Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KASUS

HERPES VIRAL KERATITIS

DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD RIKI FACHROZI
(101001133)

PEMBIMBING :
dr. JANUAR SITORUS Sp.M

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
RSUD DR. DJASAMEN SARAGIH
PEMATANG SIANTAR

2015

1.

PENDAHULUAN
Keratitis adalah peradangan pada salah satu dari kelima lapisan kornea. Peradangan

tersebut dapat terjadi di epitel, membran Bowman, stroma, membran Descemet, ataupun
endotel. Peradangan juga dapat melibatkan lebih dari satu lapisan kornea. Pola keratitis dapat
dibagi menurut distribusi, kedalaman, lokasi, dan bentuk. Berdasarkan distribusinya, keratitis
dibagi menjadi keratitis difus, fokal, atau multifokal.
Berdasarkan kedalamannya, keratitis dibagi menjadi epitelial, subepitelialm stromal,
atau endotelial. Lokasi keratitis dapat berada di bagian sentral atau perifer kornea, sedangkan
berdasarkan bentuknya terdapat keratitis dendritik, disciform, dan bentuk lainnya. Keratitis
mikrobial atau infektif disebabkan oleh proliferasi mikroorganisme, yaitu : bakteri, jamur,
virus dan parasit, yang menimbulkan inflamasi dan destruksi jaringan kornea. Kondisi ini
sangat mengancam tajam penglihatan dan merupakan kegawatdaruratan di bidang
oftalmologi. Pada satu penelitian, keratitis merupakan penyebab kedua terbanyak (24,5%)
untuk tindakan keratoplasti setelah edema kornea (24,8%). Membedakan etiologi keratitis
infektif sulit dilakukan secara klinis dan membutuhkan pemeriksaan diagnosis penunjang.

2.

3.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: budi

Umur

: 40 tahun

Agama

: Kristen katolik

Alamat

: Jl. jawa, No:33

Pekerjaan

: PNS

ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 24 februari 2015 pukul 10.00

WIB di poli penyakit mata RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar.
A. Keluhan Utama : nyeri pada mata sebelah kanan
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh silau jika melihat cahaya, mata merah (+), nyeri (+), cekot-cekot (-),
mata berair (+), gatal (-), keluar kotoran air mata (-), melihat ganda (-), melihat pelangi
disekitar sumber cahaya (-). Pasien juga mengeluhkan pandangan menjadi kabur.
Keluhan dirasa semakin memberat hingga pasien merasa terganggu untuk beraktivitas.
Oleh karena itu, pasien berobat ke RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar.
2

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien menggunakan kacamata baca


Riwayat trauma pada mata (-)
Riwayat operasi mata sebelumnya (-)
Riwayat penyakit mata lain (-)
Riwayat tekanan darah tinggi (-)
Riwayat penyakit kencing manis (-)
Riwayat menggunakan obat-obatan dalam jangka waktu lama (-)
D. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga pasien yang sakit seperti ini

Riwayat Diabetes Mellitus dalam keluarga disangkal

Riwayat Hipertensi dalam keluarga disangkal

E. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien sudah tidak bekerja. Suami pasien sudah meninggal. Pasien tinggal bersama
keluarga anaknya. Pembiayaan pengobatan pasien ditanggung BPJS.
Kesan : Sosial ekonomi cukup

4.

PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 24 februari 2015 pukul 10.00 WIB di poli penyakit mata

RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar.


Status Praesens
Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Komposmentis GCS=15

Tanda vital

: TD

Suhu : 360C

: 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit
Pemeriksaan fisik

: Kepala
Thoraks

RR

: 18x/menit

: Mesosefal
: Cor : tidak ada kelainan
Paru : tidak ada kelainan
3

Abdomen

: tidak ada kelainan

Ekstremitas : tidak ada kelainan


Status Oftalmologis

Oculus Dexter

Oculus Sinister

6/60
VISUS
Tidak Dilakukan
KOREKSI
Tidak dilakukan
SENSUS COLORIS
Gerak bola mata ke segala
PARASE/PARALYSE
arah baik
Tidak ada kelainan
SUPERCILIA
Edema (-), spasme (-)
PALPEBRA
Injeksi (-), sekret (-)
CONJUNGTIVA
Tidak ada kelainan
SCLERA
Ulcus dendrik
CORNEA
Kedalaman cukup,
CAMERA
OCULI

6/6
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Gerak bola mata ke segala

Tyndall Effect (-)


ANTERIOR
Kripte (+), sinekia posterior
IRIS
(-)
Bulat, sentral, regular,
PUPIL
3mm, Refleks pupil (+) N
jernih
LENSA
(-)
FUNDUS REFLEKS
T(digital) normal
TENSIO OCULI
SISTEM
CANALIS
Tidak dilakukan
LACRIMALIS

Tyndall Effect (-)


Kripte (+), sinekia posterior

5.

arah baik
Tidak ada kelainan
Edema (-), spasme (-)
Injeksi (-), sekret (-)
Tidak ada kelainan
Jernih
Kedalaman cukup,

(-)
Bulat, sentral, regular,
3mm, Refleks pupil (+) N
jernih
(-)
T(digital) normal
Tidak dilakukan

RESUME
Seorang laki-laki 40 tahun datang ke RSUD Dr. Djasamen Saragih dengan keluhan

mata terasa nyeri dan penglihatan mata kanan kabur. Os juga mengeluhkan mata berair dan
sering merasa silau ketika melihat cahaya. Os merasakan keluhan ini sejak 4 hari yang lalu.
Status Genaralisata

: dalam batas normal

Status Ofthalmologis

Oculus Dexter

Oculus Sinister

6/60
Jernih

VISUS
LENSA

6/6
jernih

(-)

FUNDUS REFLEKS

(-)

Ulkus dendrik

KORNEA

Jernih
4

I.

DIAGNOSIS BANDING
Herpes viral keratitis
Konjungtivitis viral

II.

DIAGNOSIS KERJA
Herpes viral keratitis

III.

TERAPI
Debridement
Asiklovir salep 3% diberikan setiap 4 jam

IV.

PROGNOSIS
Quo ad visam
Quo ad sanam
Quo ad vitam
Quo ad cosmeticam

V.
1.
2.
3.

6.

OD
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
Ad bonam
Ad bonam

OS
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam

EDUKASI
Menjelaskan pada pasien tentang penyebab dari penyakit tersebut,
Menjelaskan pada pasien terapi yang akan diberikan.
Menjelaskan tentang komplikasi yang mungkin timbul

DISKUSI
Katarak adalah suatu keadaan kekeruhan lensa. Penuaan adalah sebab paling umum dari

katarak, namun beberapa faktor lain dapat terlibat, termasuk trauma, toksin, penyakit sistemik
(diabetes mellitus), merokok, dan keturunan. Katarak dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan
cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya. Sebagian besar kasus
bersifat bilateral, walaupun kecepatan perkembangan masing-masing jarang sama. Kekeruhan
lensa tersebut dapat menyebabkan lensa menjadi tidak transparan sehingga pupil akan
berwarna putih atau abu-abu. Kekeruhan ini dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa
seperti pada korteks, nucleus, subkapsular. Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak
5

meliputi pemeriksaan tajam pengelihatan, slit lamp, funduskopi, serta tonometri bila
memungkinkan. Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam: 1,2
1.
Katarak kongenital (usia <1 tahun)
2.
Katarak juvenile (usia >1 tahun)
3.
Katarak senile (usia >50 tahun)
Tabel 1. Perbedaan stadium katarak senilis
Gejala
Kekeruhan lensa
Cairan lensa

Insipien
Ringan
Normal

Imatur
Sebagian
Bertambah

Matur
Seluruh
Normal

Hipermatur
Massif
Berkurang

Iris
Iris shadow
COA
Sudut bilik mata
Penyulit

Normal
Negative
Normal
Normal

(air masuk)
Terdorong
Positif
Dangkal
Sempit
Glaucoma

Normal
Negatif
Normal
Normal

(air+masa lensa keluar)


Tremulans
Pseudopositif
Dalam
Terbuka
Glaucoma, uveitis

7.

Tatalaksana katarak
Tidak ada terapi medis untuk katarak. Ekstraksi lensa diindikasikan apabila penurunan

penglihatan mengganggu aktivitas normal penderita. Indikasi pembedahan pada katarak


senilis :
Bila katarak menimbulkan penyulit seperti uveitis atau glukoma, meskipun visus masih
-

baik untuk bekerja, dilakukan operasi juga setelah keadaan menjadi tenang.
Bila sudah masuk dalam stadium matur karena dapat meninmbulkan penyulit
Bila visus meskipun sudah dikoreksi, tidak cukup untuk melakukan pekerjaan sehari-

hari atau visus < 6/12.


Terapi pembedahan :

EKIK (Ekstraksi Katarak Intra Kapsuler)


Teknik ini sudah jarang digunakan setelah adanya teknik EKEK. Pada EKIK dilakukan
pengangkatan seluruh lensa, termasuk kapsul lensa. Pada teknik ini dilakukan sayatan 12-14
mm, lebih besar dibandingkan dengan teknik EKEK. Dapat dilakukan pada zonula zinnii
yang telah rapuh/ berdegenerasi/ mudah diputus.
a.
Keuntungan :
Tidak timbul katarak sekunder
Diperlukan instrumen yang tidak terlalu canggih (lup operasi, cryoprobe, forsep kapsul)
b.
Kerugian :
Insisi yang lebih besar dapat mengakibatkan :
Penyembuhan dan rehabilitasi visual tertunda
Astigmatisma yang signifikan
Inkarserasi iris dan vitreus
Lebih sering menimbulkan penyulit seperti glaukoma, uveitis, endolftalmitis.

EKEK (Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler)


6

Dilakukan dengan merobek kapsul anterior, mengeluarkan nucleus dan korteks.


Sebagian kapsul anterior dan seluruh kapsul posterior ditinggal. Cara ini umumnya dilakukan
pada katarak dengan lensa mata yang sangat keruh sehingga sulit dihancurkan dengan teknik
fakoemulsifikasi. Selain itu, juga dilakukan pada tempat-tempat di mana teknologi
fakoemulsifikasi tidak tersedia. Teknik ini membutuhkan sayatan yang lebar, karena lensa
harus dikeluarkan dalam keadaan utuh. Setelah lensa dikeluarkan, lensa buatan/ Intra Ocular
Lens (IOL) dipasang untuk menggantikan lensa asli, tepat di posisi semula. Lalu dilakukan
penjahitan untuk menutup luka. Teknik ini dihindari pada penderita dengan zonulla zinii yang
rapuh.2
a.
Keuntungan :
1. Luka insisi lebih kecil (8-12 mm) dibanding EKIK
2. Karena kapsul posterior utuh maka :
-

Mengurangi resiko hilangnya vitreus durante operasi


Posisi anatomis yang lebih baik untuk pemasangan IOL
Mengurangi insidensi ablasio retina, edema kornea, perlengketan vitreus dengan iris

dan kornea
Menyediakan barier yang menahan pertukaran beberapa molekul antara aqueous dan

b.

vitreus
Menurunkan akses bakteri ke kavitas vitreus yang dapat menyebabkan endofthalmitis.
Kerugian :
Dapat timbul katarak sekunder.
Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi adalah teknik ekstrakapsular yang menggunakan getaran-getaran

ultrasonik untuk mengangkat nucleus dan korteks melalui insisi limbus yang kecil (2-5 mm),
sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca-operasi, disamping perbaikan penglihatan
juga lebih baik. Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik dan kebanyakan
katarak senilis. Teknik ini kurang efektif pada katarak senilis yang padat, dan keuntungan
insisi limbus yang kecil agak berkurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler.
Kerugiannya kurve pembelajaran lebih lama, biaya tinggi, dan komplikasi saat operasi bisa
lebih serius.
Teknik ini menghasilkan insidensi komplikasi luka yang lebih rendah, proses
penyembuhan dan rehabilitasi visual lebih cepat. Teknik ini membuat sistem yang relatif
tertutup sepanjang fakoemulsifikasi dan aspirasi, oleh karenanya mengontrol kedalaman
COA sehingga meminimalkan risiko prolaps vitreus.
Persiapan operasi :
7

1.

2.

Status oftalmologik
Tidak dijumpai tanda-tanda infeksi
TIO normal
Saluran air mata lancar
Keadaan umum/sistemik
Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin, waktu pembekuan, waktu perdarahan,

kadar gula darah dalam batas normal


Tidak dijumpai batuk produktif
Pada penderita DM atau hipertensi, keadaan penyakit tersebut harus terkontrol.
Perawatan pasca operasi :

1.
2.
3.

Mata dibebat
Diberikan tetes antibiotika dengan kombinasi antiinflamasi
Tidak boleh mengangkat benda berat, menggosok mata, berbaring di sisi mata yang

4.
5.

baru dioperasi, dan mengejan keras.


Kontrol teratur untuk evaluasi luka operasi dan komplikasi setelah operasi.
Bila tanpa pemasangan IOL, maka mata yang tidak mempunyai lensa lagi (afakia)
visusnya 1/60, sehingga perlu dikoreksi dengan lensa S+10D untuk melihat jauh.
Koreksi ini diberikan 3 bulan pasca operasi. Sedangkan untuk melihat dekat perlu
diberikan kacamata S+3D.
Komplikasi operasi katarak bervariasi berdasarkan waktu dan luasnya. Komplikasi

dapat terjadi intra operasi atau segera sesudahnya atau periode pasca operasi lambat. Oleh
karenanya penting untuk mengobservasi pasien katarak paska operasi dengan interval waktu
tertentu yaitu pada 1 hari, 1 minggu, 1 bulan, dan 3 bulan setelah operasi katarak. Angka
komplikasi katarak adalah rendah. Komplikasi yang sering terjadi endoftalmitis, ablasio
retina, dislokasi atau malposisi IOL, peningkatan TIO, dan edema macula sistoid.
Pasien ini didiagnosis sebagai ODS katarak senilis matur dengan dasar pemikiran
sebagai berikut:
1.

Anamnesis:

Pasien berusia 82 tahun katarak senilis,

Penglihatan kedua mata kabur seperti tertutup kabut, perlahan-lahan semakin kabur
dengan kondisi mata tenang.

2.

Pemeriksaan oftalmologis:

Visus ODS 1/ LPB

Pada pemeriksaan lensa didapatkan kekeruhan merata pada ODS ODS katarak
senilis matur.

Dalam kasus ini, pasien disarankan untuk dilakukan operasi katarak untuk mencegah
terjadinya komplikasi yang dapat terjadi yaitu glaucoma sekunder, uveitis, dan endoftalmitis.
Operasi katarak yang dianjurkan untuk dipilih adalah EKEK (Ekstraksi Katarak Ekstra
Kapsuler) dan pemasangan Intra Ocular Lens (IOL) pada OD dengan pertimbangan bahwa
derajat kekeruhan lensa pasien sudah merata sehingga nukleus lentis tergolong keras. Apabila
dilakukan teknik Fakoemulsifikasi, beresiko lebih besar untuk terjadinya robekan pada
kapsula posterior. Untuk operasi katarak mata kiri dilakukan setelah luka post operasi mata
kanan sembuh terlebih dahulu.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Vaughan DG, Taylor A, Paul R. Oftalmologi umum edisi 14. Jakarta : Widya Medika,

2.

2000
Ilyas S. Penglihatan Turun Perlahan Tanpa Mata Merah. Dalam : Ilmu Penyakit Mata.

3.

Jakarta: Balai penerbit FK UI, 1998


Rumah Sakit Mata Bersayap Hinggap di Indonesia. Faculty of Medicine Airlangga
University [serial online] 2010. Avalaible from: www.fk.unair.ac.id/news/focus/rumah-

4.
5.

sakit-mata-bersayap-hinggap-di-indonesia
Suhardjo, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Jogjakarta: Universitas Gajah Mada. 2007.
Bobrow JC, Mark HB, David B et al. Section 11: Lens and Cataract. Singapore :
American Academy of Ophthalmology, 2008.

Anda mungkin juga menyukai