Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PANCASILA

EKSISTENSI DAN URGENSI PANCASILA DI PERGURUAN TINGGI

OLEH

KELOMPOK 4
SEPTIYANI PUTRI
BADILLAH ODE JUL
NUR AFNI OKTAVIA
KINTAN KHUSNUL UMIYYAH
WA ODE RISNA
GRACE BURA PATOLA

KONSENTRASI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa, karena berkat rahmatnya
dan bimbingannya penulis mampu memyelesaikan makalah yang berjudul EKSISTENSI DAN
URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI Sebagai
Tugas Mata kulia PENDIDIKAN PANCASILA. Tak lupa pula penulis mengucapkan terimah
kasih kepada bapak Dosen, yang telah membimbing kami mengenai berbagai macam Urgensi
pendidikan yang berguna bagi penulis dan rekan-rekan mahasiswa yang mempersiapkan diri
menjadi seorang pendidik sehingga dengan konsep tersebut penulis mampu menyesuaikan
makalah ini sebagai aplikasi yang telah diterimah dalam mengikuti mata kuliah PANCASILA.

Kendari, 14 Desember 2015

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila adalah jati diri bangsa Indonesia, sebagai falsafah, ideologi, dan alat pemersatu
bangsa Indonesia. Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa
Indonesia yang majemuk. Mengapa begitu besar pengaruh Pancasila terhadap bangsa dan negara
Indonesia? Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan sejarah dan kompleksitas keberadaan
bangsa Indonesia seperti keragaman suku, agama, bahasa daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan
budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus dipersatukan.
Begitu banyak permasalahan yang sedang bangsa kita hadapi, mulai dari yang sepeles
amapi ke persoalan yang vital. Salah satunya adalah masalah pendidikan dan substansi dalam
pendidikan tersebut. Sudah jelas bagi kita bahwa pendidikan yang murah masih sulit didapatkan
bagi masyarakat yang dalam taraf kesejahteraan yang masih sulit. Yang kedua adalah materi
pendidikan yang belum memenuhi kebutuhan dunia global. Selain belum sesuai dengan
kebutuhan globalisasi juga belum siap menghadapi globalisasi. Pada dasarnya materi atau
kurikulum yang masih sering berubah-ubah di tiap jenjang pendidikan menyebabkan tidak
stabilnya sistem pendidikan.
Permasalahannya kurikulum belum sempat dilaksanakan secara menyeluruh di seluruh
Indonesia namun sudah dirubah ke kurikulum yang baru. Belum lagi isi materi yang diajarkan
berbeda-beda tiap daerah. Sehinga memunculkan ketidak merataan pendidikan bukan hanya dari
segi akses namun juga dari segi pemerataan kurikulum. Ada satu lagi yang cukup menjadi
perhatian saat ini adalah materi pendidikan kewarganegaraan khususnya Pancasila, muncul
sebuah fenomena yang umum yaitu Pancasila yanga hanya menjadi materi hafalan saja di
kalangan para mahasiswa.
Belum lama ini Dirjen Dikti mengeluarkan Keputusan No. 356/Dikti/ Kep/1995 tentang
Kurikulum Inti Mata Kuliah Umum Pendidikan Pancasila pada Perguruan Tinggi di Indonesia.
Terhadap Keputusan Dirjen Dikti itu, beberapa perguruan tinggi mempertanyakan kedudukan
Matakuliah Filsafat Pancasila yang tidak lagi bersifat wajib bagi setiap program studi. Ada

perguruan tinggi dengan cepat menyatakan bahwa mata kuliah tersebut tidak perlu dicantumkan
dalamkurikulum, karena tidak ada ketentuan yang mewajibkannya. Namun ternyata ada juga
beberapa perguruan tinggi yang masih menyelenggarakan perkuliahan Filsafat Pancasila.
Hal yang cukup memprihatinkan bahwa di kalangan mahasiswa pengetahuan tentang
Pancasila sedemikian terbatas mulai dari segi akses tentang pendidikan Pancasila namun juga
pemahaman secara mendalam tentang nilai-nilai pancasila yang sesuai dengan kapsitas seorang
mahasiswa. Dari sini muncul persoalan lagi dimana nila-nilai dan esensi dari Pancasila telah
dipolitisr untuk kepentingan pihak tertentu dengan memanfaatkan sifat idealis mahasiswa yang
ditunjang dengan terbatasnya pengetahuan mereka tentang nilai-nilai Pancasila. Inilah yang
menyebabkan banyak aksi protes yang menggunakan Pancasila sebagai landasan atau sebagai
alasan. Sehingga peran mahasiswa yang seharusnya bisa menjadi problem solver malah
menambah permasalahan dengan aksi atau aktivitas yang berbau politik dan kepentingan dari
pihak tertentu. Dari uraian diatas bisa diambil sebuah permasalahan yang berkaitan dengan
urgensi pendidikan pancasila di perguruan tinggi yaitu seberapa jauh pentingnya pendidikan
Pancasila bagi mahasiswa dilaksanakan di perguruan tinggi
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan diajukan adalah
sebagai berikut
1. Bagaimana urgensi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan di perguruan tinggi?
2. Contoh kasus Urgensi Pancasila di perguruan tinggi serta penyelesaiannya berdasarkan
Pancasila.
1.3 Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1.

Untuk memenuhi tugas Matakulia Pendidikan Pancasila Dan kewarganegaraan

2.

Untuk mengetahui urgensi pendidian Pencasila di perguruan tinggi

3.

Untuk mengetahui kasus di suatu perguruan tinggi serta penyelesaiannya

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakekat Pancasila


Pancasila berarti memahami makna Pancasila dan posisinya. Artinya dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara bahwa Pancasila mempunyai fungsi dan peranan tersendiri. Sudah jelas
bahwa Pancasila adalah dasar negara, namun disamping itu Pancasila mempunyai fungsi sebagai
pandangan hidup bangsa. Artinya bahwa pandangan hidup sebuah bangsa lahir dari kristalisasi
nilai-nilai yang dimiliki bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad
untuk mewujudkannya. Pandangan hidup merupakan masalah yang sangat asasi karena di
dalamnya merupakan perwujudan dari watak dan cita-cita moral yang sudah sejak lama tumbuh
dan berkembangg dalam kehidupan bangsa(Indonesia). Sehingga dikatakan bahwa Pancasila
sebagai Pandangan hidup bangsa Indonesia karena merupakan bentuk konkrit dari nilai-nilai
yang sudah turun-temurun dari nenek moyang dan kepribadian bangsa Indonesia. Selain itu
Pancasila sebagai dasar Negara disahkan dalam pembukaan UUD 1945 yang berrati kedudukan
pancasila yuridis-konstitusional yaitu bahwa Pancasila sebagai aturan dan norma tertinggi yang
harus dan memaksa semua yang ada dalam wilayah kekuasaan hukum negara RI mematuhinya,
mengembangkan dan melestarikannya. Dengan demikian kedudukan Pancasila sebagai
dasar negara juga mempunyai makna bahwa Pancasila sebagai aturan tertinggi dimana semua
aturan wajib dan harus sesuai dengan Pancasila termasuk perturan perundang-undangan
2.2 Urgensi Pendidikan Secara Umum
Dalam membahas tentang bagaimana pentingnya pendidikan bagi manusia maka urgensi
pendidikan ditinjau dari beberapa aspek, sebagaimana yang terdapat dalam buku Dasar-Dasar
Pendidikan yang dikarang oleh Madyo Ekosusilo dan R.B. Kasihadi yaitu ditinjau dari aspek
paedagogis, manusia dipandang sebagai makhluk homo education (makhluk yang harus
dididik). Karena itu menurut aspek ini, pendidikan berfungsi untuk memanusiakan manusia .
Artinya pendidikan merupakan salah satu hal yang membedakan antara manusia dengan hewan,
manusia dapat dididik sedangkan pada hewan tidak dapat dididik melainkan hanya dapat di

latih. Ditinjau dari aspek psikhologis, manusia dipandang sebagai makhluk psycho-physick
netral yaitu makhluk yang memiliki kemandirian jasmaniah dan rohaniah. Dari aspek ini
manusia memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara materil maupun
non-materil, maka pendidikanlah menjadi faktor utama yang berperan dalam mengendalikan
baik/buruk hidup manusia. Ditinjau dari aspek sosiologis dan kultural, manusia dipandang
sebagai homo socius (makhluk sosial) yaitu makhluk yang memiliki kemampuan dasar untuk
hidup bermasyarakat. Kemampuan ini harus dikembangkan agar manusia mampu menyesuaikan
diri dengan lingkungan masyarakat, mampu bergaul dengan sesama anggota masyarakat sebagai
suatu kesatuan hidupnya. Sebagai homo cultural (makhluk berbudaya), manusia memiliki
kemampuan dasar untuk menciptakan sesuatu, dan sekaligus mempertahankannya. Karena itu
untuk mempertahankannya, manusia perlu melakukan transformasi dan tranmisi kebudayaannya
kepada generasi selanjutnya. Hal yang demikian hanya dapat dilakukan melalui proses
pendidikan. Ditinjau dari aspek filosofis, manusia dipandang sebagai makhluk homo safiens
(makhluk berbudi) yaitu mempunyai kemampuan dan berkecenderungan untuk selalu ingin tahu
dan memperoleh pengetahuan tentang segala sesuatu di sekelilingnya. Dengan kecenderungan
keingintahuan ini maka manusia selalu memperoleh sesuatu yang baru dan tentunya dalam hal
ini yang dimaksud adalah pendidikan.
2.3 Urgensi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Bagi Generasi Bangsa
Pendidikan kewarganegaraan itu sendiri merupakan suatu mata mahasiswaan yang wajib
dalam menjajaki dunia pendidikan, tidak hanya pendidikan dalam tingkat dasar saja, melainkan
mata mahasiswaan yang digunakan dalam jenjang pendidikan tingkat smp dan sma juga. Tidak
sampai disini saja, walaupun sudah tamatan sma, terkadang mata mahasiswaan tersebut berada di
sekitar kita dan pasti menjadi kebutuhan setiap manusia. Saat di perguruan tinggi, akan
mendapatkan mata mahasiswaan tersebut,
Mata mahasiswaan pendidikan kewarganegaraan ini dianggap rendah oleh sebagaian
siswa maupun mahasiswa karena mereka tau akan adanya dari kebobrokkan para pejabat
pemerintah Negara Indonesia yang gemar dan terkenal akan korupsi kolusi dan nepotismenya
(KKN). Dengan fakta ini menjadikan para sebagaian siswa tidak merasa bangga berwarganegara
Indonesia dan pesimis akan masa depan bangsa ini. Mereka tidak terpikir akan bagaimana aturan

menjadi seorang saintis yang baik di Indonesia dan faham akan hak-hak dan kewajiban warga
negara Indonesia di bidang pendidikan dan kebebasan berpendapat.
Materi pendidikan kewarganegaraan mengajarkan siswa untuk mengenal aturan dasar
kewarganegaraan dan hal ini khususnya terkait hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara.
Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu media untuk mengajarkan kehidupan politik
kepada siswa. Siswa dikenalkan sistem politik tanpa harus terlibat langsung dalam kegiatan
politik praktis.
Pendidikan kewarganegaraan memberikan pengetahuan pada siswa tentang peraturan
Negara yang mengikat agar para siswa bisa hidup dalam aturan hukum yang berlaku. Pendidikan
kewarganegaraan merupakan sarana untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air pada setiap siswa.
Oleh karena itu kita dapat mengetahui seberapa pentingnya pendidikan kewarganegaraan bagi
siswa maupun mahasiswa di Indonesia. Bagaimanapun juga kita hidup di Negara Indonesia dan
mau tidak mau harus mentaati aturan hukum yang berlaku di Indonesia.
Apabila kita sebagai siswa maupun mahasiswa ingin bangsa ini maju, maka harus ada
komitmen untuk mentaati segala aturan yang berlaku di Indonesia, dan untuk dapat mentaatinya,
maka kita harus mengetahui segala aturan tersebut. Dengan adanya mata mahasiswaan
Pendidikan Kewarganegaraan yang dimulai dari Sd-Sma maupun kuliah inilah kita dapat
mengetahui dan memahami segala aturan, hak dan kewajiban kita sebagai warga negara
Indonesia.
Dalam pengaturan kehidupan bernegara ini dilandasi oleh filsafat atau ideologi pancasila.
Fundamen negara ini harus tetap kuat dan kokoh serta tidak mungkin diubah. Mengubah
fundamen, dasar, atau ideology berarti mengubah eksistensi dan sifat negara. Keutuhan negara
dan bangsa bertolak dari sudut kuat atau lemahnya bangsa itu berpegang kepada dasar
negaranya.
Fungsi dan kedudukan Pancasila dalam Negara dan bangsa Indonesia adalah:
1.

Pancasila adalah jiwa bangsa Indonesia

Bahwa setiap Bangsa mempunyai jiwanya masing-masing yang disebut jiwa rakyat / jiwa
Bangsa. Jiwa Bangsa Indonesia mempunyai arti statis (tetap tidak berubah) dan mempunyai arti
dinamis (bergerak), jiwa ini diwujudkan dalam sikap mental dan tingkah laku.

2.

Pancasila adalah kepribadian bangsa Indonesia

Menurut Dewan Perancang Nasional, yaitu keseluruhan ciri-ciri khas bagsa Indonesia, yang
membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lainnya. Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa
Indonesia adalah pencerminan dari garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia
sepanjang masa.
3.

Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia

Dengan adanya pandangan hidup, suatu bangsa akan memandang persoalan-persoalan yang
dihadapinya dan menentukan arah serta cara bagaimana memecahkan persoalan-persoalan tadi.
4.

Pancasila adalah falsafah hidup bangsa Indonesia

Falsafah yaitu mencintai kebenaran. Dengan demikian, Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa
Indonesia mempunyai arti bahwa, Pancasila oleh bangsa Indonesia diyakini benar-benar
memiliki keyakinan. Falsafah berarti pula pandangan hidup, sikap hidup, pegangan hidup, atau
tuntunan hidup. Pancasila juga merupakan hasil proses berpikir yang menyeluruh dan mendalam
mengenai hakikat diri bangsa Indonesia.
5.

Pancasila sebagai ideologi Negara

Merupakan tujuan bersama Bangsa Indonesia yang diimplementasikan dalam Pembangunan


Nasional yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur merata material dan spiritual
berdasarkan Pancasila dalam wadah Negara Kesatuan RI yang merdeka.
6.

Pancasila adalah perjanjian luhur rakyat Indonesia

Ketika negara-bangsa tersusun, telah ada berbarengan dengan eksistensi negara itu suatu
perjanjian bersama atau Kontrak sosial, sebagai kebulatan pikiran atau cita-cita dalam
mendirikan Negara-bangsa tersebut.
7.

Pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia

Sebagai dasar negara diperoleh dari alenia keempat Pembukaan UUD 1945 dan sebagaimana
tertuang dalam memorandum DPR-GR 9 Juni 1966 yang melandaskan Pancasila sebagai

pandangan hidup bangsa yang telah dimurnikan dan dipadatkan oleh PPKI atas nama rakyat
Indonesia menjadi dasar negara Republik Indonesia.
8.

Pancasila sebagai Sumber Hukum Nasional

Yaitu muncul pasca reformasi melalui Tap MPR No. III / 2000, yang kemudian diubah dengan
UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Dengan adanya Fungsi dalam Negara dan bangsa Indonesia tersebut, kita dapat tau akan betapa
pentingnya memmahasiswai kewarganegaraan. Pancasila sebagai dasar Negara dapat
melandaskan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia untuk kedepannya. Jadi tidak
ada alasan lagi dalam menghindari mata mahasiswaan tersebut karena betapa pentingnya
kewarganegaraan terhadap hidup kita.

2.3 Penyelesaian masalah tawuran berdasarkan pancasila


Peristiwa tawuran mahasiswa bukanlah hal yang asing di negara kita, Indonesia.
Terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Masyarakat khususnya
mahasiswa disana, baik dari tingkatan dasar, menengah pertama, ataupun menengah ke atas
mungkin sudah menganggap tawuran bukanlah hal yang keterlaluan dan berlebihan. Bisa jadi,
tawuran dianggap sebagai solusi `instan nan keren` untuk menyelesaikan setiap masalah yang
mereka punya.
Sejatinya, menganggap tawuran sebagai solusi untuk memecahkan masalah yang timbul
baik antara individu dengan individu lain ataupun sekelompok orang dengan sekelompok orang
yang lain merupakan kesalahan besar. Perlu digaris bawahi, tawuran hanya akan menimbulkan
masalah baru yang bahkan lebih besar dampaknya.
Menengok dasar negara kita, Pancasila, yang sudah dijadikan dasar negara semenjak
puluhan tahun yang lalu, para pencetusnya telah mencantumkan kelima poin yang sesuai dengan
identitas bangsa kita dan diharapkan dapat menjadi alat pemersatu rakyat Indonesia. Sementara
tawuran, merupakan tindakan yang sangat bertolak belakang dengan nilai dan norma yang
terkandung dalam Pancasila. Pertama, sila Ketuhanan Yang Maha Esa, dimana mengajarkan
bahwa sebaiknya kita dapat menjadi penganut agama yang baik. Semua agama dan keyakinan

pastilah mengajarkan umatnya untuk berbuat baik. Saling menghargai, menghormati dan
mentoleransi antar-sesama merupakan salah satu cakupan di dalamnya. Seorang penganut agama
yang taat, tentulah tidak akan berpikir sependek itu untuk mengambil tindakan tawuran.
Kedua, sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Dari kata beradab seharusnya
masyarakat Indonesia memiliki adab yang baik terutama dalam bertingkah dan berhubungan
dengan orang lain. Tidak selayaknya para mahasiswa, khususnya berpikir pendek dan mengambil
tindakan beresiko seperti tawuran di atas.
Ketiga, sila Persatuan Indonesia. Harapan dalam sila ini memang sudah cukup jelas.
Sebagai alat pemersatu bangsa. Indonesia yang terdiri dari banyak suku, ras, dan agama,
memang tidak sepatutnya mengalami perpecahan akibat sejuta perbedaan tersebut. Termasuk
dalam kasus ini, dimana terdapat konflik antar mahasiswa, tidak seharusnya diselesaikan dengan
jalan tawuran. Rasa tenggang rasa harus dikuatkan satu sama lain.
Ketiga sila di atas bermakna positif dan sesuai dengan identitas bangsa Indonesia. Kasus
tawuran yang melanggar nilai dan norma dalam Pancasila tidak seharusnya terjadi di negara kita.
Apabila para rakyatnya dapat menjiwai setiap nilai dan norma dalam Pancasila, peristiwa
tawuran mahasiswa mungkin dapat dihindari.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi harus terus ditingkatkan guna
menjawab tantangan masa depan, sehingga keluaran peserta didik memiliki semangat juang yang
tinggi dan kesadaran bela negara sesuai bidang profesi masing-masing demi tetap tegak dan
utuhnya NKRI.
Perguruan Tinggi perlu mendapatkan Pendidikan Kewarganegaraan karena Perguruan
Tinggi sebagai institusi ilmiah bertugas secara terus menerus mengembangkan ilmu pengetahuan
dan Perguruan Tinggi sebagai instrumen nasional bertugas sebagai pencetak kader-kader
pemimpin bangsa.
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi diberikan pemahaman filosofi secara
ilmiah meliputi pokok-pokok bahasan, yaitu : Wawasan Nusantara, Ketahanan Nasional, Politik
dan Strategi Nasional. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
kewarganegaraan sangat penting bagi mahasiswa. Dari uraian diatas, juga dapat di kemukakan
bahwa pendidikan kewarganegaran mempunyai manfaat sebagai berikut :
a.
Membuka wawasan yang memberikan makna serta menunjukan tujuan dalam kehidupan
manusia.
b.

Sebagai bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitas dirinya.

c.
Dapat memberikan kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk
menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.
d.
Untuk memahami, menghayati serta melakukan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi
dan nilai-nilai yang terkandung pada Pancasila.

3.2 Saran
Dalam penyelesaian makalah ini masih banyak kesulitan yang dialami penulis maka pada
kesempatan ini penulis meminta kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
menyempurnakan makalah ini dan untuk menulis makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://Ferdianariswanto.Blogspot.Com/2012/03/Seberapa-Pentingnya-Mata-Kuliah.Html
Budiyanto, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta, Erlangga, 2005.
http://michaelbagus90.blogspot.com/2012/03/seberapa-pentingnya-mata-kuliah.html
http://blogmhs.uki.ac.id/hardianti/mata-kuliah-2/pancasila/pentingnya-pendidikan-pancasila-diperguruan-tinggi/

Anda mungkin juga menyukai