DAFTAR PUSTAKA
Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan penyakit yang sering dijumpai di seluruh dunia.
Infeksi
saluran kemih (ISK) merupakan infeksi tersering kedua setelah infeksi saluran
nafas atas
yang terjadi pada populasi dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65 tahun dan
2.5-11%
pada pria di atas 65 tahun.
Infeksi saluran kemih merupakan infeksi nosokomial tersering
yang mencapai kira-kira 40-60%.
Sampai saat ini belum adanya klasifikasi dan standarisasi penatalaksanaan infeksi
saluran kemih dan genitalia pria di Indonesia. Penatalaksanaan infeksi berkaitan
dengan
pemberian antibiotika. Penggunaan antibiotika yang rasional dibutuhkan untuk
mengatasi
masalah resistensi kuman.
Oleh karena itu Ikatan Ahli Urologi Indonesia membuat suatu Panduan
Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih dan Genitalia Pria. Panduan ini merujuk
panduan
yang sudah dibuat oleh EAU (European Association of Urology) dan IDSA
(Infectious
Disease Society of America).
Infeksi dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi infeksi di dalam saluran kemih.
Akan tetapi karena adanya hubungan satu lokasi dengan lokasi lain sering
didapatkan bakteri
di dua lokasi yang berbeda. Klasifikasi diagnosis Infeksi Saluran Kemih dan
Genitalia Pria
4
1.3 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis diharapkan makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan bagi pembaca khususnya seorang perawat
2. Manfaat Praktis
Hasil makalah ini dapat memberikan sumbangan dan masukan mengenai Asuhan
Keperawatan Perkemihan Infeksi Saluran Kemih.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi
Sistem perkemihan atau sistem urinaria terdiri atas dua ginjal yang fungsinya
membuang limbah dan substansi berlebihan dari darah, dan membentuk kemih
dan dua ureter, yang mengangkut kemih dari ginjal ke kandung kemih (vesika
urinaria) yang berfungsi sebagai reservoir bagi kemih dan urethra. Saluran yang
menghantar kemih dari kandung kemih keluar tubuh sewaktu berkemih. Setiap
hari ginjal menyaring 1700 L darah, setiap ginjal mengandung lebih dari 1 juta
nefron, yaitu suatu fungsional ginjal. Ini lebih dari cukup untuk tubuh, bahkan
satu ginjal pun sudah mencukupi. Darah yang mengalir ke kedua ginjal normalnya
21 % dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit.
Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar 2,5 cm pada
bagian paling tebal. Berat satu ginjal pada orang dewasa kira-kira 150 gram dan
kira-kira sebesar kepalang tangan. Ginjal terletak retroperitoneal dibagian
belakang abdomen. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena ada
hepar disisi kanan. Ginjal berbentuk kacang, dan permukaan medialnya yang
cekung disebut hilus renalis, yaitu tempat masuk dan keluarnya sejumlah saluran,
seperti pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan ureter. Panjang ureter
sekitar 25 cm yang menghantar kemih. Ia turun ke bawah pada dinding posterior
abdomen di belakang peritoneum. Di pelvis menurun ke arah luar dan dalam dan
menembus dinding posterior kandung kemih secara serong (oblik). Cara masuk ke
dalam kandung kemih ini penting karena bila kandung kemih sedang terisi kemih
akan menekan dan menutup ujung distal ureter itu dan mencegah kembalinya
kemih ke dalam ureter.
Kandung kemih bila sedang kosong atau terisi sebagian, kandung kemih ini
terletak di dalam pelvis, bila terisi lebih dari setengahnya maka kandung kemih ini
mungkin teraba di atas pubis. Peritenium menutupi permukaan atas kandung
Pielonefritis infeksi traktus urinarius atas merupakan infeksi bakteri piala ginjal,
tubulus dan jaringan intertisial dari dalah satu atau kedua ginjal.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi :
ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit di
berantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika,
sering terjadu bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaankeadaan sebagai berikut :
1. kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral
obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan
prostatitis.
2. Kelainan faal ginjal; GGA maupun GGK
3. Gangguan daya tahan tubuh
4. Infeksi yang disebabkan karena orgamisme virulen seperto prosteus spp yang
memproduksi urease
2.4 Etiologi
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
Pseudemonas, Proteus,klebsiella: penyebab ISK complicated
Escherichia coli:90% penyebab ISK uncomplicated
Enterobacter, Staphyloccoccus epidemidis, enterococci,dll.
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :
Sisa urine dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif
Mobilitas menurun
Nutrisi yang kurang baik
Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
Adanya hambatan pada aliran urin
Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
2.5
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
Manifestasi Klinis
Uretritis biasanya memperlihatkan gejala :
Mukosa memerah dan oedema
Terdapat cairan eksudat yang purulent
Ada ulserasi pada urethra
Good morning sign
Adanya nanah awal miksi
Nyeri pada saat miksi
Kesulitan untuk memulai miksi
Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :
Disuria (nyeri waktu berkemih)
Peningkatan frekuensi berkemih
2.7 WOC
2.8 Komplikasi
1. Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan jaringan
intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
2. Gagal ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak diobati
dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut dan
kronik.
2.9 Penatalaksanaan
Medis
1. Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif.
Amoxicillin 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis. Co-trimoxazole atau trimethoprim
6-12 mg trimethoprim/kg/hari dalam 2 dosis. Cephalosporin seperti cefixime atau
cephalexin. Co-amoxiclav digunakan pada ISK dengan bakteri yang resisten
terhadap cotrimoxazole.
2. Obat-obatan seperti asam nalidiksat atau nitrofurantoin tidak digunakan pada
anak-anak yang dikhawatirkan mengalami keterlibatan ginjal pada ISK.
3. Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi atau refluks, maka
diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
Non Medis
1. Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas
microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari
depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri
feces.
2. Daun Sirsak
Daun Sirsak dipercaya mampu mengobati berbagai macam jenis penyakit karena
daun sirsak memiliki kandungan yang sangat bagus untuk kesehatan tubuh, seperti
acetogenins, annocatacin, annocatalin, annohexocin, annonacin, annomuricin,
anomurine, anonol, caclourine, gentisic acid, gigantetronin, linoleic acid,
muricapentocin. kandungan tersebut yang membuat daun sirsak mampu
mengobati berbagai macam jenis penyakit.
Daun sirsak memiliki khasiat yang sangat luar biasa yakni mampu menghambat
pertumbuhan bakteri, menghambat perkembangan virus, menghambat
perkembangan parasit, menghambat pertumbuhan tumor, merileksasi otot, anti
kejang, meredakan nyeri, menekan peradangan, menghambat mutasi gen,
menurunkan kadar gula darah, menurunkan demam, menurunkan tekanan darah
tinggi, menguatkan saraf, menyehatkan jantung, meningkatkan produksi asi pada
itu hamil, melebarkan pembuluh darah, membunuh cacing parasait, mengurangi
stres, menguatkan pencernaan dan meningkatkan nafsu makan. Yang paling luar
biasa adalah daun sirsak memiliki zat antikanker (acetogenins) yang kekuatannya
10.000 kali lipat lebih kuat dibandingkan dengan kemoterapi.
3. Buah manggis
Begitu banyak manfaat yang dapat kita rasakan dalam kulit manggis, karena kulit
manggis mengandung Xanthone sebagai antioksidan, antiproliferativ,
antiinflamasi dan antimikrobial. Sifat antioksidan manggis melebihi vitamin E dan
vitamin C. Xanthone yg terdapat di manggis merupakan subtansi kimia alami
yang tergolong senyawa polyhenolic. Peneliti dari Universitas Taichung di Taiwan
telah mengisolasi xanthone dan deviratnya dari kulit buah manggis di antaranya
diketahui adalah 3-isomangoestein, alpha mangostin, Gamma-mangostin,
Garcinone A, Garcinone B, C, D dan garcinone E, maclurin, mangostenol. Sebuah
penelitian di Singapura menunjukan bahwa sifat antioksidan pada buah manggis
jauh lebih efektif bila dibandingkan dengan antioksidan pada rambutan dan
durian.
Xanthone tidak ditemui pada buah-buahan lainnya kecuali pada buah manggis,
oleh sebab itu buah manggis diberikan julukan sebagi Queen of Fruit atau Si
Ratu Buah. Dari berbagai penelitian, kandungan xanthone dan derivatnya efektif
melawan kanker payudara secara in-vitro, dan obat penyakit jantung.
Kasiat garcinone E (devirat xanthone) ini jauh lebih efektif untuk menghambat
kanker bila dibandingkan dengan obat kanker seperti flaraucil, cisplatin,
vincristin, metohotrexete, dan mitoxiantrone.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Anamnase
Nama
:
Umur
:
Jenis kelamin
:
Suku bangsa
:
Pekerjaan
:
Pendidikan
:
Alamat
:
Tanggal MRS
:
Diagnosa medis :
2. Riwayat Kesehatan
a)
Keluhan utama :
Disuria, Poliuria. Nyeri, Terdesak kencing yang berwarna terjadi bersamaan.
b)
Riwayat penyakit sekarang
Penyebab dari disuria disebabkan karena masuknya organisme eschericea coli
kedalam kolon.
c)
Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit ISK
d) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama.
e)
Riwayat psikososial dan spiritual
Biasanya klien cemas, bagaimana koping mekanisme yang digunakan gangguan
dalam beribadat karena klien lemah.
7. Sistem Muskuloskeletal.
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
8. Sistem Abdomen
Pada palpasi didapatkan adanya nyeri tekan pada ginjal akibat adanya peradangan
akut maupun kronis dari ginjal atau saluran kemih yang mengenai pelvis ginjal,
pielonefritis, cystitis, uretra.
3.3 Pemeriksaan Diagnosa
1. Urinalisis
a. Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB)
sediment air kemih
b. Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air
kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa
kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2.
Bakteriologi
a. Mikroskopis
Satu bakteri lapangan pandang minyak emersi. 102 103 organisme koliform/mL
urin plus piuri.
b. Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari
urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai
criteria utama adanya infeksi.
5. Metode tes
a. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess
untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami
piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang
mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
b. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia
trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
c. Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga
dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus
urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie
prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik
dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang
resisten
3.4
1.
2.
3.
4.
5.
Diagnosa
Nyeri Akut yang berhubungan dengan Agen Cidera Biologis
Hipertermi (peningkatan suhu tubuh)
Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan infeksi saluran kemih
Resiko infeksi berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan reinteraksi abdominal
3.5
Intervensi
Dx 1.
Analgesic Administrasion
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek intruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari Satu
Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute pembarian, dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara
teratur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
Dx 2. Hipertermi (peningkatan suhu tubuh)
NOC:
Termoregulation
Kriteria Hasil :
1. Suhu tubuh dalam rentang normal
2. Nadi dan RR dalam rentang normal
3. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman
NIC
Fever treatment
Monitor suhu sesering mungkin
Monitor IWL
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tekanan darah, nadi dan RR
Monitor penurunan tingkat kesadaran
Monitor WBC, HB dan HCT
Monitor intake dan output
Berikan antipiretik
Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
Selimuti pasien
Lakukan tapit sponge
Berika cairan intravena
Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
Tingkatkan sirkulasi udara
Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil
Temperature regulation
Monitor suhu minimal 2jam
Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
Monitor TD, nadi dan RR
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
Dx 4.
kemih
NOC :
Immune Status
Risk control
Kriteria Hasil :
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukkan perilaku hidup sehat
NIC :
Infection Control (Kontrol infeksi)
1. Bersihkanlingkungansetelahdipakaipasienlain
2. Pertahankanteknikisolasi
3. Batasipengunjung bila perlu
4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawtan
7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
8. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
9. Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
10. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung
kencing
11. Tingktkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
2. Monitor hitung granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung terhadap penyakit menular
6. Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
7. Pertahankan teknik isolasi k/p
8. Berikan perawatan kuliat pada area epidema
9. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
10. Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
11. Dorong masukkan nutrisi yang cukup
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
3.5 Implementasi
Implementasi adalah asuhan keperawata secara nyata berupa
serangkaian kegiatan yang sistematis berdasarkan perencanaan
untuk mencapai hasil yang optimal. Sebelum melakukan rencana
tindakan keperawatan, perawat hendaklah menjelaskan tindakan
keperawatan yang dilakukan terhadap pasien. Dalam pelaksanaan,
perawat melakukan fungsinya sebgai independent, interdependent,
dan dependent. Pada fungsi dependent perawat melakukan tindakan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai
untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran
kemih. Prevalensi ISK di masyarakat makin meningkat seiring
dengan meningkatnya usia. Pada usia 40 60 tahun mempunyai
angka prevalensi 3,2 %. Sedangkan pada usia sama atau diatas 65
tahun kira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20%.
Infeksi saluran kemih dapat mengenal baik laki-laki maupun
wanita dari semua umur baik anak-anak, remaja, dewasa maupun
lanjut usia.
Untuk menegakkan diagnosis ISK harus ditemukan bakteri dalam
urin melalui biakan atau kultur (Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001)
dengan jumlah signifikan (Prodjosudjadi, 2003). Tingkat
signifikansi jumlah bakteri dalam urin lebih besar dari 100/ml urin.
Agen penginfeksi yang paling sering adalah Eschericia coli,
Proteus sp., Klebsiella sp., Serratia, Pseudomonas sp. Penyebab
utama ISK (sekitar 85%) adalah Eschericia coli (Coyle & Prince,
2005).
Adapun macam-macam ISK antara lain sistitis,uretritis,
DAFTAR PUSTAKA
Ocallaghan, Chris. 2013. At a glance system ginjal edisi ke-2.
Jakarta: Erlangga
http://dianalmira.blogspot.com/2013/12/askep-infeksi-salurankemih.html, (diakses 27 Maret 2014)
http://puspaeureka.blogspot.com/2013/04/asuhan-keperawatanisk.html, (diakses 27 Maret 2014)
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.