Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

Natrium hidroksida ( Na OH ), juga dikenal sebagai alkali kaustik soda


dan, adalah kaustik logam dasar . Natrium hidroksida adalah basa yang umum
di laboratorium kimia. Natrium hidroksida ( Na OH ) banyak digunakan di
banyak industri, terutama sebagai kuat kimia dasar dalam pembuatan pulp dan
kertas , tekstil , air minum , sabun dan deterjen. Digunakan juga sebagai agen
penetralisir dalam pemurnian minyak bumi serta pembersihan industri.

SIFAT FISIKA DAN KIMIA


1. Sifat Fisika Natrium Hidroksida
Rumus molekul
Massa molar
Kepadatan
Titik didih
Kelarutan dalam air
Tingkat keasaman (pH)
Penampilan
Densitas

NaOH
39.99711 g/mol
2.13 g/cm3
1388 C, 1661 K, 2530 F
1110 g/L
13
putih solid, hidroskopis
2,1 g/cm, padat

Titik leleh

318C (591 K)

Titik didih

1390C (1663 K)

2. Sifat Kimia Natrium Hidroksida


NaOH berwarna putih atau praktis putih, berbentuk pellet, serpihan atau batang atau bentuk
lain. Sangat basa, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara
akan cepat menyerap karbondioksida dan lembab. mudah larut dalam air dan dalam etanol
tetapi tidak larut dalam eter.
NaOH membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam air, NaOH murni merupakan padatan
berwarna putih. Senyawa ini sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium dan
hidroksida.

Proses dan reaksi kimia


bahan baku proses pembuatan caustic soda adalah garam, air . Proses pembuatan caustic soda
melalui beberapa tahapan proses, pemurnian bahan baku yang meliputi pencampuran,
pengendapan pengotor, penyaringan pengotor, penukaran ion. Tahap selanjutnya adalah
proses utama yang meliputi pengasaman dan elektrolisa. Tahap Finishing meliputi evaporasi
dan pendinginan produk. Produk samping dari pembuatan caustic soda berupa gas Cl yang
diproses lebih lanjut menjadi chlorine cair.
A. Pemurnian Bahan Baku
1. Tangki pencampur (Pencampuran)
Garam (97,7%) dilarutkan bersama air proses dan garam lemah recycle pada suhu 90,6oC ke
dalam tangki pencampur untuk mendapatkan larutan garam konsentrasi 27%(othmer,2000).
Larutan garam jenuh keluar dari tangki pencampur memiliki suhu 67,1oC memasuki tangki
pengendap, suhu operasi yang baik untuk pengendapan adalah diatas 60oC(bahruddin,2003).
2. Tangki pengendap (Pengendapan)
Larutan garam dari tangki pencampur memasuki tangki pengendap untuk diendapkan
pengotornya, diantaranya CaSO4, MgSO4, CaCl2, MgCl2 menggunakan Na2CO3 dan
NaOH dengan reaksi sebagai berikut:
CaSO4 + Na2CO3 CaCO3
+ Na2SO4
MgSO4 + 2NaOH Mg(OH)2 + Na2SO4
CaCl2 + Na2SO4 CaSO4 + 2NaCl
MgCl2 + 2NaOH Mg(OH)2 + 2NaCl
CaCl2 + Na2CO3 CaCO3
+ 2NaCl
Reagen dan pengotor bereaksi membentuk endapan dan dikeluarkan dari dasar tangki.
Pemberian reagen dilakukan dengan kadar berlebih untuk mendapatkan hasil yang optimum.
Pemberian reagen NaOH dilakukan dengan excess 0,01 g NaOH per liter larutan garam,
untuk Na2CO3 0,15 g per liter larutan garam(Elliot,1999). Pada kondisi ini ion Ca2+ yang
bereaksi 88,6% dan ion Mg2+ 67,6% (bahrudin,2003).
Sekitar 60% dari pengotor yang mengendap keluar dari bagian bawah tangki pengendap,
sedangkan larutan lainya keluar dari bagian atas clarifier menuju ke filter
3. Filtrasi (Penyaringan)
Endapan yang masih tersisa seluruhnya di terfilter dalam filter press
4. Pertukaran ion

Selama proses sedimentasi, masih terdapt ion-ion yang masih lolos sehingga diperlukan
perlakuan lebih lanjut dengan melewatkanya pada resin penukar ion. Reaksi penukaran ion
yang terjadi adalah:
Resin kation : R-H + A- R-A + H+
Resin anion : R-OH B+ R-B + OHProses diatas terjadi secara reversible sehingga bila resin sudah jenuh, atau tidak bisa
menangkap atau mengikat ion mineral positif/negative, bisa diregenerasi kembali. Regenerasi
dilakukan dengan mereaksikan kembali resin dengan asam-basa yaitu NaOH dan H2SO4
sehingga ion mineral positif yang sudah terikat di resin akan terlepas lagi. Reaksi regenerasi
sebagai berikut:
2(R-A) + H2SO4 2(R-H) + A2SO4
2R-B + NaOH R-OH + NaB
Proses yang terjadi dalam unit ini adalah kation dan anion yang terlarut dalam air umpan
akan terserap oleh resin secara bersama-sama. Indikasi adanya penyerapan di dalam mixed
bed polisher adalah konduktivitas air yang keluar rendah. Konduktivitas rendah berarti
padatan atau mineral yang terlarut di dalamnya juga rendah.
Proses Utama
1. Penambahan HCl (Pengasaman)
Penambahan HCl dilakukan untuk mengurangi terjadinya pembentukan chlorate pada sel
elektrolisa, larutan masuk anoda diasamkan hingga ph 4.
2. Elektrolisa
Larutan keluar dari resin penukar ion memasuki sebelum memasuki sel elektrolisa
dipanaskan terlebih dahulu hingga suhu 87oC dengan steam. Pada proses elektrolisa
menggunakan anoda dan katoda yang dialiri arus DC(direct current) sebagai sumber energy.
Elektrolisa ini menggunakan nikel sebagai sel katoda dan titanium sebagai sel anoda. Reaksi
utama yang terjadi dalam elektrolisa :
Anoda : 2Cl- Cl2 + 2e
Katoda: 2e + H+ H2
Antara sel anoda dan katoda dibatasi oleh membran, yaitu nafion yang hanya dapan dilalui
oleh ion positif.
Pada anoda feed masuk adalah larutan garam, ion Cl- pada NaCl teroksidasi sehingga
ion Na+ kehilangan pasangan dan bergerak menuju anoda. Pada anoda feed masuk adalah
H2O dan NaOH recycle pada suhu 85oC, ion H+ dari H2O tereduksi sehingga ion OHkehilangan pasangan. Ion Na+ dan OH- ini selanjutnya bertemu dan membentuk NaOH.
Dihasilkan larutan NaOH yang dihasilkan 32%. Hasil samping dari proses elektrolisa ini
berupa gas chlorine (Cl2) dan gas Hydrogen (H2) pada suhu 91oC. Gas Cl2 diproses lebih

lanjut menjadi Cl2 liquid, sedangkan gas H2 diblower ke udara karena jumlahnya relatif
sedikit.
Larutan keluar anoda pada suhu 91oC di recycle kembali menuju tangki pencampur.
Sedangkan larutan keluar katoda suhu 91oC mengandung NaOH 32%, 10% direcycle
kembali sebagai umpan dan sebagian yang lain dip roses lebih lanjut untuk mendapatkan
NaOH 50%.
Pada elektrolisa ini juga terjadi berbagai reaksi samping. Reaksi samping yang terjadi
yaitu pembentukan Chlorate (NaClO3) reaksi pembentukan chlorate :
H2O + Cl2
HClO + HCl
HClO + 3NaOH NaClO3 + 2NaCl + 3H2O
Perpindahan ion yang terjadi dalam elektrolisa juga tidak sempurna, sekitar 5% ion Cl- lolos
menuju katoda (Uhde), dan sekitar 5% ion OH- lolos menuju anoda, membentuk NaOH dan
kemudian membentuk chlorate.
Reaksi samping lain yang terjadi adalah sebagian dari H2O di anoda juga teroksidasi dengan
reaksi:
H2O 2H+ + O2 + 2e
Reaksi ini menghasilkan gas O2 yang akan keluar dari bagian atas anoda, dan ion H+
yang akan menuju ke katoda, kemudian ion H+ bereaksi dengan OH- manjadi H2O (back
mixing).
Finishing
1.

Evaporasi

NaOH 32% yang keluar dari sel elektrolisa memasuki evaporator untuk dipekatkan menjadi
50% NaOH. NaOH di evaporasi menggunakan steam sehingga NaOH 50% keluar memiliki
suhu 144oC. NaOH 50% kemudian didinginkan melalui beberapa tahap pendinginan,
pertama ditukarkan panasnya dengan feed katoda sehingga suhunya menjadi 110,7oC, larutan
ini kemudian didinginkan kembali menggunakan air pendingin hingga suhunya mencapai
45oC dan ditampung ke dalam tangki penampung.
2. Treatment Recycle
Garam lemah dari anoda masih mengandung chlorate di treatment terlebih dahulu dengan
penambahan HCl untuk reaksi destruksi chlorate :
NaClO3 + HCl NaCl + 3Cl2 + 3H2O
Setelah melewati reaktor destruksi chlorate, kandungan Cl2 di stripping menggunakan udara.
Larutan setelah stripping yang mengandung NaCl dan H2O siap direcycle menuju tangki
pencampur

KESIMPULAN
Bahan baku proses pembuatan natrium hidroksida adalah garam, air . Proses pembuatan
natrium hidroksida melalui beberapa tahapan proses, pemurnian bahan baku yang meliputi
pencampuran, pengendapan pengotor, penyaringan pengotor, penukaran ion. Tahap
selanjutnya adalah proses utama yang meliputi pengasaman dan elektrolisa. Tahap Finishing
meliputi evaporasi dan pendinginan produk. Produk samping dari pembuatan caustic soda
berupa gas Cl yang diproses lebih lanjut menjadi chlorine cair.

Daftar Pustaka
1. Wikipedia.co.id
2. MSDS

Anda mungkin juga menyukai