Anda di halaman 1dari 41

TELINGA

Anatomi

Secara anatomi dari fungsi telinga dibagi atas:


- Telinga luar
- Telinga tengah
- Telinga dalam
a. Telinga luar

Ialah bagian telinga yang terdapat sebelah luar membran


timpani.
Terdiri dari:
* Daun telinga (aurikel)
* Meatus acusikus eksterna liang telinga luar
* Membrana timpani
Daun telinga merupakan suatu lempengan tulang rawan yang
berlekuk-lekuk ditutupi oleh kulit dan dipertahankan pada
tempatnya oleh otot dan ligamentum. Liang telinga luar 2/3 bagian
dalam dibentuk oleh tulang. Kulit yang melapisi tulang rawan liang
telinga luar sangat longgar dan mengandung banyak folikel
rambut, kelenjar serumen dan kelenjar sebasea. Gendang telinga
dan kulit liang telinga bagian dalam mempunyai sifat
membersihkan sendiri yang disebabkan oleh migrasi lapisan
keratin epithelium dari membran timpani keluar, kebagian tulang
rawan.
Membran timpani terdiri 3 lapisan, yaitu:
o Lapisan squamosa
o Lapisan mukosa

o Lapisan fibrosa terdiri serat melingkar dan serat radial

Bagian membran timpani sebelah atas disebut pars flacida


(membran shrapnel) bagian yang lebih besar disebelah bawah
disebut pars tensa membran timpani.
b. Telinga rengah

Terdiri dari:
o Membran timpani
o Cavum timpani
o Tulang-tulang pendengaran
o Tuba eustachius
o Sel-sel mastoid

Cavum timpani terbagi atas:


- Epitimpani
- Mesotimpani
- Hypotimpani
Tulang-tulang pendengaran terbagi atas:
- Maleus (palu) - Stapes (sanggurdi)
- Incus (landasan)
Tuba eustachius:
2/3 bagian terdiri dari tulang rawan kearah nasofaring dan 1/3
terdiri dari tulang. Pada anak-anak tuba lebih pendek, lebih lebar
dan lebih horizontal dari tuba orang dewasa.
c. Telinga dalam terdiri dari:
Koklea (rumah siput)

3 buah kanalis semi sirkuler:

- Anterior
- Posterior
- Lateral
Fisiologi Pendengaran

Seseorang dapat mendengar melalui getaran yang dialirkan


melalui udara atau tulang langsung ke koklea. Aliran suara melalui
udara lebih baik dibandingkan dengan aliran suara melalui tulang.
Getaran suara ditangkap oleh daun Telinga yang dialirkan ke liang
telinga dan mengenai membran timpani sehingga membran timpani
bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang
berhubungan satu sama lain.
Gangguan Fisiologi Telinga:

I. Tuli dibagi atas tuli konduktif, tuli syaraf (sensori neural deafness),
serta tuli campur (mixed deafness).
II. Gangguan telinga luar dan telinga tengah dapat menyebabkan tuli
konduktif, sedangkan gangguan telinga dalam menyebabkan tuli
syaraf, mungkin tuli koklea dan tuli retrokoklea.
Tuli konduktif

Penyebab Telinga luar:


v Atresia liang telinga (atresia = keadaan tidak adanya atau tertutupnya

lubang badan normal atau organ tertutup secara congenital).


v Serumen obturan.
v Otitis eksterna cryrcumsripta.
v Osteoma liang talinga.

Penyebab Telinga tengah:


v Tuba katar

v Sumbatan tuba eustachius


v Otitis media
v Otosklerosis
v Timpani skelerosis
v Hemotimpani
v Dislokasi tulang pendengaran
Tuli sensori neural (perseptif)

Dibagi menjadi tuli sensori neural coklea atau retrokoklea.


Penyebabnya:
Tuli sensori neural coclea
- Aplasia (kongenital)
- Labirintitis oleh bakteri/virus
- Intoksikasi obat streptomisin, kanamisin, garamisin, neomisin,
kina, asetosal atau alkohol.
- Trauma kapitis
- Trauma akustik
- Pemaparan bising
- Presbicusis
Tuli sensori neural retrokoklea
- Neuroma akustik
- Tumor sudut pons serebellum
- Cidera otak
- Perdarahan otak

Presbikusis ialah penurunan kemampuan mendengar pada usia lanjut.


Pemeriksaan pendengaran dilakukan dengan:
1. Garpu tala (512, 1024 ds 20448 Hz)
2. Tes bisik
3. Audiometer nada murni.
- Secara fisiologis telinga dapat mendengar nada murni antara 20
18.000 Hz.
- Pendengaran sehari-hari efektif antara 500 2000 Hz.
Pemeriksaan pendengaran dilakukan secara kualitatif dengan
menggunakan garpu tala dan kuantitatif dengan menggunakan
audiometer.
Tes Penala

* Merupakan tes kualitatif terdiri dari:


1. Tes Rhinne:
Tes ini membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran
tulang pada Telinga yang diperiksa
2. Tes Weber:
Tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang telinga
kiri dan telinga kanan.
3. Tes Schwabach:
Tes membandingkan antara hantaran tulang orang yang diperiksa
dengan pemeriksa.
Tes Bisik

Pemeriksaan ini bersifat semi kuantitatif, menentukan derajat ketulian


secara kasar.
Kelaninan pada Telinga

1. Telinga luar

a. Kongenital:
- Atresia liang telinga dan mikrotia
- Fistula prearikuler
- Lop ear (bats ear)
b. Kelinan daun telinga:
- Hematoma
- Perikondritis (cauliflower ear)
- Pseudokista
c. Kelainan liang telinga:
- Cerumen obturans/keratosis obturans
- Benda asing: - hidup: serangga (terapi minyak kelapa).
- mati: Kacang-kacangan, karet, padi dll.
- Otitis eksterna:
Penyebab: Jamur, alergi, virus
- Trauma ringan
- Berenang
Otitis eksterna akut terbagi atas:
a. Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel bisul).
b. Otitis eksterna difusa
c. Otomikosis
Infeksi kronik liang telinga:

* Keratosis abturans
* Kolesteatoma eksterna
* Otits eksterna maligna: Terjadi pada orang tua dan penderita DM.
2. Kelainan telinga tengah

a. Gangguan fungsi tuba eustachius


Tuba eustachius adalah saluran yang menghubungkan
rongga telinga tengah dengan nasofaring.
Fungsi tuba adalah:
- Untuk ventilasi
- Drainase secret
- Menghalangi masuknya secret dari NF (nasofaring) ketelinga tengah.
Ventilasi berguna untuk menjaga agar tekanan udara dalam
telinga tengah selalu sama dengan tekanan udara luar.
Gangguan fungsi tuba dapat terjadi pada beberapa hal seperti:
o Tuba terbuka abnormal, pada penyakit-penyakit kronik seperti

rhinitis antropi dan faringitis.


o Myoklonus palatal
o Palatokisis
o Obstruksi tuba

b. Barotrauma (Aerotitis)
Adalah keadaan dimana terjadi perubahan tekanan yang tiba-tiba
diluar telinga tengah sewaktu di pesawat terbang atau
menyelam, yang menyebabkan tuba gagal untuk membuka.
c. Otitis media

Ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa tengah, tuba


eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
Otitis media akut
(OMA)
Otitis media

supuratif

Otitis media supuratif


kronik (OMSK)
Otitis media

Otitis media serosa akut

(Barotrauma)

Otitis media

non supuratif
(Otitis media serosa) Otitismedia serosa kronik
(blue ear)
1. Otitis media akut (OMA)
Otitis media akut terjadi karena factor pertahanan tubuh

terganggu.
Sumbatan tuba eustachius merupakan factor penyebab pertama

dari otitis media.


Infeksi saluran napas atau juga factor pencetus terjadinya OMA.
Pada bayi terjadi OMA dipermudah oleh tuba eustachius lebih

pendek, lebar dan agak horizontal letaknya.


Gejala klinik OMA
o Keluhan utama:

a. Pada bayi: - Demam tinggi (39,50c)


- Anak gelisah
- Sukar tidur (tiba-tiba menjerit waktu tidur)
- Diare
- Kejang-kejang

b. Pada anak-anak: - Nyeri didalam telinga


- Demam
- Riwayat batuk pilek sebelumnya
c. Pada orang dewasa: Gangguan pendengaran (rasa penuh)
Terapi:
AB
Analgetik
Antipiretik
Decongestan

Komplikasi:
OMSK
Meningitis
Abses subperiostal
2. Otitis media supuratif kronik (OMSK)

Infeksi kronis ditelinga dengan perforasi membran timpani dan


secret yang keluar dan telinga tengah terus menerus atau hilang
timbul.
Beberapa factor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah:
Terapi yang terlambat diberikan
Terapi yang tidak adekuat
Virulensi kuman tinggi
Daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang)
Higiene kurang

Letak perforasi:
Penting untuk menentukan jenis OMSK
Perforasi MT dapat ditemukan ditemukan:

- Daerah sentral disebut perforasi sentral (pars tensa)


- Daerah marginl disebut perforasi marginal (didaerah tepi)
- Daerah atik disebut perforasi atik (fars flacida)
Jenis OMSK:
Dibagi atas 2 jenis, yaitu:
a. OMSK tipe benigne = tipe mukosa = tipe aman.
b. OMSK tipe maligna = tipe tulang = tipe berbahaya.
Terapi:
* Memerlukan waktu yang lama.
* Serta harus berulang-ulang, untuk secret yang keluar tidak cepat
kering atau selalu kambuh kembali.
Keadaan ini disebabkan beberapa hal:
a. Adanya perforasi membran timpani yang permanen, sehingga
telinga tengah berhubungan dengan dunia luar.
b. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung dan sinus
paranasal.
c. Sudah terbentuk jaringan patologik yang irreversible dalam
rongga mastoid.
d. Gizi dan Higiene kurang
Prinsip terapi OMSK tipe benigna
- Konservatif atau dengan medika mentosa.

Prinsip terapi OMSK tipe maligna


- Pembedahan yaitu mastoidektomi.
OMSK Benigna
1. Perforasi

Sentral

OMSK Maligna
- Marginal

2. Sekret

- Banyak

- Asik

3. Proses radang

- - Profus

- Sedikit

4. Kolesteatoma

Mukosa

- Foetor

5. Komplikasi

Tidak ada

- Mukosa

Jarang

- Tulang
Ada
Berbahaya dan fatal

HIDUNG
Anatomi

Untuk mengetahui penyakit dan kelainan hidung perlu


mengetahui tentang anatomi hidung. Hidung terdiri dari:
Hidung bagian luar
Rongga hidung
Hidung bagian luar

- Berbentuk pyramid
- Dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan.
Rongga hidung (cavum nasi)
Berbentuk terowongan dari depan kebelakang

Dipisahkan oleh septum di bagian tengah menjadi cavum nasi kanan

dan kiri
Cavum nasi mempunyai 4 buah dinding, yaitu:

- Dinding medial
- Dinding lateral
- Dinding inferior
- Dinding superior
Dinding medial hidung yaitu septum nasi, septum dibentuk oleh
tulang dan tulang rawan, pada dinding lateral terdapat 4 buah konka
yaitu;
a. Konka inferior Terbesar dan paling bawah letaknya
b.

Konka media Lebih kecil, letaknya ditengah

c.

Konka superior Kecil, dibagian atas

d.

Konka suprema Terkecil dan rudimenter

Diantara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat


rongga sempit yang disebut meatus. Ada 3 meatus, yaitu:
Meatus inferior terletak diantara konka superior dengan dasar hidung

dengan rongga hidung.


Meatus medius terletak diantara konka media dan dinding lateral

rongga hidung.
Meatus superior merupakan ruang diantara konka superior dan

konka media.
Dinding superior merupakan merupakan dasar rongga hidung
dengan superior atau atap hidung sangat sempit.

Fisiologi Hidung

Fungsi hidung ialah untuk:


1. Jalan napas: - Inspirasi
- Ekspirasi
2. Alat mengukur kondisi udara (air conditioning)
Fungsinya untuk mempersiapkan udara akan masuk ke dalam
alveolus paru. Fungsi ini dilakukan dengan cara mengatur
kelembaban udara dan mengatur suhu.
3. Penyaring udara
Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu
dan bakteri.
4. Sebagai indera penghidu
5. Untuk respirasi suara
Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi.
Hidung tersumbat akan menyebabkan resonansi berkurang atau
hilang sehingga suara sengau.
6. Proses bicara
Hidung membantu proses pembentukan kata-kata. Kata dibentuk
oleh lidah, bibir, dan palatum mole.
7. Refleks Nasal
Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan
dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernapasan.
Pemeriksaan hidung

Dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan hidung yaitu dengan


cara:
1. Pemeriksan hidung luar

Dilakukan dengan cara inspeksi dan palpasi, kelainan yang


mungkin ditemukan adalah:
a. Kelainan congenital: - Agenesis hidung
- Atresia nares anterior
- Kista dermoid
b. Radang: - Selulitis
- Infeksi spesifik
c. Kelainan bentuk: Hidung pelana
d. Kelainan akibat trauma
e. Tumor: - Hemagioma
- Basalioma
2. Rhinoskopy anterior
Pemeriksaan rongga hidung dari depan dengan memakai speculum
hidung.
Alat-alat yang digunakan ialah:
Lampu kepala
Spekulum hidung
Pinset

3. Rhinoskopy posterior
* Pemeriksaan rongga hidung dari belakang
* Alat-alat yang digunakan ialah:
- Lampu kepala
- Cermin laring kecil (kaca nasofaring)

- Spatel lidah
- Lampu spiritus
4. Nasoendoskop
Pemeriksaan dengan menggunakan endoskop.
Polip Hidung

Polip hidung ialah massa yang lunak, berwarna putih atau


keabu-abuan yang terdapat didalam rongga hidung.
Polip dapat berasal dari: - Sinus ethmoid
- Sinus maksilla
Bisa unilateral ataupun bilateral
Ethiologi
o Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif

atau reaksi alergi pada mukosa hidung.


o Infeksi seringkali ditemukan bersamaan adanya polip

Gejala klinik:
o Obstruksi nasi (sumbatan hidung) adalah gejala utama
o Hipomia (kekurangan daya penciuman) atau anosmia (tidak ada

penciuman sama sekali)


o Nyeri kepala
o Rhinorrea (keluarnya cairan dari rongga hidung)
o Bersin atau iritasi di hidung, jika penyebabnya adalah alergi.

Terapi:
-

Polip kecil Secara konservatif

Polip besar ekstraksi polip (polipektomi)

Benda Asing
Benda asing di hidung dapat berupa: - Beda mati
- Benda hidup
Benda mati seperti: - Manik-manik
- Potongan mainan
- Karet penghapus
Benda hidup seperti: - Lintah
- Larva (myasis hidung)
Gejala benda asing
Terdapat secret mukopurulent yang banyak dan berbau busuk
dirongga hidung, kanan atau kiri tempat adanya benda asing.
Terapi:
Ekstraksi benda asing.
Kelainan Septum

1. Septum Deviasi
Bentuk septum normal ialah lurus ditengah rongga hidung.
Deviasi septum yang ringan tidak akan mengganggu, tetapi bila
deviasi itu cukup berat, menyebabkan penyempitan pada satu sisi
hidung sehingga mengganggu fungsi hidung dan menyebabkan
komplikasi.
Etiologi:
- Trauma
- Ketidak simbangan pertumbuhan tulang rawan

Gejala klinis:
- Sumbatan hidung: bisa unilateral atau bilateral
- Nyeri dikepala atau disekitar mata
- Penciuman bisa terganggu
- Merupakan factor predisposisi terjadinya sinusitis.
Terapi:
* Jika keluhan sangat mengganggu dilakukan tindakan operatif
* Tindakan operatif ada 2, yaitu:
- SMR (Sub Mukosa Resection).
- Septoplasti
2. Hematoma Septum
Hematoma septum adalah kumpulan darah diantara perikondrium
dan tulang rawan septum dan akibat trauma.
Gejala klinis:
o Sumbatan hidung dan rasa nyeri
o Pada pemeriksaan ditemukan pembengkakan unilateral atau

bilateral pada septum bagian depan, licin atau berwarna merah.


Pembengkakan dapat keluar kedinding lateral hidung hinggga
menyebabkan obstruksi total.
Terapi:
* Drainase --- dengan insisi
* Pemasangan tampon --- untuk fiksasi
* Antibiotik untuk mencgah terjadinya infeksi sekunder.
Komplikasi:

- Abses septum
- Deformitas hidung keluar seperti hidung pelana.
3. Abses Septum
o Disebabkan oleh trauma yang kadang tidak disadari oleh

penderita.
o Seringkali didahului oleh hematoma, kemudian trinfeksi kuman

dan menjadi abses.


Gejala:
Obstruksi nasi yang progresif
Rasa nyeri berat
Demam
Sakit kepala

Terapi:
*

Merupakan kasus darurat yang komplikasinya


menyebabkan nekrose tulang rawan septum.

* Dilakukan insisi dan drainase untuk mengeluarkan nanah.


* AB dan analgetik
* Pasang tampon (2 hari)
Komplokasi:
Destruksi tulang rawan septum
Perforasi septum
Hidung pelana
Intrakranial
Septikemia

dapat

Catatan:
Cara penanggulangan septum pada anak-anak:
- Melakukan pemijatan pada hidung minimal 3 menit untuk
pembekuan darah/posisi duduk/ berdiri.
- Kalau gagal, pasang tampon 2 (10 15 menit)
- Gagal lagi, pasang tampon anterior (2 3 hari)
- Gaal, lakukan penjepitan pembuluh darah.
Mimisan = epistaksis adalah semua darah yang keluar dari hidung.
Septikemia adalah masuknya kuman kedalam pembuluh darah.
Alergi Hidung

Alergi adalah suatu reaksi hipersensitivitas. Manifestasi klinik suatu


reaksi alergi tergantung pada 2 faktor, yaitu:
1. Organ sasaran (lokasi dan jenis)
2. Alergen penyebab (seperti konsentrasi dengan cara msuk).
Berdasarkan cara masuknya, alergi di bagi atas:
1. Alergi Inhalan: Masuk bersama dengan udara pernapasan (hirup).
Seperti: debu rumah, bulu binatang, jamur.
2. Alergi ingestan: Masuk bersama saluran cerna, berupa makanan,
seperti: susu, telur, coklat, ikan, udang.
3. Alergi injektan: Masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa
seperti bahan kosmetik, perhiasan.
4. Alergi kontaktan: Masuk melalui pembuluh darah dan kulit yang
bersifat local. Contoh: bedak.
Rhinitis Alergi

Berdasarkan sifat berlangsungnya rhinitis alergi dibedakan


dalam dua macam, yaitu:

1. Rhinitis alergi musiman (tidak terdapat di Indonesia).


2. Rhinitis alergi sepanjang tahun.
Gejala penyakit ini timbul terus menerus, tanpa variasi musim,
jadi dapat ditemukan sepanjang tahun. Etiologi penyebab yang paling
sering ialah:
- Alergi inhalan (terutama pada orang dewasa).
- Alergi ingestan: sering penyebab pada anak-anak.
Faktor-faktor yang mempercepat gejala adalah seperti:
- Asap rokok
- Bau yang merangsang
- Perubahan cuaca
- Kelembaban yang tinggi
Gejala klinis:
- Gejala yang khas ialah: Terdapatnya serangan bersin berulang.
- Rhinorre (ingus) yang encer dan banyak
- Hidung tersumbat
- Hidung dan mata gatal
Diagnosis:
Pada rhinoskopi anterior tampak:
- Mukosa basah/banyak
- Basah
- Warna pucat atau livid
- Banyak secret yang encer.

Terapi:
1. Terapi yang paling ideal adalah dengan menghindari kontak dengan
alergi penyebabnya (avoidance) dan eliminasi.
2. Simptomatis:
* Medikamentosa: Anti histamine dengan atau tanpa decogestan.
* Operatif
* Imunoterapi: Pemberian alergen mulai dari dosis rendah --- dosis
tertinggi sa
mpai dosis maksimal.
Komplikasi:
- Polip hidung
- Otitis media terutama pada anak-anak
- Sinusitis paranasal
Rhinitis Vasomotor:
Gangguan vasomotor adalah terdapatnya gangguan fisiologik
lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh bertambahnya aktivitas
parasimpatis.
Penyebabnya diduga sebagai akibat gangguan keseimbangan fungsi
vasomotor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor:
o Obat-obatan seperti: Ergotamin, chlorpromazine, obat anti hipertensi

dan obat vasokontriktor tropical.


o Faktor fisik: - Iritasi atau asap rokok

- Udara dingin
- Kelembaban udara yang tinggi

- Bau yang merangsang


o Faktor endokrin: - Kehamilan, pubertas

- Pemakaian pil anti hamil


- Hipotiroidisme
o Faktor psikis: rasa cemas, tegang

Gejala klinis:
- Obstruksi nasi bergantian kiri dan kanan
- Rhinorre kental atau encer
Diagnosis:
Pemeriksaan RA tampak:
* Edema mukosa/mukosa inferior
* Konka merah tua atau pucat/disebabkan oleh rhinitis alergika.
* Sekret murkoid sedikit.
Terapi:
1. Menghindari penyebab
2. Pengobatan simptomatis/pemberian antistamin.
3. Operasi (memotong syaraf yang ada pada hidung)
4. Neurektomi N. Vidianus.
Rhinitis Medikamentosa.
Adalah kelinan hidung berupa gangguan respon normal vacasomotor,
sebagai akibat pemakaian vasokonstriktor tropical dalam waktu dan
berlainan sehigga menyebabklan sumbatan hidung yang menetap.
Gejala-gejala:

- Hidung tersumbat terus menerus dan berair.


- Konka edem dengn secret yang berlebihan.
Terapi:
1. Hentikan pemakaian obat tetes atau obat semprot hidung.
2. Pemakaian kotikosterid secara bertahap
3. Decongestan oral
4. Operasi Konkatomi
Sinus Paranasal

Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang


kepala, sehingga terbentuk rongga didalam tulang.
Ada 4 pasang sinus paranasal yang besar, yaitu:
1. Sinus maxilla kiri dan kanan.
2. Sinus frontalis kiri dan kanan.
3. Sinus ethmoid kiri dan kanan
4. Sinus sphenoid kira dan kanan
Semua sinus mempunyai muara kedalam rongga hidung.
1. Sinus maksila
o Merupakan sinus paranasal terbesar (antrum high more)
o Berbentuk segitiga.
o Perlu diperhatikan anatomi sinus maksila adalah:
Dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang

atas yaitu premolar (P1 dan P2) molar (M1 dan M2) gigi taring
(C) dan gigi molar (M3).
Sinusitis maksila dapat menimbulkan komplikasi ke orbita.

Ostium maksila terletak lebih tinggi dari dsinus sehingga drainase

kurang baik.
2. Sinus frontal
- Sinus frontal kiri dan kanan tidak simetris
- Drainase sinus frontal melalui ostiumnya di resesus frotal.
3. Sinus ethmoid
* Sinus ethmoid berongga nenyerupai sarang tawon.
* Berdasarkan letaknya sinus ethmoid dibagi menjadi
a. Sinus ethmoid anterior yang bermuara di meatus medius.
b. Sinus ethmoid posterior yang bermuara di meatus superior.
* Sel-sel sinus ethmoid anterior biasanya kecil-kecil dan banyak
letaknya dibawah perlekatan konka media.
* Sel-sel sinus ethmoid posterior biasanya lebih besar dan lebih sedikit
jumlahnya. Letaknya diposterio superior dari perlekatan konka
media.
4. Sinus sphenoid
* Terletak didalam os sphenoid di belakang sinus ethmoid
posterior.
Fungsi sinus paranasal

Fungsi sinus paranasal antara lain:


1. Sebagai pengatur kondisi udara (air condition)
Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan
mengatur kelembaban udara inspirasi.
2. Sebagai penahan suhu
Sinus paranasal bekerja sebagai penahan panas, melindungi orbita
dan fossa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah.

3. Membantu keseimbangan kepala


Sinus membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat
tulang muka.
4. Membantu resonansi suara
Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan
mendadak, misalnya pada waktu bersin atau membuang ingus.
5. Membantu produksi mucus.
Pemeriksaan Sinus Paranasal

Untuk mengetahui kelainan sinus paranasal dilakukan pemeriksaan


antara lain:
1. Inspeksi
Apakah ada pembengkakan pada muka.
2. Palpasi
Apakah ada nyeri pada pipi, nyeri ketuk, nyeri tekan di dasar sinus
frontal.
3. Transiluminasi
Hanya dapat dipakai untuk memeriksa sinus maksila dan sinus
frontal.
4. Pemeriksaan radiologist
Foto polos sinus paranasal dengan 3 posisi yaitu waters.PA dan
lateral.
5. Sinuskopi
Pemeriksaan kedalam sinus maksila menggunakan endoskopi.
Sinusitis

Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. Sesuai anatomi


sinus yang terkena dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis
ethmoidalis, sinusitis frontalis dan inusitis sphenoid.
Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis sedangkan
bila mengenai semua sinus paranasal disebut pensinusitis. Yang paling
sering ditemukan ialah sinusitis maksila kemudian sinusitis
ethmoidalis, sinusitis frontal dan sinusitis sphenoid. Sinus maksila
disebut juga antrum highmore, merupakan sinus yang sering terinfeksi
oleh karena:
1. Merupakan sinus paranasal terbesar.
2. Letak ostimunnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran secret
(drainase) dari sinus maksila hanya tergantung dari gerakan silia.
3. Dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi (poses alveolaris)
sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis maksila.
4. Ostium sinus maksila teletak di meatus medius di sekitar meatus
semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat.
Klasifikasi:

1. Sinusitis akut:
Terjadi oleh penyumbatan di daerah meatus medius oleh infeksi,
obstruksi mekanik, alergi dan penyebaran infeksi gigi.
Penyebab:
a. Rhinitis akut
b. Infeksi faring seperti faringitis, adenoiditis.
c. Infeksi gigi molar (M1, M2, M3) premolar (P1, DAN P2)
d. Berenang dan menyelam
e. Trauma (perdarahan mukosa sp)
f. Barotrauma

Faktor predisposisi:
- Obstruksi mekanik: Deviasi septum, benda asing, polip dan tumor
rongga hidung, rhinitis kronis, dan rhinitis alergi.
- Lingkungan polusi
- Udara dingin dan kering
Gejala-gejala:
Terbagi:
o Gejala sistemik: Demam dan rasa lesu
o Gejala local : - Sekret kental dan berbau

- Obstruksi nasi
- Nyeri pada sinus yang terkena
- Nyeri alih
Terapi:
o Medika mentosa: * AB selama 10 14 hari

* Decongestan local (obat tetes hidung)


* Analgetik
2. Sinusitis sub akut
Yaitu gejala klinis sama dengan sinusitis akut, tetapi tanda-tanda
radang akut sudah reda.
3. Sinusitis kronis
Sulit disembuhkan dengan pengebatan medika mentosa.
Harus disesuaikan factor penyebab dan factor predisposisi.
Gejala:

- Gejala-gejala hidung dan nasofaring: berupa secret dihidung dan


nasofaring.
- Gejala faring: Rasa tidak nyaman ditenggorokan.
- Gejala Telinga: Pendengaran terganggu oleh tersumbatnya tuba
eustakhius.
- Nyeri kepala.
- Gejala muka: penjalaran infeksi melalui duktus nasolakrimalis.
- Gejala saluran napas: batuk dan kadang-kadang terdapat
komplikasi diparu berupa bronchitis, bronchiectasi atau asma
bronchial.
- Gejala saluran cerna: gastroenteritis oleh mucopus yang tertelan.
Terapi:
* AB untuk mengatasi infeksi
* Operatif : -Caldwell-Luc
* Fess (Besf)
Komplikasi:
o Osteomilitis dan abses subperiostal
o Kelainan orbita
o Kelainan intracranial
o Kelainan paru
Epistaksis

Epistaksis bukan merupakan suatu penyakit, melainkan sebagai


gejala dari suatu kelainan.
Etiologi:
a. Lokal: - Trauma: - Ringan: - Mengeluarkan ingus

- Bersin-bersin
- Mengorek hidung
- Hebat: - Terpukul
- Jatuh
- Kecelakaan lalu lintas
- Iritasi jaringan yang merangsang
- Benda asing di hidung
- Trauma pada pembedahan
b. Infeksi: - Rhinitis
- Sinusitis
- Spesifik: lupus, sipilis, lepra
c. Neoplasma: - Hemangioma
- Karsinoma
- Angiofibroma
d. Kelainan congenital: - Teleangiektasi
- Hemoragik herediter
e. Sistemik:
* Penyakit kardiovaskuler, hipertensi, arteriosclerosis.
* Kelainan darah: - trombositofenia
- Hemofilia
- leukemia
f. Infeksi sistemik:

* DHF
* Demam tifoid
* Influensa
* Morbili
g. Perubahan tekanan atmosfir: Caison Disease (penyelam)
h. Gangguan endokrin: - Wanita hamil
- menopause
i. Sumber peradangan dapat berasal dari bagian anterior atau bagian
posterir hidung.
Epistaksis Anterior:
o Berasal dari septum bagian depan atau a.ethmoid anterior.
o Terutama pada anak-anak.
o Biasanya dapat berhenti sendiri (spontam).
o Mudah diatasi.
Epistaksi Posterior:
o Berasal dari a.sphenopalatina dan a.ethmoid posterior.
o Perdarahan biasanya hebat.
o Jarang berhenti sendiri.
o Sering ditemukan pada orang tua dengan penyakit kardiovaskuler.

Penatalaksanaan
Tiga pinsip utama dalam menanggulangi epistaksi yaitu;
1. Menghentikan pendarahan.
2. Mencegah komplikasi.

3. Mencegah berulangnya epistaksis


Kalau ada syok perbaiki dulu keadaan umum pasien.

FARING DAN LARING


* Pemeriksaan faring --- Faringoskopy.
Alat-alat yang digunakan: - lampu kepala.
- Spatel lidah.
* Pemeriksaan laring: --- Laringoskopy.
Terdiri dari 2 jenis, yaitu:
- Laringoskopy directa (langsung).
- Laringoskopy inderecta (tidak langsun).

A. Rongga Faring
Anatomi
Anatomi
o Kantong fibromuskular.
o Bentuk seperti corong.
o Dari dasar tengkorak
Dinding faring dibentuk oleh:
o Selaput lendir.
o Fasia faringo basiler.
o Pembungkus otot.
o Sebagian fasia bukofaringeal.
Unsur faring meliputi:

o Muksa.
o Palut lender.
o Otot.
Faring terdiri atas:
o Nasofaring.
o Orofaring.
o Laringofaring (hipofaring).

1. Nasofaring
Batas-batas:

- Superior: dasar tengkorak.


- Inferior: palatum mole.
- Anterior: rongga hidung.
- Posterior: vertebra servikal
Struktur nasofaring:

- Adenoid.
- Jaringan limfa pada dinding nasofaring.
- Resesus faring --- fossa rosenmuleri.
- Muara tuba eustakhius.
- Tonus tubarius.
- Koana (pintu masuk rogga mulut ke nasofaring).
2. Orofaring (mesofaring)
Batas-batas:

- Superior: palatum mole.


- Interior: tepi atas epiglotis.
- Anterior: rongga mulut.
- Posterior: vertebra servikal.
Struktur penting di orofaring.

- Dinding posterior faring.


- Tonsilplatina.
- Fossa tonsil.
- Arkus anterior dan posterior.
- Uvula.
- Tonsil lingual (lidah).
- Foramen sekum.
3. Laringofaring (hipofaring).
Batas-batas:

- Superior:tepi atas epiglottis.


- Anterior: laring.
- Inferior: esophagus.
- Posterior: vertebra servikal.
Struktur penting:

- Valekuta atau kantong pil (pil pocket).


- Epiglotis.
Fungsi faring:

o Untuk respirasi.
o Membantu pada waktu menelan.
o Resonansi sura.
o Untuk artikulasi.
Fungsi menelan:

Terdiri dari 3 fase proses menelan, yaitu:


o Fase oral.

Bolus makanan --- faring (voluntary / disadari.)


o Fase faringeal.

Transfer bolus makanan --- faring (involuntary / tidak disadari).


o Fase esofageal.

Bolus makanan --- esophagus --- lambung.

Kelainan-Kelainan Faring
1. Hipertropi adenoid
Adenoid terdiri dari:

- jaringan limfoid pada dinding posterior nasofaring.


- Termasuk cincing waldeyer (berperan sbg daya tahan tubuh
dengan membentuk sel limfoid, berperan dalam 6 thun).
* Adenoid.
* Tonsil palatina.
* Tonsil lingualis.
* Lateral faringeal band.
- Hilang pada umur 14 tahun.

- Dapat menyebabkan obstruksi


Akibat-akibat hipertropi adenoid (akibat infeksi daerah oral/yang

berulang-ulang).
~ Sumbatan koana:

- Facies adenoid.
- Faringitis dan bronchitis.
- Gangguan ventilasi/drainase sinus paranasal.
~ Sumbatan tuba eustakhius.

- Otitis media akut residif.


- Otitis media kronis.
- Ketulian.
Gejala umum:
~ Gangguan tidur.
~ Tidur ngorok.
~ Retardasi mental.
~ Pertumbuhan fisik kurang.
Terapi: Operasi.

2. Tonsilitis
Terbagi atas 2, yaitu:

* Tonsilitis akut.
* Tonsilitis knonis.
Tonsilitis akut:
~ Penyebab:

- Golongan strptokokus B hemolitikus.


- Streptokokus viridaus.
- Streptokokus pyogenes.
~ Bentuk:

- Tonsilitis folikularis (berbentuk merah dan kotoran


brwarna putih folikel).
- Tonsilitis lakunaris (warna keputihan, ditutupi kotorankotoran).
~ Gejala-gejala:

- Suhu badan 400c.


- Lesu.
- Nyeri sendi.
- Odinofagi (sakit menelan).
- Anoreksia (tidak ada nafsu makan).
- Otalgia (sakit telinga).
~ Terapi:

- AB.
- Antipiretik + analgetik.
~ Konplikasi

- OMA.
- Abses peritonsilar.
- Abses parafaring.
- Bronkhitis.

Tonsilitis kronis:
~ Penyebab: tonsillitis akut.
~ Faktor prediposisi:

- Rangsangan yang menahun.


- Pengaruh cuaca.
- Pengobatan tidak adekuat.
- Hygiene mulut yang buruk.
~ Gejala-gejala:

- Tenggorokan terasa terhalang.


- Tenggorokan kering.
- Pernapasan berbau.
~ Terapi:

- Lokal (obat kumur atau isap).


- Operasi.

B. Rongga Laring
Bagian terbawah saluran napas atas.
Bata-batas:

* Atas: rongga laring --- aditus laring.


* Bawah: rongga laring --- kaudal kartilago krokoid.
Fisiologi laring:

Fungsi:
o Proteksi (epiglottis).

o Batuk.
o Respirasi.
o Sirkulasi.
o Menelan.
o Emosi.
o Fonasi (pembentukan suara).
Kelainan faring:

1. Epiglotitis
~ Usia: Terutama anak dan dewasa muda.
~ Penyebab: bakteri.
~ Gejala: demam tinggi (400c), sesak napas, sakit menelan, not

potaos voice.
~ Pemeriksaan: radiology.
~ Terapi:

- Antibiotik.
- Analgetik/antipiretik.
- Anti implamasi/bengkak (kortikosteroid).
- Trakeostomi.
- Rawat RS.
2. Tumor laring (orang dewasa).
3. Cought (pada ank).
4. Nodul pita suara.

Obstruksi Saluran Napas Atas

(OSNA)
Osna apapun penyebabnya yang menyebabkan obstruksi saluran napas
mulai hidung sampai laring.
Penyebab:
o Tumor: jinak, ganas.
o Benda asin.
o Infeksi: Polip, tonsil, piglotitis.
o Inflamasi: edema laring (orang tua), nodul pita suara.
Gejala menurut Jackson, dibagi atas IV grade:
~ Grade I

1. Pasien masih sadar tetapi sudah sesak napas.


2. Pernapasan cuping hidun g (+).
3. Retraksi suprasternal.
~ Grade II

1. Pasien sudah kesadaran menurun dan gelisah.


2. Retraksi interkostal (+) dan retraksi intra abdomn.
~ Grade III

1. Pasien mulai tidak sadar dan gelisah.


2. Pernapasan mulai satu-satu.
~ Grade IV

Pasien tidak sadar dan pernapasan satu-satu sampai meninggal.


Indikasi trakeostomi:

1. Grade I --- (-)

2. Grade II --- (-)


Tondakan/terapi:

1. Trakeostomi.
2. Cricotiroitomi.
3. Kalau ada benda asing --- Henlich maneuver.
~ Pasien dipukul punggungnya.
~ Menekan perut.

4. Refleks batuk/muntah.

Anda mungkin juga menyukai