DEPARTEMEN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR
DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN
JAKARTA 1999
EDITOR
Dalam cangka merealisasi perwujudan pelayanan yang profesional bagi jamaah haji
agar dapat melaksanakan ibadah dengan sah, lancar, dan selamat, maka telah
dapat disusun buku “PEDOMAN PENATALAKSANAAN PENYAKIT PADA
JAMAAH HAJI INDONESIA”.
Buku ini merupakan pedoman bagi para petugas Tim Kesehatan Haji Indonesia
(TKHI ) dalam melaksanakan tugas pelayanan kesehatan di perjalanan pergi pulang
ke dan dari Arab Saudi maupun ketika berada di Arab Saudi. Dengan adanya buku
pedoman ini diharapkan penanganan jamaah haji yang sakit baik di kloter dan BPHI
akan lebih baik.
Buku ini merupakan edisi pertama, oleh karena itu para editor dan kontributor
menyadari bahwa buku pedoman ini tak luput dari kekurangan dan keterbatasannya
maupun jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan perbaikan /
penyempurnaan dari para pembaca demi tercapainya peningkatan pelayanan
kesehatan bagi para duyufurrahman dimasa-masa mendatang.
I. PENATALAKSANAAN PENYAKIT
A. Jantung Koroner
a. DIAGNOSIS
Diagnosis ditetapkan berdasarkan; riwayat nyeri dada yang khas sesuai
dengan ciri diatas dan adanya gambaran iskhemi pada EKG sewaktu
angina. Adapun pemeriksaan pendukung yang dapat dilakukan, seperti
Laboratorium; enzym jantung masih normal, darah rutin, gula darah,
ureum creatinin. Hal lain dilakukan Rontgen foto, Eko kardiografi,
Treadmill dan kateterisasi (dapat direncanakan setelah jamaah haji
kembali ke Tanah Air. Sebagai diagnosis banding yaitu Intark Miokard
Akut.
b. PENATALAKSANAAN
1) Di Penerbangan = di Kloter
Pengobatan
a) ISDN Sublingual 5 mg, dapat diulang setelah 5-10 menit.
b) Diazeparn 5 mg, 3 x 1 tabIet
c) Infus RL atau Glukosa 5% dengan tetesan emergency (8 tts/mnt)
d) Beri oksigen 3-4 ltr/mnt
Asuh keperawatan :
a) Berikan obat-obatan dan oksigen sesuai instruksi.
b) Awasi ketat tanda-tanda vital
c) Atur posisi pasien senyaman mungkin.
d) Jelaskan pasien harus istirahat total (bed rest)
2) Di BPHI
Pengobatan
a) Tirah baring
b) Oksigen 2 - 4 ltr/mnt
c) Infus Dextrose 5% atau NaCI 0,9%
d) Obat penenang ringan, Diazepam 5 mg/B jam
e) Puasa selama 8 jam
f) Laxadin
g) Obat-obat khusus : Nitrat, Penyekat Beta, Heparinisasi (Bolus 5000
U, lanjutkan perdrip 1000 U/jam s.d APTT 1,5 - 2 x nadi, jika
memungkinkan)
h) Aspirin dimulai dari fase akut
I) Bila belum teratasi dapat ditambah antagonis Kalsium.
Tindak Lanjut : Bila dapat diatasi dalam 48 jam prognosa kurang baik,
maka harus segera rujuk ke RSAS.
Asuhan Keperawatan
a) Membebaskan/mengontrol nyeri
b) Mencegah/meminimalkan komplikasi yang dapat timbul pada otot
jantung (Myocard)
c) Memberikan informasi mengenai proses penyakit, prognosis dan
tindakan perawatan/pengobatan
d) Memberi dukungan dan penjelasan mengenai perubahan pola
hidup.
Intervensi
1) Catat respon pasien terhadap efek obat
2) Identifikasi faktor penyebab frekuensi, durasi, intensitas dan lokasi
nyeri
3) Observasi gejala sesak nafas, muaVmuntah, palpitasi, pusing
4) Tinggikan bagian kepala
5) Monitor nadi dan irama nadi
6) Pada saat serangan Angina, dampingi psien untuk mengurangi
stress, pasien harus bedrest, tanda-tanda vital di monitor setiap 5
menit.
Kolaborasi
1) Pemberian oksigen tambahan
2) Pemberian obat-obatan: Nitrogliserin sublingual atau obat longacting :
Isosorbid (Isordil, Sorbitate)
3) Betabloker
4) Analgesics: Acetaminophen
5) Memonitor serial EKG
6) Merujuk pasien ke RSAS (persiapan rujukan)
Intervensi
1) Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi)
2) Catat warna kulit dan kualitas nadi
3) Dengar/auskultasi bunyi nafas dan murmur
4) Berikan posisi tidur yang nyaman sesuai kebutuhan pasien terutama
saat serangan
5) Penuhi kebutuhan perawatan dini sesuai indikasi
6) Monitor dan catat respon obat-obatan terutama kombinasi dari
Calsium Antagonis, Propanol dan Nitrat
7) Kaji tanda dan gejala CRF.
Kolaborasi
1) Pemberian oksigen tambahan sesuai indikasi
2) Pemberian obat-obatan sesuai indikasi : Ca-Antagonis (Nifedipine,
Verapamil), Beta Bloker
3) Mengirim pasien ke RSAS jika keadaan tidak membaik.
c. Rasa Cemas
Rasa cemas dapat terjadi sehubungan dengan situasi krisis, ancaman
gagal menunaikan lbadah Haji atau takut meninggal. Rasa cemas ini
ditandai dengan; rasa gelisah, ekspresi wajah tampak cemas, tegang,
peningkatan emosi, perhatian hanya pada diri sendiri.
Intervensi
1) Perhatikan ekspresi, menghilangkan rasa takut, perasaan
tertekan/depresi.
2) Berikan semangat kepada keluarga, teman, agar memberi dukungan
kepada pasien.
3) Dampingi pasien sampai stabil.
Gizi
1) Puasakan selama 8 jam
2) Beri makanan cair/Iunak dalam 24 jam
3) Lanjutkan dengan 1300 cal, rendah garam dan rendah lemak.
a. DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan dengan beberapa ketentuan. Pertama, ditemukan
sakit dada khas infark, lama sakit Iebih dari 20 menit, tidak hilang dengan
istirahat dan nitrat. Kedua, gambaran EKG dengan evolusinya yang khas (MCI)
Ketiga, hasil laboratorium terlihat peningkatan enzym (KG, CKMB, Troponim T.
dll) Bila terdapat 2 dari 3 kriteria tersebut atau seluruhnya, maka tindakan kita
segera kirim ke RSAS. Adapun pemeriksaan pendukung, seperti; pemeriksaan
serial EKG adanya ST elevasi (khas MCI), pemeriksaan serial Laboratorium;
enzym jantung meningkat, Rontgen foto Ekokardiografi, Treadmill test,
Kateterisasi (berencana setelah di tanah air).
b. PENATALAKSANAAN
1) Di Penerbangan
a) Sama dengan penatalaksanaan pada Angina Tak Stabil.
b) Lapor pilot untuk turun dinegara terdekat agar segera mendapat di
Rumah Sakit.
2) Di Kloter
Tindakan dan pengobatan sesuai dengan Angina Tak Stabil Tindak lanjut:
Segera rujuk ke RSAS.
3) Di BPHI
Pengobatan
a). Tirah baring di ruang perawatan intensif (ICCU)
b) Berikan oksigen sebanyak 2-41/menit
c) Pasang akses vena Dextrose 5%/NaCI 0,9%
d) Pasang monitor, pemantauan EKG sampai keadaan stabil selama 3-4
hari
e) Pemeriksaan laboratorium darah enzym jantung, gula darah dan
elektrolit serta rontgen foto
f) Atasi rasa sakit dengan pemberian:
- Nitrat sublingual, spray, intra vena (pertimbangkan kontra indikasi)
- Morfin sulfat 2,5-5 mg i.v, dapat diulang tiap 5-20 menit sampai sakit
hilang
- Pethidin 50-75 mg i.v.
g) Atasi rasa takut dan gelisah dengan
- Diazepam 5 mg i.v atau peroral
- Aspirin 160 - 325 mg/hari
Asuhan Keperawatan
a) Mengurangi nyeri dan cemas
b) Mengurangi kerja jantung
C) Mencegah/mendeteksi dysritmia atau komplikasi
d) Memenuhi perawatan din (kebutuhan sehari-hari)
Intervensi
1) Monitor dan catat karakteristik nyeri: lokasi nyeri, intensitas nyeri,
durasi/Iamanya nyeri, kualitas dan penyebaran nyeri.
2) Kaji apakah pernah ada riwayat nyeri dada sebelumnya
3) Atur lingkungan tenang dan nyaman, jelaskan bahwa pasien harus
istirahat
4) Ajarkan tehnik relaksasi seperti; nafas dalam dll.
5) Ukur/periksa tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pengobatan
analgetik.
Kolaborasi
1) Pemberian tambahan oksigen dengan “nasal canule” atau masker.
2) Pemberian obat-obatan sesuai indikasi, antiangina (Nitroglycerin seperti;
nitro - disk, nitro bid), Beta blockers; propanolol (indera), pindolol (vitlen),
atenolol (tenormin), analgesic (seperti; morphine/meperidine/
demoral),Ca-antagonis (seperti, nifedipine/adalat).
Intervensi
1) Catat nadi, irama dan tekanan darah sebelum, saat dan setelah aktifitas
2) Anjurkan dan jelaskan bahwa pasien harus istirahat (bed rest) sampai
keadaan stabil
3) Jelaskan/anjurkan pasien supaya tidak mengedan jika buang air besar
4) Hindarkan pasien kelelahan ditempat duduk
5) Rencanakan aktifitas bertahap jika telah bebas nyeri; duduk ditempat
tidur, berdiri, duduk di kursi 1 jam sebelum makan
6) Ukur tanda vital sebelum dan sesudah aktifitas.
c. Rasa Cemas
Rasa cemas dapat terjadi berkaitan dengan perubahan status menjadi sakit,
ancaman kematian, kegagalan berhaji. Kondisi ini ditandai, dengan; tekanan
darah meningkat, wajah tampak cemas/tegang, perhatian hanya pada diri
sendiri.
Intervensi
1) Lakukan komunikasi teraputik dengan cara membina hubungan saling
percaya dan dengarkan keluhan pasien dengan sabar
2) Dampingi pasien, cegah tindakan destruktif dan konfrontatif
3) Jelaskan tindakan-tindakan yang akan dilakukan
4) Jawab pertanyaan pasien dengan konsisten
5) Bantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Intervensi
1) Ukur tekanan darah, evaluasi kualitas nadi
2) Kaji adanya murmur, S3 dan S4
3) Dengarkan bunyi nafas
4) Hindarkan aktifitas dan anjurkan pasien untuk istirahat
5) Gunakan pispot/urinal bila ingin ke kamar mandi/WC
6) Siapkan alat-alat/obat-obatan emergensi.
Kolaborasi
1) Pemberian oksigen tambahan
2) Pemasangan infus
3) Rekam EKG
4) Pemeriksaan Rontgen thoraks ulang
5) Rujuk ke RSAS jika perlu pemasangan “Pace maker”.
Intervensi
1) Awasi perubahan emosi secara mendadak misalnya bingung, cemas,
lemah/letargi dan penurunan kesadaran (stupor)
2) Awasi adanya sianosis, kulit dingin dan nadi perifer
3) Kaji adanya tanda-tanda Homan’s (Homan’s Sign); nyeri pada pergerakan
lutut, eritema dan edema
4) Monitor pernafasan
5) Kaji fungsi pencernaan; ada tidaknya mual, penurunan bunyi usus, muntah,
distensi abdomen dan konstipasi
6) Monitor pemasukan cairan; ada tidaknya perubahan dalam produksi urine.
Kolaborasi
1) Pemeriksaan laboratorium; astrup, creatinin dan elektrolit
2) Pengobatan; Heparin, Cemitidin (Tagamet), Panitidine (Zantac) dan
Antasida.
Intervensi
1) Kaji bunyi nafas, ada tidaknya crackles
2) Kaji JVD (Distensi Vena Jugularis) dan oedem ada atau tidak ada
3) Keseimbangan cairan
4) Timbang berat badan setiap hari
5). Jika memungkinkan berikan cairan 2000 cc/24 jam.
3. Hipertensi Emergensi
Hipertensi emergensi merupakan keadaan yang membutuhkan pengobatan
yang cepat.
Komplikasi
a. Jantung : - Diseksi Aorta yang akut
- Kegagalan ventrikel kiri
b. Serebrovaskuler : - Perdarahan intra cranial
- Perdarahan subarachnoid
c. Lain-lain : - Ekslamsia
- Epistaksis
- Trauma kepala
a. DIAGNOSIS
b. PENATALAKSANAAN
1) Di Penerbangan = di Kloter
- Nifedipine 5 mg sublingual, ulang tiap 15 menit sampai tensi
160/100 mm Hg.
- Oral nifedipine 3 x 10 mg
- Captopril 3 x 25 mg
- Prazozim 2 x 1 mg
- ISDN 3 x l0 mg
2) Di BPHI
a) Harus dirawat secara intensif
b) Pasang infus untuk obat-obatan melalui intra vena
Pengobatan
Catatan : Pemantauan ketat terhadap penurunan tekanan darah secara cepat dan
fungsi-fungsi organ target seperti; otak, jantung dan ginjal.
Asuhan Keperawatan
a) Mempertahankan fungsi Kardiovaskuler
b) Mencegah komplikasi
c) Memberi penjelasan mengenai proses penyakit, prognosis dan
pengobatan
d) Memberi dorongan. agar pasien aktif dalam berobat/ kontrol.
Intervensi
1) Monitor tekanan darah dengan tehnik yang benar
2) Ukur kualitas nadi sentral dan perifer
3) Auskultasi bunyi jantung dan nafas
4) Observasi warna kulit, temperatur dan “capillary refill time”
(waktu aliran darah balik, normal 1-3 detik)
5) Kaji adanya edema
6) Jelaskan bahwa pasien perlu membatasi aktifitas
7) Bantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
8) Atur posisi kepala lebih tinggi
9) Anjurkan dan ajarkan tehnik relaksasi
10) Monitor respon obat/pengobatan dan tekanan darah
Kolaborasi
Intervensi
1) Anjurkan pasien untuk bedrest pada saat fase akut
2) Ajarkan cara mengurangi nyeri tanpa menggunakan obat-obatan
misalnya kompres dingin pada dahi, pijit/urut pada bagian
belakang leher dan tehnik relaksasi
3) Batasi aktifitas yang dapat menimbulkan nyeri kepala seperti;
duduk terlalu lama, terlalu membungkuk dan batuk yang
lama/sering.
c. Gangguan Nutrisi
Gangguan Nutrisi yang lebih dari kebutuhan tubuh terjadi
sehubungan dengan kebiasaan hidup, pemasukan (intake)
melebihi kebutuhan metabolik dan budaya. Keadaan ini ditandai
dengan berat badan 10-20% diatas BB ideal dan makan
berlebihan.
Intervensi
1) Jelaskan kepada pasien tentang diet yang sesuai seperti;
membatasi garam, lemak, gula, mentega dan telor.
2) Identifikasi kebutuhan kalori dan diet: tinggi serat dan banyak
buah-buahan.
3) Anjurkan untuk mengurangi berat badan secara bertahap 1-2
kg/minggu.
Intervensi
1) Kaji mekanisme koping yang efektif, kenali penyebab stress
pasien
2) Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan
pengobatan
3) Bantu pasien dalam menyusun program kegiatan khususnya
dalam pelaksanaan ibadah di Tanah Air.
a. DIAGNOSIS
Berdasarkan klinis dibagi menjadi 3 bagian
1) Aritmia minor: tidak memerlukan pengobatan, umpama extra sistol
ventrikel < 6 x I menit atau yang jarang.
2) Aritmia mayor, memerlukan pengobatan, misalnya extra sistol yang > 6
x/menit, takhikardi paroximal dll.
3) Aritmia yang mengancam kehidupan yaitu yang memerlukan
pengobatan segera, seperti Takhikardi ventrikel, fibrilasi ventrikel dll.
b. PENGOBATAN :
1) Pengobatan terhadap penyakit yang
mendasarinya
2) Penggunaan obat-obatan anti aritmia yang
sesuai dengan jenis aritmianya
3) DC shock
4) Alat pacu jantung, sampal dengan tindakan
bedah jantung.
a) DIAGNOSA
Berdasarkan anamnesa; jamaah mengeluh jantung berdebar-
debar/berdenyut cepat sekali hingga baju disekitar dada bergoyang,
debaran datangnya tiba-tiba dan hanya beberapa menit atau dapat juga
beberapa hari, kadang-kadang dapat hilang dengan sendirinya. Dari hasil
pemeriksaan EKG terlihat gambaran denyut jantung 150 - 250 x I menit dan
gelombang P abnormal atau tidak dapat dilihat.
b) PENGOBATAN
Bila keadaan pasien baik (sadar, vital sign normal) dapat dilakukan
pengobatan non medika menthosa yaitu
1) Percobaan Valsava; setelah inspirasi yang dalam, pasien diinstruksikan
menghembuskan nafas dengan glottis tertutup.
2) Percobaan Muller; setelah expirasi yang panjang dan dalam pasien
diinstruksikan menarik nafas dengan glottis tertutup.
3) Tekanan pada bola mata (hati-hati).
4) Pasien disuruh muntah.
5) Tekanan pada sinus karotis (hati-hati).
Di BPHI:
Berikan Verapamil injeksi dan Digitalis, bila keadaan memburuk (tidak sadar
dan tekanan darah menurun) pasang infus dan berikan oksigen 3 liter/menit.
Tindak lanjut :
Bila mendapatkan pasien P.A.T. segera rujuk ke BPHI, sebelumnya lakukan
non medika mentosa dan berikan tablet Verapamil.
2) Fibrilasi Atrium I A.F. Rapid Respond Ditandai dengan denyut jantung yang
cepat sampai dengan 350x/menit per ECU. Etilogi; Penyakit jantung katup,
penyakit jantung koroner, hipertensi, Tirotolsikosis.
a) DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dengan EKG.
b) PENATALAKSANAAN
Di Penerbangan = di Kloter
Pasien diberi Diazepam 3x5 mg dan segera dirujuk ke BPHI dengan infus
tetesan emergensi 8-10 tts/mnt.
Di BPHI
Pengobatan dilakukan berdasarkan gejala kilnis
dan penyakit dasar, tetapi dapat pula dilakukan;
Digitalisasi, penyekat Beta, dan DC shock.
a) DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dengan EKG; dimana gelombang ORS lebar; Bigemini
(VES selangseling dengan gelombang QRS yang normal); Trigemini (VES
setiap 2 gelombang QRS yang normal).
b) PENGOBATAN
(1) Anti aritmia : Disopyramid 2 x 1 tablet
(2) Terapi kausal umpamanya hipokalemi! acidosis
(3) Sedative : Trangualizer
4) Takhikardia Ventrikel
Terdapat 3 atau lebih ekstrasistole secara berturut-turut, yang terjadi tiba-tiba
dalam waktu singkat atau menetap dalam waktu yang lama. Etilogi; Penyakit
jantung lanjut/berat, gangguan elektrolit.
a) DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dengan EKG; dimana gambaran EKG QRS lebar-lebar
110-240 x/menit, gelombang P tak kelihatan.
b) PENATALAKSANAAN
BPHI:
Lidocain hidrokiorid i.v bolus 1 mg/kg BB, disuntikkan perlahan-lahan dalam
waktu 2 - 4 menit. Dilanjutkan dengan dosis 2 - 4 mg/menit/drip selama 48
jam. RJP dan segera rujuk ke RSAS.
5) Fibrilasi Ventrikel
Fibrilasi ventrikel merupakan aritmia yang paling buruk prognosisnya dan
merupakan penyebab kematian mendadak yang paling sering. Etilogi; Infark
miokard akut, penyakit jantung yang berat, hipokalemi dan hiperkalemi berat.
a) DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dimana penderita ditemukan hilang kesadaran, shock
dan apnoe, serta hasil
EKG.
b) PENGOBATAN
(1) Segera lakukan resusLtasi jantung paru
(2) DC shock mulai dari 200 youle
(3) Obat-obatan emergensi sesuai perkembangan penyakit/seperti:
Adekosin, Xylocard, KCL, Melon, Sulfas Atrofin, Adrenalin.
(4) Segera rujuk ke RSAS.
5. Gagal Jantung
Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak lagi mampu
memompa darah ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh,
walaupun darah balik masih normal. Ada 2 (dua) etiologi gagal jantung,
Pertama, Intra Cardial, meliputi; Penyakit jantung bawaan umpamanya
(seperti; ASD, VSD dll); Penyakit jantung katup (seperti; MS-MI, AS, Al, TS
dan TI); Penyakit jantung koroner (seperti; Ml, Iskemi); Penyakit jantung
Kardiomyopati. Kedua, Ekstra Kardial, meliputi; Anemi, Hipertensi, Tiroid,
CRF/penyakit ginjal khronis, Diabetes Mellitus dan COPD. Kelainan gagal
jantung diklasifikasi secara f secara fisiologis menjadi dua, yaitu; gagal
jantung kiri atau gagal jantung kanan dan gagal jantung kiri dan kanan (gagal
jantung kongestit).
a. DIAGNOSA
Anamnesis adanya “Paroxysmal Nocturnal Dyspnoe” yaitu terbangun malam
hari karena sesak, “Dyspnoe de Effort” yaitu sesak bila aktifitas meningkat,
Oligouri dan “Orthopnoe” yaitu tidur harus memakai bantal tinggi.
Pada pemeriksaan fisik; denyut jantung > 120 x menit, bunyi jantung “Gallop
(+)“, bising jantung bisa ada/tidak, ronchi pada bagian basal paru. Stadium
lanjut (decomp kanan) terdapat JVP tinggi, Hepatomegali, oedem tungkai
bawah dan Acites. Pemeriksaan pendukung; pada Thorak foto PA terlihat
kardiomegali dengan bendungan vena paru (clue) Pada stadium lanjut
pumonary - oedem. Hasil EKG terlihat Takhikardia, dengan gelombang P
mitral, gelombang P biphasic di TV, dan LVH (pembesaran ventrikel kiri)
Sedangkan hasil Echocandiografi tampak pembesaran ventrikuler kiri,
gerakan dinding ventrikel hipokinetik - akinetik dan EPSS.10.
b. PENATALAKSANAAN:
1) Di Kloter
a) Posisi pasien diatur duduk dikursi roda atau tidur dengan bantal
> 2 buah (1/2 duduk)
b) Beri oksigen 2 - 4 liter menit
c) lnfus Ringer Laktat dengan tetesan emergensi 8 tts/menit
d) Lasix inj. 1 ampul (dosis disesuaikan dengan beratnya
penyakit)
2) Di BPHI
a) Posisi pasien diatur duduk dikursi roda atau tidur dengan batal >
2 buah (1/2 duduk)
b) Beri oksigen 2-4 liter/menit
c) Infus Ringer Laktat tetesan emergensi 8 tts/menit
d) Lasix inj. 1 ampul (dosis disesuaikan dengan beratnya penyakit)
e) Digitalisasi cepat, tiap 2 jam/4 jam dengan dosis cedilanid 0,03
x GB = X mg.
Caranya : - Berikan 1 bolus cedilanid 1 amp (0,4 mg) yang
dilarutkan/diencerkan (2cc cedilanid + 8 cc RL)
diberikan i.v pelan dalam 5 menit.
- Selanjutnya tiap 2 atau 4 jam 1 cc cedilanid (1/2 amp)
sampai dosis total X mg.
- Setiap pemberian cedilanid, diambil rekaman EKG
sebelumnya (didahului rekaman EKG) untuk evaluasi.
- Bila denyut jantung Iebih kurang 90 x/menit maka
cedilanid inj. diganti per oral (Digoxin tablet)
- Digitalisasi lambat (tiap 6
- 8 jam) disesuaikan
dengan klinis atau ringan
- beratnya penyakit.
f) Pemeriksaan darah astrup, elektrolit
g) Substitusi Kalium bila perlu
h) Preparat Mangan
i) Bila tekanan darah cenderung turun, Dopamin -Dobutrex drip
yang dimulal dari 5 micron gr/kg BB dosis dinaikkan untuk
mempertahankan tekanan darah sistolik 110 - 120 mgHg.
j) Pasang Dourcatheter dan ukur minum dan produksi urine
(diupayakan Balance Negatif)
k) Diet cair V, diet jantung dan AG (rendah garam), disesuaikan
dengan beratnya penyakit
I) Evaluasi “Vital Sign”, EKG dan Thoraks foto.
Tindak Lanjut:
Bila menemukan pasien jatuh kedalam “Decomp” (gagal jantung)
dilapangan, sikap no. a - d dapat dilakukan sambil merujuk pasien
ke BPHI / RSAS.
B. Paru
a. DIAGNOSIS
Anamnesis; riwayat serangan asma (+), sesak nafas (+), batuk kering
(+), batuk berdahak (putih, hijau, kuning), demam +/dan riwayat asma
pada keluarga (+) Pencetus serangan asma; suhu udara, debu,
makanan, kecapean, dan emosi.
1) Di Penerbangan = di Kloter
Pada serangan ringan dengan tanda-tanda: Aktifitas biasa, bicara
lancar, HR < 100 x / 1 mnt. Dapat diberikan pengobatan; Ventolin
inhaler 3 x 1 PUFF, Teofilin oral 3 x 75 mg (tablet), Salbutol 3 x 0,5
mg (tablet), Antibiotik oral : Amoxicillin 3 x 500 mg, jika perlu dan
Mukolitik/ ekspektoran.
Tindak Lanjut: Jika obstruks tidak teratasi, segera rujuk ke BPHI dan
bila mungkin beri Aminophillin drip 1 amp/8 jam/klof Dextrose 5%.
2) Di BPHI
Pada serangan sedang dengan tanda-tanda, bicara terputusputus,
sesak berat, keringatan, nadi > 120 x/1 mnt, APE < 40% atau <100
ltr/mnt, periksa dengan PFR.
Tindak Lanjut :
Apabila kondisi pasien makin memburuk, dengan tanda
tanda : Sianosis, suara natas melemah, bradikardi, aritmia,
hipotensi, lelah, gelisah, asidosis respiratorik/metabolik (dengan
Astrup), hipoksemia berat (dengan astrup) segera rujuk ke RSAS.
Asuhan Keperawatan :
1) Mempertahankan potensi jalan nafas
2) Meningkatkan pertukaran gas
3) Memenuhi pemasukan nutrisi dan air
4) Mencegah komplikasi
5) Memberi informasi tentang penyakit
Kolaborasi:
1) Pemberian oksigen (02)
2) Pemberian obat bronkhodilator, inhalasi dan anti mikrobial
3) Tindakan chest fisioterapi
4) Monitor analisa gas darah dan Rontgen Thoraks.
Intervensi
1) Atur posisi yang memudahkan untuk bernafas (fowler / semi
fowler)
2) lstirahatkan pasien dan bantu memenuhi kebutuhan sehari-hari
pasien
3) Monitor tanda-tanda vital
Kolaborasi
1) Monitor AGD (Analisa Gas Darah) dan pulse oximetri
2) Beri O2 tambahan
3) Bantu saat intubasi, pertahankan ventilasi saat pindah ke RSAS.
Intervensi
1) Kaji keadaan diet, beri makanan yang disukai, catat tingkat
kesulitan makan, evaluasi berat badan
2) Auskultasi bunyi usus (bising usus)
3) Lakukan pemeliharaan kebersihan mulut secara teratur
4) Berikan obat ekspektoran sesuai program
5) Siapkan tempat khusus untuk sputum
6) Beri cairan yang cukup, bila perlu kolaborasi untuk pemasangan
infus.
d. Potensial lnfeksi
Potensial infeksi sehubungan dengan penurunan fungsi silia,
penumpukan sputum, peningkatan polusi Iingkungan, proses
penyakit khronik dan malnutrisi.
Intervensi
1) Monitor suhu tubuh
2) Ulangi tentang pentingnya latihan nafas dalam, batuk efektif dan
pemberian cairan yang cukup
Intervensi
1) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya
2) Jelaskan mengenai penyakit yang dialaminya
3) Jelaskan cara mencegah penyakitnya bila kambuh selama di
Tanah Suci yaitu dengan menghindari polusi, memakai masker,
makan dan minum yang cukup
4) Ajarkan cara menggunakan obat-obatan inhaler (bronkhodilator)
sesuai program dokter.
Tindak Lanjut:
Keadaan menjadi berat (prognosis buruk), bila ditemui salah
satu gejala dibawah ini
1) Suara nafas melemah "silent chest” pada auskultasi
2) Cyanosis
3) Bradikardi, Aritmia jantung, hipotensi
4) Lelah, gelisah, mengantuk serta refrakter terhadap semua
Bronkodilator dan pengobatan supportif lainnya
5) Hiperapnea, asidosis respiratorik, asidosis metabolik
6) Hipoksemia berat walaupun dengan pengobatan adekuat
7) Memerlukan perawatan di ICU, segera rujuk ke RSAS.
1) DIAGNOSIS
a) Batuk dara > 600 rnV24 jam & belum berhenti.
b) Batudarah>250ml-<600m1/24jam, HB < 10 gr %, masih
berlangsung.
2) PENATALAKSANAAN
a) Di Penerbangan = di Kloter
1) Tenangkan pasien
2) Baringkan pada posisi miring kearah paru yang
“sakit” (ronchi (+) pada bagian yang sakit
3) Pasien disuruh membantukkan darah yang masih
ada dalam saluran nafas agar tidak terjadi obtruksi
saluran nafas, dan darah dibatukkan kedalam
kantong plastik
4) Isap lendir (darah) jika kondisi pasien Iemah (pasien
tidak mampu batuk)
5) Obat-obatan hemostatik; transamin, vit. K. Vit. C, Ca.
Glukonas injeksi
6) Pemasukan cairan yang cukup, oral dan parenteral.
b) Di BPHI
Pengobatan :
1) Tenangkan pasien
2) Berbaring pada posisi paru yang “sakit”, sedikit
Trendelenburg
3) Saluran nafas harus terbuka; spontan - tindakan
4) Pemasangan IV line untuk pengganti cairan, pemberian
obat parenteral dan “Imobilisasi pasien”
5) Nutrisi yang cukup
6) Pemberian hemostatik; Transamin, Vit.K, Vit.C, Ca.
Glikonas injeksi
7) Batuk darah massif, cek Hb dan Ht. Bila Ht<25%,
HbdOgr%, perdarahan masih (+).
Asuhan Keperawatan :
1) Memaksimalkan/mempertahankan ventilasi/ oksigenasi
2) Mencegah penyebaran infeksi
3) Memberi dukungan untuk menjaga/mempertahankan
kesehatan
4) Memberi informasi tentang penyakit dan pengobatan.
Intervensi
1) Kaji dan catat fungsi pernafasan: bunyi nafas, jumlah RR,
irama dan kedalaman, penggunaan otot-otot bantu,
karakteristik batuk dan sputum, jumlah darah yang
dibatukkan.
2) Beri posisi yang nyaman: fowler/semi fowler
3) Jika sedang batuk darah sebaiknya pasien dalam posisi
duduk
4) Dampingi dan anjurkan pasien untuk membatukkan
darahnya untuk mencegah sumbatan jalan nafas
5) Beri tempat khusus untuk menampung sputum atau
darahnya
6) Catat karakteristik sputum/darah
7) Bersihkan sekret/darah dari mutut dan trakhea lakukan
pengisapan sekret jika diperlukan (di BPHI)
8) Penuhi kebutuhan cairan minimal 2500 cc/hari, jika tidak
ada kontra indikasi.
Kolaborasi; Pemasangan infus, pemberian 02, pemberian
obat-obatan: mukolitik, bronkhodilator, kortikosteroid. Jika
dalam keadaan gawat, bantu untuk intubasi dan segera kirim
ke RSAS (?)
Intervensi
1) Jelaskan bahwa penyakit dapat menyebar/menular melalui
percikan air Iudah, udara pematasan, batuk, bekas
makan/minum.
2) Anjurkan pasien untuk batuk dengan menutup mulut dan
hidung dengan tissue dan membuangkanya pada tempat
yang telah disediakan.
3) Jelaskan bahwa pasien perlu isolasi untuk mengurangi
penyebaran infeksi dan memberi ketenangan kepada
pasien.
4) Monitor suhu tubuh jika perlu.
5) Anjurkan dan jelaskan pentingnya minum obat dengan
teratur.
Intervensi
1) Kaji, awasi dan catat: sesak nafas (dyspnoe), tachypnea,
bunyi nafas abnormal, peningkatan usaha bernafas,
pengembangan dada dan kelelahan.
2) Evaluasi tanda-tanda gangguan pertukaran gas seperti:
cyanosis, membran mukosa biru/kebiruan, kuku kebiruan.
3) Ajarkan dan deminstrasikan cara pursed-up breathing
(pemafasan dengan mulut mencucu) pada saat ekspirasi
khususnya pada pasien fibrosis.
4) Anjurkan untuk bed rest (istirahat)/kurangi aktifitas.
5) Kaji kemampuan untuk perawatan diri dan bantu jika
pasien membutuhkan.
Intervensi
1) Kaji status nutrisi pasien, pola makan dan berat badan
sebelumnya (dapat dilihat di buku status kesehatan).
2) Anjurkan pasien untuk makan makanan yang disukai.
3) Jika memungkinkan hidangkan makanan yang disukai
pasien.
4) Jelaskan pentingnya makan yang cukup.
5) Monitor pemasukan dan pengeluaran serta berat badan.
6) Lakukan perawatan oral sebelum dan sesudah
memberikan pengobatan pernafasan.
a. DIAGNOSIS
Anamnesis sesak nafas, capek, batuk (dahak putih, hijau, kuning),
demam (+)/(-), riwayat sesak yang lama. Pada -pemeriksaan fisik;
tampak sesak nafas, hipopnoe/ hiperpnoe; TD normal/meningkat,
nadi . 80 x/mnt, RR > 24x/ mnt; suhu afebris/febris; Toraks; Paru:
Emfisemateus, hipersonor, vesikuler melemah, experium
memanjang, ronchi (+) / (-); Cor; tachikardi; Abdomen dan
extremitas normal.
Pada pemeriksaan pendukung: Rontgen toraks PA, UDFL,
Analisa gas darah, pemeriksaan sputum MO jika terdapat tanda-
tanda infeksi.
b. PENATALAKSANAAN
1) Di Penerbangan = di Kloter
a) Nebulisasi; Atroven/Salbutamol/Bris-casma/bisa ditambah
Bisolvon seIuruhnya per 1 cc, dapat diberikan 3-4 x
sehari.
b) Oksigen 2 ltr/mnt.
c) Steroid (Kalmethason 10 mg, iv)
d) Antibiotik jika ada tanda-tanda infeksi
e) Intake cairan cukup.
2) Di BPHI
a) Oksigen 2 ltr/mnt
b) Intake cairan 25 - 30 cc/kg BB
c) Fisioterapi dada, astrup serial
d) Sabitamol 3x2 mg, Aminophillin tablet 3x1 tablet
e) Antibiotik jika ada tanda-tanda infeksi
f) Steroid jika klinis berat, tidak ada respon bronkhodilator.
Asuhan Keperawatan:
1. Mempertahankan potensi jalan natas
2. Meningkatkan pertukaran gas
3. Memenuhi pemasukan nutrisi dan air
4. Mencegah komplikasi
5. Memberi informasi tentang penyakit
Intervensi:
1) Atur posisi senyaman mungkin
2) Jauhkan dari polusi
3) Observasi karakteristik batuk, dan bantu serta latih batuk
efektit
4) tingkatkan pemasukan cairan
Kolaborasi:
1) Pemberian oksigen (02)
2) Pemberian obat bronkhodilator, inhalasi dan anti mikrobial
3) Tindakan chest fisioterapi
4) Monitor anafisa gas darah dan Rontgen foto.
Intervensi
1) Atur posisi yang memudahkan untuk bernafas (fowler/semi
fowler)
2) lstirahatkan pasien dan bantu memenuhi kebutuhan sehari--
hari pasien
3) Monitor tanda-tanda vital
Kolaborasi
1) Monitor AGD (Analisa Gas Darah) dan pulse oximetri
2) Beri O2 tambahan
3) Bantu saat intubasi, pertahankan ventilasi saat pindah ke
RSAS.
Intervensi
1) Kàji keadaan diet, makanan yang disukai, catat tingkat
kesulitan makan, evaluasi berat badan.
2) Auskultasi bunyi usus (bising usus)
3) Lakukan pemerliharaan kebersihan mulut secara teratur
4) Berikan obat ekspektoran sesuai program
5) Siapkan tempat khusus untuk sputum
6) Beri cairan yang cukup
d. Potensial lnfeksi
Potensial infeksi sehubungan dengan penurunan fungsi si!ia,
penumpukan sputum, peningkatan polusi lingkungan, proses
penyakit khronik, malnutrisi.
Intervensi
Monitor suhu tubuh, tekankan tentang pentingnya latihan nafas
dalam, batuk efektif, dan pemberian cairan yang cukup.
Intervensi
1) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya.
2) Jelaskan mengenai penyakit yang dialaminya.
3) Jelaskan cara mencegah penyakitnya bila kambuh selama di
Tanah Suci yaitu dengan menghindari polusi, memakai
masker, makan dan minum yang cukup.
4) Ajarkan cara menggunakan obat-obatan inhaler
(bronkhodilator) sesuai program dokter.
Tindakan
1) Bronkodilator per drip, nebulisasi (Salbutamol 1 cc, Atrovent
1 cc) 4 x I 1 jam (Aminopillin 0,5/kg BB/jam).
2) Steroid injeksi Intra Vena.
3) Periksa analisa gas darah dan elektrolit.
4) Perlu perawatan intensif, segera rujuk ke RSAS.
4. Broncho Pneumonia/Pneumonia
a. DIAGNOSIS
Anamnesis batuk, dahak berwarna kuning/hijau, bisa demam/
bisa tidak, sesak nafas (+) / (-).
Pemeriksaan fisik; Kesadaran mulai dari komposmentis sampai
penurunan kesadaran, tanda-tanda vital bisa normal atau
meningkat, suhu febril, Tekanan darah normal/meningkat,
takhikardia, dan paru; sonor, vesikuler, ronchi (+).
Pemeriksaan Pendukung; Rontgen : infiltrat, perselubungan,
Laboratorium; lekusitosis dan untuk kasus berat dilakukan
analisa gas darah, MO Sputum/pemeriksaan gram.
b. PENATALAKSANAAN
1) Di Penerbangan = di Kloter
Segera rujuk ke BPHI/RSAS
2) BPHI
Pengobatan
a) Antibiotik yang diberikan dapat golongan Penisillin, golongan
Makrolide, golongan Sefalosporin, golongan Quinolon, golongan
Aminoglicoside. Cara pemberian injeksi atau oral.
b) Mukolitik, Ekspektoran, Bronchodilator (tablet, syrup)
c) Antipiretik kalau perlu
d) Pemasukan cairan dan diet disesuaikan dengan keadaan pasien
e) Oksigen 4 /tr/1 mnt/tergantung hasil Astrup.
Asuhan Keperawatan
1) Meningkatkan/mempertahankan fungsi respirasi
2) Mencegah komplikasi
3) Memberi dukungan untuk proses penyembuhan
4) Memberi penjelasan mengenai proses penyakit/prognosis dan
pengobatan.
lntervensi
1) Kaji jumlah pernafasan (AR), kedalaman dan gerakan dada.
2) Auskultasi bunyi nafas apakah ada wheezing, crackles.
3) Tinggikan bagian kepala tempat tidur, dan rubah posisi pasien
secara teratur.
4) Istirahatkan pasien, ajarkan dan demonstrasikan cara batuk
efektif.
5) Jika perlu lakukan pengisapan lendir.
6) Beri minum air hangat lebih banyak (minimal 2500 cc/ hari), bila
tidak ada kontra indikasi.
Kolaborasi
1) Kaji dan monitor efek pengobatan nebulisasi dan chest
fisiotherapi, IPPB (Intermitten Positive Pressure Breathing),
Postural drainage.
2) Catat dan berikan obat-obatan, mukolitik, ekspektoran,
bronchodilator dan analgesik.
3) Beri cairan tambahan; infus.
4) Beri humidifikasi oksigen.
5) Mintor analisa gas darah (Astrup), pulse oximetry.
Intervensi
1) Kaji kedalaman, jumlah dan kesuiitan bernafas
2) Observasi tanda-tanda cyanosis (membran mukosa, kuku)
3) Kaji status mental (kesadaran)
4) Monitor denyut nadi dan irama jantung
5) Monitor suhu tubuh (jika diperlukan)
6) Bila suhu tubuh tinggi, beri pakaian yang tipis, atur suhu udara di
dalam ruangan nyaman. Beri kompres dingin atau hangat (tapid
water sponges)
7) Anjurkan/pertahankan pasien bed rest, ajarkan tehnik relaksasi
8) Atur posisi semitowler, ajarkan tehnik nafas dalam dan batuk
efektif.
Kolaborasi
1) Pemberian oksigen (terapi oksigen) dengan nasal canule atau
mask oksigen atau venturi mask.
2) Hasil pemantauan analisa gas darah/pulse oxymetri.
Ditandai dengan pasien tampak lelah, nafas cepat, nadi cepat jika
aktifitas.
Intervensi
1) Kaji aktifitas yang masih dapat dilakukan
2) Anjurkan pasien untuk istirahat
3) Atur posisi pasien yang nyaman
4) Kaji pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan bantu untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien.
Intervensi
1) Kaji karakteristik nyeri
2) Monitor tanda-tanda vital
3) Ajarkan cara mengurangi rasa nyeri seperti relaksasi dan latihan
nafas, distraksi (mendengarkan musik/kaset ngaji, dan zikir)
4) Lakukan pemeliharaan kebersihan mulut lebih sering.
Intervensi
1) Kaji dan catat; tanda-tanda vital, peningkatan suhu tubuh,
takhikardi, hipotensi orthostatik.
2) Kaji turgor kulit, membran mukosa (bibir dan lidah).
3) Monitor pemasukkan dan pengeluarari cairan serta warna urine.
4) Hitung balance cairan.
5) Beri cairan/minum lebih banyak.
a. DIAGNOSIS
Anamnesis sesak nafas mendadak perlahan-lahan, nyeri dada
pada hemitoraks yang kolaps.
Pada pemeriksaan fisik tampak sesak nafas, AR > 20 x / mnt, TD
normal, nadi normal / meningkat; Infeksi hemitoraks yang sakit
gerakannya tertinggal; Perkusi hipersonor; Fremitus melemah;
Vesikuler melemah.
Pemeriksaan Penunjang; Foto thorak; tampak daerah lusen
avaskuler.
b. PENATALAKSANAAN
1) Di Penerbangan = di Kloter
a) Oksigen 4 ltr/mnt.
2) Di BPHI
1) Rawat dengan slang WSD (Abocath No. 14) terfiksasi.
2) Pasien latihan nafas dalam.
6. Edema Paru
a. Kardiogenik
1) DIAGNOSIS
Anamnesis sesak nafas sehingga posisi duduk/setengah duduk,
ada riwayat penyakit jantung, hipertensi dan coroner.
Pemeriksaan fisik; tampak sesak nafas, AR > 24 x / mnt, nadi
tachikardi, tekanan darah normal rendah/tinggi; tachikardi, Gallop
(+) I (-); Paw, ronchi basah halus terutama pada kedua lapangan
bawah paw; Abdomen normaVmembesar dan extremitas nor-
mal/edema.
2) PENATALAKSANAAN
a) Di Penerbangan = di Kloter
1) Oksigen 4 ltr/mnt
2) Restriksi cairan 15 - 20 cc/kg BB/24 jam
3) Lasix 3 x 1 ampul (jika TD> 110 MMHg
4) Kalium Durales 2 x 1 tablet
5) Morfin iv 1 ampul (jika edema paw Std I)
6) Antibiotik jika ada tanda-tanda infeksi
7) Digitalisasi kalau ada tanda-tanda Decomp (lihat penanganan
Decomp Cordis).
b) Di BPHI
C. Saluran Pencernaan
a. DIAGNOSIS
1) Hematemesis
Anamnesis muntah darah berwarna hitam tercampur dengan makanan, jumlah
darah yang keluar sebanyak 500 - 2000 cc,. perdarahan secara spontan tanpa
batuk. PH asam karena tercampur asam lambung, baunya khas amis dan anyir.
Ada riwayat penyakit lambung/saluran cerna, minum obat Sosilat/Anti Inflamasi
Non Steroid!obat Rematik. Menderita penyakit hati khornik (Serosis/Hepatis).
Paa pemeriksaan fisik terdapat gangguan Hemodinamik. Hasil pemeriksaan
laboratorium anemia ringan sampai sedang, urine berwarna kuning tua.
2) Melena
Anamnesis berak berwarna kehitaman seperti petis/Tir (Tarry), bau
amis/anyir/sticky, jumlahnya 300 - 1000 cc/ Iebih, PH asam dan tampak seperti
kopi (Coffee ground appearance). Pada pemeriksaan fisik terdapat gangguan
Hemodinamik, laboratorium anemia ringan sampai sedang dan lakukan
pemeriksaan Hb, Ht, Trombo, CT, BT, Urine Iengkap.
3) Hematosesia
Anmnesis berak darah segar, bau amis/anyir, volume 200 - 1000 cc, PH netral
sampai aUalis. Dapat terjadi gangguan Hemodinamik dan jarang terjadi
anemia, kecuali perdarahan hebat/Iebih dari 3 hari
b. PENATALAKSANAAN
1) Di Penerbangan
2) Di Kloter
a) Beri Antasida 2 sendok makan (30 cc) dan Simetidine 2 tablet, dan setelah itu
puasakan.
b) Segera rujuk ke BPHI/RSAS.
3) Di BPHI
Tindak Lanjut
a) Bila keadaan umum memburuk/perdarahan tidak berhenti dalam 4 jam/Hb di
bawah 8 gr %, maka segera rujuk ke
RSAS.
b) Bila membaik makan 24 jam setelah perdarahan berhent/ tenng beri diet cain
porsi 6 x 24 jam. Obat oral/parenteral Ianjutkan 4 x 24 jam.
c) Bila bertambah membaik obat parenteral I NG tube dilepas dan lakukan
mobilisasi.
d) Cari penyakit primer (utama), hindari faktor pencetus (obat dIL)
2. Gastro Enteritis
a. DIAGNOSIS
Defekasi berbentuk cairan atau setengah cairan > 3 kali sehari, bersifat
mendadak dan berlangsung singkat dalam beberapa jam atau hari. Tampak
tanda-tanda dehidrasi; tekanan darah turun, nadi meningkat, turgor kulit
kurang, kesadaran menurun, ekstremitas dingin, jari tangan keriput dan
sianosis. Lakukan pemeriksaan pendukung yaitu darah perifer Iengkap,
analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin, analisa dan kultur tinja.
Diagnosis Banding: Kolera eltor, Salmonellosis, Shigellosis, Amebiasis.
b. PENATALAKSANAAN
1) Di Penerbangan
Anti biotik, sesuai dengan perkiraan diagnosis;
a) Kolera Eltor: Tetrasiklin 4 x 500 mg/hari selama 3 hari
b) Salmonellosis: Ampisilin 4 x 1 gr/hari selama 10-14 hari
c) Shigellosis: Ampisillin 4 x 1 gr/hari selama 5 hari
d) Amebiasis: Metronidazole 4 x 500 mg/hari selama 3 hari
e) Banyak minum sebagai pengganti cairan yang keluar.
2) Di Kioter
Berikan perawatan tirah baring, berikan banyak minum dan diet bubur,
lakukan rehidrasi dengan cairan Ringer Laktat dengan jumlah cairan yang
diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang keluar, beri antibiotik sesuai
dengan perkiraan diagnosis (lihat add 1.)
Rujuk ke BPHI, apabila tidak tampak perbaikan atau bertambah berat.
3) Di BPHI
Pengobatan
Rehidrasi dengan cairan Ringer Laktat dengan jumlah cairan yang diberikan
sesuai dengan jumlah cairan yang keluar. Berikan Antibiotik sesuai dengan
perkiraan diagnosis, evaluasi hemodinamik dengan baik.
Intervensi
1) Pemberian cairan per parenteral/infus sesuai dengan kebutuhan cairan yang
hilang (pemberian awal 1000 cc/i jam)
2) Monitor pemasukan dan pengeluaran
3) Monitor vital sign
4) Ben oralit sesuai dengan kemampuan pasien (adlibidum).
Intervensi
1) Perhatikan kebersihan tempat tidur/seprai/personal higiene
2) Beri tempat tidur yang bolong daerah bokong untuk menampung diare
3) Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya dan tindakan
yang akan dilakukan (tindakan perawatan isolasi).
Intervensi
1) Beri makanan lunak untuk menurunkan stimulasi usus
2) Beri makanan tinggi kalori tinggi protein (TKTP)
3) Hindari makanan yang merangsang dan yang membuat kembung /
menimbulkan gas seperti kol dan kubis dll.
4) Porsi kecil tapi sering.
intervensi
1) Penderita dirawat diruang terpisah (isolasi)
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja
3) Bekas alat-alat makan, alat tenun dsb didesinfeksi/direndam air panas
sebelum dicuci.
4) Personal higiene penderita seperti mandi dan kebersihan mulut dan anus
penderita.
a. DIAGNOSIS
1) Ikterus
Anamnesis riwayat penyakit hati/kuning (obat, jamu, tranfusi, pengidap/carrier),
stelera dan kulit berwarna kuning / kehijauan, mual, muntah, gatal, demam (sub
febril) dan diare. Pada pemeriksaan hepar teraba Hepato/spleno megali. Hasil
pemeriksaan laboratorium bilirubin direk/totat meningkat, urine berwarna kuning
tua seperti air teh, SGOT/SGPT/Gama GT/Alkali Transferase meninggi, HBs Ag
dan Anti HBs Ag.
2) Prekoma Hepatikum
Anamnesis riwayat penyakit hati khronik, keadaan umum terlihat gelisah, mual,
muntah, bicara meracau dan keringat dingin. “Abdominal pain” dan Despepsia.
Takhikardi dan disorientasi ringan, pada pemeriksaan palpasi Didopati
Hepato/Spleno Megali, Asites, Speder Naevi, Eritema Palmaris dan G
inekomastia. Hasil laboratorium, didapatkan tanda-tanda keganasan fungsi hati.
3) Koma Hepatikum
Kesadaran Somnolens hingga Komateus yang disertai / tidak dengan gangguan
Hemodinamik - Tremor halus.
b. PENATALAKSANAAN
1) Di Penerbangan
a) Bila ikterus, jamaah sakit harus istirahat total.
b) Jika Prekoma Hepatikum atau koma Hepatikum, lakukan infus dengan
cairan Isotokis hingga Bandara tujuan.
2) Di Kioter
a) Jika ikterus atasi dahulu dehidrasi, batasi kegiatan fisik, isolasi dari
jamaah lain dan segera rujuk ke BPHI.
b) Pada Prekoma dan koma Hepatikum, segera kirim ke BPHI.
3) Di PBHI
a) Bila ikterus lakukan pemasangan Infus dengan cairan isotonis/plasma
expander (Dextrans/Aminoleban/Aminofusin)
b) Koreksi penyakit utama
c) Pada Prekoma dan koma hepatikum segera rujuk ke RSAS.
Tindak Lanjut
a) Bila ada perbaikan - Terapi konservatif
- Diet hati khronik
- Pengawasan vital sign
b) Bila tidak ada perbaikan, pertimbangkan pulang dini.
1. DIAGNOSIS
Anamnesis demam, sakit kepala, mual, muntah, anorexia, kejang dan sakit
sendi. Pada pemeriksaan fisik: Rangsangan meningeal seperti; kaku kuduk,
tanda Kerning, tanda Brudzinki), kemerahan di kulit (seperti; rash, ptechiae,
vesicular, echymosis, kesadaran menurun (seperti; delirium, shock dan koma).
Pemeriksaan
Pendukung: Lumbal Punctie untuk pemeriksaan liquor Cerebro Spinalis,
hasilnya terlihat warna dan kekeruhan dapat jernih atau keruh, tekanan derigan
manometer bisa > 20 cm air, kualitatif protein dengan Nonne & Pandy, kuantitatif
Cel (PMN & MN) normal Glikosa dibanding Glukosa darah > 0,5 - 1/3 Glukosa
darah. Preparat langsung MN 5/mm 3 dan pewarnaan Gram, BTA serta Kultur.
Kontra indikasi LP, peninggian tekanan intra cranial (TIC) yang nyata, antara lain
pemeriksaan fundus copy untuk melihat edema papil nervus optikus (apakah > 2
Dioptri). Pemeriksaan darah tepi Lekositosis/kadang-kadang leukopenia dan
Thrombosit normal atau menurun.
Diagnosis Banding
1) Pendarahan SUb Arachnoid
2) Abses Retro Faring
3) Demam Thypoid
4) Encephalitis
5) Tetanus
6) Sengatan panas
7) Pneumonia
8) Psikosis
2. PENATALAKSANAAN
a. Di Penerbangan = di Kloter
1) Penderita di Infus 2 A, AL; 14 - 20 tts/mnt.
2) Ampicillin kombinasi dengan Chloramphenikol.
3) Segera rujuk ke RSAS atau BPHI.
b. Di BPHI
1) Penderita di Infus 2 A, RL; 14 - 20 tts/mnt
2) Pengobatan dengan Ampicillin di kombinasi dengan Chloramphenicol
sesuai dosis.
3) Segera rujuk ke RSAS, setelah diberi pertolongan seperlunya serta
perawatan penderita secara suportif.
b. Gangguan Kesadaran
Gangguan kesadaran sehubungan dengan serangan selaput otak.
Kriteria lntervensi : Semua kebutuhan pasien dibantu perawat sehingga
kebutuhan pasien terpenuhi.
Intervensi
1) Kebutuhan 02, pemberian 02 (2-4 1/mnt), membersihkan jalan nafas dengan
penghisapan lendir, monitor vital sign, menghitung Glasco Coma Scoring
untuk mengetahul penurunan kesadaran.
2) Kebutuhan makanan dan minuman, pemberian terapi parenteral sesuai
program medis, pemberian makanan melalui slang (Nasal Gastric Tube)
sesuai dengan program gizi.
3) Kebutuhan cairan dan elektrolit, pemberian terapi parenteral sesuai program
medis, monitor pemasukan dan pengeluaran (mengatur keseimbangan
cairan).
4) Monitor vital sign.
5) Kebutuhan eliminasi, pemasangan catether dan penampungannya,
pemasangan alas bokong/duk untuk menampung defekasi dan jaga
kebersihan bokong.
6) Pencegahan dekubitus akibat tirah baring:
a) Jaga kebersihan sprei/baju pasien
b) Posisi selang seling setiap 2-3 jam
c) Pasang windring di bokong penderita
d) Usahanya kebersihan perseorangan terutama bersihan
bokong/punggung
Intervensi
1) Pemberian terapi anti konvulsi sesuai dengan program medis.
2) Pasang spatel lidah dibungkus kasa untuk mencegah lidah tergigit dan
menutup jalan nafas.
3) Monitor respirasi dan jalan nafas.
Intervensi
1) Pencegahan dekubitus (sesuai intervensi pada gangguan kesadaran).
2) Pencegahan phlebitis dan tempat tusukan infus dengan mengganti slang
setiap 3-4 hari sekali dan bekerja dengan tehnik septik aseptik.
3) Pencegahan infeksi saluran kemih dengan
a) Pemasangan catether dengan memperhatikan tehnik septik aseptik.
b) Ganti slang catether setiap 3-4 hari sekali.
c) Kebersihan daerah genetalia (terutama wanita).
Intervensi
1) Pasien diisolasi/barrier Nursing ditempat khusus terpisah dengan penyakit
lain.
2) Petugas harus selalu cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja.
3) Di isolasi ditempat terpisah dengan penyakit lain.
4) Petugas harus selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja.
5) Memakai masker pada saat berkomunikasi dengan jamaah sakit/ bekerja.
6) Petugas memakai celemek pada saat bekerja.
Intervensi
1) Penyuluhan mengenai cara mencegah penularan.
2) Informasi manfaat isolasi dan vaksinasi.
3) Informasi mengenai tindakan-tindakan yang diberikan.
F. Rematik
1. Arthritis Gout
a. DIAGNOSIS
Berdasarkan (Kriteria ARA), terdapat kristal monosodium urat didalam cairan
atau terdapat kristal monosodium urat di dalam totus atau didapat 6 dari 12
kriteria berikut
Pemeriksaan pendukung; kadar asam urat darah dan urin, ureum, kreatinin dan
CCI serta radiologi sendi.
b. PENATALAKSANAAN
1) Di Penerbangan:
Penyuluhan dan obat antiinflamasi non steroid (Indomethacin).
2) Di Kloter
a. DIAGNOSIS
b. PENATALAKSANAAN
2) Di Kloter
a) Proteksi pada sendi yang sakit terutama pada stadium akut.
b) Pemberian obat-obatan anti inflamasi non streroid (indomethacin,
Piroksikam).
c) Rujuk ke BPHI, apabila peradangan sendi sangat hebat atau
terdapat infeksi sekunder.
3) Di BPHI
a) Pada umumnya tidak dibutuhkan rawat inap, kecuali peradangan
sendi sangat hebat atau disertai infeksi sekunder.
b) Proteksi pada sendi yang sakit terutama pada stadium akut.
c) Pemberian obat-obatan anti inflamasi pada stadium akut.
d) Pemberian obat-obatan remitif (DMARD), misainya; Salazopirin,
Kioroquin dll.
e). Fisoterapi.
a. DIAGNOSIS
Diagnosis ditetapkan dengan nyeri sendi akut umumnya monoartikuler dan
terbanyak mengenai sendi lutut, biasanya terdapat penyakit lain yang
mendasarinya, dan ditemukan bakteri dari kultur cairan sendi.
Pemeriksaan penunjang antara lain analisis cairan sendi, pewarnaan gram
dan kultur cairan sendi, pemeriksaan radiografi sendi, lekosit, LED, dan CRF
serta kultur darah.
G. Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa adalah suatu kelompok gejala atau perilaku yang dapat
ditemukan secara kIinis dan dengan penderitaan (distress) serta berkaitan
dengan terganggunya tungsi (disfungsi). Penyebab timbulnya gangguan jiwa
adalah bersifat multifaktorial. Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis
Gangguan Jiwa (PPDGJ), urutan hirarki dasar diagnosis gangguan jiwa
senantiasa diawali dengan memikirkan kemungkinan penyebab organik yang
mendasari (faktor organo - biologi) atau dikenal dengan istilah Gangguan Mental
Organik (GMO). Apabila dasar organik dapat disingkirkan maka perlu dipikirkan
faktor penyebab lainnya yaitu : taktor spiko-edukasi, sosial-budaya dan
psikorreligius.
1. DIAGNOSIS
Berdasarkan Auto dan allo-anamnesis dari orang terdekat disekitarnya
maupun Buku Kesehatan Haji sangat penting untuk memperjelas riwayat
perjalanan penyakit. Hal ini penting untuk menentukan adanya dasar organik
atau bukan, onset akut atau kronis, kelainan psikosis atau neurosis serta
riwayat obat-obatan yang dipakai.
a. Kesadaran
Kesadaran merupakan keadaan biologik - fungsional yang optimal untuk
bereaksi terhadap stimulus dari luar dan/atau dari dalam. Penilaian fungsi
kesadaran merupakan hal yang utama dan lazim dalam setiap awal
pemeriksaan medis. Timbulnya gangguan kesadaran merupakan gejala
patognomonik adanya Gangguan Mental Organik (GMO) Misalnya; dellirium,
epilepsi, cedera otak, meningitis atau heat stroke.
2. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan gangguan jiwa selama di pesawat, kloter dan BPHI pada
umumnya dibedakan oleh sarana dan prasarana yang ada. Perbedaannya
adalah tersedianya sarana perawatan bila di BPHI dalam bentuk ruangan
isolasi.
Untuk memudahkan prinsip penatalaksanaan bagi petugas, maka
pengelompokkan gangguan jiwa dibedakan dalam 3 bagian utama;
b. Gangguan Psikotik
Jika keadaan organik dapat disingkirkan, maka penatalaksanaan
gangguan psikiatri ditekankan pada aspek ada-tidaknya gejala psikosis
yang ditandai oleh gangguan penilaian realitas (RTA). Gangguan RTA
yang sedemikian parah dan mengganggu diri dan/atau Iingkungan
memertukan tindakan pengamanan (fiksasi) yang manusiawi, misalnya
dengan jaket fiksasi atau isolasi ruangan. Selanjutnya diberikan
farmakoterapi antipsikotik yaitu injeksi Halloperidol 5 mg IM atau injeksi
CPZ 100 mg IM dan injeksi Diazepam 10 - 20 mg IM/IV sesuai tingkat
kegaduhgelisahannya. Tindakan ini dapat diulangi setelah 30 menit jika
betum reda. Selanjutnya diberikan terapi oral antipsikotik CPZ 3 x 50 -
100 mg/hari, dapat dinaikkan sampai 900 mg/hari atau Haloperidol 3 x 5 -
10 mg/hari. Efek samping yang perlu diperhatikan pada pemberian anti
psikotik adalah timbulnya gejala extrapiramidal (parkinson) yang ditandai
antara lain; kekakuan, berjalan seperti robot, lidah tertarik. Jika timbul
efek tersebut dapat diberikan injeksi Fifenhidramin 2 cc IM atau Injeksi
Sulfas Atrof in 0,25 - 0,5 mg IM dan pemberian oral Trihexifenidil (artane)
3 x 2 - 4 mg/hari. Efek samping antipsikotik lainnya adalah hipotensi.
Oleh karena itu, jika tekanan darah kurang dari 90/60 mm Hg maka tidak
diberikan antipsikotik dan lakukan tindakan pembaringan serta minum
kopi. Jika tekanan darah belum membaik berikan IVFD RL / Dex 5% 30
- 40 tts/mnt disertai Noradrenalin 2 amp/kolf hingga tekanan darah
membaik> 100 I 70 mm Hg.
Tindak Lanjut : Bila gejala yang timbul cukup berat (kecenderungan untuk
bunuh diri/ingin bunuh diri/percobaan bunuh diri) maka sebaiknya penderita
dirujuk ke BPHI untuk mendapat perawatan Iebih lanjut oleh psikiater.
Sikap Menghadapi Pasien:
1. Hangat, ramah, banyak perhatian dan tenang
2. Bersikap empati, menyapa lebih dahutu, memperkenalkan diri,
mengajak bicara, menunjukkan perhatian, mengalah.
3. Formil, netral, “menjaga jarak” (khususnya untuk pasien paranoid).
4. Bila kondisi pasien masih membahayakan, ambil sikap waspada
(pasien difikasi).
3. PENGOBATAN
a. DIAGNOSIS
Berdasarkan 11 eritina ARA, pada anamnesis adanya keluhan bercak
merah pada wajah, timbul perlahan kemudian melebar dan gatal
terutama terkena panas.
Pemeriksaan fisik:
1) Rambut ditemukan Pluk test (+) dan alopesia dengan scarring
2) Wajah terdapat malar rash seperti kupu-kupu dan fotosensitif
3) Ujung-ujung jari deprresed scar sampai ulkus
b. PENATALAKSAAN
1) Di Penerbangan :
a) Monitor obat dan gejala yang timbul
b) Perlakuan sama dengan jamaah biasa.
2) Di Kloter :
a) Prednison 30 mg / hari
b) Sunblock dengan SPF >= 15
Asuhan Keperawatan:
Sesuai dengan gejala yang timbul
a) Istirahat dengan aktifitas dikurangi
b) Pakaian yang protektif dari Sun exposed.
c) Perhatikan obat-obatan yang memperberat
2. Dermatitis Atopik
a. DIAGNOSIS
Anamnesis, gatal yang berulang pada lipatan lengan dan lutut serta adanya
stigma atopik pribadi / keluarga. Pemeriksaan fisik terdapat bekas eksloriasi,
plak hiperpigmentasi pada fasca cubiti danpoplitea. Hasil pemeriksaan
penunjang Ig E meningkat dan eosinofilia. Pada tes tusuk dan tes tempel
dengan TDR hasflnya positif.
b. PENATALAKSANAAN
2) Di Kloter
Asuhan Keperawatan:
a) Pakaian yang menyerap keringat. misalnya katun
b) Kurangi faktor pencetus, misalnya debu dan suhu lingukungan
hendak yang menyenangkan.
3) Di BPHI
Pengobatan : Evaluasi pengobatan apakah sudah adekuat dan
tambahkan prednison 20 mg hari dalam masa singkat.
Asuhan Keperawatan
a) Hindari tempat-tempat yang berdebu
b) Hindari sabun antiseptik dan farfum
a. DIAGNOSIS
Pada anamnesis penderita mengeluh kulit kering dan bersisik disertai
keluhan gatal. Sedangkan pada pemeriksaan fisik kulit tampak bersisik, bibir
pecah-pecah dan pada uji gones tampak kulit lebih putih dan berskuama.
b. PENATALAKSANAAN
2) DiKloter
Beri pengobatan dengan krim pelembab dan antihistamin oral
a) Mandi dengan air hangat dan gunakan sabun hanya sedikit, sebaiknya
sabun digunakan mengandung pelembab
b) Pakaian dari bahan katun
Gizi : Beri diet TKTP
3) Di BPHI
a) Pengobatan diteruskan
b) Krim steroid perlu dipertimbangkan bila ada tanda-tanda
c) Bibir oleskan margarin / lip gloss.
Gizi : Hindari makanan yang merangsang bila bibir pecah-pecah dan diet TKTP.
L. THT
1. Epistaksis
a. DIAGNOSIS
PENATALAKSANAAN
Prinsipnya: 1) Menghentikan pendarahan
2) Mencegah komplikasi
3) Mencegah berulang dengan mencari penyebab.
1) Di Kloter
a) Pasien didudukan I berbaring duduk dengan kepala ditundukkan.
b) Monitor vital sign
c) Cuping hidung dipencet selama 5 menit
d) Bila tidak berhasil segera rujuk ke BPHI
2) Di BPHI
a) Monitor vital sign, bila terlihat tanda-tanda shock (tensi turun) segera
pasang infus.
b) Pasang tampon adrenalin 5 - 10 menit dan “ala nasi” ditekan kearah
septum.
Masalah Keperawatan Yang Mungkin Timbul
Intervensi:
1) Pasien didudukkan / berbaring setengah duduk
dengan posisi kepala ditundukkan, tujuannya adalah mencegah darah
masuk ke dalam saluran nafas (mencegah aspirasi)
2) Letakkan bengkok dimuka pasien untuk menampung darah
3) Monitor vital sign dan jika tampak tanda-tanda shock (tensi turun)
segera pasang infus
4) Apabila pendarahan berasal dari pleksus Kieselbach, maka cuping
hidung dipencet untuk mengurangi pendarahan.
5) Siapkan alat:
a. Lampu kepala
b. Spekulum hidung
c. Alat penghisap
d. Pinset
e. Kapas
f. Tampon gulung
g. Alat pelilit (aplikator) kapas.
h. Api spiritus
i. Kateter
j. Adrenalin
k. Vaselin/salep antibiotika
I. Nitras argenti 25 %
m. Tampon Bellocq yaitu kain kasa yang dilipat/ digulung kemudian
diikat dengan 2 buah tali sehingga ujung tall pada satu sisi 2
lembar, sedangkan pada sisi lainnya satu lembar. Tampon ini
diperlukan untuk menolong pendarahan anterior.
Upaya pencegahan:
1) Pemakaian masker untuk menghindari iritasi karena udara.
2) Membuang lendir/cairan hidung jangan terlalu keras.
3) Pasien hipertensi dilakukan pengontrolan tekanan darah.
J. Sengatan Dingin
a. DIAGNOSIS
1) Frost Nip
Bentuk klinis yang paling ringan, cenderung mengenai telinga,
hidung, pipi, jari dan ibu jari, tangan atas dan bawah serta tungkai
atas dan atau bawah. Berdasarkan anamnesis penderita mengeluh
ada rasa kaku / beku daerah telinga (Aurikuler atau Auditus
kanalikuli), hidung, pipi, jari tangan/ibu jar bahu, lengan atas/bawah,
tungkai atas atau paha atas dan paha bawah. Kekakuan pada
status lokalis, nyeri tekan atau pada udara dingin dan Hiperemis
sekitar lesi/sendi.
Diangnosis Banding
a) Gagal jantung kongetive, Aritmia jantung
b) Uremia, gagal ginjal akut/khronik
c) Diabetes Mellitus
d) Takar lajak ( “over dosis” ) obat-obat
Antipiretik, Opiat / Benzo Diazpin, Tranquiliser mayor/minor atau
anti histamin non selektif.
b. PENATALAKSANAAN
1) Di Penerbangan:
a) Selimuti dengan kain hangat dan kendorkan ikatan-ikatan pada
tubuh (ikat pinggang, kancing celana, pakaian dalam, sepatu,
arloji, kalung dan ikat kepala)
b) Minum dan makan makanan yang hangat dengan porsi sedikit
tetapi sering misalnya setiap 15 menit.
c) Rebahkan dengan posisi kepala agak rendah dan tungkai Iebih
tinggi 30 derajat.
d) Kompres air hangat pada daerah lesi atau berikan cairan / krem
pelembab di sekitar lesi.
e) Bila nyeri semakin hebat boleh diberikan Asam Mefenamat 500
mg setiap 8 jam atau Tranadot 50 mg/8 jam.
2) Di Kloter:
a) Baringkan penderita dengan alas lunas dan selimuti dengan
selimut hangat.
b) Lepaskan semua ikatan tubuh
c) Beri minum dan makan makanan yang hangat
d) Lakukan kompres hangat / Revanol pada
daerah lesi
e) Segera rujuk ke BPHI/RSAS.
Masalah Keperawatan Yang Mungkin Timbul
Intervensi:
a) Beri selimut dan buli-buli panas mengurangi penguapan
b) Bawa ketempat / ruangan yang bersuhu panas
c) Beri minum hangat yang banyak
d) Kulit diolesi dengan pelembab untuk mengurangi kulit kering
e) Pakaikan pakaian yang tebal dan kaos kaki
f) Hindari menggunakan air dingin untuk minum, mandi dan berwudhu
g) Beri diet tinggi kalori dan tinggi protein untuk meningkatkan daya
tahan tubuh.
h) Perhatikan personal higiene dan kebersihan lingkungan
3) Di BPHI
a) Lengkapi anamnesa, pemeriksaan fisik dan laboratorium.
b) Imobilisasi, kalau perlu fiksasi sederhana di daerah lesi.
c) Obati faktor pencetus dan penyakit primer / sekunder.
d) Reworming bertahap:
• Penyinaran infra merah setiap 2 jam selama 20 menit
sampai suhu normal.
• Kompres air panas / hangat setiap 1 jam selama 30 menit
• Ruangan hangat / tanpa pendingin.
e) Antibiotika cakram luas misalnya Amoxillin 3 x 50 gr, Doxiciclin 2
x 100 gr atau Ciprofloksasin 3 x 500 mg.
f) Anti Inflamasi misalnya Nonflamin atau Excelase 3 x 2 tablet
g) Anti Oksidan dosis tinggi 3 x 1 tablet
h) Obat sirkulasi tepi dosis tinggi misalnya Aspirin
325 gr atau Aspilet 2 x 1 tablet, Dipiridamol 3 x 75 mg dan
vitamin B complek atau B12 dosis tinggi * 2 x 5000 U)
i) Fisio terapi dengan Short Wave Diatermi, Musde Wavement,
Relaksasi, Masage ringan dengan gelly dan latihan otot dengan
bola tenis.
Intervensi
a) Beri selimut dan buli-buli panas untük mengurangi penguapan
b) Bawa ketempat/ ruangan yang bersuhu panas.
c) Beri minum hangat yang banyak.
d) Kulit diolesi dengan pelembab untuk mengurangi kulit kering
e) Pakaikan pakaian yang tebal dan kaos kaki.
f) Hindari menggunakan air dingin untuk minum, mandi dan
berwudhu.
g) Beri diet tinggi kalori dan tinggi protein untuk meningkatkan
daya tahan tubuh.
h) Perhatikan personal higiene dan kebersihan lingkungan.
Tindak lanjut: Konsul dokter Bedah atau dokter ahli Saraf, lakukan
pengobatan konservatif dan pembatasan aktifitas serta gunakan alat
bantu atau “Weight Bearing”.
BAB. II
PENATALAKSANAAN GIZI
A. Pendahuluan
Dalam tulisan ini akan ditelaah seberapa jauh pengaruh musim dingin di Arab
Saudi terhadap para jamaah haji Indonesia. Hal ini sangat penting untuk
menentukan langkah-langkah Pembinaan Gizi Para Tamu Allah tersebut. Tujuan
pembinaan ini tiada lain adalah untuk mencapai keadaan kesehatan jamaah
yang optimal agar dapat melaksanakan ibadah sebaik mungkin
Jumlah haji yang pada umumnya terdiri dari kelompok orang yang sudah
berumur dengan klasifikasi aktivitas sedang, tampaknya peningkatan kebutuhan
zat gizi tidak diperlukan terlalu tinggi. Penambahan sebesar maksimum 5%
diperkirakan sudah cukup memadai untuk meraih derajat kesehatan yang
optimal agar dapat melaksanakan ibadah secara sempurna.
Ini dapat dicapai dengan cara mengkonsumsi makanan selingan diantara dua
kali makan. Sedang untuk menanggulangi kelembaban rendah hendaknya
diimbangi dengan jumlah cairan yang cukup, baik dari air minum dan
mengkonsumsi buah-buahan yang cukup.
1. PENATALAKSANAAN
a. Di Kloter
b. Di BPHI
Pemenuhan kebutuhan gizi bagi jamaah yang dirawat di BPHI adalah
berdasarkan ketetepan Tim Medis yang merawat, baik mengenai jumlah
zat gizi yang diperlukan maupun bentuk makanan yang diberikan.
1). Jamaah yang tidak memerlukan diit khusus. Untuk kelompok ini
digunakan standar makanan rumah sakit yang ada. Berdasarkan
bentuknya, makanan dapat dibedakan menjadi :
a) Makanan biasa dengan makanan pokok: Nasi/ pengganti
b) Makanan lunak, dengan makanan pokok Bubur/pengganti
c. Makanan saring, dengan makanan pokok Bubur yang
dihaluskan/pengganti
d) Makanan cair, dengan formula rumah sakit (lihat pada Lampiran
1). Disamping formula rumah sakit, dewasa ini sudah banyak
diproduksi formula komersial dengan susunan nutrisi yang
beragam, sesuai dengan penyakit yang diderita.
Diit Jantung I
Diit Jantung I diberikan kepada penderita dengan “infark
miokard akut” atau gagal jantung berat. Pemberian berupa 1-
11/5 liter cairan sehari selama 1-2 hari pertama bila penderita
dapat menerimanya. Makanan ini rendah kalori dan semua zat-
zat gizi.
Diit Jantung II
Diit Jantung II diberikan secara berangsur dalam bentuk lunak
dan rendah garam, setelah fase akut infark dapat diatasi
menurut beratnya hipertensi atau oedema yang menyertai
penyakit. Makanan ini juga rendah kalori, protein, dan thiamin.
Diit Jantung IV
Dilt Jantung IV diberikan sebagai makanan perpindahan dari Dilt
Jantung III atau kepada penderita penyakit jantung ringan.
Pemberian dalam bentuk biasa sesuai beratnya hipentensi atau
oedema yang menyertai. Makanan diberikan rendah garam dan
cukup kalori dan zat-zat gizi.
Tabel 1
Daftar Waktu, Energi dan Standar Diet
Waktu / Standar Diet
Energi
1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
07.00:
Nasi 1/2 1 1 1 11/2 11/2 11/2 1
Hewani 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1 1 1
- —
Nabati 1 1 1 1 1 1
-
SayurA s 2 s s s s s
- - - - - - -
SayurB
-
Minyak 1 1 1 1 1 1 1
10.00:
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
- - - - - -
Susu 1 1
13.00:
Nasi 1 1 1 2 2 2 3 3
1/2 1/2
Hewani 1 1 1 1 1 1 1 1
Nabati 1 1 1 1 1 1 1 1
SayurA s s s s s s s S
SayurB 1 1 1 1 1 1 1 1
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Minyak 1 1 1 2 2 3 3 3
16.00:
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
19.00:
Nasi 1/2 1 1 1 2 2 2 3
1/2
Hewan 1 1 1 1 1 1 1 1
Nabati 1 1 1 1 1 1 1 1
SayurA s s s s s s S S
SayurB 1 1 1 1 1 1 1 1
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Minyak 1 1 1 1 2 2 2 2
Tabel 2
Daftar Diit Jantung Berdasarkan
Bahan Makanan, Berat dan Ukuran Rumah Tangga
Bahan makanan Diit Jantung I Diit Jantung II
Berat (g) URT Berat (g) URT
- -
Beras - -
100 3 gis bubur
Daging - -
100 3 pt. Sdg.
Telur - - 60 1 butir
-
-
Tempe - -
2 gis
400 200
Sayuran -
-2 gis sari 400 4 pt. sdg.
-
Buah - -
-
Minyak 10 1 sdm
80 8 sdm 40
20 1 sdm
Margann t. garam
80 16 sdm 1 sdm
Gula pasir
Tepung Susu
Bahan makanan Diit Jantung I Diit Jantung_II
Berat (g) URT Berat (g) URT
Beras 200 4 gis tim 250 31/2 gis tim
Daging 100 2 pt. Sdg. 100 2 pt. Sdg.
Telur 50 1 butir 50 1 butir
Tempe 100 4 pt. Sdg. 100 1 pt. Sdg.
Sayuran 200 2 gelas 200
2 gelas
Buah 400 4 pt. Sdg 400 4 pt. Sdg.
Minyak 15 1 1/2 sdm 25 2 1/2 sdm
- - - -
Margarin t. garam 3 sdm
Gula pasir 30 - 30 3 sdm
-
TepungSusu
Tabel 3
Daftar Makanan Diit Jantung Sehari
Tabel 4
Daftar Golongan Bahan Makanan
Yang Boleh dan Tidak Boleh Diberikan
Tabel 5
Contoh Menu: Diit Jantung II
Contoh menu diit jantung IV sama dengan Diit Jantung III, hanya nasi tim diganti
dengan nasi.
Tabel 7
Daftar Bahan Makanan, Berat dan Ukuran Rumah Tangga
Tabel 8
Daftar Nilai Gizi Sehari
Tabel 9
Daftar Pembagian Makanan Sehari
Tabel 10
Contoh menu Diit Hiperlipoproteinemia II
Tabel 11
Daftar Bahan Makanan boleh dan tidak boleh diberikan
Dilt Hiperlipoproteinemia IV
Diit Hiperlipoproteinemia IV diberikan kepada penderita hiperlipo proteinemia IV.
Tipe ini sering timbul pada umur 20 tahun ke atas pada “arteroskierosis
prematur” atau sekunder pada Diabetes Mellitus atau penyakit metabolisme
lain. Pada umumnya disertai kegemukan. Kadar kolesterol darah normal atau
tinggi, sedangkan kadar trigliserida biasanya tinggi.
Syatar-syarat dilt yang diberikan:
1) Kalori rendah, bila penderita terlalu gemuk. Jika telah tercapai berat badan
normal, kalori disesuaikan untuk mempertahankan berat badan tersebut.
2) Hidrat arang dibatasi : 40 - 60 persen kalori total. Pengurangan terutama dari
hidrat arang murni (gula murni dan makanan yang mengandung gula murni).
3) Lemak terbatas, diutamakan menggunakan lemak tak jenuh ganda.
4) Kolesterol terbatas : 300 - 500 mg sehari.
5) Protein tidak dibatasi.
6) Serat tinggi.
Tabel 12
Daftar Bahan Makanan Sehari
Berdasarkan Berat dan Ukuran Rumah Tangga Sesual Tingkat Kalori
Bahan
1200 Kalori 1500 Kalori
Makanan
Berat (g) URT Berat (g) URT
Beras
70 1 gls nasi 125 1 1/2 gls
Daging
100 2 ptg sdg 100 2 ptg sdg
Telur
50 1 butir 50 1 butir
Tempe
100 4 ptg sdg 100 4 ptg sdg
Sayu ran
400 4 gls 400 4 gls
Buah
400 4 ptg pepaya 400 4 ptg pepaya
Minyak
20 2 sdm 25 2 1/2 sdm
Jagung
Bahan
1200 Katori 1500 Kalori
Makanan
Berat (g) URT Berat (g) URT
Beras 175 2 1/2 gls nasi 250 3 1/2 gls
Daging 100 2 ptg sdg 100 2 ptg sdg
Telur 50 1 butir 50 1 butir
Tempe 100 4 ptg sdg 100 4 ptg sdg
Sayuran 400 4 gls 400 4 gls
Buah 400 4 ptg pepaya 400 4 ptg pepaya
MinyakJagung 25 2 1/2sdm 30 3sdm
Tabel 13
Daftar Nilai Gizi Sehari Sesuai Katori
Tabet 14
Daftar Bahan Makanan
Berdasarkan Waktu, Berat, Ukuran Rumah Tangga dan Kalori Sehari
Tabel 16
Contoh Menu Diit Hiperlipoproteinemia 1200 kalori
Diit hiperlipoproteinemia IV 1500 s/d 2000 kalon menu nya sama dengan Out
Hiperlipoproteinemia IV - 1200 kalori, kecuali pagi ditambah nasi dan oseng
buncis.
Keterangan:
Daftar komposisi lemak, asam lemak, dan kolesterol dapat dilihat pada lampiran
IV.
d) Diit Hipertensi:
Diii Hipertensi diberikan dengan diit rendah garam yang tujuannya
adalah membantu menghilangkan retensi garam/air dalam jaringan
tubuh dan menurunkan tekanan darah.
Syarat-syarat pemberian diit:
1) Cukup kalori, protein, mineral, dan vitamin
2) Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit.
3) Jumlah natrium yang diperbolehkan disesuaikan dengan retensi air/garam
dan/atau hipertensi.
Diit rendah garam diberikan kepada penderita dengan oedema dan/ atau
hipertensi, sebagaimana terdapat pada penyakit “Decompensatio Cordis, Cirrhosis
Hepatis, penyakit ginjal tertentu, Toksemia pada kehamilan dan Hipertensi
Esensiil. Diit ini mengandung cukup zat-zat gizi sesuai dengan keadaan penyakit
dan diberikan dengan berbagai tingkat Out Rendah Garam.
Tabel 17
Daftar Bahan Makanan
Berdasarkan Berat dan Ukuran Rumah Tangga Sehari
Cara memilih bahan makanan : Makanan yang diberikan makanan biasa rata-rata
mengandung 2800 - 6000 mg natrium yang ekivalen dengan 7 - 15 gr Na Chiorida.
Sebagian natrium berasal dari garam dapur, selebihnya dari bahan makanan yang
mengandung natrium tinggi. Kadar natrium pada berbagai jenis bahan makanan
dapat dilihat pada lampiran I.
Tabel 19
Daftar Makanan Boleh dan Tidak Boleh Diberikan
Keterangan:
Rasa makanan dapat dipertinggi dengan menggunakan bumbu lain yang tidak
mengandung natrium seperti gula, cake, bawang merah, bawang putih, kunyit,
jahe, laos, salam, dsb.
Makanan yang dikukus, ditumis, digoreng, dipanggang lebih enak dari pada
makanan yang direbus.
Lampiran I
Cara Membuat:
1) Susu, gula, minyak di aduk sampai rata ditambahkan air mendidih.
2) Telur dikocok/di blunder
3) Tepung betas dimask setelah dicairkan dengan air secukupnya.
4) Masukan tepung beras ke dalam susu yang sudah diaduk tadi, masak sampai
mendidih angkat dan masukan telur lalu tambah air sampai menjadi 2000 cc.
5) Saring, masukan dalam botol yang sudah disteril dan tutup.
Lampiran II
Lampiran Ill:
- Tahu
- Tempe 2 ptg sedang 50
- Susu kedelai 1 gelas 200
Lampiran IV
Tak manis
Keju 20,3 11,3 6,9 0,6 100
Keterangan : sedikit
Sekali
-
VI. Minyak kelapa 98 80,2 9,9 3,2
-
Minyak jagung 100 9,4 25,4 54.6
-
Minyak biji kapas 100 32.7 21,6 40,4
Minyak Olive 100 19,1 58,8 16,9
Minyak kacang tanah 100 21,9 38,4 32,3 -
Minyak kcng kedelai 99,9 12,8 28,9 51
Minyak wijen 100 26,2 38,5 31,5 -
Minyak biji bunga
Matahari 100 9,8 11,7 72,9 -
Margarin 8 21 46,1 7,2 -
Mentega 81,6 44,1 23,3 2,1 250
Lampiran V
Berasgiling 5 100
Makaroni 3 132
Misoa 1 96 Susu
Loast (roti bakar) 700 150 Susu penuh tepung 380 1200
Ayam
Ikan mas
- 335 Apel merah 3,8
Keberhasilan pelayanan kesehatan haji di Arab Saudi tidak dapat dipisahkan dengan
pengelolaan obat dan alat kesehatan yang baik. Yang dimaksud dengan
pengelolaan obat dan alat kesehatan adalah pengadaan dan pendistribusian obat
dan alat kesehatan dengan jenis yang sesuai, jumlah yang cukup, dan tepat waktu.
Pengadaan obat dan alat kesehatan dilaksanakan menurut ketentuan yang berlaku
dengan mengacu pada perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Perencanaan
kebutuhan obat dan alat kesehatan dibuat dengan mempertimbangkan beberapa hal
antara lain : pola penyakit sesuai iklim di Arab Saudi, standar terapi yang
mengutamakan daftar obat esensial nasional (DOEN) dan obat generik untuk
penentuan jenis : jumlah jamaah dan pola komsumsi obat dan alat kesehatan untuk
penentuan jamaah.
1 2 3
I. Anti Infeksi
V. 2 Antasida
55. Cimetidine Tablet
56. Gestabil Tablet
57. Homag Tablet
58. Magnam Tablet
59.
VII. Koagulan
65. AdonaAC 17 Tablet
66. Adona Forte Tablet
67. Phytomenadion Tablet
VIII. 4 Duretika
80. Furosemide 40 mg Tablet
81. IICT 25 mg Tablet
82.
IX. 3 Hormon
94. Duphaston Tablet
95. Pnmolut N Tablet
96. Provera Tablet
X. 1 Obat Kulit
97. Biocream Tube
98. Choramphecort Tube
99. Kemicetine S.K. Tube
100. Lasonil Tube
101. Mycofug S.K. Tube
102. Phenergan Cream Tube
X. 3 Obat Hidung
109. Alupent Spray Botol
Uladin Nasal Spray Botol
Respolin Inhaler Botol
X.5 Antiseptika/Desiffektan
Daryantulle Lembar
Septadine Botol
XIV. Lain-lain
163 Blood Chemistry Unit
164 Jelly EKG Tube
165 Kertas EKG Gulung
166 KJJelly Tube
167 Reagent Acutrend Glucose Set
168 Tas Kloter Buah
169 Ultraproct Oint Tube
170 Xylocain Jelly Tube
I. ANTI INFEKSI
Ampicillin 500 mg 200 kaplet
Amoxillin 500 mg 200 kapsul
Klorampenikol 250 mg 100 kapsul
Erythromycin 250 mg 100 kapsul
Tetracyclin 250 mg 100 kapsul
Kotrimoxazol 480 mg 100 kapsul
VI.ANTISIDA
1 Magnam 300 tablet
2 Gestabil 200 tablet
VII. ANTIEMETIKUM
1 Antimo (Dimenhidrinate) 50 tablet
VIII. ANTI DIABETIK ORAL
1 Gliker, clamide Diamicron 40 tablet
2 30 tablet
IX.ANTI KOAGULAN
1 Phytomenadion 10 mg 50 tablet
X. OBAT-OBAT KARDIOVASKULER
X.4. DIURETIKA
1 Furosemide 50 tablet
2 HCT 50 tablet
XIII. OBATMULUT
1 Gentian Violet 1 botol
A. Di Kloter
Pengawasan meliputi:
a. Pemondokan jemaah haji, antara lain keadaan kamar tidur, halaman /
gang tempat sampah, kamar mandi, WC, persediaan air, pencahayaan,
ventilasi dan saluran air kotor. Bila ditemui keadaan yang tidak baik I
memadai petugas TKHI kloter menginformasikan kepada ketua kloter
untuk selanjutnya disampaikan ke Maktab/Muassasah.
b. Pengawasan katering jamaah haji, bila kioter tersebut dilayani oleh
katering.
c. Penyuluhan kesehatan, dapat dilakukan sejak jamaah haji berada di
asrama haji Embarkasi, pesawat terbang, waktu istirahat di Bandara
King Abdul Aziz, selama di pemondokan, dan di kemah Arafah Mina.
2. Pengamatan Penyakit
a. Diare
Penyakit ini ditandai dengan perubahan bentuk dan konsitensi tinja
melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar
lebih dari biasanya (Iazimnya 3 kali atau lebih dalam sehari).
Tindakan yang dilakukan oleh:
1) Pengawasan terhadap tempat atau makanan yang diduga sebagai
penyebab.
b. Kolera
Penyakit ini ditandai dengan serangan diare akut dengan frekuensi yang
tinggi yang sering tanpa rasa mulas disertai muntah dan pada umumnya
disertai dehidrasi. Pada usap dubur penderita dapat ditemukan vibrio
cholera.
Tindakan yang dilakukan adalah:
1) Pengawasan terhadap tempat atau makanan yang diduga sebagai
penyebab.
2) Pencegahan dengan mengamankan dan upaya sanitasi.
3) Penyuluhan, baik pada penderita maupun pada jamaah lain yang
berada di sekitar penderita.
4) Segera isi formulir Lw. 1 dan kirim ke Subko TKHI setempat.
c. Keracunan Makanan
Penyakit ini ditandai dengan mual, muntah, diare, sakit kepala serta
berhubungan dengan mengkonsumsi makanan/minuman hasil olahan.
Tindakan yang dilakukan oleh:
1) Pengawasan terhadap tempat atau makanan yang diduga sebagai
penyebab.
2) Pencegahan dengan mengamankan dan upaya sanitasi.
3) Penyuluhan balk pada penderita maupun pada jamaah lain yang
berada di sekitar penderita.
4) Segera isi formulir Lw. 1 dan kirim ke Subko TKHI setempat.
d. Meningitis meningokokus
Penyakit ini ditandai dengan demam tiba-tiba, sakit kepala hebat sertai
mual muntah, nyeri sendi otot serta rangsangan meningeal seperti kaku
kuduk, nyeri tengkuk. Seringkali disertai ptechie. Pada tahap dini sekali
kadang hanya demam/panas tanpa disertai tanda-tanda rangsangan
meningial. Dengan demikian penderita dengan gejala panas/demam saja
patut dicurigai sebagai penderita meningitis.
Upaya yang perlu dilakukan meliputi:
1) Merujuk penderita ke BPHI
2) Penyuluhan tentang penyakit Meningitis meningokokus dan upaya
pencegahan secara berulang-ulang kepada seluruh jemaah haji.
3) Pencegahan dengan cara menganjurkan kepada jamaah untuk selalu
menggunakan masker, menghindari kontak dengan penderita dan
daerah padat manusia, menggunakan semprotan air untuk menjaga
kelembaban hidung dan tenggorokan serta makan minum yang
cukup.
4) Memberikan propilaksi kepada seluruh petugas dan jamaah kioter
yang terinfeksi.
5) Segera isi formulir Lw. 1 dan kirim ke Subko TKHI setempat.
e. Encephalitis
Penyakit ini ditandai dengan demam tinggi mendadak, sakit kepala,
pusing, kesadaran cepat menurun sampai koma, mual, muntah, kaku
kuduk, kejang parese atau paralise.
Upaya yang perlu dilakukan meliputi:
1) Merujuk penderita ke BPHI atau RSAS
2) Penyuluhan kepada seluruh jamaah haji dan anjuran kepada jamaah
untuk menghindari aktifitas-aktifitas yang tidak perlu.
3) Menjaga konsumsi makanan tertentu.
4) Segera isi formuHr Lw. 1 dan kirim ke Subko TKHI setempat.
f. Hepatitis
Penyakit ini ditandai dengan icterus, demam, lemah, mual, nyeri tekan
pada perut kuadran kanan atas dan urine berwarna teh pekat.
Upaya yang perlu dilakukan meliputi
1) Segera rujuk penderita ke BPHI atau RSAS.
2) Penyuluhan kepada seluruh jamaah haji dan anjuran kepada jamaah
untuk menghindari aktifitas-aktifitas yang tidak perlu.
3) Menjaga konsumsi makanan tertentu.
g. Titus abdominalis
Penyakit ini ditandai dengan demam tinggi terus menerus selama 1
minggu atau Iebih, kadang-kadang disertai penurunan kesadaran.
Upaya yang perlu dilakukan meliputi:
1) Segera rujuk penderita ke BPHI
2) Pengawasan lingkungan dan upaya sanitasi (desinfeksi)
3) Penyuluhan kepada seluruh jamaah haji.
4) Pencegahan dengan cara mengajurkan kepada jamaah untuk tidak
makan sembangan dan menggunakan peralatan makan bekas
penderita.
5) Segera isi formulir Lw. 1 dan kirim ke Subko TKHI setempat.
B. Di BPHI
2. Pengamatan Penyakit
Pengamatan penyakit (surveilans) meliputi kegiatan pengumpulan,
pengolahan, analisis dan penyajian data serta penyebarluasan informasi
untuk ditindak lanjuti.
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data meliputi data kesakitan harian dan kloter dan BPHI;
data kematian diri kloter, BPHI dan RSAS; data kelahiran dari kloter,
BPHI dan RSAS; data rujukan kloter dan BPHI; data hasil penyelidikan
epidemiologi bila ada KLB, serta data lain yang diperoleh dari Subko
TKHI dan Kantor Kesehatan Haji Arab Saudi.
b. Pengolahan data
Pengolahan data meliputi rekapitulasi semua laporan harian dan
laporan wabah, membuat tabel dan grafik, serta pengujian statistik bila
diperlukan.
c. Analisis data
Analisa data untuk melihat kelompok-kelompok risiko tinggi dari
variabel waktu, tempat dan orang.
d. Penyajian data
Penyajian data disajikan baik dalam bentuk narasi, tabel maupun grafik
3. Penanggulangan KLB
Langkah-langkah yang perlu dilakukan bila terjadi KLB
a) Pelayanan medik penderita yang dilaksanakan oleh TKHI
kloter, BPHI atau RSAS. Dilakukan tindakan terapi termasuk rujukan dan
isotasi bila perlu.
Demikian buku Pedoman Penatalaksanaan Penyakit Pada Jamaah Haji ini disusun
sebagal acuan bagi petugas haji TKHI Kloter dan Non Kioter dalam melaksanakan
tugasnya dilapangan nanti.