PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Untuk mendekatkan diri pada tuhan maka harus menempuh jalan ikhtiar,salahsatu
jalan ihtiar yaitu dengan mendalami lebih jauh ilmu tasawuf ,untuk mengetahui sesuatu maka
pasti ada ilmunya, banyak dikalangan orang awam awam yang kurang mengetahui tentang
ilmu mengenal tuhan (Tarekat). Pengertian tentang tarekat yaitu,Tariqah adalah khazanah
kerohanian (esoterisme), dalam Islam dan sebagai salah satu pusaka keagamaan yang
terpenting. Karena dapat mempengaruhi perasaan dan pikiran kaum muslimin serta memiliki
peranan
yang
sangat
penting
dalam
proses
pembinaan
mental
beragama
Persia
PERUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan latar belakang yang telah disebutkan diatas, pemakalah berusaha
nerumuskan beberapa pokok-pokok permasalahan yang ada diatas,
memperoleh
berasal dari buku-buku rujukan dan internet yang penulis lampirkan dalam daftar pustaka
makalah ini.
BAB I
PEMBAHASAN
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TAREKAT
A. PENGERTIAN TAREKAT
Tarekat secara etimologis berasal dari bahasa Arab, thariqoh yang berarti jalan,
keadaan atau garis pada sesuatu. Tarekat adalah jalan yang ditempuh oleh para Sufi. Yaitu
jalan berpangkal dari syariat, sebab jalan utama disebut syar, sedangkan anak jalan disebut
thariq. Kata tururnan ini menunjukan bahwa menurut anggapan para sufi, pendidikan mistik
merupakan cabang dari jalan utama yang terdiri dari hokum ilahi(syariat);tempat berpijak
bagi kaum muslimin.1
Kata al-tariqa berarti jalan, sinonim dengan kata suluk. Maksudnya ialah jalan
kerohanian. Tariqa/tarekat kemudian ditakrifkan sebagai Jalan kerohanian yang muncul
disebabkan pelaksanaan syariat agama, karena kata syar (darimana kata syariat berasal)
berarti jalan utama, sedang cabangnya ialah tariq (darimana kata tariqa berasal). Pengertian
di atas menunjukkan bahwa jalan yang ditempuh dalam ilmu tasawuf, melalui bimbingan dan
latihan kerohanian dengan tertib tertentu, merupakan cabang daripada jalan yang lebih besar,
yaitu Syariat. Termasuk di dalamnya ialah kepatuhan dalam melaksanakan syariat dan hukum
Islam yang lain. Syeikh Muhammad Amin Al qurdy mengemukakan tiga macam definisi,
yaitu:
Pertama, Tarekat adalah pengalaman syareat, melaksanakan beban ibadah dengan tekun dan
menjauhkan diri dari sikap mempermudah ibaeah yang seharusnya tidak boleh di perandah.
Kedua, Tarekat adalah menjauhi larangan dan melakukan perintah tuhan sesuai dengan
kesanggupannya, baik larangan dan perintah yang nyata maupun yang tidak.
Ketiga, Tarekat adalah meninggalkan sesuatu yang haram dan makruh memperhatikan hal-hal
mubah (yang sifatnya mengandung) fadilah, menunaikan hal-hal yang diwajibkan dan
1 Rosikhon Anwar dan Mukhtar Solihin, Ilmu Tasawuf, Bandung; Pustaka Setia,
2000, Hal.165
2
2 Mahjuddin, Kuliah Akhlaq Tasawuf, (Jakarta: kalam Mulia, 1991), hlm. 109-110
3 Drs, H. Mahfud, Mag, Akhlak Tasawuf, Cirebon, Cet.II, Hl 123
3
Dan karena Tarekat itu merupakan jalan yang harus dilalui untuk mendekatkan diri
kepada Allah, maka orang yang menjalankan tarekat itu harus menjalankan syariat dan
simurid harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
1. Mempelajari Ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan syariat agama.
2.
Mengamati dan berusaha semaksimal mungkin untuk mengikuti jejak guru dan
menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya.
3.
4. Terbuat dan mengisi waktu seefisien mungkin guna wirid dan Doa untuk mencapai
kemantapan dan kekhusuan dalam mencapai derajat yang paling tinggi.
5. Mengekang hawa nafsu agar terhindar dari kesalahan yang dapat menodai amal.
Pada dasarnya tarekat mempunyai hubungan substansial dan fungsional dengan tasawuf.
Tarekat pada mulanya berarti tata cara dalam mendekatkan diri kepada Allah dan digunakan
sekelompok yang menjadi pengikut bagi seorang Syekh. Kelompok ini kemudian menjadi
lembaga-lembaga yang mengumpul dan mengikat sejumlah pengikut dengan aturan-aturan
sebagaimana disebutkan di atas dengan kata lain tarekat adalah tasawuf yang melembaga.
1. Tata Cara Pelaksanaan Tarekat
a. Zikir, yaitu iman yang terus menerus kepada Allah dalam hati serta menyebutkan
namanya dengan lisan. Zikir ini berguna sebagai alat control bagi hati, ucapan dan
perbuatan agar tidak menyimpang dari garis yang sudah ditetapkan oleh Allah
SWT.Ratib, yaitu mengucap lafadz la ilaha illa Allah dengan dengan gaya, gerak dan
irama tertentu.
b. Muzik, yaitu dalam membacakan wirid-wirid dan syair-syair tertentu diiringi dengan
bunyi-bunyian (Instrumentalia) seperti memukul rabana.
c. Menari, yaitu gerak yang dilakukan mengiringi wirid-wirid dan bacaan-bacaan
tertentu untuk menimbulkan kekhidmatan.
d. Bernafas, yaitu mengatur cara bernafas pada waktu melakukan zikir tertentu.
Selain itu mustofa zahri mengatakan bahwa untuk mencapai tujuan tarekat sebagaimana
disebutkan diatas, perlu mengadakan latihan batin, riadhah dan mujahadah (perjuangan
kerohanian). Perjuangan seperti itu dinamakan suluk dan yang mengajarkan disebut salik.4
B. SEJARAH TAREKAT
Tumbuhnya tarekat dalam Islam sesungguhnya bersamaan dengan kelahiran agama islam,
yaitu ketika nabi Muhammad SAW diutus menjadi Rasul. Fakta sejarah menunjukkan bahwa
pribadi nabi Muhammad SAW sebelum diangkat menjadi Rasul telah berulang kali
bertakhannus atau berkhalwat di gua Hira. Disamping itu untuk mengasingkan diri dari
masyarakat Mekkah yang sedang mabuk mengikuti hawa nafsu keduniaan. 5 Takhannus dan
khlalwat Nabi adalah untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati dalam menempuh
problematika dunia yang kompleks. Proses khalwat yang dilakukan nabi tersebut dikenal
dengan tarekat. Kemudian diajarkan kepada sayyidina Ali RA. dan dari situlah kemudian Ali
mengajarkan kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya sampai akhirnya sampai kepada
Syaikh Abd Qadir Djailani, yang dikelal sebagai pendiri Tarekat Qadiriyah.
Banyak orang yang salah faham tentang tarekat, sehingga mereka tidak mau
mengikutinya. Namun, mereka yang sudah mengikuti tarekatpun umumnya belum
memahami bagaimana sebenarnya pengertian tarekat, awal mula dan sejarahnya, macammacamnya serta manfaat mengikuti tarekat.
Asal-usul Tarekat Sufi
Asal-usul tarekat (al-tariqah) Sufi dapat dirunut pada abad ke-3 dan 4 H (abad ke-9
dan 10 M). Pada waktu itu tasawuf telah berkembang pesat di negeri-negeri seperti Arab,
Persia, Afghanistan dan Asia Tengah. Beberapa Sufi terkemuka memiliki banyak sekali murid
dan pengikut.
Pada masa itu ilmu Tasawuf sering pula disamakan dengan ilmu Tarekat dan teori
tentang maqam (peringkat kerohanian) dan hal (jamaknya ahwal, keadaan rohani). Di antara
maqam penting yang ingin dicapai oleh seorang penempuh jalan tasawuf ialah mahabba atau
`isyq (cinta), fana` (hapusnya diri/nafs yang rendah), baqa` (rasa hidup kekal dalam Yang
4 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009, hlm. 271
5
5
Satu), ma`rifa (makrifat) dan ittihad (persatuan mistikal), serta kasyf (tersingkapnya
penglihatan hati).
Kehidupan para sufis abad 3-4 H merupakan kritik terhadap kemewahan hidup para
penguasa dan kecenderungan orientasi hidup masyarakat muslim pada materialisme. Keadaan
ini memberikan sumbangsih pada terjadinya degradasi moral masyarakat. Keadaan politik
yang penuh ketegangan juga memberikan peran bagi pertumbuhan sufisme abad tersebut.
Maraknya praktek sufisme dan tarekat di abad ke 12-13 M juga tidak lepas dari dinamika
sosio-politik dunia Islam.
C. PERKEMBANGAN TAREKAT
Perubahan
tasawuf
kedalam
tarekat
sebagai
lembaga
dapat
dilihat
dari
perseorangannya, yang kemudian berkembang menjadi tarekat yang lengkap dengan simbolsimbol dan unsurnya sebagaimana disebutkan di atas. Dari sekian banyak tarekat yang ada
terdapat sekurang-kurangnya tujuh aliran tarekat yang berkembang di Indonesia, yaitu tarekat
Qadariyah, Rifaiyah, Naksabandiyah, Samaniyah, Kholwakiyah, Al-hadad, dan Tarekat
Khalidiyah.
a. Tarekat Qadariyah didirikan oleh syaikh Abdul Qadir Jailani (1077-1166) dan ia
sering disebut al-Jilli. Tarekat ini banyak tersebar di dunia timur, Tiongkok sampai ke
jawa. Pengaruh tarekat ini cukup banyak meresap di hati masyarakat Indonesia yang
dituturkan dalam bacaan Manaqib pada acara tertentu.
b. Selanjutnya Tarekat Rifaiyah yang didirikan oleh Syaikh Ahmad bin Ali bin Abbas
atau sering dikenal syaikh rifai. Tarekat ini banyak tersebar di daerah Aceh, Jawa,
Sumatra Barat, Sulawesi, dan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Ciri tarekat ini
adalah penggunaan tabuhan rebana dalam wiridnya yang diikuti dengan tarian dan
diiringi permainan debus, yaitu menikam diri dengan sepotong senjata tajam yang
diiringi dengan zikir-zikir tertentu.
c. Adapun Tarekat Naqsyabandiyah didirikan oleh Muhammad bin Bhauddin al-Uwaisi
al-Bukhari (727-791 H). Ia disebut Naqsyabandi diambil dari kata naqsyaband yang
berarti lukisan, karena ia ahli dalam memberikan lukisan kehidupan yang gaib-gaib.
Tarekat ini tersebar di Sumatera, Jawa, maupun Sulawesi.
DAFTAR PUSTAKA
Rosikhon Anwar dan Mukhtar Solihin, Ilmu Tasawuf, Bandung; Pustaka Setia,
2000,
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009,
Drs, H. Mahfud, Mag, Akhlak Tasawuf, Cirebon, Cet.II,