OLEH:
GABRIELA LAHEMA
XII MIA 1
KATA PENGANTAR
Terimakasih kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas anugerah-Nya saya bisa
menyelesaikan makalah Fenomena dan Konsep Kuantum ini. Saya juga berterimakasih kepada
seluruh pihak yang terlibat dalam pembuatan makalan ini. Kiranya isi dari makalah ini bisa
bermanfaat bagi kita semua.
Saya menyadari bahwa sesungguhnnya makalah ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
saya meminta kritik dan saran dari semua pembaca yang terlibat.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dasar dimulaianya periode mekanika kuantum adalah ketika mekanika klasik tidak
bisamenjelaskan gejala-gejala fisika yang bersifat mikroskofis dan bergerak dengankecepatan
yang mendekati kecepatan cahaya.
Oleh karena itu, diperlukan cara pandangyang berbeda dengan sebelumnya dalam menjelaskan
gejala fisika tersebut.Teori atom mengalami perkembangan mulai dari teori atom John Dalton,
Joseph JohnThomson, Ernest Rutherford, dan Niels Henrik David Bohr. Perkembangan teori
atommenunjukkan adanya perubahan konsep susunan atom dan reaksi kimia antaratom.
Kelemahan model atom yang dikemukakan Rutherford disempurnakan oleh
Niels Henrik David Bohr. Bohr mengemukakan gagasannya tentang penggunaan tingkat
energielektron pada struktur atom. Model ini kemudian dikenal dengan model atomRutherfordBohr. Tingkat energy elektron digunakan untuk menerangkan terjadinyaspektrum atom yang
dihasilkan oleh atom yang mengeluarkan energi berupa radiasi cahaya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Radiasi Benda Hitam?
2. Apakah yang dimaksud dengan dualisme cahaya?
C. Tujuan
Mengetahui tentang Radiasi Benda Hitam dan Dualisme Cahaya
BAB II
ISI
A. Radiasi Benda Hitam
Teori kuantum diawali oleh fenomena radiasi benda hitam. Istilah benda hitam pertama kali
diperkenalkan oleh Gustav Robert Kirchhoff pada tahun 1862. Dalam Fisika, benda hitam (atau
blackbody) adalah sebutan untuk benda yang mampu menyerap kalor radiasi (radiasi termal)
dengan baik. Radiasi termal yang diserap akan dipancarkan kembali oleh benda hitam dalam
bentuk radiasi gelombang elektromagnetik, sama seperti gelombang radio ataupun gelombang
cahaya. Untuk zat padat dan cair, radiasi gelombangnya berupa spektrum kontinu, dan untuk gas
berupa spektrum garis. Meskipun demikian, sebenarnya secara teori dalam Fisika klasik, benda
hitam memancarkan setiap panjang gelombang energi yang mungkin agar supaya energi dari
benda tersebut dapat diukur. Temperatur benda hitam itu sendiri berpengaruh terhadap jumlah
dan jenis radiasi elektromagnetik yang dipancarkannya. Benda hitam bersuhu di bawah 700
Kelvin dapat memancarkan hampir semua energi termal dalam bentuk gelombang inframerah,
sehingga sangat sedikit panjang gelombang cahaya tampak. Jadi, semakin tinggi suhu benda
hitam, semakin banyak energi yang dapat dipancarkan dengan pancaran radiasi dimulai dari
panjang gelombang merah, jingga, kuning hingga putih.
Meskipun namanya benda hitam, objek tersebut tidak harus selalu berwarna hitam. Sebuah benda
hitam dapat mempunyai cahayanya sendiri sehingga warnanya bisa lebih terang, walaupun benda
itu menyerap semua cahaya yang datang padanya. Sedangkan temperatur dari benda hitam itu
sendiri berpengaruh terhadap jumlah dan jenis radiasi elektromagnetik yang dipancarkannya.
Dalam percobaan Fisika sederhana, benda atau objek yang paling mirip radiasi benda hitam
adalah radiasi dari sebuah lubang kecil pada sebuah rongga.
Dengan mengabaikan bahan pembuat dinding dan panjang gelombang radiasi yang masuk, maka
selama panjang gelombang datang lebih kecil dibandingkan dengan diameter lubang, cahaya
yang masuk ke lubang itu akan dipantulkan oleh dinding rongga berulang kali serta semua
energinya diserap, yang selanjutnya akan dipancarkan kembali sebagai radiasi gelombang
elektromagnetik melalui lubang itu juga. Lubang pada rongga inilah yang merupakan contoh dari
sebuah benda hitam. Temperatur dari benda itu akan terus naik apabila laju penyerapan energinya
lebih besar dari laju pancarannya, sehingga pada akhirnya benda hitam itu mencapai temperatur
kesetimbangan. Keadaan ini dinamakam dengan setimbang termal (setimbang termodinamik).
1. Intensitas Radiasi
Gustav Kirchoff (1859) mengemukakan teorema termodinamika sebagai berikut ini Jika suatu
benda berada dalam kesetimbangan termal, maka daya radiasi yang dipancarkan akan sebanding
dengan daya radiasi yang diserapnya. Besarnya daya radiasi per satuan luas disebut intensitas
radiasi, yang sesuai dengan pernyataan hukum Stefan Boltzman daya total per satuan luas yang
dipancarkan pada semua frekuensi oleh suatu benda adalah sebanding dengan pangkat empat dari
suhu mutlaknya. Berdasarkan hukum Stefan Boltzman tersebut maka dapat dirumuskan sebagai
berikut.
Daya adalah energi kalor yang dipancarkan tiap satuan waktu P = Qt, sehingga besarnya daya
radiasi atau energi radiasi kalor tiap satuan waktu adalah sebagai berikut.
Keterangan:
I = Intensitas radiasi (W/m2);
Q = Energi kalor yang diradiasikan (J);
e = Koefisien emisivitas benda;
= Tetapan Stefan Boltzman (5,67 x 10-8 W.m-2.K-4);
P = daya radiasi (W atau J/s);
t = waktu pemancaran (s);
A = Luas permukaan benda (m2); dan
T = Suhu mutlak benda (K).
Emisivitas benda adalah kemampuan benda untuk memancarkan energi (gelombang
elektromagnetik). Harga koefisien emisivitas benda hitam sempurna adalah 1 karena benda hitam
sempurna adalah pemancar dan penyerap kalor paling baik, sedangkan untuk benda putih
sempurna emisivitasnya adalah 0 karena benda putih sempurna merupakan pemancar dan
penyerap kalor paling buruk.
Fenomena di awal menunjukkan bahwa, warna hitam memiliki emisivitas yang lebih besar
dibandingkan warna putih, sehingga daya radiasi yang diserap oleh warna hitam akan bernilai
lebih besar. Berdasarkan teori tersebut, jika kita menjemur pakaian berwarna hitam, maka akan
lebih cepat kering dibandingkan baju berwarna putih.
4. Teori Planck
Max Planck, ahli fisika dari Jerman, pada tahun 1900 mengemukakan teori kuantum. Planck
menyimpulkan bahwa atom-atom dan molekul dapat memancarkan atau menyerap energi hanya dalam
jumlah tertentu. Jumlah atau paket energi terkecil yang dapat dipancarkan atau diserap oleh atom atau
molekul dalam bentuk radiasi elektromagnetik disebut kuantum.
Tokoh Fisika Max Planck
Seorang ahli fisika Jerman, Max Planck, mengumumkan bahwa dia mempunyai hipotesa yang
berani. Max Planck mengemukakan radiant energi (energi gelombang cahaya) tidaklah mengalir dalam
arus yang kontinyu, tetapi terdiri dari potongan-potongan yang disebutnya quanta. Hipotesa Planck yang
bertentangan dengan teori klasik tentang cahaya dan elektro magnetik ini merupakan titik mula dari teori
kuantum yang sejak itu merevolusionerkan bidang fisika dan menyuguhkan kita pengertian yang lebih
mendalam tentang alam benda dan radiasi.
Teori Kuantum Max Planck
Planck menemukan bahwa energi foton (kuantum) berbanding lurus dengan frekuensi cahaya.
E=h.
dengan:
E=energi (J)
h=konstantaPlanck6,626 1034J. s
= frekuensi radiasi (s1)
Salah satu fakta yang mendukung kebenaran dari teori kuantum Max Planck adalah efek fotolistrik,
yang dikemukakan oleh Albert Einstein pada tahun 1905. Efek fotolistrikadalah keadaan di mana
cahaya mampu mengeluarkan elektron dari permukaan beberapa logam (yang paling terlihat adalah
logam alkali) (James E. Brady, 1990).
Susunan alat yang dapat menunjukkan efek fotolistrik ada pada gambar percobaan efek fotolistrik.
Elektrode negatif (katode) yang ditempatkan dalam tabung vakum terbuat dari suatu logam murni,
misalnya sesium. Cahaya dengan energi yang cukup dapat menyebabkan elektron terlempar dari
permukaan logam. Elektron tersebut akan tertarik ke kutub positif (anode) dan menyebabkan aliran listrik
melalui rangkaian tersebut.
Memperlihatkan susunan alat yang menunjukkan efek fotolistrik, Seberkas cahaya yang ditembakkan
pada permukaan pelat logam akan menyebabkan logam tersebut melepaskan elektronnya. Elektron
tersebut akan tertarik ke kutub positif dan menyebabkan aliran listrik melalui rangkaian tersebut.
Einstein menerangkan bahwa cahaya terdiri dari partikel-partikel foton yang energinya sebanding dengan
frekuensi cahaya. Jika frekuensinya rendah, setiap foton mempunyai jumlah energi yang sangat sedikit
dan tidak mampu memukul elektron agar dapat keluar dari permukaan logam. Jika frekuensi (dan energi)
bertambah, maka foton memperoleh energi yang cukup untuk melepaskan elektron (James E. Brady,
1990). Hal ini menyebabkan kuat arus juga akan meningkat.
Energi foton bergantung pada frekuensinya.
E = h . atau E = h . (c/)
dengan:
h = tetapan Planck (6,626 1034J dt)
= frekuensi (Hz)
c = kecepatan cahaya dalam vakum (3 108 m det1)
= panjang gelombang (m)
Teori efek fotolistrik yang dikemukakan Einsten tersebut membuktikan kebenaran dari teori kuantum max
planck.
B. Dualisme Cahaya
Pada mulanya , banyak fisikawan yang menganggap cahaya sebagai gelombang . hal ini
diperkuat adanya difraksi, polarisasi, refraksi, refleksi dan interferensi yang sesuai dengan sifat
umum gelombang. Akan tetapi ketika para fisikawan menemukan radiasi benda hitam, efek foto
listrik dan efek Compton, asumsi cahaya sebagai gelombang tidak dapat menjelaskan fenomenafenomena tersebut . Kemudian muncullah pandangan bahwa cahaya sebagai partikel. Sebagai
analoginya, anda bias memeprhatikan gambar , perbedaan cahaya jika diasumsikan sebagai
gelombang dan sebagai partikel . Dengan asumsi sebagai gelombang , cahaya dipancarkan
sebagai rambatan gelombang yang kontinu. Adapaun dengan asumsi sebagai partikel , cahaya
dipancarkan dalam bentuk paket-paket energy yang disebut foton.
Apabila bukit potensila dipertinggi , suatu saat ampermeter yang dipasang dibalik bukit
menunjukkan angka nol. Ini berarti energy electron tidak cukup lagi untuk melewati bukit
potensial sehingga besarnya potensial henti V0 bersesuaian dengan energy kinetiknya electron
Ek = e. V0
m v2 = e. V0
Hasil-hasil percobaan yang seksama menunjukkan bahwa :
1. Makin besar intensitas cahaya, semakin banyak elektron-elektron yang diemisikan.
2. Kecepatan elektron-elektron yang diemisikan hanya bergantung kepada frekwensi
cahaya, makin besar frekwensi cahaya makin besar pula kecepatan elektron yang
diemisikan.
3. Pada frekwensi cahaya yang tertentu (frekwensi batas) emisi elektron dari logam tertentu
sama.
Pada tahun 1901, Planck mengetengahkan hipotesa bahwa cahaya (gelombang elektromagnetik)
harus dianggap sebagai paket-paket energi yang disebut foton. Besar paket energi tiap foton
dirumuskan sebagai :
E=h.f
E = Energi tiap foton dalam Joule.
f = Frekwensi cahaya.
h = Tetapan Planck yang besarnya h = 6,625 .10 34 J.det
Cahaya yang intensitasnya besar memiliki foton dalam jumlah yang sangat banyak. Tiap-tiap
foton hanya melepaskan satu elektron. Kiranya mudah dipahami bahwa semakin besar intensitas
cahaya semakin banyak pula elektron-elektron yang diemisikan.
Tiap foton yang datang pada logam, sebagian energinya digunakan untuk melepaskan elektron
dan sebagian menjadi energi kinetik elektron. Jika energi yang diperlukan untuk melepaskan
elektron sebesar W0 dan energi yang menjadi energi kinetik sebesar Ek maka dapat ditulis
persamaan :
E = W0 + Ek
h . f = W0 + mv2
Dari persamaan nampak jelas, makin besar frekwensi cahaya, makin besar kecepatan yang
diperoleh elektron. Bila frekuensi cahaya sedemikian sehingga h.f = W0, maka foton itu hanya
mampu melepaskan elektron tanpa memberi energi kinetik pada elektron. Penyinaran dengan
cahaya yang frekuensi lebih kecil tidak akan menunjukkan gejala foto listrik.
Sifat Gelombang Materi
Hipotesa de Brogile menunjukan bahwa partikel mempunyai sifat gelombang, sehingga setiap
materi yang bergerak akan bersifat sebagai gelombang dan disebut gelombang de Brogile
Gelombang de Brogile dinyatakan dengan persamaan:
dirumuskan sebagai h c/ lamda , jelaslah bahwa energy foton setelah tumbukan akan berkurang.
Didapat dengan hasil perhitungan persamaan hamburan foton :
Efek Compton menyatakan bahwa foton dapat dianggap sebagai partikel yang bergerak sehingga
mempunyai momentum sebesar:
Tumbukan foton dengan elektron berdasarkan percobaan compton, dapat disimpulkan bahwa
setelah tumbukan:
hipotesa max planck : cahaya adalah pancaran gelombang elektromagnetik berupa paket
paket energi yang terkuantisasi yang disebut kuanta (kuantum).
Sinar X
Terjadinya sinar X merupakan kebalikan dari efek fotolistrik dan memenuhi persamaan:
1.
2.
3.
Sifat-sifat sinar X:
Tidak dibelokan oleh medan magnet maupun medan listrik.
mempunyai daya tembus sangat tinggi.
Dapat menghitamkan pelat foto.
Persamaan :
BAB III
PENUTUP
Demikianlah makalah tentang Fenomena dan Konsep Kuantum yang telah penulis buat. Kiranya
isi dari makalah ini dapat bermanfaat serta menambah wawasan penulis maupun pembaca.
Penulis menyadari bahwa isi dari makalah ini tidaklah sempurna dikarenakan terbatasnya sumber
informasi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dari semua pembaca demi melengkapi
kekurangan yang ada di makalah ini.
Daftar Pustaka
http://www.rumus-fisika.com/2015/06/fenomena-radiasi-benda-hitam.html
https://tvbelajar.wordpress.com/radiasi-benda-hitam/
http://www.onfisika.com/2013/01/dualisme-gelombang-cahaya-sebagai.html
http://novhietadrisfisikawalisongo.blogspot.co.id/2012/06/dualisme-gelombang-partikel.html