DIARE
OLEH
Wempi Augia
10-173
PRESEPTOR
Dr. IGM. Afridoni, Sp.A
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK-RSUD SOLOK 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Defenisi
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih
dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa
darah dan/ atau lendir. Menurut WHO diare merupakan buang air besar dalam bentuk cairan
lebih dari 3 kali dalam 1 hari, dan biasanya berlangsung selama 2 hari atau lebih.1
Penggunaan istilah diare sebenarnya lebih tepat daripada gastroenteritis karena istilah
yang disebut terakhir ini memberikan kesan seolah-olah penyakit ini hanya disebabkan oleh
infeksi, dan walaupun disebabkan oleh infeksi, lambung jarang mengalami peradangan.
Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk
bayi berumur lebih dari satu bulan dan anak bila frekuensi lebih dari 3 kali.3
1.2.
Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor infeksi
a) Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak. Infeksi enternal ini meliputi :
1) Infeksi bakteri (10-20%): vibrio, E.coli,
salmonella,
shigella,
kedalam
senyawa-senyawa
(kimia-kimia)
yang
menyebabkan air disekresikan oleh usus kecil dan usus besar. Lintasan
melalui usus kecil dan usus besar juga mungkin lebih cepat ketika ada
malabsorbsi dari lemak.
3. Faktor makanan : Faktor makanan misalnya makanan basi, beracun, atau alergi
terhadap makanan. Penularan melalui kontak dengan tinja yang terinfeksi secara
langsung.5
1.3.
Epidemiologi
Diare merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas
pada anak di
berbagai negara berkembang termasuk di Indonesia. Terdapat 60 juta episode diare akut
setiap tahunnya di Indonesia dimana 1-5 % daripadanya akan menjadi diare kronik dan bila
sampai terjadi dehidrasi berat yang tidak segera ditolong, 50-60% diantaranya dapat
meninggal dunia.1
1.4.
Klasifikasi
a. Berdasarkan onset terjadinya dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Diare akut
Diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 14 hari (kebanyakan
kurang dari 7 hari) pada bayi atau anak yang sebelumnya sehat.2 Ada juga yang
memberi batasan diare akut pada anak yaitu buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24
jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu.
2. Diare kronik
Diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung lebih dari 14 hari.5
b. Berdasarkan mekanisme diare, yaitu:
1. Diare osmotic
2. Diare sekretorik
c. Berdasarkan gambaran klinis
1. Diare cair
2. Disentri atau diare berdarah
d. Berdasarkan adanya invasi barrier usus oleh mikroorganisme tersering penyebab diare
(virus,bakteri,maupun protozoa), yaitu:
a. Diare infeksi
1) Virus
Beberapa jenis virus seperti Rotavirus, berkembang biak dalam epitel vili usus
halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili. Hilangnya sel-sel vili
yang secara normal mempunyai fungsi absorbsi dan penggantian sementara oleh sel
epitel berbentuk kripta yang belum matang, menyebabkan usus mensekresi air dan
elekrolit. Kerusakan vili dapat juga dihubungkan dengan hilangnya enzim
disakaridase terutama laktase. Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi
dan epitel vilinya menjadi matang.
2) Bakteri
Penempelan di mukosa. Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus pertamatama harus menempel mukosa untuk menghindarkan diri dari penyapuan.
Penempelan terjadi melalui antigen yang menyerupai rambut getar, disebut pili atau
fimbria yang melekat pada reseptor di permukaan usus. Hal ini terjadi misalnya pada
E. coli enterotoksigenik dan V. Cholera 01. Pada beberapa keadaan, penempelan di
mukosa dihubungkan dengan perubahan epitel usus yang menyebabkan pengurangan
kapasitas penyerapan atau menyebabkan sekresi cairan (misalnya infeksi E. coli
enteropatogenik atau enteroaggrerasi).
3) Parasit
Penempelan mukosa. G. lamblia dan Cryptosporodium menempel pada epitel
usus halus dan menyebabkan pemendekan vili yang kemungkinan menyebabkan
diare.
Invasi mukosa. E. histolytica menyebabkan diare dengan cara menginvasi epitel
mukosa di kolon atau ileum yang menyebabkan mikroabses dan ulkus. Namun hal ini
baru terjadi bila strainnya sangat ganas.
b. Diare non infeksi
Obat-obatan
Beberapa macam obat terutama antibiotika dapat juga menjadi penyebab diare.
Antibiotika agaknya membunuh flora normal usus sehigga organisme yang tidak
biasa atau yang kebal terhadap antibiotik itu sendiri akan berkembang bebas.
Disamping itu sifat farmakokinetika dari antibiotika itu sendiri juga memegang peran
penting. Sebagai contoh ampisilin dan klindamisin adalah antibiotik yang dikeluarkan
di dalam empedu yang merubah flora flora tinja secara intesif walaupun diberikan
secara parental. Antibiotik juga bisa menyebabkan malabsorbsi, misalnya tetrasiklin,
kanamisin, basitrasin, polmiksin, dan neomisin.5
e. Berdasarkan derajat dehidrasi, yaitu:
1. Diare tanpa dehidrasi
2. Diare dehidrasi ringan sedang
3. Diare dehidrasi berat.6
1.5.
Patofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi:
a. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan
keseimbangan asam-basa (asidosis metabolic, hypokalemia, dan sebagainya)
b. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran
bertambah)
c. Hipoglikemia
d. Gangguan sirkulasi darah.7
1.6.
Patogenesa
1.7.
Manifestasi Klinis
a. Anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang
atau tidak ada, kemudian timbul diare.
b. Tinja makin cair, mungkin mengandung lendir, warna tinja berubah menjadi kehijauhijauan karena tercampur empedu. Anus dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam.
c. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan/atau sesudah diare. Bila telah banyak
kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun.
d. Pada bayi, ubun-ubun besar cekung. Tonus dan turgor kulit berkurang. Selaput lendir
mulut dan bibir kering.
Tentukan status hidrasi : pasien anak-anak juga bisa datang dalam keadaan kurang cairan,
disertai takikardi dan hipotensi postural, sehingga membutuhkan cairan salin intravena.
Pada umumnya demam merupakan tanda penyakit infeksi, namun bisa juga didapatkan
pada kolitis yang berat. Penanda penyakit kronis (clubbing, koilonikia, leukonikia, ulkus di
mulut, penurunan berat badan) bisa ditemukan pada penyakit inflamasi usus kronis. Bisa
ditemukan nyeri abdomen nonspesifik. Sigmoidoskopi dan biopsi rectal bisa membantu.5
Diagnosis
a. Anamnesis
1) Riwayat diare sekarang :
Total diare dalam 24 jam, diperkirakan dari frekuensi diare dan jumlah tinja
Keadaan klinis tinja (warna, konsistensi, ada lendir atau darah tidak)
Demam
Tindakan yang telah diambil (diberi cairan, ASI, makanan, obat, oralit)
Penggunaan antibiotik
Derajat Dehidrasi7
Keadaan
Umum
Mata
Mulut/
Lidah
Minum
Tanpa Dehidrasi
Basah
Normal,
Tidak Haus
Rewel
Letargik,
Dehidrasi Berat
Sangat
2. Diare infeksi
Cekung
kering
Kering
Dicubit
kembali cepat
Tampak
Kembali
Kehausan
lambat
% turun Estimasi
BB
def. cairan
<5
50 %
5 10 50100 %
>10
>100 %
Gejala
Rotavirus
Shigella
Salmonella
klinik
.coli E
coli Cholera
entero
entero
Mual
Sering
Jarang
sering
sigenik
+
invasif
-
Sering
muntah
Panas
Nyeri perut
+
Tenesmus
++
Tenesmus
++
Tenesmus
Kadang
++
Tenesmus
Kolik
kolik
Sering
kolik
Pusing
Hipotensi
kolik
Pusing
distensi
,dapat
abdomen
kejang
Gejala lain
ada
bakterimia
toksemia
sistemik
3. Sifat tinja
Volume
Frekuensi
Sedang
5-10 kali
Sedikit
>10kali
Sedikit
Sering
Banyak
Sering
Sedikit
Sering
Banyak
Terus-menerus
Konsistens
Cair
Lembek
Lembek
Cair
Lembek
Cair
i
Darah
Bau
Warna
Kuning
Sering
Merah
Kadang
Busuk
Hijau
Tdk spesifik
Tdk
+
Merah
Leukosit
Sifat lain
hijau
anoreksia
hijau
+
Kejang
+
Sepsis
berwarna
Meteorismu
hijau
Infeksi
sistemik
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaaan tinja
Makroskopis: bau, warna, lendir, darah, konsistensi
Mikroskopis: eritrosit, lekosit, bakteri, parasit
Kimia: PH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)
Biakan dan uji sensitivitas
Amis
Seperti
beras
-
cucian
2) Pemeriksaan darah: Darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na,
K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai kejang), kadar urum dan kreatinin
darah.
3) Pemeriksaan urin: urin rutin.
1.9. Penatalaksanaan
1
Bila anak umur 4 bulan atau lebih dan sudah mendapatkan makanan lunak atau
padat, makanan ini harus diteruskan. Diberikan dalam porsi kecil atau sering (6 kali
atau lebih) dan anak dibujuk untuk makan. Pada anak yang lebih besar, dapat diberikan
makanan pokok setempat dicampur dengan kacang-kacangan dan sayur-sayuran, serta
ditambahkan tahu, tempe, daging atau ikan. Makanan yang berlemak atau
mengandung banyak gula sebaiknya dihindari.
6
Terapi medikamentosa
- Antibiotika
Antibiotika pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karen
sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak dapat
dibunuh dengan antibiotika. Antibiotika pilihan pada diare antara lain erythromycin
12,5 mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari, ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehari selama
3hari. Metronidazole 10 mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari.
- Obat antidiare
Obat-obat ini meskipun sering digunakan tidak mempunyai keuntungan praktis dan
tidak diindikasikan untuk mengobati diare akut pada anak,
a Adsorben
Contoh: kaolin, attapulgite. Obat-obat ini dipromosikan untuk pengobatan
diare atas dasar kemampuannya untuk mengikat dan menginaktivasi toksin
bakteri atau bahan lain yang menyebabkan diare serta dikatakan mempunyai
b
pada orang dewasa akan tetapi tidak mengurangi volume tinja pada anak.
Bismuth subsalicylate
Bila diberikan setiap 4 jam dilaporkan dapat mengurangi keluaran tinja pada
anak dengan diare akut sebanyak 30% akan tetapi, cara ini jarang digunakan.6
1.10.. Pencegahan
Pencegahan diare bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang bersih dan
sehat.
1. Usahakan
untuk
selalu
mencuci
tangan
sebelum
menyentuh
makanan.
2. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di lingkungan tempat
tinggal.
3. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan tempat. Kalau bisa
membawa makanan sendiri saat ke sekolah
6. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti air bersih
dan jamban/WC yang memadai.9
7. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya, jarak antara
jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya 10 meter agar
air tidak terkontaminasi. Dengan demikian, warga bisa menggunakan air bersih untuk
keperluan sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.5
1.11. Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai
macam komplikasi seperti :
a) Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
b) Renjatan hipovolemik.
c) Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi, perubahan
pada elektrokardiogram).
d) Hipoglikemi
e) Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili
mukosa usus halus.
f) Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
g) Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan.3
1.12. Prognosis
Secara umum prognosis untuk diare pada anak
penyerta/komplikasi yang terjadi.Jika diarenya segera di tangani sesuai dengan kondisi umum
pasien maka kemungkinan pasien dapat sembuh.Yang paling penting adalah mencegah terjadinya
dehidrasi dan syok karena dapat berakibat fatal.jika terdapat penyakit penyerta yang
memberatkan keadaan pasien maka perlu di lakukan pengobatan terhadap penyakitnya selain
penanganan terhadap diare. Oleh karna itu perlu di lakukan diagnosa pasti berdasarkan
pemeriksaan penunjang lain yang membantu, sehingga dapat di lakukan penanganan yang tepat
sesuai Penyebab/kausal dari diare yang di alaminya
Status Pasien
Identitas Pasien
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Nama Orang Tua
Alamat
Tanggal masuk RS
No.RMK
: An. I
: 8 Bulan
: Laki-laki
: Ibu M
: Paninggahan
: 7 agustus 2015
: 110797
lebih dari 10x sehari, kurang lebih seperempat gelas / hari, konsistensi cair
dan berwarna kekuningan tanpa ampas, terdapat darah di sangkal dan lendir
di sangkal. Penderita juga mengalami muntah sejak 8 jam yang lalu, 2x
sebanyak kurang lebih seperempat gelas tiap muntah. Muntah terutama
setelah makan minum dan muntah berisikan makanan dan cairan, tidak di
sertai darah.Pada awalnya anak rewel dan terus menangis disertai tambah
sering menetek dengan minum sangat bernafsu ( seperti kehausan ) namun
2 hari terakhir anak mulai tidak maumenetek dan tampak lemas. Menurut
Ibu, anaknya juga mengalami demam sejak BAB nya encer. Demam terus
menerus, muncul mendadak dan langsung tinggi, tidak menggigil,tidak
disertai kejang. Riwayat kejang di sangkal. Penderita masih bisa BAK dengan
lancar, sehari 3x BAK. Gejala mimisan atau gusi berdarah disangkal. Dirumah
tidak ada yang menderita demam berdarah dan tidak ada penyemprotan
pada hari-hari terakhir.
Sehari-hari menurut ibu anak satu keluarga biasa minum air yang
berasal dari air sumur yang telah dimasak. Seluruh alat makan dicuci
menggunakan air sumur yang sama.
a. Riwayat penyakit dahulu :
Sebelumnya pasien belum pernah menderita penyakit seperti ini.
Riwayat asma disangkal/ Riwayat batuk lama disangkal. Riwayat
trauma disangkal.
b. Riwayat penyakit keluarga :
Riwayat alergi disangkal, riwayat asma dan TBC disangkal.
c. Riwayat alergi :
Alergi obat atau makanan disangkal, riwayat alergi pada orang tua
disangkal.
d. Riwayat pengobatan :
Pasien sudah berobat ke bidan dan diberi obat penurun panas.
e. Riwayat kehamilan :
Selama ibu hamil pasien memeriksakan kehamilan ke bisan 1 bulan
sekali. Ibu hamil An. I pada usia 20 tahun. Ini adalah kehamilan
pertama kalinya. Selama hamil ibu tidak menderita hipertensi,
diabetes melitus, eklampsia atau penyakit berat lainnya. Ibu makan
dan minum sesuai anjuran bidan.
By. I lahir cukup bulan (9bulan) dirumah ditolong oleh bidan. Berat lahir
3800 gr, panjang 47cm dan lingkar kepala ibu ibu tidak tahu. Warna air
ketuban ibu juga tidak tahu. Diakui ibu tidak terdapat penyulit saat
persalinan.
f. Riwayat pemberian makanan :
Anak diberikan ASI eksklusif sampai umur 6 bulan dan 6 bulan sampai
umur 8 bulan ditambah makanan pendamping.
g. Riwayat perkembangan :
Motorik kasar :
Usia 3 bulan sudah bisa mengangkat kepala
Usia 8 bulan sudah bisa merangkak
Motorik halus :
Keadaan Umum
Kesadaran
: Tampak sedang
: Sadar
Tanda Vital
Suhu
: 37oC
Nadi
: 88x/menit
Pernafasan : 25x/menit
Status Antropometri
Panjang Badan
Berat Badan
: 67cm
: 8,1Kg
Status Generalis
Kepala
Bentuk
Mata
Leher
Thorax
Pulmo
Inspeksi
ada bekas
kanan
Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Cor
Inspeksi
Palpasi
sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi
: Supel, datar, retraksi epigastrium (-)
Palpasi
: Nyeri pada epigastrium (-)
Palpasi
: Timpani pada keempat kuadran abdomen
Auskultasi : Bising usus meningkat
Ekstremitas
Akral hangat, Edema (-)
Diagnosa Kerja
Diagnosa Banding
Rencana anjuran
Rencana Penatalaksanaan
Prognosis
Quo ad vitam
Quo ad functionam
: Bonam
: Bonam
BAB II
KESIMPULAN
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih
dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa
darah dan/ atau lendir. Penyebab diare yaitu factor infeksi, malabsorbsi, dan lain-lain.
Komplikasi yang paling berbahaya dari diare adalah dehidrasi, yaitu gangguan dalam
keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran tubuh lebih banyak
daripada pemasukan (misalnya minum). Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan
gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh. Diare dapat dicegah dengan menjaga kebersihan
lingkungan dan perorangan.
Daftar Pustaka.
Diare pada Anak. [ update 2011 mar 10, citied 2011 mar 20.00 WIB] Available From:
http://www.docstoc.com/docs/36661392/Diare-pada-anak
6. WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. World Health
Organization. Jakarta. 2007
7. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan AnaK. Ilmu Kesehatan Anak UI. Jakarta. 1985
8. Antonius H. Pudjiadi, Badriul Hegar, Setyo Handryastuti. PEDOMAN PELAYANAN
MEDIS Jilid I IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA Hal 58-62.
9. Behrman, R.E et.all. Nelson Textbook of Pediatrics. 17 th edition.
Internasional Edition. Saunders 2004. P 1239-1241
10.
Budiarso, Aswita.dkk. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit
Diare. Jakarta : Depatemen Kesehatan R.I PPM & PLP. 2009
11.
Ganna, Herry. Melinda, Heda. Ilmu Kesehatan Anak Pedoman
Diagnosis dan Terapi. Edisi 3. Bandung :2005
12. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. EGC