Teling A
Teling A
Anatomi
Terdiri dari:
o Membran timpani
o Cavum timpani
o Tulang-tulang pendengaran
o Tuba eustachius
o Sel-sel mastoid
- Anterior
- Posterior
- Lateral
Fisiologi Pendengaran
I. Tuli dibagi atas tuli konduktif, tuli syaraf (sensori neural deafness),
serta tuli campur (mixed deafness).
II. Gangguan telinga luar dan telinga tengah dapat menyebabkan tuli
konduktif, sedangkan gangguan telinga dalam menyebabkan tuli
syaraf, mungkin tuli koklea dan tuli retrokoklea.
Tuli konduktif
1. Telinga luar
a. Kongenital:
- Atresia liang telinga dan mikrotia
- Fistula prearikuler
- Lop ear (bats ear)
b. Kelinan daun telinga:
- Hematoma
- Perikondritis (cauliflower ear)
- Pseudokista
c. Kelainan liang telinga:
- Cerumen obturans/keratosis obturans
- Benda asing: - hidup: serangga (terapi minyak kelapa).
- mati: Kacang-kacangan, karet, padi dll.
- Otitis eksterna:
Penyebab: Jamur, alergi, virus
- Trauma ringan
- Berenang
Otitis eksterna akut terbagi atas:
a. Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel bisul).
b. Otitis eksterna difusa
c. Otomikosis
Infeksi kronik liang telinga:
* Keratosis abturans
* Kolesteatoma eksterna
* Otits eksterna maligna: Terjadi pada orang tua dan penderita DM.
2. Kelainan telinga tengah
b. Barotrauma (Aerotitis)
Adalah keadaan dimana terjadi perubahan tekanan yang tiba-tiba
diluar telinga tengah sewaktu di pesawat terbang atau
menyelam, yang menyebabkan tuba gagal untuk membuka.
c. Otitis media
supuratif
(Barotrauma)
Otitis media
non supuratif
(Otitis media serosa) Otitismedia serosa kronik
(blue ear)
1. Otitis media akut (OMA)
Otitis media akut terjadi karena factor pertahanan tubuh
terganggu.
Sumbatan tuba eustachius merupakan factor penyebab pertama
Komplikasi:
OMSK
Meningitis
Abses subperiostal
2. Otitis media supuratif kronik (OMSK)
Letak perforasi:
Penting untuk menentukan jenis OMSK
Perforasi MT dapat ditemukan ditemukan:
Sentral
OMSK Maligna
- Marginal
2. Sekret
- Banyak
- Asik
3. Proses radang
- - Profus
- Sedikit
4. Kolesteatoma
Mukosa
- Foetor
5. Komplikasi
Tidak ada
- Mukosa
Jarang
- Tulang
Ada
Berbahaya dan fatal
HIDUNG
Anatomi
- Berbentuk pyramid
- Dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan.
Rongga hidung (cavum nasi)
Berbentuk terowongan dari depan kebelakang
dan kiri
Cavum nasi mempunyai 4 buah dinding, yaitu:
- Dinding medial
- Dinding lateral
- Dinding inferior
- Dinding superior
Dinding medial hidung yaitu septum nasi, septum dibentuk oleh
tulang dan tulang rawan, pada dinding lateral terdapat 4 buah konka
yaitu;
a. Konka inferior Terbesar dan paling bawah letaknya
b.
c.
d.
rongga hidung.
Meatus superior merupakan ruang diantara konka superior dan
konka media.
Dinding superior merupakan merupakan dasar rongga hidung
dengan superior atau atap hidung sangat sempit.
Fisiologi Hidung
3. Rhinoskopy posterior
* Pemeriksaan rongga hidung dari belakang
* Alat-alat yang digunakan ialah:
- Lampu kepala
- Cermin laring kecil (kaca nasofaring)
- Spatel lidah
- Lampu spiritus
4. Nasoendoskop
Pemeriksaan dengan menggunakan endoskop.
Polip Hidung
Gejala klinik:
o Obstruksi nasi (sumbatan hidung) adalah gejala utama
o Hipomia (kekurangan daya penciuman) atau anosmia (tidak ada
Terapi:
-
Benda Asing
Benda asing di hidung dapat berupa: - Beda mati
- Benda hidup
Benda mati seperti: - Manik-manik
- Potongan mainan
- Karet penghapus
Benda hidup seperti: - Lintah
- Larva (myasis hidung)
Gejala benda asing
Terdapat secret mukopurulent yang banyak dan berbau busuk
dirongga hidung, kanan atau kiri tempat adanya benda asing.
Terapi:
Ekstraksi benda asing.
Kelainan Septum
1. Septum Deviasi
Bentuk septum normal ialah lurus ditengah rongga hidung.
Deviasi septum yang ringan tidak akan mengganggu, tetapi bila
deviasi itu cukup berat, menyebabkan penyempitan pada satu sisi
hidung sehingga mengganggu fungsi hidung dan menyebabkan
komplikasi.
Etiologi:
- Trauma
- Ketidak simbangan pertumbuhan tulang rawan
Gejala klinis:
- Sumbatan hidung: bisa unilateral atau bilateral
- Nyeri dikepala atau disekitar mata
- Penciuman bisa terganggu
- Merupakan factor predisposisi terjadinya sinusitis.
Terapi:
* Jika keluhan sangat mengganggu dilakukan tindakan operatif
* Tindakan operatif ada 2, yaitu:
- SMR (Sub Mukosa Resection).
- Septoplasti
2. Hematoma Septum
Hematoma septum adalah kumpulan darah diantara perikondrium
dan tulang rawan septum dan akibat trauma.
Gejala klinis:
o Sumbatan hidung dan rasa nyeri
o Pada pemeriksaan ditemukan pembengkakan unilateral atau
- Abses septum
- Deformitas hidung keluar seperti hidung pelana.
3. Abses Septum
o Disebabkan oleh trauma yang kadang tidak disadari oleh
penderita.
o Seringkali didahului oleh hematoma, kemudian trinfeksi kuman
Terapi:
*
dapat
Catatan:
Cara penanggulangan septum pada anak-anak:
- Melakukan pemijatan pada hidung minimal 3 menit untuk
pembekuan darah/posisi duduk/ berdiri.
- Kalau gagal, pasang tampon 2 (10 15 menit)
- Gagal lagi, pasang tampon anterior (2 3 hari)
- Gaal, lakukan penjepitan pembuluh darah.
Mimisan = epistaksis adalah semua darah yang keluar dari hidung.
Septikemia adalah masuknya kuman kedalam pembuluh darah.
Alergi Hidung
Terapi:
1. Terapi yang paling ideal adalah dengan menghindari kontak dengan
alergi penyebabnya (avoidance) dan eliminasi.
2. Simptomatis:
* Medikamentosa: Anti histamine dengan atau tanpa decogestan.
* Operatif
* Imunoterapi: Pemberian alergen mulai dari dosis rendah --- dosis
tertinggi sa
mpai dosis maksimal.
Komplikasi:
- Polip hidung
- Otitis media terutama pada anak-anak
- Sinusitis paranasal
Rhinitis Vasomotor:
Gangguan vasomotor adalah terdapatnya gangguan fisiologik
lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh bertambahnya aktivitas
parasimpatis.
Penyebabnya diduga sebagai akibat gangguan keseimbangan fungsi
vasomotor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor:
o Obat-obatan seperti: Ergotamin, chlorpromazine, obat anti hipertensi
- Udara dingin
- Kelembaban udara yang tinggi
Gejala klinis:
- Obstruksi nasi bergantian kiri dan kanan
- Rhinorre kental atau encer
Diagnosis:
Pemeriksaan RA tampak:
* Edema mukosa/mukosa inferior
* Konka merah tua atau pucat/disebabkan oleh rhinitis alergika.
* Sekret murkoid sedikit.
Terapi:
1. Menghindari penyebab
2. Pengobatan simptomatis/pemberian antistamin.
3. Operasi (memotong syaraf yang ada pada hidung)
4. Neurektomi N. Vidianus.
Rhinitis Medikamentosa.
Adalah kelinan hidung berupa gangguan respon normal vacasomotor,
sebagai akibat pemakaian vasokonstriktor tropical dalam waktu dan
berlainan sehigga menyebabklan sumbatan hidung yang menetap.
Gejala-gejala:
atas yaitu premolar (P1 dan P2) molar (M1 dan M2) gigi taring
(C) dan gigi molar (M3).
Sinusitis maksila dapat menimbulkan komplikasi ke orbita.
kurang baik.
2. Sinus frontal
- Sinus frontal kiri dan kanan tidak simetris
- Drainase sinus frontal melalui ostiumnya di resesus frotal.
3. Sinus ethmoid
* Sinus ethmoid berongga nenyerupai sarang tawon.
* Berdasarkan letaknya sinus ethmoid dibagi menjadi
a. Sinus ethmoid anterior yang bermuara di meatus medius.
b. Sinus ethmoid posterior yang bermuara di meatus superior.
* Sel-sel sinus ethmoid anterior biasanya kecil-kecil dan banyak
letaknya dibawah perlekatan konka media.
* Sel-sel sinus ethmoid posterior biasanya lebih besar dan lebih sedikit
jumlahnya. Letaknya diposterio superior dari perlekatan konka
media.
4. Sinus sphenoid
* Terletak didalam os sphenoid di belakang sinus ethmoid
posterior.
Fungsi sinus paranasal
1. Sinusitis akut:
Terjadi oleh penyumbatan di daerah meatus medius oleh infeksi,
obstruksi mekanik, alergi dan penyebaran infeksi gigi.
Penyebab:
a. Rhinitis akut
b. Infeksi faring seperti faringitis, adenoiditis.
c. Infeksi gigi molar (M1, M2, M3) premolar (P1, DAN P2)
d. Berenang dan menyelam
e. Trauma (perdarahan mukosa sp)
f. Barotrauma
Faktor predisposisi:
- Obstruksi mekanik: Deviasi septum, benda asing, polip dan tumor
rongga hidung, rhinitis kronis, dan rhinitis alergi.
- Lingkungan polusi
- Udara dingin dan kering
Gejala-gejala:
Terbagi:
o Gejala sistemik: Demam dan rasa lesu
o Gejala local : - Sekret kental dan berbau
- Obstruksi nasi
- Nyeri pada sinus yang terkena
- Nyeri alih
Terapi:
o Medika mentosa: * AB selama 10 14 hari
- Bersin-bersin
- Mengorek hidung
- Hebat: - Terpukul
- Jatuh
- Kecelakaan lalu lintas
- Iritasi jaringan yang merangsang
- Benda asing di hidung
- Trauma pada pembedahan
b. Infeksi: - Rhinitis
- Sinusitis
- Spesifik: lupus, sipilis, lepra
c. Neoplasma: - Hemangioma
- Karsinoma
- Angiofibroma
d. Kelainan congenital: - Teleangiektasi
- Hemoragik herediter
e. Sistemik:
* Penyakit kardiovaskuler, hipertensi, arteriosclerosis.
* Kelainan darah: - trombositofenia
- Hemofilia
- leukemia
f. Infeksi sistemik:
* DHF
* Demam tifoid
* Influensa
* Morbili
g. Perubahan tekanan atmosfir: Caison Disease (penyelam)
h. Gangguan endokrin: - Wanita hamil
- menopause
i. Sumber peradangan dapat berasal dari bagian anterior atau bagian
posterir hidung.
Epistaksis Anterior:
o Berasal dari septum bagian depan atau a.ethmoid anterior.
o Terutama pada anak-anak.
o Biasanya dapat berhenti sendiri (spontam).
o Mudah diatasi.
Epistaksi Posterior:
o Berasal dari a.sphenopalatina dan a.ethmoid posterior.
o Perdarahan biasanya hebat.
o Jarang berhenti sendiri.
o Sering ditemukan pada orang tua dengan penyakit kardiovaskuler.
Penatalaksanaan
Tiga pinsip utama dalam menanggulangi epistaksi yaitu;
1. Menghentikan pendarahan.
2. Mencegah komplikasi.
A. Rongga Faring
Anatomi
Anatomi
o Kantong fibromuskular.
o Bentuk seperti corong.
o Dari dasar tengkorak
Dinding faring dibentuk oleh:
o Selaput lendir.
o Fasia faringo basiler.
o Pembungkus otot.
o Sebagian fasia bukofaringeal.
Unsur faring meliputi:
o Muksa.
o Palut lender.
o Otot.
Faring terdiri atas:
o Nasofaring.
o Orofaring.
o Laringofaring (hipofaring).
1. Nasofaring
Batas-batas:
- Adenoid.
- Jaringan limfa pada dinding nasofaring.
- Resesus faring --- fossa rosenmuleri.
- Muara tuba eustakhius.
- Tonus tubarius.
- Koana (pintu masuk rogga mulut ke nasofaring).
2. Orofaring (mesofaring)
Batas-batas:
o Untuk respirasi.
o Membantu pada waktu menelan.
o Resonansi sura.
o Untuk artikulasi.
Fungsi menelan:
Kelainan-Kelainan Faring
1. Hipertropi adenoid
Adenoid terdiri dari:
berulang-ulang).
~ Sumbatan koana:
- Facies adenoid.
- Faringitis dan bronchitis.
- Gangguan ventilasi/drainase sinus paranasal.
~ Sumbatan tuba eustakhius.
2. Tonsilitis
Terbagi atas 2, yaitu:
* Tonsilitis akut.
* Tonsilitis knonis.
Tonsilitis akut:
~ Penyebab:
- AB.
- Antipiretik + analgetik.
~ Konplikasi
- OMA.
- Abses peritonsilar.
- Abses parafaring.
- Bronkhitis.
Tonsilitis kronis:
~ Penyebab: tonsillitis akut.
~ Faktor prediposisi:
B. Rongga Laring
Bagian terbawah saluran napas atas.
Bata-batas:
Fungsi:
o Proteksi (epiglottis).
o Batuk.
o Respirasi.
o Sirkulasi.
o Menelan.
o Emosi.
o Fonasi (pembentukan suara).
Kelainan faring:
1. Epiglotitis
~ Usia: Terutama anak dan dewasa muda.
~ Penyebab: bakteri.
~ Gejala: demam tinggi (400c), sesak napas, sakit menelan, not
potaos voice.
~ Pemeriksaan: radiology.
~ Terapi:
- Antibiotik.
- Analgetik/antipiretik.
- Anti implamasi/bengkak (kortikosteroid).
- Trakeostomi.
- Rawat RS.
2. Tumor laring (orang dewasa).
3. Cought (pada ank).
4. Nodul pita suara.
(OSNA)
Osna apapun penyebabnya yang menyebabkan obstruksi saluran napas
mulai hidung sampai laring.
Penyebab:
o Tumor: jinak, ganas.
o Benda asin.
o Infeksi: Polip, tonsil, piglotitis.
o Inflamasi: edema laring (orang tua), nodul pita suara.
Gejala menurut Jackson, dibagi atas IV grade:
~ Grade I
1. Trakeostomi.
2. Cricotiroitomi.
3. Kalau ada benda asing --- Henlich maneuver.
~ Pasien dipukul punggungnya.
~ Menekan perut.
4. Refleks batuk/muntah.