Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LOGISTIK VAKSIN
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN OGAN ILIR
TAHUN 2013
SKRIPSI
OLEH
ELITA SARI
NIM.10091001022
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya
OLEH
ELITA SARI
NIM.10091001022
HALAMAN PERSETUJLiAN
Skripsi ini dengan judul "Analisis Sistem fulanajemen Logisti!:- Yaksin di Dinas
Keseha-ta-n Kabupaten
tanggal
2.
Cg+n
Ilii
Januari 20i4
Ind-rala-ya-,
,N-
Pembimbing:
1.
2.
27 Desember 2013
lt
HALAMA$ FEHGESAE{A]Y
Skripsi ini de*gan j*dui "A;:aiisis Siste*r kIa:raj*m*n l,*gsi'rik YaLsin Di
ilir
Sriwijaya pada tanggai. 2 lanuzri 2A14 dan telak diperbaiki, diperiksa serta
disetujui sesuai dengan rnasukan Paniiia Sidang Ujian Siaipsi Fakultas Kesehatarr
Masyarakat Universitas Sriwijaya.
i*draia3,a, ianuari
2S14
Kettr*:
1.
Anggota:
2.
,1
+.
v,
/
{/\^nl'rl1
,r}tulflra l/
/\t' .tvi
4-
idetgeLahui.
Fjs. Dekair FK&U *sri
-l
Nama
: Elita Sari
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
Nama Ayah
: Syafarudin
Nama Ibu
: Solbiah
Riwayat Pendidikan
:
Tahun Lulus
2003
SMPN 7 Palembang
2006
SMAN 19 Palembang
2009
2014
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas ridho, rahmat,
dan karuniaNya yang selalu berkenan memberikan kesehatan, keimanan dan
kekuatan sehingga bisa menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Sistem
Manajemen Logistik Vaksin di Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir Tahun
2013. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat dari Universitas Sriwijaya.
Dalam penyusunan dan penulis skripsi ini, penulis mendapatkan banyak
bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih
penulis sampaikan kepada :
1. Bpk. dr. Syarif Husin, MS selaku Pjs Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat
2. Ibu Rini Mutahar, S.KM, M.KM dan Ibu Asmaripa Ainy, S.Si, M.Kes
selaku Pembimbing I dan Pembimbing II atas semua bimbingan, arahan,
saran dan kesabarannya membimbing penulis.
3. Ibu Elvi Sunarsih, S.KM, M.Kes dan Ibu Fenny Etrawati, S.KM, M.KM
selaku Penguji atas semua kritik, masukan, bimbingan dan kesabarannya.
4. Para dosen, staf pengajar dan tata usaha yang telah bersedia membimbing
dan membantu saya selama menuntun ilmu di FKM Unsri.
5. Bpk. Hendra Kudeta S.KM selaku Kepala Bidang P2PL atas kesempatan,
waktu dan kerjasamanya dalam penulisan skripsi ini
6. Ibu Yanti, S.KM selaku Kepala Seksi Pencegahan, Pengamatan & Matra
atas kesempatan, waktu dan kerjasamanya dalam penulisan skripsi ini
vi
7. Bpk. Yudhi, Am.Kep dan Bpk Mus Mulyadi, S.KM, M.Si selaku staff
pengelola vaksin di Dinas Kesehatan Kab. Ogan Ilir atas kesempatan,
waktu dan kerjasamanya dalam penulisan skripsi ini
8. Ibu Heni Rusdiana, S.KM dan Ibu Mala Komala Sari, Am.Kep selaku staff
pengelola vaksin di Puskesmas Indralaya, serta Ibu Nuki Marika Putri,
Am.Kep selaku staff pengelola vaksin di Puskesmas Lebung Bandung atas
kesempatan, waktu dan kerjasamanya dalam penulisan skripsi ini
9. Kedua orang tuaku, Bpk. Syafarudin dan Ibu Solbiah atas segala kasih
sayang, dukungan, doa, dan semangat hidup yang tak pernah berhenti.
Terima kasih telah mau berjuang untuk hidupku. Semoga Allah masih
memberikan kesempatan untukku agar bisa membalas itu semua
10. Saudara-saudaraku yang ganteng, Sosya Putra, Rizky Rivaldo, dan Okta
Chandra atas segala kasih dan perhatian selama ini. Terima kasih sudah
mau tersusahkan dan sedikit tersisihkan demi saudaramu yang paling
cantik ini. Semoga Allah masih memberikan waktu yang panjang agar kita
tetap bisa merasakan kebahagian bersama
11. Sahabat-sahabatku Tersayang Manis Manja Group (Cayup, Pina, Momo,
Defi, Sari, dan Dinda) atas doa, dukungan dan semangat hidup yang tak
pernah berhenti. Terima kasih telah memberi tahu arti persahabatan yang
sesungguhnya. Jarak jangan sampai membuat kita menjadi jauh. I Love
You all
12. Teman Hidup kurang lebih 4 tahun, Meidahrianti (calon) S.Pd atas
segala dukungan dan semangat hidup selama ini. Maaf ya, ambo duluan,
vii
Keep Fighting !!!. Juga buat adek-adek kostan (Devi, Pilda, Ayu) terima
kasih atas segala kebersamaan dan keceriaan selama ini. Love you..
13. Keluarga besar senasib dan seperjuangan FKM 2009 atas segala dukungan
dan semangat hidup selama ini. Bahagia telah menjadi bagian dari kalian.
Walaupun sudah ntah berantah dimana tapi tetap keep contact ya. Fifi,
Ayu, Fighting !!!!
14. Dewi, Utari, Rega, Ejik, dan Saleh yang menjadi teman senasib dan
seperjuangan mengejar wisuda Ke-111, Fighting !!!!!!!!
15. Adek-adek terkasih Keket, Adel, Mey, Indah, Manda dan seluruh anakanak FKM 2010, terima kasih telah menerima dan memperlakukan mbak
dengan baik. Semoga cepat menyusul and Keep Fighting. Love you all
16. Semua pihak yang turut membantu saat penulisan skripsi ini yang tidak
bisa saya sebutkan satu-persatu
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini.
Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini
bisa bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan dan bagi pembaca.
Penulis
viii
Vaksin merupakan produk biologis yang sangat mudah rusak dan kehilangan
potensi bila tidak dikelola dengan benar. Peralatan rantai vaksin dalam program
imunisasi sangat menentukan potensi vaksin selama penyimpanan maupun
transportasi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis sistem manajemen logistik
vaksin di Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Penelitian ini dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir, Puskesmas
Indralaya, dan Puskesmas Lebung Bandung. Informan dalam penelitian ini adalah
Kepala Bidang P2PL, Kepala Seksi Pencegahan, Pengamatan dan matra, dan
petugas pengelola vaksin di dinas kesehatan dan puskesmas. Metode yang
digunakan yaitu wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa petugas di dinkes dan Puskesmas
Indralaya masing-masing 2 orang, sedangkan Puskesmas Lebung Bandung 1
orang. Dana belum tersedia. Material yang digunakan lemari es/freezer, vaccine
carrier, termos, termometer, kartu suhu, dan cold pack. Metode dalam
penerimaan yaitu pemeriksaan VVM dan penyimpanan sesuai sifat vaksin.
Permintaan dengan perhitungan jumlah cakupan, penerimaan dengan pemeriksaan
VVM, pendistribusian menggunakan alat yang tepat, pemakaian
mempertimbangkan kondisi VVM dan tanggal kadaluarsa, sedangkan pencatatan
dan pelaporan dengan adanya SBBK dan kartu stok vaksin.
Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa sistem manajemen logistik vaksin di
Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir, Puskesmas Indralaya, dan Puskesmas
Lebung Bandung belum sepenuhnya baik karena ada beberapa fungsi manajemen
logistik yang belum terlaksana dengan baik. Agar kualitas vaksin tetap terjaga,
sebaiknya dilakukan pengelolaan rantai vaksin dengan baik dalam semua aspek
manajemen logistik.
Kata kunci : manajemen logistik, vaksin,
Kepustakaan : 35 (1984-2013)
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Halaman Persetujuan ........................................................................................ ii
Halaman Pengesahan ....................................................................................... iii
Daftar Riwayat Hidup ...................................................................................... iv
Lembar Pernyataan Bebas Plagiarisme ............................................................ v
Kata Pengantar ................................................................................................. vi
Abstrak Bahasa Indonesia ................................................................................ ix
Abstrak Bahasa Inggris .................................................................................... x
Daftar Isi........................................................................................................... xi
Daftar Tabel ..................................................................................................... xiv
Daftar Gambar .................................................................................................. xvi
Daftar Singkatan............................................................................................... xvii
Daftar Lampiran ............................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ..............................................................................
1.2. Rumusan Masalah .........................................................................
1.3. Tujuan Penelitian...........................................................................
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................
1.4. Manfaat Penelitian.........................................................................
1.4.1 Bagi Penulis..........................................................................
1.4.2 Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir ........................
1.4.3 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat ..................................
1.5. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................
1.5.1 Lingkup Lokasi ....................................................................
1.5.2 Lingkup Materi .....................................................................
1.5.3 Lingkup Waktu .....................................................................
1
7
8
8
8
9
9
9
9
9
9
10
10
xi
11
11
13
15
15
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
2.7.
15
16
17
17
18
21
21
23
25
32
32
33
33
37
39
43
43
45
45
46
48
xii
50
50
50
51
52
52
53
53
54
54
54
55
55
56
57
60
61
65
68
70
71
73
75
76
79
80
80
85
87
92
95
97
100
103
105
106
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR SINGKATAN
AFR
BCG
CFR
CoA
: Certificate of Arrival
DPT
DT
PD31
SBBK
SP
: Surat Pengiriman
TT
: Tetanus Toksoid
Td
: Tetanus difteri
TKS
VAR
VVM
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Pedoman Wawancara
Lampiran 4
Lembar Checklist
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
Lampiran 15
Lampiran 16
Lampiran 17
Kartu Suhu
Lampiran 18
Lampiran 19
Dokumentasi Penelitian
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
satu
upaya
yang
dilakukan
pemerintah
untuk
mengatasi
imunisasi dalam rangka mencapai Indonesia Sehat 2025. Agar tujuan tersebut bisa
dicapai dengan baik tentunya dibutuhkan pengimplementasian program yang
efektif dan efisien dalam semua bidang.
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI,
2005), mekanisme penyelenggaraan program imunisasi mencakup penyusunan
perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan rantai vaksin, pencatatan dan pelaporan
serta supervisi dan bimbingan teknis. Tujuan program imunisasi diharapkan dapat
tercapai dengan menggunakan sumber daya dan sumber dana secara efektif dan
efisien. Oleh karena itu, sistem informasi yang mendukung tercapainya tujuan
program imunisasi sangat diperlukan oleh unit pelaksana.
Agar pelaksanaan program imunisasi berjalan dengan efektif dan efisien,
semua unsur program harus berjalan dengan baik termasuk logistik vaksin. Untuk
menjamin kualitas keberhasilan pelayanan imunisasi, potensi vaksin sangat
penting. Vaksin merupakan produk biologis yang sangat mudah rusak dan
kehilangan potensi bila tidak dikelola dengan benar. Peralatan rantai vaksin dalam
program imunisasi sangat menentukan potensi vaksin selama penyimpanan
maupun transportasi (Kemenkes RI, 2005). Dalam program imunisasi, vaksin
merupakan logistik yang penting dan tanpa adanya vaksin, program imunisasi
tidak bisa berjalan dengan baik. Untuk itulah dalam pelaksanaan pendistribusian
logistik vaksin diperlukan pemantauan agar dapat berjalan sesuai harapan.
Vaksin
merupakan
senyawa
antigenik
yang
digunakan
untuk
Tabel 1.1
Penerimaan dan Pengeluaran Vaksin Dinas Kesehatan Kab. Ogan Ilir
Januari s/d Oktober 2013
Vaksin
Penerimaan
Pengeluaran
BCG
4400
2509
DPT Hb
8400
4799
TT
2900
2237
Polio
9000
4821
Campak
4300
3299
DT
970
90
Td
2100
160
Hepatitis B
7000
3519
ADS 5 ml
300
ADS 0,5 ml
5206
ADS 0,05 ml
1400
Jumlah
38770
28340
Sumber : Dinkes OI, 2013
untuk tingkat kabupaten adalah paling lama 3 bulan. Apabila vaksin disimpan
terlalu lama maka akan bisa menyebabkan kerusakan vaksin dan bila vaksin sudah
rusak, maka tidak akan bisa digunakan lagi. Kerusakan vaksin tentu akan
menimbulkan kerugian terutama dari sisi financial. Bila kita akumulasikan vaksin
yang bersisa berdasarkan harga satuan vaksin, pemerintah menderita kerugian
dalam jumlah yang cukup besar.
Vaksin
BCG
DPT Hb
TT
Polio
Campak
DT
Td
Hepatitis B
Jumlah
Tabel 1.2
Estimasi Kerugian Finansial
Jumlah
Harga Satuan Jumlah Harga
1391
45.100
62.734.100
2302
43.900
101.057.800
435
11.913
5.182.155
2679
16.203
43.407.837
1033
22.572
23.316.876
880
14.487
12.748.560
1940
14.250
27.645.000
2521
18.750
47.268.750
17336
323.361.078
Tujuan Umum
Untuk menganalisis sistem manajemen logistik vaksin di Dinas Kesehatan
Tujuan Khusus
Bagi Penulis
Mendapatkan wawasan, pengetahuan dan menerapkan teori-teori yang
telah didapatkan dari bangku kuliah terutama ilmu manajemen logistik.
1.4.2
1.4.3
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen
2.1.1 Pengertian Manajemen
Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara
universal. Menurut Sondang yang dikutip oleh Kusmanto dkk (1998), manajemen
adalah seni memperoleh hasil melalui berbagai kegiatan yang dilakukan oleh
orang lain. Oleh karena itu sebenarnya hakekat pemahaman terhadap manajemen
adalah penggerakan yaitu menggerakkan orang lain agar secara bersama-sama
mencapai tujuan yang telah mereka tetapkan bersama. Dengan demikian mudah
dipahami bila dikatakan bahwa leadership adalah inti manajemen. Dalam
manajemen tentu telah ditetapkan tujuan organisasi yang hendak dicapai.
Mary Parker Follet (1868-1933) mendefinisikan manajemen sebagai seni
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang
manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan
organisasi. Ricky W. Griffin (1987) mendefinisikan manajemen sebagai sebuah
proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan
sumber daya untuk mencapai sasaran. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai
sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada
dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Dari beberapa
pandangan diatas, dapat disimpulkan ada tiga alasan mendasar mengapa
manajemen diperlukan, yaitu :
11
12
13
Keempat : Dalam organisasi yang mempunyai jumlah SDM yang besar, ada
sekelompok staf yang mempunyai ruang lingkup kegiatan yang berbeda dengan
kelompok staf yang lain. Masing-masing kelompok perlu dibuatkan wadahnya
seperti seksi, bidang, divisi atau departemen (Muninjaya, 2004).
2.1.2 Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan
melekat di dalam proses manajemen dan selalu dijadikan acuan oleh seorang
manajer dalam melaksanakan kegiatannya untuk mencapai tujuan organisasi
(Anshari, 2009). Fungsi manajemen terdiri dari 4 fungsi.
A. Fungsi perencanaan
Fungsi perencanaan adalah fungsi fungsi terpenting dalam manajemen
karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Fungsi
perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara
keseluruhan. Perencanaan manajerial terdiri dari dua bagian utama yaitu
perumusan strategi dan penerapan strategi. Pada bagian perumusan strategi akan
ditetapkan tujuan dan kebijaksanaan umum organisasi. Perumusan strategi
biasanya dikerjakan oleh pimpinan puncak suatu organisasi sedangkan
implementasinya dikerjakan sepenuhnya oleh para manajer operasional dan
dikoordinasi oleh manajer menengah.
B. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolonggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas-tugas
pokok dan wewenang, dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf
dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan definisi tersebut, fungsi
14
15
Melalui
proses
logistiklah
material
mengalir
ke
kelompok
16
Pemeliharaan
Penggunaan
Penganggaran
Pengendalian
Pengadaan
Penyaluran
Penyimpanan
Gambar 2.1
Siklus Logistik
17
logika tunggal
teratur,
penyimpanan dan arus persediaan barang yang efisien dari sumber material ke
kompleks manufacturing, terus ke saluran distribusi, dan sampai kepada nasabah.
Logika tersebut makin lama makin menjadi lazim, sekurang-kurangnya menurut
Bowersox (2000) karena 5 alasan.
Alasan pertama adalah besarnya saling ketergantungan antara kedua
bidang operasional itu yang dapat diusahakan untuk kemanfaatan perusahaan.
Perspektif sistem total pergerakan/penyimpanan memberikan imbalan dan potensi
sinergistik yang lebih besar. Potensi untuk pengintegrasian ini meliputi aktivitas
yang jauh lebih besar daripada jika distribusi fisik atau manajemen material itu
kita tinjau sendirian. Alasan kedua untuk menyokong logistik terpadu adalah
bahwa konsep distribusi fisik dan manajemen material yang sempit tu besar
kemungkinan menimbulkan keadaan yang negatif atau gangguan-gangguan.
Kedua konsep ini sangat memberikan prioritas operasional pada sasaran-sasaran
yang bertolak belakang. Alasan ketiga untuk mengintegrasikan aktivitas fisik
distribusi fisik dengan manajemen material adalah bahwa kebutuhan pengawasan
untuk masing-masing jenis operasi ini adalah sama. Alasan keempat adalah
meningkatnya kesadaran bahwa banyak saling-timbal terdapat di antara ekonomi
manufacturing dengan kebutuhan pemasaran yang dapat dirujukkan oleh suatu
18
sistem logistik yang dirancang dengan baik. Alasan yang kelima dan barangkali
yang terpenting bagi logistik terpadu adalah bahwa kebutuhan akan misi logistik
sekarang dan di masa datang tidak lagi dapat dipenuhi oleh penyebaran teknologi
perangkat-keras saja (Bowersox, 2000).
2.3.2 Logistik Terpadu
Menurut Bowersox (2000), konsep logistik terpadu ini terdiri dari 2 usaha
yang berkaitan, yaitu operasi logistik dan koordinasi logistik.
A. Operasi Logistik
Aspek operasional logistik ini mengenai manajemen pemindahan dan
penyimpanan material dan produk jadi perusahaan. Jadi, operasi logistik itu dapat
dipandang sebagai berawal dan pengangkutan pertama material atau komponenkomponen dari sumber perolehannya dan berakhir pada penyerahan produk yang
dibuat atau diolah itu kepada pelanggan atau konsumen. Untuk pembahasan,
operasi logistik itu dapat dibagi kedalam 3 kategori : (1) manajemen distribusi
fisik, (2) manajemen material, (3) transfer persediaan barang di dalam perusahaan.
Proses manajemen distribusi fisik adalah menyangkut pengangkutan
produk kepada langganan. Manajemen distribusi fisik adalah aspek logistik
keseluruhannya yang berkaitan dengan pengolahan dan pengiriman barang yang
dipesan oleh pelanggan. Dalam distribusi fisik, langganan di pandang sebagai
pemberhentian terakhir dalam saluran pemasaran. Distribusi fisik ini esensial bagi
pemasaran karena pengiriman produk pada waktunya dan ekonomis itu adalah
perlu untuk transaksi yang menguntungkan. Proses pemasaran dalam arti luas
dapat dibagi menjadi aktivitas penciptaan-transaksi dan aktivitas penyelesaian
fisik. Distribusi fisik ini terutama menyangkut aktivitas penyelesaian fisik
19
tersebut. Melalui proses distribusi fisik inilah waktu dan ruang dalam pelayanan
nasabah menjadi bagian yang integral dari pemasaran. Kesimpulannya, sistem
tersebut menghubungkan bersama para manufaktur, para grosir, para pengecer ke
dalam saluran pemasaran yang menjamin tersedianya produk sebagai suatu aspek
yang integral dari proses pemasaran keseluruhannya.
Manajemen material yang kadang-kadang disebut sebagai suplai fisik
adalah menyangkut perolehan dan pengangkutan material. Suku cadang, dan/atau
persediaan barang jadi dari tempat pembelian ke tempat pembuatan atau
perakitan, gudang, atau toko pengecer. Aspek logistik yang berkenaan dengan
pembelian barang mentah, suku cadang dan barang-dagang untuk dijual kembali
disebut manajemen material. Titik pusat dari manajemen material adalah
memberikan kontinuitas dan stabilitas dalam pembelian. Tujuan pokoknya adalah
untuk memberikan assortment yang benar dari material, suku cadang, atau barang
dagang untuk dijual kembali pada lokasi yang dikehendaki. Pemeliharaan suplai
yang kontinu merupakan suatu aspek yang esensial dari manajemen material.
Transfer persediaan internal adalah pemindahan yang dibutuhkan untuk
mengintegrasikan operasi distribusi fisik dengan operasi manajemen material
dalam suatu perusahaan. Tujuan utama dari manajemen material ini adalah
memelihara arus bahan mentah yang teratur dan ekonomis dan membeli barang
dari luar untuk perusahaan. Operasi distribusi fisik adalah berkenaan dengan
pengolahan pesanan langganan dan mengantarkannya. Perbedaan kebutuhan
pemindahan yang sangat besar terdapat antara distribusi fisik dengan manajemen
material. Spesialisasi manajemen distribusi fisik dan manajemen material dalam
suatu perusahaan menimbulkan bidang yang kabur dalam pengawasan antara arus
20
21
2.4 Vaksin
2.4.1 Pengertian Vaksin
Menurut WHO (2002), vaksin adalah produk biologis yang terbuat dari
kuman, komponen kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan yang berguna
untuk merangsang timbulnya kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit
tertentu. Semua vaksin merupakan produk biologis yang rentan sehingga
memerlukan penanganan khusus. Beberapa situasi yang mempengaruhi vaksin
antara lain: pengaruh kelembaban (humidity effect). Kelembaban hanya
berpengaruh terhadap vaksin yang disimpan terbuka atau penutupnya tidak
22
sempurna (bocor), pengaruh kelembaban sangat kecil dan dapat diabaikan jika
kemasan vaksin baik, misalnya dengan kemasan ampul atau botol tertutup kedap
(hermatically sealed) (Centers for Disease Control and Prevention, 2003 dalam
Kristini, 2008)
a. Pengaruh suhu (temperature effect).
Suhu adalah faktor yang sangat penting dalam penyimpanan vaksin karena
dapat menurunkan potensi maupun efikasi vaksin yang bersangkutan apabila
disimpan pada suhu yang tidak sesuai. (Centers for Disease Control and
Prevention, 2003 dalam Kristini, 2008). Suhu penyimpanan vaksin yang tepat
akan berpengaruh terhadap umur vaksin sebagaimana tabel berikut:
Tabel 2.1
Daftar suhu penyimpanan dan umur vaksin berdasarkan jenis vaksin
Jenis vaksin
Suhu penyimpanan
Umur vaksin
BCG
Polio
Campak
DPT
Hepatitis B
TT
DT
DPT-HB
1 tahun
6 bulan
2 tahun
2 tahun
2 tahun
26 bulan
2 tahun
2 tahun
2 tahun
Tabel tersebut menunjukan bahwa untuk jenis vaksin yang sensitif terhadap panas
dapat disimpan pada lemari es dan freezer. Umur vaksin polio akan lebih lama
bila disimpan pada suhu freezer jika dibandingkan bila disimpan pada suhu lemari
es. Apabila terjadi penyimpangan terhadap suhu penyimpanan dari yang
direkomendasikan, maka akan berpengaruh terhadap umur vaksin, sebagaimana
tabel berikut:
23
Vaksin
Tabel 2.2
Suhu penyimpanan dan umur vaksin
Pada suhu
Hepatitis B, DPT-HB
DPT, , DT, TT
DPT, DPT-HB, DT
Hepatitis B & TT
Polio
Campak dan BCG
-0,5 C
-0,5 C s/d -10 C
beberapa C diatas suhu udara luar
(ambient temperatur < 34 C)
beberapa C diatas suhu udara luar
(ambient temperatur < 34 C)
beberapa C diatas suhu udara luar
(ambient temperature < 34 C)
beberapa C diatas suhu udara luar
(ambient temperatur < 34 C)
Dapat bertahan
selama
Maks 1,5 jam
Maks 1,5 2 jam
14 hari
30 hari
2 hari
7 hari
24
2) Vaksin Inactivated
Vaksin inactivated dihasilkan dengan cara membiakkan bakteri atau virus dalam
media pembiakan, kemudian dibuat tidak aktif dengan penambahan bahan kimia
(biasanya formalin) (WHO, 2002). Vaksin inactivated yang tersedia saat ini
berasal dari:
Gabungan polisakarida.
25
Antigen vaksin dapat pula dihasilkan dengan cara teknik rekayasa genetik. Produk
ini sering disebut sebagai vaksin rekombinan. Contoh vaksin dari rekayasa
genetik yang saat ini telah tersedia: vaksin Hepatitis B dan vaksin tifoid.
B. Penggolongan berdasarkan sensitivitas terhadap suhu
1). Vaksin yang peka terhadap suhu dingin dibawah 0 C yaitu vaksin FS (Freeze
Sensitive = Sensitif Beku). Vaksin yang tergolong FS adalah: Hepatitis B (dalam
kemasan vial atau kemasan PID = Prefill Injection Device), DPT, DPT-HB, DT,
TT (WHO, 2002)
2). Vaksin yang peka terhadap suhu panas berlebih ( > 34 C ), yaitu vaksin HS
(Heat Sensitive = Sensitif Panas), seperti: BCG,Polio, Campak (WHO, 2002)
2.4.3. Pengelolaan Vaksin
Pengelolaan vaksin sama halnya dengan pengelolaan rantai vaksin yaitu
suatu prosedur yang digunakan untuk menjaga vaksin pada suhu tertentu yang
telah ditetapkan agar vaksin memiliki potensi yang baik mulai dari pembuatan
sampai pada saat pemberiannya kepada sasaran (WHO dalam Kristini, 2008).
Pengelolaan rantai vaksin sebagai suatu sistem pengawasan, mempunyai
komponen yang terdiri dari input, proses, out put, efek, out come dan mekanisme
umpan baliknya (Muninjaya, 2004).
1. Input
Input dalam pengelolaan vaksin terdiri dari man. money, material, method,
disingkat dengan 4 M. Man atau sumber daya manusia di tingkat dinas kesehatan
minimal mempunyai tenaga yang bertugas sebagai petugas imunisasi dan
pengelola cold chain dengan standar kualifikasi tenaga minimal SMA atau SMK
yang telah mengikuti pelatihan cold chain. Pelayanan imunisasi dilaksanakan oleh
26
keterampilan
yang
diperlukan
petugas
agar
berhasil
menyelesaikannya pekerjaannya.
Money dalam pengelolaan vaksin adalah tersedianya dana operasional untuk
pemeliharaan peralatan rantai vaksin secara rutin serta kondisi darurat bila terjadi
kerusakan peralatan. Material adalah dalam pengelolaan vaksin adalah peralatan
rantai vaksin yang meliputi lemari es, vaccine carrier, termometer, kartu suhu,
form laporan dan sebagainya. Method antara lain prosedur penerimaan dan
penyimpanan vaksin (Muninjaya, 2004)
2. Proses
Proses dalam pengelolaan vaksin adalah semua kegiatan pengelolaan vaksin mulai
dari permintaan vaksin, penerimaan/pengambilan, penyimpanan, pendistribusian,
pemakaian vaksin, dan pencatatan dan pelaporan (WHO, 2002).
a. Permintaan vaksin
Permintaan kebutuhan vaksin didasarkan pada jumlah sasaran yang akan
diimunisasi dengan mempertimbangkan kapasitas tempat penyimpanan vaksin.
Permintaan vaksin di semua tingkatan dilakukan pada saat stok vaksin telah
27
mencapai stok minimum oleh karena itu setiap permintaan vaksin harus
mencantumkan sisa stok yang ada.
b. Penerimaan/pengambilan Vaksin
Pengambilan vaksin harus menggunakan peralatan rantai vaksin yang sudah
ditentukan, Misalnya cold box atau vaccine carrier atau termos. Sebelum
memasukan vaksin ke dalam alat pembawa, petugas harus memeriksa indikator
vaksin (VVM) kecuali vaksin BCG. Vaksin yang boleh digunakan hanya hanya
bila indikator VVM A atau B, sedangkan bila VVM pada tingkat C atau D, vaksin
tidak diterima karena tidak dapat digunakan lagi. Selanjutnya ke dalam vaccine
carrier dimasukan kotak cair dingin (cool pack) dan di bagian tengah diletakkan
termometer. Vaccine carrier yang telah berisi vaksin, selama perjalanan tidak
boleh terkena matahari langsung (WHO, 2003).
c. Penyimpanan Vaksin
Agar vaksin tetap mempunyai potensi yang baik sewaktu diberikan kepada
sasaran maka vaksin harus disimpan pada suhu tertentu dengan lama
penyimpanan yang telah ditentukan di masing-masing tingkatan administrasi.
Cara penyimpanan untuk vaksin sangat penting karena menyangkut potensi dan
daya antigennya. Susunan vaksin dalam lemari es harus diperhatikan karena suhu
dingin dari lemari es/freezer diterima vaksin secara konduksi (WHO, 2002).
Di bawah ini merupakan gambaran tentang lama penyimpanan vaksin disetiap
tingkatan:
28
Tabel 2.3
Lama penyimpanan vaksin di setiap tingkatan
Pusat/Bio Provinsi
Kab/Kota
Pusk/Pustu, Bidan desa
farma
RS,
dan (khusus HB
unit lainnya <7)
Masa simpan vaksin
6 bulan
3 bulan + 1 2 bulan
1 bulan + 1
bulan
+ 1 bulan minggu
cadangan
cadangan
cadangan
Freezer : suhu -15 C s/d -25 C
+2 C s/d
+8 C
Jenis
Vaksin
Polio
DPT
TT
DT
BCG
Campak
Polio
HB
DPT-HB
Hb-uniject
Hb-uniject
+2 C s/d +8 C
Suhu
ruangan
Sumber : World Health Organization, Users handbook for vaccine cold room or freezer room,
2002.
Vaksin yang berasal dari virus hidup (polio dan campak) pada pedoman
sebelumnya harus disimpan pada suhu di bawah 0 C. Dalam perkembangan
selanjutnya, hanya vaksin polio yang masih memerlukan suhu di bawah 0 C di
provinsi dan kabupaten/kota, sedangkan vaksin campak dapat disimpan di
refrigerator pada suhu 2-8 C. Adapun vaksin lainnya harus disimpan pada suhu
2-8 C
d. Pendistribusian
Pengertian distribusi disini adalah transportasi atau pengiriman vaksin dari
pusat ke provinsi, dari provinsi ke kabupaten/kota, dari kabupaten/kota ke
puskesmas dan dari puskesmas ke bidan di desa atau posyandu. Distribusi vaksin
baik jumlah maupun frekuensinya harus disesuaikan dengan volume vaksin di
29
keuntungannya
adalah
biaya
transportasi
berkurang
sedang
30
31
Kondisi VVM
Kondisi A
Kondisi B
Kondisi C
Kondisi D
Tabel 2.4
Cara membaca VVM (Vaccine Vial Monitor)
Keterangan
Warna segi empat lebih
Vaksin
ini
dapat
terang dari warna gelap digunakan
di sekelilingnya
Warna segi empat sudah
Vaksin ini harus segera
mulai berwarna gelap digunakan
namun masih lebih terang
dari warna gelap di
sekelilingnya
Warna segi sama dengan Vaksin ini jangan
warna
gelap
di digunakan lagi
sekelilingnya
Warna segi empat lebih
Vaksin ini jangan
gelap dibanding dari digunakan lagi
warna
gelap
di
sekelilingnya
Freeze tag dan freeze watch adalah alat pemantau paparan suhu dingin
dibawah 0 C. Freeze tag dan freeze watch digunakan untuk memantau kinerja
lemari es terhadap penyimpanan vaksin yang sensitif beku. Bila menemukan
vaksin yang dicurigai beku maka perlu dilakukan uji kocok (shake test) dengan
prosedur yang baru. Perbedaan uji kocok pada prosedur yang lama adalah adanya
vaksin pembanding yang berupa vaksin yang sengaja dirusak atau dibekukan.
Prosedur uji kocok vaksin adalah sebagai berikut:
a. Pilih satu contoh dari tiap tipe dan batch vaksin yang dicurigai pernah beku,
utamakan yang dekat dengan evaporator dan bagian lemari es yang paling dingin.
Beri label Tersangka Beku. Bandingkan dengan vaksin dari tipe dan batch
yang sama yang sengaja dibekukan hingga beku padat seluruhnya dan beri label
Dibekukan.
32
2.5 Imunisasi
2.5.1 Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan. Imunisasi adalah suatu
tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam
tubuh manusia, untuk mencegah penyakit. (Kemenkes RI, 2005)
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen
yang serupa tidak terjadi penyakit. Dilihat dari cara timbulnya kekebalan, maka
terdapat dua jenis kekebalan, yaitu kekebalan pasif dan kekebalan aktif.
Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat
oleh individu. Contohnya adalah kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu
atau kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan imunoglobulin.
Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh
(Grossman dalam Kristini, 2008). Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat
33
oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi, atau
terpajan secara alamiah. Kekebalan aktif biasanya berlangsung lama karena
adanya memori.
2.5.2 Tujuan dan manfaat
Tujuan imunisasi adalah mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang
dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat atau bahkan
menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar (Bellanti
dalam Kristini, 2008). Imunisasi merupakan suatu teknologi yang sangat berhasil
di dunia kedokteran sekaligus merupakan sumbangan ilmu pengetahuan yang
terbaik yang pernah dapat diberikan oleh ilmuwan di dunia ini. Imunisasi adalah
upaya kesehatan yang paling efektif dan efisien dibandingkan dengan upaya
kesehatan lainnya.
Berbagai keuntungan imunisasi, antara lain: 1) Pertahanan tubuh yang terbentuk
akan dibawa seumur hidup; 2) Bersifat cost effective karena murah dan efektif; 3)
Imunisasi tidak berbahaya. Reaksi yang sangat serius sangat jarang terjadi, jauh
lebih jarang dari komplikasi yang timbul apabila terserang penyakit tersebut
secara alamiah (Kemenkes RI, 2005).
2.5.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan imunisasi
Keberhasilan imunisasi tergantung pada beberapa faktor antara lain status imun
pejamu, faktor genetik pejamu, serta kualitas dan kuantitas vaksin (Supriyono
dalam Kristini, 2008)
a. Status imun pejamu
Terjadinya antibodi spesifik pada pejamu terhadap vaksin yang diberikan akan
mempengaruhi keberhasilan imunisasi. Misalnya pada bayi semasa fetus
34
disarankan
untuk
memberikan
imunisasi
ulangan.
Status
imun
35
36
terbentuknya
antibodi.
Pemberian
vaksin
hidup
perlu
Tabel 2.5
Penelitian Terdahulu
No
Peneliti, Tahun
1. Tri Dewi Kristini,
2008
Judul
Metode
Faktor-faktor risiko kualitas Wawancara, pengamatan
pengelolaan vaksin program dan pengukuran, FGD
imunisasi yang buruk di unit
pelayanan swasta ( Studi
Kasus di Kota Semarang)
2.
Sri Pinti
Rahmawati, 2007
Observasional dengan
menggunakan pendekatan
crosssectional
Variabel
Kualitas pengelolaan vaksin, pelatihan
petugas, pengetahuan petugas, fungsi
lemari es, ketersediaan
termometer,
catatan suhu dan pedoman pengelolaan
vaksin, cara membawa, menyimpan,
menggunakan dan memantau suhu vaksin,
komitmen pemilik/penanggung jawab,
petugas, petugas sekaligus pemilik,
supervisi/bimbingan tehnis petugas
Variabel individu
1. Kemampuan dan ketrampilan individu
2. Latar belakang (keluarga, sosial, masa
kerja)
Variabel organisasi
1. Kepemimpinan
2. Supervisi
3. Ketersediaan sarana, dan prasarana
4. Kompensasi
5. Struktur organisasi
Variabel psikologis
1. Motivasi
37
3.
Sutanti, 2002
4.
Ariebowo, HA,
2005
5.
Ummu Kalsum T,
2011
Faktor-faktor manajemen
inventori yang berpengaruh
terhadap ketersediaan obat
generik berlogo di apotek
Kota Semarang
Analisis faktor organisasi
yang berhubungan dengan
cakupan imunisasi
puskesmas di Kabupaten
Batang
Penelitian bbservasional
dengan metode survey dan
pendekatan cross sectional
2. Persepsi
3. Sikap
4. Kepribadian
Metode
dan
proses
perencanaan
kebutuhan, metode dan proses pengadaan,
proses penerimaan, metode dan proses
penyimpanan, proses pendistribusian,
penggunaan, pengendalian dan evaluasi
Kejelasan pengarahan tugas petugas,
keterlibatan pimpinan dalam rapat staf
puskesmas, tanggapan pimpinan terhadap
kesulitan petugas dalam pelaksanaan
imunisasi,
kesesuaian
kemampuan
supervisor dengan kegiatan imunisasi,
pemberian masukan dan umpan balik oleh
supervisor, insentif, kesempatan mengikuti
kegiatan
ilmiah
dan
melanjutkan
pendidikan,
ketersediaan
alat
dan
transportasi
Peraturan imunisasi, SDM pelaksana
imunisasi, program pengelolaan anggaran
imunisasi, ketersediaan vaksin, SIM,
fasilitas dan infrastruktur, supervisi,
distribusi vaksin, penyimpanan vaksin,
38
39
1.
2.
3.
4.
Input
Human
Capital
Managerial
Technological
Proses transformasi
Reenergizing
system
Gambar 2.2
Pendekatan sistem (Input-output model)
Sumber :Harold Koontz, dkk (1984)
Perencanaan Kebutuhan
Pengadaan
Supervisi dan
Penyimpanan
Bimbingan
Teknis
Distribusi
Pemakaian
Pencatatan dan Pelaporan
Gambar 2.3
Mekanisme Pengelolaan Vaksin
Sumber : Kemenkes RI (2005)
Output
BAB III
KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH
Input
Proses
Output
1. SDM
1. Permintaan vaksin
Kualitas
2. Dana
2. Penerimaan vaksin
vaksin
3. Material
3. Penyimpanan
4. Metode
vaksin
4. Pendistribusian
vaksin
5. Pemakaian vaksin
6. Pencatatan dan
pelaporan
Umpan balik
Ket :
= diteliti
= tidak diteliti
40
41
1. SDM (Sumber Daya Manusia) adalah petugas atau pengelola yang telah
memenuhi standar kualifikasi sebagai tenaga pelaksana vaksin di setiap
tingkatan dan telah mendapat pelatihan sesuai dengan tugasnya (Depkes,
2005)
2. Dana adalah dana operasional untuk pemeliharaan rantai vaksin secara
rutin serta kondisi darurat bila terjadi kerusakan peralatan (Tri Dewi,
2008)
3. Material adalah peralatan yang digunakan dalam pengelolaan vaksin
seperti lemari es, vaccine carrier, termometer, kartu suhu, form laporan,
dsb (Tri Dewi, 2008)
4. Metode adalah prosedur yang digunakan dalam
penerimaan dan
penyimpanan vaksin
5. Permintaan vaksin adalah jumlah vaksin yang dibutuhkan berdasarkan
jumlah
sasaran
dengan
mempertimbangkan
kapasitas
tempat
42
10. Pencatatan & pelaporan adalah pelaporan keluar masuknya vaksin secara
terperinci menurut jumlah, harga, no batch, dan tanggal kadaluarsa. Sisa
stok vaksin harus dicantumkan, kondisi VVM juga harus dicatat di SBBK
BAB IV
METODE PENELITIAN
43
44
berdasarkan pada asas kesesuaian dan kecukupan sampai mencapai saturasi data.
Oleh karena itu, pemilihan partisipan pada penelitian ini berdasarkan kriteria yang
telah ditentukan dan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan berdasarkan
teori-teori atau konstrukoperasional sesuai dengan tujuan penelitian (Saryono dan
Mekar, 2011).
Informan kunci penelitian ini adalah informan yang dianggap paling
mengerti tentang sistem dan kebijakan manajemen logistik vaksin yaitu Kepala
Bidang P2PL dan Kasie Pencegahan, Pengamatan Penyakit & Matra. Informan
biasa merupakan petugas pengelola vaksin di tingkat dinas kesehatan dan di
tingkat puskesmas. Puskesmas yang akan dijadikan objek penelitian ada 2
puskesmas yaitu Puskesmas Indralaya dan Puskesmas PKM Sungai Pinang.
Dalam menentukan informan, terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu
sebagai berikut.
1. Memiliki tugas dan kewajiban yang berhubungan dengan pengelolaan
rantai vaksin
2. Memahami dan mengerti tentang cara pengelolaan rantai vaksin
3. Merupakan pekerja tetap dengan masa kerja minimal 1 tahun dalam tugas
dan fungsi jabatan
Tabel 4.1
Daftar Informan Penelitian
No
1.
Informan
Informan Kunci
Kepala Bidang
P2PL
Jumlah
Metode
Pengumpulan Data
1
orang
Wawancara
mendalam dan
Telaah Dokumen
45
No
Informan
Jumlah
2.
Kasie Pencegahan,
Pengamatan
Penyakit & Matra
1
orang
3.
4.
Metode
Pengumpulan Data
Wawancara
mendalam dan
Telaah Dokumen
Informan
Petugas pengelola
vaksin
2
orang
Wawancara
mendalam dan
Telaah Dokumen
Petugas vaksin di
puskesmas
3
orang
Wawancara
mendalam,
observasi dan
telaah dokumen
46
2.
47
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk
kepentingan pengecekan data dan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Triangulasi dilakukan untuk menguji apakah proses dan hasil metode yang
digunakan sudah berjalan dengan baik. Triangulasi yang dilakukan adalah sebagai
berikut (Moleong, 2009):
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari informan yang berbeda
b. Triangulasi Metode
Triangulasi metode yaitu pengecekan terhadap derajat kepercayaan
penemuan hasil penelitian dengan melakukan teknik pengumpulan data
atau metode yang berbeda yaitu wawancara mendalam, observasi, dan
telaah dokumen
c. Triangulasi Data
Triangulasi data dilakukan dengan menganalisis data yang telah
dikumpulkan untuk kemudian meminta umpan balik dari informan.
Umpan balik tersebut berguna bukan saja untuk alasan etik atau
memperbaiki kesempatan agar hasilnya bisa dilaksanakan tetapi juga
untuk memperbaiki kualitas proposal, data dan kesimpulan yang ditarik
dari data tersebut.
48
sistematis,
sehingga
data
menjadi
teratur
dan
mudah
dilacak/dipanggil
2. Melakukan koding dan kategorisasi, koding akan memudahkan dalam
mengatur data yang begitu banyak dan melengkapi tuntutan untuk
menafsirkan fenomena-fenomena. Proses koding berlangsung secara
intuitif sekaligus kreatif. Susun kata kunci, tema, isu, dan pernyataanpernyataan para informan. Inti koding adalah menemukan dan
membandingkan persamaan serta perbedaan materi data untuk membuat
susunan kategori.
3. Mencari pola dan proposisi penelitian, banyaknya kategori yang berbedabeda perlu dikelompokkan menjadi tema-tema besar sehingga lebih stabil,
rapi, dan logis serta masuk akal
4. Mengidentifikasi variabel-variabel dengan cara peneliti berlaku sebagai
detektif yang mencari suatu fakta, menghitung fakta, dan menverifikasi
hasil dengan melihat hasil observasi dan telaah dokumen
49
5. Mencari rantai dari fakta secara logis artinya membuat hubungan antar
variabel yang mengarah ke suatu hasil berdasar fakta yang logis.
Data dari hasil wawancara mendalam dalam bentuk rekaman yang berupa
informasi akan diringkas dan disajikan dalam bentuk narasi serta interpretasi dari
informan kemudian dipindahkan dalam bentuk matriks ringkasan wawancara
mendalam yang dikelompokkan sesuai dengan pertanyaan dan tujuan penelitian.
Sedangkan data hasil observasi akan dianalisis serta dipadukan dengan data hasil
wawancara mendalam dan dilakukan penilaian apakah sudah sesuai dengan
standar yang dipergunakan dan memenuhi semua kriteria yang telah ditetapkan
kemudian dibuat kesimpulan. Data dalam penelitian ini baik data primer maupun
data sekunder dari hasil analisa disajikan dalam bentuk teks, tabel, dan gambar
hasil dokumentasi di lapangan. Analisis data kualitatif harus bermakna, berguna
dan kredibel, sehingga hasil penafsiran perlu dievaluasi ulang. Lakukan pencarian
terhadap penjelasan alternatif dan kasus negatif, melakukan validasi terhadap
keabsahan data responden dan refleksikan terhadap interpretasi yang telah
dilakukan.
BAB V
HASIL PENELITIAN
50
51
pelaksanaan
semua
tugas
Dinas
Kesehatan
dan
menindaklanjutinya
g. Melaksanakan tugas lain yang didelegasikan oleh Bupati
5.1.3 Geografi dan Topografi
Kabupaten Ogan Ilir terbentuk melalui Undang-Undang nomor 37 tahun
2003 yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Ogan Komering Ilir dan
diresmikan pada tanggal 07 Januari 2004. Kabupaten Ogan Ilir mengemban tugas
untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sehingga tercapai suatu
pelayanan prima dalam rangka otonomi daerah yang nyata, luas, dinamis dan
bertanggung jawab dengan luas wilayah 2.666,07 km2 atau seluas 2666,07 hektar.
Kabupaten Ogan Ilir mempunyai batasan administrasi sebagai berikut :
Sebelah Utara
Sebelah Barat
Prabumulih
52
53
Sebelah Selatan
Sebelah Timur
Sebelah Barat
54
55
Sebelah selatan
Sebelah Barat
Sebelah Timur
Puskesmas Lebung Bandung terletak di Desa Lebung Bandung yang cukup ramai
dan strategis karena berdekatan dengan desa kecamatan yaitu desa Rantau Alai.
Wilayah kerja Puskesmas Lebung bandung terdiri dari 6 desa yaitu: (1) Desa
Lebung bandung, (2) Desa Talang sari, (3) Desa Sirah Pulau Kilip, (4) Desa
Tanjung mas, (5) Desa Sanding Marga, (6) Desa Suka Marga
Penduduk Lebung Bandung tahun 2012 berjumlah 6165 jiwa dengan 2190
Rumah Tangga. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Desa Sanding Marga
yaitu berjumlah 1311 jiwa dan memiliki 4 RT/RW. Sedangkan jumlah penduduk
yang paling sedikit ada di Desa Sirah Pulau Kilip yaitu sebesar 292 jiwa dan
memiliki 4 RT/RW. Penduduk di wilayah kerja Puskemas Lebung Bandung
adalah sebagian besar penduduk yang berusia 46-59 tahun dan sebagian kecil
berusia lebih dari 70 tahun.
56
Inisial
1.
HK
2.
YA
3.
YU
4.
MM
5.
HR
6.
MKS
7.
NMP
Jabatan/
Pekerjaan
Kepala Bidang P2PL
(Dinkes OI)
Kasie
Pencegahan,
Pengamatan,
dan
Matra (Dinkes OI)
Staff
Pengelola
Vaksin (Dinkes OI)
Staff
Pengelola
Vaksin (Dinkes OI)
Staff
Pengelola
Vaksin
(Pusk. Indralaya)
Staff
Pengelola
Vaksin
(Pusk. Indralaya)
Staff
Pengelola
Vaksin
(Pusk.Lebung
Bandung)
Jenis
Kelamin
Laki-Laki
49
Lama
Bertugas
5 tahun
Perempuan
34
2 tahun
DIII
(Keperawatan)
S2 (Sains)
Laki-Laki
31
3 tahun
Laki-Laki
39
1 tahun
S1
(Kes.Mas)
Perempuan
32
4 tahun
DIII
(Keperawatan)
Perempuan
33
1 tahun
DIII
(Keperawatan)
Perempuan
24
1 tahun
Pendidikan
S1
(Kes.Mas)
S1
(Kes.Mas)
Umur
57
58
59
program imunisasi. Pelatihan yang terakhir dilakukan adalah pada bulan Oktober
tentang Pengenalan Vaksin Baru dan diikuti oleh kedua petugas.
Hasil tersebut juga diperkuat dengan hasil telaah dokumen yang dilakukan,
Kepala Seksi Pencegahan, Pengamatan dan Matra dibantu oleh 2 orang petugas
yang bertugas mengelola program imunisasi khususnya pengelolaan vaksin.
Dalam melakukan tugasnya, tidak ada SK yang dikeluarkan secara khusus untuk
mengatur tugas diantara keduanya sehingga tidak ada pembagian tugas secara
resmi. Hasil telaah dokumen tentang pelatihan juga membuktikan hasil yang
sama. Saat melakukan pelatihan tentang Pengenalan Vaksin Baru, terdapat modul
pelatihan yang diberikan oleh provinsi kepada petugas pengelola vaksin yang
akan mengikuti pelatihan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas puskesmas didapatlah fakta
bahwa Puskesmas Indralaya memiliki 2 orang tenaga, sedangkan di Puskesmas
Lebung Bandung hanya 1 orang dan sering dibantu TKS. Petugas di Puskesmas
Indralaya merupakan lulusan S1 Kesmas dan DIII Keperawatan, sedangkan
petugas Puskesmas Lebung Bandung merupakan lulusan DIII Keperawatan.
Dalam pengelolaan vaksin tidak ada pembagian kerja secara khusus, seluruh
kegiatan dilakukan bersama-sama. Dengan jumlah tersebut, petugas kedua
puskesmas merasa cukup karena masih bisa mengerjakan pekerjaan yang ada.
Petugas Puskesmas Indralaya mengungkapkan bahwa pelatihan sering dilakukan
dan dikoordinasi oleh Dinkes Provinsi Sumsel sedangkan menurut petugas
Lebung Bandung jarang dilakukan. Pelaksanaan pelatihan tersebut bergantung
dari Dinkes Provinsi dan hanya diikuti oleh 1 orang petugas.
60
setiap
bulan,
harus
ada
surat
tugas
dan
membuat
surat
61
62
Kondisi peralatan disini masih baik, ini ada 2 kulkas 1 nya model kulkas lama
satunya lagi model baru, yang lama ini ga dipake untuk vaksin lagi karena sering
saljuan kan jadi cuman dipake untuk cold pack bekalo perawatan ini sebulan
sekali lah bersihkan saljunya.(HR)
.yang model lama ini udah lama banget, sekitaran 5 tahunan lah. Standar
yang digunakan kita ada buku ketentuan dari Kemenkes RI. (MKS)
Peralatan yang digunakan itu ada kulkas 1, thermometer 1, vaccine carrier 3
buah, cold pack ada beberapa. Kalo standar acuan kita menggunakan standar
yang dikeluarkan Kemenkes, itu ada buku khususnya. Perawatan itu sering
dilakukan, biasanya 1 minggu sekali untuk buang salju dari kulkasnya. (NMP)
Hasil wawancara dengan informan di dinas kesehatan disimpulkan bahwa
peralatan yang digunakan di Dinas Kesehatan Kab. OI dalam rantai vaksin yaitu
freezer, lemari es, termometer, cold box, dan ada beberapa cold pack. Standar
yang dijadikan acuan bagi material-material tersebut tidak terlalu diperhatikan
karena material itu merupakan produk luar negeri yang menurut mereka pasti
sudah berdasarkan standar WHO. Perawatan yang sering dilakukan adalah
perawatan harian, perawatan mingguan, dan perawatan bulanan. Perawatan harian
itu berupa pengecekan suhu setiap 2 kali sehari yaitu setiap pagi dan sore,
perawatan mingguan misalnya dengan pembersihan salju es dan endapan air serta
perawatan keseluruhan tempat penyimpanan yang biasanya dilakukan setiap
bulan.
Hasil yang sedikit berbeda didapatkan antara hasil wawancara dengan
hasil checklist dan pengamatan lapangan yang dilakukan, dimana ternyata
peralatan yang digunakan dalam rantai vaksin ada beberapa yang tidak dimiliki
oleh dinas kesehatan, peralatan tersebut adalah cold box dan freeze tag. Berikut
hasil checklist tentang material yang digunakan di tingkat kabupaten.
63
Tabel 5.2
Hasil Checklist Peralatan Rantai Vaksin di Dinas Kesehatan OI
No Peralatan Rantai Vaksin
Ada
Tidak
Ket
1 lemari es
1 buah
2 Freezer
1 buah
3 vaccine carrier
Tidak ada
4 Termometer
2 buah
5 Termos
Tidak ada
6 cold box
Tidak ada
7 cold pack
Banyak
8 kartu suhu
2 buah
9 freeze tag
Tidak ada
Hasil checklist menunjukkan bahwa ada beberapa peralatan yang tidak
dimiliki Dinkes OI. Peralatan tersebut berupa vaccine carrier, termos, cold box,
dan freeze tag.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di Puskesmas Indralaya
disimpulkan bahwa peralatan yang digunakan ada 2 buah lemari es, 1 lemari es
merupakan model lama dan 1 lemari es lainnya merupakan model baru. Standar
yang digunakan untuk material tersebut mengacu pada buku pedoman yang
diterbitkan Kemenkes RI. Perawatan yang sering dilakukan adalah pembersihan
salju, pembuangan endapan air dan pengelapan debu-debu di seluruh bagian
lemari es. Kegiatan tersebut biasanya dilakukan 1 bulan sekali.
Hasil tersebut juga diperkuat dengan hasil checklist dan pengamatan
lapangan yang dilakukan, berikut hasil checklist tentang material yang digunakan
di tingkat puskesmas.
Tabel 5.3
Hasil Checklist Peralatan Rantai Vaksin di Puskesmas Indralaya
No Peralatan Rantai Vaksin
Ada
Tidak
Ket
1 lemari es
1 buah
2 Freezer
Tidak ada
3 vaccine carrier
1 buah
64
No
4
5
6
7
8
9
Ada
Tidak
Ket
1 buah
1 buah
Tidak ada
Banyak
2 buah
Tidak ada
1 buah
2 Freezer
Tidak ada
3 vaccine carrier
3 buah
4 Termometer
1 buah
5 Termos
Tidak ada
6 cold box
Tidak ada
7 cold pack
Banyak
8 kartu suhu
2 buah
9 freeze tag
Tidak ada
65
yang
digunakan
dalam
penerimaan
dan
penyimpanan
vaksin,
66
vaksin yaitu memperhatikan jumlah vaksin yang diterima dan mencatat dalam
buku khusus per item vaksin, memperhatikan jumlah yang diterima dengan
jumlah yang ada di SBBK. Saat menerima vaksin, kondisi VVM dan tanggal
kadaluarsa diperhatikan. Metode penyimpanan adalah memperhatikan posisi
vaksin, ada beberapa vaksin yang harus ditempatkan di dalam freezer dan ada
beberapa yang ditempatkan di dalam lemari es. Kebijakan yang menjadi acuan
adalah adanya buku yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI. Metode itu tidak
sepenuhnya digunakan karena mengingat keterbatasan tempat penyimpanan.
Hasil telaah dokumen menunjukkan ada Standar Operational Prosedur
(SOP) yang dimiliki oleh Dinkes OI sebagai acuan dalam metode penerimaan dan
penyimpanan. Hasil checklist dibawah ini menunjukkan metode penyimpanan
yang dilakukan di Dinkes OI
Tabel 5.5
Hasil Checklist Metode Penyimpanan di Dinas Kesehatan
No
Susunan posisi vaksin
Posisi
dalam lemari es
1
Polio
Freezer
2
BCG
Lemari es
3
Campak
Freezer
4
DPT
Lemari es
5
Hepatitis B uniject
Lemari es
6
Td
Lemari es
7
TT
Lemari es
8
DT
Lemari es
Hasil checklist menunjukkan bahwa vaksin Polio dan Campak disimpan di
dalam freezer dan vaksin yang lain yaitu BCG, DPT, Hep.B, Td, TT, dan DT
disimpan dalam lemari es.
Berdasarkan keterangan informan di puskesmas, disimpulkan bahwa
metode yang diterapkan petugas pengelola vaksin di tingkat puskesmas saat akan
67
68
Tabel 5.7
Hasil Checklist Metode Penyimpanan di Puskesmas Lebung Bandung
No
Susunan posisi vaksin
Posisi
dalam lemari es
1
Polio
Dekat evaporator
2
BCG
Dekat dinding
3
Campak
Dekat evaporator
4
DPT
Dekat dinding
5
Hepatitis B uniject
Dekat dinding
6
Td
Dekat dinding
7
TT
Dekat dinding
8
DT
Dekat dinding
69
70
71
72
73
74
bisa memakan waktu 3-4 jam diperjalanan. Standar yang digunakan dalam proses
pendistribusian adalah adanya Standar Operasional Prosedur yang disusun
berdasarkan peraturan provinsi yang mengacu pada peraturan Kemenkes RI.
Keterangan informan ternyata tidak sesuai dengan hasil telaah dokumen
yang dilakukan. Hasil telaah dokumen menunjukkan bahwa tidak ada SOP yang
mengatur tentang proses pendistribusian, SOP hanya sebatas Protap Penerimaaan
dan Protap Pemeliharaan Ruang Dingin tempat penyimpanan vaksin. Hasil
checklist menunjukkan bahwa Dinkes Kab. OI tidak memiliki cold box dan freeze
tag, peralatan yang digunakan untuk proses pendistribusian. Setelah diumpan
balik ke informan, cold box dan freeze tag tidak dimiliki sendiri oleh Dinkes Kab.
OI dan sering dipinjam oleh pihak lain.
Berdasarkan keterangan informan di puskesmas, diketahui bahwa proses
pendistribusian vaksin dari puskesmas ke tempat-tempat posyandu biasanya
menggunakan vaccine carrier dan termos untuk Puskesmas Indralaya sedangkan
Puskesmas Lebung Bandung hanya menggunakan vaccine carrier. Paling lama
dalam proses pendistribusian tersebut adalah 10-15 menit untuk Puskesmas
Indralaya dan 30 menit untuk Puskesmas Lebung Bandung. Pertimbangan utama
adalah jarak karena bila jaraknya jauh maka didalam vaccine carrier dimasukkan
banyak cold pack.
Hasil checklist memperkuat pernyataan informan bahwa memang di
Puskesmas Indralaya terdapat vaccine carrier dan termos yang digunakan dalam
proses pendistribusian. Sedangkan di Puskesmas Lebung Bandung terdapat
vaccine carrier berjumlah 3 buah yang digunakan untuk membawa vaksin ke
lokasi-lokasi posyandu.
75
76
77
sisa stock vaksin, vaksin yang masuk, vaksin yang keluar, pemakaiannya berapa.
(HR)
Sistem pencatatan nya ya kita ada laporan setiap bulan, laporan catatan stock
vaksin untuk masing-masing vaksin. Jumlah sasaran, jumlah cakupan,
permintaan vaksinnya berapa. (NMP)
Berdasarkan keterangan informan di dinas kesehatan disimpulkan bahwa
sistem pencatatan dan pelaporan vaksin di dinkes OI adalah adanya SBBK (Surat
Bukti Barang Keluar). Sebelumnya terdapat software yang diberikan oleh pusat
tapi sekarang masih belum bisa digunakan karena software tersebut error.
Permasalahan utama dalam pencatatan dan pelaporan vaksin tersebut adalah
keterlambatan puskesmas dimana setiap puskesmas itu diberi batasan waktu
pelaporan adalah tanggal 5. Permasalahan tersebut kemungkinan disebabkan
karena jarak yang terlalu jauh sehingga diberikan solusi dengan melaporkan
jumlah permintaan, pengeluaran dan stok vaksin melalui sms ataupun telepon.
Kebijakan dan standar yang mengatur proses pencatatan dan pelaporan tersebut
adalah adanya buku pedoman yang diterbitkan oleh Kemenkes RI.
Dari hasil wawancara dengan informan di puskesmas disimpulkan bahwa
sistem pelaporan dan pencatatan di Puskesmas Indralaya sudah lengkap, terdiri
dari laporan monitoring yang diberikan setiap bulannya ke Dinkes OI dan laporan
stok vaksin berdasarkan masing-masing vaksin, dan juga SBBK. Data yang
dimuat adalah jumlah vaksin yang digunakan, jumlah permintaan vaksin, jumlah
vaksin yang diterima, dan sisa stok vaksin. Sedangkan di Puskesmas Lebung
Bandung, sistem pencatatan dan pelaporan adalah adanya laporan setiap bulan,
laporan catatan stok vaksin untuk setiap vaksin. Data yang dimuat didalam
laporan tersebut adalah jumlah sasaran dan permintaan vaksin tersebut.
78
BAB VI
PEMBAHASAN
79
80
yang tidak mau direkam sehingga penulis hanya bisa mencatat hasil wawancara.
Ada juga informan yang dikarenakan mempunyai tugas dan pekerjaan yang sama
jadi wawancara dilakukan secara bersamaan dengan informan lainnya.
Dalam penelitian ini diperlukan pemahaman yang mendalam menyangkut
berbagai teori yang diperlukan. Sementara kepustakaan mengenai pengelolaan
rantai vaksin masih sangat terbatas dan ada beberapa literatur yang diterbitkan
langsung oleh WHO dalam bahasa inggris sehingga harus diartikan terlebih
dahulu ke dalam bahasa
6.2 Pembahasan
Agar penelitian ini lebih mendapatkan keabsahan data dan sesuai dengan
fakta yang ada, dalam penelitian ini juga dilakukan validitas data. Metode
validitas data yang digunakan adalah metode triangulasi. Triangulasi sumber yaitu
dengan membandingkan suatu informasi dari informan yang berbeda. Triangulasi
metode yaitu dengan teknik pengumpulan data cara wawancara mendalam,
observasi, dan telaah dokumen. Triangulasi data yaitu dengan meminta umpan
balik dari informan atas data yang telah dikumpulkan.
6.2.1 SDM Pengelola Vaksin
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan informan di tingkat
kabupaten, didapatlah fakta bahwa jumlah tenaga pengelola vaksin itu ada 2
orang. Masing-masing petugas dengan kualifikasi pendidikan DIII dan S2
81
Science. Dalam melakukan tugas dan pekerjaannya, tidak ada pembagian khusus
secara tertulis diantara petugas dan hanya sebatas lisan. Jumlah tersebut dirasakan
kurang oleh petugas karena tidak sebanding dengan tugas dan pekerjaan yang
harus dilakukan. Kedua petugas melakukan keseluruhan pekerjaan yang
berhubungan dengan program imunisasi dan dalam pelaksanaannya sering
terjadinya rangkap kerja dimana petugas tidak hanya melakukan perhitungan
jumlah permintaan tetapi juga yang merawat tempat penyimpanan, mengurus
semua pencatatan dan pelaporan, serta juga melayani puskesmas yang ingin
melakukan pengambilan vaksin. Hasil telaah dokumen juga menunjukkan tidak
adanya surat atau peraturan yang dengan jelas melakukan pembagian tugas
diantara sesama petugas.
Hasil yang sedikit berbeda didapatkan dari kedua puskesmas. Puskesmas
Indralaya memiliki 2 orang tenaga petugas dengan kualifikasi pendidikan S1
Kesehatan Masyarakat dan DIII Keperawatan. Puskesmas Lebung Bandung
memiliki 1 orang petugas dengan kualifikasi pendidikan DIII Keperawatan, dalam
melakukan tugasnya sebagai petugas program imunisasi khususnya pengelola
vaksin, petugas sering dibantu TKS (Tenaga Kerja Sukarela). Diantara petugas
Puskesmas Indralaya tidak dilakukan pembagian kerja dan keseluruhan tugas
dilakukan secara bersama-sama. Dengan jumlah tersebut, mereka tidak pernah
merasa kesulitan dalam melakukan pekerjaan karena sering dilakukan bersamasama dan proses pendistribusian vaksin ke masing-masing posyandu itu terjadwal
dengan baik. Begitu juga dengan petugas Puskesmas Lebung Bandung, ia tidak
pernah merasa kesulitan karena sering dibantu oleh TKS dalam melakukan
kegiatan pengelolaan rantai vaksin.
82
83
imunisasi dasar bayi tidak sesuai target cenderung mempunyai persepsi yang
kurang baik terhadap beban kerja. Responden menyatakan mempunyai tambahan
tugas dalam pelaksanaan imunisasi, misalnya bulan imunisasi anak sekolah
(BIAS), PIN (pekan imunisasi nasional) ataupun kegiatan imunisasi yang lain
(recam reduksi campak, tt-wus), persiapan crash program imunisasi campak dan
polio, masih ditambah dengan beberapa laporan dan tugas tugas yang lain.
Petugas dengan jumlah pekerjaan yang banyak dan merangkap kerja akan
mempengaruhi kualitas dari kinerja petugas tersebut.
Petugas pengelola vaksin yang ada Puskesmas Indralaya dan Puskesmas
Lebung Bandung juga sudah memenuhi kualifikasi dari segi pendidikan dan
pelatihan. Pendidikan minimal yang diharuskan Kemenkes RI untuk tingkat
puskesmas adalah SLTA atau SMK. Petugas Puskesmas Indralaya sendiri masingmasing merupakan lulusan S1 Kesehatan Masyarakat dan DIII Keperawatan,
sedangkan petugas Puskesmas Lebung Bandung merupakan lulusan DIII
Keperawatan. Petugas dari kedua puskesmas juga sudah pernah mengikuti
pelatihan tentang pengelolaan rantai vaksin. Berdasarkan Kepmenkes RI, untuk
tingkat puskesmas, petugas imunisasi juga bisa juga merangkap sebagai petugas
pengelola cold chain.
Sebagian besar kesalahan pengelolaan vaksin (cara membawa vaksin, cara
menyimpan vaksin, cara memantau suhu lemari es dan cara menggunakan vaksin)
terdapat pada instansi dengan pengetahuan petugas yang kurang. Kesalahan
pengelolaan vaksin oleh tenaga pengelola dengan pengetahuan yang kurang akan
mempengaruhi output pengelolaan vaksin. (Kristini, 2008),
84
SDM
Puskesmas
Indralaya
Jumlah tenaga 2 orang
2 orang
kerja
(Y dan MM)
(HR dan MKS)
Kualifikasi
DIII Keperawatan S1 Kesmas
pendidikan
dan
dan
S2 Science
DIII Keperawatan
3.
Pembagian
tugas
4.
Pelaksanaan
tugas
5.
Pelatihan
Dinkes OI
Pusk.
Lebung
Bandung
1 orang (NMP)
DIII Keperawatan
Kemenkes RI
-
Kabupaten :
Pengelola
Program
Imunisasi :
DIII Kesehatan
Pengelola cold
chain : SLTA
Puskesmas :
Pengelola cold
chain : SLTA
Tidak ada
Tidak ada
Semua pekerjaan Kabupaten :
pembagian tugas
pembagian tugas,
dilakukan sendiri
Adanya pembagian
secara tertulis,
semua pekerjaan
dan sering dibantu tugas,
petugas
tetapi hanya
dilakukan bersama- TKS
pengelola program
sebatas lisan
sama
imunisasi
dan
pengelola
rantai
vaksin.
Puskesmas
:
Pengelola program
imunisasi
boleh
sama
dengan
pengelola
cold
chain
Jumlah tersebut
Dalam melakukan Dalam melakukan
dirasakan masih
tugasnya, petugas tugasnya, petugas
kurang. Banyaknya tidak merasa
tidak merasa
tugas dan pekerjaan keberatan karena
keberatan karena
sehingga sering
dilakukan bersama- sering dibantu TKS
rangkap kerja
sama
Sering dilakukan, Tidak terlalu
Jarang, hanya saat Untuk
1 tahun sekali.
sering, terakhir
ada program baru meningkatkan
bulan Oktober
pengetahun
dan
keterampilan
petugas
harus
dilakukan
pelatihan
85
Pencairan
dana
juga
tidak
tentu
karena
harus
ada
surat
86
87
Dinkes OI
Puskesmas
Indralaya
Dana tersedia
Tidak tersedia
hanya untuk
dana khusus untuk
permintaan
pengelolaan rantai
vaksin dan
vaksin, dana
transportasi.
hanya tersedia
Dana dibatasi Rp. untuk
250.000 setiap
pengambilan
bulannya dan
vaksin
belum ada dana
untuk perawatan
rantai vaksin
Pusk. Lebung
Bandung
Tidak tersedia
dana khusus
untuk
pengelolaan
rantai vaksin,
dana berasal dari
BOK dan hanya
untuk
pengambilan
vaksin
Kemenkes RI
Dana pengadaan
vaksin berasal dari
pemerintah pusat.
Pendistribusian dan
pengelolaan rantai
vaksin lainnya
disediakan
pemerintah daerah
88
sudah sangat lama. Padahal saat diamati langsung dilapangan, ada banyak jumlah
lemari es dan freezer di dalam gudang tempat penyimpanan dan hanya 2 buah
yang berfungsi dengan baik.
Adanya kulkas dan freezer yang rusak dikarenakan memang umur kulkas
dan freezer tersebut sudah sangat lama dan tidak bisa dilakukan perbaikan karena
tidak tersedia dana. Perawatan yang dilakukan hanya sebatas perawatan harian
yaitu pengecekan suhu, perawatan mingguan pembersihan salju, dan perawatan
bulanan berupa pengecekan keseluruhan bagian kulkas. Perawatan seperti
pengecekan atau penggantian suku cadang tidak pernah dilakukan karena memang
tidak tersedianya dana untuk pembelian suku cadang tersebut. Hal ini
mengakibatkan kulkas dan freezer akan mudah rusak apalagi usia kulkas dan
freezer tersebut yang sudah lama.
Peralatan yang digunakan di tingkat puskesmas adalah lemari es,
termometer, vaccine carrier, dan cold pack. Puskesmas Indralaya memiliki 2 buah
lemari es tempat penyimpanan vaksin, 1 merupakan model lama dan 1 lagi model
terbaru. Lemari es yang model lama tidak lagi digunakan sebagai tempat
penyimpanan vaksin karena sudah sering muncul bunga es dan hanya digunakan
sebagai tempat penyimpanan cold pack. Selain itu juga, puskesmas ini memiliki 1
buah vaccine carrier, 1 buah termos, 1 buah termometer, dan beberapa cold pack.
Puskesmas Lebung Bandung memiliki 1 buah lemari es, 3 buah vaccine carrier, 1
buah termometer, dan beberapa cold pack. Berdasarkan hasil checklist dan
pengamatan peneliti, peralatan tersebut sudah sesuai ketentuan. Perawatan yang
dilakukan petugas hanya sebatas pembersihan bunga es dan keseluruhan bagian
89
lemari es yang dilakukan oleh Puskesmas Indralaya 1 bulan sekali dan Puskesmas
Lebung Bandung 1 minggu sekali.
Peralatan yang digunakan dalam pengelolaan rantai vaksin menurut WHO
(2004) dan Kemenkes RI (2005) untuk tingkat kabupaten berupa lemari es,
freezer, cold box, cold pack, termometer, dan freeze tag. Penyediaan suku cadang
lemari es dan freezer merupakan salah satu upaya agar lemari es dapat selalu
berfungsi dengan baik dan benar. Suku cadang harus tersedia sesuai dengan jenis
dan tipe masing-masing lemari es. Sedangkan untuk tingkat puskesmas, peralatan
yang digunakan adalah lemari es, vaccine carrier atau termos, termometer dan
cold pack. Suku cadang juga harus tersedia di tingkat puskesmas dan disesuaikan
dengan tipe lemari es yang digunakan.
Menurut WHO (2002), perawatan peralatan tingkat kabupaten sama
dengan tingkat puskesmas yaitu berupa perawatan harian, perawatan mingguan,
dan perawatan bulanan. Perawatan harian berupa pemeriksaan suhu 2 kali sehari
setiap pagi dan sore, mendengarkan bunyi peralatan. Perawatan mingguan yaitu
pembersihan bagian luar lemari es/freezer untuk menghindari karat, memeriksa
stop kontak listrik, dan memeriksa penyusunan penyimpanan vaksin. Perawatan
bulanan adalah pembersihan keseluruhan bagian lemari es/freezer dan pencairan
bunga es.
Berdasarkan SOP Dinkes OI, pembersihan bulanan lain yang harus
dilakukan adalah pemeriksaan kerapatan karet pada tempat penyimpanan dan
melakukan pembersihan. Selanjutnya melakukan validasi pada termometer dan
termograf.
Hasil
evaluasi
tersebut
kemudian
dilakukan
evaluasi
dan
90
dilakukan penggantian oli setiap 100 jam beroperasi atau 4 bulan, dalam hal ini
mana yang mencapai duluan.
Material yang digunakan untuk pengelolaan vaksin ditingkat kabupaten
belum bisa dikatakan lengkap karena ada beberapa material yang tidak dimiliki
oleh Dinkes OI. Ketentuan Kemenkes RI bahwa peralatan yang digunakan untuk
tingkat kabupaten adalah berupa lemari es, freezer, cold box, cold pack,
termometer, dan freeze tag sedangkan Dinkes OI belum memiliki cold box dan
freeze tag sendiri. Lain halnya dengan tingkat puskesmas dimana peralatan yang
digunakan sudah lengkap dan sesuai dengan ketentuan Kemenkes RI karena sudah
memiliki lemari es yang sesuai yaitu buka atas, vacciner carrier atau termos,
termometer dan cold pack.
Perawatan yang dilakukan tingkat kabupaten sudah cukup baik walaupun
ada beberapa perawatan yang belum dilakukan. Perawatan yang belum lengkap
dilakukan adalah perawatan mingguan yaitu pemeriksaan stop kontak listrik dan
perawatan bulanan yaitu validasi pada termometer dan termograf. Sama halnya
dengan perawatan di kabupaten, perawatan di tingkat puskesmas belum berjalan
dengan baik karena hanya sebatas pembersihan bunga es dan endapan air tanpa
ada perawatan-perawatan lain seperti pemeriksaan stop kontak listrik dan kabelkabel, pemeriksaan karet, dan validasi termometer. Baik di tingkat kabupaten dan
puskesmas belum bisa memenuhi ketentuan Kemenkes RI dalam hal penyediaan
suku cadang. Hal inilah yang diperkirakan menjadi salah satu pemicu rusaknya
lemari es dan freezer yang ada di Dinkes OI dan tidak diperbaiki lagi.
Hasil penelitian Rahmawati (2007) menunjukkan ketersediaan peralatan
penunjang merupakan salah satu faktor yang mampu mempengaruhi hasil
91
kegiatan petugas imunisasi. Kondisi sarana dan prasarana yang baik antara lain
lengkap, modern, berkualitas, dan jumlah cukup akan memberikan kepuasan
karyawan yang kemudian dapat meningkatkan kinerjanya. Begitu juga dengan
penelitian
HA,
hubungan bermakna
antara
1.
Material
Dinkes OI
Pengelolaan
Vaksin
Jumlah
Material yang
material
digunakan 1
buah freezer, 1
buah lemari es,
2 termometer,
beberapa cold
pack.
2.
Kondisi
material
3.
Perawatan
material
1 buah freezer
dan 1 buah
lemari es yang
bagus, 2 lainnya
rusak. Peralatan
yang lain
kondisi baik.
Harian :
pengecekan
suhu
Mingguan :
pembersihan
bunga es
Bulanan :
keseluruhan
bagian kulkas
dan freezer.
Puskesmas
Indralaya
Material yang
digunakan 1
buah lemari es
model baru dan
1 buah model
lama, 1 buah
vaccine carrier,
1 buah termos,
1 buah
termometer, dan
beberapa cold
pack
Keseluruhan
peralatan yang
digunakan
masih dalam
kondisi baik
Bulanan :
pembuangan
bunga es dan
endapan air
Puskesmas
Lebung
Bandung
Material
yang
digunakan 1
buah lemari
es, 1 buah
termometer,
3 buah
vaccine
carrier, dan
beberapa
cold pack.
Kemenkes RI &
SOP Dinkes OI
Mingguan :
pembuangan
bunga es
Harian :
pemeriksaan suhu
2 kali setiap pagi
dan sore.
Mingguan :
pembersihan
bagian luar
lemari es/freezer
untuk
menghindari
Kabupaten :
Freezer
Lemari es
Termometer
Cold box
Freeze tag
Cold pack
Puskesmas
Lemari es
Vaccine carrier
Termos
Termometer
Cold pack
Keseluruhan Fungsi dari tiap
peralatan
peralatan baik.
yang
Pengoperasian
digunakan
peralatan bisa
masih dalam dilakukan dengan
kondisi baik
mudah.
92
No
Material
Pengelolaan
Vaksin
Dinkes OI
Puskesmas
Indralaya
Puskesmas
Lebung
Bandung
Kemenkes RI &
SOP Dinkes OI
karat dan
memeriksa stop
kontak listrik.
Bulanan :
pembersihan
keseluruhan
bagian lemari
es/freezer dan
pencairan bunga
es
93
Vaksin yang memiliki sifat sensitif panas (Polio, Campak, BCG) diletakkan di
dekat evaporator, sedangkan vaksin yang sensitif dingin (Hb O, DPT, DT, Td)
diletakkan di pinggir.
Hasil
wawancara
menunjukkan
bahwa
metode
penerimaan
dan
penyimpanan yang digunakan oleh Dinkes OI, walaupun sudah cukup baik tapi
tidak sepenuhnya sesuai dengan ketentuan SOP yang dikeluarkan oleh Dinkes OI
sendiri. Berdasarkan ketentuan SOP, proses penerimaan dimulai dengan
pemeriksaan kelengkapan administrasi vaksin tersebut. Administrasi tersebut
berupa SP, CoA, VAR, dan SBBK. Pemeriksaan adminsitrasi yang dilakukan
petugas Dinkes OI hanya sebatas SBBK sedangkan petugas tingkat puskesmas
tidak melakukan pemeriksaan adminsitrasi sama sekali. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan VVM dan tanggal kadaluarsa secara random pada beberapa bagian
kotak vaksin yang diterima. Pemeriksaan ini telah dilakukan oleh petugas tingkat
kabupaten dan petugas puskesmas.
Menurut Kemenkes RI (2005), metode penyimpanan vaksin disesuaikan
dengan sifat dan karakteristik vaksin tersebut. Untuk tingkat kabupaten, vaksin
polio, BCG, dan campak disimpan di freezer, Namun pada perkembangannya,
BCG dan campak juga bisa disimpan di kulkas. Sedangkan vaksin lainnya
disimpan di dalam kulkas yaitu TT, DPT, DT, Hep.B. Untuk tingkat puskesmas,
vaksin Heat Sensitive (BCG, Campak, Polio) diletakkan pada dekat dengan
evaporator. Vaksin Freeze Sensitive (DPT, TT, DT, Hep.B) diletakkan jauh
dengan evaporator. Peletakkan dus vaksin mempunyai jarak minimal 1-2 cm baik
itu di tingkat kabupaten maupun di puskesmas.
94
Puskesmas
Lebung
Bandung
Pemeriksaan
Pemeriksaan
kondisi VVM dan kondisi VVM,
tanggal
tanggal
kadaluarsa vaksin kadaluarsa, dan
segel vaksin
Menyesuaikan
sifat vaksin den
tempat
penyimpanan
Metode
Penyimpanan
Memperhatikan
jarak vaksin
dengan dinding
tempat
penyimpanan dan
kesesuaian sifat
vaksin dg tempat
penyimpanan
Puskesmas
Indralaya
Kemenkes RI dan
SOP Dinkes OI
Pemeriksaan
kelengkapan
administrasi berupa
SP, CoA, VAR, dan
SBBK. Selanjutnya
pemeriksaan VVM
dan tanggal
kadaluarsa secara
random pada
beberapa bagian
kotak vaksin yang
diterima.
.Untuk kabupaten,
vaksin polio,
disimpan di freezer,
Vaksin disimpan
didalam kulkas yaitu
TT, DPT, DT,
Hep.B. BCG dan
Campak bisa di
keduanya. Untuk
tingkat puskesmas,
vaksin HS (BCG,
Campak, Polio)
diletakkan pada
dekat dengan
evaporator. Vaksin
FS (DPT, TT, DT,
Hep.B) diletakkan
95
No Metode
Penerimaan &
Penyimpanan
Dinkes OI
Puskesmas
Indralaya
Puskesmas
Lebung
Bandung
Kemenkes RI dan
SOP Dinkes OI
jauh dengan
evaporator.
Peletakkan dus
vaksin mempunyai
jarak minimal 1-2
cm.
96
sasaran x target
IP vaksin
97
Penentuan
jumlah
permintaan
vaksin
Dinkes OI
Mengakumulasikan
jumlah permintaan
dari masing-masing
puskesmas serta
melihat jumlah
pemakaian bulan
sebelumnya. Sisa
stok bulan
sebelumnya dan
kondisi tempat
penyimpanan
vaksin
dipertimbangkan
Puskesmas
Indralaya
Menyesuaikan
pengeluaran bulan
sebelumnya dan
melihat jumlah
cakupan
imunisasi bayi.
Bayi luar wilayah
dijadikan
pertimbangan
Puskesmas
Lebung
Bandung
Menghitung
jumlah
sasaran
cakupan
imunisasi bayi
Kemenkes RI
Kabupaten:
Akumulasi
kebutuhan vaksin
dari seluruh
puskesmas.
Puskesmas:
memperhatikan
jumlah sasaran
imunisasi, target
cakupan yang
diharapkan untuk
setiap jenis
imunisasi, indeks
pemakaian vaksin
tahun lalu. Sisa stok
dipertimbangkan
98
99
Proses
penerimaan
vaksin
Dinkes OI
Memberikan
format permintaan,
kemudian
menerima lalu
memeriksa kondisi
VVM dan tanggal
kadaluarsa vaksin
Puskesmas
Indralaya
Memberikan
format
permintaan,
memerika
kesesuaian
jumlah,
memeriksa
kondisi VVM
dan
tanggal
kadaluarsa
Puskesmas
Lebung
Bandung
Memeriksa
kondisi
vaksin, VVM
dan tanggal
kadaluarsa.
Kemenkes RI dan
SOP Dinkes OI
Pertama
memperhatikan
kelengkapan
administrasi vaksin
SP berisi jumlah
dan jenis vaksin,
CoA, VAR, dan
alat pemantau suhu.
Selanjutnya
mencatat
jumlah,
no
batch,
dan
tanggal kadaluarsa
lalu memeriksa dan
mencatat
kondisi
VVM
yang
tdilakukan secara
random pada setiap
bagian dus vaksin
100
101
102
maksimal yaitu lebih dari 3 bulan. Vaksin yang diperkirakan mempunyai masa
penyimpanan lebih dari 3 bulan adalah vaksin BCG, DPT, dan Hepatitis B. Hal ini
tentu saja tidak sesuai dengan ketentuan Kemenkes RI. Vaksin yang disimpan
terlalu lama akan mempengaruhi kualitas dari vaksin itu sendiri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara menyimpan vaksin merupakan
faktor resiko berpengaruh terhadap kualitas pengelolaan vaksin. Cara menyimpan
vaksin yang salah memiliki resiko 3,5 kali untuk menyebabkan kualitas
pengelolaan vaksin menjadi buruk dibanding bila vaksin disimpan dengan benar.
(Kristini, 2008).
Tabel 6.7
Perbandingan Hasil Wawancara Penyimpanan Vaksin dengan Standar
No Penyimpanan
Vaksin
1
Kondisi
penyimpanan
vaksin
Permasalahan
tempat
penyimpanan
Lama
penyimpanan
Dinkes OI
Puskesmas
Indralaya
Pusk.
Lebung
Bandung
Masih
cukup
bagus.
Masih cukup
bagus, ada 2 buah
kulkas, model
terbaru dan model
lama. Model lama
hanya digunakan
untuk cold pack
Kurangnya tempat
Tidak mengalami Tidak
penyimpanan vaksin, kendala
mengalami
jumlah vaksin yang
kendala
akan disimpan
banyak. Akibatnya,
penyusunan vaksin
bertumpuk-tumpuk
Ada beberapa vaksin Maksimal 1 bulan Maksimal 1
(BCG, DPT, Hep.B)
bulan
yang diperkirakan
melebihi 3 bulan.
Kemenkes RI
Berfungsi
baik
dengan
Peletakan dus
vaksin minimal 1-2
cm didalam tempat
penyimpanan
Kabupaten : stok
maksimal 3 bulan,
stok minimal 1
bulan. Puskesmas :
stok maksimal 1
bulan, stok
minimal 1 minggu
103
104
dibandingkan bila vaksin dibawa dengan cara yang benar. Vaksin dengan kondisi
VVM rusak (C atau D) dan vaksin beku sebagian besar terjadi pada UPS dengan
kesalahan cara membawa vaksin
Pendistribusian vaksin dari provinsi ke kabupaten, dari kabupaten ke
puskesmas, dan dari puskesmas ke lokasi posyandu telah dijalankan dengan benar.
Penggunaan alat distribusi yaitu berupa cold box dan vaccine carrier yang
didalamnya telah diberi cold pack telah benar dilakukan. Pendistribusian yang
dilakukan dengan benar diharapkan dapat meningkatkan kualitas vaksin.
Tabel 6.8
Perbandingan Hasil Wawancara Pendistribusian Vaksin dengan Standar
No Pendistribusian
Vaksin
1
Alat yang
digunakan
Dinkes OI
Puskesmas
Indralaya
Cold box, freeze Vaccine
tag dan cold pack carrier,
secukupnya
terkadang
termos, dan
beberapa cold
pack
Pusk. Lebung
Bandung
Vaccine carrier
dan beberapa
cold pack.
Lama waktu
Sekitar 1 jam
Kabupaten ke
puskesmas :
maks.1 jam
Puskesmas
ke
posyandu : maks.
30 menit
Pertimbangan
saat proses
pendistribusian
Kabupaten ke
puskesmas :
10 menit
Puskesmas ke
posyandu :
maks. 30
menit
Jarak dan kondisi Vaksin tidak
lalu lintas
boleh terlalu
lama dijalan
Lokasi tempat
posyandu
WHO
dan
Kemenkes RI
Provinsi ke
kabupaten : cold
box yang didalamnya
diberi cold pack dan
freeze tag untuk
pemantauan suhu.
Kabupaten ke
puskesmas dan
puskesmas ke
posyandu: vaccine
carrier dan bisa juga
termos, didalamnya
diberi cold pack.
-
Penggunaan
peralatan yang tepat,
suhu, dan lwaktu
pendistribusian
105
106
Dinkes OI
Memperhatikan
kondisi vaksin,
VVM, dan tanggal
kadaluarsa vaksin.
Puskesmas
Indralaya
Memperhatikan
kondisi VVM
vaksin dan
tanggal
kadaluarsa serta
sisa stok bulan
sebelumnya
Pusk. Lebung
Bandung
Memperhatikan
kondisi vaksin,
VVM, tanggal
kadaluarsa, dan
kekeruhan
vaksin
Kemenkes RI
Pertama
pertimbangan
VVM lalu prinsip
EEFO.
107
108
109
Pencatatan
dan
pelaporan
dalam
manajemen
program
imunisasi
Puskesmas
Indralaya
Format
Laporan
pencatatan grafik, pencatatan stok
SBBK dan
vaksin per
pelaporan
masing-masing
bulanan
vaksin, laporan
penerimaan
vaksin, format
pencatatan grafik
suhu lemari es,
format SBBK,
dan laporan
pemakaian vaksin
Isi format laporan Jumlah vaksin,
Jumlah vaksin,
harga, tanggal
vaksin yang
expired
digunakan bulan
sebelumnya, sisa
stok vaksin,
vaksin yang
masuk, vaksin
yang keluar
Permasalahan
Dinkes OI
Keterlambatan
Belum ada
laporan dari
masalah
puskesmas akibat
jarak yang jauh
sehingga laporan
berupa sms atau
telepon
Pusk.Lebung
Bandung
Laporan setiap
bulan, laporan
catatan stok
vaksin untuk
masing-masing
vaksin
Kemenkes RI
Format
pencatatan stok
vaksin, format
laporan
penerimaan
vaksin, format
pencatatan grafik
dan pencatatan
suhu lemari es,
format SBBK,
format laporan
pemakaian vaksin
Jumlah sasaran,
Format
jumlah cakupan, pencatatan :
jumlah
jumlah, nomor
permintaan
batch, tanggal
vaksin
kadaluarsa, harga
Format laporan:
jumlah
pengeluaran dan
sisa stok vaksin
Belum ada masalah -
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka
didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan Kepmenkes RI No 1611 Tahun 2005, Sumber Daya Manusia
(SDM) pengelola vaksin yang ada di tingkat kabupaten maupun
puskesmas sudah baik karena sudah sesuai dengan kualifikasi pendidikan
maupun jumlahnya
2. Dana yang tersedia hanya untuk permintaan vaksin di tingkat kabupaten
yaitu sebesar Rp. 250.000 per bulan dan di tingkat puskesmas hanya untuk
pengambilan vaksin. Dana khusus pengelolaan vaksin belum ada.
3. Material yang digunakan di tingkat kabupaten belum lengkap karena
belum memiliki cold box dan freeze tag. Kondisi peralatan ada yang sudah
rusak. Material yang ada di puskesmas sudah lengkap dan bisa
dipergunakan dengan baik.
4. Penerapan metode penerimaan dan penyimpanan di tingkat kabupaten
sudah cukup baik walaupun pemeriksaan administrasi berupa pemeriksaan
SP, CoA, dan VAR yang belum dilakukan, sedangkan penyimpanan
vaksin masih terkendala dengan jumlah tempat penyimpanan. Di tingkat
puskesmas, metode penerimaan hanya sebatas pemeriksaan VVM vaksin
tanpa ada pemeriksaan administrasi. Metode penyimpanan telah dilakukan
dengan benar.
110
111
7.2 Saran
Adapun saran yang direkomendasikan mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan sistem manajemen logistik vaksin di Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan
Ilir adalah sebagai berikut :
112
jumlah
permintaan
di
tingkat
puskesmas
sebaiknya
DAFTAR PUSTAKA
Anshari, Muhammad. 2009. Aplikasi Manajemen Pengelolaan Obat dan
Makanan. Yogyakarta: Numed
Bowersox, J. Donald. 2000. Manajemen Logistik. Jakarta: Bumi Aksara
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan. 2010, Profil Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Selatan. Dinas Kesehatan, Palembang
Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir. 2011, Profil Dinas Kesehatan Kabupaten
Ogan Ilir. Dinas Kesehatan, Indralaya
FKMUI, 1999. Aplikasi Metode Kualitatif dalam Penelitian Kesehatan. Depok:
FKMUI
HA, Ariebowo. 2005, Analisis faktor organisasi yang berhubungan dengan
cakupan imunisasi puskesmas di Kabupaten Batang. [Tesis]. Program
Pasca
Sarjana
Universitas
Diponegoro,
Semarang
http://eprints.undip.ac.id/ Diakses tanggal 18 September 2013.
Hidayat, A. Aziz Alimut. 2011. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis
Data. Surabaya: Salemba Medika
Kalsum, Ummu T.2011, Evaluasi Distribusi dan Penyimpanan Vaksin di Dinas
Kesehatan Kabupaten Majene Sulawesi Barat. [Tesis]. Program pasca
Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
http://www.ph-gmu.org/ Diakses tanggal 18 September 2013
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2000, Modul Latihan Petugas
Imunisasi. Kemenkes RI, Jakarta
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2005, Modul Pelatihan Safe
Injection. Kemenkes RI, Jakarta
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2005, Pedoman Penyelenggaraan
Imunisasi. Kemenkes RI, Jakarta
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2006, Modul Pelatihan Tenaga
Pelaksana Imunisasi Puskesmas. Kemenkes RI, Jakarta
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2009, Pedoman Teknis Pencatatan
dan Pelaporan Program Imunisasi untuk Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Kemenkes RI, Jakarta
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2009, Pedoman Teknis Pencatatan
dan Pelaporan Program Imunisasi bagi Petugas Puskesmas. Kemenkes
RI, Jakarta
World Health Organization. 2002, Ensuring Quality of Vaccines at Country LevelA Guidelines for Health Staff. [on line] dari http://www.who.int/vaccinesdocuments/ [1 Oktober 2013]
World Health Organization. 2002, Users Handbook for Vaccine Cold Room or
Freezer Room. [on line] dari http://www.who.int/vaccines-documents/ [1
Oktober 2013]
World Health Organization. 2004, Immunization in Practice: A Practical Guide
for Health Staff. [on line] dari http://www.who.int/vaccines-documents/
[18 Desember 2013]
World
[on
line]
dari
World
[on
line]
dari
World
Quality.
INFORMAN KUNCI
I. Jadwal Wawancara
Hari/Tanggal
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Jabatan
Pendidikan terakhir
A. INPUT
SDM
1. Bagaimana kondisi SDM pengelola vaksin ?
Probe : Berapa jumlah tenaga kerja ?
Siapa tenaga kerja ?
Apa saja tugas masing-masing tenaga kerja ?
Bagaimana kualifikasinya bila dilihat dari standar ?
Bagaimana pelaksanaan pengelolaan vaksin dengan jumlah
tenaga kerja yang seperti itu ?
2. Bagaimana pelaksanaan pelatihan terhadap petugas ?
Probe : Pelatihan tentang apa ?
Kapan terakhir dilakukan ?
Siapa yang mengikuti ?
Biasanya berapa kali dilakukan ?
Seberapa rutin pelatihan itu dilakukan ?
Siapa yang menyelenggarakan pelatihan tersebut ?
Dana
1. Bagaimana penyediaan dana dalam pemeliharaan rutin rantai vaksin ?
Probe : Bagaimana penggunaan dana tersebut ?
Kapan biasanya dana tersebut digunakan ?
Dalam
penggunaan
dana
tersebut,
pernahkah
terjadi
metode
yang
digunakan
dalam
penerimaan
dan
penyimpanan vaksin ?
Probe : Kebijakan apa yang menjadi acuan dalam penerapan metode
tersebut ?
Bagaimana penerapan standar kebijakan dalam metode yang
digunakan ?
Bagaimana
permasalahan
terkait
digunakan ?
Bagaimana cara mengatasinya ?
dengan
metode
yang
B. PROSES
Permintaan Vaksin
1. Bagaimana menentukan jumlah permintaan vaksin ?
2. Bagaimana kebijakan dan standar yang digunakan dalam menentukan
jumlah permintaan vaksin ?
Penerimaan
1. Bagaimana proses penerimaan vaksin ?
2. Bagaimana kebijakan dan standar yang digunakan dalam proses
penerimaan ?
Penyimpanan
1. Bagaimana kondisi tempat penyimpanan vaksin ?
2. Bagaimana kebijakan dan standar yang digunakan dalam proses
penyimpanan ?
Pendistribusian
1. Bagaimana kebijakan dan standar yang digunakan dalam proses
pendistribusian vaksin ?
Probe : Bagaimana permasalahan yang terjadi terkait dengan standar
yang diterapkan dalam proses pendistribusian ?
Bagaimana cara mengatasinya ?
Pemakaian
1. Bagaimana kebijakan dan standar yang diterapkan saat akan
menggunakan vaksin ?
Probe : Bagaimana permasalahan yang terjadi terkait dengan standar
yang diterapkan dalam proses pendistribusian ?
Bagaimana cara mengatasinya ?
Pencatatan dan Pelaporan
1. Bagaimana kebijakan dan standar pencatatan dan pelaporan vaksin?
Probe :
INFORMAN BIASA
I. Jadwal Wawancara
Hari/Tanggal
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Jabatan
Pendidikan terakhir
A. INPUT
SDM
1. Bagaimana kondisi SDM pengelola vaksin ?
Probe : Berapa jumlah tenaga kerja ?
Siapa tenaga kerja ?
Apa saja tugas masing-masing tenaga kerja ?
Bagaimana kualifikasinya bila dilihat dari standar ?
Bagaimana pelaksanaan pengelolaan vaksin dengan jumlah
tenaga kerja yang seperti itu ?
2. Bagaimana pelaksanaan pelatihan terhadap petugas ?
Probe : Pelatihan tentang apa ?
Kapan terakhir dilakukan ?
Siapa yang mengikuti ?
Biasanya berapa kali dilakukan ?
Seberapa rutin pelatihan itu dilakukan ?
Siapa yang menyelenggarakan pelatihan tersebut ?
Dana
1. Bagaimana penyediaan dana dalam pemeliharaan rutin rantai vaksin ?
Probe : Bagaimana penggunaan dana tersebut ?
Kapan biasanya dana tersebut digunakan ?
Material
1. Bagaimana kondisi peralatan yang digunakan dalam sistem manajemen
logistik vaksin ?
2. Bagaimana dengan peraturan terkait standar peralatan yang digunakan ?
Probe : Standar material apa yang dijadikan acuan ?
Bagaimana aplikasi dari standar tersebut ?
3. Bagaimana dengan perawatan peralatan tersebut ?
Probe : Kapan terakhir dilakukan perawatan ?
Seberapa sering dilakukan perawatan ?
Siapa yang biasanya melakukannya ?
Metode
1. Bagaimana
metode
yang
digunakan
dalam
penerimaan
dan
penyimpanan vaksin ?
Probe : Menurut Anda, bagaimana kesesuaian dan ketepatan metode
tersebut dengan kondisi di Dinas Kesehatan sendiri ?
Bagaimana
permasalahan
terkait
dengan
metode
yang
diterapkan ?
Kapan biasanya masalah tersebut terjadi ?
Bagaimana
usaha
yang
dilakukan
untuk
menghadapi
permasalahan tersebut ?
B. PROSES
Permintaan Vaksin
1. Bagaimana menentukan jumlah permintaan vaksin ?
2. Apa saja yang menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan jumlah
permintaan vaksin ?
Penerimaan
1. Bagaimana proses penerimaan vaksin ?
saja
yang
menjadi
bahan
pertimbangan
dalam
proses
pendistribusian vaksin ?
Pemakaian
1. Bagaimana prinsip yang diterapkan saat akan menggunakan vaksin ?
Probe : Bagaimana prinsip tersebut digunakan ?
Menurut Anda, bagaimana kesesuaian dan ketepatan prinsip
tersebut dengan kondisi di Dinas Kesehatan sendiri?
Pencatatan dan Pelaporan
1. Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporan logistik vaksin ?
2. Apa saja yang dimuat dalam pencatatan dan pelaporan tersebut ?
3. Bagaimana permasalahan terkait pencatatan dan pelaporan tersebut ?
No
1.
Pertanyaan
SDM
1. Bagaimana kondisi SDM
pengelola vaksin ?
2. Bagaimana pelaksanaan
pelatihan terhadap petugas ?
Interpretasi
Pernyataan Informan
HK
1. Kondisi pengelola vaksin ya ? kalo untuk pengelola vaksin 1. Tenaga kerja pengelola vaksin itu ada 2 orang, Y sama
itu cuman 1 orang khusus pengelola program imunisasi,
Pak M, 2 orang ini tugasnya untuk pengelolaan vaksin
ya seluruh kegiatan imunisasi termasuk lah vaksin itu. Itu
sama untuk data-data pokoknya khusus untuk vaksin
si Y, 1 orangnya lagi Pak M itu yang bantu-bantunya.
program imunisasi. Pembagian tugasnya tidak terlalu
Pembagian tugasnya ya itu, si Y pengelola imunisasi, Pak
dibagi secara khusus karena mereka kadang
M yang ngebantunyo. Si Y itu kan DIII Keperawatan, Pak
merangkap tapi lebih dominan si Y, kerja sama lah
M itu sudah S2. Memang kalo masalah program ini kan
pokoknya
mereka
berdua
itu.
Kualifikasi
pendidikannya tidak ada peraturan undang-undang yang
pendidikannya kalo Y itu DIII Akper satunya lagi Pak
mengatakan harus S2 atau S3. Sejauh ini pelaksanaannya
M itu S1 SKM dan S2nya M.Si. dengan jumlah tenaga
lancar-lancar saja tidak ada kendala dengan jumlah 2
2 orang kayaknya masih kurang harus ada yang lebih
orang ini.
khusus ditambah lagi orang kan karena ini masih
2. Sering, sering dilakukan pelatihan tentang imunisasi
merangkap-rangkap. Masih butuhlah 1 orang
tingkat regional maupun nasional. Biasanya yang
2. Pelatihan petugas terbaru itu tentang Introduksi vaksin
mengikuti ya diantara mereka berdua, giliran, kalo ga Y
baru, kemaren dilakukan bulan Oktober yang
ya Pak M karena ga boleh kosong kan kalo gek ado
mengikuti kemaren Y sama Pak M berdua. Biasanya
puskes yang nak mintak vaksin. Terakhir kapan dilakukan
memang sering dilakukan, setahun itu bisa 1 sampai 2
saya kurang tau karena harus buka file lagi. Seberapa
kali, yang ngadain itu provinsi kan kalo ada dana dari
seringnya saya juga kurang tau, yang sering ngadain ya
pusat jadi kadang dag pasti juga, kalo pelatihan kan itu
kalo ga provinsi, pusat jadi tergantung mereka seberapa
biasa dari pusat, dari WHO.
seringnya.
Pengelolaan logistik vaksin berada dibawah naungan program imunisasi yang dikelola oleh 2 orang petugas yaitu Y dan
M. Tidak ada pembagian kerja secara khusus diantara keduanya, mereka saling bantu membantu dalam melaksanakan
semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan vaksin, hanya saja sebagian besar pekerjaan dilakukan oleh Y.
Bila dilihat dari kualifikasi pendidikan, keduanya telah memenuhi syarat karena telah memiliki latar belakang
pendidikan kesehatan. Dengan jumlah 2 orang yang melaksanakan semua kegiatan program imunisasi khususnya
pengelolaan rantai vaksin, jumlah tersebut dirasakan kurang karena tidak sebanding dengan banyaknya pekerjaan.
Informan menginginkan penambahan tenaga kerja 1 orang lagi. Pelatihan dilakukan 1-2 kali setahun tergantung dari
2.
3.
dinas provinsi karena biasanya dinas provinsi yang sering melakukan pelatihan dengan biaya dari pemerintah pusat.
Dana
1. Bagaimana penyediaan dana
1. Kalo dana khusus memang tidak ada, cuman kita alokasikan 1. Kita cuman punya dana dari APBD dan dana itu
dalam pemeliharaan rutin rantai
dana untuk pengambilan vaksin dan transportasinya karena kita
untuk pengambilan vaksin ke dinas provinsi kalo
vaksin ?
tidak memiliki kendaraan sendiri jadi kita nyewa mobil. Dana
pemeliharaan segala macem itu ga ada dananya.
2. Bagaimana kebijakan dalam
itu sendiri sebenarnya kurang, cuman ya dipas-pasin aja. Kalo
Penggunaan dananya itu biasanya kita kerja dulu
pengelolaan dana vaksin ?
ga salah alokasi dananya itu 1 bulan cuman 250rb untuk
terus bikin pertanggungjawaban ada surat
3. Bagaimana permasalahan
keseluruhan vaksin sekaligus nyewa mobil.
tugasnya tanggal berapa permintaan vaksin itu
terkait penyaluran dan
2. Pengelolaan dananya ya tidak ada peraturan khusus karena tidak
dilakukan, kadang sampai 6 bulan baru keluar
penggunaan dana dalam logistik
ada mata pasal khusus yang mengatur keuangan vaksin.
uangnya, sementara jadi kita pakai uang sendiri.
vaksin ?
3. Sejauh ini tidak ada permasalahan khusus, cuman ya dengan
Dibilang kekurangan ya jelas kurang, hehehe,
jumlah yang seperti itu kita sering terjadi kekurangan dana
tidak pernah kelebihan
apalagi kita tidak punya kendaraan sendiri kan jadi harus 2. Ya ada peraturan khusus yang mengatur dana itu
tambah biaya sewa mobil.
karena ini dana APBD kan itu yang mengaturnya
Perbup. Penanggung jawab dana itu ya Kasie ya
itu saya sendiri
3. Masalahnya ya kurang itu, hehehe masih sering
kekurangan dana, kadang pas-pasan. Dalam 1
bulan itu kan pengambilannya 1 kali dan kadang
pas kita ngambil vaksinnya itu belum mencukupi,
jadi kita harus kesana lagi buat ngambil
sedangkan dana transportasinya kan cuman 1 kali
jalan. Nah cara ngatasinya pake duit dewek,
kebetulan juga kan petugasnya balek ke
Palembang jadi kadang dio yang ngambil
langsung
Dana hanya tersedia untuk permintaan dan pendistribusian vaksin, tidak ada dana rutin untuk perawatan atau kondisi
darurat yang mungkin terjadi. Dana tersebut terbatas dan tidak mudah didapatkan. Setiap bulannya hanya disediakan Rp.
250.000 untuk biaya permintaan dan pendistribusian vaksin. Karena dana berasal dari APBD maka peraturan yang
Interpretasi
mengatur adalah Perbup. Permasalahan terkait penggunaan dana ini adalah cara mendapatkan dana yang harus melalui
proses administrasi yang rumit dan jumlah yang sedikit. Dana juga baru dikeluarkan setelah tugas dilakukan jadi harus
menggunakan dana pribadi petugas terlebih dahulu.
Material
1. Bagaimana kondisi peralatan 1. Kondisi peralatan kita disini baik, cuman ada beberapa yang 1. Kondisi peralatannya baik ya, kita ada freezer ada
4.
5.
setiap desa diakumulasikan dari setiap puskesmas ditambah stock pengaman 10%. Ada kebijakan yang mengatur cara
perhitungan jumlah permintaan yaitu peraturan kemenkes tetapi petugas hanya menghitung secara global yaitu jumlah
sasaran berupa jumlah bayi di setiap desa dari masing-masing puskesmas.
6.
7.
8.
Penerimaan
1. Bagaimana proses penerimaan 1. Ya yang nerima itu pengelola langsung ya si Y ama Pak M, 1. Proses penerimaannya itu dimasukkin dalam cold
vaksin ?
diterima itu mereka sendiri yang ngambilnya terus ditempatkan
box di kasih cold pack terus disusun vaksin,
2. Bagaimana
kebijakan
dan
sesuai tempatnya di tempat penyimpanannya
dilakban lalu di bawa ke sini. Yang pasti sebelum
standar yang digunakan dalam 2. Tidak ada kebijakan khusus tentang penerimaan vaksin ini,
dimasukkan di cek dulu kondisi VVMnya gimana
proses penerimaan ?
yang jelas, setiap vaksin kalo sudah diterima langsung 2. Standar penerimaannya ada SOP khusus yang
ditempatkan di tempatnya masing-masing di tempat
mengatur yang disusun Dinkes ini mengacu pada
penyimpanan
aturan Kemenkes dan WHO
Pada saat menerima vaksin, sebelum dimasukkan ke dalam cold box, vaksin diperiksa terlebih dahulu kondisi VVM nya.
Didalam cold box tersebut juga dimasukkan cold pack. Standar kebijakan yang dijadikan sebagai acuan dalam proses
Interpretasi
penerimaan adalah SOP (Standar Operasional Prosedur) yang disusun oleh Dinas Kesehatan Ogan Ilir mengacu pada
peraturan yang dikeluarkan Kemenkes dan WHO
Penyimpanan
1. Bagaimana kondisi tempat 1. Kondisinya baik sampai sekarang masih baik dan bisa dipake, 1. Kondisinya sampe sekarang baik.
penyimpanan vaksin ?
ado 3 itu yg dipake
2. Kebijakannya itu sesuai dengan SOP yang
2. Bagaimana
kebijakan
dan 2. Standar nya ya jarak antar kulkas itu contohnya minimal 30cm,
disusun tadi ya, ditempel tadi
standar yang digunakan dalam
ruangannya harus ruangan yang dingin
proses penyimpanan ?
Kondisi tempat penyimpanan baik, ada 3 buah kulkas yang masih bisa digunakan dan ada juga yang sudah rusak karena
memang kulkas dan freezer yang ada di Dinas Kesehatan ini sudah berusia kurang lebih 10 tahun dan merupakan
Interpretasi
bantuan dari pemerintah pusat. Dalam proses penyimpanan juga terdapat SOP yang ditempel ditempat penyimpanan
yang disusun oleh Dinas Kesehatan dan mengacu pada peraturan Kemenkes dan WHO.
Pendistribusian
1. Bagaimana
kebijakan
dan 1. Ya standar kalo setiap puskesmas yang mau ngambil vaksin 1. Kebijakannya sesuai dengan SOP tadi, SOP itu
standar yang digunakan dalam
harus make vaccine carrier dan sejauh ini dalam proses
berdasarkan peraturan provinsi, provinsi juga
proses pendistribusian vaksin ?
pendistribusian itu tidak ada masalah khusus
kayaknya mengacu pada peraturan pusat.
Permasalahannya yang terkait dengan masalah
kendaraan. Kalo dari sini ke puskesmas ya sama
masalah transport dan jarak
Kebijakan yang mengatur proses pendistribusian adalah adanya SOP yang dibuat mengacu pada peraturan provinsi yang
Interpretasi
juga disusun berdasarkan peraturan Kemenkes dan WHO. Salah satu contoh standarnya adalah dalam proses
pendistribusian harus menggunakan vaccine carrier. Permasalahan terkait pendistribusian adalah tidak adanya
transportasi milik dinas kesehatan untuk mengambil vaksin ke dinas provinsi. Dalam proses pendistribusian ke
puskesmas, permasalahannya adalah transportasi dan jarak yang jauh.
9.
Pemakaian
1. Bagaimana kebijakan dan
standar yang diterapkan saat
akan menggunakan vaksin ?
Interpretasi
10.
1. Sebetulnya tidak ada kebijakan khusus atau aturan khusus sih, 1. Kebijakannya dalam SOP itu tadi ada kan kalo
ya jelas lah sebelum memakai vaksin, si petugas harus melihat
penggunaan vaksin itu harus dalam suhu sekian,
dulu kondisi si bayi apakah dalam keadaan sakit, demam atau
harus diperhatikan dulu VVMnya masih bagus
panas jadi ya harus ditunggu dulu sampe dia sembuh baru
atau tidak, liat tanggal expirednya. Selama ini
kemudian di vaksinasi
tidak pernah ditemukan permasalahan selama ini
lancar-lancar saja.
Kebijakan dan standar yang digunakan sesuai dengan SOP yaitu dimana sebelum akan menggunakan vaksin harus
diperhatikan terlebih dahulu kondisi VVM dan tanggal expirednya. Sebelum itu juga kita harus melihat kondisi suhu
vaksin selama disimpan apakah sesuai atau tidak. Selama ini tidak ada permasalahan khusus dalam proses pemakaian
vaksin
dan 1. Ya standarnya pelaporan dan pencatatan itu harus diberikan
dan
dibawah tanggal 10 karena laporan itu kita harus rekap harus
dilaporin di provinsi. Permasalahannya ya paling-paling ada
beberapa puskesmas terlambat memberikan laporan, ketetapan
kita kan tanggal 5 kadang mereka baru ngasih tanggal 6 atau 7.
Cara mengatasinya ya dengan cara telepon atau sms kalau
seandainya mereka belum sempat mengirimkan laporannya.
Interpretasi
Standar dan kebijakan yang dijadikan acuan adalah adanya buku petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI.
Permasalahan serius terkait pencatatan dan pelaporan adalah tidak adanya kepatuhan jurim beberapa puskesmas untuk
melaporkan jumlah penggunaan dan sisa stock vaksin ke dinas kesehatan. Padahal laporan tersebut seharusnya
dilaporkan paling lambat tanggal 5 karena tanggal 10 Dinkes OI harus melaporkan penggunaan, sisa stock, dan
permintaan vaksin ke dinkes provinsi. Cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan cara melaporkan
lewat telepon atau sms.
Pertanyaan
Pernyataan
Y
MM
SDM
1. Bagaimana kondisi SDM pengelola 1. Jumlah tenaga kerja pengelola vaksin disini ada 2
1. Jumlah tenaga kerja ya ada 2, saya sama Y kan. Kalo
vaksin ?
orang, saya dan pak M, tidak ada pembagian kerja
pembagian tugas itu secara khusus tertulisnya itu
2. Bagaimana pelaksanaan pelatihan
secara khusus, samo samo lah, kalo seandainya ada
tidak ada, kalo secara lisan samo Y itu ado, misalnyo
terhadap petugas ?
kegiatan di puskesmas dan saya berhalangan hadir
si Y bagian laporan, samo humas berhubungan
maka pak M menggantikennyo, intinyo samo2 lah, tapi
dengan orang luar soalnyo dio taunyo lebih banyak
kalo memang banyaknyo, lebih banyak ke aku. Kalo
kan daripada aku yang baru di program imunisasi ini.
dari kualifikasi, saya DIII Keperawatan dan Pak M
Kalo urusan anggaran, keuangan, urusan ke dalem
lulusan SKM. Kalo pelaksanaannya itu bagusnya kan
lah, dominannyo ke aku. Kalo dilihat dari jumlah
ado yang khusus ngelola vaksin kan, ado yang khusus
yang cuman 2 orang pengelolaan vaksin ini
laporan, paling dag petugasnyo tu kan minimal 3 lah
kekurangan tenaga SDMnyo, memang kito maklum
biar lebih bagus kerjonyo
jugo, program-program yang lain jugo banyak yang
2. Pelatihan pernah dilakukan, terakhir itu pas bulan
lagi kekurangan
Oktober kalo dag salah. Pelatihannya tentang
2. Pelatihan itu kalo dari anggaran APBD itu ada 1
Introduksi Vaksin Baru itu yang ngikutnyo kami
tahun sekali. Tapi itu juga nasib-nasiban, belum tentu
beduo, tapi kalo misalnyo pelatihannyo cuman nyuruh
1-3 tahun kedepan kito dapat lagi. Terbaru ini kita
sikok yo aku. Seberapa seringnyo itu tergantung
advokasi vaksin baru itu yang ngikutin kita berdua
provinsi, biasonyo setahun sekali, tapi kita kan kadang
samo ado juga lintas sektoral program yankes kami
nyari-nyari informasi dari pusat jadi kadang ngikutin
ajak jugo itu pelatihan dari provinsi.
pelatihan yang diadoin daerah Jakarta, Bogor, di
daerah puncak. Kita yang aktif nyari, bukan mereka
yang minta
Petugas pengelola vaksin itu ada 2 orang, Y dan M. Tidak ada pembagian kerja khusus, sesama pekerja saling
tolong menolong dalam melakukan kegiatan. Dengan jumlah 2 orang tersebut dirasakan oleh petugas masih kurang,
masih membutuhkan 1 orang lagi tenaga kerja untuk membantu agar pekerjaan menjadi lebih maksimal dan juga
akan lebih bagus bila dalam pengerjaannya ada pembagian tugas secara khusus, misalnya khusus untuk pencatatan
Interpretasi
dan pelaporan, khusus untuk pengambilan. Pelatihan juga sering dilakukan biiasanya 1 tahun sekali dan itu
dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir. Pelatihan terbaru itu pada bulan Oktober tentang
pengenalan vaksin baru itu dan diikuti oleh kedua petugas.
2.
3.
4.
Dana
1. Bagaimana penyediaan dana dalam 1. Dag ado dana khusus, sukarela be dari kito dewek, 1. Dag ada dana khusus APBD dari kabupaten
pemeliharaan rutin rantai vaksin ?
hehehehe kalo dana untuk perawatan selamo aku disini dag
yang khusus untuk pengelolaan vaksin itu
pernah ado
Dalam proses pengelolaan vaksin ini tidak ada dana khusus yang disediakan dari APBD.
Interpretasi
Material
1. Bagaimana kondisi peralatan yang 1. Kalo kondisinya, kulkas samo freezer ini kan kalo ga salah 1. Kondisi peralatan itu cuman 2 yang bagus,
digunakan
dalam
sistem
dari tahun 2001, sampe sekarang itu masih bisa digunakan lah
yang bisa dipake sekarang. 1 freezer 1 kulkas
manajemen logistik vaksin ?
walaupun cuman ado 2 ikok yang bagusnyo tu. Kalo 2. Dag, dag tentu, itu mano yang dikasih dari
2. Bagaimana
dengan
peraturan
thermometer kito ado 2 yang bunder itu, itu masih baru galo
pusat be
terkait standar peralatan yang 2. Kalo kita selama ni produk kita dari luar jadi sudah ada 3. Perawatan itu ada perawatan harian,
digunakan ?
standar dewek dari WHO
mingguan, dan bulanan. Perawatan harian itu
3. Bagaimana dengan perawatan 3. Perawatannya ya paling bersihke kulkas itu buang saljunyo,
pengecekan suhu pagi dan sore. Perawatan
peralatan tersebut ?
biasonyo seminggu sekali. Kalo bersihke secara keseluruhan
mingguan ya buang salju, kalo ado endapan
itu misalnyo bersihke debu, airnyo, pokoknyo dicek galo-galo
air dibuang. Kalo yang bulanan ya
itu biasonyo sebulan sekali. Yang ngelakuin itu kalo ga saya
keseluruhan, debu-debu diluarnyo dibersihkan
ya pak M. Seharusnya sih kulkas itukan harus dikalibrasi
seluruhnyo dicek. Yang ngelakuin yo diantara
tetapi selamo aku disini dag pernah. Perawatannyo yo paling
kito berduo, siapo yang sir be yang galak
cak-cak tadilah
yang katik gawi
Peralatan yang masih digunakan dalam penyimpanan vaksin yaitu kulkas ada 2 buah, 1 freezer dan 1 lemari es.
Kondisi peralatan tersebut walaupun sudah lama digunakan sekitar tahun 2001 namun masih bisa digunakan.
Sebenarnya kulkas dan lemari es jumlahnya ada 4 buah tetapi hanya 2 buah yang bisa digunakan karena 2 buah
lainnya sudah rusak. Tidak ada standar peraturan tetap yang ditetapkan bagi peralatan yang ada karena Dinkes Kab
OI menerima langsung peralatan tersebut dari pemerintah pusat. Perawatan peralatan yang sering digunakan yaitu
Interpretasi
perawatan harian, mingguan, dan bulanan. Perawatan harian yaitu pengecekan suhu yang dilakukan setiap pagi dan
sore. Perawatan mingguan yaitu pembersihan salju kulkas dan pembuangan endapan air. Perawatan bulanan
merupakan perawatan secara keseluruhan seperti pembersihan debu dan keseluruhan kulkas. Perawatan seperti
kalibrasi kulkas belum pernah dilakukan.
Metode
1. Bagaimana metode yang digunakan 1. Metode yang digunakan kalo saat nyimpan vaksin itu harus 1. Yang pasti SBBKnyo kito perhatike, yang
dalam
penerimaan
dan
merhatike jarak dari vaksin samo dinding kulkasnyo,
masuk berapo yang keluar berapo terus yang
penyimpanan vaksin ?
harusnyo kan ado jarak minimal 5-10cm lah, tapi berhubung
kito perhatike jugo SBBK puskesmasnyo.
kita isinya banyak kan jadi kita dempet-dempet. Kalo saat
Penyimpanan nyo bagi vaksin tertentu ada
nerimo itu kita liat VVM smo tanggal expirednyo, kalo dag
yang harus di freezer ada yang di kulkas.
Interpretasi
5.
6.
Permintaan Vaksin
1. Bagaimana menentukan jumlah 1. Cara nentuin jumlahnyo ya liat permintaan dari puskes-puskes 1. Itu sesuai dengan jumlah sasaran, provinsi
permintaan vaksin ?
trus juga kita liat pemakaian bulan kemaren berapo samo
minta berapa jumlah sasaran kamu. Kami juga
2. Apa saja yang menjadi bahan
sisanyo jugo berapo. Misal bulan kemaren kito minta 500,
kan berdasarkan jumlah sasaran dari
pertimbangan dalam menentukan
dipake 450 berarti masih ado siso 50 jadi kito biso minta 500
puskesmas-puskesmas
terus
dihitung
jumlah permintaan vaksin ?
atau 450, tergantung yang dikasih provinsi berapo, kadang
diakumulasikan jumlahnyo
kito minta 500 di kasih 1000, kadang juga di kasih dag 2. Bahan pertimbangan lain yo dag ado, yang
nyampe 500, kito dag biso sesuai teori nian soalnyo, sesuai
pasti itu jumlah sasaran tu lah
keadaam
2. Bahan pertimbangannyo yo sisa stock vaksin itu samo tempat
penyimpanan kito, kalo seandainyo kita minta 500 trus
provinsi nak ngasih 1000 kita liat dulu masih muat dag, kalo
muat yo aku mbek, kalo dag muat lagi aku tolak
Perhitungan jumlah permintaan vaksin adalah dengan melihat jumlah permintaan dari masing-masing puskesmas
dan juga melihat pemakaian bulan sebelumnya dan sisa stock yang ada. Selain itu juga dengan memperhatikan
Interpretasi
jumlah sasaran bayi yang akan diimunisasi. Bahan pertimbangan dalam menentukan jumlah pertimbangan adalah
sisa stock bulan sebelumnya dan kondisi tempat penyimpanan vaksin serta jumlah sasaran yang akan diimunisasi.
Penerimaan
1. Bagaimana proses penerimaan 1. Yo saat nerimo itu kita liat tanggal expirednyo tanggal berapo, 1. Ya prosesnyo kita ngasihke laporan
vaksin ?
kondisi VVM nyo cak mano
permintaan, mereka ngasihke kito terus
2. Apa saja yang menjadi bahan 2. Yang pasti kita liat kondisi VVMnyo, itu yang paling utama
diterimo yo diambil dewek ke provinsi
pertimbangan
saat
menerima
samo expirednyo, kalo misalnyo yang kito simpen itu ada tgl 2. Bahan pertimbangan khusus dag jugo, dag
vaksin ?
expired nyo Jan-14 trus kito dapat lagi expired nyo Maret-14
ado pertimbangan
tapi VVMnyo B jadi yang kito dahuluke yang si B ini dulu
Interpretasi
7.
Penyimpanan
1. Bagaimana
kondisi
tempat 1. Kondisi tempat penyimpanan vaksin itu ada 2 buah yang
penyimpanan vaksin ?
masih baik, 1 buah freezer dan 1 buah kulkas, 2 nya lagi itu
2. Bagaimana permasalahan terkait
sudah rusak
tempat penyimpanan ?
2. Permasalahannya ya itu tadi, jumlahnya yang cuman 2
3. Apa saja yang menjadi bahan
sedangkan vaksin yang nak dimasukke banyak jadi vaksin tadi
pertimbangan tempat penyimpanan
dempet dempet disimpennyo. Permasalahannya ya jumlah
vaksin ?
3. Suhunyo itu yang pasti, samo listrik, kalo listrik padam kan
4. Berapa lama biasanya vaksin
jadinyo kulkas samo freezer dag dingin, vaksinnyo pacak
disimpan ?
rusak
4. Sebulan biasonyo, tapi kadang jugo aku langsung ngambil
stock untuk 2 bulan
Interpretasi
8.
Proses penerimaan vaksin adalah melihat tanggal expired dan kondisi VVM dari vaksin yang akan diterima.
Tentunya sebelum menerima vaksin, petugas memberikan terlebih dahulu laporan permintaan kepada petugas
vaksin di Dinkes Provinsi. Bahan pertimbangan utama yang diperhatikan adalah kondisi VVM, tanggal kadaluarsa
menjadi pertimbangan kedua dalam menggunakan vaksin.
1. Selama ini kondisi penyimpanannya baik-baik
saja oleh karena sering dilakukan perawatan
kan
2. Alhamdulillah tidak ada permasalahan yang
serius,
kita
permasalahannya
cuman
kekurangan kulkas dan lemari es, itulah
3. Bahan pertimbangannya ya suhu itu yang
pasti harus diperhatikan oleh karena kalo
melewati ketentuan 2-8 C kan vaksinnya bisa
rusak
4. Sebulan biasanya, karena kita permintaan ke
provinsi itu setiap bulan
Kondisi tempat penyimpanan vaksin ada 2 buah yaitu 1 freezer dan 1 buah lemari es yang masih bisa digunakan
sedangkan 2 buah lainnya sudah rusak. Dengan jumlah yang hanya 2 buah menimbulkan permasalahan karena
jumlah vaksin yang ingin disimpan banyak dan tidak bisa sesuai dengan hanya 1 buah freezer dan 1 lemari es.
Dalam menyimpan vaksin, pertimbangan utama yang diperhatikan adalah suhu lemari es dan freezer. Menurut
perkiraan petugas, vaksin paling lama disimpan dalam tempat penyimpanan adalah sekitar 1 bulan dan kadang 2
bulan.
Pendistribusian
1. Bagaimana proses pendistribusian 1. Proses pendistribusiannyo yo kito mbek dari provinsi pake 1. Proses pendistribusian dari sini ke puskes ya
vaksin ?
cold box terus didalemnyo d kasih cold pack, kira-kira itu
puskesmas
bawa
format
laporan
2. Apa saja yang menjadi bahan
sekitar 1 jam kan dari Palembang ke sini. Kalo dari sini ke
permintaannya berapa dan stocknya berapa.
pertimbangan
dalam
proses
puskesmas itu pake vaccine carrier, seberapo lamo itu
Alat yang digunakan itu berupa vaccine
pendistribusian ?
tergantung jarak puskesmasnyo yang paling jauh itu tambang
carrier. Waktu pendistribusiannyo itu kan
rambang kalo jalannyo lancar 2 jaman lah.
paling lamo 3-4jam itu daerah muara kuang
2. Pertimbangannyo yo paling lamonyo dijalan, kalo cak dari plg 2. Bahan pertimbangannyo yo jarak itu tadi
ke sini kan kadang macet. Di dalam cold box itu kan ada
samo macet, karena dia jauh kan lama
freeze tag yang gunanya untuk melihat kondisi suhu vaksin
diperjalanan jadi yo cold pack dalam vaccine
selama dalam perjalanan
carriernyo dibanyakke biar vaksinnyo dag
rusak
Interpretasi
9.
10.
Proses pendistribusian vaksin dari provinsi ke kabupaten menggunakan alat yaitu vaccine carrier dan didalamnya
diberi cold pack dengan lama waktu pendistribusian kurang lebih 1 jam. Sedangkan proses pendistribusian dari
kabupaten ke puskesmas menggunakan vaccine carrier dengan lama waktu pendistribusian paling lama sekitar 3-4
jam, tergantung jarak puskesmas. Jarak dan kondisi jalanan merupakan pertimbangan utama dalam proses
pendistribusian. Apabila jarak jauh dan diperkirakan akan lama diperjalanan, maka didalam cold box dan vaccine
carrier tersebut diberi cold pack dalam jumlah yang banyak.
Pemakaian
1. Bagaimana prinsip yang diterapkan 1. Yo itu tadi, sebelum make kito liat dulu VVMnyo kondisinyo 1. Yang diperhatike itu tanggal kadaluarsa samo
saat akan menggunakan vaksin ?
cakmano samo tanggal expirednyo. Kalo pun dio tanggal
VVM di vaksinnyo, kalo status VVMnyo A
expirednyo ado yang bulan Januari tapi ado yang bulan Maret
dan B itu masih bisa dipake, kalo C dan D itu
tapi VVMnyo lah B, kito dahuluke dulu yang Maret ini.
sudah tidak bisa digunakan lagi.
Prinsip yang diterapkan sebelum menggunakan vaksin adalah terlebih dahulu memeriksa tanggal kadaluarsa vaksin.
Bila vaksin sudah mendekati tanggal kadaluarsa maka vaksin tersebut yang didahulukan untuk digunakan.
Pertimbangan selanjutnya adalah kondisi VVM vaksin, bila status VVM A dan B maka itu masih bisa digunakan
Interpretasi
namun bila C dan D maka tidak bisa digunakan lagi. VVM merupakan pertimbangan yang utama, kalaupun
seandainya ada vaksin yang sudah mendekati tanggal kadaluarsa namun ada vaksin dengan kondisi VVM B maka
vaksin tersebut yang terlebih dulu digunakan.
Pencatatan dan Pelaporan
1. Bagaimana sistem pencatatan dan 1. Kita disini ada SBBK, kalo kemaren itu ada software. 1. Sistem pencatatan dan pelaporan kami
pelaporan logistik vaksin ?
Softwarenya itu software khusus tapi softwarenyo lagi error,
sekarang dipermudah dengan via sms, oleh
2. Apa saja yang dimuat dalam
pas masukkenyo salah rumus jadi dari depan sampe belakang
karena kita maklum kan jaraknya jauh.
pencatatan dan pelaporan tersebut ?
salah semua. Lah ku tanyoke samo yg pusat yg buatnyi, dio
Laporan kita dimaksimalkan itu tanggal 5
3. Bagaimana permasalahan terkait
jugo dag tau.
awal bulan sedangkan kami ke provinsi
pencatatan dan pelaporan tersebut ? 2. Jumlah, harga, expired, itu
dibatas tanggal 10.
3. Kalo permasalahan yo yang dari puskes tu lah, kadang puskes 2. Kalo laporan vaksin itu kan ada SBBK, isinya
itu yang laporan untuk permintaan kesini itu dag ado cuman
itu ada jumlah, tanggal expirednya, harga.
lewat sms, kadang cuman pake secuil kertas, yo cakmano lagi, 3. Permasalahannya ya lokasi puskesmas yang
intervensi sdm puskes itu susahnyo minta ampun. Laporan
jauh, di puskesmas itu terkendala dengan
imunisasi nyo tu ado tapi laporan pemakaiannyo yang dag ado
bidan desa, bidan desa kadang memberikan
jadi kadang aku kurangi, misal dio minta 50 cuman ku kasih
laporan ke puskesmas lewat dari tanggal 5
40.
jadi kalo itu lewat kito jugo kadang lewat dari
tanggal 10 jadi solusinyo lewat sms berapa
Interpretasi
Pertanyaan
HR
Pernyataan
MKS
NMP
SDM
1. Bagaimana kondisi SDM 1. Jumlah tenaga kerja di bagian 1. Tenaga kerja disini ada 2 orang, saya 1. Jumlah pengelola vaksin itu lebih
pengelola vaksin ?
pengelolaan vaksin ini ada 2 orang.
dengan HR kan, kita juga ga cuma
tepatnya program imunisasi itu
2. Bagaimana
pelaksanaan
Tenaga kerjanya itu saya dan Mbak
mengelola vaksin tapi keseluruhan
cuma 1 orang yaitu saya sendiri
pelatihan terhadap petugas
M. Tugasnya, tiap awal bulan itu
program imunisasi. Kalo pembagian
dan biasanya juga sering dibantu
?
mengambil vaksin ke dinas
tugas ga ada ya, sama-sama lah
oleh 1 orang TKS. Pekerjaannya
kesehatan,
pencatatan
jumlah
kerjanya. Kualifikasinya, saya DIII
ya
semua
kegiatan
yang
vaksin yang diterima, sisa vaksin
Keperawatan, si HR itu sudah SKM.
berhubungan dengan program
bulan kemaren, semua itu dicatet di
Dengan jumlah 2 orang ini ga terlalu
imunisasi, posyandu, termasuk
buku stock vaksin. Pembagian
kewalahan sih, kalo ke posyandujuga pengelolaan vaksin ini.
kerja itu tidak ada, kita sama
posyandu itu kita kan ada jadwalKualifikasinya saya lulusan DIII
kerjanya atau gantian. Sejauh ini
jadwalnya jadi ga terlalu repot
Keperawatan.
Sejauh
ini
dengan jumlah yang seperti itu kita 2. Pelatihan khusus pengelolaan itu
pelaksanaannya lancar-lancar saja
bisa menangani ya.
tidak ada, biasanya kalo ada
karena kan juga dibantu oleh
2. Pelatihan khusus tentang logistik
pelatihan tentang imunisasi atau
tenaga TKS itu jadi tidak ada
belum, tapi kalo tentang vaksin kan
vaksin, pengelolaan vaksin juga
kendala.
pasti diikutkan juga pelatihan
dikasih tau, seperti yang baru ini kan 2. Kalo pelatihan itu jarang
tentang cara pengelolaannya, tapi
pelatihan tentang pengenalan vaksin
dilakukan,
biasanya
kalo
kalo khusus untuk pengelolaan
baru, disitu juga diberi pelatihan
misalnya ada program baru, baru
vaksin belum lah. Pelatihan itu
tentang pengelolaan vaksin itu
diadakan pelatihan, yang ngadain
terakhir dilakukan bulan 10 tentang
bagaimana. Kemaren pelatihannya
itu biasanya Dinkes OI ni lah.
pengenalan
vaksin
baru
dilakukan bulan Oktober, yang
Terakhir itu dilakukan bulan
dikoordinasi oleh Dinkes Provinsi.
mengikutinya itu si HR kan cuman
Oktober tentang Pengenalan
diminta 1 orang, yang koordinasi
Vaksin Baru, itu saya yang
pelatihannya itu Dinkes Provinsi.
mengikutinya.
Jumlah tenaga kerja pengelola vaksin ada 2 orang yaitu HR dan MKS. Dalam Tenaga kerja pengelola vaksin
melakukan tugasnya, tidak ada pembagian kerja secara khusus, petugas hanya ada 1 orang dan biasanya
Interpretasi
melakukan pekerjaannya secara bersama-sama. Bila dilihat dari kualifikasi petugas ini dibantu oleh TKS.
pendidikan, kedua petugas ini telah memenuhi standar dimana HR adalah S1 Pekerjaan yang dilakukan petugas
Kesmas dan MKS lulusan DIII Keperawatan. Dengan jumlah 2 orang tersebut,
petugas merasa tidak kewalahan dalam melakukan pekerjaannya karena setiap
pekerjaan dilakukan bersama-sama.
2.
Dana
1. Bagaimana
penyediaan 1. Kalo dana khususnya kayaknya 1. Dana khusus untuk
dana dalam pemeliharaan
belum ada lah.
vaksin itu belum ada
rutin rantai vaksin ?
Material
1. Bagaimana
kondisi 1. Kondisi peralatan disini masih 1. Peralatannya masih bagus, ada 2 1. Kondisinya sampe sekarang itu
peralatan yang digunakan
baik, ini ada 2 kulkas 1 nya model
kulkas ini 1 model yang lama 1 lagi
baik, masih bisa digunakan.
dalam sistem manajemen
kulkas lama satunya lagi model
model terbaru, yang model lama ini
Peralatan yang digunakan itu ada
logistik vaksin ?
baru, yang lama ini ga dipake
udah lama banget, berapa tahunnya
kulkas 1, thermometer 1, vaccine
2. Bagaimana
dengan
untuk vaksin lagi karena sering
ga tahu pasti, saya disini kulkas ini
carrier 3 buah, cold pack ada
peraturan terkait standar
saljuan kan jadi cuman dipake
sudah ada, kalo yang model baru ini
beberapa.
peralatan yang digunakan ?
untuk cold pack be
sekitaran 5 tahunan lah.
2. Kalo
standar
acuan
kita
3. Bagaimana
dengan 2. Ada
sih
memang
standar, 2. Standar yang digunakan kita ada
menggunakan
standar
yang
perawatan
peralatan
kulkasnya kan harus buka atas itu,
buku ketentuan dari Kemenkes RI,
dikeluarkan Kemenkes, itu ada
tersebut ?
make standar dari kemenkes, ini
acuan kita dari situ
buku khususnya.
ada bukunya
3. Perawatan ya setiap hari kan kita 3. Perawatan itu sering dilakukan,
3. Kalo perawatan ini sebulan sekali
ngambil vaksin itu sekalian dilihat
biasanya 1 minggu sekali untuk
bersihkan saljunya, tapi kan kita
kondisi saljunya gimana, kalo
buang salju dari kulkasnya.
tiap hari ngambil vaksin jadi di liat
pembersihannya biasanya 1 bulan
Biasanya yang ngelakuin itu ya
lah. Itu yang ngelakuin kita berdua
sekali. Kita bersihkennyo samokalo ga mbak, TKS tadi, gantian
lah, tolong menolong,
samo, saling tolong menolong,
lah, saling tolong
Interpretasi
4.
5.
Kondisi peralatan ada 2 buah lemari es tetapi hanya 1 yang digunakan untuk
penyimpanan vaksin. 1 buah lemari es lainnya merupakan lemari es model lama
yang sudah hampir rusak dan hanya digunakan sebagai tempat penyimpanan
cold pack. Standar yang dijadikan acuan dalam peralatan vaksin khususnya
lemari es mengacu pada buku yang diterbitkan oleh Kemenkes RI. Perawatan
yang sering dilakukan adalah pembersihan salju dan endapan air dan biasanya 1
bulan sekali.
Metode
1. Bagaimana metode yang 1. Metode saat nerima vaksin paling 1. Caranya ya kita terima, terus diliat 1. Metode dalam penerimaan vaksin
digunakan
dalam
kita liat tanggal expired vaksinnya,
VVMnya
gimana,
tanggal
itu ya saat diterima itu kita liat
penerimaan
dan
kondisi
VVMnya,
metode
kadaluarsanya kapan. Kalo dalam
tanggal kadaluarsanya, kondisi
penyimpanan vaksin ?
penyimpanan ya lokasi vaksinnya,
penyimpanan kita sesuaikan dengan
VVMnya, segelnya masih bagus
yang sensitive panas (Polio,
sifat vaksin itu sendiri, kan ada yang
atau tidak, keadaan vaksinnya lah
Campak,
BCG)
di
deket
sensitive panas ada yang sensitive
apakah masih layak pakai atau
evaporatornyo, kalo yang sensitive
dingin, jadi itu disesuaikan juga
tidak
dingin (Hb O, DPT, DT, Td) di
taroknya di pinggir
Metode penerimaan vaksin adalah pengecekan kondisi VVM vaksin dan tanggal Metode penerimaan vaksin adalah
kadaluarsa vaksin. Metode penyimpanan adalah memperhatikan sifat vaksin. memperhatikan dengan melihat
Interpretasi
Vaksin yang sensitive panas (Polio, Campak, BCG) di dekat evaporator dan segel vaksin, kondisi VVM dan
yang sensitive dingin (Hb O, DPT, DT, Td) diletakkan di dekat dinding.
tanggal kadaluarsa.
Permintaan Vaksin
1. Bagaimana
menentukan 1. Permintaan
vaksin
itu
kita 1. Jumlah permintaan itu dihitung 1. Cara
menentukan
jumlah
jumlah permintaan vaksin ?
menyesuaikan dengan pengeluaran
dengan cara jumlah cakupan dari
permintaannya ya berdasarkan
2. Apa saja yang menjadi
bulan
sebelumnya,
terus
masing-masing desa itu berapa terus
jumlah bayi, jumlah sasaran yang
bahan pertimbangan dalam
permintaan itu biasanya agak lebih
diliat juga pengeluaran bulan
akan diimunisasi
menentukan
jumlah
banyak dari bulan sebelumnya,
sebelumnya berapa, itu disesuaikan 2. Bahan
pertimbangannya
ya
permintaan vaksin ?
paling beda dikit
dengan bulan sebelum juga
kemungkinan ada bayi umur 1-3
2. Pertimbangan lainnya, itu bayi luar 2. Pertimbangannya ya itu tadi, jumlah
tahun yang akan melakukan
wilayah yang datang ke wilayah
cakupan bayi yang akan diimunisasi,
imunisasi lanjutan, itu be sih
kita jadi kadang dilebihkan sedikit
terus penggunaan bulan sebelumnya
Jumlah permintaan vaksin ditentukan dengan melihat jumlah penggunaan Cara
menentukan
jumlah
Interpretasi
vaksin bulan sebelumnya. Jumlah cakupan bayi yang akan diimunisasi juga permintaan vaksin adalah dengan
7.
Penerimaan
1. Bagaimana
proses 1. Proses penerimaan ya kita ngasih 1. Saat nerima vaksin ya kita liat dulu
penerimaan vaksin ?
format permintaan ke dinas
kondisi vaksinnya gimana, itu dilihat
2. Apa saja yang menjadi
kesehatan sini, terus mereka
dari kondisi VVMnya, kita cek
bahan pertimbangan saat
ngasih, kita cek vaksin yang
jumlah vaksin yang diterima, kondisi
menerima vaksin ?
diberikan itu berapa jumlahnya,
vaksin itu gimana
kondisi VVM vaksinnya gimana
2. Pertimbangannya ya melihat kondisi
2. Pertimbangannya
ya
itu,
VVM itu, tanggal kadaluarsanya
jumlahnya, kondisi VVMnya,
tanggal kadaluarsanya
Proses penerimaan vaksin adalah pertama menerima SBBK yang diberikan
Dinkes Kab OI kemudian memeriksa kesesuaian jumlah vaksin yang diterima
Interpretasi
dengan jumlah yang tertera didalam SBBK. Selanjutnya dilakukan pemerijsaan
kondisi VVM vaksin dan tanggal kadaluarsa vaksin.
Penyimpanan
1. Bagaimana kondisi tempat 1. Kondisinya bagus, ini masih bisa 1. Kondisinya ya bagus ya, sampai saat
penyimpanan vaksin ?
digunakan
ini masih bagus
2. Bagaimana permasalahan 2. Permasalahannya paling takut 2. Kendala berarti sih ga ada palingan
terkait tempat penyimpanan
lampu mati
kita sering takut mati lampu, tapi
?
3. Bahan pertimbangannya, harus
didalam kulkas kan ada cold pack
3. Apa saja yang menjadi
terlindung, tidak terkena sinar
juga jadi kalo bentar aman lah
bahan pertimbangan tempat
matahari langsung, tidak tempat 3. Pertimbangannya kulkasnya tidak
penyimpanan vaksin ?
lalu lalang, deket dengan colokan
terkena matahari kan, tidak tempat
4. Berapa
lama
biasanya
listrik
orang lewat, deket dengan colokan
vaksin disimpan ?
4. Tidak terlalu lama ,paling 1 bulan
jadi kabel nya ga berserakan
Kondisi tempat penyimpanan vaksin masih baik, permasalahan yang sering
dihadapi adalah kemungkinan mati lampu. Pertimbangan tempat penyimpanan
tersebut adalah tidak boleh terkena sinar matahari langsung, tidak menghalangi
Interpretasi
tempat lalu lalang dan dekat dengan tempat listrik. Vaksin biasanya paling lama
disimpan 1 bulan.
9.
Pendistribusian
1. Bagaimana
proses 1. Proses pendistribusiannya ya kita 1. Prosesnya ya vaksin di bawa dari sini 1. Prosesnya ya vaksinnya dibawa
pendistribusian vaksin ?
pake alat itu termos ya, vaccine
ke posyandu-posyandu itu kalo ga
dari sini ke tempat-tempat
2. Apa saja yang menjadi
carrier yang didalamnya ada cold
pake thermos ya pake vaccine
posyandu menggunakan vaccine
bahan pertimbangan dalam
pack, di bawa ke tempat-tempat
carrier, di dalamnya juga biasanya
carrier terus didalamnya dikasih
proses pendistribusian ?
posyandunya.
Lamanya
sih,
dimasukkan cold pack yang banyak
cold
pack.
Lama
waktu
dilama-lamakan 10-15 menit
kan. Kalo dari dinkes ke sini
pendistribusiannya biasanya itu
2. Bahan pertimbangannya, ga ada
lamanya itu paling 15menit lah
paling jauh 30 menit
sih, paling saat bawa vaksin itu ga 2. Bahan
pertimbangannya
ya 2. Bahan
pertimbangannya
ya
boleh lama-lama, dari termos itu
vaksinnya ga boleh lama-lama di
paling lokasinya, kalo agak jauh
harus dimasukke dalam kulkas
jalan kan, jadi harus cepet-cepet
kan kita kasih cold packnya
langsung dag boleh lama-lama
dimasukkan kulkas, paling macet
banyak biar vaksinnya ga rusak
Proses pendistribusian vaksin menggunakan vaccine carrier atau thermos yang Pendistribusian
vaksin
ke
dibawa langsung ke tempat-tempat posyandu. Di dalam thermos atau vaccine posyandu-posyandu menggunakan
carrier tersebut juga diberi cold pack. Lama proses pendistribusian paling lama vaccine carrier dan diberi cold pack
adalah 10-15 menit. Bahan pertimbangan dalam proses pendistribusian adalah didalamnya.
Lama
proses
lamanya proses tersebut karena vaksin tidak boleh terlalu lama dijalan.
pendistribusian tersebut sekitar 30
Interpretasi
menit. Bahan pertimbangannya
adalah jarak dari puskesmas ke
lokasi posyandu. Bila jaraknya jauh
maka didalam vaccine carrier diberi
cold pack yang lebih banyak.
Pemakaian
1. Bagaimana prinsip yang 1. Saat akan menggunakan vaksin itu 1. Prinsipnya sebelum menggunakan 1. Saat akan menggunakan ya sama
diterapkan
saat
akan
kita liat tanggal expirednya, yang
kita liat dulu tanggal expired sama
seperti saat kita terima, kalo mau
menggunakan vaksin ?
sudah dekat tanggal expired itu kita
kondisi VVM nya, kalo ada yang
make nya kita liat dulu tanggal
dahulukan, terus yang ada kondisi
sudah deket tanggal expired itu yang
kadaluarsanyo, kondisi VVMnyo,
VVMnya B itu kita dahulukan tapi
kita dahulukan, terus kondisi VVM
kondisi vaksin itu keruh po dag,
jarang sih yang B soalnya
nya juga kalo misalnya sudah ada
terus vaksin itu jugo dag boleh di
pendistribusiannya cepet. Terus
yang B, itu kita pake duluan
buka lamo-lamo, kalo sudah di
Interpretasi
10
di
FORM CHECKLIST
(Dinas Kesehatan)
No.
1.
4.
5.
6.
7.
Ada
Tidak
Ket
1 (bagus), 1 (tidak)
1 (bagus), 1 (tidak)
Tidak Ada
2 buah (bagus)
Tidak Ada
Banyak
Tidak Ada
Pencatatan suhu
Tidak Ada
Sesuai Standar
Tidak Sesuai Standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Posisi
Ket
Freezer
Lemari Es
Freezer
Lemari Es
Lemari Es
Lemari Es
Lemari Es
Lemari Es
Suhu
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Ket
-15 C
7 C
-15 C
7 C
7 C
7 C
7 C
7 C
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
FORM CHECKLIST
(Puskesmas Indralaya)
No.
1.
4.
5.
6.
7.
Ada
Tidak
Ket
2 buah
Tidak Ada
1 buah
1 buah
1 buah
Tidak Ada
Banyak
1 buah
Tidak Ada
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Tidak sesuai standar
Tidak sesuai standar
Tidak sesuai standar
Sesuai standar
Posisi
Ket
Dekat evaporator
Dekat dinding
Dekat evaporator
Dekat dinding
Dekat dinding
Suhu
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Belum Ambil
Belum Ambil
Belum Ambil
Ket
3 C
3 C
3 C
3 C
3 C
3 C
3 C
3 C
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
FORM CHECKLIST
(Puskesmas Lebung Bandung)
No.
1.
4.
5.
6.
7.
Ada
Tidak
Ket
1 buah
Tidak Ada
3 buah
1 buah
Tidak Ada
Tidak Ada
Banyak
Pencatatan suhu
Tidak Ada
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Tidak Sesuai standar
Tidak Sesuai standar
Tidak Sesuai standar
Sesuai standar
Posisi
Ket
Dekat evaporator
Dekat dinding
Dekat evaporator
Dekat dinding
Dekat dinding
Dekat dinding
Dekat dinding
Dekat dinding
Suhu
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Ket
4 C
4 C
4 C
4 C
4 C
4 C
4 C
4 C
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar
Sesuai standar