OBAT ANTI
VIRUS
BAB I
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
Selama bertahun-tahun terdapat anggapan bahwa sangatlah sulit untuk mendapatkan
kemoterapi antivirus dengan selektivitas yang tinggi. Siklus replikasi virus yang dianggap sangat
mirip dengan metabolisme normal manusia menyebabkan setiap usaha untuk menekan
reproduksi virus juga dapat membahayakan sel yang terinfeksi. Bersamaan dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan pengertian yang lebih dalam mengenai tahap-tahap
spesifik dalam replikasi virus sebaga target kemoterapi anti virus, semakin jelas bahwa
kemoterapi pada infeksi virus dapat dicapai dan reproduksi virus dapat ditekan dengan efek yang
minimal pada sel hospes.
Siklus replikasi virus secara garis besar dapat dibagi menjadi 10 langkah :adsorpsi virus ke
sel (pengikatan, attachment), penetrasi virus ke sel, uncoating (dekapsidasi), transkripsi tahap
awal, translasi tahap awal, replikasi genom virus, transkripsi tahap akhir, assembly virus da
penglepasan virus. HIV juga mengalami tahapn-tahapan diatas dengan bebrapa modifikasi yaitu
pada transkripsi awal (tahap 4) yang digati dengan reverse transcription ; translasi awal (tahap 5)
diganti dengan integrasi ; dan tahap akhir (assembly dan peglepasan) terjadi bersamaan sebagai
proses budding dan diikuti dengan maturasi virus. Semua tahap ini dapat menjadi target
intervensi kemoterapi. Selain daripada tahapan yang spesifik pada replikasi virus, ada sejumlah
enzim hospes dan proses-proses yang melibatkan sel hospes yang berperan dalam sintesis protein
virus. Semua proses ini juga dapat dipertimbangkan sebagai target kemoterapi antivirus.
Perkembangan obat anti virus baik sebagai profilaksis ataupun terapi belum mencapai hasil
seperti apa yang diinginkan oleh umat manusia. Berbeda dengan antimikroba lainya, antiviral
yang dapat menghambat atau membunuh virus juga akan dapat merusak sel hospes dimana virus
itu berada. Ini karena replikasi virus RNA maupun DNA berlangsung didalam sel hospes dan
membutuhkan enzim dan bahan lain dari hospes. Tantangan bagi penelitian ialah bagaimana
menemukan suatu obat yang dapat menghambat secara spesifik salah satu proses replikasi virus
seperti : peletakan, uncoanting dan replikasi. Analisis biokimiawi dari proses sintesis virus telah
membuka tabir bagi terapi yang efektif untuk beberapa infeksi seperti : virus hespes, beberapa
virus saluran napas dan human immunodeficiency virus (HIV).
BAB II
PEMBAHASAN
1
Virus
Virus ( Sansk, visham = racun ) adalah mikroorganisme hidup yang terkecil ( besarnya
20-300 mikron ), kecuali prion, yaitu virus penyebab penyakit sapi gila BSE dan p.CreutzfeldtJakob yang k.l. 100 kali lebih kecil. Virus hanya dapat dilihat dengan mikroskop-elektron
(dengan pembesaran maksimal 200.000 kali) dan tidak dengan mikroskop biasa ( dengan
pembesaran maksimal 4.000 kali ).
Virus adalah jasad biologis, bukan hewan, bukan tanaman, tanpa struktur sel dan tidak
berdaya untuk hidup dan memperbanyak diri secara mandiri. Virus merupakan parasit yang
hanya dapat hidup di dalam sel-sel yang dimasukinya. Di situ virus memperbanyak diri dengan
jalan mengambil-alih seluruh metabolismenya. Akhirnya, sel-sel tersebut mati.
1 Penggolongan Virus
Virus yang paling sering mengakibatkan penyakit pada manusia dapat dibagi dalam dua
kelompok besar, yakni virus DNA dan virus RNA.
Virus DNA adalah virus yang materi genetiknya berupa asam nukleat yang berbentuk
rantai ganda berpilin. Di dalam sel inangnya, DNA pada virus akan mengalami replikasi menjadi
beberapa DNA dan juga akan mengalami transkripsi menjadi mRNA. mRNA akan mengalami
translasi untuk menghasilkan protein selubung virus. Masih di dalam sel inang, DNA dan protein
virus mengkonstruksikan diri menjadi virus virus baru. mRNA juga akan membentuk enzim
penghancur (Lisozim) sehingga sel inang lisis (hancur) dan virus virus keluar untuk
menginfeksi sel inang lainnya.
Contoh Virus ini : Papiloma, Poliloma, Parvovirus B19, Adenovirus, Herpes simpleks I
(luka di sekeliling mulut), Herpes simpleks II (perlukaan genital), Varicella zoster (cacar air),
Virus Epstein-Barr, Cytomegalovirus, Vaccinia, Roseola, Cacar sapi, Cacar, Bakteriofag,
Hepatitis B virus, Smallpox virus, Transfusion Transmitted Virus, JC virus (progressive
multifocal leukoencephalopathy), Anellovirus, Salterprovirus.
Virus RNA adalah virus yang materi genetiknya berupa asam nukleat yang berbentuk
rantai tunggal atau ganda tidak berpilin. Di dalam sel inangnya, RNA pada virus akan mengalami
transkripsi balik menjadi Hibrid RNA-DNA dan akhirnya membentuk DNA. Selanjutnya DNA
virus akan masuk ke inti sel inangnya, menyisip ke dalam DNA inangnya. DNA virus akan
merusak DNA inangnya dan membentuk mRNA. mRNA akan mengalami translasi untuk
menghasilkan protein selubung virus untuk menbentuk virus virus baru.
Contoh Virus ini : HIV AIDS, Influenza, Virus Hepatitis E, Polio virus, Paramyxovirus
Paramyxovirus, Virus enterik, Virus rubella, Virus demam kuning, Virus ensefalitis, Virus tumor
RNA, DHF (demam berdarah), Rabies, Campak, Rhinovirus (demam dan pilek), Reovirus
(diare), Gondong, Rotavirus, Enterovirus, Hepatovirus, Virus ebola.
2
Antivirus
Antivirus adalah sebuah agen yang membunuh virus dengan menekan kemampuan untuk
A Asiklovir
Mekanisme Kerja: Asiklovir memerlukan tiga kali fosforilasi sebelum aktif. Pertama,
difosforilasi menjadi senyawa monofosfat oleh kinase timidin pada sel hospes yang
terinfeksi oleh virus. Kemudian enzim seluler menambahkan gugus fosfat untuk membentuk
asiklovir difosfat dan trifosfat. Asiklovir trifosfat menghambat sintesis DNA virus dengan
cara berkompetisi dengan deoksiguanosin trifosfat DNA polimerase virus. Jika Asiklovir
(dan bukan deoksiguanosin trifosfat) yang masuk ke tahap replikasi DNA virus maka
sintesis berhenti. Asiklovir trifosfat mengikat diri pada cetakan DNA membentuk kompleks
yang tidak mudah lepas, dan memutus pembentukan rantai DNA virus.
Resistensi
: Resistensi terhadap asilovir disebabkan oleh mutasi pada gen timidin
kinase virus atau pada gen timidin kinase virus atau pada gen DNA polimerase.
Indikasi
: Herpes genital, herpes zoster, keratis herpetik dan herpes labialis.
Dosis
: Untuk herpes genital ialah 5 kali sehari 200 mg tablet, sedangkan untuk
herpes zoster ialah 4x 400 mg sehari. Penggunaan topikal untuk keratitis herpetik adalah
sitomegalovirus. Gansiklovir
sitomegalovirus.
Resistensi
: Sitomegalovirus dapat menjadi resisten terhadap gansiklovir oleh salah
satu dari dua mekanisme : penurunan fosporilasi gansiklovir karena mutasi pada
fospotranverase virus yang dikode oleh gen UL97 atau karena mutasi pada DNA polymerase
virus. varian virus yang sangat resisten pada gansiklovir disebabkan karena mutasi pada
keduanya( Gen UL97 dan DNA polymerase ) dan dapat terjadi resistensi silang terhadap
Dosis
jam) selama 14-21 hari, dilanjutkan dengan pemberian maintenance peroral 3000mg per hari
( 3 X sehari 4 kapsul @ 250 mg ). Inplantsi intraocular ( intravitreal ) 4,5 mg gansiklovir
imunocompromise.
Dosis
: Terapi induksi retinitis CMV diberikan secara intravena 2 x 90mg/kgBB
tiap 12 jam atau 3 x 60mg/kgBB setiap 8 jam selama 2-3 minggu. Untuk terapi maintenance
CMV retinitis dan terapi HSV mukokutan yang resisten terhadap asiklovir atau infeksi VZV
diberikan foskarnet dalam dosis 120mg/kg per hari (3 x 40mg/kg, setiap 8 jam).
Efek Samping : Nefrotoksisitas dan hipokalsemia simptomatik.
2
Indikasi
kapsul ). Rimantadin diberikan dalam dosis 300 mg per hari ( 2 x sehari 150 mg tablet ).
Efek Samping : Efek samping SSP seperti kegelisahan, kesulitan berkonsentrasi, insomnia,
kepala.
C Ribavirin
Mekanisme Kerja : Ribavirin merupakan analog guanosin yang cincin purinnya tidak
lengkap. Setelah mengalami fosforilasi intrasel , ribavirin trifosfat mengganggu tahap awal
transkripsi virus, seperti proses capping dan elongasi mRNA serta menghambat sintesis
ribonukleoprotein.
Indikasi
: Terapi infeksi RSV pada bayi dengan risiko tingi. Ribavirin digunakan
dalam kombinasi dengan interferon-/ pegylated interferon untuk terapi infeksi hepatitis
C.
Dosis
: Peroral dalam dosis 800-1200 mg/hari untuk terapi infeksi HCV; atau
ruam yang bersifat sementara. penggunaan oral / suntikan ribavirin termasuk anemia
tergantung dosis pada penderita demam Lassa, Aerosol dapat lebih aman meskipun fungsi
pernapasan pada bayi dapat memburuk cepat setelah permulaan. pengobatan aerosol dan
karena itu monitoring sangat perlu. Karena terdapat efek teratogenik, ribavirin
dikontraindikasikan pada kehamilan.
3
analog
deoksisitidin.
Lamivudin
dimetabolisme di hepatosit menjadi bentuk triposfat yang aktif. Lamivudin bekerja dengan
cara menghentikan sintesis DNA, secara kompetitif menghambat polymerase virus.
Lamivudin tidak hanya aktif terhadap HBV wild-type saja, namun juga terhadap varian
precorel core promoter dan dapat mengatasi hiperresponsivitas sel T sitotoksik pada pasien
pasien HBeAg (-) dan lebih dari 1 tahun pada pasien yang HBe(+).
Efek Samping
: Obat ini umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Mual, muntah, sakit
kepala, peningkatan kadar ALT dan AST dapat terjadi pada 30-40% pasien.
B Interveron
Mekanisme Kerja : Virus dapat dihambat oleh interferon pada beberapa tahap, dan tahapan
hambatannya berbeda pada tiap virus. Namun, bebrapa virus dapat juga melawan efek
interveron dengan cara menghambat kerja protein tertentu yang diinduksi oleh interferon.
Salah satunya adalah resistensi hepatitis C virus terhadap interferon yang disebabkan oleh
2 ANTIRETROVIRUS
1 Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI)
Reverse transkripstase (RT ) mengubah RNA virus menjadi DNA proviral sebelum
bergabung dengan kromosom hospes. Karena antivirus golongan ini bekerja pada tahap awal
replikasi HIV, obat-obat golongan ini menghambat terjadinya infeksi akut sel yang rentan, tapi
hanya sedikit berefek pada sel yang telah terinfeksi HIV. Untuk dapat bekerja, semua obat
golongan NRTI harus mengalami fosforilasi oleh enzim sel hospes di sitoplasma. Karena NRTI
tidak memiliki gugus 3-hidroksil, inkorporasi NRTI ke DNA akan menghentikan perpanjangan
rantai.
A Zidovudin
Mekanisme Kerja : Target zidovudin adalah enzim reverse transcriptase (RT) HIV.
Zidovudin bekerja dengan cara menghambat enzim reverse transcriptase virus, setelah gugus
asidotimidin (AZT) pada zidovudin mengalami fosforilasi. Gugus AZT 5- mono fosfat akan
bergabung pada ujung 3 rantai DNA virus dan menghambat reaksi reverse transcriptase.
Indikasi
: Infeksi HIV (tipe 1 dan 2)
Dosis
: Per oral 600mg / hari.
Efek Samping
: Anemia, neotropenia, sakit kepala, mual.
B Didanosin
Mekanisme Kerja : Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan
Tidak seperti NRTI yang harus melalui 3 tahap fosforilase intraselular untuk menjadi
bentuk aktif, NtRTI hanya membutuhkan 2 tahap fosforilasi saja. Diharapkan dengan
berkurangnya satu tahap fosforilasi, obat dapat bekerja lebih cepat dan konversinya menjadi
bentuk aktif lebih sempurna.
A Tenofovir
Mekanisme Kerja : Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan
Non- Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI) merupakan kelas obat yang
menghambat aktivitas enzim reverse transcriptase dengan cara berikatan ditempat yang dekat
dengan tempat aktif enzim dan menginduksi perubahan konformasi pada situs aktif ini. Tidak
seperti NRTI dan NtRTI, NNRTI tidak mengalami fosforilasi untuk menjadi bentuk aktif.
A Nevirapin
Mekanisme Kerja
Resistensi
Indikasi
Dosis
hati.
B Efavirenz
Mekanisme Kerja
Resistensi
Indikasi
Dosis
: Bekerja pada situs alosterik tempat ikatan non subtract HIV-1 RT.
: Disebabkan oleh mutasi pada RT.
: Infeksi HIV-1
: Per oral 200mg /hari selama 14 hari pertama ( satu tablet 200 mg per
Semua PI bekerja dengan cara berikatan secara reversible dengan situs aktif HIV
protease. HIV-protease sangat penting untuk infektivitas virus dan penglepasan poliprotein virus.
Hal ini menyebabkan terhambatnya penglepasan polipeptida prekusor virus oleh enzim protease
sehingga dapat menghambat maturasi virus, maka sel akan menghasilkan partikel virus yang
imatur dan tidak virulen.
A Sakuinavir
Mekanisme Kerja : Sakuinavir bekerja pada tahap transisi, merupakan HIV protease
peptidomimetic inhibitor.
Resistensi
: Disebabkan oleh mutasi pada enzim protease.
Indikasi
: Infeksi HIV (tipe 1 dan 2)
Dosis
: Per oral 3600 mg / hari (6 kapsul 200mg soft kapsul 3 X sehari ) atau
1800 mg / hari (3 hard gel capsule 3 X sehari), diberikan bersama dengan makanan atau
makanan).
Efek Samping
Obat golongan ini bekerja dengan cara menghambat fusi virus ke sel. Obat ini bekerja
dengan cara menghambat masukkan HIV ke sel melalui reseptor CXCR4.
A Enfuvirtid
Mekanisme Kerja : Enfuvirtid menghambat masuknya HIV-1 ke dalam sel dengan cara
menghambat fusi virus ke membran sel. Enfuvirtid berikatan dengan bagian HR-1 ( first
heptad-reat)pada sub unit gp41 envelope glikoprotein virus serta menghambat terjadinya
resistensi terhadap enfuvirtid, tidak ada resistensi silang dengan anti HIV golongan lain.
Indikasi
: Terapi infeksi HIV-1
Dosis
: Enfurtid 90 mg (1ml) 2 kali sehari diinjeksikan subkutan di lengan atas,
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Virus bereplikasi melalui beberapa tahap mulai dari absorbsi virus ke sel sampai rilis
atau pelepasan virus.