Oleh
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI
BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI
I. PENDAHULUAN
Pengendalian mutu atau pengendalian kualitas melibatkan pengembangan sistem untuk
memastikan bahwa produk dan jasa dirancang dan diproduksi untuk memenuhi atau
melampaui persyaratan dari pelanggan. Mutu (kualitas) dalam kerangka ISO 9000 didefinisikan
sebagai ciri dan karakter menyeluruh dari suatu produk atau jasa yang mempengaruhi
kemampuan produk tersebut untuk memuaskan kebutuhan tertentu. Hal ini berarti bahwa
kita harus dapat mengidentifikasikan ciri dan karkter produk yang berhubungan dengan mutu
dan kemudian membuat suatu dasar tolok ukur dan cara pengendaliannya. Definisi ini jelas
menekankan pada kepuasan pelanggan atau pemakai produk. Dalam suatu proyek gedung,
pelanggan dapat berarti pemberi tugas, penyewa gedung atau masyarakat pemakai. Misalnya
dari segi disain, kepuasan dapat diukur dari segi estetika, pemenuhan fungsi, keawetan bahan,
keamanan, dan ketepatan waktu. Sedangkan dari segi pelaksanaan, ukurannya adalah pada
kerapihan penyelesaian, integritas (sesuai gambar dan spesifikasi) pelaksanaan, tepatnya waktu
penyerahan dan biaya, serta bebas cacat.
Manajemen pengendalian mutu adalah aspek-aspek dari fungsi manajemen keseluruhan
yang menetapkan dan menjalankan kebijakan mutu suatu industri perusahaan/organisasi.
Dalam rangka mencukupkan kebutuhan pelanggan dan ketepatan waktu dengan anggaran yang
hemat dan ekonomis, seorang manager proyek harus memasukkan dan mengadakan pelatihan
management kualitas. Hal hal yang menyangkut kualitas yang di maksud diatas adalah :
Produk / pelayanan / proses pelaksanaan.
Proses management proyek itu sendiri.
Didalam tuntutan zaman , dan dalam era persaingan bebas, kita harus banyak belajar
tentang hal hal yang menyangkut proses manajemen dalam lingkungan kerja, terutama tentang
pentingnya sistem dan realisasinya dalam proyek di lapangan. Menurut Gazpers (1997),
manajemen kualitas dapat dikatakan sebagai semua aktivitas dari fungsi manajemen secara
keseluruhan yang menentukan kebijakan pelaksanaan kualitas, tujuan dan tanggung jawab
serta mengimplementasikannya melalui alat-alat manajemen kualitas, seperti perencanaan
kualitas, pengendalian kualitas, penjaminan kualitas, dan peningkatan kualitas.
3. Elyse (2006) mengungkapkan bahwa kualitas produk atau barang memiliki dua dimensi,
yaitu:
a) Physical dimension; A products physical dimension measures the tangible
product itself and includes such things as length, weight, and temperature.
b) Performance dimension; A products performance dimension measures how
well a product works and includes such things as speed and capacity.
4. Margono (2002), mutu adalah jasa pelayanan atau produk yang menyamai atau
melebihi kebutuhan dan harapan pelanggan Konsep ini masih menekankan kepada
pelanggan, yaitu dapat diartikan produk tersebut bermutu baik.
5. Deming (1986), the difficulty in defining quality is to translate quality is to translate
future needs of the user into measureable characteristics, so that a product can be
designed and turned out to give satisfaction at a price that the user will pay. Definisi ini
menekankan pada konteks, persepsi costumer dan kebutuhan serta kemampuan
pelanggan. Artinya untuk mendefinisikan mutu, terlebih dahulu perlu dipahami
karakteristik tentang mutu itu sendiri. Deming sebenarnya menekankan bagaimana
suatu produk atau jasa itu dipersepsikan oleh pelanggan, dan kapan persepsi pelanggan
itu berubah, dengan demikian semakin pelanggan merasa puas, maka selama itu pula
produk/jasa dianggap bermutu.
6. Menurut Field (1993) adalah sebagai ukuran dari produk atau kinerja pelayanan
terhadap satu spesifikasi pada satu titik tertentu. Pendapat ini lebih menekankan pada
ukuran. Ukuran di sini, tentunya bergantung pada jenis barang atau jasa yang
dihasilkan sebagai hasil kinerja manusia, baik yang berupa benda (produk) maupun nonbenda (berupa jasa layanan)
7. Menurut Philip B. Crosby (1986), yang dimaksud dengan mutu adalah derajat
kemampuan suatu produk atau jasa untuk memenuhi kepuasan pemakai dan
penghasilnya.
8. Menurut Juran (1988) : Fitness for purpose or use (kesesuaian pada penggunaan).
9. Menurut Crosby (1979) : Conformance to requirement (kesesuaian dengan
kebutuhan atau persyaratan).
10. Menurut Bahar (1993), menyatakan bahwa mutu menyangkut 5 (lima) aspek utama
yaitu :
a) Quality ( Q ) : Mutu dari hasil produk atau jasa yang sesuai dengan persyaratan
permintaan.
b) Cost ( C ): Mutu dari biaya produk atau jasa.
c)
Delivery ( D ) : Mutu pengiriman atau penyerahan hasil produk atau jasa yang tepat
waktu sesuai dengan permintaan.
Menurut Shigeru Mizuno (1994:2), pada dasarnya terdapat tiga fungsi utama mutu
suatu produk, yaitu:
1.
2.
3.
Mutu produk secara langsung dipenuhi oleh sembilan faktor dasar, yang dikenal dengan
istilah 9M, yang terdiri atas:
1. Pasar (Market)
Jumlah produk baru dan lebih baik yang ditawarkan di pasar terus bertumbuh pada laju yang
ekplosif, akibatnya bisnis harus lebih fleksibel dan mampu berubah arah dengan cepat.
2. Uang (Money)
Biaya mutu adalah salah satu titik lunak dimana biaya operasi dan kerugian dapat ditekan
untuk memperbaiki laba.
3. Manajemen (Management)
Tanggung jawab mutu telah didistribusikan kepada semua bagian dan tingkatan manajemen.
4. Manusia (Men)
Pekerja yang dibutuhkan kini adalah yang memiliki pengetahuan khusus.
5. Motivasi (Motivation)
Pengakuan yang positif secara pribadi bahwa pekerja memberi sumbangan demi tercapainya
tujuan perusahaan, dapat meningkatkan motivasi pekerja.
6. Bahan (Material)
Material harus diperiksa sedemikian rupa sehingga layak untuk diproses. Pemeriksaan atas
spesifikasi yang semakin ketat dapat menurunkan biaya secara efektif.
7. Mesin dan Mekanisasi (Machines and Mechanization)
Keinginan perusahaan untuk mencapai penurunan biaya dan peningkatan volume produksi
mendorong penggunaan perlengkapan pabrik yang sempurna.
8. Metode Informasi Mutakhir (Modern Information Method)
Evolusi
teknologi
yang
cepat
seperti
komputer
membuka
kemungkinan
untuk
2. Usaha perbaikan atau peningkatan proses produksi barang maupun jasa (Process
Improvement).
3. Keterlibatan seluruh personil atau karyawan dalam usaha peningkatan mutu (Total
Involvement).
Dalam arti sempit, tujuan TQM adalah untuk perbaikan mutu produk, jasa, dan proses, dimana
mutu tersebut diperoleh dengan tingkat biaya yang paling ekonomis, yang akan berpengaruh
pada produktivitas dan kepuasan pelanggan serta yang paling akhir ditujukan kepada
pencapaian laba perusahaan.
Manfaat dan keuntungan pengendalian mutu (TQM) menurut Berry (1991), yaitu:
Meningkatkan tingkat laba
Mengurangi keluhan konsumen dan klaim garansi
Mengurangi biaya dengan mengurangi pemborosan.
Meningkatkan pangsa pasar
Meningkatkan keikutsertaan dan kepuasan karyawan
Meningkatkan kemampuan untuk menarik konsumen baru.
VIII.
PENUTUP
Didalam tuntutan zaman , dan dalam era persaingan bebas, kita harus banyak belajar
tentang hal-hal yang menyangkut proses manajemen pengendalian mutu dalam lingkungan
usaha. Pengendalian mutu dan kualitas yang baik harus meliputi semua aktivitas dari suatu
usaha (perencanaan kualitas, pengendalian kualitas, penjaminan kualitas, dan peningkatan
kualitas). Dengan adanya pengendalian mutu, suatu organisasi/usaha diharapkan untuk bisa
merefleksikan iklim persaingan kinerja mutu dalam sektor industri dan mampu meningkatkan
kinerja semula dalam organisasi.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan modul yang berjudul Manajemen
Pengendalian Mutu dan Kualitas.
Modul ini disampaikan pada disampaikan pada Pelatihan Fasilitasi Pengembangan
Usaha Kecil dan Menengah Angkatan I dan II di Banda Aceh tanggal 20 25 Mai 2013
Adapun tujuan penulisan ini diharapkan dapat dijadikan pedoman dan masukan bagi
para peserta pelatihan, serta untuk meningkatkan pengetahuan sehingga dapat diaplikasikan
dalam mengembangkan produk-produk dan usahanya.
9i