Anda di halaman 1dari 4

Balian Mambur; Ilmu Hantu Pemakan Mayat

Posted by Anak Sultan pada Maret 27, 2007


Kisah ini berasal dari kepercayaan orang Dayak Bukit di daerah Sampanahan,
daerah di ujung tenggara pulau Kalimantan berseberangan dengan Kotabaru Pulau
Laut Kalimantan Selatan. Orang tua di sana bercerita secara turun temurun
mengenai kisah seorang pemuda bernama Tanghi yang berubah menjadi Balian
Mambur (tabib sakti menurut kepercayaan Kaharingan).
Menurut cerita, ada seorang anak bernama Tanghi yang sejak kecil sudah ditinggal
mati kedua orang tuanya. Hidupnya tidak karuan dan luntang lantung mengharap
belas kasihan orang. Akhirnya di kampung itu ada seorang duda yang merasa
kasihan dengan Tanghi dan mengangkatnya menjadi anak. Tanghi kemudian dewasa
dengan bimbingan dan lindungan oleh orang yang sudah dianggapnya ayah ini. Dia
diajari bertanam, berburu, dan berbagai keahlian hidup lainnya. Tanghi merasa
sangat menyayangi dan menghormati ayah angkatnya ini. Tiba-tiba bencana
kembali mendatangi hidup Tanghi, ayah angkatnya yang sangat disayangi
meninggal dunia. Sebagai remaja tanggung Tanghi sangat terpukul dan tidak tentu
arah memikirkan nasib hidupnya kelak. Setelah ayahnya selesai dikuburkan, Tanghi
tidak mau meninggalkan kuburan ayahnya ini, dia terus menerus menangis dan
meratapi kepergian ayahnya. Selama tiga hari tiga malam Tanghi menjagai kuburan
ayahnya, pada malam ketiga Tanghi merasa kelelahan dan tertidur di dekat kuburan
itu.
Pada saat itulah datang Bumburaya (sejenis hantu pemakan mayat), menurut
kepercayaan lama, Bumburaya ini akan datang setelah orang mati dikuburkan
untuk memakan mayatnya, ini sebabnya ada kepercayaan Kaharingan menunggui
orang mati sampai tiga hari di kuburannya. Selama tiga hari Tanghi menangis
dikuburan ayahnya itu ternyata Bumburaya tidak berani mendekat, setelah Tanghi
tertidur dikira Bumburaya kuburan itu sudah tidak ada lagi yang menjaganya.
Mulailah Bumburaya dengan ganasnya menggali tanah untuk mencari mayat di
dalamnya, Tanghi yang tadi tertidur tiba-tiba terbangun mendengar bunyi kuburan
digali. Tanghi mencari-cari asal suara itu, dilihatnya di dalam kuburan ada makhluk
asing yang hanya pernah didengarnya dari cerita orang tua dulu. Di sekitar kuburan
yang digali tadi terdapat Salipang (tas kecil dari rotan yang digantungkan di bahu),
menurut cerita salipang ini adalah tempat Bumburaya menyimpan ilmu
kesaktiannya. Dengan mengendap-endap Tanghi mendekati salipang yang ditinggal
di atas liang dan segera mengambilnya, Bumburaya terkejut mencium bau manusia
hidup, segera ia bangkit dengan pandangan mengerikan dan mengancam
didekatinya Tanghi yang sedang memegang salipang miliknya. Tetapi Tanghi tidak
merasa gentar, karena dalam kesedihannya ia tidak peduli lagi apakah hidup atau
mati.
Melihat manusia yang ada dihadapannya tidak takut, Bumburaya melunak dan
berusaha membujuk Tanghi untuk mengembalikan salipang miliknya. Rupanya
tanpa salipang miliknya Bumburaya tidak memiliki kekuatan apa-apa kalau ingin

menghadapi manusia.
bulikakan pang salipang ampun diaku bujuk Bumburaya. (kembalikan salipang
milikku)
kada handak, ikam sudah maulah idabul lawan kuburan abah diaku tolak Tanghi
(tidak mau, kamu sudah berlaku jahat terhadap kuburan ayahku)
lamun kada handak mambulikakan jua kubunuh ikam! ancam Bumburaya (kalau
tidak mau mengembalikan akan kubunuh)
bunuh ha, aku ni kadada guna hidup di dunia lagi, kadada wadah mangadu,
kadada rumah wadah banaung, baik aku mati ha daripada marista mananggung
darita tantang Tanghi (bunuhlah, tidak ada gunanya lagi aku hidup di dunia, tidak
ada tempat mengadu dan rumah tempat bernaung, lebih baik mati saja daripada
merana menanggung derita)
ikam masih halus, mun balum masanya mati kada kawa diaku mambunuh ikam
kata Bumburaya (kamu masih kecil, kalau belum waktunya mati, aku tidak bisa
membunuh kamu)
Adegan bujuk membujuk ini berlangsung lama, Tanghi tetap pada pendiriannya
untuk minta bunuh, minta mati kepada Bumburaya. Sedangkan Bumburaya tidak
mau membunuh Tanghi karena menurutnya belum waktunya Tanghi mati. Akhirnya
Tanghi membujuk Bumburaya untuk menghidupkan kembali ayahnya, tetapi
Bumburaya memberi peringatan bahwa tubuh ayahnya sudah sebagian hancur
apabila dihidupkan akan menjadi bentuk yang mengerikan. Tanghi bersedia apapun
bentuk ayahnya asal bisa tetap hidup bersamanya. Maka mulailah Bumburaya
menghidupkan ayah Tanghi, ternyata memang benar saat ayah Tanghi bangkit,
matanya dan sebagian besar tubuh sudah dimakan ulat dan mengerikan. Tanghi
melihat kondisi ayahnya malah ketakutan, ia minta kepada Bumburaya untuk
mengembalikan saja ayahnya dalam kubur. Bumburaya pun kembali mematikan
ayah Tanghi dan mengembalikan mayatnya dalam kubur.
Setelah keinginan Tanghi dipenuhi ternyata Tanghi tetap tidak mau mengembalikan
salipang milik Bumburaya. Tidak kehabisan akal Bumburaya pun membujuk Tanghi
dengan kesaktian miliknya.
apa maksud ikam tanya Tanghi (apa maksudmu)
gasan ikam kubariakan minyak nang ada di dalam salipang itu, minyaknya
bahasiat banar, urang garing wan urang nang sudah mati kawa ikam tambai mun
disapuakan minyak ngini terang Bumburaya (untukmu kuberikan minyak yang ada
di dalam salipang, minyaknya sangat berkhasiat, orang sakit dan orang mati bisa
disembuhkan kalau diusapkan minyak ini)
mun kaya itu, aku hakun kata Tanghi (kalau begitu aku bersedia)
tapi ada sabuting syaratnya, ikam kada bulih jauh-jauh manambai urang, batasnya
kada bulih tapamalam di wadah urang nang ikam datangi itu kata Bumburaya lagi
(tapi ada satu syaratnya, kamu tidak boleh terlalu jauh mengobati orang, batasnya
tidak boleh sampai bermalam di tempat orang yang akan diobati)
kanapa kaya itu? tanya Tanghi (mengapa seperti itu?)
mun ikam kawa sakahandak hati maubati urang nang garing sampai jauh-jauh,
kadada lagi kena urang mati maka kadada lagi mayat gasan aku makan

Bumburaya menerangkan (kalau kamu bisa sekehendak hati mengobati orang


sampai jauh, tidak ada lagi orang yang mati, maka tidak ada mayat untuk aku
makan)
Tanghi pun setuju, dikembalikannya salipang milik Bumburaya, setelah itu segera
Bumburaya memberikan ilmunya serta minyak untuk mengobati orang sakit bahkan
orang yang sudah mati kepada Tanghi. Akhirnya Tanghi menjadi pananambaan
(tabib) yang sanggup mengobati sakit apa saja dan menghidupkan kembali orang
yang mati. Nama Tanghi semakin terkenal, berduyun-duyun orang menemuinya,
bagi yang sakit ringan datang sendiri, yang sakit berat didatangi ke rumah tetapi
Tanghi tetap memegang syarat untuk tidak terlalu jauh menambai (mengobati)
orang. Karena ketenarannya itu ia mendapat gelar Balian Mambur konon cara
Balian ini masih dipakai sampai sekarang.
Dalam kepercayaan Kaharingan, upacara Balian dilakukan dengan cara : mula-mula
keluarga si sakit menyediakan sepotong kayu yang diukir menyerupai manusia, ada
juga berbentuk Naga dan Ular terbuat dari kayu Pulantan yang ringan. Di tengah
balai disediakan tempat berbentuk lingkaran yang bernama langgatan ( tempat
meletakkan peralatan upacara) disini diletakkan patung sebagai lambang dewadewa yang dipuja. Selama melakukan balian, gendang dibunyikan dan gelang
hiyang dihentakan. Gelang Hiyang terbuat dari gangsa dan jumlah yang dipakai
oleh seorang Balian menunjukkan kesaktiannya. Balian tingkat tertinggi memakai 3
gelang hiyang. Langgatan dihiasi pula dengan anyaman pucuk enau, di dalamnya
diletakkan bakul dengan bermacam motif dan bentuk. Motif dan bentuk bakul ini
ada yang dinamakan pipit mandi, mayang merekah, naga maulit (melingkar) dan
sebagainya. Isi bakul merupakan sesajian bagi dewa-dewa berupa beras, lamang,
ayam, dan lain-lain sesuai keinginan Balian. Kerja Balian dalam mengobati ini
disebut batutulung. Dalam upacara batutulung orang yang sakit diletakkan
membujur, dan selama siang malam sang Balian batandik (menari setengah loncat)
di sekeliling orang sampai akhirnya sembuh.
Beberapa tahun kemudian Tanghi sudah tua dan berkeluarga serta semakin
terkenal. Rupanya dengan ketenarannya itu dan niat baik Tanghi membuatnya lupa
untuk tidak mengobati orang jauh-jauh sehingga Bumburaya tidak mempunyai
makanan mayat lagi di sekitar sana dan akhirnya pergi meninggalkan Tanghi.
Akibatnya ada orang yang iri dan mengetahui rahasia perjanjian Tanghi dengan
Bumburaya. Saat Tanghi melakukan pengobatan yang jauh, orang yang iri itu
menculik anak dan istri Tanghi kemudian membunuhnya, supaya Tanghi tidak bisa
lagi menghidupkan dibakarnya mayat mereka berdua dan abunya dibuang ke
sungai.
Saat Tanghi pulang dia tidak menemukan anak dan istrinya, kata orang kampung
mereka berdua sudah dibunuh dan dibakar tanpa ada sisa mayatnya lagi.
Mendengar ini Tanghi pun kehilangan semangat hidup, pikirnya buat apa dia bisa
mengobati orang tetapi keluarga sendiri tidak bisa disembuhkan. Akhirnya Tanghi
bertekad tidak ingin lagi menemui manusia, dia bersumpah bila manusia ingin
bantuannya harus mengadakan upacara balian delapan hari delapan malam tanpa
makan dan tidur terus menerus batandik. Setelah mengucapkan sumpah itu Tanghi

menghilang jasadnya mendewata dan tidak bisa lagi ditemui manusia.


Sejak saat itu di kepercayaan Kaharingan bermunculan Balian-Balian lainnya untuk
melakukan pengobatan tetapi tidak ada yang sehebat Balian Mambur yang sampai
bisa menghidupkan orang mati. Balian yang lain selalu berupaya memanggil Balian
Mambur tetapi tidak ada yang sanggup. Menurut kepercayaan apabila ada orang
Dayak bukit sakit kemudian diobati Balian tetapi tidak berhasil berarti Balian
Mambur tidak sudi datang menolong mereka

Anda mungkin juga menyukai