Anda di halaman 1dari 2

1.

Kriteriadiagnostik
yang
tidaksamadengan
BPJS,
misal
di
obsginuntukpostermitu 40 mg sedangkan WHO dan BPJS 42 minggu, beda
abortus dengan iufd, kalsifikasi plasenta tidak terdapat dalam ICD X,
tumor besarnya 1x1 cm kok di OK, perbedaan hasil PA, dll yang mungkin
telah dikonfirmasi ke bagian atau dokter spesialis tersebut, mohon untuk
ditindaklanjuti sehingga tidak menggangu pelayanan, atau bagian
tersebut membuat kriteria diagnostik, atau penjelasan tertulis
berdasarkan referensi dan keilmuan setiap departemen.
2. Pasien dirawat, direncanakan untuk operasi tapi gagal operasi dikarenakan
oleh berbagai hal, ini tidak bisa ditanggung oleh BPJS dan menjadi
tanggungan
rumah
sakit,
sehinggga
direncanakan
pasien
rencanaoperasielektif harus melalui pemeriksaan menyeluruh di poli
(perioperatif), pemberian informed consent yang komprehensif, pasien
dan keluarga sudah mengerti secara meyakinkan, sehinggga pasien
masuk sudah siap operasi dan meminimalkan gagal operasi.
3. Pada kasus2 tertentu BPJS tidak mau menerima klaim, misal pasien fraktur
yang harusnya dikerjakan bedah ortopedi tp dikerjakan bedah umum,
pasien struma antara THT dengan bedah, pasien cedera kepala antara
bedah dengan neurologi, ini sangat dimungkinkan karena kita belum
pernah memberikan clinical previlige yang ditandatangani oleh komite
medis dengan direktur rumah sakit, sehingga BPJS tidak salah bila
berpandangan seperti itu, diputuskan untuk dibuaatkan clinical previlige
yang merupakan acuan dokter sekaligus BPJS sebagai provider.
4. Tindakan tindakan yang berlebihan (over treatment) seperti pasien PEB
apakah harus masuk ICU/HCU, pemasangan CVP yang disinyalir tidak ada
indikasi medis, penyuntikan intra artikuler/blok, yang mana akan
menghabiskan biaya paket yang di bayarkan oleh BPJS, karena hal2
tersebut tidak menambah paket pembayaran yang ada, mohon agar
diberikan alasan kenapa pasien tersebut dilakukan tindakan tersebut,
intinya agar keilmuaan yang ada selalu dilandasi oleh etika, layak tidak
layak, patut tidak patut.
5. Tuntutan sejawat dokter umum sebagai mitra dokter spesialis yang perlu
di upgrade keilmuannya dan kewajiban kita untuk mengajari mereka,
selain tuntutan profesional, sehingga di putuskan bahwa komite medik
berkewajiban melalui sub komite mutu untuk membuat timeline,
departemen tertentu memberikan materi tertentu, wajib bagi departemen
yang secara pasien cukup banyak spt IPD, BEDAH, OBSGIN, PARU, THT,
ANESTESI, MATA, SARAF, ANAK, JANTUNG, sehingga mengurangi terjadinya
resiko nearmissed, kejadian tidak diinginkan, kesakitan bahkan kematian.
6. Disinyalir hubungan antar sejawat spesialis tidak terlalu cair (kurang
komunikasi), mohon untuk evaluasi dalam setiap departemen maupun
lintas departemen, yang junior menghormati senior, yang senior
membimbing junior, walaupun secara jujur persaingan internal itu selalu
ada, tapi seyogyanyabisa dikelola secara profesional.
7. Dalam rangka penghematan terutama pada departemen yang
operatif/tindakan, walaupun tidak menutup kemungkinan yang non
tindakan, mohon kiranya bisa membuat clinical pathway pada 5 kasus

tersering dan kasus2 yang potensial memerlukan biaya besar, termasuk


juga perawatan, hemodialisa dan IGD/VK.
Penghematan bahan2 habis pakai misal benang, cairan, handskun, kassa dll,
yang k

Anda mungkin juga menyukai