Anda di halaman 1dari 22

Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan penyakit yang sering dijumpai di seluruh dunia.


Infeksi
saluran kemih (ISK) merupakan infeksi tersering kedua setelah infeksi saluran
nafas atas
yang terjadi pada populasi dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65 tahun dan
2.5-11%
pada pria di atas 65 tahun.
Infeksi saluran kemih merupakan infeksi nosokomial tersering
yang mencapai kira-kira 40-60%.
Sampai saat ini belum adanya klasifikasi dan standarisasi penatalaksanaan infeksi
saluran kemih dan genitalia pria di Indonesia. Penatalaksanaan infeksi berkaitan
dengan
pemberian antibiotika. Penggunaan antibiotika yang rasional dibutuhkan untuk
mengatasi
masalah resistensi kuman.
Oleh karena itu Ikatan Ahli Urologi Indonesia membuat suatu Panduan
Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih dan Genitalia Pria. Panduan ini merujuk
panduan
yang sudah dibuat oleh EAU (European Association of Urology) dan IDSA
(Infectious
Disease Society of America).
Infeksi dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi infeksi di dalam saluran kemih.
Akan tetapi karena adanya hubungan satu lokasi dengan lokasi lain sering
didapatkan bakteri
di dua lokasi yang berbeda. Klasifikasi diagnosis Infeksi Saluran Kemih dan
Genitalia Pria
4
yang dimodifikasikan dari panduan EAU (European Association of Urology) dan
IDSA
(Infectious Disease Society of America)
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam laporan kasus ini adalah
Bagaimana
gambaran klinis dan penatalaksanaan serta perjalanan penyakit pasien yang
mengalami
Infeksi Saluran Kemih dan mengapa hasil kultur urin tidak menemukan
pertumbuhan
bakteri?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami tinjauan ilmu teoritis mengenai Infeksi Saluran Kemih.
2. Untuk mengintegrasikan ilmu kedokteran terhadap kasus penyakit Infeksi
saluran
Kemih pada pasien secara langsung.
3. Untuk memahami perjalanan penyakit Infeksi Saluran Kemih.
1.4. Manfaat Penulisan
Beberapa manfaat yang diharapkan dari penulisan laporan kasus ini diantaranya :
1. Memperkokoh landasan teoritis ilmu kedokteran di bidang ilmu penyakit
dalam,
khususnya mengenai penyakit Infeksi Saluran Kemih.
2. Sebagai bahan informasi bagi pembaca yang ingin mendalami lebih lanjut
topik-topik

yang berkaitan dengan Infeksi Saluran Kemih.


Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi
*Tujuan: nyeri dapat dikendalikan
*Intervensi

Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi,karakteristik, durasi,


frekuensi, kualitas, intensitas dan faktor presipitasi)

Kaji dan nilai skala nyeri

Observasi syarat ketidaknyamanan verbal

Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi

Kelola nyeri dengan pemberial analgetik secara terjadwal

2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran


kemih
*Tujuan: menunjukkan kontinensia urine
*Intervensi:

Pantau eliminasi urine meliputi frekuensi, konsistensi, bau,


volume dan warna yang tepat,

Pantau hasil laboratorium urine

Instruksikan pasien untuk merespon segera terhadap


kebutuhan eliminasi

Ajarkan pasien tanda dan gejala infeksi saluran kemih

Ajarkan pasien untuk minum 200 ml cairan pada saat


makan, diantara waktu makan dan di awal petang

3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh yang


tidak adekuat
*Tujuan: faktor resiko infeksi hilang
*Intervensi:

Kaji faktor resiko/ yang menyebabkan infeksi

Kaji pola makan dan minum

Edukasi personal hygiene yang sesuai

Pantau tanda-tanda infeksi (Dolor, color, rubor)

Pantau hasil laboratorium (Lekosit)

Kolaborasikan dengan medis untuk terapi antibiotik

4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya


pemahaman terhadap sumber-sumber informasi
*Tujuan pengetahuan klien bertambah dengan kriteria hasil
(dengan indikator 1-5: tidak ada, terbatas, cukup, banyak, atau
luas)
*Intervensi:

Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit

Beri informasi yang tepat tentang kejang

Beri informasi penanganan awal pada kejang

Berikan pujian pada klien bila mampu menjawab dengan


tepat

Berikan informasi dengan kalimat yang mudah dipahami

DAFTAR PUSTAKA
Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan penyakit yang sering dijumpai di seluruh dunia.
Infeksi
saluran kemih (ISK) merupakan infeksi tersering kedua setelah infeksi saluran
nafas atas
yang terjadi pada populasi dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65 tahun dan
2.5-11%
pada pria di atas 65 tahun.
Infeksi saluran kemih merupakan infeksi nosokomial tersering
yang mencapai kira-kira 40-60%.
Sampai saat ini belum adanya klasifikasi dan standarisasi penatalaksanaan infeksi
saluran kemih dan genitalia pria di Indonesia. Penatalaksanaan infeksi berkaitan
dengan
pemberian antibiotika. Penggunaan antibiotika yang rasional dibutuhkan untuk
mengatasi
masalah resistensi kuman.
Oleh karena itu Ikatan Ahli Urologi Indonesia membuat suatu Panduan
Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih dan Genitalia Pria. Panduan ini merujuk
panduan
yang sudah dibuat oleh EAU (European Association of Urology) dan IDSA
(Infectious
Disease Society of America).
Infeksi dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi infeksi di dalam saluran kemih.
Akan tetapi karena adanya hubungan satu lokasi dengan lokasi lain sering
didapatkan bakteri
di dua lokasi yang berbeda. Klasifikasi diagnosis Infeksi Saluran Kemih dan
Genitalia Pria
4

yang dimodifikasikan dari panduan EAU (European Association of Urology) dan


IDSA
(Infectious Disease Society of America)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ada beberapa penyakit yang dapat mengganggu pola eliminasi manusia,
diantaranya adalah infeksi saluran kemih.Infeksi saluran kemih terjadi karena
adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Untuk menegakkan diagnosis
ISK harus ditemukan bakteri dalam urin melalui biakan atau kultur (Tessy,
Ardaya, Suwanto, 2001) dengan jumlah signifikan (Prodjosudjadi, 2003). Tingkat
signifikansi jumlah bakteri dalam urin lebih besar dari 100/ml urin. Agen
penginfeksi yang paling sering adalah Eschericia coli, Proteus sp., Klebsiella sp.,
Serratia, Pseudomonas sp. Penyebab utama ISK (sekitar 85%) adalah Eschericia
coli (Coyle & Prince, 2005).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan
adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Prevalensi ISK di masyarakat
makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada usia 40 60 tahun
mempunyai angka prevalensi 3,2 %. Sedangkan pada usia sama atau diatas 65
tahun kira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20%. Infeksi saluran
kemih dapat mengenal baik laki-laki maupun wanita dari semua umur baik anakanak, remaja, dewasa maupun lanjut usia.
Akan tetapi dari kedua jenis kelamin, ternyata wanita lebih sering dari pria dengan
angka populasi umum kurang lebih 5-15%. Untuk menyatakan adanya ISK harus
ditemukan adanya bakteri dalam urin. Bakteriuria yang disertai dengan gejala
saluran kemih disebut bakteriuria simptomatis. Sedangkan yang tanpa gejala
disebut bakteriuria asimptomatis. Dikatakan bakteriuria positif pada pasien
asimptomatis bila terdapat lebih dari 105 koloni bakteri dalam sampel urin
midstream, sedangkan pada pasien simptomatis bisa terdapat jumlah koloni lebih
rendah.
Prevalensi ISK yang tinggi pada usia lanjut antara lain disebabkan karena sisa urin
dalam kandung kemih meningkat akibat pengosongan kandung kemih kurang
efektif, mobilitis menurun, pada usia lanjut nutrisi sering kurang baik, sistem
imunitas menurun. Baik seluler maupu humoral, adanya hambatan pada aliran
urin, hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat. Infeksi saluran kemih (ISK)
merupakan penyakit yang perlu mendapat perhatian serius.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami perancanaan asuhan keperawatan klien dengan
penyakit infeksi saluran kemih.
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan definisi penyakit Infeksi Saluran Kemih.
Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi penyakit Infeksi Saluran Kemih.
Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi penyakit ISK
Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi/WOC penyakit ISK.
Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi penyakit infeksi saluran kemih.

Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan medis dan keperawatan.

1.3 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis diharapkan makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan bagi pembaca khususnya seorang perawat
2. Manfaat Praktis
Hasil makalah ini dapat memberikan sumbangan dan masukan mengenai Asuhan
Keperawatan Perkemihan Infeksi Saluran Kemih.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi
Sistem perkemihan atau sistem urinaria terdiri atas dua ginjal yang fungsinya
membuang limbah dan substansi berlebihan dari darah, dan membentuk kemih
dan dua ureter, yang mengangkut kemih dari ginjal ke kandung kemih (vesika
urinaria) yang berfungsi sebagai reservoir bagi kemih dan urethra. Saluran yang
menghantar kemih dari kandung kemih keluar tubuh sewaktu berkemih. Setiap
hari ginjal menyaring 1700 L darah, setiap ginjal mengandung lebih dari 1 juta
nefron, yaitu suatu fungsional ginjal. Ini lebih dari cukup untuk tubuh, bahkan
satu ginjal pun sudah mencukupi. Darah yang mengalir ke kedua ginjal normalnya
21 % dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit.
Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar 2,5 cm pada
bagian paling tebal. Berat satu ginjal pada orang dewasa kira-kira 150 gram dan
kira-kira sebesar kepalang tangan. Ginjal terletak retroperitoneal dibagian
belakang abdomen. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena ada
hepar disisi kanan. Ginjal berbentuk kacang, dan permukaan medialnya yang
cekung disebut hilus renalis, yaitu tempat masuk dan keluarnya sejumlah saluran,
seperti pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan ureter. Panjang ureter
sekitar 25 cm yang menghantar kemih. Ia turun ke bawah pada dinding posterior
abdomen di belakang peritoneum. Di pelvis menurun ke arah luar dan dalam dan
menembus dinding posterior kandung kemih secara serong (oblik). Cara masuk ke
dalam kandung kemih ini penting karena bila kandung kemih sedang terisi kemih
akan menekan dan menutup ujung distal ureter itu dan mencegah kembalinya
kemih ke dalam ureter.
Kandung kemih bila sedang kosong atau terisi sebagian, kandung kemih ini
terletak di dalam pelvis, bila terisi lebih dari setengahnya maka kandung kemih ini
mungkin teraba di atas pubis. Peritenium menutupi permukaan atas kandung

kemih. Periteneum ini membentuk beberapa kantong antara kandung kemih


dengan organ-organ di dekatnya, seperti kantong rektovesikal pada pria, atau
kantong vesiko-uterina pada wanita. Diantara uterus dan rektum terdapat kavum
douglasi.
Uretra pria panjang 18-20 cm dan bertindak sebagai saluran untuk sistem
reproduksi maupun perkemihan. Pada wanita panjang uretra kira-kira 4 cm dan
bertindak hanya sebagai system Perkemihan. Uretra mulai pada orifisium uretra
internal dari kandung kemih dan berjalan turun dibelakang simpisis pubis melekat
ke dinding anterior vagina. Terdapat sfinter internal dan external pada uretra,
sfingter internal adalah involunter dan external dibawah kontrol volunter kecuali
pada bayi dan pada cedera atau penyakit saraf.
2.2 Definisi
Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan
adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya,
Suwanto, 2001).
Infeksi saluran kemih adalah berkembang biaknya mikroorganisme di dalam
saluran kemih yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus atau
mikroorganisme lain.
Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang
disebabkan oleh bakteri terutama Escherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat
dengan kondisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis
perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker,
dkk, 1998).
Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi
yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra
dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal
dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya
UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini
menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.

2.3 Klasifiksi infeksi saluran kemih sebagai berikut :


1. Kandung kemih (sistitis)
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh
menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik irin
dari utetra kedalam kandung kemih (refluks urtovesikal), kontaminasi fekal,
pemakaian kateter atau sistoskop.
2. Uretra (uretritis)
Uretritis adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang di golongkan sebagai
gonoreal atau non gonoreal. Uretritis gonoreal disebabkan oleh niesseria
gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis non gonoreal adalah
uretritis yang tidak berhubungan dengan niesseria gonorhoeae biasanya
disebabkan oleh klamidia frakomatik atau urea plasma urelytikum.
3. Ginjal (pielonefritis)

Pielonefritis infeksi traktus urinarius atas merupakan infeksi bakteri piala ginjal,
tubulus dan jaringan intertisial dari dalah satu atau kedua ginjal.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi :

ISK uncomplicated (simple)


ISK sederhana terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic
maupun fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut terutama menmgenai
penderita wanita dan infesi hanya mengenai mucosa superficial kandung kemih.

ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit di
berantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika,
sering terjadu bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaankeadaan sebagai berikut :
1. kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral
obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan
prostatitis.
2. Kelainan faal ginjal; GGA maupun GGK
3. Gangguan daya tahan tubuh
4. Infeksi yang disebabkan karena orgamisme virulen seperto prosteus spp yang
memproduksi urease
2.4 Etiologi
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
Pseudemonas, Proteus,klebsiella: penyebab ISK complicated
Escherichia coli:90% penyebab ISK uncomplicated
Enterobacter, Staphyloccoccus epidemidis, enterococci,dll.
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :
Sisa urine dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif
Mobilitas menurun
Nutrisi yang kurang baik
Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
Adanya hambatan pada aliran urin
Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
2.5

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

1.
2.

Manifestasi Klinis
Uretritis biasanya memperlihatkan gejala :
Mukosa memerah dan oedema
Terdapat cairan eksudat yang purulent
Ada ulserasi pada urethra
Good morning sign
Adanya nanah awal miksi
Nyeri pada saat miksi
Kesulitan untuk memulai miksi
Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :
Disuria (nyeri waktu berkemih)
Peningkatan frekuensi berkemih

3. Perasaan ingin berkemih


4. Adanya sel-sel darah putih dalam urin
5. Nyeri punggung bawah atau suprapubic
6. Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.
Pielonefritis akut biasanya memperihatkan gejala :
1. Demam
2. Menggigil
3. Nyeri pinggang
4. Disuria
2.6 Patofisiologi
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui :
1. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat
2. Hematogen
Infeksi Hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh yang
rendah, karena menderita suatu penyakit kronik, atau pada pasien yang sementara
mendapat pengobatan imunosupresif. Ginjal yang normal biasanya mempunyai
daya tahan terhadap infeksi E.coli karena itu jarang ada infeksi hematogen E.coli.
3 Asending
a. Kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina
Saluran kemih yang normal umumnya tidak mengandung mikroorganisme kecuali
pada bagian distal uretra yang biasanya juga dihuni oleh bakteri normal kulit
seperti, basil difteroid, streptokokus. Disamping bakteri normal flora kulit, pada
wanita, daerah 1/3 bagian distal uretra ini disertai jaringan periuteral dan vestibula
vaginalis juga banyak dihuni bakteri yang berasal dari usus karena letak anus
tidak jauh dari tempat tersebut. Karena peran factor predisposisi, maka kolonisasi
basil koliform pada wanita didaerah tersebut diduga karena Adanya perubahan
flora normal di daerah perineum dan berkurangnya antibody local.
b. Masuknya mokroorganisme dalam kandung kemih.
Proses masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih belum diketahui
dengan jelas. Beberapa factor yang mempengaruhi masuknya mikroorganisme ke
dalam kandung kemih adalah:
Faktor Anatomi
Kenyataan bahwa ISK banyak pada wanita daripada laki-laki, hal ini disebabkan
oleh Uretra wanita lebih pendek terletak lebih dekat pada anus sedangkan uretra
laki-laki bermuara saluran kelenjar prostate dikenal sebagai anti bakteri yang
sangat kuat.
Faktor tekanan urin pada waktu miksi
Mikroorganisme naik ke kandung kemih pada waktu miksi karena tekanan urin.
Dan selama miksi terjadi refluks ke dalam kandung kemih setelah pengeluaran
urin.
Faktor lain, misalnya:
1.
Kebersihan alat kelamin bagian luar.
2.
Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Hal ini disebabkan oleh refluks vesikoureter dan menyebarnya infeksi dari pelvis
ke korteks karena refluks intrareral. Refluks vesikoureter adalah keadaan
patologis karena tidak berfungsinya valvula vesikoureter sehingga aliran urin naik

dari kandung kemih ke ginjal.


Valvulo vesikoureter yang tidak berfungsi ini disebabkan karena:
1.
Edema mukosa ureter akibat infeksi
2. Tumor pada kandung kemih dan penebalan dindidng kandung kemih.
4 Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter, atau sistoskopi.
Dua jalur utama terjadinya ISK ialah, hematogen dan asending, tetapi dari dua
cara ini asendinglah yang paling sering terjadi.

2.7 WOC

2.8 Komplikasi
1. Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan jaringan
intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
2. Gagal ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak diobati
dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut dan
kronik.
2.9 Penatalaksanaan
Medis
1. Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif.
Amoxicillin 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis. Co-trimoxazole atau trimethoprim
6-12 mg trimethoprim/kg/hari dalam 2 dosis. Cephalosporin seperti cefixime atau
cephalexin. Co-amoxiclav digunakan pada ISK dengan bakteri yang resisten
terhadap cotrimoxazole.
2. Obat-obatan seperti asam nalidiksat atau nitrofurantoin tidak digunakan pada
anak-anak yang dikhawatirkan mengalami keterlibatan ginjal pada ISK.
3. Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi atau refluks, maka
diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
Non Medis
1. Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas
microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari
depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri
feces.
2. Daun Sirsak
Daun Sirsak dipercaya mampu mengobati berbagai macam jenis penyakit karena
daun sirsak memiliki kandungan yang sangat bagus untuk kesehatan tubuh, seperti
acetogenins, annocatacin, annocatalin, annohexocin, annonacin, annomuricin,
anomurine, anonol, caclourine, gentisic acid, gigantetronin, linoleic acid,
muricapentocin. kandungan tersebut yang membuat daun sirsak mampu
mengobati berbagai macam jenis penyakit.
Daun sirsak memiliki khasiat yang sangat luar biasa yakni mampu menghambat
pertumbuhan bakteri, menghambat perkembangan virus, menghambat
perkembangan parasit, menghambat pertumbuhan tumor, merileksasi otot, anti
kejang, meredakan nyeri, menekan peradangan, menghambat mutasi gen,
menurunkan kadar gula darah, menurunkan demam, menurunkan tekanan darah
tinggi, menguatkan saraf, menyehatkan jantung, meningkatkan produksi asi pada
itu hamil, melebarkan pembuluh darah, membunuh cacing parasait, mengurangi
stres, menguatkan pencernaan dan meningkatkan nafsu makan. Yang paling luar
biasa adalah daun sirsak memiliki zat antikanker (acetogenins) yang kekuatannya
10.000 kali lipat lebih kuat dibandingkan dengan kemoterapi.
3. Buah manggis

Begitu banyak manfaat yang dapat kita rasakan dalam kulit manggis, karena kulit
manggis mengandung Xanthone sebagai antioksidan, antiproliferativ,
antiinflamasi dan antimikrobial. Sifat antioksidan manggis melebihi vitamin E dan
vitamin C. Xanthone yg terdapat di manggis merupakan subtansi kimia alami
yang tergolong senyawa polyhenolic. Peneliti dari Universitas Taichung di Taiwan
telah mengisolasi xanthone dan deviratnya dari kulit buah manggis di antaranya
diketahui adalah 3-isomangoestein, alpha mangostin, Gamma-mangostin,
Garcinone A, Garcinone B, C, D dan garcinone E, maclurin, mangostenol. Sebuah
penelitian di Singapura menunjukan bahwa sifat antioksidan pada buah manggis
jauh lebih efektif bila dibandingkan dengan antioksidan pada rambutan dan
durian.
Xanthone tidak ditemui pada buah-buahan lainnya kecuali pada buah manggis,
oleh sebab itu buah manggis diberikan julukan sebagi Queen of Fruit atau Si
Ratu Buah. Dari berbagai penelitian, kandungan xanthone dan derivatnya efektif
melawan kanker payudara secara in-vitro, dan obat penyakit jantung.
Kasiat garcinone E (devirat xanthone) ini jauh lebih efektif untuk menghambat
kanker bila dibandingkan dengan obat kanker seperti flaraucil, cisplatin,
vincristin, metohotrexete, dan mitoxiantrone.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Anamnase
Nama
:
Umur
:
Jenis kelamin
:
Suku bangsa
:
Pekerjaan
:
Pendidikan
:
Alamat
:
Tanggal MRS
:
Diagnosa medis :
2. Riwayat Kesehatan
a)
Keluhan utama :
Disuria, Poliuria. Nyeri, Terdesak kencing yang berwarna terjadi bersamaan.
b)
Riwayat penyakit sekarang
Penyebab dari disuria disebabkan karena masuknya organisme eschericea coli
kedalam kolon.
c)
Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit ISK
d) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama.
e)
Riwayat psikososial dan spiritual
Biasanya klien cemas, bagaimana koping mekanisme yang digunakan gangguan
dalam beribadat karena klien lemah.

3.2 Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan Umum
Didapatkan klien tampak lemah
2. Tingkat Kesadaran
Normal GCS 4-5-6
3. Sistem Respirasi
Pernafasan normal yaitu 16-20x/menit
4. Sistem Kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah ( Hipotensi )
5. Sistem Integumen
Kulit kering, turgor kulit menurun, rambut agak kusam.
6. Sistem Gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor.

7. Sistem Muskuloskeletal.
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
8. Sistem Abdomen
Pada palpasi didapatkan adanya nyeri tekan pada ginjal akibat adanya peradangan
akut maupun kronis dari ginjal atau saluran kemih yang mengenai pelvis ginjal,
pielonefritis, cystitis, uretra.
3.3 Pemeriksaan Diagnosa
1. Urinalisis
a. Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB)
sediment air kemih
b. Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air
kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa
kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2.
Bakteriologi
a. Mikroskopis
Satu bakteri lapangan pandang minyak emersi. 102 103 organisme koliform/mL
urin plus piuri.
b. Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari
urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai
criteria utama adanya infeksi.
5. Metode tes
a. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess
untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami
piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang
mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
b. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia
trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
c. Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga
dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus
urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie
prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik
dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang
resisten
3.4
1.
2.
3.
4.
5.

Diagnosa
Nyeri Akut yang berhubungan dengan Agen Cidera Biologis
Hipertermi (peningkatan suhu tubuh)
Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan infeksi saluran kemih
Resiko infeksi berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan reinteraksi abdominal

6. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang


proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.

3.5

Intervensi

Dx 1.

Nyeri Akut yang berhubungan dengan Agen Cidera Biologis


NOC:
Pain level,
Pain control,
Comfort level
Kriteria hasil :
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmokologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC :
Pain Management
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Observasi reaksinonverbal dari ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan control nyeri masa lampau
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil

Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic Administrasion
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek intruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari Satu
Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute pembarian, dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara
teratur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
Dx 2. Hipertermi (peningkatan suhu tubuh)
NOC:
Termoregulation
Kriteria Hasil :
1. Suhu tubuh dalam rentang normal
2. Nadi dan RR dalam rentang normal
3. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman
NIC
Fever treatment
Monitor suhu sesering mungkin
Monitor IWL
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tekanan darah, nadi dan RR
Monitor penurunan tingkat kesadaran
Monitor WBC, HB dan HCT
Monitor intake dan output
Berikan antipiretik
Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
Selimuti pasien
Lakukan tapit sponge
Berika cairan intravena
Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
Tingkatkan sirkulasi udara
Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil
Temperature regulation
Monitor suhu minimal 2jam
Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
Monitor TD, nadi dan RR
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi

Tingkatkan intake cairan dan nutrisi


Selimuti pasien untuk mencegah hilangan kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas
Diskusikan tentang pengaturan suhu dan kemungkinan efek
negatif dari kedinginan
Berikan indikasi tentang keletihan dan penanganan emergency
yang diperlukan
Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang
diperlukan
Berikan antipiretik jika perlu
Vital sign monitoring
Monitor TD, nadi, suhu dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk / berdiri
Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR , sebelum, selama, dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama pernafasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernafasan abnormal
Monitor suhu warna dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya chusing triad (tekanan nadi yang melebar,
bradi kardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
Dx 3. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan infeksi saluran
kemih
NOC :
Urinary Elimination
Urinary Contiunence
Kriteria Hasil :
Kandung kemih kosong secara penuh
Tidak ada residu urine .100-200 cc
Intake cairan dalam rentang normal
Bebas dari ISK
Tdak ada spasme bladder
Balance cairan seimbang
NIC :
Urinary Retention Care
Monitor intake dan output
Monitor penggunaan obat antikolinergik
Monitor derajat distensi bladder
Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk mencatat output
urine
Sediakan privacy untuk eliminasi

Stimulasi reflek bladder dengan kompres dingin pada abdomen


Kateterisasi jika perlu
Monitoring tanda dan gejala ISK ( panas, hematuria, perubahan
baud an konsistensi urine )
Resiko infeksi berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran

Dx 4.
kemih
NOC :
Immune Status
Risk control
Kriteria Hasil :
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukkan perilaku hidup sehat
NIC :
Infection Control (Kontrol infeksi)
1. Bersihkanlingkungansetelahdipakaipasienlain
2. Pertahankanteknikisolasi
3. Batasipengunjung bila perlu
4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawtan
7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
8. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
9. Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
10. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung
kencing
11. Tingktkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
2. Monitor hitung granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung terhadap penyakit menular
6. Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
7. Pertahankan teknik isolasi k/p
8. Berikan perawatan kuliat pada area epidema
9. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
10. Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
11. Dorong masukkan nutrisi yang cukup
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep

15. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi


16. Ajarkan cara menghindari infeksi
17. Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif
5 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan reinteraksi
abdominal NOC :
Fluid balance
Hydration
Nutritional Status : Food and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
Tidak ada tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik,
membrane mucosa lembab, tidak ada easa haus yang berlebihan
Fluid Management
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Monitor status dehidrasi
Monitor vital sign
Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori
harian
Monitor status nutrisi
Berikan cairan IV pada suhu ruangan
Dorong masukan oral
Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
Kolaborasi dengan dokter
Hypovolemia Management
Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
Monitor tingkat Hb dan hematrokit
Monitor tanda vital
Dorong pasien untuk menambah intake oral
Pemberian cairan iv monitor adanya tanda dan gejala kelebihan
volume cairan
Monitor adanya gagal ginjal
6 Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan
instruksi perawatan di rumah. NOC :
Kowlwdge : disease process
Knowledge :
Health behavior
Kriteria Hasil :
Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program pengobatan
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang di
jelaskan perawat/ tim kesehatan lainnya NIC
Teaching : desease process

Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang


proses penyakit spesifik
Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit,
dengan cara ysng tepat
Identifikasikan kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara
yang tepat
Hindari harapan yang kosong
Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat
Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan datang dan atau
proses pengontrolanpenyakit
Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second
opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan sember atau dukungan, dengan cara
yang tepat
Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk
melaporkan padda pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yg
tpat

3.5 Implementasi
Implementasi adalah asuhan keperawata secara nyata berupa
serangkaian kegiatan yang sistematis berdasarkan perencanaan
untuk mencapai hasil yang optimal. Sebelum melakukan rencana
tindakan keperawatan, perawat hendaklah menjelaskan tindakan
keperawatan yang dilakukan terhadap pasien. Dalam pelaksanaan,
perawat melakukan fungsinya sebgai independent, interdependent,
dan dependent. Pada fungsi dependent perawat melakukan tindakan

atas dasar inisiatif sendiri. Contohnya memberikan latihan


pernafasan perut dalam posisi duduk dan berbaring, pada fungsi
interdependent perawat melakukan fungsi kolaborasi dengan tim
kesehatan yang lain. Dan fungsi independent perawat melakukan
fungsi tambahan untuk mrnjalankan program dari tim kesehatan
lain seperti pengobatan.
Disamping itu perawat harus memperhatikan sehatan umum dan
respon pasien selama pelaksanaan. Dan untuk melatih pasien agar
mandiri, sebaiknya dalam tahap pelaksanaan ini adalah sebagia
berikut: persiapan, pelaksanaan, dan dokumentasi.
3.6 Evaluasi
Pada tahap yang perlu dievaluasi pada klien dengan ISK adalah,
mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :
1. Nyeri yang menetap atau bertambah
2. Perubahan warna urine
3. Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit,
perasaan ingin kencing, menetes setelah berkemih.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai
untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran
kemih. Prevalensi ISK di masyarakat makin meningkat seiring
dengan meningkatnya usia. Pada usia 40 60 tahun mempunyai
angka prevalensi 3,2 %. Sedangkan pada usia sama atau diatas 65
tahun kira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20%.
Infeksi saluran kemih dapat mengenal baik laki-laki maupun
wanita dari semua umur baik anak-anak, remaja, dewasa maupun
lanjut usia.
Untuk menegakkan diagnosis ISK harus ditemukan bakteri dalam
urin melalui biakan atau kultur (Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001)
dengan jumlah signifikan (Prodjosudjadi, 2003). Tingkat
signifikansi jumlah bakteri dalam urin lebih besar dari 100/ml urin.
Agen penginfeksi yang paling sering adalah Eschericia coli,
Proteus sp., Klebsiella sp., Serratia, Pseudomonas sp. Penyebab
utama ISK (sekitar 85%) adalah Eschericia coli (Coyle & Prince,
2005).
Adapun macam-macam ISK antara lain sistitis,uretritis,

pielonefritis. Sedangakn pada usia lanjut ISK dibedakan mebjadi


dua yaitu ISK uncomplicated dan ISK complicated. Pada kasus
ISK ini penyebabnya adalah jenis-jenis mikroorganisme, dan
prevalensi usia lanjut. ISK sendiri juga mengakibatkan komplikasi
gagal ginjal dan ppembentukan abses ginjal.
4.2Saran
Selelah kita mempelajari apa yang telah dibahas, maka kita perlu
menerapkan dalam profesi kita. Kiranya makalah ini dapat berguna
dan memberi wawasan tentang patologi sistem pernapasan
khusunya penyakit Infeksi Saluran Kemih.

DAFTAR PUSTAKA
Ocallaghan, Chris. 2013. At a glance system ginjal edisi ke-2.
Jakarta: Erlangga
http://dianalmira.blogspot.com/2013/12/askep-infeksi-salurankemih.html, (diakses 27 Maret 2014)
http://puspaeureka.blogspot.com/2013/04/asuhan-keperawatanisk.html, (diakses 27 Maret 2014)
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.

Anda mungkin juga menyukai