Makalah Revisi
Makalah Revisi
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budaya merupakan pandangan hidup yang diakui bersama oleh suatu
kelompok masyarakat yang mencakup cara berfikir, perilaku, sikap, nilai yang
tercermin baik dalam wujud fisik maupun abstrak. Nilai yang terkandung dalam
suatu budaya dalam masyarakat salah satunya adalah nilai etika yang berkaitan
dengan baik-buruknya perilaku manusia. Nilai etika memiliki hubungan yang
sangat erat dengan moral seseorang.
Di era globalisasi saat ini
korupsi ?
Apakah peranan pemerintah sudah efektif dan mampu mengatasi
permasalahan tersebut ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penulisan makalah adalah
sebagai berikut :
a. Mengetahui dampak yang timbul dari tindakan korupsi.
b. Mengetahui peranan pemerintah dalam mengatasi permasalahan mengenai
korupsi
c. Mengetahui peranan pemerintah dalam mengatasi permasalahan mengenai
korupsi.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi para pembaca
Makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai
korupsi dan degradasi moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, selain
itu dapat juga digunakan sebagai referensi dalam kajian ilmu sosial dan
budaya dasar.
b. Bagi penulis
Makalah ini dapat dijadikan sebagai sumber ilmu baru yang dapat
menambah wawasan sehingga bisa dipergunakan sebagai bahan tambahan
dalam perkuliahan ilmu sosial budaya dasar.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Budaya dan Moral
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit termasuk system agama dan politik, adat
istiadat, bahasa.Namun dengan berjalannya waktu terjadi perubahan social
budaya, Perubahan ini merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa
dalam setiap masyarakat. Perubahan itu sesuai dengan hakikat dan sifat dasar
manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Perubahan social ini perlu
diikuti dengan adanya penyesuaian baik unsur masyarakat maupun unsur baru.
Kebudayaan
merupakan
pengetahuan
manusia
yang
diyakini
akan
positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus
dimiliki oleh manusia. Berbagai persoalan dan kerusakan yang ada saat ini
sesungguhnya disebabkan oleh kondisi moral dan etika masyarakat yang sudah
mengalami kemerosotan atau degradasi. Kerapuhan moral dan etika bangsa ini
makin terlihat jelas tatkala persoalan demi persoalan bangsa semakin hari bukan
semakin hilang, tapi justru semakin meningkat tajam.Mulai dari kasus kekerasan
antar kelompok, ketidakadilan sosial dan hukum, hingga budaya korup penguasa
yang makin menggurita.
Moral di Indonesia dapat diukur dari tingkah laku dari bangsa Indonesia itu
sendiri. Tingkah laku yang dikatakan bermoral adalah tingkah laku yang menaati
hukum, adat, dan agama yang berlaku. Sedangkan tingkah laku yang tidak
bermoral adalah tingkah laku yang tidak mengikutu peraturan-peraturan yang ada.
Beberapa contoh tingkah lagu yang tidak bermoral yag ada di masyarakat adalah
masih banyaknya korupsi di Indonesia, banyaknya para remaja yang melakukan
tawuran dan menggunakan narkoba.
Degradasi sering diartikan sebagai penurun suatu kualitas. Dengan semakin
berkembangnya jaman, kualitas moral bangsa Indonesia ini mulai menurun yang
disebabkan oleh bangsa Indonesia yang kurang mampu menghadapi pengaruh dari
luar negeri. Dalam hal ini bisa kita lihat dengan nyata dan fakta, baik melalui
pemberitaan media televisi, koran maupun berita online. Sudah tak terhitung
banyaknya pemimpin ataupun pejabat yang tersandung masalah hukum karena
perbuatannya yang melawan hukum, korupsi salah satunya.
2.2 Korupsi serta Dampak yang Ditimbulkan
2.2.1 Pengertian Korupsi
Korupsi memiliki banyak pengertian diantaranya:
a. Menurut Asal Kata
Korupsi (bahasa Latin: corruption dari kata kerja corrumpere yang bermakna
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok). Secara harfiah, korupsi
adalah perilaku pejabat publik, baik politikus|politisi maupunpegawai negeri, yang
secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka
memberikan suatu keuntungan yang tidak resmi dengan hak-hak dari pihak
lain secara salah menggunakan jabatannya
atau karakternya
untuk
akhirnya kebiasaan tersebut lama-lama akan menjadi bibit korupsi yang nyata
dan dapat merugikan keuangan negara.
2.2.2 Faktor Penyebab Terjadinya Korupsi
Korupsi dapat terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhi pelaku
korupsi itu sendiri atau yang biasa kita sebut koruptor. Faktor-faktor yang menjadi
penyebab seseorang melakukan tindakan korupsi menurut Merican (1971) adalah
sebagai berikut :
a. Peninggalan pemerintahan kolonial.
b. Kemiskinan dan ketidaksamaan.
c. Gaji yang rendah.
d. Persepsi yang populer.
e. Pengaturan yang bertele-tele.
f. Pengetahuan yang tidak cukup dari bidangnya.
Di sisi lain Ainan (1982) menyebutkan beberapa sebab terjadinya korupsi antara
lain:
a. Perumusan perundang-undangan yang kurang sempurna.
b. Administrasi yang lamban, mahal, dan tidak luwes.
c. Tradisi untuk menambah penghasilan yang kurang dari pejabat pemerintah
dengan upeti atau suap.
d. Berbagai macam korupsi dianggap biasa, tidak dianggap bertentangan
dengan moral, sehingga orang berlomba untuk korupsi.
e. Di India, misalnya menyuap jarang dikutuk selama menyuap tidak dapat
dihindarkan.
f. Menurut kebudayaannya, orang Nigeria Tidak dapat menolak suapan dan
korupsi, kecuali mengganggap telah berlebihan harta dan kekayaannya.
g. Manakala orang tidak menghargai aturan-aturan resmi dan tujuan
organisasi pemerintah, mengapa orang harus mempersoalkan korupsi.
2.2.3 Dampak Tindakan Korupsi Dalam Kehidupan Bangsa Dan Negara
Meningkatnya Kemiskinan
Banyak proyek pemerintah ataupun bantuan asing untuk rakyat miskin tidak
efektif, karena disunat oleh oknum pejabat pemerintah yang tidak bertanggung
jawab. Dalam banyak kasus korupsi, masyarakat miskin sering menjadi korban
karena ketidak berdayaan mereka.
Demoralisasi
Secara tidak langsung korupsi akan meruntuhkan otoritas pemerintah,
Hukuman Pidana
Bagi para pihak atau pejabat yang terbukti bersalah melakukan tindak pidana
korupsi, maka ia pasti akan diproses oleh pihak yang berwajib. Hukuman pidana
terhadap pelaku korupsi dapat berupa denda dan/atau hukuman penjara.
hukumannya, bukan berarti ia dapat hidup seperti masyarakat lain pada umumnya.
Telah diketahui bertindak korupsi oleh khalayak ramai akan menyebabkan pelaku
menanggung rasa malu seumur hidup dan terus tertekan. Setiap kegiatan yang
pelaku lakukan akan distigma negatif oleh orang lain. Hal-hal apapun yang pelaku
lakukan akan disangkut pautkan dengan korupsi. Hal ini akan terus melekat
terhadap individu pelaku sampai dia mati.
ditinggalkan oleh orang-orang yang dulu pernah dekat dengannya, bisa saja itu
teman, kerabat, istri bahkan suami. Hal itu wajar terjadi karena tidak ada yang
ingin namanya ikut tercemar akibat dari perbuatan orang lain.
2.3 Hubungan Korupsi dan Degradasi Moral
Setiap sebab tentu memiliki akibat. Pernyataan tersebut banyak digunakan
untuk menyatakan hubungan dari suatu tindakan dengan tindakan lain dalam satu
urutan yang membentuk kejadian. Tindakan yang pertama merupakan penyebab
dan tindakan berikutnya merupakan akibat. Akibat yang ditimbulkan tersebut
dapat menjadi suatu penyebab dari tindakan-tindakan lain dan bahkan dapat pula
menjadi bagian dari sebab awal dari akibat itu sendiri. Kondisi tersebut
menjadikan hubungan sebab akibat dari suatu kejadian dan keadaan menjadi
sedemikian kompleksnya sehingga menimbulkan kesulitan dalam menentukan
mana penyebab dan mana akibat.
Keadaan di atas dapat dianalogkan dalam hal permasalahan korupsi. Begitu
kompleknya permasalahan korupsi, sehingga sulit untuk mengidentifikasikan
penyebab utama terjadinya korupsi serta dampak yang diperoleh. Praktek-praktek
korupsi yang membudaya, berkepanjangan, dilakukan dalam berbagai bentuk,
terjadi di segala bidang kehidupan, memiliki akibat yang harus ditanggung baik
oleh individu dalam organisasi, unit organisasi/instansi yang bersangkutan,
masyarakat dan dunia usaha, organisasi pemerintahan secara makro yang akhirnya
berpengaruh luas terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Berikut ini adalah
grafik indeks persepsi korupsi Indonesia.
Dari grafik di atas terlihat bahwa semakin lama masalah korupsi di Indonesia
tidak semakin berkurang tetapi malah semakin bertambah. Permasalahan korupsi
memang sulit untuk diatasi, karena korupsi sangat menyebabkan pelaku menglami
degradasimoral. Pelaku korupsi secara bertahap mengalami degradasi moral dan
menularkannya pada lingkungannya. Pertama kali korupsi yang dilakukannya
akan menimbulkan goncangan nurani atau perasaan terombang-ambing antara
nilai moral yang dianutnya dengan daya tarik materi yang akan diperolehnya.
Namun kecenderungan untuk mengulang perbuatan korupsi karena telah bobol
benteng moralnya. Korupsi tersebut diulang dan cenderung membesar, sampai
pada tahap pelaku tidak bisa lagi membedakan mana yang benar dan mana yang
tidak benar. Korupsi tidak lagi dilihat sebagai penyimpangan, melainkan hal yang
biasa, telah menjadi kebiasaan, dan bisa dikatakan bahwa korupsi telah
membudaya di negara Indonesia. Indikator yang dapat dilihat yaitu banyaknya
pelaku tindak pidana korupsi yang ada di sistem pemerintahan daerah maupun
pemerintahan pusat.
Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk memberantas korupsi yaitu
sebagai berikut:
1. Strategi Preventif
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan dengan diarahkan pada hal-hal
yang menjadi penyebab timbulnya korupsi. Setiap penyebab yang terindikasi
harus dibuat upaya preventifnya, sehingga dapat meminimalkan penyebab
korupsi. Disamping itu perlu dibuat upaya yang dapat meminimalkan peluang
10
untuk melakukan korupsi dan upaya ini melibatkan banyak pihak dalam
pelaksanaanya agar dapat berhasil dan mampu mencegah adanya korupsi.
2. Strategi Deduktif
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan agar
apabila suatu perbuatan korupsi terlanjur terjadi, maka perbuatan tersebut akan
dapat diketahui dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan seakurat-akuratnya,
sehingga dapat ditindaklanjuti dengan tepat. Dengan dasar pemikiran ini banyak
sistem yang harus dibenahi, sehingga sistem-sistem tersebut akan dapat berfungsi
sebagai aturan yang cukup tepat memberikan sinyal apabila terjadi suatu
perbuatan korupsi. Hal ini sangat membutuhkan adanya berbagai disiplin ilmu
baik itu ilmu hukum, ekonomi maupun ilmu politik dan sosial.
3. Strategi Represif
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan
untuk memberikan sanksi hukum yang setimpal secara cepat dan tepat kepada
pihak-pihak yang terlibat dalam korupsi. Dengan dasar pemikiran ini proses
penanganan korupsi sejak dari tahap penyelidikan, penyidikan dan penuntutan
sampai dengan peradilan perlu dikaji untuk dapat disempurnakan di segala
aspeknya, sehingga proses penanganan tersebut dapat dilakukan secara cepat dan
tepat. Namun implementasinya harus dilakukan secara terintregasi.
Bagi pemerintah banyak pilihan yang dapat dilakukan sesuai dengan strategi yang
hendak dilaksanakan. Bahkan dari masyarakat dan para pemerhati / pengamat
masalah korupsi banyak memberikan sumbangan pemikiran dan opini strategi
pemberantasan korupsi secara preventif maupun secara represif antara lain:
sudah dibuktikan di Negara RRC dan Singapura. Carrot adalah pendapatan netto
pegawai negeri, TNI dan Polri yang cukup untuk hidup dengan standar sesuai
pendidikan, pengetahuan, kepemimpinan, pangkat dan martabatnya, sehingga
dapat hidup layak bahkan cukup untuk hidup dengan gaya dan gagah.
Sedangkan Stick adalah bila semua sudah dicukupi dan masih ada yang berani
11
dari masyarakat luas dengan mengefektifkan gerakan rakyat anti korupsi, LSM,
ICW, Ulama NU dan Muhammadiyah ataupun ormas yang lain perlu bekerjasama
dalam upaya memberantas korupsi, serta kemungkinan dibentuknya koalisi dari
partai politik untuk melawan korupsi. Selama ini pemberantasan korupsi hanya
dijadikan sebagai bahan kampanye untuk mencari dukungan saja tanpa ada
realisasinya dari partai politik yang bersangkutan. Gerakan rakyat ini diperlukan
untuk menekan pemerintah dan sekaligus memberikan dukungan moral agar
pemerintah bangkit memberantas korupsi.
Gerakan Pembersihan
Menciptakan semua aparat hukum (Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan)
yang bersih, jujur, disiplin, dan bertanggungjawab serta memiliki komitmen yang
tinggi dan berani melakukan pemberantasan korupsi tanpa memandang status
sosial untuk menegakkan hukum dan keadilan. Hal ini dapat dilakukan dengan
membenahi sistem organisasi yang ada dengan menekankan prosedur structure
follows strategy yaitu dengan menggambar struktur organisasi yang sudah ada
terlebih dahulu kemudian menempatkan orang-orang sesuai posisinya masingmasing dalam struktur organisasi tersebut.
Gerakan Moral
Gerakan ini secara terus menerus mensosialisasikan bahwa korupsi adalah
kejahatan besar bagi kemanusiaan yang melanggar harkat dan martabat manusia.
Melalui gerakan moral diharapkan tercipta kondisi lingkungan sosial masyarakat
yang sangat menolak, menentang, dan menghukum perbuatan korupsi dan akan
menerima, mendukung, dan menghargai perilaku anti korupsi. Langkah ini antara
lain dapat dilakukan melalui lembaga pendidikan, sehingga dapat terjangkau
seluruh lapisan masyarakat terutama generasi muda sebagai langlah yang efektif
membangun peradaban bangsa yang bersih dari moral korup.
12
pemerintahan agar didapat hasil kerja yang optimal dengan jalan menempatkan
orang yang sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. Dan apabila masih ada
pegawai yang melakukan korupsi, dilakukan tindakan tegas dan keras kepada
mereka yang telah terbukti bersalah dan bilamana perlu dihukum mati karena
korupsi adalah kejahatan terbesar bagi kemanusiaan dan siapa saja yang
melakukan korupsi berarti melanggar harkat dan martabat kehidupan.
Pemerintah setiap negara pada umumnya pasti telah melakukan langkah-langkah
untuk memberantas korupsi dengan membuat undang-undang. Indonesia juga
membuat undang-undang tentang pemberantasan tindak pidana korupsi.
2.4 Pendapat Kelompok untuk Mengatasi Masalah Korupsi dan Degradasi
Moral di Indonesia
Menurut pendapat kelompok kami, Menurut kelompok kami, memang
benar bahwasanya korupsi dapat merusak moral bangsa. Permasalahan korupsi
memang sangat sulit untuk diatasi. Dimana para koruptor melakukan perbuatan
tersebut tanpa memikirkan nilai moral serta tidak dapat membedakan apakah
perbuatan itu benar atau salah. Sehingga korupsi bukan dianggap lagi sebagai
penyimpangan melainkan suatu kebiasaan yang sangat menguntungkan. Oleh
karena itu pemerintah melakukan upaya untuk memberantas korupsi. Upaya yang
dilakukan pemerintah dalam pemberantasan korupsi sudah cukup baik yaitu
dengan adanya strategi preventif, deduktif dan represif. Dengan adanya strategi
tersebut pelaku pelaku korupsi yang bersangkutan akan dapat diketahui dan
pada akhirnya akan dikenai hukuman sesuai dengan perbuatan yang telah
dilakukan serta diharapkan pada akhirnya terdapat efek jera bagi pelaku korupsi
dan tidak mengulangi perbuatan tersebut.
13
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Budaya merupakan pandangan hidup yang diakui bersama oleh suatu
kelompok masyarakat yang mencakup cara berfikir, perilaku, sikap, nilai yang
tercermin baik dalam wujud fisik maupun abstrak. Nilai yang terkandung dalam
suatu budaya dalam masyaeakat salah satunya adalah nilai etika yang berkaitan
dengan baik-buruknya perilaku manusia. Nilai etika memiliki hubungan yang
sangat erat dengan moral seseorang. Moral merupakan pikiran, perasaan, ucapan,
dan perilaku manusia yang terkait dengan nilai-nilai baik dan buruk. Berbagai
persoalan dan kerusakan yang ada saat ini sesungguhnya disebabkan oleh kondisi
moral dan etika masyarakat yang sudah mengalami kemerosotan atau degradasi.
Kerapuhan moral dan etika bangsa ini makin terlihat jelas persoalan bangsa
semakin meningkat, salah satunya adalah korupsi. Praktek-praktek korupsi yang
membudaya, berkepanjangan, dilakukan dalam berbagai bentuk, terjadi di segala
bidang kehidupan, memiliki akibat yang harus ditanggung baik oleh individu
dalam organisasi, unit organisasi/instansi yang bersangkutan, masyarakat dan
dunia usaha, organisasi pemerintah secara makro yang dapat berpengaruh luas
terhadap kehidupan dan bernegara. Permasalahan korupsi tidak berkurang tetapi
semakin meningkat, sehingga menunjukkan bahwa korupsi sangat sulit untuk
diatasi sehinnga menyebabkan pelaku mengalami degradasi moral.
3.2 Saran
Sebaiknya dilakukan proses penanaman (sosialisasi dan internalisasi) nilainilai anti korupsi. Proses tersebut dilakukan melalui proses pendidikan yang
terencana, sistematis, terus menerus dan terintegrasi, sejak usia dini hingga ke
perguruan tinggi. Demikian juga sosialisasi dan internalisasi nilai anti korupsi
tersebut dilakukan kepada seluruh komponen masyarakat dan aparatur pemerintah
di pusat dan daerah, lembaga tinggi negara, sehingga nilai sosial anti
korupsi menjadi gerakan nasional dan menjadi kebiasaan hidup seluruh komponen
bangsa Indonesia, menuju kehidupan yang adil makmur dan sejahtera.
14
DAFTAR PUSTAKA
15
Anonim.
2012.
Pengertian
Konsep
Nilai
dan
Sistem
Nilai
Budaya.
http://adianlangge.blogspot.com/2013/05/pengertian-konsep-nilai-dan-sistem.
html [serial on line]. [20 November 2013].
Anonim. 2010. Pengertian Budaya. http://menarailmuku.blogspot.com/2012/12/
pengertian-budaya.html.Yogyakarta: Jalasutra.
Andi, Furmensius. 2010. KORUPSI SEBAGAI SEBUAH BUDAYA?(Sebuah
Telaah
Filosofis
Atas
Fenomena
Korupsi
Di
Indonesia).
16