PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada dasarnya setiap manusia mempunyai suatu keperluan pribadi atau perorangan dan
keperluan bersama. Manusia yang mempunyai kepentingan bersama, memperjuangkan suatu
tujuan tertentu, berkumpul dan mempersatukan diri. Mereka menciptakan suatu organisasi dan
menentukan para pengurus yang akan mewakili mereka yang memiliki hak dan kewajiban. Oleh
karena itu terbuatlah badan hukum.
Badan Hukum adalah organisasi atau perkumpulan yang didirikan dengan akta yang otentik
dan dalam hukum diperlakukan sebagai orang yang memiliki hak dan kewajiban atau disebut juga
dengan subyek hukum. Menurut Logeman badan hukum adalah suatu personafikasi, yaitu suatu
perwujudan hak-kewajiban. Hukum organisasi menentukan struktur intern dari personafikasi itu
sendiri . Menurut Utrecht, badan hukum adalah badan yang menurut hukum berkuasa (berwenang)
menjadi pendukung hak sehingga setiap pendukung hak yang tidak berjiwa atau lebih tepat yang
bukan manusia .
A. Syarat-Syarat Pembentukan Badan Hukum
Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh perkumpulan/badan usaha agar dapat dikatakan sebagai
badan hukum adalah:
1 Adanya harta kekayaan yang terpisahkan
2. Mempunyai tujuan tertentu
3. Mempunyai kepentingan sendiri
4. Ada organisasi yang teratur
Badan hukum adalah suatu konstruksi yuridis. Karena itu badan hukum hanya dapat melakukan
perbuatan hukum dengan perantaraan organnya. Tata cara organ badan hukum cara organ badan
hukum yang terdiri dari manusia itu bertindak sesuai peraturan dalam anggaran dasar dan
peraturan-peraturan lain atau keputusan rapat anggota mengenai pembagian tugas. Dengan
demikian, badan hukum mempunyai organisasi.
B. Peraturan Perundang-Undangan
Syarat-syarat badan hukum dalam peraturan perundang-undangan terbagi menjadi aturan yang
bersifat umum dan aturan yang bersifat khusus. Contoh aturan yang bersifat umum dapat kita
temukan dalam pasal 1653 KUH Perdata yang secara ringkas menyebutkan bahwa ada tiga (3)
jenis badan hukum, yaitu :
1. Badan hukum yang diadakan oleh pemerintah / kekuasaan umum
2. Badan hukum yang diakui oleh pemerintah / kekuasaan umum
3. Badan hukum dengan konstruksi keperdataan yang didirikan dengan suatu maksud tertentu.
Sedangkan aturan yang bersifat khusus memuat ketentuan yang spesifik pada satu atau
beberapa jenis badan hukum. Contohnya Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (PT).
Dalam undang-undang no.40 tahun 2007 Pasal 1 ayat (1) Perseroan Terbatas, yang
selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,
didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang
undang ini serta peraturan pelaksanaannya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah proses pendirian sebuah Perseron Terbatas?
2. Bagaimana Dasar Hukum Perseroan Terbatas?
3. Bagaimana Hukum Rangkap Jabatan Direksi Pada Struktur Perseroan Terbatas?
BAB II
PEMBAHASAN
2
Modal dasar minimal sebesar Rp 50.000.000,-. Paling sedikit 25% dari modal dasar harus
ditempatkan dan disetor penuh.
4
Pemegang saham dan kreditor lainnya yang mempunyai hak tagihan terhadap perseroan tidak
dapat menggunakan hak tagihnya sebagai kompensasi kewajiban penyetoran atas harga saham
yang telah diambilnya, kecuali disetujui RUPS.
Perseroan dapat membeli kembali saham yang telah dikeluarkan karena pembelian kembali
saham tersebut tidak menyebabkan pengurangan modal.
Saham adalah bukti surat tanda bukti ikut sertanya dalam Perseroan Terbatas.
Pemegang saham sebagai pemilik perusahaan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas
perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan
melebihi nilai saham yang diambilnya
Hak suara
Hak memeriksa
Hak Asasi Manusia. Dengan demikian menurut UUPT disamping ada penegasan bahwa
PT adalah Badan Hukum, juga ada penegasan kapan PT itu memperoleh status Badan
Hukum, yaitu sejak akta pendiriannya disahkan oleh Menteri. Sedangkan di dalam KUHD
penegasan ini tidak ada.
Di dalam KUHD berdasarkan pasal 36 hanya disebutkan bahwa sebelum Perseroan
Terbatas didirikan, maka akta pendiriannya harus dimintakan pembenaran kepada
Gubernur Jenderal atau Pejabat yang ditunjuk untuk itu. Dari ketentuan ini masalah
pengesahan pada dasarnya sama dengan pembenaran, sehingga dilihat dari persyaratan itu
baik KUHD maupun UUPT sama-sama bahwa akta pendirian Perseroan Terbatas harus
dimintakan pengesahan/ pembenaran. Hanya masalah kapan Perseroan terbatas itu mem peroleh status Badan Hukum dalam KUHD tidak ditegaskan, sedang dalam UUPT
ditegaskan yaitu sejak diberikannya pengesahan akta pendiriannya oleh Menteri.
Mengenai prosedur pengesahan dijelaskan dalam UUPT pasal 9 yang menyatakan
bahwa, untuk memperoleh pengesahan Menteri, para pendiri bersarna-sama atau
kuasanya, mengajukan permohonan tertulis dengan melampirkan Akta pendirian PT.
Biasanya permohonan pengesahan ini sekaligus ditangani dan diajukan oleh notarisnya
yang rnembuat akta. Karena pada umumnya para pendiri tidak mau repot mengurus
sendiri pengesahan ini, sehingga biasanya notaris yang membuatkan akta pendirian
sekaligus diminta menguruskan pengesahannya. Pengesahan tersebut sesuai pasal 9 ayat
(2) harus diberikan paling lama dalam waktu 60 (enam puluh) hari setelah permohonan
diterima.
Dibandingkan dengan KUHD yang tidak mengatur mengenai jangka waktu kapan
pengesahan harus diberikan sehingga pada waktu itu orang mendirikan PT dapat
memakan waktu yang cukup lama, maka pengesahan menurut UUPT ini lebih tegas dan
relatif cepat sepanjang dilaksanakan dengan benar. Hanya persoalannya apakah waktu 60
(enam puluh) hari itu benar-benar dapat dipenuhi atau tidak. Proses pemberian
pengesahan yang cukup lama akan menimbulkan persoalan tersendiri, manakala
Perseroan Terbatas itu sudah melaksanakan kegiatannya, sedangkan status hukumnya
belum jelas. Persoalan ini akan timbul berkaitan dengan tanggungjawab terutama
terhadap pihak ketiga. Dalam hal ini siapakah yang harus bertanggungjawab.
Persoalan lain yang menjadi pertanyaan apabila ternyata dalam waktu 60 hari itu
ternyata pengesahan tidak dapat diberikan, atau ditolak, sedang semua persyaratan telah
7
terpenuhi sehingga tidak ada alasan untuk menolak memberikan pengesahan, maka
apakah bagi pendiri dapat mengajukan Gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara
(PTUN) bagi Pejabat yang harusnya memberikan ke f..lutusan pengesahan. Dalam hal
permohonan ditolak maka penolakan itu harus disampaikan secara tertulis kepada
pemohon beserta alasannya, juga dalam waktu 60 (enam puluh) hari. Dengan ketentuan
batas waktu 60 hari itu memang akan mempermudah dan mempercepat dan yang lebih
penting lebih efisien, sehingga batas waktu ini benar-benar dapat dipenuhi.
3.
Setiap saham yang dikeluarkan mempunyai satu hak suara, kecuali bila AD mengeluarkan satu
saham tanpa hak suara
10
Saham perseroan yang dikuasai sendiri (karena hubungan kepemilikan, pembelian kembali,
maupun gadai) tidak memiliki hak suara dan tidak dihitung dalam penentuan kuorum.
RUPS dilangsungkan jika bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir (kecuali
UU dan/atau AD menentukan jumlah kuorum lebih besar)
Bila tidak tercapai, dilakukan pemanggilan untuk RUPS kedua dan ketiga
B. Direksi
Direksi atau pengurus adalah organ Perseroan yang bertangggung jawab penuh atas
kepengurusan perseroan untuk kepentingan .dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di
dalam maupun di luar Pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar. Dengan demikian
kepengurusan Perseroan dilakukan oleh Direksi yang diangkat oleh RUPS sesuai dengan
Anggaran Dasarnya. Sebagaimana ditegaskan dalam pasal 82 UUPT bahwa Direksi ber tanggung
jawab penuh atas kepengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakiti
perseroan baik di dalam maupun di luar Pengadilan. Dalam hal ini terlihat adanya dua sisi
tanggungjawab, yaitu :
Pertama, Tanggungjawab intern/kedalam, yaitu berkaitan dengan kepengurusan jalannya
dan maju mundurnya perseroan maka direksi bertanggungjawab penuh. Artinya apabila Perseroan
mengalami kerugian akibat dari kesalahan direksi dalam menjalankan kepengurusannya, maka
pengurus bertanggungjawab. Dalam menyampaikan pertanggungjawaban intern ini direksi dapat
melalui RUPS, sebagai organ tertinggi dalam Perseroan. Dengan demikian tanggungjawab intern
ini lebih kepada tanggungjawab Direksi dalam mencapai tujuan perseroan, sehingga ia harus
bertanggungjawab kepada pemilik perseroan yaitu pemegang saham.
Kedua, Tanggungjawab keluar, yaitu tanggungjawab terhadap pihak keti ga, atau kepada siapa
Perseroan itu melakukan perbuatan atau perjanjian. Dalam hal ini kedudukan pengurus menjalankan
tugas kepengurusannya adalah sebagai wakil yang bertindak untuk dan atas nama Perseroan. Sehingga
11
tanggung jawab terhadap pihak ketiga, yang terikat adalah PT, bukan pengurus secara pribadi,
sepanjang dilakukan berdasarkan etikad baik, sesuai dengan tugas dan kewenangannya, untuk
kepentingan dan tujuan perseroan berdasarkan Anggaran dasar. Namun apabila direksi melakukan
kesalahan dan lalai dalam menjalankan tugasnya direksi dapat dipertanggung jawabkan secara pribadi.
Tanggungjawab ini baik secara pidana maupun secara perdata. Hal ini ditentukan dalam pasal 85
UUPT yang antara lain menyebutkan, bahwa setiap direksi wajib dengan etikad baik dan penuh
tanggungjawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan. Setiap anggota Direksi
bertanggungjawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai dalam
menjalankan tugasnya.
Pada dasarnya ketentuan mengenai Direksi dalam UUPT tidak mengatur mengenai rangkap jabatan.
Hal ini terlihat dari Pasal 93 ayat (1) UUPT, yang mengatakan bahwa yang dapat diangkat menjadi
anggota Direksi adalah orang perseorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam
waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatannya pernah:
a). Dinyatakan pailit
b). Menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan
suatu Perseroan dinyatakan pailit
c). Dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dan/atau yang
berkaitan dengan sektor keuangan.
12
Akan tetapi sebagaimana disebutkan dalam Pasal 93 ayat (2) UUPT bahwa persyaratan dalam
Pasal 93 ayat (1) UUPT tidak mengurangi kemungkinan instansi teknis yang berwenang
menetapkan persyaratan tambahan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Ini berarti
mengenai persyaratan Direksi, tidak hanya melihat pada ketentuan dalam UUPT, tetapi juga
harus melihat pada ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menerbitkan Peraturan Komisi (Perkom) pada 7 Desember
2009 lalu. Perkom No. 7 Tahun 2010 yang mengatur tentang pedoman pelaksanaan mengenai jabatan
rangkap ini merupakan turunan dari Pasal 26 UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha tidak Sehat. Perkom ini memberikan perluasan ruang lingkup direksi atau
komisaris yang dilarang punya jabatan dobel pada perusahaan, .
C. Komisaris
Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau
khusus serta memberikan nasehat kepada Direksi dalam menjalankan Perseroan. Wewenang dan
kewajiban Komisaris ditetapkan dalam Anggaran dasar. Seperti hallnya Pengurus, maka Komisaris
dalam menjalankan tugasnya wajib dengan etikad baik dan penuh tanggungjawab menjalankan
tugasnya untuk kepentingan dan usaha perseroan. Dengan demikian apabila Komisaris dalam
menjalankan tugasnya dengan etikad baik, dan menimbulkan kerugian maka Komisaris dapat diper tangungjawabkan secara pribadi.
UU PT No. 40 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 5:
Organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus serta
memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan perseroan.
Fungsi Dewan Komisaris
1. Fungsi Pengawasan
a. Audit Keuangan
b. Audit Organisasi
c. Audit Personalia
2. Fungsi Penasehat :
a. Dalam pembuatan Agenda Program
b. Dalam pelaksanaan Agenda Program
13
Komisaris Independen:
Tidak ada hubungannya dengan keluarga, hubungan bisnis dengan Direksi maupun
pemegang saham
Mengawasi penerapan Good Corporate Governance (GCG)
Komisaris Utusan: anggota Dewan Komisaris yang ditunjuk berdasarkan keputusan rapat Dewan
Komisaris
D. Komite Audit
Komite Audit adalah membantu Dewan Komisaris dalam menjalankan fungsi kepengawasannya
dengan melaksanakan kajian atas integritas laporan keuangan sebuah PT; manajemen risiko dan
pengendalian internal; kepatuhan terhadap ketentuan hukum dan perundang-undangan; kinerja,
kualifikasi dan independensi auditor eksternal; dan implementasi dari fungsi audit internal.
E. Komite Nominasi dan Remunerasi
Komite Nominasi dan Remunerasi adalah bertanggung jawab untuk menelaah dan merumuskan
rekomendasi paket remunerasi Dewan Komisaris dan Direksi serta merencanakan pencalonan dan
nominasi calon yang akan diusulkan sebagai anggota Dewan Komisaris, Direksi, dan/atau anggota
berbagai Komite lainnya.
Komite Remunerasi : menyusun sistem penggajian dan pemberian tunjangan serta fasilitas lain
Komite Nominasi : menyeleksi dan mengangkat eksekutif.
F. Manajemen
Manajemen adalah sebuah proses kegiatan dalam suatu Perseroan Terbatas (PT) yang bertujuan
untuk pencapaian sebuah visi dan misi yang sama satu dengan yang lain,melalui kerja sama antara
seluruh anggota anggota Perseroan Terbatas (PT).
G. Tata Kerja
G. Tata Kerja adalah Merupakan suatu pola cara kerja sebuah perseroan terbatas (PT) yang
berkegiatan untuk saling bekerja sama yang bertujuan agar tercapainya segala tujuan sebuah PT
sesuai dengan perjanjian awal saat pendirian PT tersebut.
14
15
1. PT merupakan subyek pajak tersendiri. Jadi tidak hanya perusahaan yang terkena pajak. Dividen
atau laba bersih yang dibagikan kepada para pemegang saham dikenakan pajak lagi sebagai
pajak pendapatan. Tentunya dari pemegang saham yang bersangkutan.
2. Jika anda akan mendirikan perseroan terbatas, pendiriannya jauh lebih sulit dari bentuk
kepemilikan usaha lainnya. Dalam pendiriannya, PT memerlukan akte notaris dan ijin khusus
untuk usaha tertentu.
3. Biaya pembentukannya relatif tinggi.
4. Bagi sebagian besar orang, PT dianggap kurang secret dalam hal dapur perusahaan. Hal ini
disebabkan karena segala aktivitas perusahaan harus dilaporkan kepada pemegang saham.
Apalagi yang menyangkut laba perusahaan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari beberapa penjelasan di bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan:
1. Mengenai prosedur pendirian Perseroan Terbatas menurut KUHD dengan UUPT tahap-tahap
yang harus ditempuh pada prinsipnya sama. Yaitu ada beberapa tahap yang harus dilakukan
untuk pendirian Perseroan Terbatas antara lain, tahap pembuatan akta, pengesahan, pen daftaran dan pengumuman.
2. Sebagai badan hukum maka dalam melaksanakan kepengurusan Perseroan Terbatas
mempunyai organ, yang terdiri Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Direksi (Pengurus),
dan Komisaris, sebagaimana disebutkan dalam pasal 1 (2) UUPT.
3. Untuk mendirikan Perseroan Terbatas harus ada modal dasar paling sedikit Rp.
50.000.000,-- (dua puluh juta rupiah), sebagaimana ditentukan dalam pasal 25 (1) UIJPT.
16
Disamping batas minimal modal dasar juga ditentukan bahwa, pada saat pendirian
Perseroan, paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar harus sudah
ditempatkan, dan setiap penempatan modal tersebut harus sudah disetor paling sedikit
50% (lima puluh persen) dan nilai nominal setiap saham yang dikeluarkan, dan seluruh
saham yang telah dikeluarkan harus sudah disetor penuh pada saat pengesahan perseroan
dengan bukti penyetoran yang sah. Sedangkan pengeluaran saham selanjutnya setiap kali
harus disetor penuh.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006
Chidir Ali, SH, Badan Hukum, Bandung: Alumni, 1987, Paramita, 2002.
Pieter Tedu Bataona, SH, Mengenal Pasar Modal Dan Tata Urutan Perdagangan Efek Serta
Bentuk-Bentuk Preusan Di Indonesia, Nusa Indah , Flores-NTT, 1994
MAKALAH UAS
BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS
Dosen : Dr. Hasbullah F.Syawie, SH,LL.M., MM.
18
Disusun oleh :
BAHORI, SH
NIP : 110141006
Kata pengantar..
ii
Daftar Isi....
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah..
1
2
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
19
3
3
4
4
4
6
9
14
15
20
16