usaha peningkatan kemampuan,
pengetahuan dan keterampilan karyawan melalui training atau diklat kerja sehingga
memberikan hasil besar pada perilaku karyawan dalam bekerja.

5.12.2. Pengaruh Status Pekerja terhadap Kecelakaan Kerja


Status pekerja dari para pekerja yang bekerja membangun bangunan
memberikan dampak terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Dari 100 pekerja yang
berstatus sebagai pekerja tetap adalah sebanyak 72 responden (72 %), dari ke 72
pekerja tersebut yang mengalami kecelakaan kerja selama bekerja sebanyak 22
responden (30,56%), serta sebanyak 50 responden tidak pernah mengalami
kecelakaan. Pekerja yang berstatus sebagai pekerja tidak tetap adalah sebanyak 28
responden dan yang mengalami kecelakaan sebanyak 21 responden (75,00 %).

5.12.3. Pengaruh Rekruitmen terhadap Kecelakaan Kerja


Rekruitmen terhadap pekerja bangunan ternyata berpengaruh terhadap
terjadinya kecelakaan kerja di lingkungan pekerja bangunan. Dari 100 pekerja
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

bangunan, yang direkrut bekerja setelah memiliki pengalaman adalah sebanyak 64


responden (64 %), dari ke 64 pekerja bangunan tersebut yang pernah mengalami
kecelakaan kerja selama bekerja adalah sebanyak 15 responden (23,44 %), serta
sebanyak 49 responden tidak pernah mengalami kecelakaan. Pekerja yang direkrut
dan tidak memiliki pengalaman adalah sebanyak 36 responden dan yang mengalami
kecelakaan sebanyak 28 responden (77,78 %).
Pengalaman dan pengetahuan tentang teknik bangunan merupakan modal
utama dalam bekerja sebagai pekerja bangunan, sehingga pekerja yang direkrut
setelah memiliki pengalaman akan lebih mudah dalam melaksanakan pekerjaannya
serta terhindar dari kecelakaan yang diakibatkan kerja. Hal ini selaras dengan
pendapat Notoatmodjo (2003) yang mengatakan pengetahuan merupakan hasil tau
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran
(mata dan telinga). Beberapa pengalaman akan sangat menolong seseorang dalam
melakukan aktivitasnya.
Demikian halnya Pandji (2001) mengatakan bahwa tenaga kerja yang
mempunyai masa kerja yang lama akan lebih terampil dan berpengalaman di dalam
mengerjakan pekerjaannya sehingga hasilnya akan lebih baik dan terhindar dari
kecelakaan kerja.

5.12.4. Pengaruh Penggunaan Alat Pelindung Diri terhadap Kecelakaan Kerja


Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Penggunaan alat pelindung diri pada saat bekerja berpengaruh terhadap


terjadi/tidaknya kecelakaan kerja. Dari 100 pekerja bangunan yang sedang
membangun bangunan, pekerja yang menggunakan alat pelindung diri secara lengkap
adalah sebanyak 67 responden (67 %), dari ke 67 pekerja tersebut yang mengalami
kecelakaan kerja selama bekerja sebanyak 22 responden (32,84 %), serta sebanyak 45
responden tidak pernah mengalami kecelakaan. Pekerja yang tidak menggunakan alat
pelindung diri adalah sebanyak 33 responden dan yang mengalami kecelakaan
sebanyak 21 responden (63,64 %).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui beberapa alasan dari para pekerja
sehingga tidak menggunakan alat pelindung diri, hal ini disebabkan bahwa para
pekerja menganggap alat pelindung diri mengakibatkan mereka tidak leluasa bergerak
pada saat melakukan aktivitasnya, sehingga alat pelindung diri tersebut seolah-olah
tidak membantu mereka dalam menjalankan pekerjaannya bahkan terkesan
menghambat. Menurut Notoatmodjo (2003) penggunaan alat pelindung diri akan
mampu menghindarkan pekerja dari kecelakaan kerja, sehingga pemakaian alat
pelindung diri merupakan kewajiban perusahaan untuk menerapkannya.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh beberapa kesimpulan antara lain:
1. Upaya-upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja pada Pekerja Bangunan
di perusahaan X telah banyak dilakukan oleh pengusaha, kontraktor, serta
pekerja, seperti rambu-rambu kecelakaan kerja, perlengkapan pemadam
kebakaran, pemakaian alat pelindung diri, peralatan pertolongan pertama
pada kecelakaan.
2. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pelatihan, penyuluhan yang
dilaksanakan perusahaan berpengaruh terhadap kecilnya angka kecelakaan
kerja, dari 38 pekerja yang mengikuti pelatihan hanya 6 (15,79%) yang pernah
mengalami kecelakaan, dan dari 62 pekerja yang tidak mengikuti pelatihan,
yang pernah kecelakaan 37 responden (59,68%).

3. Rekruitmen pekerja berpengaruh terhadap kecelakaan kerja. Sebanyak 64


pekerja yang berpengalaman, yang mengalami kecelakaan 15 orang (23,44
%). Pekerja yang direkrut tanpa berpengalaman sebanyak 36 responden, yang
pernah mengalami kecelakaan sebanyak 28 orang (77,78%).

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

4. Penggunaan alat pelindung diri berpengaruh terhadap kecelakaan kerja.


Sebanyak 67 pekerja yang menggunakan alat pelindung diri, yang mengalami
kecelakaan 22 orang (32,84 %), sedangkan pekerja yang tidak menggunakan
alat pelindung diri sebanyak 33 responden dan yang pernah mengalami
kecelakaan sebanyak 21 orang (63,64%), maka disimpulkan bahwa
penggunaan alat pelindung diri berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan
kerja.

6.2.

Saran
Sesuai dengan hasil penelitian di atas maka disarankan:
5. Hendaknya pihak perusahaan bekerjasama dengan pihak lain yang bergerak
dalam bidang pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja untuk melakukan
pelatihan pada seluruh pekerjanya.

6. Penggunaan alat pelindung diri hendaknya menjadi suatu kewajiban bagi


seluruh pekerja, sehingga seluruh pekerja dapat terhindar dari akibat fatal
kecelakaan bekerja.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2007. Poltabes Usut Tewasnya Buruh Bangunan Hotel JW Marriott dalam
http;//www.medaiklan.com/mod.php/mod=publisher&op=vieawarticl
e&cid=7&atid=69, Diakses 29 Mei 2008.
Anwar S. 1991. Sendi-sendi Hubungan Pekerja dengan Pengusaha, Rujukan
Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah serta Keputusan Menteri Tenaga
Kerja RI. Penerbit Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum
USU. Medan.
Dipohusodo, I. 1969. Manajemen Proyek dan Konstruksi. Penerbit Kanisius. Jakarta.
Harian Analisa. Senin 4 Pebruari 2008. 4 Pekerja Pembangunan Tower Pro XL
di Kampar Tewas Kesetrum. Medan.
Harian Sinar Indonesia Baru. Marsianus Saragih Pekerja Bangunan Perkantoran
Pemkab Simalunun di Raya Tewas Terjatuh, http/hariansib.com
/2008/01/26/marsianus-saragih-pekerja-bangunan-pekantoran-pemkabsimalungun-di raya-tewas-terjatuh/, Medan 2008, Diakses 4 Pebruari 2008.
Ikhwan. 2004. Pengaruh Faktor Predisposing, Enabling, Reinforcing terhadap
Perilaku Pengurus P2K3 di PT. Semen Andalas Belawan Tahun 2004. Skripsi.
FKM USU Medan.
Karo-Karo R., Trijaya, Kem. 2007. Renovasi Bangunan 100 Tahun di Medan Makan
Korban dalam http;//news.okezone.com/index.php/ReadStory/
2008/03/01/1/88063/renovasi-bangunan-100-tahun-di-meda-makan-korban,
Diakses 29 Mei 2008.
Maimun. 2004. Hukum Ketenagakerjaan, Suatu Pengantar. Penerbit PT. Pradnya
Paramita. Jakarta.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Manchester Open Learning. 1997. Mengelola Sumber Daya Manusia dan Hubungan
Karyawan Managing People and Employee. Relations. Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Mangkunegara. 2000. Manajemen Sumberdaya Manusia. Salemba Empat. Jakarta.
Nazir. 1998. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.
Notoatmodjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta
Pandji. 2001. Psikologi Kerja. Penerbit Liberty. Yogyakarta.
Prinst. 1994. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Buku Pegangan Bagi Pekerja
untuk Mempertahankan Hak-haknya. Penerbit PT. Citra Aditya Bakti.
Bandung.
Ravianto. 1990. Produktivitas dan Tenaga Kerja Indonesia. Lembaga Sarana
Informasi Usaha dan Produktivitas. Jakarta.
Saleh, Samsubar. 1985. Statistik Nonparametrik. Edisi 2. Penerbit BPFE. Yogyakarta.
Siegel S. 1994. Statistik Nonprametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Penerbit PT.
Gramedia. Jakarta.
Simamora. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
YKPN. Yogyakarta.
Sugiono. 2003. Statistik Non Parameterik untuk Penelitian. Penerbit CV. Alfabeta.
Bandung.
Suprihanto, J. 1986. Hubungan Industrial, Sebuah Pengantar. Penerbit BPFE.
Yogyakarta.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Tim Pengelola DPKK Sektor Pekerjaan Umum. 1997. Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pada Bidang Konstruksi. Jakarta.
Triyanto D. 2004. Hubungan Kerja di Perusahaan Jasa Konstruksi. Penerbit Mandar
Maju. Bandung.

Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository 2008

Anda mungkin juga menyukai