TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Kelenjar tiroid terdiri atas lobus kanan dan lobus kiri yang dihubungkan oleh
isthmus yang sempit melekat pada laring dan trakea. Isthmus meluas melintasi garis
tengah depan di depan cincin trakea kedua, ketiga, dan keempat. Sering terdapat
lobus piramidalis yang menonjol ke atas dari isthmus, biasanya ke sebalah kiri garis
tengah. Perdarahan dari arteri adalah arteri tiroid superior, dan arteri tiroid inferior.
Vena-vena pada kelenjar tiroid terdapat vena tiroid superioir, vena tiroid media yang
bermuara ke vena jugularis interna, dan vena tiroid inferior. Vena-vena ini akan
bermuara ke brachiocephalica sinistra di dalam rongga dada. Aliran limfe tiroid
terutama mengalir ke lateral ke dalam nodus limfoid servikal profunda dan beberapa
berjaaln turun ke nodus limfa paratrakealis. Kelenjar tiroid dipersaraf oleh
gangalion simpatis servikal superior, media, dan inferior.4
2.2
Fisiologi
Hormon Tiroid terikat erat ke protein plasma. Setelah masuk ke darah, baik
T4 maupun T3, terikat erat ke protein plasma, terutama thyroxin-binding
globulin (TBG), meskipun terikat juga dengan protein plasma lain seperti
estrogen
saat
kehamilan)
kadar
TBG
plasma
namun
(TSH) di hipofisis.
Sebagian besar T4 yang disekresikn oleh kelenjar tiroid dimetabolisme
menjadi T3. T4 mengalami deiodinasi di jaringan perifer untuk mengasilkan
T3 dan RT3 sehingga sebagian besar T3 dan RT3 yang ada di dalam darah
merupakan hasil deiodinasi T4 di perifer bukan hasil sekresi dari kelenjar
tiroid dan dianggap sebagau prohormon T3. T3 juga memiliki afinitas yang
lebih besar dibandingkan T4.
vitamin.
Hormon tiroid pada sistem saraf pusat memiliki efek eksitatorik
dimana meningkatkan kewaspadaan, kesiagaan dan responsivitas
terhadap rangsangan. Hormon ini juga meningkatkan kecepatan
5
mengingat.
Karena efek melelahkan hormon tiroid pada otot dan pada
sistem saraf pusat, orang dengan hipertiroid sering merasakan
kelelahan yang konstan, tetapi karena efek rangsangan hormon tiroid
pada sinapsis, makan akan menjadi sulit untuk tidur. Sebaliknya,
mengantuk yang ekstrim adalah karakteristik dari hipotiroid, dengan
tidur kadang-kadang berlangsung 12 sampai 14 jam sehari.
Hipotiroid transien
Drug-induced
PTU
Mehimazole
Iodium
Dishomogenesis
Defisien Iodium
Idoipatik
Hipotiroid Sentral
Anomali hipofisis-hipotalamus
Panhipopituarisme
Defisiensi TSH terisolasi
2.5 Patogenesis
2.5.1 Hipotiroid Primer Permanen
Disgenesis Kelenjar Tiroid
Beberapa bentuk disgenesis tiroid (aplasia, hypoplasia, atau kelenjar ektopik) adalah
penyebab paling umum dari hipotiroid kongenital, terhitung 80-85% kasus. Pada
sekitar 33% kasus disgenesis, pemeriksaan radionuklida yang sensitif dapat
menemukan sisa-sisa jaringan tiroid (aplasia). Selain itu, 66% dari jaringan tiroid
ditemukan di lokasi ektopik, di mana saja dari pangkal lidah (tiroid lingual) ke posisi
normal di leher (hipoplasia). Penyebab disgenesis tiroid tidak diketahui dalam
banyak kasus. Tiroid disgenesis jarang terjadi, tetapi kasus-kasus familial telah
ditemukan.Temuan bahwa perkembangan anomali tiroid, seperti tiroglosus kista
8
duktus dan hemiagenesis, yang ada dalam 8-10% dari bayi dengan disgenesis tiroid
mendukung komponen genetik yang mendasari. Mutasi pada beberapa faktor
transkripsi penting bagi morfogenesis tiroid dan diferensiasi (termasuk TTF-1 /
NKX2.1, TTF-2 [juga disebut FOXE1] dan PAX8) adalah penyebab monogenik dari
sekitar 2% dari kasus disgenesis tiroid.6,7
Dishormogenesis
Dishormogenesis meliputi kelainan proses sintesis, sekresi, dan utilisasi hormon
tiroid sejak lahir yang mencakup 10% kasus hipotiroid kongenital. Dishormogenesis
disebabkan oleh defisiensi enzim yang diperlukan dalam sintesis hormon tiroid.
Kelainan ini diturunkan secara autosomal resesif. Kelainan ini dapat terjadi karena:
1. Kelainan reseptor TSH
Kelainan ini jarang terjadi. Disebabkan kegagalan fungsi reseptor TSH pada
membrane sel tiroid atau kegagalan sistem adenilat siklase untuk
mengaktifkan reseptor TSH yang sebetulnya normal.
2. Kegagalan menangkap iodium
Adanya kegagalan fungsi pompa iodium untuk memompa iodida konsentrat
menembus membran sel tiroid.
3. Kelainan organifikasi
Kelainan yang sering dijumpai dan disebabkan oleh defisensi enizm tiroid
peroksidase menyebabkan iodida tidak dapat dioksidasi (disorganifikasi)
sehingga tidak dapat mengikatkan diri pada tirosin di dalam tiroglobulin.
4. Defek coupling
Jarang terjadi dan disebabkan oleh kegagalan enzimatik untuk
menggabungkan MIT dan DIT menjadi T3 ataupun DIT dan DIT menjadi T4.
5. Kelainan deiodinasi
MIT dan DIT tidak dapat melepaskan iodotirosin sehingga recycling
iodium terlambat.
6. Produksi tiroglobulin abnormal
Tiroglobulin tidak dapat melapaskan T3 dan T4 ke dalam sirkulasi darah.
7. Kegagalan sekresi hormon tiroid
Terjadi kegagalan enzim proteolitik untuk memecahkan ikatan tiroglobulin-T4
sebelum dilepaskan ke sirkulasi.
8. Kelainan reseptor hormon tiroid perifer
Kelainan ini diturunkan secara autosomal dominan. Terjadi karena gagalnya
ikatan hormon tiroid dengan reseptor sel ini sel jatingan target sehingga
hormon tiroid tidak dapat berfungsi.6
9
plasenta
sehinnga
menghambat
produksi
hormon
tiroid
janin.
kongenital
transien
yang
akan
menghilang
jkan
PTU
sudah
10
pada bayi. TSH binding inhibitor immunoglobulin dari ibu mampu menembus
plasenta yang selanjutnya menyebabkan hipotiroid transien.6
Bayi Prematur dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang Sakit
Pada kondisi ini dapat ditemukan hasil skrining T4 rendah dan TSH normal. Beberapa
diantaranya menunjukan gejala hipotiroid dengan kadar T4 rendah dan TSH tinggi.
Meskipun bersifat sementara, pasien harus diberiakan terapi dengan hormon tiroid.
Pengobatan dapat dicoba untuk dihentikan saat anak berusia 2-3 tahun dan dilakukan
pemeriksaan ulang untuk mengetahui pasien menderita hipotiroid kongenital yang
permanen atau tidak.6
Idiopatik
Etiologi belum diketahui namun dikatakan akibat adanya kelainan umpan balik aksis
hipotalamus hipofisis-tiroid.6
2.5.3 Hipotiroid Sekunder Menetap
Kelainan ini merupakan 5% dari kasus hipotiroid kongenital. Penyebab antara lain :
Kelainan kongenital perkembangan otak tengah yang menyebabkan defisiensi TSH
kongenital. Kelainan ini meliputi hypoplasia nervus optikus, dysplasia septooptik,
11
Manifestasi Klinis
Kering, dingin, pucat, rambut kasar, kering dan
rapuh, kuku tebal lambat tumbuh. Miksedema,
karotennemia, wajah dismorfik, makroglosia, erupsi
Kardiovaskular
Neuromuskular
darah rendah
Lamban, gangguan neurologis dan fisik, refleks
tendon
lambat,
hipotonia,
hernia
umbilikalis,
12
retardasi mental
Efusi pleura, sindrom sleep apnoea karena lidah
Pernafasan
Ginjal
Saluran
Cerna
Hepar
Hematopoietik
Anemia
Reproduksi
karena
menurunnya
hematopoiesis,
2.7 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis dan pemeriksaan
penunjang.1,8,9
2.7.1 Anamnesis
Mencoba mencari latar belakang penyebab hipotiroid antara lain dari riwayat ibu
mengenai penyakit tiroid pada ibu dan keluarga, penggunaan antitiroid, geografi tempat
tinggal ibu, paparan iodium pada bayi, dan anamnesis tentang bayi mengenai kelainan
bawaan lain yang dimiliki.8
2.7.2 Pemeriksaan Penunjang
Meliputi pemeriksaan fungsi tiroid, pada HK primer berupa peningkatan kadar TSH
dan penurunan kadar T4,1,8 pemeriksaan darah tepi berupa anemia normokromik
normositer, pemeriksaan antibodi antitiroid pada bayi dengan ibu penderita hipotiroid,
pemeriksaan
TBG
bila
terapi
dengan
tiroid
tidak
mengalami
perbaikan,
2.8 Manajemen
2.8.1 Non-Medikamentosa
Suportif
13
Diet
Suplementasi Iodium sangat dibutuhkan terutama di daerah defisiensi Iodium.
Umumnya anak yang menderita hipotiroid kongenital dan mendapat
replacement hormon tiroid, asupan makanan yang mengandung goitrogen harus
dibatasi seperti asparagus, bayam, brokoli, kubis, kacang-kacangan, lobak,
selada, dan susu kedelai karena dapat menurunkan absorbsi Sodium-LTiroksin.6
Skrining
Di Negara maju program screening HK pada neonatus sudah dilakukan,
sementara untuk Negara berkembang seperti Indonesia masih menjadi
kebijakan nasional tujuannya adalah untuk eradikasi retardasi mental akibat
HK. Screening dilakukan dengan mengukur kadar T4 atau TSH yang dilakukan
pada kertas saring pada usia 3-4 hari. Bayi yang memiliki kadar TSH awal >50
U/mL memiliki kemungkinan sangat besar memiliki HK permanen.
Sedangkan TSH 20-49 U/mL dapat menunjukan HK transient atau positif
palsu.9
Skring HK Terhadap bayi kurang bulan , BBLR, dan bayi sakit sebaiknya
dilakukan pengambilan specimen secara serial, yaitu pada saat masuk ruang
perawatan intensif, umur bayi antara 48-72 jam, saat pulang atau umur 28 hari.8
2.8.2 Medikamentosa
14
15
Dosis (microgram/kg/hari)
10-15
8-12
6-8
4-6
3-5
2-4
2.8.3 Monitoring
Terapi
Monitoring terapi dilakukan dengan adanya kecenderungan untuk memberikan
dosis tiroksin tinggi pada awal diagnosis, maka kemungkinan terjadinya
hipertiroid perlu diwaspadai. Pemeriksaan fungsi tiroid secara berkala (setiap
bulan apabila ada perubahan dosis terapi) akan membantu pemantauan efek
samping ini. Hal yang perlu dipantau adalah kadar serum T4 berada pada atas
nilai normal dan TSH harus diusahakan dibawah 10 g/mL. Jika kadar T4 bebas
masih berada pada kisaran normal tetapi berada pada setengah bawah rentang
normal dan kadar TSH masih tinggi maka evaluasi kembali kepatuhan pasien
dan pastikan bahwa L-tiroksin diminum dengan benar dan tidak bersamaan
dengan zat-zat yang dapat menghambat absorbs L-tiroksin seperti besi, kedelai
(soya), dan serat.6
Pemeriksaan Bone age dilakukan setiap tahun. Jadwal pemeriksaan kadar T4
dan TSH, yaitu 1-2 bulan selama 6 bulan pertama kehidupan, tiap 3-4 bulan
pada usia 6 bulan-3 tahun, selanjutnya 6-12 bulan. Selain itu kadar T4 dan TSH
juga harus diperiksa 6-8 minggu setelah perubahan dosis. Hal ini penting untuk
mencegah pengobatan yang berlebihan ini adalah fusi dini dari sutura,
percepatan kematangan tulang, dan masalah pada tempramen, dan perilaku.6
16
Tumbuh Kembang
HK sangat mengganggu tumbuh kembang anak apabila tidak terdiagnosis
secara dini ataupun bila pengobatan yang dilakukan tidak benar. Apabila HK
diobati dini dengan dosis adekuat, proses pertumbuhan linier pada sebagian
besar kasus mengalami kejar tumbuh yang optimal sehingga mencapai tinggi
badan normal.6
2.9 Prognosis
Dengan adanya program skreening neonatus untuk mendeteksi HK, prognosis bayi
dengan HK lebih baik dari sebelumnya. Diagnosis awal dan pengobatan yang adekuat
sejak umur minggu pertama kehidupan memungkinkan pertumbuhan linear yang
normal dan intelegensinya setingkat dengan saudara kandung yang tidak terkena.
Tanpa pengobatan bayi dengan HK akan mengalami keterlambatan dari segi fisik
maupun mental.6
2.10 Komplikasi
Komplikasi dari HK sangat bervariasi dan mencakup bagian yang sangat luas dan
tergantung dari awal hipotiroid terjadi. Gangguan tumbuh kembang mencakup gangguan
terhadap pertumbuhan fisik (perawakan pendek), pertumbuhan dan kematangan susunan
saraf pusat dan pubertas sering ditemukan. Perawakan pendek merupakan tinggi badan
yang berada di bawah persentil 3 atau -2 SD pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada
populasi tersebut. Perawakan pendek dapat terjadi akibat kurangnya hormon tiroid dalam
menstimulasi hormon pertumbuhan dan IGF. Pada populasi bayi hipotiroidisme kongenital
yang tidak diobati secara dini dan adekuat, didapatkan problem perkembangan pendengaran
dan keterlambatan bicara sampai dengan problem perhatian dan tingkah-laku Anemia
17
(gangguan sintesis hemoglobin, gangguan absorbsi besi, asam folat dan vitamin B12) ,
retadasi mental, gangguan pendengaran, otot dan jantung (gangguan kontraksi otot jantung,
bradikardia dan berkurangnya curah jantung).1,2
18