Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
EPILEPSI
Dosen Pengampu : Aris Fitriyani, S.Kep,Ns,MM
DISUSUN OLEH :
POLITEKNIK KESEHATAN
DEPARTEMEN KESEHATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PURWOKERTO
2008
A. Pengertian
1. Epilepsi atau yang lebih sering disebut ayan atau sawan adalah gangguan
sistem saraf pusat yang terjadi karena letusan pelepasan muatan listrik sel
saraf secara berulang, dengan gejala penurunan kesadaran, gangguan
motorik, sensorik dan mental, dengan atau tanpa kejang-kejang (Ahmad
Ramali, 2005 :114).
2. Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala
terjadinya bangkitan (seizure, fit, attact, spell) yang bersifat spontan dan
berkala (Harsono, 2007).
5. Epilepsi adalah gangguan kejang kronis dengan kejang berulang yang
B. Etiologi
1. Menurut Pincus Catzel halaman 216-226, penyebab epilepsi yaitu:
a. Pra Lahir-genetika
dalam rahim seperti rubella, penyakit cytomegalo virus, meningoensefalolitis dan toksoplasmosis.
b. Perinatal
Trauma kelahiran,
hipokalsemia.
infeksi,
hiperbilirubinemia,
hipoglikemia
dan
c. Paska Lahir
Atrofi, porensefali
e. Gangguan Metabolik
2)
f.
Infeksi
Radang yang disebabkan bakteri atau virus pada otak dan selaputnya,
toksoplamosis.
g. Trauma
Keracunan
Timbal (Pb), kamper (kapur barus), air.
3. Faktor Presipitasi
d. Haid
C. Patofisiologi
D. Pathway Keperawatan
Idiopatik, herediter, trauma kelahiran, infeksi perinatal, meningitis, dll
System saraf
Epilepsi
Petitmal
Hilang tonus
otot
Akinetis
Mylonik
Kontraksi tidak
sadar yang
mendadak
Keadaan lemah
dan tidak sadar
Perubahan proses
keluarga
Penyakit kronik
Pengobatan,
perawatan,
keterbatasan
paparan
Kurang pengetahuan
penatalaksanaan
kejang
Grandmal
Gangguan
respiratori
Hilang
keasadaran
Spasme otot
pernafasan
Aktivitas kejang
Hipoksia
Kerusakan
memori
Cemas
Jatuh
Risiko
Cedera
Psikomotor
Obstruksi
trakheobronkial
Gangguan
neurologis
Gangguan
perkembangan
HDR
Perubahan status
kesehatan
Ketidakmampuan
keluarga mengambil
tindakan yang tepat
Resiko Isolasi
Sosial
Manajemen regimen
terapeutik keluarga
tidak efektif
E. Manifestasi Klinis
tubuh saja
b) Fokal motorik menjalar : epilepsi dimulai satu bagian tubuh dan
tertentu.
e) Disertai gangguan fonasi : sawan disertai arus bicara yang
Somatosensori
tusuk jarum
b)
Visual
c)
: terlihat cahaya
d)
e)
f)
Disertai vertigo
3)
4)
b)
c)
d)
e)
Ilusi
f)
Halusinasi kompleks
2)
b)
a)
b)
Dengan automatisme
2)
3)
Tidak ada komponen klonik, otot-otot hanya menjadi kaku, juga terdapat
pada anak.
E. Epilepsi Tonik-klonik
kepala.
c) Nyeri kepala.
d) Telinga berdengung.
e) Membaui bau yang tidak sedap, atau bau busuk.
2. Fase Tonik, yaitu kontraksi yang kaku dari semua otot. Selama fase
4. Koma
Termasuk golongan ini adalah bangkitan pada bayi berupa gerakan bola
mata yang ritmik, mengunyah-ngunyah, menggigil dan pernapasan yang
mendadak berhenti sementara.
Kelainan yang meniru Epilepsi menurut Pincus Catzel :
1. Serangan menahan nafas
Biaanya terjadi antara umur 6 dan 39 bulan. Biasanya dicetuskan oleh nyeri,
ketakutan dan frustasi. Bayi menangis sampai semua udara dipaksa keluar
dari dadanya dan cepat mengalami sianosis. Serangan berlanjut disertai atau
tanpa konvulsi.
2. Synkope (pucat pasi)
Seperti serangan menahan nafas, dapat dicetuskan oleh nyeri dan ketakutan.
Anak menjadi pucat, pingsan dan mungkin disertai konvulsi. Dapat pula
disertai henti jantung.
3. Anoksia Serebrum
Lazim pada pubertas dan selama adolensen, yang berhubungan erat adalah
pingsan hipotensi ortostatik.
5. Masturbasi
MRI bertujuan untuk melihat struktur otak dan melengkapi data EEG.
Yang berguna untuk membandingkan hipokampus kanan dan kiri dan
mendeteksi kelainan pertumbuhan otak, tumor yang berukuran kecil.
e) Pemeriksaan laboratorium
G. Komplikasi
Lesi pada otak adalah penyebab utama gangguan memori pada epilepsi,
karena lesi pada lobus temporal mempunyai hubungan dengan fungsi
belajar.
2. Gangguan Kognitif
Pada anak, gangguan berbahasa lebih sering terjadi pada anak. Kejang
berulang pada anak berhubungan dengan penurunan fungsi intelek. Dapat
juga disebabkan oleh obat antiepilepsi.
3. Penurunan Fungsi Memori Verbal
Hal itu terjadi pada epilepsi lobus frontal, karena peranan korteks prefrontal
yang berperan dalam fungsi emosi, perilaku hubungan interpersonal.
Apabila terganggu dapat mengakibatkan keterbatasan interaksi sosial.
5. Status Epileptikus
6. Kematian
H. Penatalaksanaan
1. Penataksanaan Medikamentosa Menurut Arif Mansjoer, 2000 :
2.
Bangkitan
Jenis Obat
Fokal / Parsal
Sederhana
Kompleks
Tonik-klonik Umum
Umum
Tonik-klonik
Mioklonik
CLON, VAL
CLON, VAL
CBZ : karbamazepin
CLON : klonazepan
Karbamazepin (tegretol)
Klonazepan
Fenitol
Fenobarbital
Jenis Obat
Dosis (mg/KgBB/Hr)
Cara pemberian
Fenobarbital
1-5
1 x / hari
Fenitol
4-20
1-2 / hari
Karbamazepin
4-20
3 x / hari
Asam valproat
10-60
3 x / hari
Kloazepam
0,05-0,2
3 x / hari
Diazepam
0,05-0,015
IV
0,4-0,6
per rectal
Selama kejang, tujuan perawat adalah untuk mensegah cedera pada pasien.
Cakupan perawat bukan hanya mencegah atau meminimukan cedera
terhadap pasien, antara lain :
a. Selama Kejang
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10) Tidak ada upaya dibuat untuk merestrein pasien selama kejang,
11) Jika mungkin, tempatkan pasien kiring pada salah satu sisi dengan
berada terus di tempat tidur, atau terjadi kejang sewaktu tidur. Bantal
jangan dipakai pelunak, karena bahaya bias terjadi tercekik.
13) Observasi secara akurat dan dicatat.
14) Masase
b. Setelah Kejang
1)
2)
3)
4)
5)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
Gejala
keletihan,
kelemahan
umum.
Keterbatasan
dalam
kesadaran,
pupil
dilatasi,
inkontinensia
urine/fekal,
Keamanan
Gejala : riwayat terjatuh/ trauma, frakutr. Adanya alergi.
Tanda : trauma pada jaringan lunak/ekimosis. Penurunan kekuatan/tonus
otot secara menyeluruh.
bantuan
pada
beberapa
pekerjaan
rumah
prenatal, perinatal, dan neonatal; adanya contoh infeksi, apnea, kolik, atau
sentakan-sentakannya berhenti
5. Tanpa kejang dari kehilangan kesadaran sampai pasien sadar
kembali.
6. Parsial kompleks : dari aura sampai berhenti secara otomatis atau
(sinar
terang,
bising,
3. Perilaku
1) Perubahan pada ekspresi wajah, seperti pada rasa takut
2) Menangis atau bunyi lain
3) Gerakan sterotip atau otomatis
4) Aktivitas acak (mengeluyur)
4. Posis kepala, tubuh, ekstremitas :
1) Postur unilateral atau bilateral dari salah satu atau lebih
ekstremitas
tubuh.
d. Wajah
1. Perubahan warna (pucat, sianosis, wajah kemerahan)
2. Keringat
3. Mulut (posisi, menyimpang ke salah satu sisi, gigi mengatup, lidah
atau divergen)
2. Pipil (bila mampu untuk mengkaji). Terjadi perubahan pada ukuran,
B. Diagnosa keperawatan
1. Risiko cedera berhubungan dengan tipe kejang
2. Bersihan
penyakit kronis
pengambilan keputusan.
C. Intervensi
karet).
c. Menghindari cedera fisik.
d. Mengidentifikasi risiko yang meningkatkan kerentanan terhadap
cedera.
e. Orang tua akan mengenali resiko dan memantau kekerasan.
tenang.
6. Lindungi anak setelah kejang.
Skala : 1. Ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
sekresi.
sesuai dengan
tahap perkembangan.
2. Identifikasi budaya, agama, ras, jenis kelamin, dan usia dari orang
harga
dirinya)
dengan
status
perkembangan
menunjukkan skala 3.
Kriteria hasil :
a. 2 th : Mengindikasikan keinginan secara verbal, berinteraksi dengan
teman seusianya.
d. Mempertahankan hubungan pribadi yang dekat.
Skala : 1. Ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
NIC : Peningkatan Harga Diri
1. Pantau pernyataan pasien tentang penghargaan diri.
2. Bantu pasien meningkatkan penilaian dirinya terhadap penghargaan
diri.
3. Hindari tindakan yang dapat melemahkan pasien.
4. Beri penghargaan / pujian terhadap perkembangan pasien dalam
pencapaian tujuan.
5. Ajarkan orang tua akan pentingnya ketertarikan dan dukungannya
Kriteria Hasil :
a. Melaporkan adanya interaksi dengan teman, tetangga, aggota keluarga.
b. Berpartisipasi dalam aktifitas pengalihan
c. Mulai berhubungan dengan orang lain.
d. Mengembangkan hubungan satu sama lain.
e. Melaporkan adanya peningkatan dukungan sosial.
Skala : 1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Peningkatan Sosialisasi
1. Identifikasi dengan pasien faktor-faktor yang berpengaruh pada
perasaan isolasi sosial.
2. Kurang stigma isolasi dengan menghormasti martabat pasien.
3. Dukung hubungan dnegan orang lain yang mempunyai ketertarikan
dan tujuan sama
4. Dukung usaha-usaha yang dilakukan pasien, keluarga dan temanteman untuk berinteraksi.
5. Berikan uji pembatasan interpersonal.
6. Dukung pasien untuk mengubah lingkungan, seperti jalanjalan dan menonton film
aseptik.
c. Stimulasi perkembangan kognitif.
d. Stimulasi perkembangan emosi.
e. Stimulasi perkembangan spiritual.
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Peningkatan Integritas keluarga
1. Kaji interaksi antara pasien dan keluarga.
2. Tentukan jenis hubungan keluarga.
3. Tentukan gangguan dalam jenis proses keluarga.
4. Ajari ketrampila merawat pasien yang diperlukan oleh keluarga.
5. Ajari keluarga perlunya kerjasama dengan sisten sekolah untuk
3. Kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Pengurangan Ansietas
1. Sediakan informasi yang sesungguhnya meliputi diagnosis, treatmen
dan prognosis.
2. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
3. Berikan
menemani anak,
mengurangi ansietas.
1 : Tidak mengetahui
2 : Terbatas pengetahuannya
3 : Sedikit mengetahui
4 : Banyak pengetahuannya
5 : Intensif atau mengetahuinya secara kompleks
2.
3.
4.
5.
6.
Kriteria Hasil :
a. Melaporkan adanya interaksi dengan teman, tetangga, aggota
keluarga.
b. Berpartisipasi dalam aktifitas pengalihan
c. Mulai berhubungan dengan orang lain.
d. Mengembangkan hubungan satu sama lain.
e. Melaporkan adanya peningkatan dukungan sosial.
Skala : 1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Peningkatan Sosialisasi
1. Identifikasi dengan pasien faktor-faktor yang berpengaruh pada
perasaan isolasi sosial.
2. Kurang stigma isolasi dengan menghormasti martabat pasien.
3. Dukung hubungan dnegan orang lain yang mempunyai ketertarikan
dan tujuan sama
4. Dukung usaha-usaha yang dilakukan pasien, keluarga dan temanteman untuk berinteraksi.
5. Berikan uji pembatasan interpersonal.
6. Dukung pasien untuk mengubah lingkungan, seperti jalan-jalan dan
menonton film.
Dx 11 : Manajemen regimen terapeutik keluarga tidak efektif berhubungan
dengan konflik pengambilan keputusan.
NOC : Partisipasi keluarga di perawatan professional
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Keterlibatan Keluarga selama
3x24 jam diharapkan manajemen terapeutik keluarga efektif dengan
seringnya partisipasi keluarga dengan menunjukkan skala 3.
Kriteria hasil :
a. Partisipasi keluarga dalam rencana perawatan.
b. Ikut serta dalam penyediaan pelayanan perawatan pasien.
c. Memberikan informasi yang relevan.
d. Kolaborasi dengan ahlo kesehatan.
e. Mengambil keputusan apabila pasien dalam kondisi gawat.
perawatan pasien
5. Pantau struktur dan peranan keluarga.
6. Berikan ketrampilan yang dibutuhkan untuk terapi pasien kepada
pemberi perawatan
7. Dukung anggota keluarga untuk menjaga / memelihara hubungan
DAFTAR PUSTAKA
Klinis
Keperawatan
Pediatrik.
Edisi
http--www_epilepsy_org_my-bm-images-head_gif_files\what_is.htm (diakses
tanggal 14 Juni 2008)