Anda di halaman 1dari 21

Clinical Report Session

DIARE

OLEH
Wempi Augia

10-173

PRESEPTOR
Dr. IGM. Afridoni, Sp.A

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK-RSUD SOLOK 2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Defenisi
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih
dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa
darah dan/ atau lendir. Menurut WHO diare merupakan buang air besar dalam bentuk cairan
lebih dari 3 kali dalam 1 hari, dan biasanya berlangsung selama 2 hari atau lebih.1
Penggunaan istilah diare sebenarnya lebih tepat daripada gastroenteritis karena istilah
yang disebut terakhir ini memberikan kesan seolah-olah penyakit ini hanya disebabkan oleh
infeksi, dan walaupun disebabkan oleh infeksi, lambung jarang mengalami peradangan.
Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk
bayi berumur lebih dari satu bulan dan anak bila frekuensi lebih dari 3 kali.3

1.2.

Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor infeksi
a) Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak. Infeksi enternal ini meliputi :
1) Infeksi bakteri (10-20%): vibrio, E.coli,

salmonella,

shigella,

campylobacter, yersenia, aeromonas


2) Infeksi virus (70%) : enterovirus , adenovirus, rotairus, astrovirus
3) Infeksi parasit : cacing (ascaris , trichiuris, oxyuris, strongyloides
4) Protozoa (10%) : entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas
homonis
5) Jamur : candida albicans
b) Infeksi parenteral yaitu infitits infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan
seperti otitis mdia akut, tonsilofaringitis, bronkopnemonia, ensefalitis. Keadaan
teruta pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi :

a) Malabsorbsi Karbohidrat (Gula). Malabsorbsi karbohidrat atau gula


adalah ketidakmampuan untuk mencerna dan menyerap (absorb) gulagula. Malabsorbsi gula-gula yang paling dikenal terjadi dengan
kekurangan lactase (juga dikenal sebagai intoleransi lactose atau susu)
dimana produk-produk susu yang mengandung gula susu, lactose,
menjurus pada diare. Lactose tidak diurai dalam usus karena
ketidakhadiran dari enzim usus, lactase, yang normalnya mengurai
lactose. Tanpa diurai, lactose tidak dapat diserap kedalam tubuh. Lactose
yang tidak tercerna mencapai usus besar dan menarik air (dengan
osmosis) kedalam usus besar. Ini menjurus pada diare.
b) Malabsorbsi Lemak. Malabsorbsi lemak adalah ketidakmampuan untuk
mencerna atau menyerap lemak. Malabsorbsi lemak mungkin terjadi
karena sekresi-sekresi pankreas yang berkurang yang adalah perlu untuk
pencernaan lemak yang normal (contohnya, disebabkan oleh pankreatits
atau kanker pakreas) atau oleh penyakit-penyakit dari lapisan dari usus
kecil yang mencegah penyerapan dari lemak yang telah dicerna
(contohnya, penyakit celiac). Lemak yang tidak tercerna memasuki
bagian terakhir dari usus kecil dan usus besar dimana bakter-bakteri
merubahnya

kedalam

senyawa-senyawa

(kimia-kimia)

yang

menyebabkan air disekresikan oleh usus kecil dan usus besar. Lintasan
melalui usus kecil dan usus besar juga mungkin lebih cepat ketika ada
malabsorbsi dari lemak.
3. Faktor makanan : Faktor makanan misalnya makanan basi, beracun, atau alergi
terhadap makanan. Penularan melalui kontak dengan tinja yang terinfeksi secara
langsung.5
1.3.

Epidemiologi
Diare merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas

pada anak di

berbagai negara berkembang termasuk di Indonesia. Terdapat 60 juta episode diare akut
setiap tahunnya di Indonesia dimana 1-5 % daripadanya akan menjadi diare kronik dan bila
sampai terjadi dehidrasi berat yang tidak segera ditolong, 50-60% diantaranya dapat
meninggal dunia.1

1.4.

Klasifikasi
a. Berdasarkan onset terjadinya dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Diare akut
Diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 14 hari (kebanyakan
kurang dari 7 hari) pada bayi atau anak yang sebelumnya sehat.2 Ada juga yang
memberi batasan diare akut pada anak yaitu buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24
jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu.
2. Diare kronik
Diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung lebih dari 14 hari.5
b. Berdasarkan mekanisme diare, yaitu:
1. Diare osmotic
2. Diare sekretorik
c. Berdasarkan gambaran klinis
1. Diare cair
2. Disentri atau diare berdarah
d. Berdasarkan adanya invasi barrier usus oleh mikroorganisme tersering penyebab diare
(virus,bakteri,maupun protozoa), yaitu:
a. Diare infeksi
1) Virus
Beberapa jenis virus seperti Rotavirus, berkembang biak dalam epitel vili usus
halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili. Hilangnya sel-sel vili
yang secara normal mempunyai fungsi absorbsi dan penggantian sementara oleh sel
epitel berbentuk kripta yang belum matang, menyebabkan usus mensekresi air dan
elekrolit. Kerusakan vili dapat juga dihubungkan dengan hilangnya enzim
disakaridase terutama laktase. Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi
dan epitel vilinya menjadi matang.
2) Bakteri
Penempelan di mukosa. Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus pertamatama harus menempel mukosa untuk menghindarkan diri dari penyapuan.
Penempelan terjadi melalui antigen yang menyerupai rambut getar, disebut pili atau
fimbria yang melekat pada reseptor di permukaan usus. Hal ini terjadi misalnya pada
E. coli enterotoksigenik dan V. Cholera 01. Pada beberapa keadaan, penempelan di
mukosa dihubungkan dengan perubahan epitel usus yang menyebabkan pengurangan
kapasitas penyerapan atau menyebabkan sekresi cairan (misalnya infeksi E. coli
enteropatogenik atau enteroaggrerasi).

3) Parasit
Penempelan mukosa. G. lamblia dan Cryptosporodium menempel pada epitel
usus halus dan menyebabkan pemendekan vili yang kemungkinan menyebabkan
diare.
Invasi mukosa. E. histolytica menyebabkan diare dengan cara menginvasi epitel
mukosa di kolon atau ileum yang menyebabkan mikroabses dan ulkus. Namun hal ini
baru terjadi bila strainnya sangat ganas.
b. Diare non infeksi
Obat-obatan
Beberapa macam obat terutama antibiotika dapat juga menjadi penyebab diare.
Antibiotika agaknya membunuh flora normal usus sehigga organisme yang tidak
biasa atau yang kebal terhadap antibiotik itu sendiri akan berkembang bebas.
Disamping itu sifat farmakokinetika dari antibiotika itu sendiri juga memegang peran
penting. Sebagai contoh ampisilin dan klindamisin adalah antibiotik yang dikeluarkan
di dalam empedu yang merubah flora flora tinja secara intesif walaupun diberikan
secara parental. Antibiotik juga bisa menyebabkan malabsorbsi, misalnya tetrasiklin,
kanamisin, basitrasin, polmiksin, dan neomisin.5
e. Berdasarkan derajat dehidrasi, yaitu:
1. Diare tanpa dehidrasi
2. Diare dehidrasi ringan sedang
3. Diare dehidrasi berat.6

1.5.

Patofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi:
a. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan
keseimbangan asam-basa (asidosis metabolic, hypokalemia, dan sebagainya)
b. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran
bertambah)
c. Hipoglikemia
d. Gangguan sirkulasi darah.7

1.6.

Patogenesa

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :


a. Gangguan osmotik : akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,
sehingga menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi
rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi : akibat rangsangan tertentu (toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus
dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus
c. Gangguan motilitas usus : hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul
diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan
bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare
pula.
Patogenesis diare akut :
a) Masuknya jasad renik yang msih hidup kedalam usus halus setelah
berhasil melewati rintangan asam lambung
b) Jasad renik tersebut berkembang biak didalam usus halus.
c) Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diargenik)
d) Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
Patogenesa diare kronis:
Lebih kompleks dan factor-faktor yang menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasite,
malabsorbsi, malnutrisi, dan lain-lain.7

1.7.

Manifestasi Klinis
a. Anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang
atau tidak ada, kemudian timbul diare.

b. Tinja makin cair, mungkin mengandung lendir, warna tinja berubah menjadi kehijauhijauan karena tercampur empedu. Anus dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam.
c. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan/atau sesudah diare. Bila telah banyak
kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun.
d. Pada bayi, ubun-ubun besar cekung. Tonus dan turgor kulit berkurang. Selaput lendir
mulut dan bibir kering.
Tentukan status hidrasi : pasien anak-anak juga bisa datang dalam keadaan kurang cairan,
disertai takikardi dan hipotensi postural, sehingga membutuhkan cairan salin intravena.
Pada umumnya demam merupakan tanda penyakit infeksi, namun bisa juga didapatkan
pada kolitis yang berat. Penanda penyakit kronis (clubbing, koilonikia, leukonikia, ulkus di
mulut, penurunan berat badan) bisa ditemukan pada penyakit inflamasi usus kronis. Bisa
ditemukan nyeri abdomen nonspesifik. Sigmoidoskopi dan biopsi rectal bisa membantu.5
Diagnosis
a. Anamnesis
1) Riwayat diare sekarang :

Sudah berapa lama diare berlangsung

Total diare dalam 24 jam, diperkirakan dari frekuensi diare dan jumlah tinja

Keadaan klinis tinja (warna, konsistensi, ada lendir atau darah tidak)

Muntah (frekuensi dan jumlah)

Demam

Buang air kecil terakhir

Anak lemah, rewel, rasa haus, kesadaran menurun

Jumlah cairan yang masuk selama diare

Tindakan yang telah diambil (diberi cairan, ASI, makanan, obat, oralit)

Apakah ada yang menderita diare di sekitarnya.

Riwayat bepergian ke daerah yang sedang terkena wabah diare

Kontak dengan orang yang sakit

Penggunaan antibiotik

2) Riwayat diare sebelumnya: kapan, berapa lama


3) Riwayat penyakit penyerta saat ini

4) Riwayat imunisasi: lengkap atau tidak


5) Riwayat makanan sebelum diare: ASI, susu formula, makan makanan yang tidak
biasa.
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama yaitu, kesadaran, rasa
haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda tambahan, yaitu ubun-ubun besar
cekung atau tidak, mata cekung atau tidak, ada atau tidaknya air mata, kering atau
tidaknya mukosa mulut, bibir dan lidah. Jangan lupa menimbang berat badan.
Perhatikan pula ada tidaknya pernafasan cuping hidung, retraksi interkostal, akral
dingin, perfusi jaringan serta derajat dehidrasinya.

Derajat Dehidrasi7

Gejala & Tanda

Keadaan
Umum

Mata

Mulut/
Lidah

Rasa Haus Kulit

Minum
Tanpa Dehidrasi

Baik, Sadar Normal

Basah

Normal,
Tidak Haus

Dehidrasi Ringan Gelisah


Sedang

Rewel

Letargik,
Dehidrasi Berat

Sangat

Kesadaran cekung dan


Menurun

2. Diare infeksi

Cekung

kering

Kering

Dicubit
kembali cepat

Tampak

Kembali

Kehausan

lambat

Sangat Sulit, tidak Kembali


kering

bisa minum sangat lambat

% turun Estimasi
BB

def. cairan

<5

50 %

5 10 50100 %

>10

>100 %

Gejala

Rotavirus

Shigella

Salmonella

klinik

.coli E

coli Cholera

entero

entero

Mual

Sering

Jarang

sering

sigenik
+

invasif
-

Sering

muntah
Panas
Nyeri perut

+
Tenesmus

++
Tenesmus

++
Tenesmus

Kadang

++
Tenesmus

Kolik

kolik
Sering

kolik
Pusing

Hipotensi

kolik
Pusing

distensi

,dapat

abdomen

kejang

Gejala lain

ada

bakterimia
toksemia
sistemik

3. Sifat tinja
Volume
Frekuensi

Sedang
5-10 kali

Sedikit
>10kali

Sedikit
Sering

Banyak
Sering

Sedikit
Sering

Banyak
Terus-menerus

Konsistens

Cair

Lembek

Lembek

Cair

Lembek

Cair

i
Darah
Bau
Warna

Kuning

Sering
Merah

Kadang
Busuk
Hijau

Tdk spesifik
Tdk

+
Merah

Leukosit
Sifat lain

hijau
anoreksia

hijau
+
Kejang

+
Sepsis

berwarna
Meteorismu

hijau
Infeksi

sistemik

c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaaan tinja
Makroskopis: bau, warna, lendir, darah, konsistensi
Mikroskopis: eritrosit, lekosit, bakteri, parasit
Kimia: PH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)
Biakan dan uji sensitivitas

Amis
Seperti
beras
-

cucian

2) Pemeriksaan darah: Darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na,
K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai kejang), kadar urum dan kreatinin
darah.
3) Pemeriksaan urin: urin rutin.

1.9. Penatalaksanaan
1

Pengobatan diare tanpa dehidrasi


TRO (Terapi Rehidrasi Oral)
Penderita diare tanpa dehidrasi harus segera diberi cairan rumah tangga untuk
mencegah dehidrasi seperti larutan gula garam, kuah sayur-sayuran dan sebagainya.
Pengobatan dapat dilakukan di rumah oleh keluarga penderita. Jumlah cairan yang
diberikan adalah 10 ml/kgBB atau untuk anak usia <1 tahun 50-100 ml, 1-5 tahun
dalah 100-200 ml, 5-12 tahun adalah 200-300 ml dan dewasa adalah 300-400 ml
setiap BAB.
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok setiap
1-2 menit. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dengan gelas dengan
tegukan yang sering. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian
mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan
dilanjutkan sampai diare berhenti. Selain cairan rumah tangga ASI dan makanan yang
biasa tetap harus diberikan. Makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering (lebih
kurang 6 kali sehari) serta rendah serat. Buah-buahan diberikan terutama pisang.
Makanan yang merangsang (pedas, asam, terlalu banyak lemak) jangan diberikan

dulu karena dapat menyebabkan diare bertambah berat. 28,29,30


Pengobatan diare dehidrasi ringan-sedang
TRO (Terapi Rehidrasi Oral)
Penderita diare dengan dehidrasi ringan-sedang harus dirawat di sarana kesehatan
dan segera diberikan terapi rehidrasi oral dengan oralit. Jumlah oralit yang diberikan
3 jam pertama 75 cc/kgBB.
Apabila oleh karena satu hal pemberian oralit tidak dapat diberikan per oral,
oralit dapat diberikan melalui nasogastrik dengan volume yang sama dengan
kecepatan 20ml/kgBB/jam. Setelah 3 jam keadaan penderita dievaluasi, apakah
membaik, tetap atau memburuk. Bila keadaan membaik dan dehidrasi teratasi

pengobatan dapat dilanjutkan di rumah dengan memberikan oralit dan makanan


3

dengan cara seperti pada pengobatan diare tanpa dehidrasi. 28,29,30


Pengobatan diare dehidrasi berat
TRP (Terapi Rehidrasi Parenteral)
Penderita diare dehidrasi berat harus dirawat di puskesmas atau Rumah Sakit.
Pengobatan yang terbaik adalah dengan rehidrasi parenteral. Pasien yang masih dapat
minum meskipun sedikit harus diberi oralit sampai cairan infus terpasang. Selain itu
semua anak harus diberi oralit selama pemberian cairan intravena(5 ml/kgBB/jam),
apbila anak dapat minum dengan baik biasanya dalam 3-4 jam(untuk bayi) atau 1-2
jam(untuk anak yang lebih besar). Untuk rehidrasi parenteral digunakan cairan Ringer
Laktat dengan dosis 100ml/kgBB. Cara pemberiannya untuk < 1tahun 1 jam pertama
30cc/kgBB, dilanjutkan 5 jam berikutnya 70 cc/kgBB. Di atas 1 tahun jam pertama
30cc/kgBB dilanjutkan 2 jam berikutnya 70 cc/kgBB.
Lakukan evaluasi tiap jam. Bila hidrasi tidak membaik, tetesan IV dapat
dipercepat. Setelah 6 jam pada bayi atau 3 jam pada anak lebih besar, lakukan
evaluasi, pilih pengobatan selanjutnya yaitu : pengobatan diare dengan dehidrasi

ringan-sedang atau pengobatan diare tanpa dehidrasi.


Seng (Zinc)
Defisiensi seng sering dilaporkan pada anak-anak di negara berkembang dan
dihubungkan dengan menurunnya fungsi imun dan meningkatnya kejadian penyakit
infeksi yang serius. Seng merupakan mikronutrien komponen berbagai enzim dalam
tubuh yang penting antara lain untuk sinreis DNA. Sejak tahun 2004, WHO dan
UNICEF telah merekomendasikan penggunaan seng pada anak dengan diare dengan
dosis 20 mg per hari selama 10-14 hari, dan pada bayi <6 bulan dengan dosis 10 mg
per hari selama 10-14 hari.

Pemberian makanan selama dan setelah diare


Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan setelah
sembuh. Tujuannya adalah memberikan makanan kaya nutrien sebanyak anak mampu
menerima. Meneruskan pemberian makanan akan mempercepat kembalinya fungsi
usus yang normal termasuk kemampuan menerima dan mengabsorbsi berbagai
nutrien, sehingga memburuknya status gizi dapat dicegah atau paling tidak dikurangi.
Bayi yang minum ASI harus diteruskan sesering mungkin dan selama anak mau. Bayi
yang tidak minum ASI harus diberi susu yang biasa diminum paling tidak setiap 3 jam.

Bila anak umur 4 bulan atau lebih dan sudah mendapatkan makanan lunak atau
padat, makanan ini harus diteruskan. Diberikan dalam porsi kecil atau sering (6 kali
atau lebih) dan anak dibujuk untuk makan. Pada anak yang lebih besar, dapat diberikan
makanan pokok setempat dicampur dengan kacang-kacangan dan sayur-sayuran, serta
ditambahkan tahu, tempe, daging atau ikan. Makanan yang berlemak atau
mengandung banyak gula sebaiknya dihindari.
6

Terapi medikamentosa
- Antibiotika
Antibiotika pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karen
sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak dapat
dibunuh dengan antibiotika. Antibiotika pilihan pada diare antara lain erythromycin
12,5 mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari, ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehari selama
3hari. Metronidazole 10 mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari.
- Obat antidiare
Obat-obat ini meskipun sering digunakan tidak mempunyai keuntungan praktis dan
tidak diindikasikan untuk mengobati diare akut pada anak,
a Adsorben
Contoh: kaolin, attapulgite. Obat-obat ini dipromosikan untuk pengobatan
diare atas dasar kemampuannya untuk mengikat dan menginaktivasi toksin
bakteri atau bahan lain yang menyebabkan diare serta dikatakan mempunyai
b

kemampuan melindungi mukosa usus.


Antimotilitas
Contoh: loperamide hydrochloride. Obat ini dapat mengurangi frekuensi diare

pada orang dewasa akan tetapi tidak mengurangi volume tinja pada anak.
Bismuth subsalicylate
Bila diberikan setiap 4 jam dilaporkan dapat mengurangi keluaran tinja pada
anak dengan diare akut sebanyak 30% akan tetapi, cara ini jarang digunakan.6

1.10.. Pencegahan
Pencegahan diare bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang bersih dan
sehat.
1. Usahakan

untuk

selalu

mencuci

tangan

Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.

sebelum

menyentuh

makanan.

2. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di lingkungan tempat
tinggal.
3. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan tempat. Kalau bisa
membawa makanan sendiri saat ke sekolah
6. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti air bersih
dan jamban/WC yang memadai.9
7. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya, jarak antara
jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya 10 meter agar
air tidak terkontaminasi. Dengan demikian, warga bisa menggunakan air bersih untuk
keperluan sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.5

1.11. Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai
macam komplikasi seperti :
a) Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
b) Renjatan hipovolemik.
c) Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi, perubahan
pada elektrokardiogram).
d) Hipoglikemi
e) Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili
mukosa usus halus.
f) Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
g) Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan.3

1.12. Prognosis
Secara umum prognosis untuk diare pada anak

bergantung pada penyakit

penyerta/komplikasi yang terjadi.Jika diarenya segera di tangani sesuai dengan kondisi umum

pasien maka kemungkinan pasien dapat sembuh.Yang paling penting adalah mencegah terjadinya
dehidrasi dan syok karena dapat berakibat fatal.jika terdapat penyakit penyerta yang
memberatkan keadaan pasien maka perlu di lakukan pengobatan terhadap penyakitnya selain
penanganan terhadap diare. Oleh karna itu perlu di lakukan diagnosa pasti berdasarkan
pemeriksaan penunjang lain yang membantu, sehingga dapat di lakukan penanganan yang tepat
sesuai Penyebab/kausal dari diare yang di alaminya

Status Pasien
Identitas Pasien

Nama
Usia
Jenis Kelamin
Nama Orang Tua
Alamat
Tanggal masuk RS
No.RMK

: An. I
: 8 Bulan
: Laki-laki
: Ibu M
: Paninggahan
: 7 agustus 2015
: 110797

Alloanamnesis pada Ibu Pasien


Ku
RPS

: BAB encer sejak 2 hari yang lalu.


: Sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit BAB anak encer. BAB encer

lebih dari 10x sehari, kurang lebih seperempat gelas / hari, konsistensi cair
dan berwarna kekuningan tanpa ampas, terdapat darah di sangkal dan lendir
di sangkal. Penderita juga mengalami muntah sejak 8 jam yang lalu, 2x
sebanyak kurang lebih seperempat gelas tiap muntah. Muntah terutama
setelah makan minum dan muntah berisikan makanan dan cairan, tidak di
sertai darah.Pada awalnya anak rewel dan terus menangis disertai tambah
sering menetek dengan minum sangat bernafsu ( seperti kehausan ) namun
2 hari terakhir anak mulai tidak maumenetek dan tampak lemas. Menurut
Ibu, anaknya juga mengalami demam sejak BAB nya encer. Demam terus
menerus, muncul mendadak dan langsung tinggi, tidak menggigil,tidak
disertai kejang. Riwayat kejang di sangkal. Penderita masih bisa BAK dengan
lancar, sehari 3x BAK. Gejala mimisan atau gusi berdarah disangkal. Dirumah
tidak ada yang menderita demam berdarah dan tidak ada penyemprotan
pada hari-hari terakhir.

Sehari-hari menurut ibu anak satu keluarga biasa minum air yang
berasal dari air sumur yang telah dimasak. Seluruh alat makan dicuci
menggunakan air sumur yang sama.
a. Riwayat penyakit dahulu :
Sebelumnya pasien belum pernah menderita penyakit seperti ini.
Riwayat asma disangkal/ Riwayat batuk lama disangkal. Riwayat
trauma disangkal.
b. Riwayat penyakit keluarga :
Riwayat alergi disangkal, riwayat asma dan TBC disangkal.
c. Riwayat alergi :
Alergi obat atau makanan disangkal, riwayat alergi pada orang tua
disangkal.
d. Riwayat pengobatan :
Pasien sudah berobat ke bidan dan diberi obat penurun panas.
e. Riwayat kehamilan :
Selama ibu hamil pasien memeriksakan kehamilan ke bisan 1 bulan
sekali. Ibu hamil An. I pada usia 20 tahun. Ini adalah kehamilan
pertama kalinya. Selama hamil ibu tidak menderita hipertensi,
diabetes melitus, eklampsia atau penyakit berat lainnya. Ibu makan
dan minum sesuai anjuran bidan.
By. I lahir cukup bulan (9bulan) dirumah ditolong oleh bidan. Berat lahir
3800 gr, panjang 47cm dan lingkar kepala ibu ibu tidak tahu. Warna air
ketuban ibu juga tidak tahu. Diakui ibu tidak terdapat penyulit saat
persalinan.
f. Riwayat pemberian makanan :
Anak diberikan ASI eksklusif sampai umur 6 bulan dan 6 bulan sampai
umur 8 bulan ditambah makanan pendamping.
g. Riwayat perkembangan :
Motorik kasar :
Usia 3 bulan sudah bisa mengangkat kepala
Usia 8 bulan sudah bisa merangkak
Motorik halus :

Usia 6 bulan sudah bisa menggapai benda

Bahasa : Sudah bisa mengoceh dan menyebutkan nama


Sosial : Merespon terhadap orang yang baru dikenal dan sudah bisa
tersenyum
Kesan : Perkembangan sesuai usia
h. Riwayat imunisasi
Hepatitis B, BCG, Polio saat lahir
DPT sudah 3 kali
Poli (ditetes) sudah 3 kali
Kesan : Imunisasi sesuai usia
Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum
Kesadaran

: Tampak sedang
: Sadar

Tanda Vital

Suhu
: 37oC
Nadi
: 88x/menit
Pernafasan : 25x/menit

Status Antropometri

Panjang Badan
Berat Badan

: 67cm
: 8,1Kg

Status Generalis
Kepala
Bentuk
Mata

: Normocephal, Ubun-ubun cekung


: Cekung (+), Konjuungtiva tidak anemis, skelera tidak

ikterik, air mata


masih keluar (+)
Hidung
: Sekret (-), darah (-)
Telinga
: Sekret (-), serumen (-)
Mulut
: Mukosa mulut kering (-)

Leher

: Pemebesaran KGB (-)

Thorax
Pulmo

Inspeksi

: Pergerakan dinding dada kiri-kanan simetris, tidak

ada bekas

luka, tidak ada benjolan, retraksi (-)


Palpasi
: Vocal fremitus sulit dinilai
Perkusi
: Sonor pada seluruh lapangan paru kiri-kanan
Auskultasi : Suara nafas vesikuler diseluruh lapangan paru kir-

kanan
Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)

Cor
Inspeksi
Palpasi

: Ictus cordis tidak tampak


: Ictus cordis teraba di RIC 4 line midklavikula

sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi
: Supel, datar, retraksi epigastrium (-)
Palpasi
: Nyeri pada epigastrium (-)
Palpasi
: Timpani pada keempat kuadran abdomen
Auskultasi : Bising usus meningkat
Ekstremitas
Akral hangat, Edema (-)

Diagnosa Kerja

Diare akut dengan dehiddrasi sedang e.c Bacterial infection

Diagnosa Banding

Diare akut dengan dehidrasi sedang e.c viral infection

Rencana anjuran

Pemeriksaan darah dan elektrolit


Pemeriksaan feses

Rencana Penatalaksanaan

Infus RL@30cc/kgBB dalam 1 jam (240x15)/60 = 60tetes/menit


Dilanjutkan infus RL 70cc/kgBB dalam 5 jam ( 560 x 13 )/300 = 28
tetes/menit
Dilanjutkan Infus RL ( 8x(120+30))/96 = 12 tetes/menit
Paracetamol syrup 3 x 1cth ( kapan demam )
Zinc syrup 1 x 1cth
Diet bubur saring

Prognosis

Quo ad vitam
Quo ad functionam

: Bonam
: Bonam

BAB II
KESIMPULAN
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih
dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa

darah dan/ atau lendir. Penyebab diare yaitu factor infeksi, malabsorbsi, dan lain-lain.
Komplikasi yang paling berbahaya dari diare adalah dehidrasi, yaitu gangguan dalam
keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran tubuh lebih banyak
daripada pemasukan (misalnya minum). Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan
gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh. Diare dapat dicegah dengan menjaga kebersihan
lingkungan dan perorangan.

Daftar Pustaka.

1. Norasid H,Surratmadja S, Asnil PO. Gastroenteritis (Diare ) akut dalam: Gastroenterologi


anak praktis, Ed Suharyono, Aswitha B,EM Halimun : edisi ke2 Jakarta 2005: Balai
penerbit FK-UI hal 51-76
2. Hassan R, Alatas H. Ilmu kesehatan anak. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.2000. hal
283-7
3. Irwanto,Roim A, Sudarmo SM.Diare akut anak dalam ilmu penyakit anak diagnosa dan
penatalaksanaan ,Ed Soegijanto S : edisi ke 1 jakarta 2004 : Salemba Medika hal 73-103
4. IDAI. Pedoman Pelayanan Medis. Jilid I. Jakarta. 2010
5.

Diare pada Anak. [ update 2011 mar 10, citied 2011 mar 20.00 WIB] Available From:
http://www.docstoc.com/docs/36661392/Diare-pada-anak

6. WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. World Health
Organization. Jakarta. 2007
7. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan AnaK. Ilmu Kesehatan Anak UI. Jakarta. 1985
8. Antonius H. Pudjiadi, Badriul Hegar, Setyo Handryastuti. PEDOMAN PELAYANAN
MEDIS Jilid I IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA Hal 58-62.
9. Behrman, R.E et.all. Nelson Textbook of Pediatrics. 17 th edition.
Internasional Edition. Saunders 2004. P 1239-1241
10.
Budiarso, Aswita.dkk. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit
Diare. Jakarta : Depatemen Kesehatan R.I PPM & PLP. 2009
11.
Ganna, Herry. Melinda, Heda. Ilmu Kesehatan Anak Pedoman
Diagnosis dan Terapi. Edisi 3. Bandung :2005
12. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. EGC

Anda mungkin juga menyukai