Anda di halaman 1dari 23

TUGAS INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK PAROTITIS

Tugas ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Dari Mata Kuliah Keperawatan Anak
Diampu Oleh:
Lucia Endang Hartati, SKp, MN

Disusun oleh:
MEI AFITASARI
P.17420112043

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Anak
yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Parotitis dengan baik. Pada kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Lucia Endang S.Kp, MN, selaku dosen koordinator mata kuliah Keperawatan
Anak
2. Teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
3. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang baik secara
langsung maupun tidak langsung juga telah membantu dalam penyusunan makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan sampai terselesaikannya makalah ini
jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
demi kemajuan dan perbaikan untuk masa mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Semarang,

Februari 2013

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.............................................................................
B. Rumusan masalah........................................................................
C. Tujuan..........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi.......................................................................................
B. Etiologi.......................................................................................
C. Klasifikasi..................................................................................
D. Patofisiologi...............................................................................
E. Pathway......................................................................................
F. Pemeriksaan Penunjang.............................................................
G. Manifestasi Klinik......................................................................
H. Komplikasi.................................................................................
I. Penatalaksanaan.........................................................................
J. Pencegahan.................................................................................
K. Asuhan Keperawatan.................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................
B. Saran ..
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Parotitis merupakan penyakit infeksi yang pada 30-40 % kasusnya merupakan infeksi
asimptomatik. Infeksi ini disebabkan oleh virus RNA untai tunggal negative sense
berukuran 100-600 nm, dengan panjang 15000 nukleotida termasuk dalam genus
Rubulavirus subfamily Paramyxsovirinae dan family Paramyxoviridae (Sumarmo,2008).
Penyebaran virus terjadi dengan kontak langsung, percikan ludah, bahan mentah
mungkin dengan urin. Sekarang penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa muda
sehingga menimbulkan epidemi secara umum. Pada umumnya parotitis epidemika
dianggap kurang menular jika dibanding dengan morbili atau varicela, karena banyak
infeksi parotitis epidemika cenderung tidak jelas secara klinis (Warta medika,2009).
Dalam perjalanannya parotitis epidemika dapat menimbulkan komplikasi walaupun
jarang terjadi. Komplikasi yang terjadi dapat berupa: Meningoencepalitis, artritis,
pancreatitis, miokarditis, ooporitis, orchitis, mastitis, dan ketulian.
Insidensi parototis epidemika dengan ketulian adalah 1 : 15.000. Meningitis yang
terjadi

berupa

Meningitis

aseptik.

Insidensi

atau

komplikasi

dari

parotitis

Meningoencephalitis sekitar 250/100.000 kasus. Sekitar 10% dari kasus ini penderitanya
berumur

kurang

dari

20

tahun.

Angka

rata-tata

kematian

akibat

parotitis

Meningoencephalitis adalah 2%. Kelainan pada mata akibat komplikasi parotitis dapat
berupa neutitis opticus, dacryoadenitis, uveokeratitis, scleritis dan trombosis vena central
retina. Gangguan pendengaran akibat parotitis epidemika biasanya unilateral, namun
dapat pula bilateral. Gangguan ini seringkali bersifat permanen.
Parotitis yang tidak ditangani dengan tepat dan segera dapat menimbulkan berbagai
komplikasi serius yang akan menambah resiko terjadinya kematian. Maka disebabkan
hal tersebut, melalui makalah ini kami memberikan solusi dapat memberikan
pengetahuan dan tata cara pencegahan dari penyakit parotitis sehingga skala kejadian
penyakit tersebut dapat menurun dan bermanfaat pula bagi perawat yakni mampu
melaksanakan asuhan keperawatan atas pasien dengan Parotitis dengan tepat dan benar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian dari parotitis?
2. Apa etiologi dari parotitis?
3. Apa saja klasifikasi dari parotitis?
4. Apa saja patofisiologi dari parotitis?

5. Apa saja pathway dari parotitis?


6. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk parotitis?
7. Apa manifestasi klinis dari parotitis?
8. Apa saja komplikasi dari parotitis?
9. Apa saja penatalaksanaan dari parotitis?
10. Apa saja pencegahan dari parotitis?
11. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit parotitis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang penyakit parotitis
2. Untuk mengetahui tentang penyebab penyakit parotitis
3. Untuk mengetahui tentang klasifikasi penyakit parotitis
4. Untuk mengetahui tentang patofisiologi dari parotitis
5. Untuk mengetahui tentang pathway dari parotitis
6. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan penunjang dari parotitis
7. Untuk mengetahui tentang manifestasi klinis dari parotitis
8. Untuk mengetahui tentang komplikasi penyakit parotitis
9. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan yang harus dilakukan untuk mengetahui
penyakit Parotitis
10. Untuk mengetahui pencegahan penyakit Parotitis
11. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit parotitis

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit menular dimana
sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar
parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher
bagian atas atau pipi bagian bawah. Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan
dapat timbul secara endemik atau epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang anakanak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus). (Warta Medika,2009)
Parotitis atau Mumps atau Penyakit Gondongan adalah penyakit karena infeksi virus

Paramyxovirus RNA yang menyerang beberapa lokasi diantaranya kelenjar ludah


(parotis) di bawah lidah, kelenjar ludah di bawah rahang dan dibawah telinga.
Gondongan sangat mudah menular melalui percikan air ludah pembawa virus, melalui
kontak langsung, bahan muntah, mungkin dengan urin.
Parotitis epidemika adalah penyakit virus menyeluruh, akut, yang kelenjar ludahnya
membesar dan nyeri, terutama kelenjar parotis dan merupakan tanda-yanda yang biasa
terjadi. (Rusepno,2005:1074)

B. Etiologi
Penyakit Gondong (Mumps atau Parotitis) penyebaran virus dapat ditularkan melalui
kontak langsung, percikan ludah, bahan muntah, mungkin dengan urin. Virus dapat
ditemukan dalam urin dari hari pertama sampai hari keempat belas setelah terjadi
pembesaran kelenjar.
Virus ini adalah anggota kelompok paramiksovirus, yang juga mencakup
parainfluenza, campak, dan virus penyakit Newcastle. Hanya diketahui ada satu serotype.
Baikan manusia atau sel ginjal kera terutama digunakan untuk isolasi virus. Pengaruh
sitopatik kadang-kadang ditemukan, tetapi hemadsorpsi merupakan indikator infeksi
yang paling sensitif. Virus telah diabsorpsi dari ludah, cairan cerebrospinal, darah, urin,
otak, dan jaringsn terinfeksi lain.
Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90-300 m... virus ini mempunyai dua
komponen yang sanggup memfiksasi , yaitu :antigen s atau yang dapat larut (soluble)

yang berasal dari nukleokapsid dan antigen V yang berasal dari hemaglutinin permukaan.
virus ini aktif pada lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat bertahan selama 4
hari pada suhu ruangan. paramyxovirus dapat hancur pada suhu <4 oC , oleh formalin,
eter, dan juga pemeparan sinar ultraviolet selama 30 detik.
Penyakit gondongan sangat jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 2
tahun, hal tersebut karena umumnya mereka masih memiliki atau dilindungi oleh anti
bodi yang baik. Seseorang yang pernah menderita penyakit gondongan, maka dia akan
memiliki kekebalan seumur hidupnya.
C. Klasifikasi
1. Parotitis Kambuhan
Anak-anak mudah terkena parotitis kambuhan yang timbul pada usia antara 1 bulan
hingga akhir masa kanak-kanak.Kambuhan berarti sebelumnya anak telah terinfeksi
virus kemudian kambuh lagi.
2. Parotitis Akut
Parotitis akut ditandai dengan rasa sakit yang mendadak, kemerahan dan
pembengkakan pada daerah parotis. Dapat timbul sebagai akibat pasca-bedah yang
dilakukan pada penderita terbelakang mental dan penderita usia lanjut, khususnya
apabila penggunaan anestesi umum lama dan adanya gangguan dehidrasi.

D. Patofisiologi
Masa inkubasi 15 - 21 hari kemudian virus berreplikasi di dalam traktus respiratirius
atas dan nodus limfatikus servikalis, dari sini virus menyebar melalui aliran darah ke
organ-organ lain termasuk selaput otak, gonad, pankreas, payudara, thyroidea, jantung,
hati, ginjal dan saraf otak.
Setelah virus masuk dan mulai melakukan pembelahan pada saluran pernapasan, virus
dibawa oleh darah ke banyak jaringan, diantaranya di kelenjar ludah dan kelenjar lain
yang paling rentan. Pada kelenjar parotis terutama pada saluran ludah terdapat kelainan
berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran. Bila testis terkena
infeksi maka terdapat perdarahan kecil dan nekrosis sel epitel tubuli semineferus. Pada
pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.

Virus telah diisolasi dari ludah selama 6 hari sebelum dan sampai 9 hari sesudah
munculnya pembengkakan kelenjar ludah. penularan agaknya tidak terjadi lebih lama
daripada 24 jam sebelum munculnya pembengkakan atau lebih lambat dari 3 hari
sesudah menyembuh. Virus telah diisolasi dari urin dari hari pertama sampai ke 14
sesudah mulainya pembengkakan kelenjar ludah.
Imunitas seumur hidup biasanya nenyertai infeksi klinis atau subklinis, walaupun
infeksi kedua telah terdokumentasi. Antibody transplasenta agaknya efektif dalam
memproteksi bayi selama 6-8 bulan pertama. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang
menderita parotitis dalam minggu sebelum persalinan mungkin menderita parotitis yang
tampak secara klinis pada saat lahir atau mengalami sakit pada masa neonatus. Kisaran
keparahan dari parotitis ringan sampai pangkreatitis berat. Uji neutralisasi serum adalah
metode yang paling dapat dipercaya untuk penentuan imunitas tetapi tidak praktis dan
mahal. Uji antibody pemfiksasi komplemen tersedia. Adanya antibody V saja memberi
kesan infeksi parotitis sebelumnya.

E. Pathway
Lampiran 1

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah rutin
Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia ringan
yakni kadar leukosit dalam satu liter darah menurun. Normalnya leukosit dalam darah
adalah 4 x 109 /L darah .dengan limfositosis relatif, namun komplikasi sering
menimbulkan leukositosis polimorfonuklear tingkat sedang.
2. Amilase serum
Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan pembengkakan
parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang lebih 2 minggu. Kadar amylase
normal dalam darah adalah 0-137 U/L darah.

3. Pemeriksaan serologis
Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukan adanya
infeksi virus (Nelson, 2000), yaitu :
a. Hemaglutination inhibition (HI) test
Uji ini menerlukan dua spesimen serum, satu serum dengan onset cepat dan
serum yang satunya di ambil pada hari ketiga. Jika perbedaan titer spesimen 4 kali
selama infeksi akut, maka kemungkinannya parotitis.
b. Neutralization (NT) test
Dengan cara mencampur serum penderita dengan medium untuk biakan
fibroblas embrio anak ayam dan kemudian diuji apakah terjadi hemadsorpsi.
Pengenceran serum yang mencegah terjadinya hemadsorpsi dinyatakan oleh titer
antibodi parotitis epidemika. Uji netralisasi asam serum adalah metode yang
paling dapat dipercaya untuk menemukan imunitas tetapi tidak praktis dan tidak
mahal.
c. Complement Fixation (CF) test
Tes fiksasi komplement dapat digunakan untuk menentukan jumlah respon
antibodi terhadap komponen antigen S dan V bagi diagnosa infeksi parotitis
epidemika akut. Antibodi terhadap antigen V mencapai titer puncak dalam 1 bulan
dan menetap selama 6 bulan berikutnya dan kemudian menurun secara lambat 2
tahun sampai suatu jumlah yang rendah dan tetap ada. Peningkatan 4 kali lipat
dalam titer dengan analisis standar apapun menunjukan infeksi yang baru terjadi.
Antibodi terhadap antigen S timbul cepat, sering mencapai maksimum dalam satu
minggu setelah timbul gejala, hilang dalam 6 sampai 12 minggu.
4. Pemeriksaan Virologi
Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi virus dilakukan
dengan biakan virus yang terdapat dalam saliva, urin, likuor serebrospinal atau darah.

Biakan dinyatakan positif jika terdapat hemardsorpsi dalam biakan yang diberi cairan
fosfat-NaCl dan tidak ada pada biakan yang diberi serum hiperimun.

G. Manifestasi Klinis
Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami keluhan,
bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical).
Namun demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu
dapat menjadi sumber penularan penyakit tersebut. Masa inkubasi bekisar dari 14-24
hari, dengan puncak pada 17-18 hari. Pada anak, manifestasi prodromal jarang tetapi
mungkin nampak bersama dengan demam, nyeri otot (terutama pada leher), nyeri kepala,
dan malaise itu terjadi pada 1-2 hari. Mulainya biasa ditandai dengan nyeri dan
pembengkakan pada satu atau kedu kelenjar parotis. Pembengkakan parotis khas, mulamula mengisi rongga antara tepi posterior mandibula dan mastoid dan kemudian meluas
dalam deretan yang melengkung ke bawah dan kedepan, diatas dibatasi oleh zigoma.
Edema kulit dan jaringan lunak meluas lebih lanjut dan mengaburkan batas
pembengkakan kelenjar, sehingga pembengkakan lebih mudah disadari dengan
pandangan daripada palpasi. Pembengkakan dapat maju secara cepatnya, mencapai
maksimum dalam beberapa jam. Walaupun biasanya berpuncak pada 1-3 hari.
Pembengkakan jaringan mendorong lobus telinga keatas dan ke luar dan sudut
mandibula tidak lagi terlihat. Pembengkakan perlahan-lahan menghilang dalam 3-7 hari
tetapi kadang-kadang berakhir lebih lama. Satu kelenjar parotis biasanya membengkak
sehari atau dua hari sebelum yang lain, tetapi lazim pembengkakan pada satu kelenjar.
Daerah pembengkakan lunak dan nyeri, nyeri diperoleh terutama oleh cairan ras asam
seperti jus lemon atau cuka. Kemerahan dan pembengkakan sekitar lubang saluran
stensen adalah biasa. Edema faring dan pallatum molle homolateral menyertai
pembengkakan perotis dan memindah tonsil ke medial. Edema diatas manubrium dan
dinding dada sebelah atas mungkin dapat terjadi karena penyumbatan limfatik.
Pembengkakan parotis biasanya disertai dengan demam sedang, suhu normal lazim
(20%), tetapi suhu 400 C (1040F) atau lebih jarang.
Walaupun hanya kelenjar parotis yang terkena pada sebagian besar penderita,
pembengkakan kelenjar submandibuler sering terjadi dan biasanya menyertai atau dekat

pasca pembengkakan kelenjar parotis. Pada 10-15% penderita hanya kelenjar-kelenjar


submandibuler yang membengkak. Sedikit nyeri disertai dengan infeksi submandibula,
tetapi pembengkakan mengurang lebih lambat daripada pembengkakan parotis.
Kemerahan dan pembengkakan pada lubang saluran wharton sering kali menyertai
pembengkakan kelenjar.
Kelenjar sublingual paling kurang sering terinfeksi, biasanya secara bilateral,
pembengkakan jelas pada daerah submental dan pada dasar mulut.

H. Komplikasi
Komplikasinya meliputi septicemia, osteomielitis mandibular, ekstensi fasial,
obstruksi jalan napas, mediastinitis, thrombosis vena jugulris interna, dan disfungsi
nervus fasialis. Gondongan telah dilaporkan menyebabkan meningoensefalitis,
pankretitis, orkitis, miokarditis, perikarditis, arthritis, dan nefritis.
Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa penyulit, tetapi
kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu. Keadaan seperti ini dapat
menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat menyerang organ selain kelenjar liur. Hal
tersebut mungkin terjadi terutama jika infeksi terjadi setelah masa pubertas.
Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau pengobatan yang
kurang dini menurut Nelson (2000) :
1. Meningoensepalitis
Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan, yang kemudian
disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang tinggi (hiperpireksia).
Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada anak-anak.
2. Ketulian
Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun insidensinya rendah
(1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral, kehilangan
pendengaran mungkin sementara atau permanen.

3. Orkitis
Peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis yang terkena
mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen Sehingga
kemandulan dapat terjadi pada masa setelah puber dengan gejala demam tinggi
mendadak, menggigil mual, nyeri perut bagian bawah, gejala sistemik, dan sakit pada
testis. Testis paling sering terinfeksi dengan atau tanpa epidedimitis. Bila testis
terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil. Orkitis biasanya menyertai parotitis
dalam 8 hari setelah parotitis. Keadaan ini dapat berlangsung dalam 3 14 hari.
Testis yang terkena menjadi nyeri dan bengkak dan kulit sekitarnya bengkak dan
merah. Rata-rata lamanya 4 hari. Sekitar 30-40% testis yang terkena menjadi atrofi.
Gangguan fertilitas diperkirakan sekitar 13%. Tetapi infertilitas absolut jarang terjadi.

4. Ensefalitis atau Meningitis


Peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku kuduk,
mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita mengalami meningitis dan
kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara 400-6.000 penderita yang mengalami
ensefalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf yang permanen, seperti
ketulian atau kelumpuhan otot wajah.
5. Oforitis
Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada penderita wanita
pasca pubertas
6. Pankreatitis
Peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita merasakan
mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang dalam waktu 1
minggu dan penderita akan sembuh total. Nyeri perut sering ringan sampai sedang
muncul tiba-tiba pada parotitis. Biasanya gejala nyeri epigastrik disertai dengan

pusing, mual, muntah, demam tinggi, menggigil, lesu, merupakan tanda adanya
pankreatitis akibat mumps.
7. Nefritis
Kadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap penderita dan viruria
terdeteksi pada 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak-anak belum diketahui.
Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari sesudah parotitis. Nefritis ringan dapat
terjadi namun jarang. Dapat sembuh sempurna tanpa meninggalkan kelainan pada
ginjal.
8. Tiroiditis
Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus dapat terjadi pada
umur sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan perkembangan selanjutnya
antibodi antitiroid pada penderita.

9. Miokarditis
Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi infeksi ringan
miokardium mungkin lebih sering daripada yang diketahui. Miokarditis ringan dapat
terjadi dan muncul 510hari pada parotitis. Gambaran elektrokardiografi dari
miokarditis seperti depresi segmen S-T, flattening atau inversi gelombang T. Dapat
disetai dengan takikardi, pembesaran jantung dan bising sistolik.
10. Artritis
Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai dengan pembengkakan
dan kemerahan sendi biasanya penyembuhannya sempurna. Manifestasi lain yang
jarang tapi menarik pada parotitis adalah poliarteritis yang sering kali berpindahpindah. Gejala sendi mulai 1-2minggu setelah berkurangnya parotitis. Biasanya yang
terkena adalah sendi besar khususnya paha atau lutut. Penyakit ini berakhir 1-12
minggu dan sembuh sempurna.
11. Kelainan pada mata

Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri, biasanya


bilateral, dari kelenjar lakrimalis; neuritis optik (papillitis) dengan gejala-gejala
bervariasi dari kehilangan penglihatan sampai kekaburan ringan dengan penyembuhan
dalam 1020 hari; uveokeratitis, biasanya unilateral dengan fotofobia, keluar air mata,
kehilangan penglihatan cepat dan penyembuhan dalam 20 hari; skleritis, tenonitis,
dengan akibat eksoftalmus; trombosis vena sentral.

I. Penatalaksanaan
Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh/hilang sendiri) yang
berlangsung kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi spesifik bagi infeksi virus
Mumps oleh karena itu pengobatan parotitis seluruhnya simptomatis dan suportif.
Pasien dengan parotitis harus ditangani dengan kompres hangat, sialagog seperti
tetesan lemon, dan pijatan parotis eksterna. Cairan intravena mungkin diperlukan untuk
mencegah dehidrasi karena terbatasnya asupan oral. Jika respons suboptimal atau pasien
sakit dan mengalami dehidrasi, maka antibiotik intravena mungkin lebih sesuai.
Berikut tata laksana yang sesuai dengan kasus yang diderita:
1. Penderita rawat jalan
Penderita baru dapat dirawat jalan bila tidak ada komplikasi (keadaan umum cukup
baik).
a. Istirahat yang cukup, di berikan kompres
b. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup
c. Kompres panas dingin bergantian
d. Medikamentosa
Analgetik-antipiretik bila perlu

metampiron : anak > 6 bulan 250 500 mg/hari maksimum 2 g/hari

parasetamol : 7,5 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis

hindari pemberian aspirin pada anak karena pemberian aspirin berisiko


menimbulkan Sindrom Reye yaitu sebuah penyakit langka namun mematikan.
Obat-obatan anak yang terdapat di apotik belum tentu bebas dari aspirin.
Aspirin seringkali disebut juga sebagai salicylate atau acetylsalicylic acid.

2. Penderita rawat inap


Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala hebat, gejala
saraf perlu rawat inap diruang isolasi
a. Diet lunak, cair dan TKTP
b. Analgetik-antipiretik
c. Berikan kortikosteroid untuk mencegah komplikasi

3. Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi


a. Encephalitis
simptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi berguna untuk mengurangi
sakit kepala.
b. Orkhitis
1) istrahat yang cukup
2) pemberian analgetik
3) sistemik kortikosteroid (hidrokortison, 10mg /kg/24 jam, peroral, selama 2-4
hari
c. Pankreatitis dan ooporitis
Simptomatik saja

J. Pencegahan
Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi pasif dan
imunisasi aktif.
1. Pasif
Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau mengurangi
komplikasi.
2. Aktif
Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika yang
hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme) atau diberikan
subkutan pada anak berumur 15 bulan (Ngastiyah, 2007). Vaksin ini tidak
menyebabkan panas atau reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan tidak
menular. Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama vaksin
campak dan rubella (MMR yakni vaksin Mumps, Morbili, Rubella). Pemberian
vaksinasi dengan virus mumps, sangat efektif dalam menimbulkan peningkatan
bermakna dalam antibodi mumps pada individu yang seronegatif sebelum vaksinasi
dan telah memberikan proteksi 15 sampai 95 %. Proteksi yang baik sekurangkurangnya selama 12 tahun dan tidak mengganggu vaksin terhadap morbili, rubella,
dan poliomielitis atau vaksinasi variola yang diberikan serentak.
Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal; Individu
dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen vaksin; demam akut; selama
kehamilan; leukimia dan keganasan; limfoma; sedang diberi obat-obat imunosupresif,
alkilasi dan anti metabolit; sedang mendapat radiasi.
Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila diberikan setelah
pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan vaksin Mumps dalam
situasi ini

K. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara anamnesa dan pemeriksaan fisik pada
penderita, dilakukan untuk dapat menentukan diagnosa dan intervensi pada klien.
Pengkajian dilakukan dengan menanyakan identitas klien(nama, alamat, TTL, umur),
keluhan yang dirasakan, riwayat penyakit dahulu, keluarga, keadaan lingkungan
tempat tinggal, riwayat kehamilan ibu dan kelahiran, imunisasi, riwayat cedera dan
alergi. Apakah pernah terpapar dengan penderita parotitis sebelumnya, kemudian
dengan tanda-tanda fisik dan juga yang dirasakan klien diantaranya demam, sakit
kepala, muntah, tidak nafsu makan, nyeri otot dan sakit saat menelan. kadang dengan
keluhan pembengkakan pada bagian pipi yang terasa nyeri baik spontan maupun
dengan perabaan, terlebih apabila penderita makan atau minum sesuatu yang asam.
Panas ringan sampai tinggi (38,5-39,5), daerah nyeri pada porotis satu atau
dikedua belah dengan disertai pembesaran, keluhan nyeri otot terutama leher, sakit
kepala, muntah, anoreksia dan rasa malas. kontak dengan penderita kurang lebih 2-3
minggu sebelumnya (masa inkubasi 14-24 hari), pada pemeriksaan fisik keadaan
umum anak bervariasi dari tampak aktif sampai sakit berat. pembengkakan parotis
(daerah zygoma, belakang mandibula didepan mastoid). Dan juga diperkuat dengan
pemeriksaan laboratorium sebagai pemeriksaan penunjang.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada kelenjar parotis
b. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan sukar dan
nyeri saat menelan.
c. Gangguan Konsep Diri : citra diri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar
parotis.

3. Intervensi
1. Diagnosa dan intervensi keperawatan

Dari pengkajian dapat diambil diagnosa yaitu :


a.

Nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada kelenjar parotis


Hasil yang diharapkan : nyeri berkurang dan hilang , klien dapat melakukan
aktivitasnya seperti sebelumnya.

Intervensi :

Kaji karakteristik nyeri (lokasi, lamanya, skala, penyebab, hal


yang mengurangi dan menambah rasa nyeri)

Mengajarkan

tehnik

relaksasi

(napas

dalam),

distraksi

(pengalihan perhatian) untuk mengurangi rasa nyeri dengan bekerja sama


bersama keluarga terutama ibu.

Anjurkan pada keluarga klien untuk memberikan kompres hangat


atau dingin untuk mengursngi bengksk dan nyeri.

Beritahukan agar anak tidak main atau beraktivitas dahulu,


sebelum bengkaknya hilang.

Ukur tanda-tanda vital

Beritahukan pada klien pengenai penyebab nyeri yang timbul.

Beritahukan pada pasien dan keluarga untuk sementara


menghindari makanan yang berasa asam( karena makanan berasa asam akan
menambah rasa nyeri)

Berikan obat analgesik-antipiretik (Asetaminofen : Nyeri ringan


sedang, demam, per oral, ANAK 3 bulan 1 tahun 60-125 mg, 1-5 tahun 120250 mg, 6-12 tahun 250-500 mg, dosis ini dapat diulang tiap 4-6 jam jika perlu
(maksimal 4 dosis dalam 24 jam) untuk mengurangi rasa nyeri sesuai dengan
dosis. metampiron anak >6 bln 250-500 mg/hari maksimum 2 g/ hari.
Parasetamol 7,5-10 mg/hari/kgBB dibagi dalam 3 dosis)
b.

Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


sukar dan nyeri saat menelan.
Hasil yang diharapkan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan baik.

Intervensi :

Kaji penyebab klien tidak nafsu makan.

Anjurkan keluarga klien untuk memberikan makan dalam porsi sedikit dan
sering dengan makanan lunak atau cair.

Anjurkan keluarga klien untuk memberikan makanan selingan, tapi


hindarkan makanan yang berasa asam agar tidak bertambah rasa nyerinya.

Berikan motivasi dengan bekerjasama bersama keluarga agar anak mau


makan walaupun sakit dan susah untuk menelan.

Apabila sudah mengalami kekurangan nutrisi dapat melakukan kolaborasi


dengan pemberian cairan infus.
c.

Gangguan Konsep Diri : citra diri berhubungan dengan pembengkakan


kelenjar parotis.
Hasil yang diharapkan : anak memiliki rasa percaya diri yang baik, anak tidak

merasa malu dengan orang lain.


Intervensi :
Berikan pengertian pada klien dengan bekerja sama dengan keluarga bila

sakitnya ini untuk sementara saja.


Berikan pengertian bahwa penyakitnya ini bisa sembuh seperti semula.
Kerja sama dengan keluarga klien untuk selalu berada disampingnya dan

memberikan dukungan pada klien.


Lakukan pengalihan perhatian pada klien agar sedikit lupa pada penyakitnya
walaupun tidak bisa terus-menerus.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembengkakan akut pada kelenjar saliva dapat berupa parotitis dan sialadenitis.
Penyakit parotitis yang lebih awam disebut gondongan (mumps) merupakan suatu
penyakit menular dimana seseorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang
menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga
menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah. Gejala yang
ditimbulkan berupa pembengkakan, rasa sakit, kemerahan, dan kelembutan pada saluran
kelenjar ludah, namun juga terjadi kelainan berupa pelebaran dan penyumbatan saluran.
Gangguan parotitis cenderung menyerang anak-anak dibawah usia 15 tahun (sekitar
85% kasus). Dahulu keadaan ini sering terlihat pada pasien yang mendapat perawatan

dari operasi abdomen, tetapi sekarang khasus ini telah jarang terlihat, hanya kadangkadang terlihat pada parotitis kronis rekuren, tetapi tidak sesering yang diperkirakan.

B. Saran
Banyak komplikasi yang ditimbulkan oleh peradangan kelenjar saliva ini sehingga
harus sedini mungkin penanganan diawali dengan berbagai tes laboratorium, disusul
pada pemberian antibiotik, penambahan volume cairan dalam tubuh, hingga akhirnya
diadakan operasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 2007. Perawatan Pada Anak. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC
Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit buku
Kedokteran EGC
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3.Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran: EGC

Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2 Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapicus Penerbit FK UI
Soemarmo.2008.Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi 2.Jakarta:Penerbit IDAI

Pathway
Lampiran 1
Virus
(paramyxovirus)
masuk dan
membelah

Saluran
pernapasan

Aliran darah dan masuk


ke jaringan

Kelenjar
kelamin (testis)

Kelenjar ludah
(parotis)

Pembengkakan sel
epitel

Adanya penekanan
dari daerah sekitar

Nyeri

Gangguan rasa
nyeri

Gangguan
konsep diri :
citra diri

Beri makanan
lunak/saring
yang mudah

Menyebar pada
daerah sekitar

Sukar dan nyeri


saat menelan

Resiko perubahan
nutrisi kurang dari
kebutuhan

Anda mungkin juga menyukai