Anda di halaman 1dari 22

INTERNATIONAL GEOGRAPHY OLYMPIAD (IGEO)

MATERI PERSIAPAN KONTINGEN INDONESIA DALAM IGEO 2013


Oleh Dr. Ir. Slamet Riyadi Bisri, MBA

URBAN GEOGRAPHY, URBAN RENEWAL AND URBAN PLANNING


1. UMUM
Substansi materi yang akan dicakup di dalam dokumen ini ialah topik Geografi
Kota, Peremajaan Kota, dan Perencanaan Kota dan Geografi Ekonomi dan
Globalisasi.
Di dalam penyampaian materi dan latihan pemahaman, kemampuan yang akan
diajarkan mencakup: kemampuan pemetaan, penyelidikan, serta pembacaan,
analisis, dan intrepertasi data.
2. MATERI GEOGRAFI KOTA, PEREMAJAAN KOTA, DAN PERENCANAAN KOTA
2.1 Pengantar
2.1.1 Definisi kota
Kota (city): Tempat dimana konsentrasi penduduk lebih padat dari wilayah
sekitarnya karena terjadinya pemusatan kegiatan fungsional yang berkaitan
dengan kegiatan atau aktivitas penduduknya.
Kota (city): Pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan
wilayah administrasi yang diatur dalam peraturan perundangan, serta
permukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan
(Pemendagri No. 2/1987).
Pengertian kota (city)dilihat dari berbagai aspek
LINGKUP
Fisik
Demografis

Sosial

Geografis

PENGERTIAN KOTA
Suatu wilayah dengan wilayah terbangun (buit up area)
yang lebih padat dibandingkan dengan area sekitarnya
Wilayah dimana terdapat konsentrasi penduduk yang
dicerminkan oleh jumlah dan tingkat kepadatan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan keadaan di wilayah sekitarnya
Suatu wilayah dimana terdapat kelompok-kelompok sosial
masyarakat yang heterogen (tradisional modern, formal
informal, maju terbelakang, dsb)
Suatu wilayah dengan wilayah terbangun yang lebih padat

dibandingkan dengan area sekitarnya


Statistik

Ekonomi

Administrasi

Suatu wilayah yang secara statistik besaran atau ukuran


jumlah penduduknya sesuai dengan batasan atau ukuran
untuk kriteria kota
Suatu wilayah dimana terdapat kegiatan usaha yang
sangat beragam dengan dominasi di sektor non pertanian,
seperti perdagangan, perindustrian, pelayanan jasa,
perkantoran, pengangkutan, dll
Suatu wilayah yang dibatasi oleh suatu garis batas
kewenangan administrasi pemerintah yang ditetapkan
berdasarkan peraturan perundang-undangan tertentu

Perkotaan (urban): Kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian


dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi .
Kawasan perkotaan juga dapat beraglomerasi membentuk suatu metropolitan
pengertian dan contoh metropolitan.

2.1.2 Klasifikasi kota


Kota sebagai node (kota sebagai bagian dari konstelasi regional) VS Kota sebagai
area (kota sebagai ruang perencanaan)
Berdasarkan ukuran (jumlah penduduk): 1) Kota Raya (Metropolitan) : > 1.000.000,
2) Kota Besar: 500.000 1.000.000, 3) Kota Sedang
: 100.000 500.0000, 4)
Kota Kecil: < 100.000
Berdasarkan fungsi (misalnya dalam konteks Indonesia): Pusat Kegiatan Nasional
(PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Setiap negara,
bergantung pada sistem perencaannya masing-masing dapat memiliki klasifikasi
yang berbeda.
Klasifikasi kota menurut Harris dan Ullman, berdasarkan fungsi: 1) Central places
(service centers for local hinterland), 2) Transportation cities (break-bulk and
allied for larger regions), and 3) Specialized-function cities.

2.1.3 Elemen perkotaan


Doxiadis: Alam (nature), Individu manusia (Antropos), Masyarakat (Society), Ruang
kehidupan (Shells), Jaringan (Network)
Patrick Geddes: Place, Work, Folk
Kevin Lynch: The image of the city (1960) Sifat suatu obyek fisik yang
menyebabkan kemungkinan besar membuat citra yang kuat pada setiap orang
di dalam kota: path, edge, district, node, dan landmark.

Kus Hadinoto: Wisma, Marga, Suka, Penyempurna


Elemen kota yang membentuk kota umumnya adalah: pusat kegiatan/pelayanan,
kawasan fungsional, dan jaringan (misalnya transportasi)

2.1.4 Teori dan konsep dasar geografi kota dan perencanaan kota
Perencanaan Kota atau Manajemen Kota (Caroll, N.D.R., 1993)
Perencanaan kota lebih memperhatikan pada persiapan dan antisipasi
kondisi kota pada masa yang akan datang, dengan titik berat pada aspek
spasial dan tata guna lahan; Manajemen Kota lebih memperhatikan kegiatan
yang akan segera dilakukan dengan titik berat pada aspek intervensi dan
pelayanan publik yang akan berimplikasi pada kondisi kota secara keseluruhan

2.1.5 Pentingnya perencanaan kota


Perencanaan kota memiliki urgensi untuk dapat menyelesaikan persoalan sebagai
berikut: Excessive size, Overcrowding, Shortage of urban services, Slums and
squatter settlements, Traffic congestion, Lack of social responsibility,
Unemployment & underemployment, Racial & social issues, Westernization vs
modernization, Environmental degradation, Urban expansion and loss of
agricultural land, Administrative organization
Statistik menunjukkan bahwa pada dekade ini, lebih dari 50% masyarakat dunia
telah tinggal dan memiliki penghidupan di kota dan wilayah perkotaan.
Secara umum, 50 60% GDP suatu wilayah digerakkan oleh kegiatan ekonomi di
kawasan perkotaan,misalnya melalui kegiatan industri, perdagangan, dan jasa
city as the engine of economic growth
Perencanaan kota juga memiliki urgensi untuk menata struktur dan relasi sosial
masyarakat karena berbeda dengan masyarakat perdesaan yang cenderung
homogeny, masyarakat perkotaan adalah terdiri atas berbagai macam kelas dan
etnis (heterogen). Dalam hal ini, perencanaan kota juga memiliki fungsi untuk
menjaga stabilitas sosial.

2.2 Perkotaan
2.2.1 Tata guna lahan perkotaan

Komponen penggunaan lahan di wilayah perkotaan, terbagi atas kawasan


budidaya dan kawasan lindung.
Ciri penggunaan kawasan budidaya di perkotaan mixed use
Kawasan lindung perkotaan ruang terbuka hijau, ruang terbuka non-hijau, hutan
kota.
Konsep terkini penggunaan lahan di perkotaan Compact city
2.2.2 Fenomena dan karakteristik kota dan berkembangnya kota
Perkembangan kota (dengan menggunakan pendekatan morfologi kota)
Ditekankan pada bentuk-bentuk fisikal kawasan perkotaan yang tercermin
dari jenis penggunaan lahan, sistem jaringan jalan, dan blok-blok bangunan.
Townscape, Urban sprawl, Pola jalan sebagai indikator untuk melihat urban form,
pola fisik atau susunan elemen fisik kota. Kota dapat diklasifikasikan sebagai kota
dengan bentuk kompak dan tidak kompak

Urban sprawl

Urban sprawl refers to the areal expansion of


urban concentrations beyond what they have
been. Urban sprwal involves the conversion of
land peripheral to urban centers that has
previously been used for non urban uses to one
or more urban uses (Northam, 1975). Proses
perluasan/perembetan kawasan terbangun kota
ke arah luar sebagai dampak dari meningkatnya
jumlah penduduk dan kegiatan perkotaan.
2.2.3 Teori struktur, tata ruang, dan perkembangan kota (Teori Burgess,
Hoyt, Harris dan Ullman, Bergel,Griffin dan Ford, Alonso, dll)
Dua pendekatan Pendekatan ekologis: Concentric zone (Burges), Sectoral (Hoyt),
dan Multiple Nuclei (Haris Ullman) atau Pendekatan ekonomi neoklasikal: land
value theory, industrial location, central place.
Concentric Zone Model (B.W Burges)
Model Burgess, 1920-an
I.
CBD
II.
Whole sale
III.
Low income housing
IV.
Middle income hhousing
V.
High income housing

Sectoral model (H. Hoyt)

H. Hoyt (1939)
Settlements in wedge-shaped pattern
instead of rings, due to rent pattern
High rent residential areas strategic,
accessible, best location, comfortable

Multiple Nuclei Model (Harris-Ullman)

Harris & Ullmann (1945)


Land use pattern is built around several
discrete centers, instead of one
Other centers have their own functions
Zones are not created based on distance
from CBD

Perbandingan antara sectoral and multle nuclei model

Perbandingan teori yang berangkat dari pendekatan ekonomi

Central Place Theory

Proposed by Walter Christaller (1933)


Normative approach to modelling the distribution
of settlements and services
Economic relationship between cities and
surrounding regions
Hexagonal market areas based on two basic
concepts: threshold and range
Threshold: minimum level of demand needed to
maintain a service
Range: maximum distance a consumer is willing to travel to purchase that
service
A hierarchy of service centers, with a large number of small centers
providing basic services and increasingly smaller numbers of high-order
centers providing more goods in addition to basic services
Assumption about human behavior:
Consumer will always purchase from the closest central place that offer
particular good
Whenever threshold purchasing power for a good is obtained at a central
place, an entrepreneur will offer the good; whenever the demand for a good
drops below threshold, the good will no longer be offered

2.2.4 Infrastruktur wilayah dan kota


Hubungan pengembangan infrastruktur dan perencanaan wilayah dan kota: a)
pengembangan infrastruktur membutuhkan lahan sehingga harus direcanakan
agar efisien; b) sistem infrastruktur akan menjadi kerangka bagi pola
pemanfaatan ruang kota; c) sistem jaringan tidak terikat pada batas administrasi
di dalam kota.
Jenis jenis infrastruktur wilayah dan kota: transportasi, energi, air bersih,
persampahan dan limbah, telekomunikasi.
Pengembangan infrastruktur juga dilakukan paralel dengan penyediaan fasilitas
sosial; meliputi fasilitas kesehatan, pendidikan, perdagangan, pariwisata, dan
sebagainya.
Beberapa permasalahan pengembangan infrastruktur wilayah dan kota: a) kesulitan
dalam praktik untuk memastikan pembangunan infrastruktur sesuai dengan
perencanaan wilayah dan kota; b) adanya permasalahan kewenangan, koordinasi,
dan pemberlakukan rencana tata ruang sebagai landasan bagi pembangunan
infrastruktur; c) persoalan pendanaan yang timbul akibat pendekatan sektoral di
dalam penganggaran; d) persoalan territorial dan jangkauan pelayanan serta
sinergi rencana tata ruang dengan masing-masing sektor infrastruktur; e)
kecepatan pembangunan dan pengembangan.

2.2.5 Ekonomi perkotaan


Tahap perkembangan kota: Export specialization Export complex Economic
Maturation
2.2.6 Penduduk kota
Penduduk kota dan urbanisasi (De Bruijne, 1987).
Suatu fenomena yang mencakup: Pertumbuhan persentase penduduk yang
bertempat tinggal di perkotaan, baik secara mondial, nasional, maupun regional;
Berpindahnya peduduk ke kota-kota dari perdesaan; Bertambahnya penduduk
bermatapencaharian non-agraris di perdesaan; Tumbuhnya suat permukiman
menjadi kota; Mekarnya atau meluasnya struktur artefaktial-morfologis suatu kota
di kawasan sekitarnya; Meluasnya pengaruh suasana ekonomi kota ke perdesaan;
Meluasnya pengaruh suasana sosial, psikologis, dan kultural kota ke perdesaan.
Pertumbuhan penduduk kota dan urbanisasi (Hauser & Gardner, 1985)
Urbanisasi baru dapat terjadi apabila laju pertumbuhan penduduk perkotaan lebih
besar daripada laju pertumbuhan penduduk perdesaan. Dengan kata lain apabila
laju pertumbuhan keduanya sama, urbanisasi dapat dikatakan tidak terjadi.

2.3 Perencanaaan dan Peremajaan kota


2.3.1 Teori perencanaan
Klosterman (1996), Argumen perlunya dilakukan perencanaan pada domain publik
1) Argumen ekonomi: perencanaan dibutuhkan karena mekanisme pasar
terbukti tidak mampu menyediakan berbagai kebutuhan barang dan pelayanan
yang dibutuhkan masyarakat; 2) Argumen pluralist: perencaan dibutuhkan untuk
mengatur relasi kekuasaan dan kesetaraan di dalam masyarakat; 3) Argumen
tradisional: dominasi perencana dan arsitek sebagai motor proses perencanaan
dan pembangunan secara umum; serta 4) Argumen Marxist: perencana dan
perencanaan sebagai aktor dan proses yang dapat melawan dominasi pola
kapitalistik di dalam pembangunan.
Klasifikasi perencanaan sebagai proses; perencanaan dari atas (top-down) dan
bawah (bottom-up).
Brooks (2002)1,memberikan
konseptualisasi atas lokus dan
moda perencanaan serta peran
perencana yang timbul sebagai
konsekuensi logis atas kombinasi
lokus dan moda perencanaan.
2.3.2 Teori lokasi dan pola keruangan
Teori Lokasi Pertanian dikembangkan bermula dari teori Von Thunen ;
o Pasar merupakan hal utama yang perlu dipertimbangkan dalam
melakukan budi-daya komoditas pertanian secara komersial.
o Semakin mudah rusak suatu komoditas pertanian maka semakin dekat
seharusnya ke pasar, sebaliknya semakin tahan lama suatu komoditas
pertanian maka dapat semakin jauh dari pasar.
o Asumsi yang dipergunakan adalah lahanbersifat homogen.
1 Brooks, M.P., 2002, Planning Theory for Practicioners, Chicago: Planners Press American Planning Association

Teori Lokasi Industri menurut Weber lokasi suatu industry ditentukan


dengan pertimbangan berbagai factor industry seperti :
o bahan baku,
o tenaga kerja,
o transportasi,
o pasar,
o tenaga ahli dan manajemen,
o bahan bakar,
o teknologi.
o Dsb. sesuai dengan jenis industrinya.
Teori Lokasi PusatPermukiman, pusat-pusat permukiman bersifat hirarkis
dimana suatu system permukiman terdiri dari sub-sub permukiman dan
seterusnya. Teori Tempat Pusat (Central Place Theory) dari Walter Christaller
merupakan landasan dasar dari penentuan hirarkis pusat-pusat permukiman.
Pada setiap tingkatan hirarkis terdapat bberbagai fasilitas umum dan social
sesuai tingkatannya ( sekolah, rumah sakit, tempat ibadah, gedung
pertemuan dan sebagainya).

2.3.4 Sistem perumahan


Perspektif dasar pembangunan sistem perumahan House as a verb and as a noun
(Turner, 1976); Implikasi 1) Perumahan sebagai komoditas ekonomi, dilihat
hanya dari sudut pandang supply-demand serta dibiarkan dikelola oleh pasar; 2)
Perumahan sebagai kebutuhan dasar, rumah sebagai hak warga negara sehingga
Negara memiliki kewajiban untuk menyediakan perumahan bagi masyarakat; 3)
Perumahan di dalam kerangka welfare state, implikasinya adalah mass production
dan prefabrication; serta 4) Perumahan sebagai pemenuhan kebuthan diri sendiri
(self reliance).
Isu isu di dalam sistem pengembangan perumahan: a) peningkatan kualitas
perumahan kumuh, b) penyediaan perumahan secara berimbang, c) keberadaan
2.3.5 Perencanaan transportasi
Transportasi adalah perpindahan seseorang atau barang dari suatu tempat ke
tempat lain Robinson (1978).

Kota kota dunia dengan kualitas hidup yang baik, pada umumnya menerapkan
konsep transit-oriented development (TOD) konsep dimana sistem transportasi
merupakan tulang punggung utama pembentuk struktur kota. Pada konsep ini
simpul transportasi terintegrasi dengan pusat pusat aktivitias serta konektivitas
antar moda diprioritaskan. Sebagai dampak langsungnya, masyarakat pada
umumnya dapat mengandalkan penggunaan moda transportasi publik
dibandingkan milik sendiri sehingga dapat mengatasi kemacetan.

2.3.6 Aspek kebencanaan dalam perencanaan


Aspek kebencanaan merupakan termasuk aspek yang dipertimbangkan dalam
perencanaan kontemporer.
Aspek kebencaan dalam perencanaan dapat dilakukan dengan memahami bahwa
proses dan produk perencanaan dipengaruhi dan mempengaruhi risiko bencana
yang dihadapi oleh suatu wilayah/kota.
Secara umum, para ahli bersepakat bahwa Risiko bencana (R) merupakan fungsi
dari Bahaya (H), Kerentanan (V), dan Kapasitas (C) R = (H x V) / C Dengan
demikian, perencanaan dapat berperan untuk mengurangi kerentanan ataupun
meningkatkan kapasitas terhadap kejadian bencana. Dalam hal ini, perspektif
yang perlu dibangun ialah perencanaan sebagai cara pengurangan risiko bencana
(mitigasi bencana).
Perencanaan sendiri dapat berperan di dalam menentukan item mitigasi bencana
struktural (misalnya pembangunan bangunan evakuasi tsunami, banjir kanal, dll)

maupun mitigasi non-struktural (misal: pendidikan kebencanaan, penguatan


komunitas, dll).

2.3.7 Perencanaan partisipatif


Argumen terhadap kemunculan perencanaan partisipatif
o Dalam konteks Indonesia bahwa perencanaan top-down telah gagal dalam
mengantarkan pembangunan yang berkelanjutan sehingga perlu diganti
dengan perencanaan yang berasal dari bawah (bottom-up) (Adisasmita, 2006)2.
o Perencanaan top-down dan pengaturan keseimbangan antara peran pemerintah
dan pasar telah gagal dalam mengantarkan layanan kebutuhan bagi
masyarakat, gagal mengetengahkan kehidupan yang berkelanjutan dari dimensi
lingkungan dan sosial (Ife dan Tesoriero, 2006) 3.
Urgensi perencanaan partisipatif (Conyers, 1991)
o partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi
mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat yang tanpa
kehadirannya program pembangunan akan menemui kegagalan.
o masyarakat akan lebih mempercayai kegiatan atau program pembangunan jika
merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya hal ini
berkaitan dengan pengetahuan detail program pembangunan dan keberadaan
rasa memiliki
o Partisipasi merupakan manifestasi hak demokrasi masyarakat dalam proses
pembangunan.
Partisipasi adalah keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam
pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan
(implementasi) program/proyek pembangunan yang dikerjakan masyarakat lokal
(Adisasmita, 2006:38).
Osborne (2005) menguraikan karakteristik perencanaan partisipatif sebagai berikut:
a) setiap warga memiliki suara dalam pembuatan keputusan, b) dilakukan dalam
konteks tunduk pada peraturan hukum, c) adanya keterbukaan, d) ketanggapan
terhadap suara dan potensi masyarakat, e) berorientasi pada kesepakatan
bersama, f) dilakukan dan diimplementasikan secara bertanggungjawab, g)
mengedepankan keadlian, dan h) dilakukansecara efektif dan efisien.

2.3.8 Perencanaan dan politik


Aktor perencanaan: The prince (1st system), pembangunan oleh penguasa; the
merchant (2nd system), pembangunan oleh sektor privat, dan the citizen (3rd
system), pembangunan oleh masyarakat dengan endogenous potential,
berorientasi pada self-reliance, pemebuhan basic needs, dan partisipasi.
2 Adisasmita, R., 2006, Pembangunan perdesaan dan Perkotaan, Yogyakarta: Graha Ilmu
3 Ife J., Tesoterio, F., 2006, Community Development: Community-Based Alternatives in an Age of Globalisation,
Pearson Education Australia

Aspek politik dalam perencanaan, paradigma yang bergeser karena: a)


Perkembangan kota sukar dikendalikan sehingga harus direncanakan dan
diakomodasikan; b) Pengambilan keputusan dalam pembangunan kota lebih
banyak dilakukan oleh perorangan atau organisasi, bukan semata-mata oleh
pemerintah kota; c) Keterbatasan pemerintah dlm mempengaruhi sistem kota
secara efektif sehingga aspek tsb diserahkan kepada mekanisme pasar; d) Adanya
kendala keterbatasan sumberdaya yang dihadapi pemerintah, baik secara
nasional maupun lokal (terutama keterbatasan finansial); e) Kenyataan bahwa
standar pelayanan sulit diterapkan pada masyarakat (isu affordability),
menerapkan harga (price) pada pelayanan tersebut (isu cost recovery), serta
bagaimana penyediaan pelayanan tersebut dapat dialokasikan pada yang
membutuhkan (isu equity dan replicability), sehingga pelayanan tersebut dapat
dinikmati oleh kelompok tertentu.
Di dalam sistem demokrasi yang dipromosikan secara global, dimensi politik
berperan untuk menjamin akuntabilitas proses dan produk perencanaan. Sebagai
konsekuensi langsung, di dalam proses perencanaan, aspek partisipasi
masyarakat perlu ditingkatkan untuk menjamin akuntabilitas sosial. Lebih lanjut,
proses pemantauan dan evaluasi atas implementasi rencana juga perlu dilakukan
melalui law enforcement serta penguatan check-and-balance antar lembaga
sebagai bentuk akuntabilitas horizontal. Pada akhirnya, masyarakat juga perlu
mendapatkan edukasi politik agar memilih aktor di lembaga eksekutif (gubernur /
walikota) maupun legislatif yang memiliki visi perencanaan serta dapat
mengimplementasikan rencana; hal ini sebagai bentuk akuntabilitas vertikal.
2.3.9 Esensi dan manfaat peremajaan kota

2.3.10 Pengembangan kawasan pesisir


Hubungan antar 10 Ekosistem pesisir (Burbridge & Marangos, 1985, dalam Dahuri,
et.al.,1996)

Delineasi wilayah pesisir

Isu / permasalahan yang dihadapi perencanaan wilayah pesisir: a) over-eksploitasi


SDA, misalnya overfishing; b) ancaman terhadap biodiversitas dan kepunahan
spesies; c) perusakan ekosistem; d) pencemaran dan sedimentasi; e) bencana
alam dan perubahan iklim.
Urgensi perencanaan wilayah pesisir untuk dikelola secara terpadu: a) sangat
produktif dan mengandung potensi pembangunan yang tinggi; b) kawasan pesisir
merupakan multiple-use zone; c) Kawasan pesisir menerima dampak negatif
berupa pencemaran, sedimentasi, dan perubahan regim hidrologi akibat aktivitas
manusia & pembangunan di daratan dan juga laut lepas; d) 65% masyarakat
pesisir masih miskin (BPS, 1998), juga dibanyak masyarakat pesisir di negara
berkembang; e) Kawasan pesisir rentan (vulnerable) terhadap perubahan
lingkungan; f) Kawasan pesisir merupakan sumberdaya milik bersama (common
property resource), sehingga pola pemanfaatannya cenderung bersifat open
access, yang mengakibatkan tragedy of the commons.
Konsep penting: Integrated Coastal Zone Management a continuous and
dynamic process by which decisions are made for the sustainable use,
development, and protection of coastal and marine areas and resources
(Cicin-Sain and Knect, 1998).

2.4 Pengelolaan kota


2.4.1 Pengelolaan infrastruktur, transportasi
Problem sosial ekonomi perkotaan faktor penyebab munculnya proble, sebabakibat, toleransi sosial masyarakat, solusi sosial-ekonomi perkotaan
2.4.2 Pengembangan komunitas perkotaan
Perlu disadari bahwa terminologi komunitas dapat digunakan dalam berbagai
konteks dan memiliki makna bergantung pada konteksnya. Secara singkat,
komunitas di perkotaan dapat terbentuk berkaitan dengan aspek geografis
(misalnya: berada pada kelurahan yang sama), atau fungsi/kepentingan tertentu
(misalnya: komunitas keagamaan, hobi, dll). Sebagai ruang kehidupan bagi
masyarakat yang heterogen, kelompok-kelompok masyarakat di perkotaan
umumnya membentuk komunitas masing-masing, baik secara formal/informal
ataupun terikat/sukarela.
Komunitas dapat dikategorikan sebagai pendekatan maupun tujuan. Sebagai
pendekatan, komunitas ialah tindakan berkelompok dan bersama untuk mencapai
sesuatu yang berguna / dijadikan tujuan bersama oleh komunitas dan individu.
Sebagai tujuan, komunitas adalah titik akhir untuk mempertahankan kebersamaan
dan gaya hidup.
Pengembangan komunitas juga menjadi sangat penting bagi perencanaan kota
karena dianggap dapat menjadi cara untuk menignkatkan kualitas kehidupan
masyarakat perkotaan (misalnya: komunitas masyarakat berpenghasilan rendah
dan/atau tinggal di kawasan kumuh). Bentuk/pendekatan/entry point
pengembangan komunitas perkotaan; self-help approach, technical assistance,
atau social conflict. (Rothman:1974, Chin & Benne:1976, Crowfoot & Chesler:
1976)
o Self-help merupakan strategi pembangun sebuah komunitas, yang terdiri dari
perencanaan, pembuatan kebijakan, dan pemecahan persoalan (Christenson and
Robcation, 1980); Pendekatan self-help tersebut tidak hanya menekankan pada
apa yang diraih oleh komunitas, tetapi lebih penting, bagaimana meraihnya.
o Technical assistance pada dasarnya menitikberatkan pengembangan komunitas
dengan memberikan dukungan teknis (baik berupa barang, jasa, maupun

keahlian) dan sebatas pada perbaikan struktur yang ada di dalam komunitas;
daripada berupaya menggantikan dengan struktur yang baru. Secara singkat,
pengembangan komunitas ditekankan pada transfer know-how
o Pendekatan melalui konflik pada dasarnya berupaya mempertemukan dan
memunculkan permasalahan yang ada di tengah masyarakat agar debat dan
dan diskusi atas permasalahan tersebut dilakukan. Di dalam pengembangan
masyarakat, dimungkinkan pula keberadaan pihak ketiga sebagai fasilitator
resolusi konflik.
Konsep kunci: community organizing, leadership, organizational development,
kerjasama antar organisasi
Konsep pengembangan kapasitas komunitas (Chaskin 2001)
2.4.3 Isu kesehatan dan lingkungan perkotaan
Millennium Development Goals di bidang kesehatan dan keterkaitannya dengan
perencanaan kota:
o Peningkatan kualitas hidup di kawasan padat penduduk, termasuk di dalamnya
slum upgrading
o Isu penyediaan fasilitas kesehatan perkotaan.
Isu isu lingkungan perkotaan
o Kota sebagai sumber emisi yang memperparah kejadian perubahan iklim
perlunya mitigasi perubahan iklim (berbeda dengan mitigasi pada konteks
bencan), yang dimaksud ialah usaha pengurangan emisi gas rumah kaca yang
dihasilkan berbagai kegiatan di perkotaan; misalnya usaha mitigasi di sektor
transportasi, industri, persampahan, bangunan, dll.
o Kota sebagai area yang akan terpapar dampak dari perubahan iklim perlunya
adaptasi perubahan iklim, yang dimaksud ialah usaha untuk mengurangi
dampak negatif yang mungkin terjadi pada suatu kota; misalnya usaha untuk
mengatur perumahan di tepi pantai agar tidak terpapar kenaikan muka air laut,
dll (dalam hal ini, adaptasi perubahan iklim sangat beririsan dengan konsep
mitigasi pada manajemen bencana).
o Pencemaran udara, air, dan tanah di kawasan perkotaan.
2.4.5 Masa depan perkotaan
Tantangan dan implikasi masa depan perkotaan (Devas dan Rakodi, 1992):
o Pertumbuhan kota yang sangat pesat
o Implikasi pertumbuhan kota terhadap kebutuhan prasarana dan sarana
perkotaan
o Mengapa pertumbuhan kota-kota terus berlanjut ?
o Apakah pertumbuhan kota-kota sesuatu yang baik atau buruk ?
o Dapatkah pertumbuhan perkotaan dikendalikan ?
o Apa dan bagaimana pemerintah melakukan intervensi dalam pembangunan
perkotaan?
Tantangan akibat pertumbuhan penduduk di perkotaan yang terus berlanjut

2.4.6 Kota-kota di Dunia

2.4.7 Kota di Negara berkembang


Fenomena kota utama di Asia Tenggara (Hans-Diever Evers dan R. Korff: 2000)
Modernisasi dan kota global
o Salah satu faktor penyebab berhasilnya modernisasi adalah kebijakan yang
mengarah kepada integrasi internasional. Faktor inilah yang mendorong
perubahan khas kota-kota besar Asia Tenggara.
o Kota-kota utama (primate cities) berubah menjadi metropolis, yang memiliki
keterkaitan sama besar dengan negara sendiri dan dengan
masyarakat metropolitan global.
o Kota utama adalah tempat terartikulasinya globalisasi, integrasi nasional,
dan lokalisasi.
o Proses globalisasi, integrasi nasional dan lokalisasi ini berakar di dan menyebar
jauh ke luar metropolis, ketiganya berlangsung di kota sehingga menimbulkan
ambivalensi Kota ini bukan kota global, bukan kota
nasional atau lokal,
tetapi kombinasinya ketiganya.
Semua kota besa Asia Tenggara memiliki ciri primate cities (kota utama) yang
sangat menonjol (Chong, 1976) : Semua ibukota negara di Asia Tenggara
pastilah terbesar di negaranya; Penduduknya beberapa kali lipat dari jumlah

penduduk di kota kedua; Memiliki pelabuhan terbesar; Merupakan tempat


kedudukan kantor pusat bisnis dan pemerintahan; Sebagai pusat kebudayaan
dan sosial; Merupakan lokasi utama bagi produksi industri

2.4.8 Kota di negara maju

2.4.10 Ciri khas kota-kota Eropa, Amerika, Asia, Afrika, Australia

Gambar Ciri khas Struktur Kota peninggalan kolonialisme di Asia Tenggara


Tambahan land value, land price and rent, planning process, MDGs and global
issue, disaster

Anda mungkin juga menyukai