Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah
Praktik Kerja Lapangan pada semester VII di Program Studi D4
Teknik Otomasi Industri Jurusan Teknik Elektro
Oleh :
GUMILAR HARSYA PUTRA
NIM 121364015
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah
Praktik Kerja Lapangan pada semester VII di Program Studi D4
Teknik Otomasi Industri Jurusan Teknik Elektro
Oleh :
GUMILAR HARSYA PUTRA
NIM 121364015
LEMBAR PENGESAHAN
SISTEM KONTROL METAL DETECTOR DAN MAGNET SEPARATOR
SEBAGAI PENGAMAN AREA RAW MILL P10 PT. INDOCEMENT
TUNGGAL PRAKARSA Tbk.
Oleh
Gumilar Harsya Putra
NIM 121364015
Pelaksanaan di perusahaan/industri :
Tanggal
: 04 Agustus 2015 s/d 31 Agustus 2015
Tempat
: PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., Palimanan, Cirebon, Jawa
Barat
Diseminarkan :
Tanggal
Tim Penguji
: 26 November 2015
: 1. Hasan Surya , Drs.,S.T.,M.T.
2. Dr. Yusuf Sofyan, S.T.,M.T.
(Penguji 1)
(Penguji 2)
Disahkan :
Tanggal ......... ...............
Pembimbing Perusahaan
Tanggal .. .......................
Dosen Pembimbing
iii
Disusun oleh :
Gumilar Harsya Putra
NIM 121364015
Diterima dan disetujui pada tanggal ..............................
Pembimbing
Mengetahui :
Human Resources Department Head
Ahmad Jamil
iv
PERNYATAAN
SISTEM KONTROL METAL DETECTOR DAN MAGNETSEPARATOR
SEBAGAI PENGAMAN AREA RAW MILL P10 PT
INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa laporan praktik
kerja lapangan ini adalah murni hasil pekerjaan saya sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi dalam laporan praktik kerja lapangan ini tidak/belum pernah
disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas akhir/laporan kerja
praktik lapangan lain kecuali saya menyatakan dengan jelas bahwa saya
menggunakannya.
Saya memahami bahwa laporan praktik kerja lapangan yang saya kumpulkan ini
dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya
plagiarisme.
ABSTRAK
vi
ABSTRACT
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T, yang telah memberikan rahmat kepada
kita semua, khusunya kepada penulis, sehingga laporan Praktik Kerja Lapangan
dengan judul SISTEM KONTROL METAL DETECTOR DAN MAGNET SEPARATOR SEBAGAI PENGAMAN AREA RAW MILL PLANT 10 PT INDOCEMENT
TUNGGAL PRAKARSA Tbk . dapat terselesaikan dengan baik.
Didalam penyelesaiannya, penulis banyak dibantu oleh beberapa pihak, oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan YME karena dengan izinnya penulis dapat melaksanakan program
praktik kerja lapangan (PKL) dari awal hingga selesai.
2. Kedua orangtua atas limpahan doa, dukungan, dan semangat yang tidak
pernah ada batasnya.
3. Bapak Drs. Baisrum, S.S.T., M.Eng., selaku ketua pelaksana program
praktik kerja lapangan (PKL) D-IV Teknik Otomasi Industri.
4. Bapak Sarjono Wahyu Jadmiko,S.T.,M.Eng., selaku Ketua Program Studi
Teknik Otomasi Industri Politeknik Negeri Bandung.
5. Bapak Ir. Heri Budi Utomo, M.T. , selaku Pembimbing I dalam
pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan.
6. Bapak Rudi Setiawan, S.T., selaku Kepala Department Electric PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Palimanan, Cirebon.
viii
Bagian
Instrumen
PT
Indocement
Tunggal
Prakarsa
Tbk.
Palimanan,Cirebon.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis baik dalam melaksanakan maupun menyelesaikan pelaksanaan dan laporan kerja praktik ini.
Penulis yakin masih banyak kesalahan dan kekurangan yang terdapat pada laporan
ini baik dari segi penulisan maupun penyajiannya. Oleh karenanya saran dan
kritik yang membangun sangat diharapkan penulis. Sehingga semua masukan tersebut dapat membantu penulis dalam penyusunan berikutnya.
Akhirnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................
ii
iii
Halaman Pernyataan.......................................................................................
Abstrak ...........................................................................................................
vi
viii
Daftar Isi.........................................................................................................
xii
xiii
Bab I. Pendahuluan
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1
2
3
4
5
6
6
8
10
10
11
11
11
16
18
20
23
24
24
24
25
27
27
28
29
30
34
40
40
43
44
45
45
46
47
48
51
53
56
Bab V. Penutup
5.1 Kesimpulan ..............................................................................................
63
5.2 Saran.........................................................................................................
64
65
Lampiran ......................................................................................................
66
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kapasitas Produksi ........................................................................
18
44
54
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Organisasi .....................................................................
23
26
26
27
28
31
31
32
35
39
40
41
42
42
43
43
47
48
51
51
56
57
61
61
62
Gambar 4.16Metal Terdeteksi, Sistem Interlock (BC Stop, Alarm ON) .......
62
62
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Di laporan kegiatan praktik kerja lapangan (PKL) sekarang, penulis mengambil topik Sistem Kontrol Metal Detector dan Magnet Separator Sebagai
Pengaman Area Raw Mill Plant 10 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk..
Topik ini dipilih penulis sebab peran vital dari metal detector yang berperan
sebagai salah satu penentu proses produksi semen dapat berjalan dengan
seharusnya pada area raw mill dimana area ini merupakan titik awal penggilingan
bahan dasar pembuatan semen.
bagian
Penulisan Laporan
Pada penulisan laporan, ruang lingkup atau batasan yang akan dibahas dari
topik Sistem Kontrol Metal Detector dan Magnet Separator Sebagai Pengaman Area Raw Mill Plant 10 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
adalah pengontrolan metal detector dan magnet separator serta kontrol interlocking antara metal detector dan belt conveyor di area raw mill. Pada laporan ini,
tidak akan dibahas pengendalian kecepatan motor belt conveyor juga rollers mill.
1.3 Tujuan
Dalam melaksanakan praktik kerja lapangan terdapat beberapa tujuan
diantaranya sebagai berikut :
Secara umum :
o Sebagai salah satu syarat pendidikan yang ditempuh di Politeknik
Negeri Bandung.
o Mengetahui keadaan lingkungan kerja sesungguhnya.
o Melatih kemampuan mahasiswa untuk menyelesaikan masalahmasalah yang ada di lingkungan kerja pada bidang kompetensinya
secara profesional.
o
Secara khusus :
o Memahami cara kerja dari peralatan metal detector dan magnet
separator.
o Memahami cara pengaturan (setting) awal dari peralatan metal
detector.
o Memahami berjalannya proses pengiriman data dari peralatan lokal
ke ruang kendali pusat.
o Dapat membuat simuasi program pengendalian metal detector.
1.4 Manfaat
Bagi Mahasiswa :
o Mendapat pengalaman baru yang belum pernah didapat di bangku
kuliah.
o Mengetahui atau memahami kebutuhan pekerjaan di tempat kerja
praktik.
o Menyiapkan diri dalam menghadapi lingkungan kerja setelah menyelesaikan studi.
o Mengetahui atau melihat secara langsung teknologi yang diterapkan dan peranannya dilingkungan tempat praktik kerja.
o Belajar beradaptasi & berkomunikasi dengan sekelompok orang
yang telah berpengalaman di dunia kerja.
Bagi Perusahaan
o Memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat melalui kerja
sama antara pihak perusahaan dengan perguruan tinggi.
o Merupakan perwujudan nyata peruahaan dalam pengembangan
pendidikan.
o Dapat membantu pemerintah dalam menyiapkan SDM yang lebih
berkualitas dan kompeten.
Metode wawancara
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan interaksi tanya jawab
secara langsung dengan petugas dan pembimbing yang ada di lapangan.
Metode literatur
Pengumpulan data dengan metode literatur dilakukan dengan mempelajari
buku-buku, informasi dari internet, serta catatan-catatan yang ada pada
saat melakukan kerja praktik.
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Indocement
Tunggal
Prakarsa
Tbk.
(Indocement
atau
dengan 40 batching plant dan 648 truk mixer, serta 2,5 juta ton cadangan
agregat.
Indocement mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada
tanggal 5 Desember 1989 dengan kode saham INTP. Sejak 2001, mayoritas
saham Perseroan dimiliki oleh perusahaan dalam Heidelberg Cement Group,
Jerman.Heidelberg Cement merupakan pemimpin pasar global agregat dan
pelaku bisnis terkemuka di bidang semen, RMC dan aktivitas hilir
lainnya,menjadikannya salah satu produsen bahan bangunan terbesar di
dunia.Group mempekerjakan sekitar 52.600 personil di 2.500 lokasi di lebih
dari 40 negara.
Dengan merek Tiga Roda, Indocement telah menjual 18,2 juta ton
semen pada tahun 2013, yang merupakan penjualan semen terbesar oleh
sebuah entitas tunggal di Indonesia. Produk semen Perseroan adalah Portland
Composite Cement (PCC), Ordinary Portland Cement (OPC) Tipe I, Tipe II
dan Tipe V, Oil Well Cement (OWC), Semen Putih dan TR-30 Acian Putih.
Indocement adalah satu-satunya produsen Semen Putih di Indonesia.
Selain itu, penjualan RMC yang diproduksi oleh entitas anak
Indocement, PT Pionirbeton Industri, meningkat sekitar 41,6% dibandingkan
tahun sebelumnya, menjadikan Indocement pemimpin pasar bisnis RMC di
Indonesia. Dalam menjalankan usahanya, Indocement berkomitmen untuk
fokus pada pengembangan yang berkelanjutan melalui komitmen terus
menerus untuk mengurangi emisi karbon dioksida dari proses produksi semen
yang dihasilkannya. Indocement adalah perusahaan pertama di Asia Tenggara
10
2.2.2 Misi
Kami berkecimpung dalam bisnis penyediaan semen dan bahan bangunan
berkualitas
dengan
harga
kompetitif
dan
tetap
memperhatikan
pembangunan berkelanjutan.
2.2.3 Motto
Turut membangun kehidupan bermutu.
1989
Indocement menjadi perusahaan public dan mencatatkan sahamnya di Bursa
Efek Indonesia.
1991
Penyelesaian pembangunan terminal semen Surabaya.
Memulai usaha beton siap-pakai.
11
1996
Pabrik ke-10 di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, selesai dibangun dengan
kapasitas produksi terpasang 1,3 juta ton semen per tahun.
1997
Pabrik ke-11 di Citeureup, Bogor, Jawa Barat, selesai dibangun dengan
kapasitas produksi terpasang 2,6 juta ton semen per tahun.
1998
Pengambilalihan PT Indo Kodeco Cement (Pabrik ke-12) melalui
penggabungan usaha dengan kapasitas produksi terpasang 2,6 juta ton semen
per tahun.
1999
Indocement mengakuisisi Pabrik ke-9 di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat,
dengan kapasitas produksi terpasang 1,3 juta ton semen per tahun.
2001
Heidelberg Cement Group menjadi pemegang saham mayoritas melalui anak
perusahaannya, Kimmeridge Enterprise Pte. Ltd.
12
2003
Kimmeridge Enterprise Pte. Ltd. mengalihkan kepemilikan sahamnya di
Indocement kepada HC Indocement GmbH.
2005
Indocement meluncurkan produk PCC ke pasar Indonesia.
Penggabungan
usaha
antara
HC
Indocement
GmbH
dengan
2006
HeidelbergCement South-East Asia Gmbh. melakukan penggabungan usaha
dengan HeidelbergCement AG. Dengan demikian HeidelbergCement AG.
menguasai 65,14% saham Indocement.
2007
Indocement membeli 51% saham PT Gunung Tua Mandiri, sebuah
perusahaan tambang agregat yang terletak di Rumpin, Bogor, Jawa Barat.
Indocement memodifikasi Pabrik ke-8 di Citeureup untuk menambah
kapasitas produksi terpasang sebesar 600.000 ton semen per tahun.
2008
Indocement menerima Emisi Reduksi yang Disertifikasi (Certified Emission
Reduction/CER) untuk pertama kalinya dalam kerangka Mekanisme
Pembangunan Bersih untuk proyek penggunaan bahan bakar alternatif.
13
2009
Birchwood Omnia Limited (HeidelbergCement Group), pemegang saham
utama Indocement, menjual 14,1% sahamnya kepada publik.
Indocement meraih peringkat tertinggi, yaitu Peringkat Emas, pada program
PROPER 2008- 2009. Peringkat tersebut diraih oleh Pabrik Citeureup, Bogor.
Indocement merupakan perusahaan kedua di Indonesia yang meraih Peringkat
Emas sejak program PROPER dimulai tahun 2002. Pabrik Palimanan,
Cirebon, memperoleh Peringkat Hijau pada program PROPER 2008-2009.
Anak perusahaan Indocement, PT Mandiri Sejahtera Sentra (MSS),
meningkatkan kepemilikannya menjadi 100% atas tambang agregat di
Purwakarta, Jawa Barat, dengan estimasi cadangan sekitar 95 juta ton.
Akuisisi ini memampukan Indocement menjadi pemimpin pasar untuk
pasokan agregat dengan total cadangan sebesar 115 juta ton.
14
2010
Tambahan empat batching plant dan lebih dari 100 truk mixer baru
memperkuat bidang usaha beton siap-pakai guna mengantisipasi
peningkatan permintaan pasar.
2011
15
2012
16
acian
lebih
halus,
mengurangi
retak
dan
17
perusahaan
Indocement
akan
memperkuat
posisi
18
Pabrik
Lokasi
Produk
Produksi Semen
(Juta Ton/Tahun)
1975
Pabrik ke-1
1976
Pabrik ke-2
1979
Pabrik ke-3
PCC
1,1
1980
Pabrik ke-4
OPC
1,1
1981
Pabrik ke-5
OWC / WC /
0,2
OPC Tipe V
1983
Pabrik ke-6
PCC
1,6
1984
Pabrik ke-7
PCC
1,9
1986
Pabrik ke-8
PCC
1,9
1991
Pabrik ke-9 *)
PCC
2,05
1996
Pabrik ke-10
PCC
2,05
1999
Pabrik ke-11
PCC
2,6
2000
Tarjun, Kotabaru,
PCC
2,6
Kalimantan Selatan
Jumlah Seluruhnya
18,6
19
**) Melalui merger dengan PT Indo Kodeco Cement ( IKC ) pada tanggal 29
Desember 2000
OPC
OWC
WC
: White Cement
PCC
Penambangan
Bahan baku utama yang digunakan dalam memproduksi semen adalah
batu kapur, pasir silika, tanah liat, pasir besi dan gipsum. Batu kapur, tanah liat
dan pasir silika di tambang dengan cara pengeboran dan peledakan dan kemudian
dibawa ke mesin penggiling yang berlokasi tidak jauh dari tambang. Bahan yang
telah digiling kemudian dikirim melalui ban berjalan atau dengan menggunakan
truk.
20
21
Penggilingan Akhir
Klinker yang sudah didinginkan kemudian dicampur dengan gips yang masih
diimpor, kemudian digiling untuk menjadi semen. Penggilingan ini dilaksanakan
dengan sistem close circuit untuk menjaga efisiensi serta mutu yang tinggi.
Semen yang telah siap untuk dipasarkan ini kemudian dipompa ke dalam tangki
penyimpanan.
Pengantongan
Dari silo tempat penampungan, semen dipindahkan ke tempat pengantongan
untuk kantong maupun curah. Pengepakan menjadi efisien dengan menggunakan
mesin pembungkus dengan kecepatan tinggi. Kantong-kantong yang telah terisi
dengan otomatis ditimbang dan dijahit untuk kemudian dimuat ke truk melalui
ban berjalan. Sedangkan semen curah dimuat ke lori khusus untuk diangkut ke
tempat penampungan di pabrik, atau langsung diangkut ke Tanjung Priok untuk
disimpan atau langsung dikapalkan.
22
PLANT 9 / 10
PLANT MANAGER
TECHNICAL SERVICE
MINING DEPT.
DEPT.
PRODUCTION DEPT.
SUPPLY DEPT.
AUDIT
MECHANICAL DEPT.
HUMAN RESOURCES
MIS
DEPT.
ELECTRICAL DEPT.
GENERAL AFFAIRS
DELIVERY
DEPT.
QUALITY CONTROL
PAPER BAG
DEPT.
PACKING HOUSE
SECTION
23
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA UMUM
24
Fixed metal detector adalah peralatan pendeteksi metal atau logam yang
terpasang permanen. Artinya pendeteksi metal ini hanya terpasang di satu
tempat dan tidak bisa dibawa kemana-mana. Contohnya seperti pendeteksi
metal jenis pintu dan pendeteksi metal yang terpasang di belt conveyor.
Biasanya pendeteksi metal jenis ini digunakan pada tempat-tempat yang
membutuhkan keamanan tinggi. Misalnya pintu masuk utama hotel, pintu
masuk utama bandar udara, area pemeriksaan mutu makanan dan minuman di
industri makanan dan minuman, area raw mill pada industri semen, dan lainlain.
Sedangkan handheld metal detector merupakan sebuah alat pendeteksi
metal yang dapat dibawa kemana-mana. Pengguna pendeteksi metal jenis ini
biasanya adalah para petugas keamanan (security), pencari benda-benda
peninggalan sejarah, dll.
25
26
Kotak elektronik
Transmitter
Receiver
Baterai/Power supply
27
28
Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa normalnya material mengalir dari
tempat 1 (feed) menuju ke tempat 2. Magnet yang terpasang di bawah akan bergerak berputar seperti roda karena terpasang pada rotary object. Saat magnet berada
di posisi bawah atau tepat diatas permukaan aliran material, maka magnet akan
menarik benda-benda magnetik dan akan membuangnya ke tempat 3. Sedangkan
benda-benda non magnetik akan lanjut ke proses berikutnya melalui tempat 2.
beberapa
karakter
yang
bisa
diukur,
yaitu:
panjang
29
1. Perubahan medan listrik dan medan magnetik terjadi pada saat yang
bersamaan, sehingga kedua medan memiliki harga maksimum dan
minimum pada saat yang sama dan pada tempat yang sama.
2. Arah medan listrik dan medan magnetik saling tegak lurus dan keduanya
tegak lurus terhadap arah rambat gelombang.
3. Dari ciri no 2 diperoleh bahwa gelombang elektromagnetik merupakan
gelombang transversal.
4. Seperti halnya gelombang pada umumnya, gelombang elektromagnetik
mengalami peristiwa pemantulan, pembiasan, interferensi, dan difraksi.
Juga mengalami peristiwa polarisasi karena termasuk gelombang
transversal.
5. Cepat rambat gelombang elektromagnetik hanya bergantung pada sifatsifat listrik dan magnetik medium yang ditempuhnya.
30
31
Sehingga, didapat :
C(s) (1+H(s).Gc(s).G(s)) = R(s).Gc(s).G(s)...(3)
Berikut adalah elemen-elemen yang ada dalam pengendalian loop tertutup :
32
misalnya termocouple atau oriface plate. Bagian ini juga biasa disebut
sensor atau primary element.
o Transmitter adalah alat yang berfungsi untuk membaca sinyal sensing
element, dan mengubahnya menjadi sinyal yang dapat dimengerti oleh
controller.
o Transducer adalah unit pengalih sinyal. Kata transmitter, seringkali
dirancukan dengan kata transduser. Keduanya memang mempunyai fungsi
yang serupa, walaupun tidak sama benar. Transducer lebih bersifat umum,
sedangkan transmitter lebih khusus pada pemakaian dalam sistem
pengukuran.
o Variabel yang dimaksud atau measured variable adalah sinyal yang keluar
dari transmitter. Besaran ini merupakan cerminan besarnya sinyal sistem
pengukuran.
o Set Point adalah besar process variable yang dikehendaki. Sebuah kendali
akan selalu berusaha menyamakan variabel yang dikendalikan dengan set
point.
o Error adalah selisih antara set point dikurangivariabel yang dimaksud.
Error bisa negatif, bisa juga positif. Sebaliknya, bila set point lebih kecil
dari variabel yang dimaksud, error menjadi negatif.
o Controller adalah elemen yang mengerjakan tiga dari empat tahap langkah
pengendalian yang membandingkan set point dengan measurement
variable, menghitung berapa banyak koreksi yang perlu dilakukan, dan
mengeluarkan sinyal koreksi sesuai dengan hasil perhitungan tadi.
33
34
DCS secara umum terdiri dari digital controller terdistribusi yang mampu
melakukan proses pengaturan 1 256 loop atau lebih dalam satu control box.
Peralatan I/O dapat diletakkan menyatu dengan kontroler atau dapat juga
diletakkan secara terpisah kemudian dihubungkan dengan jaringan. Saat ini,
kontroler memiliki kemampuan komputasional yang lebih luas. Selain control
PID, kontroler dapat juga melakukan pengaturan logic dan sekuensial. DCS
modern juga mendukung aplikasi fuzzy dan neural network.
35
Fungsi DCS
DCS berfungsi sebagai alat untuk melakukan kontrol suatu loop system dimana
satu loop dapat mengerjakan beberapa proses control.
Berfungsi sebagai pengganti alat kontrol manual dan otomatis yang terpisahpisah menjadi suatu kesatuan sehingga lebih mudah untuk pemeliharaan dan
penggunaannya.
Sarana pengumpul dan pengolah data agar didapat output proses yang tepat.
DCS digunakan sebagai alat control suatu proses. Untuk mempelajari suatu sistem
kontrol dengan DCS, harus dipahami terlebih dahulu apa yang disebut dengan
loop system, dimana pada suatu loop system terdiri dari :
DCS terhubung dengan sensor dan actuator serta menggunakan setpoint untuk
mengatur aliran material dalam sebuah plant / proses. Sebagai contoh adalah
pengaturan setpoint control loop yang terdiri dari sensor tekanan, controller, dan
control valve. Pengukuran tekanan atau aliran ditransmisikan ke pengendali
melalui I/O device. Ketika pengukuran variable tidak sesuai dengan set point
36
Kelebihan DCS
Fungsi control terdistribusi diantara FCS
Sistem redundancy tersedia di setiap level
Modifikasi interlock sangat mudah dan fleksible
Informasi variable proses dapat ditampilkan sesuai dengan keinginan user
Maintenance dan troubleshooting menjadi lebih mudah
Komponen komponen DCS
Secara umum komponen dari DCS terdiri dari 3 komponen dasar yaitu:
Operator Station, Control Module, dan I/O module.
a. Operator Station
37
b. Control Module
Control modul merupakan bagian utama dari DCS. Control modul adalah pusat
kontrol atau sebagai otak dari seluruh pengendalian proses. Control modul
melakukan proses komputasi algoritma dan menjalankan ekspresi logika. Pada
umumnya control module berbentuk blackbox yang terdapat pada lemari atau
cabinet dan dapat ditemui di control room. Control module biasanya
menggunakan mode redundant untuk meningkatkan kehandalan control.
Fungsi dari control module adalah mengambil input variable yang akan dkontrol.
Nilai variable tersebut akan dikalkulasi. Hasil dari kalkulasi ini akan
dibandingkan dengan set point yang sudah ditentukan. Set point ini adalah nilai
yang diharapkan sebuah proses. Jika hasil kalkulasi berbeda dengan set point,
nilai tersebut harus dimanipulasi sehingga mencapai set point yang sudah
ditentukan. Hasil manipulasi nilai akan dikirim ke input output modul dan untuk
disampaikan ke aktuator.
c. I/O Module
I/O Module merupakan interface antara control module dengan field instrument.
I/O module berfungsi menangani input dan output dari suatu nilai proses,
mengubah sinyal dari digital ke analog dan sebaliknya. Modul input mendapatkan
nilai dari transmitter dan memberikan nilai proses kepada FCU untuk diproses,
sedangkan FCU mengirimkan manipulated value kepada modul output untuk
38
dikirim ke aktuator. Setiap field instrument pasti memiliki alias di I/O module.
Setiap field instrument memiliki nama yang unik di I/O Module.
Pengendali
Pada sistem DCS, perangkat pengendali yang sering digunakan adalah
Programmable Logic Controller (PLC). PLC adalah suatu mikroprosesor yang
digunakan untuk otomasi proses industri seperti pengawasan dan pengontrolan
mesin di jalur perakitan suatu pabrik. PLC memiliki perangkat masukan dan
keluaran yang digunakan untuk berhubungan dengan perangkat luar seperti
sensor, relay, contactor dan lain-lain. Bahasa pemrograman yang digunakan untuk
mengoperasikan PLC berbeda dengan bahasa pemrograman biasa. Bahasa yang
digunakan adalah Ladder, yang hanya berisi input-proses-output. Selain itu, juga
dapat menggunakan Function Block Diagram, Structure Text, Statement list, dan
Sequential function chart.
39
BAB IV
PEMBAHASAN
me-
40
o Detecting Coil
Detecting coil terbuat dari kerangka PVC yang keras dan didalamnya
terdapat belitan-belitan. Detecting coil dipasang pada sebuah belt
conveyor yang sedang berjalan. Peralatan ini terhubung dengan detecting
unit yang ada didalam panel deteksi dengan sebuah kabel.
41
42
43
dan + 60
ME04.3
Item
No.
Belt
Width
ME04.1
750m
m
Trough
Angle
Belt
Speed
30
80m/m
in
ME05.2
ME05.1
600m
m
30
53m/m
in
MJ-04.1
MJ03
900m
m
30
60m/m
in
MN1
-04
600m
m
30
MN105.2
Handling Material
60m/m
in
Name
Grain
Size
(max.)
Temp.
Limestone
25mm
30 C
Clay
25mm
30 C
Sand
25mm
30 C
Iron ore
5mm
30 C
Limestone
25mm
100 C
Clinker
50mm
100 C
Raw coal
50mm
30 C
Ferrous Metal
Non-ferrous
Metal
4.5x20mm
t 1.6x15x15mm
20x20mm
t 6x30x30mm
4.5x20mm
t 1.6x15x15mm
20x40mm
t 6x40x40mm
4.5x20mm
t 1.6x15x15mm
20x30mm
t 6x30x30mm
4.5x20mm
t 1.6x15x15mm
20x30mm
t 6x30x30mm
44
Sirkit breaker NFB set ON, dan PL1 akan menyala. Selanjutnya dalam
lima belas detik berikutnya PL2 akan menyala.
Biarkan
sedikit
akan
belt
pendeteksi
45
46
47
semakin besar kekuatan atau daya magnet separator. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kekuatan dari magnet separator, diantaranya :
48
Dalam proses menuju mill, dipasang satu set peralatan yang bertugas
untuk mencegah terbawanya benda terkontaminasi logam ke dalam mill. Pemasangan ini bertujuan agar rollers yang ada dalam mill tidak rusak saat dalam
kecepatan tinggi meskipun ukuran rollers-nya besar. Peralatan tersebut adalah
magnetic separator dan metal detector.
49
50
Interlocking
Sinyal deteksi yang dikirim control panel metal detector, akan diolah
oleh controller terlebih dahulu.Sinyal tersebut adalah sinyal digital. Sinyal digital
dikenal dengan dua logika yaitu 1 dan 0. Logika 1 untuk high dan logika 0 untuk
low. Controller mengolah data tersebut berdasarkan program dari server.
Kemudian server akan mengirimkan sinyal kepada controller menuju client (OS)
dan MCC (Motor Control Center)untuk memberikan perintah menghentikan kerja
belt conveyor.
Setelah belt conveyor terhenti, pencarian dan pengangkatan benda logam
tersebut dilakukan oleh manusia. Setelah dipastikan tidak ada lagi benda logam,
maka metal detector dan belt conveyor dapat di operasikan kembali dengan menekan tombol restart di detecting panel.
Detecting Coil
Detecting
Panel
Control Panel
I/O
MCC Belt
I/O
Controller
Server
Conveyor
OS Raw Mill
(Client)
51
No.
Identifikasi
Khusus
Kecepatan Belt
Conveyor
Area
ME-04.1
80 m/minute
ME-04.1
MN-04
MJ-03
Old
New
Limestone P-10
10%
10%
53 m/minute
10%
10%
60 m/minute
10%
10%
60 m/minute
Clinker P-10
10%
10%
Jumlah Mur
4
5 - 10
7
4
10
15
Kondisi
Metal
Detector
10
terdeteksi
terdeteksi
terdeteksi
terdeteksi
Kedua data di atas merupakan dua data yang berbeda. Gambar 4.10
menunjukkan hasil pengujian dari metal detector terhadap sistem interlockingnya.
Setiap metal detector yang berada di area berbeda, masih dalam kondisi baik
karena masih bisa mengirimkan sinyal sehingga sistem interlockingnya berjalan.
Perbedaan hasil antara referensi dan measuring dapat disebabkan oleh sensitivitas
metal detector itu sendiri. Agar dapat bekerja maksimal, maka sensitivitas harus
52
tinggi. VR1 diatur maksimum dan VR2 disesuaikan dengan kemungkinan besar
atau kecilnya ukuran benda logam yang akan terdeteksi di setiap area.
Untuk Tabel 4.2, data menunjukkan berapa banyak benda yang terdeteksi.
Di semua area, sensitivitas metal detector di setting 10%. Namun, benda (baud)
yang terdeteksi jumlahnya berbeda-beda karena potensi adanya benda metal atau
logam berbeda pula.
4.5 Analisa
Pengaturan (setting) sensitifitas metal detector
Sensitifitas metal detector diatur dengan tujuan agar metal detector
mampu mendeteksi benda-benda metal baik yang ukuran besar hingga yang
kecil. Pengatur sensitifitas berupa adjustor (potensiometer), terdiri atas dua
adjustor yaitu VR1 dan VR2. Karena adjustor yang berupa potensiometer, maka
dipastikan memiliki nilai resistansi. Dengan setting-an awal VR1 maksimum
(nilai resistansinya 100%) dan VR2 diatur sesuai dengan potensi ukuran benda
metal yang akan dideteksi (nilai resistansi 10%-25%), bertujuan untuk mengatur
besarnya arus yang akan mengalir menuju kumparan pendeteksi (detecting coil)
karena melihat prinsip kerja metal detector MD-703B yang bekerja berdasarkan
kuat medan magnet. Oleh karena itu, arus listrik merupakan faktor penentu besar
kecilnya kuat medan magnet yang akan dibangkitkan. Hubungan antara
resistansi, arus, dan kuat medan magnet dapat dilihat dari persamaan :
53
..................................................................................(1)
Dari persamaan 2, dapat dilihat bahwa semakin besar nilai resistansi dengan
tegangan yang konstan maka arus yang mengalir nilainya semakin kecil. Dari
persamaan 1, dengan variable-variable yang konstan (0, N, dan A) maka
perubahan nilai I akan berpengaruh terhadap nilai B. Semakin besar arus yang
mengalir pada kumparan, maka kuat medan magnet yang dihasilkan akan semakin
besar. Jadi, untuk meningkatkan kepekaan atau sensitifitas metal detector
terhadap benda metal yang kecil, diperlukan resistansi yang kecil untuk
menghasilkan arus yang besar sehingga dapat mengalir ke kumparan pendeteksi
(detecting coil) dan membangkitkan kuat medan magnet yang besar. Sebaliknya,
54
untuk mendeteksi benda metal yang besar, besarnya nilai resistansi tidak akan
terlalu berpengaruh selama arus yang mengalir menuju detecting coil konstan.
pengendali adalah jarak. Semakin jauh jarak antara keduanya, maka potensi
kegagalan pengiriman dan penerimaan data semakin besar. Oleh karena itu, untuk
mengatasi masalah ini maka besaran arus yang digunakan sebagai data dari lokal
menuju ke pengendali. Ini karena arus tidak terlalu terpengaruh terhadap jarak,
sementara nilai tegangan akan berubah karena terpengaruh jarak dengan kata lain
tegangan mengalami drop sedangkan arus tidak. Besaran arus yang digunakan
adalah 4-20mA karena sudah menjadi standar range kerja komponen komponen
elektronika yang ada di industri. Dengan konversi nilai
minimum (0) dan 20mA sebagai nilai maksimum (1), maka data dari sistem lokal
yang berupa analog dapat diterima oleh controller (PLC) yang berbasis digitalwork. Selain itu, alasan dipilihnya 4-20mA menjadi standar karena :
o 4mA cukup untuk menyuplai arus yang di butuhkan oleh power loop dan
tidak cukup untuk menyebabkan kehilangan daya.
o Dipilih karena resistansi 250 Ohm, 4 mA x 250 = 1 Volt, dan 20 mA x 250 =
5 Volt, merupakan range kerja dari sinyal digital. Standar Analog ke Digital
adalah 1 ke 5 V dengan resistan 250 Ohm yang sesuai dengan Zero dan Full
digital.
o Memberikan suatu sinyal minimum yang bukan nol untuk memungkinkan
pendeteksian kehilangan sinyal, dan batas tegangan sinyal minimum
55
56
gunakan PLC Omron CJ1M dan CX-Designer serta CX-Programmer. Skala desimal dari PLC ini adalah 0-4096 untuk sinyal analog 4-20mA.
57
58
59
60
61
Gambar 4.16 Metal Terdeteksi, Sistem Interlock (BC Stop, Alarm ON)
62
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan di PT. Indoccement Tunggal
Prakarsa, Tbk., dapat disimpulkan bahwa :
1.
2.
Penyettingan awal metal detector dengan VR1 sebesar 100% dan VR2
sebesar 10%-25% memengaruhi tingkat sensitifitas metal detector.
3.
4.
5.2 Saran
63
1.
2.
Lingkungan di sekitar area raw mill, khususnya area sekitar metal detector
harus dijaga kebersihannya karena dapat mempengaruhi detecting coil dari
metal detector.
DAFTAR PUSTAKA
64
65
LAMPIRAN 1
(Surat Penerimaan PKL Dari PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk. Palimanan, Cirebon)
66
67
LAMPIRAN 2
(Struktur Organisasi Electrical Dept. P9 dan P10)
68
69
LAMPIRAN 3
(Lembar Kegiatan PKL)
70
71
LAMPIRAN 4
(Sertifikat Telah Melaksanakan Kegiatan PKL)
72
73