Anda di halaman 1dari 23

1

RINGKASAN
ANTIHIPERGLIKEMIA BUAH PARE (Momordica charantia) TERHADAP
KADAR GLUKOSA DARAH DAN JUMLAH SEL PANKREAS PADA TIKUS
YANG DIINDUKSI ALOKSAN
.

Menurut WHO, jumlah penderita Diabetes mellitus di dunia sekarang + 175,4 juta
dan tahun 2025 diperkirakan akan naik menjadi 250 juta, sedangkan di Indonesia terdapat
sedikitnya 5,6 juta penderita. Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah
penderita terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat, dengan prevalensi 8,6
% dari total penduduk. Tujuh puluh lima persen penderita diabetes mellitus akhirnya
meninggal karena penyakit vascular. Obat tersebut kebanyakan memberikan efek samping
yang tidak diinginkan, sebab dapat menyebabkan resistensi dan kerusakan organ lain
seperti ginjal, sehingga terapi herbal diyakini relatif lebih aman.
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan infusum buah pare (Momordica
charantia) dapat menurunkan kadar glukosa darah dan memperbaiki sel pankreas pada
tikus (Rattus norwegicus) yang diinduksi dengan aloksan.
Metode yang digunakan yaitu sebanyak 30 ekor tikus jantan, dibagi menjadi 6
kelompok sehingga tiap kelompok terdiri dari 5 ekor. Sebanyak 25 ekor tikus tersebut
dibuat menderita hiperglikemia atau diabetes mellitus (DM) dengan menyuntikkan aloksan
secara intraperitonial 200 mg/kgbb. Hari ke 5 setelah penyuntikan aloksan maka tikus
tersebut menderita hiperglikemia atau DM dengan kadar glukosa darah > 200 mg/dl. Tikus
DM dibagi menjadi 5 kelompok sehingga tiap kelompok terdiri dari 5 ekor. Kelompok
tersebut yaitu P1 (sebagai control) diberi perlakuan air dalam kemasan, perlakuan P2, P3,
P4 dan P5 diberi infusum buah pare berturut-turut konsentrasi 25%, 12,5%, 6,25% dan
3,75% selama 21 hari. Pemeriksaan kadar glukosa darah dilakukan 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8
jam setelah perlakuan selanjutnya pemeriksaan glukosa darah dilakukan pada hari ke- 7,
ke-14 dan hari ke-21. Selanjutnya tikus dieutanasi, dibedah diambil pankreasnya untuk
pemeriksaan sel pulau langerhans kelenjar pancreas. Hasil kadar glukosa darah dan sel
dianalisis secara statistik menggunakan Anava.
Luaran yang diharapkan yaitu: Jurnal nasional dan dapat HKI (paten sederhana)
Kata Kunci : Buah pare, hiperglikemia, glukosa darah, sel , tikus DM

2
A. JUDUL

: ANTIHIPERGLIKEMIA BUAH PARE (Momordica charantia)


TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH DAN JUMLAH SEL
PANKREAS PADA TIKUS YANG DIINDUKSI ALOKSAN

B. LATAR BELAKANG MASALAH


Kadar glukosa darah normal dikatakan sebagai suatu kondisi dimana kadar glukosa
yang ada mempunyai resiko kecil untuk dapat berkembang menjadi dibetes atau
menyebabkan munculnya penyakit jantung dan pembuluh darah. Kondisi dimana glukosa
darah dalam jumlah banyak bersirkulasi di dalam plasma darah disebut dengan
hiperglikemia. Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar
glukosa darah melebihi nilai normal (hiperglikemia) yakni lebih dari 200 mg/dl (kadar
glukosa normal pada tikus berkisar 70-120 mg/dl) (Meles, et al., 2009). Hiperglikemia
disebabkan karena tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif yang secara
normal dihasilkan oleh sel beta pankreas. Penyakit ini bersifat menahun atau kronis dan
penderitanya terjadi pada segala umur. Diabetes Akut mengakibatkan ketoasidosis diabetik,
koma hiperosmolar, hiperglikemi non ketotik, asidosis laktat, dan infeksi akut. Sedangkan
diabetes kronik berakibat pada kegagalan fungsi beberapa organ seperti mata, ginjal,
syaraf, pembuluh darah dan jantung. Dalam keadaan tidak terkendali penyakit ini ditandai
oleh poliuria, polidipsia, kehilangan berat badan disertai polifaga dan ketoasidosis
(Burmester, 2003).
Menurut WHO, jumlah penderita Diabetes mellitus di dunia sekarang + 175,4 juta
dan tahun 2025 diperkirakan akan naik menjadi 250 juta, sedangkan di Indonesia terdapat
sedikitnya 5,6 juta penderita. Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah
penderita terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat, dengan prevalensi 8,6
% dari total penduduk (Depkominfo,2008). Tujuh puluh lima persen penderita diabetes
mellitus akhirnya meninggal karena penyakit vascular. Serangan jantung, gagal ginjal,
stroke dan gangrene menjadi komplikasi utama. Sebagai penangglukosangan dari diabetes,
biasanya penderita mengkonsumsi obat oral, yang merupakan pelengkap dari diet. Obat
tersebut kebanyakan memberikan efek samping yang tidak diinginkan, sebab dapat
menyebabkan resistensi dan kerusakan organ lain seperti ginjal, sehingga terapi herbal
diyakini relatif lebih aman.
Terapi herbal sudah lama dikenal dan diterapkan di Asia, terutama Cina dan India,
tetapi perlu dibuktikan secara ilmiah. Tanaman herbal yang sering digunakan untuk
menurunkan kadar glukosa darah diantaranya adalah buncis, lidah buaya, pare, sambiloto,

3
dan tanaman pare (Dalimartha, 2004). Buah pare (Momordica charantia), merupakan salah
satu bahan yang sering digunakan masyarakat sebagai sayur.
Buah pare juga dikenal memiliki khasiat untuk menyembuhkan diare dan sakit
maag, buah tersebut digunakan juga untuk mengobati diabetes melitus. Kandungan kimia
yang terdapat dalam buah pare adalah mengandung alkaloid, charantin, charine,
cryptoxanthin, cucurbitins, cucurbitacins, cucurbitanes, lanosterol, lauric acid, linoleic
acid, linolenic acid, momorcharasides, dan momorcharins, momordenol, momordicilin,
momordicins, momordicinin, momordicosides, momordin, multiflorenol, myristic acid,
nerolidol, oleanolic acid, oleic acid, oxalic acid, pentadecans, peptides, petroselinic acid,
polypeptides, proteins (Subahar, 2003). Menurut Ike (2005) buah pare juga mengandung
cycloartenols, diosgenin, elaeostearic acids, erythrodiol, galacturonic acids, gentisic acid,
goyaglycosides,

goyasaponins,

guanylate

cyclase

inhibitors,

gypsogenin,

hydroxytryptamines, karounidiols. Menurut Battelli (1996) dan Bolognesi (1996) buah


pare juga mengandung ribosome-inactivating proteins, rosmarinic acid, rubixanthin,
spinasterol, steroidal glycosides, stigmasta-diols, stigmasterol, taraxerol, trehalose, trypsin
inhibitors, uracil, vacine, v-insulin, verbascoside, vicine, zeatin, zeatin riboside,
zeaxanthin, and zeinoxanthin. Buah pare mengandung karbohidrat, momordicin, protein,
vitamin A, B dan C, saponin, flavonoid, steroid triterpenoid, asam folat dan sejumlah
alkaloid.
Menurut Maryati (1996) dosis yang digunakan ektrak air buah pare yaitu 10 gram/
kgbb/hari. Pada penelitian ini digunakan infusum buah pare untuk mempelajari manfaat
infusum buah pare terhadap kadar glukosa darah dan pengaruhnya pada sel pankreas
tikus (Rattus norwegicus) sebagai model hewan coba, yang nantinya tikus ini akan
diinduksi dengan aloksan sebagai model tikus menderita diabetes mellitus atau
hiperglikemia.
C. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan penggunaan secara emperis, teoritis, kandungan buah pare pada
penelitian pendahuluan dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Apakah pemberian
infusum buah pare (Momordica charantia) pada tikus jantan (Rattus norwegicus) yang
diinduksi dengan aloksan dapat menurunkan kadar glukosa darah dan memperbaiki sel
pankreas?

D. TUJUAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan infusum buah pare (Momordica
charantia) dapat menurunkan kadar glukosa darah dan memperbaiki sel pankreas pada
tikus (Rattus norwegicus) yang diinduksi dengan aloksan.
E. LUARAN YANG DIHARAPKAN

Jurnal ilmiah nasional

Dapat di daftarkan HKI (paten sederhana)

F. KEGUNAAN
1. Memberi informasi bahwa buah pare sebagai obat tradisional Indonesia, berfungsi
dapat menurunkan kadar glukosa darah dan memperbaiki sel pankreas.
2. Meningkatkan efektivitas pendayagunaan buah pare sebagai bahan pengembangan
obat tradisional, pencegahan, dan pengobatan penderita diabetes mellitus.

5
G. TINJAUAN PUSTAKA
1. Penyakit Diabetes Melitus (DM)
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing
manis atau penyakit glukosa darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem
metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon
insulin sesuai kebutuhan tubuh. Gejala awal dari seseorang menderita DM atau kencing
manis yaitu dapat dilihat secara langsung dari adanya peningkatan kadar glukosa dalam
darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang
mengandung glukosa (glucose), sehingga urine sering dicari oleh semut. Penderita kencing
manis umumnya menampakkan gejala sebagai berikut : jumlah urine yang dikeluarkan
lebih banyak (poliuria),

sering merasa haus (polydipsia), rasa lapar yang berlebihan

(poliphagia), frekwensi kencing meningkat (glicosuria), kehilangan berat badan yang tidak
jelas sebabnya, kesemutan atau mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan dan kaki,
cepat lelah dan lemah setiap waktu, mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba, apabila
terkena luka, lambat penyembuhannya dan mudah infeksi, (Ganong 2005).
Kondisi kadar glukosa yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang
tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat
berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama
pada seorang anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1. Pada penderita
diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala diatas. Bahkan
mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis.
2. Tipe penyakit DM
Diabetes mellitus tipe 1
Diabetes tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin dimana tubuh
keurangan hormon insulin,dikenal dengan istilah Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(IDDM). Hal ini disebabkan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau langerhans
pankreas. Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak dan remaja. Sampai
saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat diobati dengan pemberian terapi insulin yang
dilakukan secara terus menerus berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet dan faktor
lingkungan sangat mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1. Pada penderita
diebetes tipe 1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan memonitor kadar glukosa darahnya,
sebaiknya menggunakan alat test glukosa darah. Terutama pada anak-anak atau balita yang

6
mana mereka sangat mudah mengalami dehidrasi, sering muntah dan mudah terserang
berbagai penyakit, (Handoko dan Suharto, 2000).
Diabetes mellitus tipe 2
Diabetes tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi
dengan semestinya, dikenal dengan istilah Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM). Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi
insulin, resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sell dan jaringan
tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah,
(Handoko dan Suharto, 2000).
3.Kadar glukosa darah dalam kaitannya dengan DM
Kadar glukosa darah normal (normoglikemia) dikatakan sebagai suatu kondisi
dimana kadar glukosa darah yang ada mempunyi resiko kecil untuk dapat berkembang
menjadi diabetes atau menyebabkan munculnya penyakit jantung dan pembuluh darah.
Kadar glukosa yang tidak normal akan mengganggu kesehatan. Seseorang yang punya
diabetes akan mengalami kadar glukosa darah tinggi (hiperglikemia) maka secara tidak
langsung organ-organ tubuhnya akan sedikit demi sedikit akan melemah. Menurut Martin
dkk (1987), glukosa darah berasal dari berbagai sumber antara lain :
1. Karbohidrat makanan.
Glukosa merupakan hasil akhir dari pencernaan karbohidrat disamping fruktosa dan
galaktosa. Jumlah glukosa rata-rata 80 % dari keseluruhan karbohidrat, bahkan setelah
penyerapan dari saluran pencernakan sebagian fruktosa dan hampir semua galaktosa
dengan segera diubah menjadi glukosa. Sehingga minimal 90-95 % dari seluruh
monosakarida yang beredar dalam darah merupakan hasil pengubahan akhir dari glukosa.
2. Glikogen.
Glikogen dapat merupakan sumber glukosa darah melalui proses glikogenolisis
yaitu pemecahan glikogen untuk menghasilkan glukosa kembali dalam sel. Hormon yang
berpengaruh adalah epinefrin dan glukagon.
3. Berbagai senyawa glukogenik yang mengalami glukoneogenesis.
Glukoneogenesis adalah pembentukan glukosa dari asam amino dan gliserol.
Hampir 60 % asam amino dalam protein tubuh dapat dengan mudah diubah menjadi
glukosa akibat pengaruh hormon tiroksin dan kortikotropin. Rangsangan untuk

7
meningkatkan kecepatan glukoneogenesis terjadi apabila simpanan karbohidrat dalam sel
berkurang serta glukosa darah turun dibawah normal.
Kadar glukosa tentu saja terjadi peningkatan setelah makan dan mengalami
penurunan diwaktu pagi hari bangun tidur. Seseorang dikatakan mengalami hiperglikemia
apabila kadar glukosa dalam darah jauh diatas nilai normal, sedangkan hipoglikemia
adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami penurunan nilai glukosa dalam darah
dibawah normal. Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan glukosa darah
puasa mencapai level 126 mg/dl atau bahkan lebih, dan pemeriksaan glukosa darah 2 jam
setelah puasa (minimal 8 jam) mencapai level 180 mg/dl. Sedangkan pemeriksaan glukosa
darah yang dilakukan secara random (sewaktu) dapat membantu diagnosa diabetes jika
nilai kadar glukosa darah mencapai level antara 140 mg/dL dan 200 mg/dL, terlebih lagi
bila dia atas 200 mg/dl. Normalnya kadar glukosa dalam darah berkisar antara 70 - 150
mg/dL.
4.Sekresi Insulin dalam kaitannya dengan DM
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul mendekati 6000, yang terdiri
dari dua rantai asam amino (rantai A dan rantai B) yag dihubungkan dengan jembatan
disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino.
Prekursor hormon insulin adalah preproinsulin. Preproinsuin ini akan mengalami
pemecahan menjadi proinsulin yang selanjutnya disimpan dalam granula dan akan
mengalami hidrolisa oleh enzim enzim proteolitik yang berasal dari lisosom untuk menjadi
insulin dan peptide C (connecting peptide). Peptida C ini mengandung 31 residu asam
amino dan mempunyai sekitar 10 % aktivitas biologik insulin. (Ganong, 2005). Sekresi
insulin dalam darah diatur oleh berbagai faktor yaitu jumlah makanan yang dikonsumsi,
hormon saluran pencernaan, hormon lain dan susunan saraf (susunan saraf otonom maupun
susunan saraf pusat). Kadar glukosa darah merupakan faktor utama yang mempengaruhi
sekresi insulin, apabila kadar glukosa darah naik, misalnya pada waktu sesudah makan
maka sel akan terangsang untuk mengeluarkan insulin. Isomer-isomer glukosa (manosa
dan fruktosa, misalnya dalam buah-buahan dan madu), makanan yang kaya protein dan
asam amino (terutama leusin dan arginin), asam lemak dan badan keton akan menstimulir
produksi insulin. Pemberian glukosa secara per oral akan lebih kuat merangsang sekresi
insulin daripada pemberian secara intravena. Hal ini disebabkan pada pemberian glukosa
secara per oral dapat merangsang sekresi hormon intestinal seperti sekretin, gastrin,
pankreosimin dan glukagon, (Ganong, 2005).

8
Menurut Langin (2003) sekresi insulin dapat diuraikan dengan mekanisme berikut
1. Glukosa ditransport ke sel oleh glucose transporter-2 (GLUT-2) dan dalam sel
terjadi fosforilasi menjadi glukosa-6p.
2. Glukosa dioksidasi dalam mitokondria menghasilkan ATP.
Peningkatan ATP menghambat ATP-sensitive potassium channel dari sel sehingga
tetap dipertahankan di dalam sel .
3.Muatan positif dalam sel meningkat akibat tertutupnya saluran

, hal ini

menyebabkan depolarisasi pada membrane sel.


4.Depolarisasi menyebabkan potassium channel terbuka sehingga

masuk kedalam

sell.
5.Peningkatan konsentrasi

memicu sekresi insulin melalui eksositosis

Gambar Mekanisme sekresi insulin pada sel beta akibat stimulasi glukosa
Sumber : Langin (2003)
5. Radikal Bebas dan Senyawa Antioksidan
Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul yang memiliki electron tidak berpasangan sehingga
menjadi komponen yang tidak stabil dan sangat reaktif. Sumber radikal bebas dapat berasal
dari dalam tubuh (endogenus) atau luar tubuh (eksogenus). Radikal bebas yang terbentuk

9
didalam tubuh dapat merusak lemak, protein, karbohidrat dan DNA (Jati,2008). Radikal
bebas yang endogenus terbentuk sebagai sisa proses metabolisme (proses pembakaran)
karbohidrat, protein, dan lemak. Sedangkan, radikal bebas yang diperoleh dari eksogenus
bersumber dari polusi udara, asap, berbagai bahan kimia, dan lain sebagainya.
Senyawa Antioksidan
Senyawa antioksidan adalah senyawa yang melindungi sel dari kerusakan akibat
radikal bebas seperti anion superoksida (

), radikal hidroksil (

), nitrit oksida (

dan sebagainya. Senyawa oksidan mampu mencegah senyawa radikal bebas bereaksi
dengan senyawa lain. Menurut sifat kelarutannya, antioksidan dibagi menjadi dua
kelompok yaitu antioksidan hidrofilik (larut dalam air) atau antioksidan hidrofobik (larut
dalam lemak). Senyawa-senyawa ini ada yang dapat disintesis dalam tubuh atau tidak
dapat disintesisoleh tubuh, sehingga harus diperoleh lewat makanan. Kualitas dan kuantitas
reaksi yang dihasilkan senyawa antioksidan bergantung pada perbandingan konsentrasi
senyawa antioksidan dan konsentrasi senyawa radikal bebas (Vertuani et al, 2004).
Beberapa tanaman diketahui mengandung antioksidan alil sulfida dalam bawang putih ,
kurkumin dalam kunyit, isoflavon dalam kedelai, likofen dalam tomat, polifenol dalam teh

hijau, revesratrol dalam kulit buah anggur merah, dan flavonoid pada buah pare.
6.Aloksan
Aloksan adalah asam urat yang dapat menghasilkan radikal bebas yang mampu
merusak membran dan DNA dari sel pankreas sehingga menyebabkan sel mengalami
kerusakan dan mati. Pada saat sel mengalami kerusakan, sel tidak dapat memproduksi
insulin yang cukup sehingga dapat menjadi pemicu kondisi hiperglikemia. Aloksan secara
selektif merusak sel dari pulau Langerhans dalam pankreas yang mensekresi insulin.
(Suharmiati, 2003).
Aloksan diberikan melalui injeksi parenteral, intravena, intraperitoneal, atau
subkutan (Szkudelski, 2008). Pemberian aloksan adalah cara yang cepat untuk
menghasilkan kondisi diabetik eksperimental (hiperglikemik) pada binatang percobaan.
Aloksan bereaksi dengan merusak substansi esensial di dalam sel beta pankreas sehingga
menyebabkan berkurangnya granula granula pembawa insulin di dalam sel beta pankreas
(Watkins et al., 2008). Efek diabetogenik dari aloksan akan tampak setelah hari kedua dan
dapat bertahan sampai dua minggu pertama dan setelah itu kadar glukosa darah kembali ke

10
kadar normalnya. Struktus kimia senyawa ini mempunyai sebuah cincin benzena dan
gugus glukosa yang menyebabkan sangat reaktif terhadap radikal hidroksil dan dikatakan
sebagai penangkap radikal hidroksil (Walkins et al, 2008; Dorfman dan Adam, 1973).
7. Tanaman Pare (Momordica charantia)
Klasifikasi tanaman pare
Menurut Mustika (2010)), berdasar ilmu taksonomi atau klasifikasi tumbuhan, buah pare
dikelompokkan sebagai berikut :
Kingdom

: Plantae (Tumbuhan);

Divisi

: Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)

Sub-Divisi

: Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas

: Dicotyledonae (biji berkeping dua / dikotil)

Ordo

:Cucurbitaless

Famili

: Cocorbitaceae

Genus

: Momordica

Spesies

: Momordica charantia-linn

8. Morfologi tanaman pare (Momordica charantia)


Tanaman pare (Momordica charantia) adalah tanaman yang batangnya berkisar 2-5 m.
Batang muda berbulu rapat, banyak cabang serta mempunyai sulur berbentuk spiral sebagai alat
untuk membelit. Tanaman pare berdaun tunggal dan memiliki panjang daun 2,5 10 cm, lebar 312,5 cm, berbentuk bulat telur, letak berseling dan panjang tangkai daunnya 1,5-5,3 cm. Tanaman
pare berbunga pada umur 2 bulan setelah ditanam. Bunga pare merupakan bunga tunggal
berdiameter 2-3,5 cm, berwarna kuning. Bunga jantan mempunyai tangkai yang panjangnya 2-5,5
cm, sedangkan pada bunga betina mempunyai panjang tangkai 2-3 cm, (Hernani dan
rahardjo,2005).
Buah pare pada permukaannya berbintil bintil dengan rasa sangat pahit. Bagian dalam buah
yang masak berwarna jingga. Biji pare banyak, warna coklat kekuningan, berbentuk pipih dan
keras. Buah pare dapat dipanaen pada umur 15-20 setelah pembuhan. Hasil panen mencapai 25-30
ton/ha (Hernani dan Rahardjo, 2005)

9. Kegunaan buah pare (Momordica charantia)

Menurut Subahar (2003) buah pare bermanfaat sebagai penurun panas, obat cacing,
sakit saat haid, memperlancar haid dan nifas, memperlancar ASI, menurunkan glukosa
darah, batuk, luka bisul, sembelit, penambah nafsu makan, mual, sakit liver, malaria,
demam, sifilis dan kencing nanah. Selain itu buah pare juga digunakan sebagai anti kanker.

11

10.Kandungan kimia buah pare (Momordica charantia)


Tanaman pare atau disebut Momordica charantia Linn berasa pahit, diketahui
mengandung alkaloid, charantin, charine, cryptoxanthin, cucurbitins, cucurbitacins,
cucurbitanes (Subahar, 2003). Menurut Ike (2005) Momordica charantia linn mengandung
cycloartenols, diosgenin, elaeostearic acids, erythrodiol, galacturonic acids, gentisic acid,
goyaglycosides,

goyasaponins,

guanylate

cyclase

inhibitors,

gypsogenin,

hydroxytryptamines, karounidiols. Sedangkan Subahar (2003) menyatakan bahwa


Momorcida charantia linn juga mengandung lanosterol, lauric acid, linoleic acid, linolenic
acid, momorcharasides, dan momorcharins, momordenol, momordicilin, momordicins,
momordicinin, momordicosides, momordin, multiflorenol, myristic acid, nerolidol,
oleanolic acid, oleic acid, oxalic acid, pentadecans, peptides, petroselinic acid,
polypeptides, proteins. Menurut Battelli (1996) dan Bolognesi (1996) buah pare juga
mengandung ribosome-inactivating proteins, rosmarinic acid, rubixanthin, spinasterol,
steroidal glycosides, stigmasta-diols, stigmasterol, taraxerol, trehalose, trypsin inhibitors,
uracil, vacine, v-insulin, verbascoside, vicine, zeatin, zeatin riboside, zeaxanthin, and
zeinoxanthin. Buah pare mengandung karbohidrat, momordicin, protein, vitamin A, B
dan C, saponin, flavonoid, steroid triterpenoid, asam folat dan sejumlah

alkaloid.

Kandungan asam amino dalam tanaman tersebut yang dapat menyebabkan sel mengalami
mitosis. Asam amino dan enzim tanaman dapat merangsang sisntesis protein dengan cara
merangsang polimerisasi DNA dan transkripsi DNA.
H. METODE PENELITIAN
Dosis penelitian
Dosis alkaloid buah pare yang digunakan adalah dosis manusia 10 gram/ 50 kgbb
atau 14 gram/ 70 kgbb, sehingga dikonversikan pada tikus berat 200 gram adalah 0,018 X
14 gram = 0,252 gram atau 252 mg. Jadi dosis yang diberikan pada tikus yaitu 252 mg/cc
atau 25200 mg/100 cc atau 25,2 gram/100 cc atau 25 %. Sehingga dosis infusum buah
pare adalah sebagai berikut : konsentrasi 25 % , 12,5%, 6,25% dan 3,125%.
Perlakuan pada tikus
Tikus jantan berumur 2-3 bulan sebanyak 30 ekor diadaptasikan selama 2 minggu.
Sebanyak 25 ekor tikus dibuat menderita diabetes mellitus (DM) dengan memberikan
aloxan dosis tunggal 200 mg/kgbb secara intraperitonial. Hari ke 5 setelah pemberian

12
aloxan maka tikus tersebut diperiksa kadar glukosa darahnya, untuk membuktikan bahwa
tikus tersebut menderita diabetes mellitus kadar glukosa darah menjadi meningkat diatas
sebesar 200 mg/dl. Bahan aloksan yang diberikan pada tikus bertujuan untuk merusak
organ pancreas sehingga terjadi kondisi hiperglikemia atau diabetes mellitus pada tikus.
Selanjutnya sebanyak 25 ekor tikus yang menderita hiperglikemia dibagi menjadi 5
kelompok sehingga tiap kelompok terdiri dari 5 ekor. Kelompok tersebut yaitu P1, P2, P3,
P4 dan P5 yang diberi infusum buah pare masing-masing dengan konsentrasi 25%, 12,5%,
6,25% dan 3,125%. Sedangkan pada perlakuan P0 (tikus normal) dan P1 (tikus
hiperglikemia) diberi air dalam kemasan.
Pengukuran kadar glukosa darah adalah pengukuran glukosa acak, dimana hewan
coba tidak dipuasakan sebelum pengmbilan data kadar glukosa darah. Pengukuran kadar
glukosa darah dilakukan setelah pemberian infusum buah pare pada 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8
jam. Pengamatan dengan interval dua jam dilakukan agar terdapat masa jeda yang cukup
antara persiapan pengambilan darah pada tiap pengamatan. Pemeriksaan darah selanjutnya
dilakukan pada hari ke-7dan ke-14 dan ke- 21.
Perlakuan pada hewan coba
P0

: Sebagai kontrol negatif, digunakan tikus jantan yang tidak mengalami


hiperglikemi dengan tujuan untuk memastikan bahwa bila terjadi efek sitotoksik,
maka efek ini tidak disebabkan oleh hewan percobaan.

P1

: Sebagai kelompok perlakuan, digunakan tikus jantan hiperglikemia yang diberi


Infusum buah pare dengan konsentrasi 0 %. Sebagai penggantinya diberikan air
dalam kemasan sebanyak 0,5 ml/ekor tanpa memperhatikan berat badan hewan

P2

: Sebagai kelompok perlakuan, digunakan tikus jantan menderita DM dan diberi


infusum buah pare dengan konsentrasi 25%

P3

: Sebagai kelompok perlakuan, digunakan tikus jantan menderita DM dan diberi


infusum buah pare dengan konsentrasi12,5%

P4

: Sebagai kelompok perlakuan, digunakan tikus jantan menderita DM dan diberi


infusum buah pare dengan konsentrasi 6,25%

P5

: Sebagai kelompok perlakuan, digunakan tikus jantan menderita DM dan diberi


infusum buah pare dengan konsentrasi 3,125%

Pengukuran kadar glukosa darah

13
Pengukuran kadar glukosa darah menggunakan alat kit eletronik glucose meter kit
merek

Plus, dimana sampel darah diambil dari pembuluh darah venda cava

caudalis pada bagian ekor tikus dengan menggunakan jarum (needle) ukuran 23. Darah
yang didapatkan diteteskan pada tes strip yang telah tersedia lalu dilakukan pengukuran
dengan menggunakan kit meter.
Kerangka Penelitian adalah sebagai berikut :
Kelompok Perlakuan
(25 ekor)

Kelompok Kontrol
(Kontrol negatif)

Disuntik aloksan

Air
dalam
kemasan

Tikus DM
+ air dalam
kemasan

Tikus DM
+ infusum
buah pare
25%

Tikus DM
+ infusum
buah pare
12,5%

Tikus DM
+ infusum
buah pare
6,25%

Tikus DM
+ infusum
buah pare
3,125%

Kadar glukosa darah


Jumlah sel pankreas
Pemeriksaan sel pankreas
-

Organ pankreas diambil dari tikus (Rattus norwegicus) yang dianastesi dengan
dietil eter.

Selanjutnya pankreas dicuci dengan larutan saline (0,9% NaCl) dingin, dan
difiksasi segera dalam formalin buffer fosfat 10% selama 48 jam.

Jaringan kemudian dipindahkan ke dalam etil alkohol 70% dan disimpan


sampai akan digunakan.

Spesimen disimpan dalam paraffin dan dipotong sebesar 5 m, diwarnai dengan


trikrom, Lisberg untuk menghitung jumlah sel , sel dan sel .

Sel dan sel terletak di perifer pulau Langerhans dari Pankreas dengan
spesifisitas Sel (tidak Larut alkohol) berbentuk granul besar berwarna merah
tua, sedangkan sel berbentuk granul kecil berwarna biru

14
-

Sel (larut dalam alkohol) terletak di sentral pulau Langerhans dari Pankreas
dengan spesifikasi berbentuk granul halus berwarna orange

I. JADWAL KEGIATAN
Kegiatan
1
2
3
4
5
6.
6
7.
8.
9.

1
2
Diskusi dengan dosen pendamping
X
X
Persiapan pengambilan buah pare di XX
Malang
Mengeringkan buah pare dan XX
membuat infusum
Persiapan dan adaptasi hewan coba
XX
Perlakuan pada hewan coba
XX
Pengukuran kadar glukosa darah
Pembuatan preparat histology
Pemeriksaan sel pankreas
Pembuatan laporan
Seminar

3
X

Bulan
4
X

XX

5
X

6
X

X
XX
XX

XX XX
XX
XX
X
X

J. RANCANGAN BIAYA
1. Gaji dan Upah
Uraian
Jumlah
Ketua
1
Anggota
2

Alokasi waktu
6 bulan
6 bulan

Honor/bulan
_
Jumlah

Jumlah (Rp)
-

2.Rincian bahan habis


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Bahan
Tikus putih
Aloksan
Buah pare
Akuades
Pakan Tikus
Gluco Kit
Kapas, alkohol dan tissue
Sonde tikus
Spuit (disposable)
Pembuatan preparat
histopatologi sel

Volume
35 ekor
10 gram
4 kg
1 botol
1 zack
10box@25
6 buah
10 buah
30 buah

Harga Satuan(Rp)
50.000
100.000
10.000
10.000
400.000
250.000
25.000
10.000
100.000
Jumlah

Biaya (Rp)
1.750.000
1000.000
40.000
10.000
400.000
2.500.000
50.000
150.000
100.000
3.000.000
9.000.000

Rincian Peralatan
N
o

Bahan

Volume

Harga Satuan (Rp)

Biaya (Rp)

15
1
2
3

Sewa kandang hewan coba


Kandang lengkap dengan
tempat pakan dan minum
Alat gluko meter

10 minggu
6 buah

Biaya Perjalanan
N
Perjalanan
o
1 Perjalanan ke kandang hewan
coba

30.000/minggu
75.000

Volume
50 hari

300.000
450.000

Jumlah

500.000
1.250.000

Harga Satuan (Rp)

Biaya

15.000

750.000
Jumlah

Rincian Publikasi
N
Uraian
o
1 Publikasi
2 Seminar 2 orang

Volume
1x
1X

Harga Satuan (Rp)


500.000
500.000
Jumlah

REKAPITULASI BIAYA
Bahan habis
Peralatan
Perjalanan
Publikasi
Jumlah

750.000

Biaya
500.000
1.000.000
1.500.000

: Rp 9.000.000
: Rp 1.250.000
: Rp
750.000
: Rp 1.000.000
: Rp 12.500.000

K. DAFTAR PUSTAKA
Battelli, M. G., 1996. Toxicity of ribosome-inactivating proteins-containing immunotoxins
to a human bladder carcinoma cell line. Int. J. Cancer. Feb; 65(4): 485-90.
ellImmunol.Apr;126(2):278-89.
Bolognesi, A., 1996. Induction of apoptosis by ribosome-inactivating proteins and related
immunotoxins.Int. J. Cancer. Nov; 68(3): 349-55.
Burmester G.R. 2003. Collor Atlas of Immunology. Germany: Grammlich.
Dalimartha. 2004. Ramuan Tradisional untuk pengobatan diabetes mellitus. Ed. XI.
Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 73-94.
DEPKOMINFO RI (2008). Penderita Diabetes Melitus di Indonesia. (On line)
(http://www.depkominfo.go.id/2008/11/13, diakses tanggal 28 Maret 2012).
Dorfman L.M and Adams G.E. 1973. National Standart Reference data System, NBS, Vol
4 Hal. 1-59.
Ganong F.W. 2005. Review of Medical Physiology. Toronto: McGraw-Hill companies.
Handoko, T dan Suharto, B. 2000. Insulin, glucagon dan antidiabetik oral. Farmakologi
dan terapi. Ed.6. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Gaya Baru. Jakarta. Hal 446-448.
Hernani dan Rahardjo,M. 2005. Tanaman Berkasiat Antioksidan. Penerbit Penebar
Swadaya.jakarta.Hal.32-33.
Ike, K., et al. 2005. Induction of interferon-gamma (IFN-gamma) and T helper 1 (Th1)
immune response by bitter gourd extract. J. Vet. Med. Sci. 67(5): 521-4.

16
Jati, S.H. 2008. Skripsi. Efek Antioksidan Ekstrak Etanol 70% Buah pare Pada Hati Tikus
Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karbon Tetraklorida (Cc14). Fakultas
Farmasi, Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
Langin, D. (2003). The role of uncoupling protein 2 in the development of type 2
diabetes.Available:http://journals.prous.com/journals/servlet/xmlxsl/pk_ journals
.xml_summary_pr?p_JournalId=4&p_RefId=737960&p_IsPs=N. Last accessed
7th June 2012.
Martin, D.W, Mayes, PA dan Rodwell VW. 1987. Metabolisme Karbohidrat. Dalam
biokimia (Harpers Review of Biochemistry. Edisi. 20. Penerbit EGC. Hal 185112.
Meles, D.K, Wurlina dan Nian. 2009. Kadar glukosa darah setelah pemberian aloxan pada
tikus putih (Rattus norwegicus). Veterinary journal. Vol.5, no.4 p.34.
Subahar. 2003. Khasiat dan Manfaat Pare si Pahit Pembasmi Penyakit. Gramedia Pustaka.
Jakarta. 16
Suharmiati. 2003. Pengujian Bioaktivitas Anti Diabetes Mellitus Tumbuhan Obat. Cermin
Dunia Kedokteran. No.140.
Szkudelski T. The mechanism of alloxan and streptozotocin action in B cells of the rat
pancreas [Internet]. 2008 [cited 2012 May 21]. Available from:
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11829314
Vertuani , S., A. Angusti, S. Manfredini. 2004. The Antioxidants And Pro-Antioxidants
Network : an Overview. Departement of Pharmaceutical Science, University of
Ferrara, Ferrara, Italy.
Watkins D, Cooperstein SJ, Lazarow A. Effect of alloxan on permeability ofpancreatic islet
tissue in vitro. [Internet]. 2008 [cited 2012 May 21]. Available from:
http://ajplegacy.physiology.org/cgi/content/abstract/207/2/436

17

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

ANTIHIPERGLIKEMIA BUAH PARE (Momordica charantia)


TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH DAN JUMLAH SEL
PANKREAS PADA TIKUS YANG DIINDUKSI ALOKSAN

BIDANG KEGIATAN
PKM - P

DIUSULKAN OLEH :

UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2013

18

HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan : ANTIHIPERGLIKEMIA BUAH PARE (Momordica
charantia) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH

DAN JUMLAH SEL PANKREAS PADA TIKUS


YANG DIINDUKSI ALOKSAN
2. Bidang Kegiatan

: [ V ] PKM-P
[ ] PKM-T

] PKM-K
[
] PKM -M

3. Bidang Ilmu

: [ V ] Kesehatan
[ ] MIPA

[
[

] Pertanian
] Teknologi dan Rekayasa

4. Ketua Pelaksana Kegiatan


a. Nama Lengkap
b. NIM
c. Jurusan/Fakultas
d. Universitas
e. Alamat Rumah dan Telp/HP
f. Alamat e-mail
5. Anggota Pelaksana Kegiatan
6. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap & Gelar
b. NIP/NIDN
c. Alamat Rumah dan Telp/HP
7. Biaya Kegiatan Total
a. DIKTI
b. Sumber lain
8. Jangka waktu Pelaksanaan
Menyetujui
Wakil Dekan I,
FKH Unair

:
:
: Kedokteran Hewan
: AIRLANGGA
:
HP.
:
: 2 (dua) Orang
: Prof. Dr.Dewa Ketut Meles,MS,drh
: 1954121319791002/0013125402
: Wisma Permai VI/6 Surabaya / 081332186692
: Rp. 12.500.000
:: 6 bulan
Surabaya, 3 Oktober 2013
Ketua Pelaksana Kegiatan,

Dr. Anwar Maruf,MKes,drh


NIP. 19650905 199303 1004
Direktur Kemahasiswaan
Universitas Airlangga

Dosen pendamping

19

Prof. Dr. Dewa Ketut Meles,MS,drh.


NIP. 195412131979011002
Biodata Ketua Pelaksana
1. Nama
2. NIM
3. Tempat/tgl Lahir
4. Jenis Kelamin
5. Tahun Angkatan
6. Fakultas/Jurusan
7. Alamat Universitas
8. Alamat Rumah
9. Nomor HP
10. E-mail

:
:
:
:
:
: Kedokteran Hewan
: FKH Unair Kampus C. Jl. Mulyorejo Surabaya
:
:
:
Surabaya,
Ketua Pelaksana

NIM
Biodata Anggota Pelaksana
1. Nama
2. NIM
3. Tempat/tgl Lahir
4. Jenis Kelamin
5. Tahun Angkatan
6. Fakultas/Jurusan
7. Alamat Universitas

:
:
:
:
:
:
:

8. Alamat Rumah
9. Nomor HP
10. E-mail

:
:
:

Surabaya

Surabaya,
Anggota Pelaksana

20

NIM.

Biodata Anggota Pelaksana


1. Nama
2. NIM
3. Tempat/Tanggal lahir
4. Jenis Kelamin
5 Tahun Angkatan
6. Fakultas/Jurusan
7. Alamat Universitas
8. Alamat Rumah
9. Nomor HP
10. E-mail

:
:
:
:
:
:
: Kedokteran Hewan
: FKH Unair Kampus C. Jl. Mulyorejo Surabaya
:
:
:
Surabaya,
Anggota Pelaksana

NIM.
Biodata Anggota Pelaksana
1. Nama
2. NIM
3. Tempat/Tanggal lahir
4. Jenis Kelamin
5 Tahun Angkatan
6. Fakultas/Jurusan
7. Alamat Universitas
8. Alamat Rumah
9. Nomor HP
10. E-mail

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Surabaya, 2013
Anggota Pel;aksana

21

NIM

Biodata Dosen Pendamping


1. Nama Lengkap dan Gelar
2. Jenis kelamin
3. Fakultas/Jurusan
4. Pekerjaan
5. N I P
6. Pangkat/ Golongan
7.Bidang Keahlian

: Prof. Dr.Dewa Ketut Meles, MS,drh.


: Laki-laki
: Kedokteran Hewan
: Staf pengajar
: 195412131979011002
: IV-d, Guru Besar
: Farmakologi & Toksikologi, Traditional Indonesia

8. Pengalaman Dalam Penelitian


Suhariningsih, Wurlina, D.K. Meles. 2011. Kajian Biofisika Terhadap Keamanan dan
Manfaat Terapi Cerage. SP3T Jawa Timur.
Wurlina, Sastrowardoyo,S; Zakaria S dan Meles D.K. 2010. Aktivitas Alkaloid
Achyranthes aspera linn Penyebab Apoptosis dan Fragmentasi DNA pada Sel
Kanker Mamae Melalui Ekspresi Caspase 3 (Caspase Executor). DirjenDiktiKemDiknas.
Sastrowardoyo,S; D.K. Meles dan Wurlina.2010. Uji khasiat Imunomodulator Kapsul
Neoboost pada Tikus (Rattus norwegicus). Sentra Pengembangan dan Penerapan
pengobatan Tradisional (SP3T) Jawa Timur.
Meles, D.K.; Sastrowardoyo, Zakaria,S dan Wurlina. 2009. Efek Mitogenik dan Insulinlike Growth Factor Eugenia Polyantha terhadap Proliferasi Sel serta kemampuan
Reseptor mengikat Insulin sebagai obat Diabetes Mellitus. Riset Strategis Nasional.
Cluster Gizi dan Kesehatan DP2M-DirjenDikti-KemDiknas.
Sunarni Z; D.K. Meles; Sastrowardoyo,S dan Wurlina. 2009. Efek Antimitogenik Alkaloid
Achyranthes aspera linn terhadap Induksi Apoptosis pada sel yang Terinfeksi
Mycobacterium Tuberculosis. Riset-Strategis Nasional. Cluster Gizi dan
Kesehatan.DP2M-DirjenDikti-KemDiknas.
Wurlina; Sastrowardoyo,W, dan Meles,D.K . 2009. Efek Antihiperglikemia dan Uji
Toksisitas Teh Hitam (Camellia Sinensis) Terfermentasi (Black tea) sebagai Obat
Diabetes Mellitus. Sentra Pengembangan dan Peneratapan pengobatan Tradisional
(SP3T) JawaTimur.
9. Karya Ilmiah
a. Jurnal Internasional
Anom DP, DK Meles and Wurlina. 2012. Alkaloid Fraction of Jarong (Achyranthes aspera
linn) Leaf Induced Apoptosis Breast Cancer Cell Through p53 Pathway. Advances
in Natural and Applied Sciences, Vol 6(2): 124-127. Jan-March. ISSN 1995-0772.
b. Jurnal Nasioanl
Setya Budhy, Dewa Ketut Meles, Wurlina Suzanita Utama. 2013. Penyerentakan Birahi
menggunakan PGF2 dan IB Menggunakan Semen Segar Terhadap Kejadian
Birahi, Jumlah Induk Bunting, Jumlah dan Jenis Kelamin Anak Kambing

22
Peranakan Etawa. Journal of Animal Reproduction. E-journal. Ovozoa. Vol 2 No.1.
Hal 59-65. April 2013. ISSN.2302-6464.
Kadek Rachmawati, Dewa Ketut Meles,Wurlina dan Sri Mulyati. 2013. Hasil Persilangan
Itik Mojosari dan Itik Alabio Terhadap Produksi dan Berat telur, Warna Kuning
telur serta Daya Tetas Telur Itik. Journal of Animal Reproduction. E-journal.
Ovozoa. Vol 2 No.1. Hal 52--58. April 2013. ISSN.2302-6464.
Dewa Ketut Meles, Wurlina, Masud Hariadi dan Kadek Rachmawati. 2013.
Penggemukan Berbagai Jenis Sapi potong Menggunakan Pakan Tape Jerami dan
Growth Promotor Terhadap Peningkatan Berat Badan.
Journal of Animal
Reproduction. E-journal. Ovozoa. Vol 2 No.1. Hal 46--51. April 2013. ISSN.23026464.
Wurlina dan D.K. Meles. 2012. Teknologi Kandang Tertutup (Closed House) terhadap
Berat Badan, Mortalitas dan waktu Panen Ayam Pedaging. Veterinaria Medika.
Vol.5. No.3. Hal 157-231. Nopember 2012. ISSN1979-1305.
Kholifah Y, Wurlina, D.K. Meles, S. Zakaria, DMS.Putra dan N.Suwasanti 2011.
Pengaruh Pemberian Alkaloid Daun Jarong(Achyranthes aspera Linn) pada Mencit
yang Terkena kanker Mamae terhadap Gambaran Hitung Jenis Leukosit. Veterinaria
Medika. Vol.4 No.3. hal. 171-174. Nopember 2011. ISSN 1979-1305.
Wurlina; D.K. Meles, S. Zakaria dan Widayat, S. 2010 The Activity of Alkaloid
Achyranthes aspera Linn on Apoptotic and Necrotic Induction of Breast Cancer and
Influenced on the Natural Killer Cells. Media Kedokteran Hewan.Veterinary
Medicine Journal. Vol.26.No.1.P. 1-75. ISBN 0215.8930. Akreditasi
no.108/Dikti/KEP/2007,August 23,2007.
Meles D.K, Wurlina, Mulyati S, Rimayanti dan H. Ratnani. 2010. Tahapan Vaksinasi dan
Jenis Vaksin yang Digunakan Untuk Mencegah Penyakit Menular Pada Ayam.
Veterinaria Medika. Vol3 No.3. hal. 185-190. ISSN 1979-1305.
Wurlina, W Sastrowardoyo, S Zakaria, DK Meles, DMS Putra dan N Suwasanti. 2010.
Aktivitas Alkaloid Achyranthes aspera linn Penyebab Apoptosis dan Fragmentasi
DNA pada sel kanker Mamae. Veterinaria Medika. Vol3 No.3. hal. 169-176. ISSN
1979-1305.
Zakaria S, W Sastrowardoyo, DK Meles, Wurlina, DMS Putra dan N Suwasanti.2010.
Efek Antimitogenik Alkaloid Achyranthes aspera linn Terhadap Induksi Apoptosis
pada sel yang Terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis.. Veterinaria Medika. Vol3
No.3. hal. 177-184. ISSN 1979-1305.
Wurlina, D.K.Meles, S.Zakaria dan W. Sastrowardoyo. 2010 Peran Caspase 3 (caspase
Executor) Penyebab Apoptosis sel Kanker Uterus yang terinduksi Alkaloid
Achyranthes aspera Linn secara In vitro. Veterinaria Medika. Vol.3 No.2. hal. 8186. ISSN 1979-1305.
Surabaya, 7 Oktober 2013
Dosen Pendamping

Prof. Dr. Dewa Ketut Meles,MS,drh.


NIP.195412131979011002

23

Anda mungkin juga menyukai