Anda di halaman 1dari 83

PEDOMAN PENATALAKSANAAN PENYAKIT

PADA JAMAAH HAJI INDONESIA

DEPARTEMEN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR
DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN
JAKARTA 1999

Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI Indonesia. Departemen


Kesehatan. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman Pedoman Penatalaksanaan Penyakit pada Jamaah Haji
Indonesia
Jakarta : Departemen Kesehatan, 1999
1. Judul 1. DISEASE PILGRIM AND PILGRIMAGES - MECCA
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI …………………………………………………………………… I


KATA PENGANTAR ………………………………………………………… iii
PRAKATA ……………………………………………………………………. iv
BAB I. PENATALAKSANAAN PENYAKIT ……………………………… 1
A. Jantung Koroner …………………………………………….. 1
B. Paru …………………………………………………………….. 20
C. Saluran Pencemaan …………………………………………. 37
D. Gangguan FaaI Hati …………………………………………. 42
E. Meningitis Meningokokus …………………………………… 43
F. Rematik ………………………………………………………… 47
G. Gangguan Jiwa ……………………………………………….. 50
H. Kulit …………………………………………………………….. 57
I. THT …………………………………………………………….. 60
J. Sengatan Dingin ……………………………………………… 63
BAB II. PENATALAKSANAAN GIZI ……………………………………… 68
A. Pendahuluan …………………………………………………. 68
B. Pengaruh Musim Dingin Terhadap Kebutuhan Gizi ……… 68

BAB III. PENATALAKSANAAN OBAT DAN ALAT KESEHATAN ………. 96


A. Pengelolaan Obat dan Aikes di Arab Saudi ……………….. 96
B. Daftar Obat dan Alat Kesehatan …………………………….. 97

BAB IV. PENATALAKSANAAN SANITASI DAN SURVEILANS ………… 109

PENUTUP ……………………………………………………………………… 116


KONTRIBUTOR

1. Dr. H. Zainuswir, Sp.JP.


2. Dr. Hj. Meylita Azis, Sp.JP.
3. Dr. Ashyadi, A.Sp.KJ.
4. Dr. H. Fidiansyah, Sp.KJ.
5. Dr. Rusdi Efendi, Sp.KJ.
6. Dr. H. Hanafi, Sp.P.
7. Dr. Muhardi J.Sp.P.
8. Dr. H. Djoko Tiradi, Sp.PD.
9. Dr. Hj. Ana Uyainah, Sp.PD.
10. Dr. Maryantoro, Sp.PD.
11. Dr. Rikyanto, Sp.K.
12. Dr. Elfita Nurdin
13. Dr. Asma Agus
14. Drs. H. Ondri Saputra
15. Anwar Musadad, MSc.
16. M. Maemunah, SKM.
17. Hj. Ike Gunawiarsih, SKP.
18. I.G.A. Nyoman Suriati, SKP.

EDITOR

1. Dr. H. Yusharmen, DCommH, MSc.


2. H. Prihartono, SKM.
3. Hj. Sugini, SKM.
4. Hj. Liliek Oendarwati, SKM.
5. Dr. H. Rimarky Oemar
6. Hj. Siti Husmiati, SKM.
7. H. Ade Mashuri, BSc.
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dalam cangka merealisasi perwujudan pelayanan yang profesional bagi jamaah haji
agar dapat melaksanakan ibadah dengan sah, lancar, dan selamat, maka telah
dapat disusun buku “PEDOMAN PENATALAKSANAAN PENYAKIT PADA
JAMAAH HAJI INDONESIA”.

Buku ini merupakan pedoman bagi para petugas Tim Kesehatan Haji Indonesia
(TKHI ) dalam melaksanakan tugas pelayanan kesehatan di perjalanan pergi pulang
ke dan dari Arab Saudi maupun ketika berada di Arab Saudi. Dengan adanya buku
pedoman ini diharapkan penanganan jamaah haji yang sakit baik di kloter dan BPHI
akan lebih baik.

Kepada berbagai fihak yang telah berkonstribusi sehingga tersusunnya buku


pedoman ini kami ucapkan terima kasih. Semoga segala yang telah disumbangkan
dapat bermanfaat bagi semua pihak dan mendapat pahala disisi Allah SWT.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


PRAKATA

Buku Pedoman Penatalaksanaan Penyakit Pada Jamaah Haji Indonesia ini


merupakan petunjuk yang sederhana, tidak mengandung pembahasan yang rumit
dan diharapkan dapat menjadi pegangan bagi petugas Tim Kesehatan Haji
Indonesia (TKHI) Kloter/Non Kloter.

Dalam buku ini penyakit disusun berdasarkan kelompok penyakitnya, kemudian


diuraikan muali dari gambaran singkat tentang penyakit, diagnosis dan
penatalaksanaannya baik di Pesawat, Kloter dan BPHI yang meliputi; gambaran
ringkas penyakit, diagnosis dan pengobatan praktis, rasional. Disamping itu, buku ini
berisi tentang penatalaksanaan gizi / dietetik masing - masing penyakit, pengamatan
penyakit dan sanitasi serta penatalaksanaan obat maupun alat kesehatan di Arab
Saudi.

Buku Pedoman Penatalaksanaan Penyakit Pada Jamaah Haji Indonesia tidak


sebagai instruksi yang kaku. Dalam batas yang tidak menyimpang dan pada situasi
tertentu, para petugas kesehatan dapat bertindak lain untuk dapat memperoleh
penatalaksanaan yang lebih baik.

Buku ini merupakan edisi pertama, oleh karena itu para editor dan kontributor
menyadari bahwa buku pedoman ini tak luput dari kekurangan dan keterbatasannya
maupun jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan perbaikan /
penyempurnaan dari para pembaca demi tercapainya peningkatan pelayanan
kesehatan bagi para duyufurrahman dimasa-masa mendatang.

Jakarta, Januari 1999

Para Kontributor dan Editor


BAB. I
PENATALAKSANAAN PENYAKIT

I. PENATALAKSANAAN PENYAKIT

A. Jantung Koroner

1. Angina Pectoris Tidak Stabil


Angina Pectoris Tidak Stabil adalah suatu sindroma klinik rasa sakit dada
iskemik yang mencakup spektrum yang luas dari berbagal presentasi klinik
dimana ada pethuruan pola angina, tanpa bukti adanya nekrosis miokard
Ciri-ciri angina pectoris, yaitu, adanya peningkatan frekuensi, intensitas dan
lamanya sakit di dada Rasa sakit ini limbul sewaktu istirahat atau dengan
aktifitas ringan, bekurangnya respon terhadap nitrat

a. DIAGNOSIS
Diagnosis ditetapkan berdasarkan; riwayat nyeri dada yang khas sesuai
dengan ciri diatas dan adanya gambaran iskhemi pada EKG sewaktu
angina. Adapun pemeriksaan pendukung yang dapat dilakukan, seperti
Laboratorium; enzym jantung masih normal, darah rutin, gula darah,
ureum creatinin. Hal lain dilakukan Rontgen foto, Eko kardiografi,
Treadmill dan kateterisasi (dapat direncanakan setelah jamaah haji
kembali ke Tanah Air. Sebagai diagnosis banding yaitu Intark Miokard
Akut.

b. PENATALAKSANAAN

1) Di Penerbangan = di Kloter

Pengobatan
a) ISDN Sublingual 5 mg, dapat diulang setelah 5-10 menit.
b) Diazeparn 5 mg, 3 x 1 tabIet
c) Infus RL atau Glukosa 5% dengan tetesan emergency (8 tts/mnt)
d) Beri oksigen 3-4 ltr/mnt

Tindak lanjut : Rujuk ke RSAS/BPHI

Asuh keperawatan :
a) Berikan obat-obatan dan oksigen sesuai instruksi.
b) Awasi ketat tanda-tanda vital
c) Atur posisi pasien senyaman mungkin.
d) Jelaskan pasien harus istirahat total (bed rest)

Gizi : Bebas lunak

Sanitasi surveitans : Reporting dan rekording.

2) Di BPHI

Pengobatan
a) Tirah baring
b) Oksigen 2 - 4 ltr/mnt
c) Infus Dextrose 5% atau NaCI 0,9%
d) Obat penenang ringan, Diazepam 5 mg/B jam
e) Puasa selama 8 jam
f) Laxadin
g) Obat-obat khusus : Nitrat, Penyekat Beta, Heparinisasi (Bolus 5000
U, lanjutkan perdrip 1000 U/jam s.d APTT 1,5 - 2 x nadi, jika
memungkinkan)
h) Aspirin dimulai dari fase akut
I) Bila belum teratasi dapat ditambah antagonis Kalsium.

Tindak Lanjut : Bila dapat diatasi dalam 48 jam prognosa kurang baik,
maka harus segera rujuk ke RSAS.

Asuhan Keperawatan
a) Membebaskan/mengontrol nyeri
b) Mencegah/meminimalkan komplikasi yang dapat timbul pada otot
jantung (Myocard)
c) Memberikan informasi mengenai proses penyakit, prognosis dan
tindakan perawatan/pengobatan
d) Memberi dukungan dan penjelasan mengenai perubahan pola
hidup.

Masalah Keperawatan Yang Mungkin Terjadi

a. Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Akut


Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Akut dapat terjadi sehubungan
dengan penurunan aliran darah ke myocard (otot jantung) dan
peningkatan kerja jantung/konsumsi oksigen.

Intervensi
1) Catat respon pasien terhadap efek obat
2) Identifikasi faktor penyebab frekuensi, durasi, intensitas dan lokasi
nyeri
3) Observasi gejala sesak nafas, muaVmuntah, palpitasi, pusing
4) Tinggikan bagian kepala
5) Monitor nadi dan irama nadi
6) Pada saat serangan Angina, dampingi psien untuk mengurangi
stress, pasien harus bedrest, tanda-tanda vital di monitor setiap 5
menit.

Kolaborasi
1) Pemberian oksigen tambahan
2) Pemberian obat-obatan: Nitrogliserin sublingual atau obat longacting :
Isosorbid (Isordil, Sorbitate)
3) Betabloker
4) Analgesics: Acetaminophen
5) Memonitor serial EKG
6) Merujuk pasien ke RSAS (persiapan rujukan)

b. Penurunan “Cardiac Out Put”


Penurunan “Cardiac Out Put” dapat terjadi sehubungan dengan
perubahan inotropik (efek obat-obatan), perubahan denyut nadi/ritme
dan konduksi. Adapun tanda dan gejalanya, seperti; perubahan
haemodynamic, mengeluh sesak, lelah, kulit dingin, perubahan
mental, nyeri dada yang berlanjut.

Intervensi
1) Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi)
2) Catat warna kulit dan kualitas nadi
3) Dengar/auskultasi bunyi nafas dan murmur
4) Berikan posisi tidur yang nyaman sesuai kebutuhan pasien terutama
saat serangan
5) Penuhi kebutuhan perawatan dini sesuai indikasi
6) Monitor dan catat respon obat-obatan terutama kombinasi dari
Calsium Antagonis, Propanol dan Nitrat
7) Kaji tanda dan gejala CRF.

Kolaborasi
1) Pemberian oksigen tambahan sesuai indikasi
2) Pemberian obat-obatan sesuai indikasi : Ca-Antagonis (Nifedipine,
Verapamil), Beta Bloker
3) Mengirim pasien ke RSAS jika keadaan tidak membaik.

c. Rasa Cemas
Rasa cemas dapat terjadi sehubungan dengan situasi krisis, ancaman
gagal menunaikan lbadah Haji atau takut meninggal. Rasa cemas ini
ditandai dengan; rasa gelisah, ekspresi wajah tampak cemas, tegang,
peningkatan emosi, perhatian hanya pada diri sendiri.

Intervensi
1) Perhatikan ekspresi, menghilangkan rasa takut, perasaan
tertekan/depresi.
2) Berikan semangat kepada keluarga, teman, agar memberi dukungan
kepada pasien.
3) Dampingi pasien sampai stabil.

Kalobrasi : Pemberian sedative dan transquilizers sesuai indikasi.

Gizi
1) Puasakan selama 8 jam
2) Beri makanan cair/Iunak dalam 24 jam
3) Lanjutkan dengan 1300 cal, rendah garam dan rendah lemak.

Sanitasi surveilans : Rekording dan reporting.

2. Infark Miokard Akut


“Infark Miokard Akut” terjadi akibat oklusi koroner akut dengan “Iskemia Miokard”
yang berkepanjangan dan pada akhirnya menyebabkan kerusakan sel-sel.
Kerusakan miokard yang timbul tergantung pada letak pembuluh darah yang
tersumbat, lamanya sumbatan, ada tidaknya kollateral dan luas miokard yang
terkena.

a. DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan dengan beberapa ketentuan. Pertama, ditemukan
sakit dada khas infark, lama sakit Iebih dari 20 menit, tidak hilang dengan
istirahat dan nitrat. Kedua, gambaran EKG dengan evolusinya yang khas (MCI)
Ketiga, hasil laboratorium terlihat peningkatan enzym (KG, CKMB, Troponim T.
dll) Bila terdapat 2 dari 3 kriteria tersebut atau seluruhnya, maka tindakan kita
segera kirim ke RSAS. Adapun pemeriksaan pendukung, seperti; pemeriksaan
serial EKG adanya ST elevasi (khas MCI), pemeriksaan serial Laboratorium;
enzym jantung meningkat, Rontgen foto Ekokardiografi, Treadmill test,
Kateterisasi (berencana setelah di tanah air).
b. PENATALAKSANAAN

1) Di Penerbangan
a) Sama dengan penatalaksanaan pada Angina Tak Stabil.
b) Lapor pilot untuk turun dinegara terdekat agar segera mendapat di
Rumah Sakit.

2) Di Kloter
Tindakan dan pengobatan sesuai dengan Angina Tak Stabil Tindak lanjut:
Segera rujuk ke RSAS.

3) Di BPHI

Pengobatan
a). Tirah baring di ruang perawatan intensif (ICCU)
b) Berikan oksigen sebanyak 2-41/menit
c) Pasang akses vena Dextrose 5%/NaCI 0,9%
d) Pasang monitor, pemantauan EKG sampai keadaan stabil selama 3-4
hari
e) Pemeriksaan laboratorium darah enzym jantung, gula darah dan
elektrolit serta rontgen foto
f) Atasi rasa sakit dengan pemberian:
- Nitrat sublingual, spray, intra vena (pertimbangkan kontra indikasi)
- Morfin sulfat 2,5-5 mg i.v, dapat diulang tiap 5-20 menit sampai sakit
hilang
- Pethidin 50-75 mg i.v.
g) Atasi rasa takut dan gelisah dengan
- Diazepam 5 mg i.v atau peroral
- Aspirin 160 - 325 mg/hari

h) Pengobatan lain-lain, bila perlu


- Sulfas Atropin 0,5 mg i.v atas indikasi
- Lidokain bolus 1 mg/kg BB, dilanjutkan dosis
pemeliharaan 3 mg/menit hari I, sampai dengan 3 hari berturut-turut
dengan tapering off.
- Trombolisis bila pasien datang kurang dari 4 jam.

Tindak Lanjut : Rujuk ke RSAS.

Asuhan Keperawatan
a) Mengurangi nyeri dan cemas
b) Mengurangi kerja jantung
C) Mencegah/mendeteksi dysritmia atau komplikasi
d) Memenuhi perawatan din (kebutuhan sehari-hari)

Masalah keperawatan yang mungkin timbul

a. Gangguan Rasa Tak Nyaman dan Nyeri Akut


Gangguan rasa tak nyaman dan nyeri akut dapat terjadi sehubungan dengan
kurangnya suplai oksigen ke otot jantung sekunder karena oklusi Arteri
coronaria. Kondisi ini ditandai, dengan rasa nyeri dada hebat dengan menjalar
ke lengan kiri, leher, punggung belakang dan epigastnium. Disamping itu,
ekspresi wajah tampak kesakitan, kelelahan, lelah, perubahan kesadaran, nadi
dan tekanan darah.

Intervensi
1) Monitor dan catat karakteristik nyeri: lokasi nyeri, intensitas nyeri,
durasi/Iamanya nyeri, kualitas dan penyebaran nyeri.
2) Kaji apakah pernah ada riwayat nyeri dada sebelumnya
3) Atur lingkungan tenang dan nyaman, jelaskan bahwa pasien harus
istirahat
4) Ajarkan tehnik relaksasi seperti; nafas dalam dll.
5) Ukur/periksa tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pengobatan
analgetik.

Kolaborasi
1) Pemberian tambahan oksigen dengan “nasal canule” atau masker.
2) Pemberian obat-obatan sesuai indikasi, antiangina (Nitroglycerin seperti;
nitro - disk, nitro bid), Beta blockers; propanolol (indera), pindolol (vitlen),
atenolol (tenormin), analgesic (seperti; morphine/meperidine/
demoral),Ca-antagonis (seperti, nifedipine/adalat).

b. Keterbatasan/ketidak Mampuan Aktifitas Fisik


Keterbatasan/ketidak mampuan aktifitas fisik terjadi sehubungan dengan suplai
oksigen dan keburukan oksigen yang tidak seimbang, iskemik/kematian otot
jantung. Kondisi ini ditandai dengan; kelelahan, perubahan nadi dan tekanan
darah saat aktifitas, perubahan warna kulit, dysritmia.

Intervensi
1) Catat nadi, irama dan tekanan darah sebelum, saat dan setelah aktifitas
2) Anjurkan dan jelaskan bahwa pasien harus istirahat (bed rest) sampai
keadaan stabil
3) Jelaskan/anjurkan pasien supaya tidak mengedan jika buang air besar
4) Hindarkan pasien kelelahan ditempat duduk
5) Rencanakan aktifitas bertahap jika telah bebas nyeri; duduk ditempat
tidur, berdiri, duduk di kursi 1 jam sebelum makan
6) Ukur tanda vital sebelum dan sesudah aktifitas.

Kolaborasi : Merujuk ke ASAS untuk program tindak lanjut dan rehabilitasi.

c. Rasa Cemas
Rasa cemas dapat terjadi berkaitan dengan perubahan status menjadi sakit,
ancaman kematian, kegagalan berhaji. Kondisi ini ditandai, dengan; tekanan
darah meningkat, wajah tampak cemas/tegang, perhatian hanya pada diri
sendiri.

Intervensi
1) Lakukan komunikasi teraputik dengan cara membina hubungan saling
percaya dan dengarkan keluhan pasien dengan sabar
2) Dampingi pasien, cegah tindakan destruktif dan konfrontatif
3) Jelaskan tindakan-tindakan yang akan dilakukan
4) Jawab pertanyaan pasien dengan konsisten
5) Bantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kolaborasi; pemberian sedative, misalnya Diazepam


(valium), Flurazepam hydrochloride (Dalmane), Lorazepam
(ativan).
d. Potensial Penurunan “Cardiac Out Put”
Penurunan “Cardiac Put Put” dapat terjadi sehubungan dengan perubahan nadi,
aliran konduksi, dan penurunan preload/peningkatan SVR.

Intervensi
1) Ukur tekanan darah, evaluasi kualitas nadi
2) Kaji adanya murmur, S3 dan S4
3) Dengarkan bunyi nafas
4) Hindarkan aktifitas dan anjurkan pasien untuk istirahat
5) Gunakan pispot/urinal bila ingin ke kamar mandi/WC
6) Siapkan alat-alat/obat-obatan emergensi.

Kolaborasi
1) Pemberian oksigen tambahan
2) Pemasangan infus
3) Rekam EKG
4) Pemeriksaan Rontgen thoraks ulang
5) Rujuk ke RSAS jika perlu pemasangan “Pace maker”.

e. Potensial penurunan perfusi jaringan


Penurunan perfusi jaringan dapat terjadi sehubungan dengan vasokontriksi
hipovolemia.

Intervensi
1) Awasi perubahan emosi secara mendadak misalnya bingung, cemas,
lemah/letargi dan penurunan kesadaran (stupor)
2) Awasi adanya sianosis, kulit dingin dan nadi perifer
3) Kaji adanya tanda-tanda Homan’s (Homan’s Sign); nyeri pada pergerakan
lutut, eritema dan edema
4) Monitor pernafasan
5) Kaji fungsi pencernaan; ada tidaknya mual, penurunan bunyi usus, muntah,
distensi abdomen dan konstipasi
6) Monitor pemasukan cairan; ada tidaknya perubahan dalam produksi urine.

Kolaborasi
1) Pemeriksaan laboratorium; astrup, creatinin dan elektrolit
2) Pengobatan; Heparin, Cemitidin (Tagamet), Panitidine (Zantac) dan
Antasida.

f. Perubahan Volume Cairan


Perubahan volume cairan yang berlebihan terjadi sehubungan dengan
penurunan perfusi organ renal, peningkatan retensi sodium dan air, serta
peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma.

Intervensi
1) Kaji bunyi nafas, ada tidaknya crackles
2) Kaji JVD (Distensi Vena Jugularis) dan oedem ada atau tidak ada
3) Keseimbangan cairan
4) Timbang berat badan setiap hari
5). Jika memungkinkan berikan cairan 2000 cc/24 jam.

Kolaborasi: Pemberian garam/minum dan diuretik misalnya Furosemid (Lasix).


Gizi : Makanan cair atau lunak 1300 kalori rendah garam dan rendah lemak
setelah puas 8 jam kemudian diulang setelah 24 jam.

Sanitasi surveilans : Recording dan reporting

3. Hipertensi Emergensi
Hipertensi emergensi merupakan keadaan yang membutuhkan pengobatan
yang cepat.

Komplikasi
a. Jantung : - Diseksi Aorta yang akut
- Kegagalan ventrikel kiri
b. Serebrovaskuler : - Perdarahan intra cranial
- Perdarahan subarachnoid
c. Lain-lain : - Ekslamsia
- Epistaksis
- Trauma kepala

a. DIAGNOSIS

1) Tekanan darah diastolik> 140 mg Hg.


2) Kardiomegali karena adanya bendungan jantung dan paru.
3) Oligouria dan asotermia.
4) Nyeri kepala, gelisah, mata kabur, kejang-kejang dan kesadaran
menurun sampai dengan koma.
5) Perdarahan exudat dan edema.
6) Mual dan muntah.

b. PENATALAKSANAAN

1) Di Penerbangan = di Kloter
- Nifedipine 5 mg sublingual, ulang tiap 15 menit sampai tensi
160/100 mm Hg.
- Oral nifedipine 3 x 10 mg
- Captopril 3 x 25 mg
- Prazozim 2 x 1 mg
- ISDN 3 x l0 mg

Tindak Lanjut : Segera rujuk ke RSAS / BPHI.

Sanitasi surveilans : Recording dan reporting

2) Di BPHI
a) Harus dirawat secara intensif
b) Pasang infus untuk obat-obatan melalui intra vena

Pengobatan

Jenis Obat Dosis Obat bekerja Keterangan


0,25-10mg/kg
1. Nitroprusid Segera 1 - 2 menit
BB
2. Nitrogliserin 5 - 100.../mnt 2 - 5 menit 1/u dng iskemi
3. Hidralasin 10-20 mg i.v 10 - 20 menit 3-5 menit

Catatan : Pemantauan ketat terhadap penurunan tekanan darah secara cepat dan
fungsi-fungsi organ target seperti; otak, jantung dan ginjal.

Asuhan Keperawatan
a) Mempertahankan fungsi Kardiovaskuler
b) Mencegah komplikasi
c) Memberi penjelasan mengenai proses penyakit, prognosis dan
pengobatan
d) Memberi dorongan. agar pasien aktif dalam berobat/ kontrol.

Masalah Keperawatan Yang Mungkin Timbul


a. Potensial Penurunan “Cardiac Out Put” Potensial penurunan
“Cardiac Out Put” terjadi sehubungan dengan peningkatan
Afterload, vasokonstriksi, Iskemik Miokard dan Hipertroti
Ventrikel.

Intervensi
1) Monitor tekanan darah dengan tehnik yang benar
2) Ukur kualitas nadi sentral dan perifer
3) Auskultasi bunyi jantung dan nafas
4) Observasi warna kulit, temperatur dan “capillary refill time”
(waktu aliran darah balik, normal 1-3 detik)
5) Kaji adanya edema
6) Jelaskan bahwa pasien perlu membatasi aktifitas
7) Bantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
8) Atur posisi kepala lebih tinggi
9) Anjurkan dan ajarkan tehnik relaksasi
10) Monitor respon obat/pengobatan dan tekanan darah

Kolaborasi

Pemberian obat-obatan sesuai indikasi

1) Thiazide diuretics : Chlorothiazide


2) Diuretivs : Furosemide (lasix)
3) Potassium - Spating diuretics : Spironolactone (Aldactone)
4) Sympathetic inhibitors Propanolol (Inderal), Artenolol
5) Vasodilators: Prazosin (minipress), Calsium Channet Blokers
(nitedipine).

b. Gangguan Rasa Nyeri Kepala Akut


Gangguan Rasa Nyeri Kepala Akut dapat terjadi sehubungan
dengan peningkatan tekanan pembuluh darah otak.

Intervensi
1) Anjurkan pasien untuk bedrest pada saat fase akut
2) Ajarkan cara mengurangi nyeri tanpa menggunakan obat-obatan
misalnya kompres dingin pada dahi, pijit/urut pada bagian
belakang leher dan tehnik relaksasi
3) Batasi aktifitas yang dapat menimbulkan nyeri kepala seperti;
duduk terlalu lama, terlalu membungkuk dan batuk yang
lama/sering.

Kolaborasi: Pemberian obat-obatan sesuai indikasi misalnya


Analgesic, Tranguilizers (Lorazepam/Ativan), Diazepam (Valium).

c. Gangguan Nutrisi
Gangguan Nutrisi yang lebih dari kebutuhan tubuh terjadi
sehubungan dengan kebiasaan hidup, pemasukan (intake)
melebihi kebutuhan metabolik dan budaya. Keadaan ini ditandai
dengan berat badan 10-20% diatas BB ideal dan makan
berlebihan.
Intervensi
1) Jelaskan kepada pasien tentang diet yang sesuai seperti;
membatasi garam, lemak, gula, mentega dan telor.
2) Identifikasi kebutuhan kalori dan diet: tinggi serat dan banyak
buah-buahan.
3) Anjurkan untuk mengurangi berat badan secara bertahap 1-2
kg/minggu.

Kolaborasi : Pemberian diet yang sesuai.

d. Koping Individu Yang Tidak Efektif


Koping individu yang tidak efektif dapat terjadi sehubungan
dengan perubahan gaya hidup/ kebiasaan, kurang relaksasi,
kurang dukungan, nutrisi yang tidak baik, kegiatan yang
berlebihan dan persepsi yang tidak realistik. Kondisi ini ditandai
dengan merokok yang terus menerus, mudah marah, depressi,
mengeluh susah tidur dan nyeri yang menetap.

Intervensi
1) Kaji mekanisme koping yang efektif, kenali penyebab stress
pasien
2) Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan
pengobatan
3) Bantu pasien dalam menyusun program kegiatan khususnya
dalam pelaksanaan ibadah di Tanah Air.

Gizi : Diet rendah sodium.

Sanitasl surveilans : Reporting dan rekording

4. Penyakit Jantung Aritmia

Aritmia adalah gangguan pembentukan dan hantaran impuls pada jantung.


Etilogi; Karena penyakit-penyakit di jantung sendiri, antara lain penyakit jantung
koroner, penyakit jantung katup dan karena penyakit-penyakit/gangguan diluar
jantung, antara lain obat-obatan, gangguan elektrolit, penyakit endokrin.

a. DIAGNOSIS
Berdasarkan klinis dibagi menjadi 3 bagian
1) Aritmia minor: tidak memerlukan pengobatan, umpama extra sistol
ventrikel < 6 x I menit atau yang jarang.
2) Aritmia mayor, memerlukan pengobatan, misalnya extra sistol yang > 6
x/menit, takhikardi paroximal dll.
3) Aritmia yang mengancam kehidupan yaitu yang memerlukan
pengobatan segera, seperti Takhikardi ventrikel, fibrilasi ventrikel dll.
b. PENGOBATAN :
1) Pengobatan terhadap penyakit yang
mendasarinya
2) Penggunaan obat-obatan anti aritmia yang
sesuai dengan jenis aritmianya
3) DC shock
4) Alat pacu jantung, sampal dengan tindakan
bedah jantung.

Beberapa jenis aritmia yang memerlukan pengobatan segera dan sering


ditemukan

1) Paroksimal Atrial Takhikardi / P.A.T


Terjadi bila sentrum ektopik yang terdapat di atrium mengirimkan
pacuannya dalam frekuensi yang tinggi. Etilogi; Penyakit endokrin, penyakit
katup jantung, juga dapat ditemukan pada orang normal yang mengalami
stres.

a) DIAGNOSA
Berdasarkan anamnesa; jamaah mengeluh jantung berdebar-
debar/berdenyut cepat sekali hingga baju disekitar dada bergoyang,
debaran datangnya tiba-tiba dan hanya beberapa menit atau dapat juga
beberapa hari, kadang-kadang dapat hilang dengan sendirinya. Dari hasil
pemeriksaan EKG terlihat gambaran denyut jantung 150 - 250 x I menit dan
gelombang P abnormal atau tidak dapat dilihat.

b) PENGOBATAN
Bila keadaan pasien baik (sadar, vital sign normal) dapat dilakukan
pengobatan non medika menthosa yaitu
1) Percobaan Valsava; setelah inspirasi yang dalam, pasien diinstruksikan
menghembuskan nafas dengan glottis tertutup.
2) Percobaan Muller; setelah expirasi yang panjang dan dalam pasien
diinstruksikan menarik nafas dengan glottis tertutup.
3) Tekanan pada bola mata (hati-hati).
4) Pasien disuruh muntah.
5) Tekanan pada sinus karotis (hati-hati).

Di Kloter : Berikan Verapamil tablet

Di BPHI:
Berikan Verapamil injeksi dan Digitalis, bila keadaan memburuk (tidak sadar
dan tekanan darah menurun) pasang infus dan berikan oksigen 3 liter/menit.

Tindak lanjut :
Bila mendapatkan pasien P.A.T. segera rujuk ke BPHI, sebelumnya lakukan
non medika mentosa dan berikan tablet Verapamil.

2) Fibrilasi Atrium I A.F. Rapid Respond Ditandai dengan denyut jantung yang
cepat sampai dengan 350x/menit per ECU. Etilogi; Penyakit jantung katup,
penyakit jantung koroner, hipertensi, Tirotolsikosis.

a) DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dengan EKG.
b) PENATALAKSANAAN

Di Penerbangan = di Kloter
Pasien diberi Diazepam 3x5 mg dan segera dirujuk ke BPHI dengan infus
tetesan emergensi 8-10 tts/mnt.

Di BPHI
Pengobatan dilakukan berdasarkan gejala kilnis
dan penyakit dasar, tetapi dapat pula dilakukan;
Digitalisasi, penyekat Beta, dan DC shock.

3) Ektra Sistol Ventrikel (V.E.S)


Adalah terjadinya kontraksi ventrikel yang Iebih awal, karena adanya impuls
yang datang dari sentrum ektopik pada ventrikel dalam siklus jantung yang
normal. Etilogi; penyakit jantung dengan/ tanpa kardiomegall, bukan penyakit
jantung antara lain Intoksikasi digitalis, gangguan elektrolit, stres, kopi/rokok.

a) DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dengan EKG; dimana gelombang ORS lebar; Bigemini
(VES selangseling dengan gelombang QRS yang normal); Trigemini (VES
setiap 2 gelombang QRS yang normal).

b) PENGOBATAN
(1) Anti aritmia : Disopyramid 2 x 1 tablet
(2) Terapi kausal umpamanya hipokalemi! acidosis
(3) Sedative : Trangualizer

4) Takhikardia Ventrikel
Terdapat 3 atau lebih ekstrasistole secara berturut-turut, yang terjadi tiba-tiba
dalam waktu singkat atau menetap dalam waktu yang lama. Etilogi; Penyakit
jantung lanjut/berat, gangguan elektrolit.

a) DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dengan EKG; dimana gambaran EKG QRS lebar-lebar
110-240 x/menit, gelombang P tak kelihatan.

b) PENATALAKSANAAN

Penerbangan : RJP dan hubungi pilot untuk segera mendarat agar


memperoleh pertolongan lebih lanjut.

Kioter : RJP dan segera rujuk ke RSAS.

BPHI:
Lidocain hidrokiorid i.v bolus 1 mg/kg BB, disuntikkan perlahan-lahan dalam
waktu 2 - 4 menit. Dilanjutkan dengan dosis 2 - 4 mg/menit/drip selama 48
jam. RJP dan segera rujuk ke RSAS.

5) Fibrilasi Ventrikel
Fibrilasi ventrikel merupakan aritmia yang paling buruk prognosisnya dan
merupakan penyebab kematian mendadak yang paling sering. Etilogi; Infark
miokard akut, penyakit jantung yang berat, hipokalemi dan hiperkalemi berat.
a) DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dimana penderita ditemukan hilang kesadaran, shock
dan apnoe, serta hasil
EKG.

b) PENGOBATAN
(1) Segera lakukan resusLtasi jantung paru
(2) DC shock mulai dari 200 youle
(3) Obat-obatan emergensi sesuai perkembangan penyakit/seperti:
Adekosin, Xylocard, KCL, Melon, Sulfas Atrofin, Adrenalin.
(4) Segera rujuk ke RSAS.

5. Gagal Jantung
Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak lagi mampu
memompa darah ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh,
walaupun darah balik masih normal. Ada 2 (dua) etiologi gagal jantung,
Pertama, Intra Cardial, meliputi; Penyakit jantung bawaan umpamanya
(seperti; ASD, VSD dll); Penyakit jantung katup (seperti; MS-MI, AS, Al, TS
dan TI); Penyakit jantung koroner (seperti; Ml, Iskemi); Penyakit jantung
Kardiomyopati. Kedua, Ekstra Kardial, meliputi; Anemi, Hipertensi, Tiroid,
CRF/penyakit ginjal khronis, Diabetes Mellitus dan COPD. Kelainan gagal
jantung diklasifikasi secara f secara fisiologis menjadi dua, yaitu; gagal
jantung kiri atau gagal jantung kanan dan gagal jantung kiri dan kanan (gagal
jantung kongestit).

a. DIAGNOSA
Anamnesis adanya “Paroxysmal Nocturnal Dyspnoe” yaitu terbangun malam
hari karena sesak, “Dyspnoe de Effort” yaitu sesak bila aktifitas meningkat,
Oligouri dan “Orthopnoe” yaitu tidur harus memakai bantal tinggi.
Pada pemeriksaan fisik; denyut jantung > 120 x menit, bunyi jantung “Gallop
(+)“, bising jantung bisa ada/tidak, ronchi pada bagian basal paru. Stadium
lanjut (decomp kanan) terdapat JVP tinggi, Hepatomegali, oedem tungkai
bawah dan Acites. Pemeriksaan pendukung; pada Thorak foto PA terlihat
kardiomegali dengan bendungan vena paru (clue) Pada stadium lanjut
pumonary - oedem. Hasil EKG terlihat Takhikardia, dengan gelombang P
mitral, gelombang P biphasic di TV, dan LVH (pembesaran ventrikel kiri)
Sedangkan hasil Echocandiografi tampak pembesaran ventrikuler kiri,
gerakan dinding ventrikel hipokinetik - akinetik dan EPSS.10.

b. PENATALAKSANAAN:

1) Di Kloter
a) Posisi pasien diatur duduk dikursi roda atau tidur dengan bantal
> 2 buah (1/2 duduk)
b) Beri oksigen 2 - 4 liter menit
c) lnfus Ringer Laktat dengan tetesan emergensi 8 tts/menit
d) Lasix inj. 1 ampul (dosis disesuaikan dengan beratnya
penyakit)

2) Di BPHI
a) Posisi pasien diatur duduk dikursi roda atau tidur dengan batal >
2 buah (1/2 duduk)
b) Beri oksigen 2-4 liter/menit
c) Infus Ringer Laktat tetesan emergensi 8 tts/menit
d) Lasix inj. 1 ampul (dosis disesuaikan dengan beratnya penyakit)
e) Digitalisasi cepat, tiap 2 jam/4 jam dengan dosis cedilanid 0,03
x GB = X mg.
Caranya : - Berikan 1 bolus cedilanid 1 amp (0,4 mg) yang
dilarutkan/diencerkan (2cc cedilanid + 8 cc RL)
diberikan i.v pelan dalam 5 menit.
- Selanjutnya tiap 2 atau 4 jam 1 cc cedilanid (1/2 amp)
sampai dosis total X mg.
- Setiap pemberian cedilanid, diambil rekaman EKG
sebelumnya (didahului rekaman EKG) untuk evaluasi.
- Bila denyut jantung Iebih kurang 90 x/menit maka
cedilanid inj. diganti per oral (Digoxin tablet)
- Digitalisasi lambat (tiap 6
- 8 jam) disesuaikan
dengan klinis atau ringan
- beratnya penyakit.
f) Pemeriksaan darah astrup, elektrolit
g) Substitusi Kalium bila perlu
h) Preparat Mangan
i) Bila tekanan darah cenderung turun, Dopamin -Dobutrex drip
yang dimulal dari 5 micron gr/kg BB dosis dinaikkan untuk
mempertahankan tekanan darah sistolik 110 - 120 mgHg.
j) Pasang Dourcatheter dan ukur minum dan produksi urine
(diupayakan Balance Negatif)
k) Diet cair V, diet jantung dan AG (rendah garam), disesuaikan
dengan beratnya penyakit
I) Evaluasi “Vital Sign”, EKG dan Thoraks foto.

Tindak Lanjut:
Bila menemukan pasien jatuh kedalam “Decomp” (gagal jantung)
dilapangan, sikap no. a - d dapat dilakukan sambil merujuk pasien
ke BPHI / RSAS.

Gizi : Diet cair V, diet jantung dan AG (rendah garam), disesuaikan


dengan beratnya penyakit.

B. Paru

1. Asma bronkiale dalam serangan (ringan, sedang, berat) dan Bekas TB


+ SOPT (Sydrome Obstruktif Pasca TB)
Serangan asma bronkiale sering ditimbulkan oleh ISPA, tekanan emosi,
kerja fisik atau rangsangan yang bersifat alergen.

a. DIAGNOSIS
Anamnesis; riwayat serangan asma (+), sesak nafas (+), batuk kering
(+), batuk berdahak (putih, hijau, kuning), demam +/dan riwayat asma
pada keluarga (+) Pencetus serangan asma; suhu udara, debu,
makanan, kecapean, dan emosi.

Pada pemeriksaan fisik; tampak sesak nafas, vital sign bisa


normal/meningkat, suhu afebril/febril, infeksi saluran nafas atas (+); Paru
sonor, VES mengeras, Wheezing (+) Ronchi +/-, Jantung dalam batas
normal/takhikardia; Abdomen normal; Extremitas normal. Pada
pemeriksaan penunjang; laboratorium darah rutin, Hb, Ht, Leukosit,
Trombosit duff; Analisa gas darah dikoreksi jika terdapat kelainan;
Rontgen thoraks (tidak mutlak).
b. PENATALAKSANAAN

1) Di Penerbangan = di Kloter
Pada serangan ringan dengan tanda-tanda: Aktifitas biasa, bicara
lancar, HR < 100 x / 1 mnt. Dapat diberikan pengobatan; Ventolin
inhaler 3 x 1 PUFF, Teofilin oral 3 x 75 mg (tablet), Salbutol 3 x 0,5
mg (tablet), Antibiotik oral : Amoxicillin 3 x 500 mg, jika perlu dan
Mukolitik/ ekspektoran.

Tindak Lanjut: Jika obstruks tidak teratasi, segera rujuk ke BPHI dan
bila mungkin beri Aminophillin drip 1 amp/8 jam/klof Dextrose 5%.

2) Di BPHI
Pada serangan sedang dengan tanda-tanda, bicara terputusputus,
sesak berat, keringatan, nadi > 120 x/1 mnt, APE < 40% atau <100
ltr/mnt, periksa dengan PFR.

Dapat diberikan pengobatan


a) Nebulisasi dengan Ventolin/Salbuven/Bricasma/+ Bisolvon
(seluruhnya 1 cc) sebanyak 1-3 kali dalam 1 jam pertama dan
dapat diulang 1-4 jam kemudian jika klinis belum ada perbaikan.
Jika dengan nebulisasi tidak membaik, maka berikan Bricasma
1/2 ampul subkutan atau drip Bricasma 2 ampul/1 kolf Destrose
5% selama 6 jam atau drip Aminophillin 3/4 ampul - 1 ampul /
1kolf Dextrose 5% selama 8 jam.
b) Kalmethasone 3 x 10 mg (2 ampul)
c) Oksigen 4 liter/menit dengan ventory mask.
d) Minum yang banyak
e) Perlu pemeriksaan serial astrup/+elektrolit
f) Antibiotika atas indikasi
g) Ekspektoran/mukolitik

Tindak Lanjut :
Apabila kondisi pasien makin memburuk, dengan tanda
tanda : Sianosis, suara natas melemah, bradikardi, aritmia,
hipotensi, lelah, gelisah, asidosis respiratorik/metabolik (dengan
Astrup), hipoksemia berat (dengan astrup) segera rujuk ke RSAS.

Asuhan Keperawatan :
1) Mempertahankan potensi jalan nafas
2) Meningkatkan pertukaran gas
3) Memenuhi pemasukan nutrisi dan air
4) Mencegah komplikasi
5) Memberi informasi tentang penyakit

Masalah Keperawatan Yang Mungkin Timbul

a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif


Bersihan jalan nafas tidak efektif dapat terjadi sehubungan
dengan Peningkatan produksi sputum, Penumpukan sputum
karena sputum kental, Pembengkakan/penebalan mukosa
Bronkhus, Kelelahan/kekurangan energi.
Intervensi
Atur posisi pasien senyaman mungkin, jauhkan dari polusi, observasi
karakteristik batuk, dan bantu serta latih batuk efektif, tingkatkan
pemasukan cairan.

Kolaborasi:
1) Pemberian oksigen (02)
2) Pemberian obat bronkhodilator, inhalasi dan anti mikrobial
3) Tindakan chest fisioterapi
4) Monitor analisa gas darah dan Rontgen Thoraks.

b. Pertukaran Gas Menurun


Pertukaran gas menurun dapat terjadi sehubungan dengan
gangguan suplai oksigen (obtruksi, bronkhospasme, kerusakan
alveoli).

Intervensi
1) Atur posisi yang memudahkan untuk bernafas (fowler / semi
fowler)
2) lstirahatkan pasien dan bantu memenuhi kebutuhan sehari-hari
pasien
3) Monitor tanda-tanda vital

Kolaborasi
1) Monitor AGD (Analisa Gas Darah) dan pulse oximetri
2) Beri O2 tambahan
3) Bantu saat intubasi, pertahankan ventilasi saat pindah ke RSAS.

c. Gangguan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan


Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan dapat terjadi
sehubungan dengan kurangnya kebutuhan tubuh sampai dengan
sesak nafas, kelelahan, karena efek samping obat-obatan, mual
dan muntah.

Intervensi
1) Kaji keadaan diet, beri makanan yang disukai, catat tingkat
kesulitan makan, evaluasi berat badan
2) Auskultasi bunyi usus (bising usus)
3) Lakukan pemeliharaan kebersihan mulut secara teratur
4) Berikan obat ekspektoran sesuai program
5) Siapkan tempat khusus untuk sputum
6) Beri cairan yang cukup, bila perlu kolaborasi untuk pemasangan
infus.

d. Potensial lnfeksi
Potensial infeksi sehubungan dengan penurunan fungsi silia,
penumpukan sputum, peningkatan polusi Iingkungan, proses
penyakit khronik dan malnutrisi.

Intervensi
1) Monitor suhu tubuh
2) Ulangi tentang pentingnya latihan nafas dalam, batuk efektif dan
pemberian cairan yang cukup

Kolaborasi : Pemberian anti mikrobial

e. Kurang Pengetahuan Mengenal Proses Penyakit


Kurangnya pengetahuan mengenai proses penyakit sehubungan
dengan kurangnya pendidikan dan informasi.

Intervensi
1) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya
2) Jelaskan mengenai penyakit yang dialaminya
3) Jelaskan cara mencegah penyakitnya bila kambuh selama di
Tanah Suci yaitu dengan menghindari polusi, memakai masker,
makan dan minum yang cukup
4) Ajarkan cara menggunakan obat-obatan inhaler (bronkhodilator)
sesuai program dokter.

Tindak Lanjut:
Keadaan menjadi berat (prognosis buruk), bila ditemui salah
satu gejala dibawah ini
1) Suara nafas melemah "silent chest” pada auskultasi
2) Cyanosis
3) Bradikardi, Aritmia jantung, hipotensi
4) Lelah, gelisah, mengantuk serta refrakter terhadap semua
Bronkodilator dan pengobatan supportif lainnya
5) Hiperapnea, asidosis respiratorik, asidosis metabolik
6) Hipoksemia berat walaupun dengan pengobatan adekuat
7) Memerlukan perawatan di ICU, segera rujuk ke RSAS.

2. TB Paru dan Haemoptisis


Ekspektorasi darah atau mukus yang berdara. Etiologi; TB Paru
(aktif/bekas), BE, Abses Paru, Kanker Paru, Brokhitis Kronis.
Kegawatan batuk darah tergantung jumlah darah yang
dikeluarkan dan sumbatan bekuan darah yang keluar, tetapi
batuk darah yang sedikit ada kemungkinan terjadi batuk darah
yang masif.

a. Batuk Darah Masif

1) DIAGNOSIS
a) Batuk dara > 600 rnV24 jam & belum berhenti.
b) Batudarah>250ml-<600m1/24jam, HB < 10 gr %, masih
berlangsung.

2) PENATALAKSANAAN

a) Di Penerbangan = di Kloter
1) Tenangkan pasien
2) Baringkan pada posisi miring kearah paru yang
“sakit” (ronchi (+) pada bagian yang sakit
3) Pasien disuruh membantukkan darah yang masih
ada dalam saluran nafas agar tidak terjadi obtruksi
saluran nafas, dan darah dibatukkan kedalam
kantong plastik
4) Isap lendir (darah) jika kondisi pasien Iemah (pasien
tidak mampu batuk)
5) Obat-obatan hemostatik; transamin, vit. K. Vit. C, Ca.
Glukonas injeksi
6) Pemasukan cairan yang cukup, oral dan parenteral.

Tindak Lanjut; segera rujuk ke BPHI.

b) Di BPHI

Pengobatan :
1) Tenangkan pasien
2) Berbaring pada posisi paru yang “sakit”, sedikit
Trendelenburg
3) Saluran nafas harus terbuka; spontan - tindakan
4) Pemasangan IV line untuk pengganti cairan, pemberian
obat parenteral dan “Imobilisasi pasien”
5) Nutrisi yang cukup
6) Pemberian hemostatik; Transamin, Vit.K, Vit.C, Ca.
Glikonas injeksi
7) Batuk darah massif, cek Hb dan Ht. Bila Ht<25%,
HbdOgr%, perdarahan masih (+).

Tindak Lanjut : segera rujuk ke RSAS karena perlu di tranfusi


dan anjuran pulang dini.

Asuhan Keperawatan :
1) Memaksimalkan/mempertahankan ventilasi/ oksigenasi
2) Mencegah penyebaran infeksi
3) Memberi dukungan untuk menjaga/mempertahankan
kesehatan
4) Memberi informasi tentang penyakit dan pengobatan.

Masalah Keperawatan Yang Mungkin Timbul

a. Berihan Jalan Nafas tidak Etektif


Bersihan jalan nafas yang tidak efektif sehubungan
dengan sekret yang kental, sputum bercampur darah,
kelelahan, batuk produktif, pembengkakan trakhea/faring.

Intervensi
1) Kaji dan catat fungsi pernafasan: bunyi nafas, jumlah RR,
irama dan kedalaman, penggunaan otot-otot bantu,
karakteristik batuk dan sputum, jumlah darah yang
dibatukkan.
2) Beri posisi yang nyaman: fowler/semi fowler
3) Jika sedang batuk darah sebaiknya pasien dalam posisi
duduk
4) Dampingi dan anjurkan pasien untuk membatukkan
darahnya untuk mencegah sumbatan jalan nafas
5) Beri tempat khusus untuk menampung sputum atau
darahnya
6) Catat karakteristik sputum/darah
7) Bersihkan sekret/darah dari mutut dan trakhea lakukan
pengisapan sekret jika diperlukan (di BPHI)
8) Penuhi kebutuhan cairan minimal 2500 cc/hari, jika tidak
ada kontra indikasi.
Kolaborasi; Pemasangan infus, pemberian 02, pemberian
obat-obatan: mukolitik, bronkhodilator, kortikosteroid. Jika
dalam keadaan gawat, bantu untuk intubasi dan segera kirim
ke RSAS (?)

b. Potensial Menyebarnya Infeksi


Potensial penyeraban infeksi sehubungan dengan
pertahanan primer tidak adekuat, penurunan fungsi silia,
penumpukan sputum, kerusakan jaringan, malnutrisi.

Intervensi
1) Jelaskan bahwa penyakit dapat menyebar/menular melalui
percikan air Iudah, udara pematasan, batuk, bekas
makan/minum.
2) Anjurkan pasien untuk batuk dengan menutup mulut dan
hidung dengan tissue dan membuangkanya pada tempat
yang telah disediakan.
3) Jelaskan bahwa pasien perlu isolasi untuk mengurangi
penyebaran infeksi dan memberi ketenangan kepada
pasien.
4) Monitor suhu tubuh jika perlu.
5) Anjurkan dan jelaskan pentingnya minum obat dengan
teratur.

Kolaborasi : Pemberian obat-obatan TB sesuai indikasi yaitu :


INH, Ethambutol, Rifampisin, PZA.

c. Gangguan Pertukaran Gas


Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan
atelektasis, penurunan fungsi jaringan paru, kerusakan
membran alveolar - kapiler, edema bronkhial.

Intervensi
1) Kaji, awasi dan catat: sesak nafas (dyspnoe), tachypnea,
bunyi nafas abnormal, peningkatan usaha bernafas,
pengembangan dada dan kelelahan.
2) Evaluasi tanda-tanda gangguan pertukaran gas seperti:
cyanosis, membran mukosa biru/kebiruan, kuku kebiruan.
3) Ajarkan dan deminstrasikan cara pursed-up breathing
(pemafasan dengan mulut mencucu) pada saat ekspirasi
khususnya pada pasien fibrosis.
4) Anjurkan untuk bed rest (istirahat)/kurangi aktifitas.
5) Kaji kemampuan untuk perawatan diri dan bantu jika
pasien membutuhkan.

d. Gangguan Kebutuhan Nutrisi


Gangguan kebutuhan nutrisi dan kurang dari kebutuhan
tubuh sehubungan dengan sering batuk, kelelahan, sesak,
tidak nafsu makan.

Intervensi
1) Kaji status nutrisi pasien, pola makan dan berat badan
sebelumnya (dapat dilihat di buku status kesehatan).
2) Anjurkan pasien untuk makan makanan yang disukai.
3) Jika memungkinkan hidangkan makanan yang disukai
pasien.
4) Jelaskan pentingnya makan yang cukup.
5) Monitor pemasukan dan pengeluaran serta berat badan.
6) Lakukan perawatan oral sebelum dan sesudah
memberikan pengobatan pernafasan.

Gizi : Diet Tinggi Kalori dan Tinggi Protein (TKTP).

Sanitasi surveilans ; hindari penyebaran infeksi dengan


perawatan isolasi.

3. PPOK ( Penyakit Paru Obstruktif Khronik) Eksserbasi Akut

a. DIAGNOSIS
Anamnesis sesak nafas, capek, batuk (dahak putih, hijau, kuning),
demam (+)/(-), riwayat sesak yang lama. Pada -pemeriksaan fisik;
tampak sesak nafas, hipopnoe/ hiperpnoe; TD normal/meningkat,
nadi . 80 x/mnt, RR > 24x/ mnt; suhu afebris/febris; Toraks; Paru:
Emfisemateus, hipersonor, vesikuler melemah, experium
memanjang, ronchi (+) / (-); Cor; tachikardi; Abdomen dan
extremitas normal.
Pada pemeriksaan pendukung: Rontgen toraks PA, UDFL,
Analisa gas darah, pemeriksaan sputum MO jika terdapat tanda-
tanda infeksi.

b. PENATALAKSANAAN

1) Di Penerbangan = di Kloter
a) Nebulisasi; Atroven/Salbutamol/Bris-casma/bisa ditambah
Bisolvon seIuruhnya per 1 cc, dapat diberikan 3-4 x
sehari.
b) Oksigen 2 ltr/mnt.
c) Steroid (Kalmethason 10 mg, iv)
d) Antibiotik jika ada tanda-tanda infeksi
e) Intake cairan cukup.

2) Di BPHI
a) Oksigen 2 ltr/mnt
b) Intake cairan 25 - 30 cc/kg BB
c) Fisioterapi dada, astrup serial
d) Sabitamol 3x2 mg, Aminophillin tablet 3x1 tablet
e) Antibiotik jika ada tanda-tanda infeksi
f) Steroid jika klinis berat, tidak ada respon bronkhodilator.

Lanjut : Rujuk ke RSAS, jika keadaan makin berat.

Asuhan Keperawatan:
1. Mempertahankan potensi jalan natas
2. Meningkatkan pertukaran gas
3. Memenuhi pemasukan nutrisi dan air
4. Mencegah komplikasi
5. Memberi informasi tentang penyakit

Masalah Keperawatan Yang Mungkin Timbul

a. Bersihkan Jalan Nafas tidak Efetif


Bersihan jalan nafas tidak etektif sehubungan dengan
peningkatan produksi sputum, penumpukan sputum karena
sputum kental, pembengkakan/penebalan mukosa bronkhus,
kelelahan/kekurangan energi.

Intervensi:
1) Atur posisi senyaman mungkin
2) Jauhkan dari polusi
3) Observasi karakteristik batuk, dan bantu serta latih batuk
efektit
4) tingkatkan pemasukan cairan

Kolaborasi:
1) Pemberian oksigen (02)
2) Pemberian obat bronkhodilator, inhalasi dan anti mikrobial
3) Tindakan chest fisioterapi
4) Monitor anafisa gas darah dan Rontgen foto.

b. Pertukaran Gas Menurun


Pertukaran gas menurun sehubungan dengan gangguan
suplai oksigen (obtruksi, bronkhospasme, kerusakan alveoli).

Intervensi
1) Atur posisi yang memudahkan untuk bernafas (fowler/semi
fowler)
2) lstirahatkan pasien dan bantu memenuhi kebutuhan sehari--
hari pasien
3) Monitor tanda-tanda vital

Kolaborasi
1) Monitor AGD (Analisa Gas Darah) dan pulse oximetri
2) Beri O2 tambahan
3) Bantu saat intubasi, pertahankan ventilasi saat pindah ke
RSAS.

c. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan


Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan kurang
dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan sesak nafas,
kelelahan, efek samping obat-obatan, mual dan muntah.

Intervensi
1) Kàji keadaan diet, makanan yang disukai, catat tingkat
kesulitan makan, evaluasi berat badan.
2) Auskultasi bunyi usus (bising usus)
3) Lakukan pemerliharaan kebersihan mulut secara teratur
4) Berikan obat ekspektoran sesuai program
5) Siapkan tempat khusus untuk sputum
6) Beri cairan yang cukup

Kolaborasi; untuk pemasangan infus.

d. Potensial lnfeksi
Potensial infeksi sehubungan dengan penurunan fungsi si!ia,
penumpukan sputum, peningkatan polusi lingkungan, proses
penyakit khronik, malnutrisi.
Intervensi
Monitor suhu tubuh, tekankan tentang pentingnya latihan nafas
dalam, batuk efektif, dan pemberian cairan yang cukup.

Kolaborasi : Pemberian anti mikrobial.

e. Kurang Pengetahuan Mengenai Proses Penyakit Kurang


pengetahuan mengenai proses penyakit sehubungan dengan
kurang pendidikan, kurang informasi.

Intervensi
1) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya.
2) Jelaskan mengenai penyakit yang dialaminya.
3) Jelaskan cara mencegah penyakitnya bila kambuh selama di
Tanah Suci yaitu dengan menghindari polusi, memakai
masker, makan dan minum yang cukup.
4) Ajarkan cara menggunakan obat-obatan inhaler
(bronkhodilator) sesuai program dokter.

Gizi: Diet makanan lunak

Tindak Lanjut Evaluasi Pengobatan


1) Tanda-tanda membaik yaitu keluhan berkurang, tanda-tanda
infeksi membaik, pasien sudah bisa mobilisasi tanpa
mengeluh sesak.
2) Tanda-tanda perburukan yaitu sesak makin berat, capek,
bicara susah, penderita membentuk nafas lambat dan dalam.

Tindakan
1) Bronkodilator per drip, nebulisasi (Salbutamol 1 cc, Atrovent
1 cc) 4 x I 1 jam (Aminopillin 0,5/kg BB/jam).
2) Steroid injeksi Intra Vena.
3) Periksa analisa gas darah dan elektrolit.
4) Perlu perawatan intensif, segera rujuk ke RSAS.

4. Broncho Pneumonia/Pneumonia

a. DIAGNOSIS
Anamnesis batuk, dahak berwarna kuning/hijau, bisa demam/
bisa tidak, sesak nafas (+) / (-).
Pemeriksaan fisik; Kesadaran mulai dari komposmentis sampai
penurunan kesadaran, tanda-tanda vital bisa normal atau
meningkat, suhu febril, Tekanan darah normal/meningkat,
takhikardia, dan paru; sonor, vesikuler, ronchi (+).
Pemeriksaan Pendukung; Rontgen : infiltrat, perselubungan,
Laboratorium; lekusitosis dan untuk kasus berat dilakukan
analisa gas darah, MO Sputum/pemeriksaan gram.

b. PENATALAKSANAAN

1) Di Penerbangan = di Kloter
Segera rujuk ke BPHI/RSAS

2) BPHI
Pengobatan
a) Antibiotik yang diberikan dapat golongan Penisillin, golongan
Makrolide, golongan Sefalosporin, golongan Quinolon, golongan
Aminoglicoside. Cara pemberian injeksi atau oral.
b) Mukolitik, Ekspektoran, Bronchodilator (tablet, syrup)
c) Antipiretik kalau perlu
d) Pemasukan cairan dan diet disesuaikan dengan keadaan pasien
e) Oksigen 4 /tr/1 mnt/tergantung hasil Astrup.

Tindak Lanjut : Rujuk ke ASAS.

Asuhan Keperawatan
1) Meningkatkan/mempertahankan fungsi respirasi
2) Mencegah komplikasi
3) Memberi dukungan untuk proses penyembuhan
4) Memberi penjelasan mengenai proses penyakit/prognosis dan
pengobatan.

Masalah Keperawatan Yang Mungkin Terjadi

a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif


Bersihan jalan nafas tidak efektif sehubungan dengan inflamasi
trakheo bronkhial, peningkatan produksi sputum, nyeri pleuritik,
penurunan energi dan kelelahan. Yang ditandai dengan
pernafasan dalam dan cepat, RR berubah, nyeri saat batuk, bunyi
nafas abnormal, penggunaan otot bantu pernafasan, sesak,
cyanosis dan batuk dengan/tanpa produksi sputum.

lntervensi
1) Kaji jumlah pernafasan (AR), kedalaman dan gerakan dada.
2) Auskultasi bunyi nafas apakah ada wheezing, crackles.
3) Tinggikan bagian kepala tempat tidur, dan rubah posisi pasien
secara teratur.
4) Istirahatkan pasien, ajarkan dan demonstrasikan cara batuk
efektif.
5) Jika perlu lakukan pengisapan lendir.
6) Beri minum air hangat lebih banyak (minimal 2500 cc/ hari), bila
tidak ada kontra indikasi.

Kolaborasi
1) Kaji dan monitor efek pengobatan nebulisasi dan chest
fisiotherapi, IPPB (Intermitten Positive Pressure Breathing),
Postural drainage.
2) Catat dan berikan obat-obatan, mukolitik, ekspektoran,
bronchodilator dan analgesik.
3) Beri cairan tambahan; infus.
4) Beri humidifikasi oksigen.
5) Mintor analisa gas darah (Astrup), pulse oximetry.

b. Pertukaran Gas (difusi) Menurun


Pertukaran gas (difusi) menurun sehubungan dengan perubahan
membran alveolar-kapiler, perubahan aliran oksigen
(Hypoventilasi). Dengan ditandai dengan seska nafas, cyanosis,
nadi cepat, hypoxia (kekurangan O2 dalam jaringan).

Intervensi
1) Kaji kedalaman, jumlah dan kesuiitan bernafas
2) Observasi tanda-tanda cyanosis (membran mukosa, kuku)
3) Kaji status mental (kesadaran)
4) Monitor denyut nadi dan irama jantung
5) Monitor suhu tubuh (jika diperlukan)
6) Bila suhu tubuh tinggi, beri pakaian yang tipis, atur suhu udara di
dalam ruangan nyaman. Beri kompres dingin atau hangat (tapid
water sponges)
7) Anjurkan/pertahankan pasien bed rest, ajarkan tehnik relaksasi
8) Atur posisi semitowler, ajarkan tehnik nafas dalam dan batuk
efektif.
Kolaborasi
1) Pemberian oksigen (terapi oksigen) dengan nasal canule atau
mask oksigen atau venturi mask.
2) Hasil pemantauan analisa gas darah/pulse oxymetri.

C. Ketidak Mampuan Aktifitas


Ketidak mampuan aktifitas sehubungan dengan suplai dan
kebutuhan oksigen tidak seimbang. kelelahan, batuk yang terus
menerus, sesak nafas.

Ditandai dengan pasien tampak lelah, nafas cepat, nadi cepat jika
aktifitas.

Intervensi
1) Kaji aktifitas yang masih dapat dilakukan
2) Anjurkan pasien untuk istirahat
3) Atur posisi pasien yang nyaman
4) Kaji pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan bantu untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien.

d. Gangguan Rasa Nyaman


Gangguan rasa nyaman disebabkan nyeri akut sehubungan
dengan inflamasi pada jaringan paru, batuk yang kuat, reaksi dari
toxin di set. Ditandai dengan nyeri dada pleuritik dan pusing.

Intervensi
1) Kaji karakteristik nyeri
2) Monitor tanda-tanda vital
3) Ajarkan cara mengurangi rasa nyeri seperti relaksasi dan latihan
nafas, distraksi (mendengarkan musik/kaset ngaji, dan zikir)
4) Lakukan pemeliharaan kebersihan mulut lebih sering.

Kolaborasi : Pemberian obat-obatan analgetik dan antitusif.

e. Potensial Penurunan Volume Cairan


Potensial penurunan volume cairan sehubungan dengan suhu
tinggi, pernafasan melalui mulut, hiperventilasi, muntah,
penurunan intake oral.

Intervensi
1) Kaji dan catat; tanda-tanda vital, peningkatan suhu tubuh,
takhikardi, hipotensi orthostatik.
2) Kaji turgor kulit, membran mukosa (bibir dan lidah).
3) Monitor pemasukkan dan pengeluarari cairan serta warna urine.
4) Hitung balance cairan.
5) Beri cairan/minum lebih banyak.

Kolaborasi; Pemberian obat-obatan sesuai indikasi (anti-piretik, anti


mimetik), pasang infus.

Gizi : Diet disesuaikan keadaan pasien (TKTP).

Tindak Lanjut : Perhatikan terjadinya tanda-tanda sepsis antara lain


kesadaran makin menurun, demam, tekanan darah labil, RR
rneningkat, HR meningkat.

5. Penumotoraks = Kolaps Paru

a. DIAGNOSIS
Anamnesis sesak nafas mendadak perlahan-lahan, nyeri dada
pada hemitoraks yang kolaps.
Pada pemeriksaan fisik tampak sesak nafas, AR > 20 x / mnt, TD
normal, nadi normal / meningkat; Infeksi hemitoraks yang sakit
gerakannya tertinggal; Perkusi hipersonor; Fremitus melemah;
Vesikuler melemah.
Pemeriksaan Penunjang; Foto thorak; tampak daerah lusen
avaskuler.

b. PENATALAKSANAAN

1) Di Penerbangan = di Kloter

a) Oksigen 4 ltr/mnt.

b) Jika sesak makin berat lakukan torakosintesis pada ruang


interkostal V pada hemitoraks yang sakit dengan abocath No.
14. Abocath hubungkan dengan bloodset. Ujung bloodset
yang satu lagi masukkan kedalam botol yang berisi cairan
steril (atau tambah Betadine 10 cc).

2) Di BPHI
1) Rawat dengan slang WSD (Abocath No. 14) terfiksasi.
2) Pasien latihan nafas dalam.

Tindak Lanjut : Bila bertambah sesak rujuk ke RSAS

6. Edema Paru

a. Kardiogenik

1) DIAGNOSIS
Anamnesis sesak nafas sehingga posisi duduk/setengah duduk,
ada riwayat penyakit jantung, hipertensi dan coroner.
Pemeriksaan fisik; tampak sesak nafas, AR > 24 x / mnt, nadi
tachikardi, tekanan darah normal rendah/tinggi; tachikardi, Gallop
(+) I (-); Paw, ronchi basah halus terutama pada kedua lapangan
bawah paw; Abdomen normaVmembesar dan extremitas nor-
mal/edema.

Pada pemeriksaan penunjang; Foto thoraks Kerley B line (+),


Vasculansasi meningkat, gambaran EKG iskemia / infark / LVH,
hasil Astrup terlihat asidosis respiratorik/metabolik dan
hipoksemia.

2) PENATALAKSANAAN

a) Di Penerbangan = di Kloter

1) Oksigen 4 ltr/mnt
2) Restriksi cairan 15 - 20 cc/kg BB/24 jam
3) Lasix 3 x 1 ampul (jika TD> 110 MMHg
4) Kalium Durales 2 x 1 tablet
5) Morfin iv 1 ampul (jika edema paw Std I)
6) Antibiotik jika ada tanda-tanda infeksi
7) Digitalisasi kalau ada tanda-tanda Decomp (lihat penanganan
Decomp Cordis).

Tindak Lanjut : Rujuk ke BPHI/RSAS.

b) Di BPHI

1) Penatalaksanaan lanjutan dari kloter


2) Lakukan pemeriksaan Astrup & elektrolit, UDFL dan Rontgen.

C. Saluran Pencernaan

1. Hematemesis, Melena dan Hematosesia


Haematemesis adalah muntah darah tercampur makanan. Melena adalah
pasase tinja berwarna kehitaman dan konsistensi seperti Tir (Tarry).
Hamatemesis dan Melena, keduanya disebabkan perdarahan saturan cerna
bagman atas, biasanya secara anatomis sumber perdarahan di atas ligamentum
Treitz. Keadaan ini selalu bersifat gawat darurat yang harus segera ditangani.
Hematemesis harus dibedakan dengan Hemoptisis (Batuk darah).
Hematosesia adalah perdarahan segar dari saluran cerna bagian bawah.

a. DIAGNOSIS

1) Hematemesis
Anamnesis muntah darah berwarna hitam tercampur dengan makanan, jumlah
darah yang keluar sebanyak 500 - 2000 cc,. perdarahan secara spontan tanpa
batuk. PH asam karena tercampur asam lambung, baunya khas amis dan anyir.
Ada riwayat penyakit lambung/saluran cerna, minum obat Sosilat/Anti Inflamasi
Non Steroid!obat Rematik. Menderita penyakit hati khornik (Serosis/Hepatis).
Paa pemeriksaan fisik terdapat gangguan Hemodinamik. Hasil pemeriksaan
laboratorium anemia ringan sampai sedang, urine berwarna kuning tua.

2) Melena
Anamnesis berak berwarna kehitaman seperti petis/Tir (Tarry), bau
amis/anyir/sticky, jumlahnya 300 - 1000 cc/ Iebih, PH asam dan tampak seperti
kopi (Coffee ground appearance). Pada pemeriksaan fisik terdapat gangguan
Hemodinamik, laboratorium anemia ringan sampai sedang dan lakukan
pemeriksaan Hb, Ht, Trombo, CT, BT, Urine Iengkap.

3) Hematosesia
Anmnesis berak darah segar, bau amis/anyir, volume 200 - 1000 cc, PH netral
sampai aUalis. Dapat terjadi gangguan Hemodinamik dan jarang terjadi
anemia, kecuali perdarahan hebat/Iebih dari 3 hari

b. PENATALAKSANAAN

1) Di Penerbangan

a) Puasakan sampai di bandara tujuan


b) Berikan Antasida 2 sendok makan (30 cc) setiap 2 jam dan Simetidine 2 tablet/8
jam.
c) Duphalac 2 sendok makan setiap 3 jam dan Neomysin 4 x 500 mg
d) Pengawasan vital sign dan perdarahan yang mana tekanan darah diastole harus
di atas 70 mm Hg, nadi sekitar 80 -100 kali/mnt, respirasi 20-24 kali/mnt. Bila
perdaraha lebih dari 3000 cc atau selama 3 jam penerbanan tidak berhenti,
maka laporkan ke “Purser untuk menyampaikan kepada pilot agar mendarat di
lapangan udara terdekat untuk pemasangan Naso gasirik (pipa lambung) dan
infus lin. Jika memungkinkan lanjutkan penerbangan dimana penderita diinfus
dengan NaCi 0,9% + Adona 2 ampul : 20 tetes / mnt, Simetidine 4 x 1 ampul i.v,
Ampisillin 3 x 1 gros i.v (tes dulu) dan Posisi penderita diatur berbaring atau
setengah duduk.
e) Setelah sampa segera mjuk ke BPDIIRSAS/RS di Tanah Air
f) Tenangkan penderita, dan jika penderita tenang biasanya perdarahan akan
berhenti dalam waktu 3 - 4 jam.

2) Di Kloter

a) Beri Antasida 2 sendok makan (30 cc) dan Simetidine 2 tablet, dan setelah itu
puasakan.
b) Segera rujuk ke BPHI/RSAS.

Tindak Lanjut : Rujuk ke BPHI/RSAS.

3) Di BPHI

a) Lengkapi anamnesa/pem. Fisik/laboratorium


b) Pasang pipa Naso gastrik dan kumbah lambung dengan air L5 sampai
jernih/perdarahan berhenti dan puasakan
c) Simetidine 3 x 2 ampul i.v atau 4 x 1 ampul i.v
d) Nutrisi parenteral 2100 kal/24 jam
e) Ampislilin 3 x 1 gr i.v (yang segolongan)
f) Duphalac/Letulase 4 x 2 sendok makan
g) Neomycin 4 x 500 gr
h) Propanodol 3 x 20 gr
I) iso sorbit mono nitrat 3 x 10 mg.

Tindak Lanjut
a) Bila keadaan umum memburuk/perdarahan tidak berhenti dalam 4 jam/Hb di
bawah 8 gr %, maka segera rujuk ke
RSAS.
b) Bila membaik makan 24 jam setelah perdarahan berhent/ tenng beri diet cain
porsi 6 x 24 jam. Obat oral/parenteral Ianjutkan 4 x 24 jam.
c) Bila bertambah membaik obat parenteral I NG tube dilepas dan lakukan
mobilisasi.
d) Cari penyakit primer (utama), hindari faktor pencetus (obat dIL)
2. Gastro Enteritis

a. DIAGNOSIS
Defekasi berbentuk cairan atau setengah cairan > 3 kali sehari, bersifat
mendadak dan berlangsung singkat dalam beberapa jam atau hari. Tampak
tanda-tanda dehidrasi; tekanan darah turun, nadi meningkat, turgor kulit
kurang, kesadaran menurun, ekstremitas dingin, jari tangan keriput dan
sianosis. Lakukan pemeriksaan pendukung yaitu darah perifer Iengkap,
analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin, analisa dan kultur tinja.
Diagnosis Banding: Kolera eltor, Salmonellosis, Shigellosis, Amebiasis.

b. PENATALAKSANAAN

1) Di Penerbangan
Anti biotik, sesuai dengan perkiraan diagnosis;
a) Kolera Eltor: Tetrasiklin 4 x 500 mg/hari selama 3 hari
b) Salmonellosis: Ampisilin 4 x 1 gr/hari selama 10-14 hari
c) Shigellosis: Ampisillin 4 x 1 gr/hari selama 5 hari
d) Amebiasis: Metronidazole 4 x 500 mg/hari selama 3 hari
e) Banyak minum sebagai pengganti cairan yang keluar.

2) Di Kioter
Berikan perawatan tirah baring, berikan banyak minum dan diet bubur,
lakukan rehidrasi dengan cairan Ringer Laktat dengan jumlah cairan yang
diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang keluar, beri antibiotik sesuai
dengan perkiraan diagnosis (lihat add 1.)
Rujuk ke BPHI, apabila tidak tampak perbaikan atau bertambah berat.

3) Di BPHI
Pengobatan
Rehidrasi dengan cairan Ringer Laktat dengan jumlah cairan yang diberikan
sesuai dengan jumlah cairan yang keluar. Berikan Antibiotik sesuai dengan
perkiraan diagnosis, evaluasi hemodinamik dengan baik.

Masalah Keperawatan Yang Mungkin Timbul

a. Gangguan Keseimbangan Cairan/Dehidrasi Isotonis


Gangguan keseimbangan cairan (dehidrasi isotonis) sehubungan dengan
diare. Kriteria evaluasi : Dehidrasi teratasi.

Intervensi
1) Pemberian cairan per parenteral/infus sesuai dengan kebutuhan cairan yang
hilang (pemberian awal 1000 cc/i jam)
2) Monitor pemasukan dan pengeluaran
3) Monitor vital sign
4) Ben oralit sesuai dengan kemampuan pasien (adlibidum).

Kolaborasi; terapi cairan infus dan pengobatan lanjutan.

b. Gangguan Rasa Nyaman


Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan muntah dan diare.
Kriteria evaluasi : Rasa nyaman terpenuhi.

Intervensi
1) Perhatikan kebersihan tempat tidur/seprai/personal higiene
2) Beri tempat tidur yang bolong daerah bokong untuk menampung diare
3) Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya dan tindakan
yang akan dilakukan (tindakan perawatan isolasi).

c. Gangguan Nafsu Makan


Gangguan nafsu makan sehubungan dengan diare. Kriteria evatuasi :
Adanya nafsu makan

Intervensi
1) Beri makanan lunak untuk menurunkan stimulasi usus
2) Beri makanan tinggi kalori tinggi protein (TKTP)
3) Hindari makanan yang merangsang dan yang membuat kembung /
menimbulkan gas seperti kol dan kubis dll.
4) Porsi kecil tapi sering.

d. Potensial Terjadinya Penularan


Potensial terjadinya penularan sehubungan dengan penyebab diare.
Kriteria evaluasi : Tidak terjadi penularan.

intervensi
1) Penderita dirawat diruang terpisah (isolasi)
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja
3) Bekas alat-alat makan, alat tenun dsb didesinfeksi/direndam air panas
sebelum dicuci.
4) Personal higiene penderita seperti mandi dan kebersihan mulut dan anus
penderita.

Kolaborasi : Kepada petugas Sansur tentang adanya kasus diare untuk


penyuluhan/surveilans ke kloter asal jamaah haji.

Gizi : Diet lunak.

Sanitasi surveilans : Memberikan penyuluhan tentang pencegahan penularan


infeksi, dan investigasi sumber penularan.

D. Gangguan Faal Hati

1. Ikterus dan Prekoma Hepatikum


Ikterus adalah peningkatan kadar Bilirubin dalam sirkulasi darah dengan
manifestasi klinik pada kulit dan segera akibat gangguan fungsi hati, baik akut
atau khronis (khronis eksaserbas akut). Prekoma Hepatikum adalah keadaan
klinis penurunan kesadaran akibat penyakit hati khronik dengan berbagai gejala
dan tanda. Ikterus dan prekoma Hepatikum dapat berdiri sendiri atau sating
berkaitan.

a. DIAGNOSIS

1) Ikterus
Anamnesis riwayat penyakit hati/kuning (obat, jamu, tranfusi, pengidap/carrier),
stelera dan kulit berwarna kuning / kehijauan, mual, muntah, gatal, demam (sub
febril) dan diare. Pada pemeriksaan hepar teraba Hepato/spleno megali. Hasil
pemeriksaan laboratorium bilirubin direk/totat meningkat, urine berwarna kuning
tua seperti air teh, SGOT/SGPT/Gama GT/Alkali Transferase meninggi, HBs Ag
dan Anti HBs Ag.
2) Prekoma Hepatikum
Anamnesis riwayat penyakit hati khronik, keadaan umum terlihat gelisah, mual,
muntah, bicara meracau dan keringat dingin. “Abdominal pain” dan Despepsia.
Takhikardi dan disorientasi ringan, pada pemeriksaan palpasi Didopati
Hepato/Spleno Megali, Asites, Speder Naevi, Eritema Palmaris dan G
inekomastia. Hasil laboratorium, didapatkan tanda-tanda keganasan fungsi hati.

3) Koma Hepatikum
Kesadaran Somnolens hingga Komateus yang disertai / tidak dengan gangguan
Hemodinamik - Tremor halus.

b. PENATALAKSANAAN

1) Di Penerbangan
a) Bila ikterus, jamaah sakit harus istirahat total.
b) Jika Prekoma Hepatikum atau koma Hepatikum, lakukan infus dengan
cairan Isotokis hingga Bandara tujuan.

2) Di Kioter
a) Jika ikterus atasi dahulu dehidrasi, batasi kegiatan fisik, isolasi dari
jamaah lain dan segera rujuk ke BPHI.
b) Pada Prekoma dan koma Hepatikum, segera kirim ke BPHI.

3) Di PBHI
a) Bila ikterus lakukan pemasangan Infus dengan cairan isotonis/plasma
expander (Dextrans/Aminoleban/Aminofusin)
b) Koreksi penyakit utama
c) Pada Prekoma dan koma hepatikum segera rujuk ke RSAS.

Tindak Lanjut
a) Bila ada perbaikan - Terapi konservatif
- Diet hati khronik
- Pengawasan vital sign
b) Bila tidak ada perbaikan, pertimbangkan pulang dini.

E. Meningitis meningokokus (Bacterial meningitis)


Meningitis adalah peradangan selaput otak dan selaput sumsum tulang
belakang yang akut. Ditinjau dari penyebabnya dibagi menjadi 2 golongan yaitu
meningitis yang disebabkan bakteri (Bacterial meningitis) dan disebabkan virus
(Virus meningitis). Etilogi: Neisseria meningitidis (Meningokokus) group A sering
sebagai penyebab terjadinya wabah, sedangkan dalam keadaan endemis
umumnya group B & C. Group lain Juga dapat sebagai penyebab yaitu group A,
B & C paling banyak menimbulkan penyakit. Sero group A penyebab wabah di
daerah Sub Sahara Afrika. Sero group B & C endemis di Eropah dan Amerika
Serikat. Pathogenesis: Fokus primair infeksi meningococcus adalah pada
nasopharinx. Paling sering ditandai adanya radang lokal dan menimbulkan
symptom ringan. Penyebaran meningokokus dari nasofaring melalui aliran darah
dan biasanya diikuti gejala klinis yang jelas.

1. DIAGNOSIS
Anamnesis demam, sakit kepala, mual, muntah, anorexia, kejang dan sakit
sendi. Pada pemeriksaan fisik: Rangsangan meningeal seperti; kaku kuduk,
tanda Kerning, tanda Brudzinki), kemerahan di kulit (seperti; rash, ptechiae,
vesicular, echymosis, kesadaran menurun (seperti; delirium, shock dan koma).
Pemeriksaan
Pendukung: Lumbal Punctie untuk pemeriksaan liquor Cerebro Spinalis,
hasilnya terlihat warna dan kekeruhan dapat jernih atau keruh, tekanan derigan
manometer bisa > 20 cm air, kualitatif protein dengan Nonne & Pandy, kuantitatif
Cel (PMN & MN) normal Glikosa dibanding Glukosa darah > 0,5 - 1/3 Glukosa
darah. Preparat langsung MN 5/mm 3 dan pewarnaan Gram, BTA serta Kultur.
Kontra indikasi LP, peninggian tekanan intra cranial (TIC) yang nyata, antara lain
pemeriksaan fundus copy untuk melihat edema papil nervus optikus (apakah > 2
Dioptri). Pemeriksaan darah tepi Lekositosis/kadang-kadang leukopenia dan
Thrombosit normal atau menurun.

Diagnosis Banding
1) Pendarahan SUb Arachnoid
2) Abses Retro Faring
3) Demam Thypoid
4) Encephalitis
5) Tetanus
6) Sengatan panas
7) Pneumonia
8) Psikosis

2. PENATALAKSANAAN

a. Di Penerbangan = di Kloter
1) Penderita di Infus 2 A, AL; 14 - 20 tts/mnt.
2) Ampicillin kombinasi dengan Chloramphenikol.
3) Segera rujuk ke RSAS atau BPHI.

b. Di BPHI
1) Penderita di Infus 2 A, RL; 14 - 20 tts/mnt
2) Pengobatan dengan Ampicillin di kombinasi dengan Chloramphenicol
sesuai dosis.
3) Segera rujuk ke RSAS, setelah diberi pertolongan seperlunya serta
perawatan penderita secara suportif.

Masalah Keperawatan Yang Mungkin Timbul

a. Gangguan Pengaturan Suhu Tubuh


Gangguan pengaturan suhu tubuh sehubungan dengan Sepsis.
Kriteria evaluasi : Suhu tubuh normal kembali.
Intervensi
1) Kompres dingin / es
2) Monitor vital sign
3) Anjurkan banyak minum
4) Pemberian cairan infus

Kolaborasi; Pemberian cairan infus dan pengobatan lanjutan.

b. Gangguan Kesadaran
Gangguan kesadaran sehubungan dengan serangan selaput otak.
Kriteria lntervensi : Semua kebutuhan pasien dibantu perawat sehingga
kebutuhan pasien terpenuhi.

Intervensi
1) Kebutuhan 02, pemberian 02 (2-4 1/mnt), membersihkan jalan nafas dengan
penghisapan lendir, monitor vital sign, menghitung Glasco Coma Scoring
untuk mengetahul penurunan kesadaran.
2) Kebutuhan makanan dan minuman, pemberian terapi parenteral sesuai
program medis, pemberian makanan melalui slang (Nasal Gastric Tube)
sesuai dengan program gizi.
3) Kebutuhan cairan dan elektrolit, pemberian terapi parenteral sesuai program
medis, monitor pemasukan dan pengeluaran (mengatur keseimbangan
cairan).
4) Monitor vital sign.
5) Kebutuhan eliminasi, pemasangan catether dan penampungannya,
pemasangan alas bokong/duk untuk menampung defekasi dan jaga
kebersihan bokong.
6) Pencegahan dekubitus akibat tirah baring:
a) Jaga kebersihan sprei/baju pasien
b) Posisi selang seling setiap 2-3 jam
c) Pasang windring di bokong penderita
d) Usahanya kebersihan perseorangan terutama bersihan
bokong/punggung

7) Lakukan massage, pemberian minyak zaitun di punggung dan bokong


penderita.

c. Potensial Terjadinya Kejang


Potensial terjadinya kejang sehubungan dengan penyakit Meningitis
meningokokus. Kriteria evaluasi: Kejang berkurang dan penurunan akibat
samping sari kejang.

Intervensi
1) Pemberian terapi anti konvulsi sesuai dengan program medis.
2) Pasang spatel lidah dibungkus kasa untuk mencegah lidah tergigit dan
menutup jalan nafas.
3) Monitor respirasi dan jalan nafas.

d. Potensial Terjadinya Komplikasi dan Infeksi Nasokomial


Potensial terjadinya komplikasi dan infeksi sehubungan dengan lamanya
dirawat. Kriteria evaluasi: Komplikasi dan infeksi nasokomial
dihindari/dikurangi.

Intervensi
1) Pencegahan dekubitus (sesuai intervensi pada gangguan kesadaran).
2) Pencegahan phlebitis dan tempat tusukan infus dengan mengganti slang
setiap 3-4 hari sekali dan bekerja dengan tehnik septik aseptik.
3) Pencegahan infeksi saluran kemih dengan
a) Pemasangan catether dengan memperhatikan tehnik septik aseptik.
b) Ganti slang catether setiap 3-4 hari sekali.
c) Kebersihan daerah genetalia (terutama wanita).

e. Potensial Terjadinya Penularan (Cross lnfeksi)


Potensial terjadinya penularan sehubungan dengan penyakit
Meningitis meningokokus.
Kriteria evaluasi: Tidak terjadi cross infeksi.

Intervensi
1) Pasien diisolasi/barrier Nursing ditempat khusus terpisah dengan penyakit
lain.
2) Petugas harus selalu cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja.
3) Di isolasi ditempat terpisah dengan penyakit lain.
4) Petugas harus selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja.
5) Memakai masker pada saat berkomunikasi dengan jamaah sakit/ bekerja.
6) Petugas memakai celemek pada saat bekerja.

f. Kurangnya Pengetahuan Pasien/Keluarga Mengenal Penyakitnya.


Kriteria evatuasi : Pengetahuan bertambah.

Intervensi
1) Penyuluhan mengenai cara mencegah penularan.
2) Informasi manfaat isolasi dan vaksinasi.
3) Informasi mengenai tindakan-tindakan yang diberikan.

Hal-hal yang harus diperhatikan perawat.


1) Pemberian program pengobatan, perhatikan dosis, jam / frekuensi
pemberian, efek samping, tulis nama yang memberikan.
2) Mempersiapkan alat-alat tindakan diagnostik, lumbal fungsi, funduscopi.

F. Rematik

1. Arthritis Gout

a. DIAGNOSIS
Berdasarkan (Kriteria ARA), terdapat kristal monosodium urat didalam cairan
atau terdapat kristal monosodium urat di dalam totus atau didapat 6 dari 12
kriteria berikut

1) lnflamasi maksimum pada hari pertama


2) Serangan artritis akut lebih dan 1 kali
3) Artritis monoartikuler
4) Sendi yang terkena benwarna kemerahan
5) Pembengkakan dan sakit pada sendi MTP 1.
6) Serangan pada sendi MTP unilateral
7) Serangan pada sendi pada tarsal unilateral
8) Adanya tofus
9) Hiperurisemia
10) Pembengkakan sendi asimetris pada gambaran radiologik
11) Kista subkortikal tanpa erosi pada gambaran radiologik
12) Kultur bakteri cairan sendi negatif.

Pemeriksaan pendukung; kadar asam urat darah dan urin, ureum, kreatinin dan
CCI serta radiologi sendi.

Diagnosis banding; Pseudogout, Artritis septik, Demam rematik, Artritis


reumatoid.

b. PENATALAKSANAAN

1) Di Penerbangan:
Penyuluhan dan obat antiinflamasi non steroid (Indomethacin).

2) Di Kloter

a) Penyuluhan dan diet rendah purin


b) Obat antiinflamasi non streroid (Indomethacin)
c) Pengobatan hiperurisemia (Allopurinol 1 x 300 mg) apabila peradangan
akut telah teratasi.
d) Rujuk ke BPHI, apabila peradangan sangat hebat.
3) Di BPHI

a) Pengobatan fase akut: Kolkisin dan obat antiinflamasi non steroid.


b) Pengobatan hiperurisemia: Diet rendah purin dan obat urikosurik
(Allopurinol 1 x 300 mg).

2. Rhematoid Arthritis (RA)

a. DIAGNOSIS

Berdasarkan Kriteria ARA th 1987 Rhematoid arthritis ditandai dengan; 1)


kaku sendi pada pagi hari sekurang-kurangnya 1 jam, 2) Artritis pada
sekurang-kurangnya 3 sendi, 3) Artritis pada persendian tangan, 4) Artrits
yang simetris, 5) Nodul reumatoid, 6) Faktor Reumatoid serum positif dan 7)
gambaran radiologik yang spesifik.
Untuk menentukan diagnosis RA dibutuhkan 4 dari 7 kriteria tersebut diatas,
kriteria 1 s/d 4 harus diderita penderita minimal 6 minggu.

b. PENATALAKSANAAN

1) Di Penerbangan: Proteksi pada sendi yang sakit terutama pada


stadium akut, obat-obatan anti inflamasi non steroid misalnya;
Indomethacin, Piroksikam dll.

2) Di Kloter
a) Proteksi pada sendi yang sakit terutama pada stadium akut.
b) Pemberian obat-obatan anti inflamasi non streroid (indomethacin,
Piroksikam).
c) Rujuk ke BPHI, apabila peradangan sendi sangat hebat atau
terdapat infeksi sekunder.

3) Di BPHI
a) Pada umumnya tidak dibutuhkan rawat inap, kecuali peradangan
sendi sangat hebat atau disertai infeksi sekunder.
b) Proteksi pada sendi yang sakit terutama pada stadium akut.
c) Pemberian obat-obatan anti inflamasi pada stadium akut.
d) Pemberian obat-obatan remitif (DMARD), misainya; Salazopirin,
Kioroquin dll.
e). Fisoterapi.

3. Artritis Septik Bakteriai (Non Gonokok)

a. DIAGNOSIS
Diagnosis ditetapkan dengan nyeri sendi akut umumnya monoartikuler dan
terbanyak mengenai sendi lutut, biasanya terdapat penyakit lain yang
mendasarinya, dan ditemukan bakteri dari kultur cairan sendi.
Pemeriksaan penunjang antara lain analisis cairan sendi, pewarnaan gram
dan kultur cairan sendi, pemeriksaan radiografi sendi, lekosit, LED, dan CRF
serta kultur darah.

Diagnosis Banding : Artritis gonokok, Bursitis septik.


b. PENATALAKSANAAN

1) Di Penerbangan: Berikan antibiotik berspektrum luas dan analgesik.


2) Di Kioter : Berikan antibiotik berspektrum luas dan analgesik,
selanjutnya rujuk ke BPHI.
3) Di BPHI
a) Pengobatan dengan Aspirasi cairan sendi.
b) Antibiotik berspektrum luas sebelum ada hasil kultur dan diubah
setelah hasil kultur diperoleh..
c) Joint drainage.
d) Rujuk ke RSAS apabila memerlukan tindakan bedah.

G. Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa adalah suatu kelompok gejala atau perilaku yang dapat
ditemukan secara kIinis dan dengan penderitaan (distress) serta berkaitan
dengan terganggunya tungsi (disfungsi). Penyebab timbulnya gangguan jiwa
adalah bersifat multifaktorial. Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis
Gangguan Jiwa (PPDGJ), urutan hirarki dasar diagnosis gangguan jiwa
senantiasa diawali dengan memikirkan kemungkinan penyebab organik yang
mendasari (faktor organo - biologi) atau dikenal dengan istilah Gangguan Mental
Organik (GMO). Apabila dasar organik dapat disingkirkan maka perlu dipikirkan
faktor penyebab lainnya yaitu : taktor spiko-edukasi, sosial-budaya dan
psikorreligius.

1. DIAGNOSIS
Berdasarkan Auto dan allo-anamnesis dari orang terdekat disekitarnya
maupun Buku Kesehatan Haji sangat penting untuk memperjelas riwayat
perjalanan penyakit. Hal ini penting untuk menentukan adanya dasar organik
atau bukan, onset akut atau kronis, kelainan psikosis atau neurosis serta
riwayat obat-obatan yang dipakai.

Pada pemeriksaan fisik status internus dan neurologis dilakukan


sebagaimana lazimnya pemeriksaan di bidang kedokteran. Adanya kelainan
status internus dan atau neurologis menuntun kearah kelainan organik
(GMO) dan memerlukan pemeriksaan lanjutan sesuai kelainan yang
ditemukan.

Sedangkan status psikiatri diketompokkan dalam pemeriksaan

a. Kesadaran
Kesadaran merupakan keadaan biologik - fungsional yang optimal untuk
bereaksi terhadap stimulus dari luar dan/atau dari dalam. Penilaian fungsi
kesadaran merupakan hal yang utama dan lazim dalam setiap awal
pemeriksaan medis. Timbulnya gangguan kesadaran merupakan gejala
patognomonik adanya Gangguan Mental Organik (GMO) Misalnya; dellirium,
epilepsi, cedera otak, meningitis atau heat stroke.

b. Realty Testing Ability (RTA)


Uji kemampuan menilai realitas (RTA) merupakan aspek yang sangat
memegang peranan penting dan berkaitan dengan aspek mental alinnya
(misalnya; gangguan kesadaran, waham, halusinasi, kegaduh-gelisahan,
autistik, afek yang tumpul/datar). Adanya gangguan RTA merupakan tanda
patognomonik gejala psikosis.
c. Aspek sikap dan perilaku
Sikap dan perilaku merupakan kesiapan memberikan respon dengan cara
yang khas untuk mencapai motif/tujuan tertentu. Kegaduh-gelisahan, autistik,
penarikan din, apatis, sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan yang
sedemikian parah menyokong ke arah tanda-tanda psikosis.

d. Aspek alam perasaan (afek)


Afk merupakan unsur yang memberi kehangatan dan warna pada kepribadian
seseorang. Afek yang tumpul atau datar merupakan gejala patognomoik
adanya gangguan psikosis.

e. Aspek persepsi dan berpikir


Persepsi merupakan penerimaan kesan melalui panca indera atau yang
dirasa untuk mengenal, mengetahui objek-objek dari stimulus. Sedangkan
berfikir merupakan rangkaian proses asosiasi, kombinasi, integnasi,
penguraian dan sintesis unsur-unsur pikiran dalam membuat kesimpulan,
pendapat dan penilaian. Aspek persepsi dan benfikir juga berkaitan dengan
penilaian daya ingat dan orientasi. Gejala yang timbul dalam gangguan
persepsi dan berfikir sedemikian luas (antara lain ; waham, asosiasi longgar,
loncat gagasan, halusinasi, ilusi, dpresonalisasi) sehingga penilaiannya
dikaitkan dengan uji kemampuan menilai realitas (RTA). Adanya gangguan
persepsi dan/atau berfikir yang disertai gangguan RTA merupakan tanda
patognomonik gangguan psikosis.
Mengingat sarana dan prasarana yang ada, pemeriksaan penunjang lebih
diutamakan pada kasus-kasus yang diduga sebagai kelainan organik (GMO)
dan perlu bekerja sama dengan dokter ahli Iainnya.

2. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan gangguan jiwa selama di pesawat, kloter dan BPHI pada
umumnya dibedakan oleh sarana dan prasarana yang ada. Perbedaannya
adalah tersedianya sarana perawatan bila di BPHI dalam bentuk ruangan
isolasi.
Untuk memudahkan prinsip penatalaksanaan bagi petugas, maka
pengelompokkan gangguan jiwa dibedakan dalam 3 bagian utama;

a. Gangguan Mental Organik


Prinsip utama penatalaksanaan gangguan jiwa adalah memikirkan
adanya kelainan organik yang mendasari timbulnya penyakit.
Sebagaimana keadaan gangguan fisik, jika ditemukan kecurigaan adanya
kelainan organik (GMO) yang perlu diatasi adalah keadaan gangguan
organiknya sehingga memerlukan penatajaksanaan bersama-sama
dengan dokter ahli Iainnya. Prinsip penanganan A (air way), B
(breathing), dan C (circulation) dilakukan sesuai prosedur dan kebutuhan.
Selanjutnya diberikan terapi sesual etilogi dan simptom yang ditemukan.
Kegaduhan-gelisahan yang timbul pada GMO dapat diberikan injeksi
Haloperidol 5 mg atau injeksi CPZ 50 mg IM dan hindari pemberian
lnjeksi Diazepam jika diduga adanya kelainan organik.

b. Gangguan Psikotik
Jika keadaan organik dapat disingkirkan, maka penatalaksanaan
gangguan psikiatri ditekankan pada aspek ada-tidaknya gejala psikosis
yang ditandai oleh gangguan penilaian realitas (RTA). Gangguan RTA
yang sedemikian parah dan mengganggu diri dan/atau Iingkungan
memertukan tindakan pengamanan (fiksasi) yang manusiawi, misalnya
dengan jaket fiksasi atau isolasi ruangan. Selanjutnya diberikan
farmakoterapi antipsikotik yaitu injeksi Halloperidol 5 mg IM atau injeksi
CPZ 100 mg IM dan injeksi Diazepam 10 - 20 mg IM/IV sesuai tingkat
kegaduhgelisahannya. Tindakan ini dapat diulangi setelah 30 menit jika
betum reda. Selanjutnya diberikan terapi oral antipsikotik CPZ 3 x 50 -
100 mg/hari, dapat dinaikkan sampai 900 mg/hari atau Haloperidol 3 x 5 -
10 mg/hari. Efek samping yang perlu diperhatikan pada pemberian anti
psikotik adalah timbulnya gejala extrapiramidal (parkinson) yang ditandai
antara lain; kekakuan, berjalan seperti robot, lidah tertarik. Jika timbul
efek tersebut dapat diberikan injeksi Fifenhidramin 2 cc IM atau Injeksi
Sulfas Atrof in 0,25 - 0,5 mg IM dan pemberian oral Trihexifenidil (artane)
3 x 2 - 4 mg/hari. Efek samping antipsikotik lainnya adalah hipotensi.
Oleh karena itu, jika tekanan darah kurang dari 90/60 mm Hg maka tidak
diberikan antipsikotik dan lakukan tindakan pembaringan serta minum
kopi. Jika tekanan darah belum membaik berikan IVFD RL / Dex 5% 30
- 40 tts/mnt disertai Noradrenalin 2 amp/kolf hingga tekanan darah
membaik> 100 I 70 mm Hg.

c. Gangguan Non-psikotik (Neurotik)


Gangguan ini paling banyak dijumpai dengan secara umum
dikelompokkan dalam kelompok ansietas dan depresi. Gejala ansietas
menunjukkan kecemasan yang berlebihan disertai rasa takut yang tidak
wajar. Gejala lainnya adalah timbulnya berbagai keluhan somatik tanpa
dasar organik. Penderita ansietas yang tidak menunjukkan gejala
penyakit parah, biasanya tidak memerlukan perawatan dan cukup
diberikan anti-ansietas seperti diazepam 5 - 15 mg perhari atau
Alprazolam 1,5 - 3 mg/hari dibagi dalam 3 dosis. Selanjutnya penderita
diberikan psikoterapi supportif.

Sedangkan gejala depressi adalah reaksi kesedihan akibat kehilangan


objek yang disayangi atau dicintai (lost of love object). Gejalanya dimulai
dengan sering murung, menarik diri dari kegiatan (mengurung diri), tidak
nafsu makan, gangguan pola tidur, erosi kemampuan berfikir dan
konsentrasi, merasa tidak berguna dan kadang-kadang ingin bunuh diri.
Jika gejalanya ringan, penderita cukup diberi psikotenapi supportif dan
antidepresan (Amitniptiline 3 x 25 mg/hari atau Imipramin 3 x 25 mg/hari
atau Amineptine 2 x 200 mg/hari atau CPZ 3 x 50 mg atau Hallopenidol 3
x 0,5 mg/hari).

Tindak Lanjut : Bila gejala yang timbul cukup berat (kecenderungan untuk
bunuh diri/ingin bunuh diri/percobaan bunuh diri) maka sebaiknya penderita
dirujuk ke BPHI untuk mendapat perawatan Iebih lanjut oleh psikiater.
Sikap Menghadapi Pasien:
1. Hangat, ramah, banyak perhatian dan tenang
2. Bersikap empati, menyapa lebih dahutu, memperkenalkan diri,
mengajak bicara, menunjukkan perhatian, mengalah.
3. Formil, netral, “menjaga jarak” (khususnya untuk pasien paranoid).
4. Bila kondisi pasien masih membahayakan, ambil sikap waspada
(pasien difikasi).

3. PENGOBATAN

a. Obat- obat anti psikotik.


1) Chlorpromazine/Largactil
- Tablet 3 x 100 mg dapat dinaikkan s.d 900 mg / hari.
- lnjeksi 100 mg IM, injeksi dapat diulang 30 - 45 menit.
2) Haloperidol
- Tablet 3 x 5mg
- lnjeksi Serenace 5 mg/cc
- Halloperidol drop 3 x 20 tts
3) Pertenazin (Ovomit) 3 x 8 mg.
4) Flufenazine decanoat (Modecate) injeksi 25 mg/cc

Bila ada efek samping obat :


a) Hipotensi ortostatik: Baringkan penderita lebih kurang 10 menit, beri
minum kopi. Bila belum menotong berikan IVFD RL / Dex 5% 30-40 Us
/ mnt ditambah Noradrenatin 2 amp / koif.
b) Parkison atau Akatisia berikan Artane 3 x 2 - 4 mg / hari, Sulfas Atrofin 3
x 1, Inj. SA 1 - 2 amp IM atau injeksi Delladril 1-2 cc IM.

b. Obat anti Depresant


1) Amitriptilin (Toilinc) 75 - 300 mg / hari
2) Imipramin (Tofranil) 75 - 300 mg / hari
3) Maprotilin (ludionil) 75 - 300 mg / hari
4) Amineptin (Survectov) 1 x 1 tablet
5) Moclobemide (Aurorix) 2 x 1 tablet
6) Sertraline Zoloft) 1 x 1 tablet

c. Obat anti cemas (Benzodiazepine)


1) Alprazlam (Xanax) 0,5 - 4 mg / hari
2) Lorazepam (Ativan) 1 - 8 mg / hari
3) Diazepam (Valium) 4 - 40 mg / hari
4) Bromazepam (Lexotan) 3 - 6 mg / hari
5) Clobazam (Frisium) 20 - 30 mg / hari
H. Kulit

1. SLE (System Lupus Erythematous)

a. DIAGNOSIS
Berdasarkan 11 eritina ARA, pada anamnesis adanya keluhan bercak
merah pada wajah, timbul perlahan kemudian melebar dan gatal
terutama terkena panas.

Pemeriksaan fisik:
1) Rambut ditemukan Pluk test (+) dan alopesia dengan scarring
2) Wajah terdapat malar rash seperti kupu-kupu dan fotosensitif
3) Ujung-ujung jari deprresed scar sampai ulkus

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah laboratorium darah


dengan hasil anemia, leukopenia dan LED meningkat, Rontgen foto
dada, hasil EKD abnormal.

Diangnosis Banding : Erupsi obat bentuk foto sensitivitas dan


Rheumatoid fever

b. PENATALAKSAAN

1) Di Penerbangan :
a) Monitor obat dan gejala yang timbul
b) Perlakuan sama dengan jamaah biasa.

2) Di Kloter :
a) Prednison 30 mg / hari
b) Sunblock dengan SPF >= 15

Asuhan Keperawatan:
Sesuai dengan gejala yang timbul
a) Istirahat dengan aktifitas dikurangi
b) Pakaian yang protektif dari Sun exposed.
c) Perhatikan obat-obatan yang memperberat

Gizi : Diet TKTP


Sanitasi surveilans : a) Penyuluhan kurangi aktifitas diluar
b) Recording dan Reporting

3) Di BPHI : a) Follow up apakah sudah adekuat


b) Alternatif tambahkan Chloroquin ablet 1 x 500 mg / hari.

2. Dermatitis Atopik

a. DIAGNOSIS
Anamnesis, gatal yang berulang pada lipatan lengan dan lutut serta adanya
stigma atopik pribadi / keluarga. Pemeriksaan fisik terdapat bekas eksloriasi,
plak hiperpigmentasi pada fasca cubiti danpoplitea. Hasil pemeriksaan
penunjang Ig E meningkat dan eosinofilia. Pada tes tusuk dan tes tempel
dengan TDR hasflnya positif.

Diagnosis banding : Scabies dan Erupsi obat, golongan halogen

b. PENATALAKSANAAN

1) Di Penerbangan : Obat-obatan diteruskan dan ventilasi yang baik.

2) Di Kloter

Pengobatan : Berikan Antihistamin golongan sedatif per oral dan Krim


steroid

Asuhan Keperawatan:
a) Pakaian yang menyerap keringat. misalnya katun
b) Kurangi faktor pencetus, misalnya debu dan suhu lingukungan
hendak yang menyenangkan.

Gizi : Hindari makanan yang merangsang, misalnya makanan yang


berbumbu.

Sanitasi Surveilans : Kontrol lingkungan yaitu kelembaban dan TDR


serta recording - reporting

3) Di BPHI
Pengobatan : Evaluasi pengobatan apakah sudah adekuat dan
tambahkan prednison 20 mg hari dalam masa singkat.

Asuhan Keperawatan
a) Hindari tempat-tempat yang berdebu
b) Hindari sabun antiseptik dan farfum

Gizi: Diet yang tidak merangsang

Sanitasi surveilans : Evaluasi kepadatan debu dan TDR, recording dan


reporting.

3. Xerotic Skin I Dis xerotik

a. DIAGNOSIS
Pada anamnesis penderita mengeluh kulit kering dan bersisik disertai
keluhan gatal. Sedangkan pada pemeriksaan fisik kulit tampak bersisik, bibir
pecah-pecah dan pada uji gones tampak kulit lebih putih dan berskuama.

b. PENATALAKSANAAN

1) Di Penerbangan : Aklimatisasi lingkungan dan berikan krim pelembab / baby


oil

2) DiKloter
Beri pengobatan dengan krim pelembab dan antihistamin oral

a) Mandi dengan air hangat dan gunakan sabun hanya sedikit, sebaiknya
sabun digunakan mengandung pelembab
b) Pakaian dari bahan katun
Gizi : Beri diet TKTP

Sanitasi Surveilans: Recording dan reporting

3) Di BPHI
a) Pengobatan diteruskan
b) Krim steroid perlu dipertimbangkan bila ada tanda-tanda
c) Bibir oleskan margarin / lip gloss.

Asuhan Keperawatan : Hindari sabun yang berlebihan

Gizi : Hindari makanan yang merangsang bila bibir pecah-pecah dan diet TKTP.

Sanitasi surveilans : Evaluasi kelembaban, recording dan reporting

L. THT

1. Epistaksis

Epistaksis adalah pendarahan dari rongga hidung

a. DIAGNOSIS

Berdasarkan penyebab dibagi menjadi:


1) Lokal disebabkan infeksi, neoplasma atau kongenital misalnya
Hereditary haemorrhagic teleangiectasia (osler)
2) Sistematik yang disebabkan Kardiovaskuler ( hipertensi atau
arteriosclerosis ), kelainan darah, infeksi, perubahan tekanan atmosfir
(Caissom disease) atau kelainan Endokrin.

Berdasarkan sumber dibagi menjadi:


1) Epistaxis anterior berasal dari plexus Kiessel bach atau arteri Etmoidalis
anterior dan mudah diatasi.
2) Epistaxis posterior berasal dari arteri Sfenopalatina dan atau arteri
Etmoidalis posterior. Sering terdapat pada usia lanjut akibat hipotensi
atau Arterio sclerosis dan pendarahan hebat serta jarang berhenti
spontan.

PENATALAKSANAAN
Prinsipnya: 1) Menghentikan pendarahan
2) Mencegah komplikasi
3) Mencegah berulang dengan mencari penyebab.

1) Di Kloter
a) Pasien didudukan I berbaring duduk dengan kepala ditundukkan.
b) Monitor vital sign
c) Cuping hidung dipencet selama 5 menit
d) Bila tidak berhasil segera rujuk ke BPHI

2) Di BPHI
a) Monitor vital sign, bila terlihat tanda-tanda shock (tensi turun) segera
pasang infus.
b) Pasang tampon adrenalin 5 - 10 menit dan “ala nasi” ditekan kearah
septum.
Masalah Keperawatan Yang Mungkin Timbul

a. Potensial Terjadinya Shock


Potensial terjadinya shock sehubungan dengan Epistaksis.

Kriteria Evaluasi : Epistaksis berhenti.

Intervensi:
1) Pasien didudukkan / berbaring setengah duduk
dengan posisi kepala ditundukkan, tujuannya adalah mencegah darah
masuk ke dalam saluran nafas (mencegah aspirasi)
2) Letakkan bengkok dimuka pasien untuk menampung darah
3) Monitor vital sign dan jika tampak tanda-tanda shock (tensi turun)
segera pasang infus
4) Apabila pendarahan berasal dari pleksus Kieselbach, maka cuping
hidung dipencet untuk mengurangi pendarahan.
5) Siapkan alat:
a. Lampu kepala
b. Spekulum hidung
c. Alat penghisap
d. Pinset
e. Kapas
f. Tampon gulung
g. Alat pelilit (aplikator) kapas.
h. Api spiritus
i. Kateter
j. Adrenalin
k. Vaselin/salep antibiotika
I. Nitras argenti 25 %
m. Tampon Bellocq yaitu kain kasa yang dilipat/ digulung kemudian
diikat dengan 2 buah tali sehingga ujung tall pada satu sisi 2
lembar, sedangkan pada sisi lainnya satu lembar. Tampon ini
diperlukan untuk menolong pendarahan anterior.

Kaloborasi : Terapi pemberian infus dan obat-obatan serta tindakan


pemasangan tampon dan tindakan pengobatan lanjutan.

Upaya pencegahan:
1) Pemakaian masker untuk menghindari iritasi karena udara.
2) Membuang lendir/cairan hidung jangan terlalu keras.
3) Pasien hipertensi dilakukan pengontrolan tekanan darah.

J. Sengatan Dingin

1. Sengatan dingin (Frost Bite dan Cold Injuries)


Frostbite adalah salah satu manifestasi klinik cold injuris atau sering disebut
freezing cold injuries.

a. DIAGNOSIS

1) Frost Nip
Bentuk klinis yang paling ringan, cenderung mengenai telinga,
hidung, pipi, jari dan ibu jari, tangan atas dan bawah serta tungkai
atas dan atau bawah. Berdasarkan anamnesis penderita mengeluh
ada rasa kaku / beku daerah telinga (Aurikuler atau Auditus
kanalikuli), hidung, pipi, jari tangan/ibu jar bahu, lengan atas/bawah,
tungkai atas atau paha atas dan paha bawah. Kekakuan pada
status lokalis, nyeri tekan atau pada udara dingin dan Hiperemis
sekitar lesi/sendi.

2) Freezing (frost bite)


Akibat gangguan aklimatisasi yang mengenai aliran pembuluh darah
kecil akibatnya oklusi agglutinasi Trombosit dan Trombi.
Berdasarkan anamnesis penderita mengeluh “Anestesi” (hilang
rasa) atau baal di daerah tungkai atas / bawah dan jari-jari tangan
kaku / beku. Pada pemeriksaan status lokalis, mulai tampak
mascrasi dan keringat tampak berlebihan serta nyeri sendi-sendi
kecil/besar atau asimetris.
Hasil laboratorium menunjukkan Lekositosis, osteoporosis
gangguan aglutinasi / CT / BT.

3) Non Freezing (Immersion Foot Injuries):


Hanya menangani tungkai, walaupun dapatterjadi secara bersama
dengan “Frost bite”. Sering menyerang pelaut / surveyor di tengah
laut dan tentara (“Trench Foot”). Berdasarkan hasil anamnesis kaki
basah terlalu lama dan dingin. Pada pemeriksaan fisik tampak
pucat, palsasi nadi melemah, hiperemia, bengkak, dan nyeri.

Diangnosis Banding
a) Gagal jantung kongetive, Aritmia jantung
b) Uremia, gagal ginjal akut/khronik
c) Diabetes Mellitus
d) Takar lajak ( “over dosis” ) obat-obat
Antipiretik, Opiat / Benzo Diazpin, Tranquiliser mayor/minor atau
anti histamin non selektif.

b. PENATALAKSANAAN

1) Di Penerbangan:
a) Selimuti dengan kain hangat dan kendorkan ikatan-ikatan pada
tubuh (ikat pinggang, kancing celana, pakaian dalam, sepatu,
arloji, kalung dan ikat kepala)
b) Minum dan makan makanan yang hangat dengan porsi sedikit
tetapi sering misalnya setiap 15 menit.
c) Rebahkan dengan posisi kepala agak rendah dan tungkai Iebih
tinggi 30 derajat.
d) Kompres air hangat pada daerah lesi atau berikan cairan / krem
pelembab di sekitar lesi.
e) Bila nyeri semakin hebat boleh diberikan Asam Mefenamat 500
mg setiap 8 jam atau Tranadot 50 mg/8 jam.

2) Di Kloter:
a) Baringkan penderita dengan alas lunas dan selimuti dengan
selimut hangat.
b) Lepaskan semua ikatan tubuh
c) Beri minum dan makan makanan yang hangat
d) Lakukan kompres hangat / Revanol pada
daerah lesi
e) Segera rujuk ke BPHI/RSAS.
Masalah Keperawatan Yang Mungkin Timbul

Gangguan Fungsi Suhu Tubuh ( “Termo Regulasi”)


Gangguan fungsi suhu tubuh ( “Termo Regulasi” ) sehubungan dengan
Sengatan dingin.
Yang ditandai dengan:
a) Vasokontruksi pembuluh darah kulit sehingga kulit tampak pucat
b) Produksi kelenjar keringat ( “Sabesca”) menurun sehingga kulit
terlihat kering.
c) Kram, kaku, menggigil hingga pingsan Kriteria evaluasi : Sengatan
dingin teratasi.

Intervensi:
a) Beri selimut dan buli-buli panas mengurangi penguapan
b) Bawa ketempat / ruangan yang bersuhu panas
c) Beri minum hangat yang banyak
d) Kulit diolesi dengan pelembab untuk mengurangi kulit kering
e) Pakaikan pakaian yang tebal dan kaos kaki
f) Hindari menggunakan air dingin untuk minum, mandi dan berwudhu
g) Beri diet tinggi kalori dan tinggi protein untuk meningkatkan daya
tahan tubuh.
h) Perhatikan personal higiene dan kebersihan lingkungan

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi parental / infus.

3) Di BPHI
a) Lengkapi anamnesa, pemeriksaan fisik dan laboratorium.
b) Imobilisasi, kalau perlu fiksasi sederhana di daerah lesi.
c) Obati faktor pencetus dan penyakit primer / sekunder.
d) Reworming bertahap:
• Penyinaran infra merah setiap 2 jam selama 20 menit
sampai suhu normal.
• Kompres air panas / hangat setiap 1 jam selama 30 menit
• Ruangan hangat / tanpa pendingin.
e) Antibiotika cakram luas misalnya Amoxillin 3 x 50 gr, Doxiciclin 2
x 100 gr atau Ciprofloksasin 3 x 500 mg.
f) Anti Inflamasi misalnya Nonflamin atau Excelase 3 x 2 tablet
g) Anti Oksidan dosis tinggi 3 x 1 tablet
h) Obat sirkulasi tepi dosis tinggi misalnya Aspirin
325 gr atau Aspilet 2 x 1 tablet, Dipiridamol 3 x 75 mg dan
vitamin B complek atau B12 dosis tinggi * 2 x 5000 U)
i) Fisio terapi dengan Short Wave Diatermi, Musde Wavement,
Relaksasi, Masage ringan dengan gelly dan latihan otot dengan
bola tenis.

Masalah Keperawatan Yang Mungkin Timbul

Gangguan Fungsi Suhu Tubuh (“Termo Regulasi”)


Gangguan fungsi suhu tubuh (“Termo Regulasi”)
sehubungan dengan Sengatan dingin.

Yang ditandai dengan:


a) Vasokontriksi pembuluh darah kulit sehingga kulit tampak pucat
b) Produksi kelenjar keringat ( “Sebasea” menurun sehingga kulit
terlihat kering.
c) Kram, kaku, menggigil hingga pingsan.
Kriteria evaluasi : Sengatan dingin teratasi.

Intervensi
a) Beri selimut dan buli-buli panas untük mengurangi penguapan
b) Bawa ketempat/ ruangan yang bersuhu panas.
c) Beri minum hangat yang banyak.
d) Kulit diolesi dengan pelembab untuk mengurangi kulit kering
e) Pakaikan pakaian yang tebal dan kaos kaki.
f) Hindari menggunakan air dingin untuk minum, mandi dan
berwudhu.
g) Beri diet tinggi kalori dan tinggi protein untuk meningkatkan
daya tahan tubuh.
h) Perhatikan personal higiene dan kebersihan lingkungan.

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi parenteral/infus.

Tindak lanjut: Konsul dokter Bedah atau dokter ahli Saraf, lakukan
pengobatan konservatif dan pembatasan aktifitas serta gunakan alat
bantu atau “Weight Bearing”.

BAB. II
PENATALAKSANAAN GIZI

II. PENATALAKSANAAN GIZI

A. Pendahuluan

Berdasarkan berbagai kajian ilmiah telah ditemukan bahwa kebutuhan


seseorang akan zat gizi ditentukan oleh banyak faktor. Perubahan musim dan
suhu udara sekeliling ternyata juga mempengaruhi jumlah kebutuhan kalori dan
zat gizi lain.

Berdasarkan informasi yang diperoleh, separuh waktu keberadaan jamaah haji


tahun 1999, jatuh pada musim dingin dengan kelembaban rendah. Hal ini
ternyata menjadi tantangan bagi Tim Kesehatan Haji Indonesia untuk
mengantisipasi keadaan tersebut, yang diantaranya adalah Pembinaan Gizi.

Dalam tulisan ini akan ditelaah seberapa jauh pengaruh musim dingin di Arab
Saudi terhadap para jamaah haji Indonesia. Hal ini sangat penting untuk
menentukan langkah-langkah Pembinaan Gizi Para Tamu Allah tersebut. Tujuan
pembinaan ini tiada lain adalah untuk mencapai keadaan kesehatan jamaah
yang optimal agar dapat melaksanakan ibadah sebaik mungkin

B. Pengaruh Musim Dingin Terhadap Kebutuhan Gizi

Sebuah penelitian mengenai “Pengeluaran Energi” atau Energi Expenditure


pada sekelompok pekerja didaerah pegunungan / dataran tinggi yang berhawa
dingin, memberikan hasil kenaikan kurang lebih 25% dibandingkan dengan
dataran rendah. Sedangkan hasil penelitian serupa terhadap kelompok orang
yang bukan pekerja dimusim dingin hanya menghasilkan kenaikan 25% saja.
Hasil penelitian yang beragam ini tampaknya akibat dipengaruhi variabel
individu. Penggunaan baju dingin adalah salah satu upaya menghangatkan
tubuh tanpa meningkatkan jumlah konsumsi makanan.

Jumlah haji yang pada umumnya terdiri dari kelompok orang yang sudah
berumur dengan klasifikasi aktivitas sedang, tampaknya peningkatan kebutuhan
zat gizi tidak diperlukan terlalu tinggi. Penambahan sebesar maksimum 5%
diperkirakan sudah cukup memadai untuk meraih derajat kesehatan yang
optimal agar dapat melaksanakan ibadah secara sempurna.

Ini dapat dicapai dengan cara mengkonsumsi makanan selingan diantara dua
kali makan. Sedang untuk menanggulangi kelembaban rendah hendaknya
diimbangi dengan jumlah cairan yang cukup, baik dari air minum dan
mengkonsumsi buah-buahan yang cukup.

1. PENATALAKSANAAN

a. Di Kloter

1). Penyuluhan di pondokan terhadap:

a) Jamaah yang tidak memerlukan diit khusus,


baik secara perorangan maupun kelompok.
Materi diberikan secara singkat dan jelas,
berupa pesan-pesan:
- Jangan menahan lapar
- Makanlah sesuatu diantara dua kali makan
- Perbanyak minum
- Perbanyak makan buah-buahan

b) Jamaah yang karena mengidap penyakit tertentu harus


menjalani diit khusus, diperlukan materi khusus yang akan
dibicarakan kemudian.

2). Pengecekan berat badan seluruh jamaah, dan hasilnya ditindak


lanjuti agar dapat dicapai berat badan normal.

b. Di BPHI
Pemenuhan kebutuhan gizi bagi jamaah yang dirawat di BPHI adalah
berdasarkan ketetepan Tim Medis yang merawat, baik mengenai jumlah
zat gizi yang diperlukan maupun bentuk makanan yang diberikan.

1). Jamaah yang tidak memerlukan diit khusus. Untuk kelompok ini
digunakan standar makanan rumah sakit yang ada. Berdasarkan
bentuknya, makanan dapat dibedakan menjadi :
a) Makanan biasa dengan makanan pokok: Nasi/ pengganti
b) Makanan lunak, dengan makanan pokok Bubur/pengganti
c. Makanan saring, dengan makanan pokok Bubur yang
dihaluskan/pengganti
d) Makanan cair, dengan formula rumah sakit (lihat pada Lampiran
1). Disamping formula rumah sakit, dewasa ini sudah banyak
diproduksi formula komersial dengan susunan nutrisi yang
beragam, sesuai dengan penyakit yang diderita.

2). Jamaah yang memerlukan Diit khusus


a). Diabetes Mellitus (DM). Diit ini dibagi menjadi
8 tingkatan sebagai berikut:
- DM1 : 1.100 Kalori
- DM II : 1.300 Kalori
- DM Ill : 1 .500 Kalori
- DM IV : 1.700 Kalori
- DM V : 1.900 Kalori
- DM VI : 2.100 Kalori
- DM VII : 2.300 Kalori
- DM VIII: 2.500 Kalori

Penentuan jumlah kalori secara gampang, yaitu untuk pasien


kurus 2.300-2.500 kalori, normal 1.700-2.100 kalori, dan gemuk
1.100-1.500 kalori. Pembagian makanan sehari dapat dilihat
pada Lampiran II. Daftar bahan makanan penukar yang berguna
untuk mengganti susunan hidangan agar tidak membosankan,
dapat dilihat pada Lampiran III.

b) Jantung, macam diit dan indikasi pemberian:

Diit Jantung I
Diit Jantung I diberikan kepada penderita dengan “infark
miokard akut” atau gagal jantung berat. Pemberian berupa 1-
11/5 liter cairan sehari selama 1-2 hari pertama bila penderita
dapat menerimanya. Makanan ini rendah kalori dan semua zat-
zat gizi.

Diit Jantung II
Diit Jantung II diberikan secara berangsur dalam bentuk lunak
dan rendah garam, setelah fase akut infark dapat diatasi
menurut beratnya hipertensi atau oedema yang menyertai
penyakit. Makanan ini juga rendah kalori, protein, dan thiamin.

Dilt Jantung III


Diit Jantung III diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diit
Jantung II kepada penderita penyakit jantung tidak tentalu berat.
Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna berbentuk lunak
atau biasa. Makanan ini rendah kalori dan rendah, tetapi cukup
zat-zat gizi lainnya sesuai beratnya hyportensi atau oedema
yang menyertai penyakit.

Diit Jantung IV
Dilt Jantung IV diberikan sebagai makanan perpindahan dari Dilt
Jantung III atau kepada penderita penyakit jantung ringan.
Pemberian dalam bentuk biasa sesuai beratnya hipentensi atau
oedema yang menyertai. Makanan diberikan rendah garam dan
cukup kalori dan zat-zat gizi.

Tabel 1
Daftar Waktu, Energi dan Standar Diet
Waktu / Standar Diet
Energi
1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
07.00:
Nasi 1/2 1 1 1 11/2 11/2 11/2 1
Hewani 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1 1 1
- —
Nabati 1 1 1 1 1 1
-
SayurA s 2 s s s s s
- - - - - - -
SayurB
-
Minyak 1 1 1 1 1 1 1
10.00:
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
- - - - - -
Susu 1 1
13.00:
Nasi 1 1 1 2 2 2 3 3
1/2 1/2
Hewani 1 1 1 1 1 1 1 1
Nabati 1 1 1 1 1 1 1 1
SayurA s s s s s s s S
SayurB 1 1 1 1 1 1 1 1
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Minyak 1 1 1 2 2 3 3 3
16.00:
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
19.00:
Nasi 1/2 1 1 1 2 2 2 3
1/2
Hewan 1 1 1 1 1 1 1 1
Nabati 1 1 1 1 1 1 1 1
SayurA s s s s s s S S
SayurB 1 1 1 1 1 1 1 1
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Minyak 1 1 1 1 2 2 2 2

Tabel 2
Daftar Diit Jantung Berdasarkan
Bahan Makanan, Berat dan Ukuran Rumah Tangga
Bahan makanan Diit Jantung I Diit Jantung II
Berat (g) URT Berat (g) URT
- -
Beras - -
100 3 gis bubur
Daging - -
100 3 pt. Sdg.
Telur - - 60 1 butir
-
-
Tempe - -
2 gis
400 200
Sayuran -
-2 gis sari 400 4 pt. sdg.
-
Buah - -
-

Minyak 10 1 sdm
80 8 sdm 40
20 1 sdm
Margann t. garam
80 16 sdm 1 sdm
Gula pasir
Tepung Susu
Bahan makanan Diit Jantung I Diit Jantung_II
Berat (g) URT Berat (g) URT
Beras 200 4 gis tim 250 31/2 gis tim
Daging 100 2 pt. Sdg. 100 2 pt. Sdg.
Telur 50 1 butir 50 1 butir
Tempe 100 4 pt. Sdg. 100 1 pt. Sdg.
Sayuran 200 2 gelas 200
2 gelas
Buah 400 4 pt. Sdg 400 4 pt. Sdg.
Minyak 15 1 1/2 sdm 25 2 1/2 sdm
- - - -
Margarin t. garam 3 sdm
Gula pasir 30 - 30 3 sdm
-
TepungSusu

Pembagian minuman sehari:


Pukul 06.00 Susu 1 gis
Pukul 08.00 Susu 1 gis
Pukul 10.00 Air Jeruk 1 gis
Pukul 13.00 Susu 1 gis
Pukul 15.00 Sari Pepaya 1 gis
Pukul 18.30 Sari Pepaya 1 gis
Pukul 20.00 Teh manis 1 gis

Tabel 3
Daftar Makanan Diit Jantung Sehari

Pukul Bahan Diit Jantung II Diit Jantung Ill Diit Jantung IV


Makanan
Berat URT Berat URT Berat URT
(g) (g) (g)
08.00 Beras 30 1 gls 50 1 gis tim 50 3/4 gls
Telur 50 bbr 50 1 btr 50 nasi
Sayuran 50 1 btr 50 1/2gls 50 1 btr
- - -
Tep.Susu 20 1/2gls 1/2gls
- •
Minyak 4sdm 5 1/2 sdm 5
-
Gula pasir 10 10 1 sdm 50 1/2 sdm
1 sdm 1 sdm
Pukul Bahan Diit Jantung II Diit Jantung III Diit Jantung IV
Makanan
Berat URT Berat URT Berat URT
(9) (9) (9)
10.00 Pepaya 100 1 pt. 100 1 pt. sdg. 100 1 pt. sdg.
(gula pasir 20 Sdg. 10 1 sdm 10 1 sdm
12.00 Beras 35 2 sdm 75 11/2 gls 100 11/3 gls
-
dan Tempe 1 gls 50 tim 50 nasi
75
10.00 Sayuran bbr 75 2 pt. sdg. 75 2/4 Pt sdg
100 -
Pepaya 100 2/4 gls 100 1 Pt sdg
5 2/4 gls - - -
Margarin - 1 ptsdg
1 ptsdg -
Minyak 100 5 10 1 sdm
1/2 sdm
16.00 Pepaya 10 - 100 1/2 sdm 100 1 Pt sdg
Gula pasir 1 ptsdg 10 1 ptsdg 10 1 ptsdg
1 sdm 1 sdm

Tabel 4
Daftar Golongan Bahan Makanan
Yang Boleh dan Tidak Boleh Diberikan

Gel. Bahan Makanan Boleh Diberikan Tidak Boleh Diberikan


Sumber Beras, bubur, singkong, Kue-kue yang terlalu
HidratArang talas, kentang, makroni, manis dan gurih seperti
ml, bihun, roti, biskuit, cake, tercis, dodol, dsb.
tepung-tepurigan, gula.
Sumber Daging sapi kurus, ayam Semua daging berlemak,
Protein Hewani bebek, ikan, telur, susu sosis
dalam jumtah terbatas
Sumber Kacang-kacangan kering
Protein Nabati maks 25 g sehari tahu,
tempe, oncom.
Sumber Minyak, margarin, Goreng-gorengan,
Lemak mentega, sedaoat santan kerital
digunakan untuk
menggoreng : kelapa,
santan encer dalam jumlah
terbatas.

Gel. Bahan Makanan Boleh Diberikan Tidak Boleh Diberikan


Sayuran yang tidak
menimbulkan gas bayum,
Sayuran kangkung, buncis, kacang
panjang, toge, labu slam,
oyong, tomat, wortel, dsb.
Semua buah : nangka, Sayuran yang
durian, advokat, hanya menimbulkan
Buah-buahan
dibolehkan dalam jumlah gas seperti kol, sawi,
terbatas. lobak
Bumbu dapur, seperti :
Lombok dan bumbu lain
Bumbu-bumbu pala, kayu manis, asam,
yang merangsang
gula, garam.
Teh encer, coklat, sirop,
Minuman susu dalam jumlah Kopi, dan teh kental
terbatas.

Tabel 5
Contoh Menu: Diit Jantung II

Pagi Siang Sore


Nasi tim Bubur nasi Bubur nasi
Telur 1/2 Tim daging giling Semur daging giling
matang
Setup wortel Sup sayuran Setup bayam
Teh manis Pepaya Pisang
-
Susu Pukul 16.00: air jeruk
Pukul 10.00: Slada pepaya

Pagi Slang Sore


Nasi tim Nasi tim Nasi tim
Telur 1/2 matang Daging bumbu Tomat Ikan pepes
Setup wortel Tempe bacem Tahu tim
Teh manis Sayur bening Ca. Sayur
Pukul 10.00: Slada pepaya Pepaya Pisang
Pukul 16.00 : Air jeruk

Contoh menu diit jantung IV sama dengan Diit Jantung III, hanya nasi tim diganti
dengan nasi.

c) Penyakit Kelainan Pembuluh Darah


Kelainan pembuluh darah berupa arteroskierosis diakibatkan
oleh meningkatnya kadar lipida darah sehingga disebut
hiperlipidemia atau lebih terkenal dengan sebuta “dislipidemia I’.
Umumnya kada lipid disebut hiperlipo prôteinemia. Diit
hiperlipoproteinemia berbeda menurut 5 tipe yaitu I sampai
dengan V. Karena hiperlipoproteinemia I, II dan V jarang ditemui,
maka dalam penuntun Diit RSCM-Persegi hanya diuraikan Diit I
liperlipoproteinemia II dan IV.
Out I liperlipoproteinemia II
Out Hiperlipoproteinemia II diberikan kepada penderita
hiperlipo proteinemia tipe II. Tipe ini didapat pada semua
umur dan diduga dapat menurun, atau sekunder pada
konsumsi kolesterol tinggi, nephrosis, atau penyakit hati.
Kadar kolesterol darah biasanya tinggi, sedangkan kadar
trigliserida normal atau tinggi.
Syarat-syarat diit yang diberikan:
1) Lemak terbatas dengan perbandingan lemak tak jenuh
ganda (T.TJG) / lemak jenuh (U) 1,8 - 2,8. ini dapat dicapai
bila lemak takjenuh ganda lebih an 10 persen kalori total.
2) Kolesterol rendah yaitu dibawah 300 mg sehari.
3) Hidrat arang tidak dibatas
4) Kalori sesual kebutuhan
5) Serat tinggi.

Tabel 7
Daftar Bahan Makanan, Berat dan Ukuran Rumah Tangga

Bahan Makanan Berat (g) URT


Beras 300 4 gls nasi
Daging 100 2 ptg sdg
Tempe 150 6 ptg sdg
Kacang hijau 25 2 1/2 sdm
Sayuran 300 3 gls
Buah 300 3 ptg pepaya sdg
Minyak gizi 30 3 sdm
Gula pasir 25 2 1/2 sdm

Tabel 8
Daftar Nilai Gizi Sehari

Kalori 2.280 Hidrat arang 374 g


Protein 79g Kalsium 0,5g
Lemak 53 g Besi 28 mg
- Lemak jenuh 9,2 g Vitamin A 11.988 SI
- Lmk tak jenuh
Thiamin 1 mg
gnd
- LTJG/LG 2,3 Vitamin C 194 mg
- Kolesterol 70 mg

Tabel 9
Daftar Pembagian Makanan Sehari

Waktu Bahan Berat URT


Pukul 10.00 Beras 70 g 1 gls nasi
Kac. Hijau 25 g 2 1/2 sdm
Tempe 50 g 2 ptg sdg
Gula pasir 15 g 1 1/2 sdm
Sayuran 50 g 1/2 gls
Minyak jag. 10 g 1 sdm
Gula pasir 10 g 1 sdm
Pukul 16.00 Beras 115 g 1 1/2 gls nasi
Buah 100 g 1 ptg pepaya sdg
Daging 50 g 1 ptg sdg
Tempe 50 g 2 ptg sdg
Sayuran 125 g 1 1/4 gls
Buah 75 g 1 ptg pepaya sdg
Minyakjagung 10 g 1 sdm

Tabel 10
Contoh menu Diit Hiperlipoproteinemia II

Pagi Siang Sore


Nasi Nasi Nasi
Tempe goreng Ikan goreng Daging bumbu Bali
Setup buncis Tahu balado Tumis kacang merah
Pukul 10.00 Sayur asam Sup sayuran
Bubur kcg hijau Lalap timun Rebusan sawi / Tomat
Pepaya
Pukul 16.00
Pepaya

Tabel 11
Daftar Bahan Makanan boleh dan tidak boleh diberikan

Gel. Bahan Boleh Diberikan Tidak Boleh Diberikan


Makanan
Sumber Beras, jagung, roti,
Kue-kue, cake, tarcis yang
kentang
makroni, bihun, tepung- dibuat dengan susu penuh,
HidratArang tepungan, jam, madu, keju, kuning telur, mentega,
gula, sirop, dsb kelapa, minyak kalapa dan
Daging sapi dan ayam lemak jenuh lain. Semua
yang tidak berlemak, daging berlemak seperti
Sumber Protein- lidah dalam jumlah domba, kornet, susu, kuning
Hewani terbatas, ikan, putih telur, udang, kerang, jeroan,
telur, susu skim yoghrut, jantung, otak, hati, ginjal,
dsb. susu penuh, keju es
Sumber Kacang-kacangan dan krim.
hasilnya seperti tahu,
Protein Nabati tempe, oncom, keju
kacang tanah.
Sumber Semua minyak tumbuh Minyak kelapa, kelapa,
tumbuhan kecuali
minyak kelapa, seperti
Lemak minyak jagung, kacang santan kental, lemak
tanah, biji bunga hewan, margarin, mentega
matahari, biji kapas,
wijen.
Sayuran Semua macam sayuran
Buah-buahan Semua macam buah-
buahan
Bumbu-bumbu Semua macam bumbu

Dilt Hiperlipoproteinemia IV
Diit Hiperlipoproteinemia IV diberikan kepada penderita hiperlipo proteinemia IV.
Tipe ini sering timbul pada umur 20 tahun ke atas pada “arteroskierosis
prematur” atau sekunder pada Diabetes Mellitus atau penyakit metabolisme
lain. Pada umumnya disertai kegemukan. Kadar kolesterol darah normal atau
tinggi, sedangkan kadar trigliserida biasanya tinggi.
Syatar-syarat dilt yang diberikan:
1) Kalori rendah, bila penderita terlalu gemuk. Jika telah tercapai berat badan
normal, kalori disesuaikan untuk mempertahankan berat badan tersebut.
2) Hidrat arang dibatasi : 40 - 60 persen kalori total. Pengurangan terutama dari
hidrat arang murni (gula murni dan makanan yang mengandung gula murni).
3) Lemak terbatas, diutamakan menggunakan lemak tak jenuh ganda.
4) Kolesterol terbatas : 300 - 500 mg sehari.
5) Protein tidak dibatasi.
6) Serat tinggi.

Tabel 12
Daftar Bahan Makanan Sehari
Berdasarkan Berat dan Ukuran Rumah Tangga Sesual Tingkat Kalori

Bahan
1200 Kalori 1500 Kalori
Makanan
Berat (g) URT Berat (g) URT
Beras
70 1 gls nasi 125 1 1/2 gls
Daging
100 2 ptg sdg 100 2 ptg sdg
Telur
50 1 butir 50 1 butir
Tempe
100 4 ptg sdg 100 4 ptg sdg
Sayu ran
400 4 gls 400 4 gls
Buah
400 4 ptg pepaya 400 4 ptg pepaya
Minyak
20 2 sdm 25 2 1/2 sdm
Jagung
Bahan
1200 Katori 1500 Kalori
Makanan
Berat (g) URT Berat (g) URT
Beras 175 2 1/2 gls nasi 250 3 1/2 gls
Daging 100 2 ptg sdg 100 2 ptg sdg
Telur 50 1 butir 50 1 butir
Tempe 100 4 ptg sdg 100 4 ptg sdg
Sayuran 400 4 gls 400 4 gls
Buah 400 4 ptg pepaya 400 4 ptg pepaya
MinyakJagung 25 2 1/2sdm 30 3sdm

Tabel 13
Daftar Nilai Gizi Sehari Sesuai Katori

1200 Kalori 1500 Kalori


Katori 1298 1540
Protein 58 g 62 g
Lemak 45 g 51 g
- Lemak jenuh 9,9 g 10,5 g
- Lemak jenuh gd 15,7 g 18,6 g
- Perb.LTJG/LG 1,6 1,8
- Kolesterol 345 mg 345 mg
Hidrat arang 174 g 217 g
Kalsium 0,5 g 0,5 g
Besi 24 mg 24,5 mg
Vitamin A 16324 SI 16324 SI
Thiamin 0,8 mg 0,9 mg
Vitamin C 260 mg 260 mg
1700 Kalori 2000 Kalori
Kalori 1720 2035
Protein 66 g 71 g
Lemak 52 g 57 g
- Lemak jenuh 10, 7 g 11,4 9
- Lemakjenuhgd 18,7g 21,69
- Perb.LTJG/LG 1,8 2
- Kolesterol 345 mg 345 mg
Hidrat arang 256 g 217 g
Kalsium 0,5 g 0,5 g
Besi 24,9 mg 25,5 mg
Vitamin A 16324 SI 16324 SI
Thiamin 1 mg 1,1 mg
Vitamin C 260 mg 260 mg

Tabet 14
Daftar Bahan Makanan
Berdasarkan Waktu, Berat, Ukuran Rumah Tangga dan Kalori Sehari

Waktu Bahan 1200 Kalori 1500 Kalori


Pukul Makanan
Berat (g) URT Berat (g) URT
07.00 Beras - - 15 1/4 gls nasi
Telur 50 1 butir
Sayuran 50 1 butir 100 1 gls
Minyak 100 1 gls 5 1/2 sdm
- -
10.00/1 Buah 100 1 ptg sdg 55 1 ptg sdg
6.00
Slang & Beras 35 1/2 gls nasi 50 2/4 gls nasi
Sore Daging 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg
Tempe 50 2 ptg sdg 50 2 ptg sdg
Sayuran 150 11/2 gls 150 11/2 gls
Buah 100 1 ptg sdg 100 1 ptg sdg
Minyak 10 1 sdm 10 1 sdm

Waktu Bahan 1200 Kalori 1500 Kalori


Pukul Makanan
Berat (g) URT Berat URT
(g)
07.00 Beras 35 1/2 gls 40 1/2 gls nasi
Telur 50 1 butir 50 lbutir
Sayuran 100 1 gls 100 1 gls
Minyak 5 1/2 sdm 10 1 sdm
10.00/1 Buah 100 1 ptg sdg 100 1 1/2 ptg sdg
6.00
Siang & Beras 70 1 gls nasi 105 2/4 gls nasi
Sore Daging 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg
Tempe 50 2 ptg sdg 50 2 gls
Sayuran 150 1 1/2 gls 150 1 1/2 gls
Buah 100 1 ptg sdg 100 1 ptg sdg
Minyak 10 1 sdm 10 1 sdm
Tabel 15
Daftar Makanan Boleh dan Tidak Boleh Diberikan

Gel. Bahan Makanan Boleh Diberikan Tidak Boleh Diberikan


Sumber Beras, jagung, roti, Kue-kue, cake, tarcis yang
HidratArang tepung-tepungan dibuat dengan susu penuh,
(maezena) hunkwee, keju, minyak kelapa dan lemak
terigu, beras, ml, jenuh lain, kripik
bihun, kentang, singkong/kentang, permen,
aspageti, makaroni coklat, jam gula, madu.
dalam jumlah terbatas.
Sumber Daging sapi, domba, Semua daging berlemak,
Protein Hewani ayam, ikan, putih telur, kornet, kulit ayam, keju, jeroan,
susu skim, kuning otak, udang dan kerang-
telur dibatasi 3 butir kerangan, susu penuh, es krim.
seminggu.

Sumber Kacang-kacangan dan


Protein Nabati hasil olahannya
seperti tahu, tempe,
oncom, kacang hijau,
kacang merah, kacang
tolo.
Sumber Semua minyak Minyak kelapa, kelapa
Lemak tumbuh-tumbuhan santan, margarin, mentega
kecuali minyak kelapa,
seperti minyak jagung,
kacang tanah, biji
bunga matahari, biji
kapas, wijen, margarin
khusus.
Sayuran Semua macam
Sayuran
Buah-buahan Semua macam buah-
buahan
Bumbu-bumbu Semua macam bumbu

Tabel 16
Contoh Menu Diit Hiperlipoproteinemia 1200 kalori

Pagi Siang Sore


Telur 1/2 masak Nasi Nasi
Irisan tomat Ikan goreng Daging empal
Tempe balado Tumis kacang tanah
Sayur asam Sayuran bening
Lalap ketimun I tomat Lalap rbs kcng panjang
Nenas Pisang
Pukul 10.00 Pukul 16.00
Selada buah Selada buah

Diit hiperlipoproteinemia IV 1500 s/d 2000 kalon menu nya sama dengan Out
Hiperlipoproteinemia IV - 1200 kalori, kecuali pagi ditambah nasi dan oseng
buncis.

Keterangan:
Daftar komposisi lemak, asam lemak, dan kolesterol dapat dilihat pada lampiran
IV.
d) Diit Hipertensi:
Diii Hipertensi diberikan dengan diit rendah garam yang tujuannya
adalah membantu menghilangkan retensi garam/air dalam jaringan
tubuh dan menurunkan tekanan darah.
Syarat-syarat pemberian diit:
1) Cukup kalori, protein, mineral, dan vitamin
2) Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit.
3) Jumlah natrium yang diperbolehkan disesuaikan dengan retensi air/garam
dan/atau hipertensi.
Diit rendah garam diberikan kepada penderita dengan oedema dan/ atau
hipertensi, sebagaimana terdapat pada penyakit “Decompensatio Cordis, Cirrhosis
Hepatis, penyakit ginjal tertentu, Toksemia pada kehamilan dan Hipertensi
Esensiil. Diit ini mengandung cukup zat-zat gizi sesuai dengan keadaan penyakit
dan diberikan dengan berbagai tingkat Out Rendah Garam.

Diit Rendah Garam I (200 - 400 mg mg Na)


Diit rendah garam I dalam pemasakan tidak ditambahkan garam dapur.
Bahan makanan tinggi natrium dihindarkan. Makanan ini diberikan kepada
penderita dengan oedem, acites dan atau hipertensi berat.

Tabel 17
Daftar Bahan Makanan
Berdasarkan Berat dan Ukuran Rumah Tangga Sehari

No. Nama Bahan Berat (gram) Ukuran Rumah Tangga


1. Beras 350 5 gelas Nasi
2. Daging 100 2 potong sedang
3. Telur 50 1 bt ayam negeri
4. Tempe 100 4 potong sedang
5. Kacang Hijau 25 2 1/2 sendok makan
6. Sayuran 200 2 gelas
7. Buah 150 2 bh pisang
8. Minyak 25 21/2sendokmakan
9. Gula pasir 25 2 1/2 sendok makan

Daftar NiIai Gizi Sehari.


- Kalori : 2230
- Protein : 75 gram
- Lemak : 53 gram
- Hidrat Arang : 365 gram
- Kalsium : 0,5 gram
-Besi : 24mg
-VitaminA : 6139mg
- Thiamin : 1,2 mg
- Vitamin C : 87 mg
- Natrium : 305 mg
Tabel 18
Daftar Makanan Berdasarkan Berat dan Ukuran Rumah Sehari

Pagi : Siang dan Sore :


Beras 70 gr = 1 gelas nasi Beras 140 gr = 2 gls nasi
Telur 50 gr = 1 btr Daging 50 gr = 1 pt. sdg
Sayuran 50 gr = 1/2 g&as Sayuran 75 gr = 3/4 gelas
Minyak 5 gr = 1/2 sdm Buah 75 gr = 1 bh pis.
Gula psr 10 gr - 1 sdm Minyak 10 gr = 1 sdm
Pukul
10.00:
25 gr = 2 1/2 sdm
Kacang
15 gr = 1 1/2 sdm
Hijau
Gula Pasir

• Diit Rendah Garam II (600 - 800 mg Na)


Pemberian makanan sehari sama dengan Diit Rendah Garam I. Dalam
pemasakan dibolehkan menggunakan 1/4 sdt garam dapur (1 gram) : bahan
makanan tinggi natrium dihindarkan. Makanan ini diberikan kepada penderita
dengan oedema, ascites, dan atau hipertensi tidak terlalu berat.

• Diit Rendah Garam III (1000 - 1200 mg Na)


Pemberian makanan sehari sama dengan Diit Rendah garam I. Dalam
pemasakan dibolehkan menggunakan 1/2 sdt (2 gr) garam dapur. Makan ini
diberikan kepada penderita dengan oedema dan atau hipertensi ringan.

Cara memilih bahan makanan : Makanan yang diberikan makanan biasa rata-rata
mengandung 2800 - 6000 mg natrium yang ekivalen dengan 7 - 15 gr Na Chiorida.
Sebagian natrium berasal dari garam dapur, selebihnya dari bahan makanan yang
mengandung natrium tinggi. Kadar natrium pada berbagai jenis bahan makanan
dapat dilihat pada lampiran I.

Tabel 19
Daftar Makanan Boleh dan Tidak Boleh Diberikan

Golongan Boleh Diberikan Tidak Boleh Diberikan


Sumber Beras, bulgur, kentang, roti, biskuit dan kue-kue
Hidrat Arang singkong, terigu, tapioka, yang dimasak dengan
hunkwee, gula, makanan garam dapur dan atau
yang diolah dari bahan soda.
makanan tsb diatas tanpa
garam dapur dan soda.
Sumber Daging dan ikan Otak, ginjal, lidah, sardin,
maksimum
Protein Hewani 100 gr sehari, telur max. 1 keju, daging - ikan, telur
btr sehan, Susu max. 200 yang diawet dengan
gr sehari. garam
dapur seperti :daging
asap,
harnbacon, dendeng
abon,
Sumber Protein Semua kacang-kacangan ikan asin, ikan kaleng,
Nabati dan hasilnya yang diolah kornet, ebi, udang kering,
dan dimasak tanpa garam
Dapur. telur asin, telur pindang
dsb.
Sayuran Semua sayuran segar Keju, kacang tanah dan
Sayuran yang diawer semua kacang-kacangan
Tanpa garam dapur, yang dimasak dengan
Natrium Benzoas dan garam dapur dan lain
Soda. ikatan natrium
Buah-buahan Semua buah-buahan Sayuran yang diawet
segar buah-buahan dengan garam dapur dan
yang diawet tanpa lain ikatan natrium, seperti
garam dapur, Natrium sayuran dalam kaleng,
benzoas, Dan soda. sawi asin, asinan, Acar,
dsb.
Lemak Minyak, margarin tanpa Margarin, dan mentega
Garam mentega tanpa biasa.
garam.
Bumbu-bumbu Semua bumbu-bumbu garam dapu r, ‘baking
segar dan kering yang powder, soda kue, vetsin
tidak mengandung dan bumbu-bumbu yang
garam dapur, dan lain mengandung garam
ikatan natrium seperti kecap, terasi,
tauco, meggie, dsb.
Minuman Teh, kopi, minuman Cokiat
Botol ringan.

Keterangan:

Rasa makanan dapat dipertinggi dengan menggunakan bumbu lain yang tidak
mengandung natrium seperti gula, cake, bawang merah, bawang putih, kunyit,
jahe, laos, salam, dsb.
Makanan yang dikukus, ditumis, digoreng, dipanggang lebih enak dari pada
makanan yang direbus.

Pagi Slang Sore


Nasi Nasi Nasi
Telur dadar Ikan acar kuning daging pesmol
Tumis kacang Tahu bacem Tempe keripik
Panjang. Sayur lodeh Ca sayuran
Pukul 10.00 Pepaya Pisang
Bubur kacang hijau.

• Dilt pada Hipertensi dengan kelainan jantung dan pembuluh darah.


Keadaan Hipertensi dengan kelainan jantung dan pembuluh darah sering ditemui,
dan merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner (PJK). Penatalaksanaan
diitnya merupakan kombinasi diit rendah asam dan penyakit jantung dan atau
Hipertensi Proteinemia.

Lampiran I

MAKANAN CAIR BIASA 2000 CAL 2000 CC

Bahan Susu FC : 110 gr


Susu Skim : 100
LLM : 20 gr
Telur Ayam : 150 gr (Negeri)
Glukosa : 25 gr
Gula Pasir : 100 gr
Tepung beras : 20 gr
Minyak Kacang : 20 cc (happy Salad Oil)
Sari Buah : 100 gr
Jumlah Cairan : 2000 cc
Nilai Gizi : E = 2013 kalor
P = 88 gram
L = 75,7 gram
KH = 247, 9 gram

Cara Membuat:
1) Susu, gula, minyak di aduk sampai rata ditambahkan air mendidih.
2) Telur dikocok/di blunder
3) Tepung betas dimask setelah dicairkan dengan air secukupnya.
4) Masukan tepung beras ke dalam susu yang sudah diaduk tadi, masak sampai
mendidih angkat dan masukan telur lalu tambah air sampai menjadi 2000 cc.
5) Saring, masukan dalam botol yang sudah disteril dan tutup.

Lampiran II

Contoh Menu Berdasarkan Bahan Makanan Penukar

Contoh Menu Diabetes Meilitus: 1500 kalori

SEHARI PAGI SlANG SORE SNACK


(P) (P) (P) (P)
- Nasi/ Penukar 31/2 1 1 1/2 1 -
- Daging/Penukar 2 1/2 1/2 1 1 -
- Tempe/Penukar 3 1 1 1
- Sayuran/Penukar 2 8 1 1
- Buah/Penukar 4 - 1 1 2
- Minyak/Penukar 3 - 2 1 -

Contoh Menu Diabetes Mellitus: 1500 KALORI

Waktu B. Makanan Penukar Contoh Menu


Roti 2 iris (1 P) - Roti Panggang
Pagi Pindakas 2 sdm (1 P) - Pindakan
Telur 1/2 btr (1/2 P) - Telur Rebus
Pukul Pisang 1 bh - Pisang
(1 P )
10.00
Nasi 1 gelas (11/2) - Nasi
Udang 1/4 gelas (1 P) - Nasi
Tahu 1 potong (1 P) - Oseng-oseng
Tahu 1 potong (1 P ) - Udang tahu.
Siang
Minyak 1/2 sdm (1 P) cabe ijo
Sayuran 1 gelas (1 F)
Kelapa 5 sdm (1 P) - Urap sayuran
Jeruk 1 buah (1 P ) - Jeruk
Pukul Duku 15 buah - Duku
(1 P )
16.00
Nasi 3/4 gelas (1 P ) - Nasi
Malam
Ayam 1 potong (1 P) - Sop Avarn
Kacang rnerah 2 sdrn (1 P) - Kacang merah
Sayuran 1 gelas (1 P) - Tumis sayuran
Minyak 1 2 sdm (1 P)
(1 P) - Apel
ApeI 1 2 buah

Lampiran Ill:

CONTOH DAFTAR BAHAN MAKANAN PENUKAR

Golongan I : SUMBER KARBOHIDRAT


Satuan Penukar = 175 kalori
4 gram protein
40 karbohidrat

Bahan Makanan URT Berat (g)


- Bihun 1/2 gelas 50
- Bavermout 6 sdm 50
- Kentang 2bh sedang 200
- Krekes 5 bh besar 50
- Mi Karina 1/2 bungkus 50
- Nasi 3/4 gelas 100
- Roti putih 2 ptg sedang 80
- Tepung terigu 8 sdm 50

Golongan II: SUMBER PROTEIN HEWANI


Satuan Penukar = 95 kabri
10 gr protein
6 gr lemas

Bahan Makanan URT Berat (g)


Ayam 1 ptg sedang 50
- Daging sapi 1 ptg sedang 50
- Hati sapi 1 ptg sedang 50
- Ikan segar 1 ptg sda/1 ekor 50
- Ikan asin 1 ptg kecil 25
- Telur ayam 1 btr 50
- Telur bebek 1 btr 60
- Udang segar 1/4 gelas 50
- Keju 1 ptg kecil 50

Golongan III : SUMBER PROTEIN NABATI


Satuan Penukar = 80 kalori
6 gram protein
3 gram lemak
8 gram karbohidrat

Bahan Makanan URT Berat (g)


- Kacang hijau 2 sdm 20
- Kacang merah segar 2 1/2 sdm 25
- Kacangtanah 2sdm 20
2 sdm 20
1 biji besar 100
- Kehu kacang tanah

- Tahu
- Tempe 2 ptg sedang 50
- Susu kedelai 1 gelas 200

Golongan IV: MINYAK


Satuan Penukar = 45 kalori
5 gram lemak

Bahan Makanan URT Berat (g)


- Minyak kelapa 1/2 sdm 3
- Margarin 1/2 sdm 5
- Minyakkacang/ 1/2sdm 5
kedelai/ jagung.
- Kelapa parut 5 sdm 30
- Santan 1/2 gelas 50

Lampiran IV

DAFTAR KOMPOSISI LEMAK, ASAM LEMAK DAN


CHOLESTEROL BAHAN MAKANAN
(DALAM 100 gr BAHAN MAKANAN)

Bahan makanan Lemak Lemak Lemak tak jenuh Cholesterol


Total Jenuh
Oleat Linoleat
-
I. Beras 1,1 0,3 0,3 0,2
-
Roti 1,2 0,3 0,7 +
-
Jagung 1,3 1,2 0,3 0,7
-
Hevermout 7,4 1,5 2,3 2,9
-
Tepungterigu 1,3 0,1 0,3 0,5

II. Daging sapi 14 5,1 1 0,5 70


Daging kambing 9,2 3,6 4 0,6 70
Daging ayam 25 0,9 10,5 2,9 60
Ikan 4,5 1 1,1 0,7 70
Telur 11,5 3,7 5,1 0,8 550
• - -
Udang 0,2 125
- -
Hati 3,2 300
- - -
Otak 8,6 2000
-
Ill. KacangTanah 42,8 9,4 16,5 13,8
Kacang kedelai 15,6 2 4,4 7,9
-
Kacang mede 49,6 5,5 32,2 8,6
-
Kelapa Tua 34,7 29,4 1,9 +
-
Tahu 4,6 1 1 2,1
-
IV. Alpokat 6,5 1,1 2,7 0,7

V. Susu sapi cair 3,5 1,8 1,1 + 11


Susu kambing cair 3,8 2,4 1 0,2
-
Susu kerbau 12 7,4 3,1 0,1
-
Susu ibu 3,2 1,5 1 0,3
Susu bubuk penuh 30 16,3 9,8 1 5
Susu kental 7,9 4 3 +

Tak manis
Keju 20,3 11,3 6,9 0,6 100
Keterangan : sedikit
Sekali
-
VI. Minyak kelapa 98 80,2 9,9 3,2
-
Minyak jagung 100 9,4 25,4 54.6
-
Minyak biji kapas 100 32.7 21,6 40,4
Minyak Olive 100 19,1 58,8 16,9
Minyak kacang tanah 100 21,9 38,4 32,3 -
Minyak kcng kedelai 99,9 12,8 28,9 51
Minyak wijen 100 26,2 38,5 31,5 -
Minyak biji bunga
Matahari 100 9,8 11,7 72,9 -
Margarin 8 21 46,1 7,2 -
Mentega 81,6 44,1 23,3 2,1 250

Lampiran V

DAFTAR KADAR NATRIUM DAN KALSIUM


DALAM 100 GRAM BAHAN MAKANAN

Bahan makanan Na/Mg K/Mg Bahan Makanan Na/Mg K/Mg

Sumber Hidrat Arang Sumber Protein Nabati

Berasgiling 5 100

Beras lagiling 5 202 Kacang Hijau 6 1132

Beras ketan 5 282 Kacang kedelai


- 1504

Beras merah 2 195 Kacang kedelai - 1504

Bihun 13 197 Kuning

Biskuit 500 200 Kcg. kedelai hitam


-
410

Havermut 5 400 Keju kcg tanah 607 670

Jagung kuning 5 260 Kacang merah 19 115

Kentang 7 396 Kacangtanah 4 421

Krakers (soda) 110 120 Tahu 12 151

Krakers graham 710 330 Tempe - -

Kue-kue 250 100 Kecap 4000 500

Makaroni 3 132

Misoa 1 96 Susu

Roti Coklat 500 200

Tak bergaram 10 200 Coklat susu 100 500

Roti kismis 300 300 Es krim 100 90


Roti puith 530 91 Susu 50 150

Tak bergaram 3 94 Susu asam tepung 600 2800

Roti susu 500 150 Susu kambing 50 200

Singkong 3 394 Susu kental manis 150 320

Tepung kedelai 11 926 Susu kental manis 150 320

Tepung tapioka 5 400 Susu penuh cair 36 150

Tepung terigu 2 400 Susu penuh cair 36 150

Loast (roti bakar) 700 150 Susu penuh tepung 380 1200

Ubi kuning 6 304 Susu krim cair 38 149

Ubi putih 31 210 Susu skim tepung 470 1500

Vermicelli 6 130 Yoghurt 75 200

Sumber Protein Hewani 100 350 L e m a k Kelapa 7 555

Ayam

Corned Beef 1250 100 (spek) 1500 250

Daging anak sapi 100 350 Margarin 987 23

Daging bebek 200 300 Tak garam 15 10

Daging domba 100 350 Mentega 987 15

Daging kelinci 50 350 Santan 4 324

Daging sapi 93 489

Ekor sapi 73 159 Buah-Buahan

Ginjal 200 300

Ham 1250 350 Adpokat 2

HatiSapi 110 213 Anggur 6


-

Ikan 100 300 Apel Hijau

Ikan mas
- 335 Apel merah 3,8

Ikan sardin 131 501 Arbei 1


Ikan tongkol 180 470 Belimbing 4
Kantong perut - • Duku 1
Sapi babat 57 158 Jeruk nipis 4
Keju 1250 100 Jeruk 2
Leverworsi 900 - Nenas 2
Lidah 100 250 Pepaya 418
Merahtelurayam 108 169 Pisang 1
Merah telur bebek 105 106 sari apel 3
Paru-paru sapi 190 136 Sawo manika
Putihtelurayam 215 172
Putih telur bebek 228 158 Lain-lain
Sosis 1000 250
Telurayam 158 176 Bouillon blok 5000 100
Telurbebek 191 258 Bubukcoklat 500 1000
Udang 185 333 Coklat pahit 4 830
Usus besar 84 177 Garam 38758 4
Usus kecil Gula merah 24 230
Gula putih 0,3 0,5
123 213
Hagelslag 25 300
Jam 15 75
Sayuran Kopi 0,03 16
Madu 60 210
Andewi 14 Teh 10 1800
Bayam 4 Tomato ketcup 2100 800
Bawang merah 9
Bawang putih 18
Bit 36
Daunpepayamuda 16
Kacangbuncis 18
Kacang Kapri (biji) 11
Kapri 1
Kembang kool 20
Ketimun 5,3
Kool 10
Peterseli 28
Petsay 22
Prei 5
Selada 15
Seledri batang 75
Seledri daun 4
Wortel 70
BAB. III
PENATALAKSANAAN OBAT DAN ALAT KESEHATAN

III. PENGELOLAAN OBAT DAN ALAT KESEHATAN

A. Pengelolaan Obat dan Alat Kesehatan di Arab Saudi

Keberhasilan pelayanan kesehatan haji di Arab Saudi tidak dapat dipisahkan dengan
pengelolaan obat dan alat kesehatan yang baik. Yang dimaksud dengan
pengelolaan obat dan alat kesehatan adalah pengadaan dan pendistribusian obat
dan alat kesehatan dengan jenis yang sesuai, jumlah yang cukup, dan tepat waktu.

Pengadaan obat dan alat kesehatan dilaksanakan menurut ketentuan yang berlaku
dengan mengacu pada perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Perencanaan
kebutuhan obat dan alat kesehatan dibuat dengan mempertimbangkan beberapa hal
antara lain : pola penyakit sesuai iklim di Arab Saudi, standar terapi yang
mengutamakan daftar obat esensial nasional (DOEN) dan obat generik untuk
penentuan jenis : jumlah jamaah dan pola komsumsi obat dan alat kesehatan untuk
penentuan jamaah.

Pendistribusian obat dan alat kesehatan dilaksanakan di masing-masing daerah


kerja (Jeddah, Makkah, Madinah, Arafah, Mina) dengan sangat memperhatikan
ketepatan waktu kesediaan sesuai jenis dan jumlah yang diperlukan. Prosedur
pendistribusian dilakukan dengan cara ‘droping’ dan atau permintaan Iangsung
melalui pencatatan dan petaporan oleh masing-masing daerah kerja. Dengan sistem
administrasi yang tertib akan segera diketahui hal-hal krisis yang terkait dengan
ketersediaan obat dan alat kesehatan.

B. Daftar Kebutuhan Obat Dan Alat Kesehatan.

TABEL: DAFTAR OBAT DAN ALAT KESEHATAN


NO NAMA OBAT BENTUK
PERSEDIAAN

1 2 3
I. Anti Infeksi

1. Amoxcillin 500 mg Kaplet


2. Ampicillin 500 mg Kapsul
3. Chloramhenicol 250 mg Tablet
4. Cotrimoxazol Kaplet
5. Cyprofloxacin Kapsul
6. Erythomycin 250 Tablet
7. FG Thoches Tablet
8. Kifarox Tablet
9. Metronidazol 500 mg Tablet
10. Teracyclin Kapsul

II. Obat Saluran Pernafasan

II. 1.Anti Batuk, Ekspektoran, Mukolitik


11. Bisolvon 8mg Tablet
12. Dextrometorphan Tablet
13. Glyceril Guaiacolat Tablet
14. Ilustab Tablet
15. OBH Botol

11.2. Anti Asthma


16. Aminophylin Tablet
17. Asthma Soho Tablet
18. Brasmatric Tablet
19. Bronchophylin Kapsul
20. Dexamethason Tablet
21. Prednison Tablet

11.3 Anti Tuberkolosa


22. Ethambutol Tablet
23. Parabutol Tablet
24. Pyrifort Tablet
25. Pyridoxin Tablet
26. Rifampicin 600 mg Kaplet

11.4 Anti Alergi


27. CTM Tablet
28. Incidal Kapsul

II. 5 Anti Common Cold. Antipiretik


29. Acctosal Tablet
30. Free Cold Tablet
31. Merzatusin Tablet
32. Noza Tablet
33. Paracetamol Tablet
34. Paratusin Tablet
35. Supratlu Tablet

Ill. Analgesik, Anti Inflamasi, Anti


Rheumatik
36. Diclofenac Na Tablet
37. Ibuprofen Tablet
38. Mefenamic Acid Tablet
39. Rheumakur Tablet

IV. Anti Depresan


40. Diare Tablet
41. Chlorpromazine 100mg Tablet
42. Chlorpromazine 25 mg Tablet
43. Diazepam Tablet
44. Haloperidol Tablet
45. Malleril Tablet

V. 1. Anti Diare, Anti Spasmodik


46. Buscopan Plus Tablet
47. Dulcolax Tablet
48. Extract Belladon Tablet
49. Fitodiar Tablet
50. Lodia Tablet
51. New Diatabs Tablet
52. Oralit Sak
53. Pavaverin Systabon Tablet Drage
54.

V. 2 Antasida
55. Cimetidine Tablet
56. Gestabil Tablet
57. Homag Tablet
58. Magnam Tablet
59.

V. 3 Anti Emetika I Anti Vertigo


60. Antimo Plasil Tablet Tablet
61.

VI. Anti Diabetika


62. Diamicron Tablet
63. Glibenclamide Tablet
64. Glurenorm Tablet

VII. Koagulan
65. AdonaAC 17 Tablet
66. Adona Forte Tablet
67. Phytomenadion Tablet

VIII. Obat Kardiovaskuler

VIII. 1. Anti Hipertensi


68. Capoten 25 mg Tablet
69. Brinerdin Tablet
70. Caterpers Tablet
71. Kaptopril Tablet
72. Nitedipin Tablet
73. Reserpin Tablet

VIII. 2 Obat Angina


74. Cedocard 5 mg Tablet
75. Cedocard 10 mg Tablet
76. Persantin Tablet

VIII.3 Anti Aritmia


77. Digoxin Tablet
78. Disopyramide Tablet
79. Folia Digitalis Tablet

VIII. 4 Duretika
80. Furosemide 40 mg Tablet
81. IICT 25 mg Tablet
82.

IX.Obat Metabolisme, Ensym & Vitamin

IX.1. Enzim Pencernaan


83. Enzymfort Tripanzym Tablet Tablet
84.

IX. 2 Vitamin dan Multivitamin


85. Becefort Kaplet
86. Bio ATP Kaplet
87. Combionta Kaplet
88. Galanta C Drage
89. Geriadyn Kapsul
90. Neorobion Tablet
91. Neurovit E. Kaplet
92. Oskavit Tablet
93. Vitamin B 1 Tablet

IX. 3 Hormon
94. Duphaston Tablet
95. Pnmolut N Tablet
96. Provera Tablet

X. 1 Obat Kulit
97. Biocream Tube
98. Choramphecort Tube
99. Kemicetine S.K. Tube
100. Lasonil Tube
101. Mycofug S.K. Tube
102. Phenergan Cream Tube

X.2 Obat Mata


AbalonA.T.M Botol
Cendo Fenict T.M Botol
Cendo Vasason T.M Botol
Cendo Vision T.M Botol
Chloramphenicol S.M Tube
Oxytetracyclin S.M Tube

X. 3 Obat Hidung
109. Alupent Spray Botol
Uladin Nasal Spray Botol
Respolin Inhaler Botol

X. 4 Anti Infeksi Mulut


Albothy) Botol
Gentian Violet Botol

X.5 Antiseptika/Desiffektan
Daryantulle Lembar
Septadine Botol

XI. Cairan Infus


Atrovent Sol Botol
Dextrose 5 % Koif
Dextrose 10 % Koif
Dextrose 40 % Koif
NaCLO,9% Koif
Ringer Dextrose Kolt
Ringer Lactate Koif

XII. Obat Suntik


AdonaAc 17 2 cc Ampul
Adrenalin Ampul
Alupent Ampul
Aquabidest p.i Ampul
Avil 2cc Ampul
129 Buscopan2cc Ampul
130 Chlorpromazine 25 mg Ampul
131 Cortison Ampul
132 Delladryl Vial
133 Dellamethason Vial
134 Dellamidon Vial
135 Deazepam Ampul
136 Kalpicillin 1000mg Vial
137 Kemicitine Ampul
138 Neurobio Ampul
139 Primperan Ampul
140 Serenace Ampul
141 Transamin Ampul

XIII. Alat Kesehatan

XIlI.1 .Dari Kapas I Kain


142 Cotton Buds Pak
143 Gaas Steril Pak
144 Kapas Gulung
145 Plester Gulung
146 Surgical Masker Buah
147 Tensoplast Pak
148 Verban Gulung

XIII 2. Dan Stainless I Plastik


149 Catheter Tip Buah
150 Disposable Surgery Glove Buah
151 Disposable Syringe 2,5cc Buah
152 Disposable Syringe 5cc Buah
153 Disposable Syringe 10cc Buah
154 Disposable Syringe 20cc Buah
155 Foley Catheter Nr.18 Buah
156 Foley Catheter Nr.20 Buah
157 Infusion Set Type 500 Buah
158 LVCatheterNr.18 Buah
159 LV Catheter Nr.20 Buah
160 LV Catheter Nr.22 Buah
161 UrineBagE2TypeA. Buah

Xlll.3. Dan Karet


162 Steril Surgeon Glove 7,5 Buah

XIV. Lain-lain
163 Blood Chemistry Unit
164 Jelly EKG Tube
165 Kertas EKG Gulung
166 KJJelly Tube
167 Reagent Acutrend Glucose Set
168 Tas Kloter Buah
169 Ultraproct Oint Tube
170 Xylocain Jelly Tube

DAFTAR OBAT-OBATAN DAN ALAT KESEHATAN TAS KLOTER

NAMA OBAT / ALAT KESEHATAN JUMLAH

I. ANTI INFEKSI
Ampicillin 500 mg 200 kaplet
Amoxillin 500 mg 200 kapsul
Klorampenikol 250 mg 100 kapsul
Erythromycin 250 mg 100 kapsul
Tetracyclin 250 mg 100 kapsul
Kotrimoxazol 480 mg 100 kapsul

II. OBAT SALURAN NAFAS

II. 1. ANTITUSIF, EXSPEKTORAN, MUKOLITIK


Dextrometorphan 100 tablet
Bisolvon 100 tablet
Sucus Liquintae Amonium Clorida 350 - 480 botol
Menthapip mentol Aqua (OBH) 200 tablet
Glyceral Gualacolat (GG)
.

II. 2. ANTI ASMA


Theophylin (bronchophyline) 100 kapsul
Aminophylin 100 tablet
Prednisolon 5 mg (Prednison) 200 tablet
Dexamethason 5 mg 200 tablet

II. 3. ANTI ALLERGI


Clorpheniramine Maleat 4 mg (CTM) 1000 mg
Incidal 20 kapsul

II 3. ANTI COMMON COLD


1 Noscapin CTm, Gliseral Guaiakolat,
Parasetamol 500 mg (Paratusin) 200 tablet
2 Parasetamol 500 mg, Cafein, CTM, GG 200 tablet
Supraflu 100 tablet
3 Acetosal

III. ANALGETIK ANTI INFLAMASI NON


STEROID, ANTI RHEUMATIK
1 Parasetomol 500 mg (Parasetamol) 300 tablet
2 Rheumakur 100 kaplet
3 Mefenemid Asid 250 mg (Ponstan) 100 kaplet
4 Mexonac 25 100 tablet
5 lbol 40 tablet
6 Alinamin F 200 tablet
7 Voltaren 50 mg 10 tablet

IV. DEPRESAN SUSUNAN SYARAF PUSAT


MUCOLITIK
1 Chlorpromazine HCL 25 mg 100 tablet
2 Diazepam 5 mg 50 tablet

V. ANTI DIARE I SPASMOLITIKA


1 New Diatab 100 tablet
2 Lodia Film Coated 100 tablet
3 Papaverin 40 mg 100 tablet
4 Oralit 100 bungkus

VI.ANTISIDA
1 Magnam 300 tablet
2 Gestabil 200 tablet

VII. ANTIEMETIKUM
1 Antimo (Dimenhidrinate) 50 tablet
VIII. ANTI DIABETIK ORAL
1 Gliker, clamide Diamicron 40 tablet
2 30 tablet
IX.ANTI KOAGULAN
1 Phytomenadion 10 mg 50 tablet

X. OBAT-OBAT KARDIOVASKULER

X.I. ANTI HYPERTENSI


1 Reserpine 0,25 mg Catapres 50 tablet
2 20 tablet
X.2. ANTI ANGINA
1. Cedocard / Persatin / Propronolol HCL 30 tablet
(diberikan salah satu, kalau sudah diberikan
cedokard, jangan diberikan persatin atau
propranolol HCL)

X.3. ANTI ARITMIA


1 Digoxin 30 tablet

X.4. DIURETIKA
1 Furosemide 50 tablet
2 HCT 50 tablet

XI.OBATMETABOLISME/ ENZIM DAN


VITAMIN

XI.1 ENZIM PENCERNAAN


1 Enzymfort 100 tablet

XI. 2. VITAMIN / MULTI VITAMIN


1 Combioita 200 kapsul
2 Neurobion 200 kapsul
3 Vitalong C TRT 100 kapsul
4 Geradyn 100 kapsul

XII. OBAT KULIT, MATA HIDUNG


DAN

XII 1. OBAT KULIT


1 Bio Cream Phenergan 20 tube
2 Cream 2 tube

XII.2. INFEKSI PADA


KULIT
1 Mycofug zalf Kemcetin zalf 2 tube
2 2 tube

XII.3. INFEKSI PADA


MATA
1 Albalon A tetes mata 3 botol
2 Visine Eye Drop 3 botol
3 Oxytetracycline salep mata 3 tube
4 Kemicetin 1 % salep mata 3 tube

XIII. OBATMULUT
1 Gentian Violet 1 botol

XIV. CAIRAN INFUS


1 Ringer lactat 1 kolt

XV. OBAT SUNTIK


1 Kalpicilin 1000 mg 1 vial
2 Delladryl 10cc 2 vial
3 Dellamidon 10 cc 1 ampul
4 Avil 2 cc 5 ampul
5 Adrebakub 2 ampul
6 AdonaAC 5 ampul
7 Neurobion 1 Ampul
8 Buscopan 2 cc 2 ampul
9 Chlorpromazine 2 ampul
10 Diazepam 2 ampul
11 Aquabidest pro injek 2 vial

XVI. ALAT-ALAT KESEHATAN

XVI.1. BENTUK KAIN


1 Tensoplast 1 pak
2 Cotton bug 1 pak
3 Gas steril 1 pak
4 Kapas 100 mg 1 pak
5 Plester 1 pak
6 Verban
7 Surgical masker

XVI.2. BENTUK STAINLESS


1 Gunting set 1 buah
2 Classic stetoscope 1 buah
3 Sphygnomanometer 1 buah
4 Penlight steinless 1 buah
XVI.3 BENTUK KARET I PLASTIK
1 Steril surgeon glove 7,5 1 buah
2 infus set + abocath 1 set
3 Dispossible syringge 2,5cc 10 buah
4 Dispossible syringe 5cc 5 buah
5 Catether No. 18 & 20 2 buah

XVII. LAIN-LAIN (FORM LAPORAN)


1 Cs 1 5 buku
2 Ls 1 buku
3 Lru 1 buku
4 Tru 1 buku
5 Lm 1 buku
6 Lp.1 1 buku
BAB. IV

PENATALAKSANAAN SANITASI DAN SURVEILANS

IV. PENATALAKSANAAN SANITASI DAN SURVEILANS

Kegiatan pengawasan sanitasi lingkungan dan surveilans penyakit bukan hanya


tanggung jawab Petugas Sansur, merupakan tugas seluruh petugas kesehatan haji
baik di kloter maupun non-kloter (Subko).

A. Di Kloter

1. Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Pengawasan meliputi:
a. Pemondokan jemaah haji, antara lain keadaan kamar tidur, halaman /
gang tempat sampah, kamar mandi, WC, persediaan air, pencahayaan,
ventilasi dan saluran air kotor. Bila ditemui keadaan yang tidak baik I
memadai petugas TKHI kloter menginformasikan kepada ketua kloter
untuk selanjutnya disampaikan ke Maktab/Muassasah.
b. Pengawasan katering jamaah haji, bila kioter tersebut dilayani oleh
katering.
c. Penyuluhan kesehatan, dapat dilakukan sejak jamaah haji berada di
asrama haji Embarkasi, pesawat terbang, waktu istirahat di Bandara
King Abdul Aziz, selama di pemondokan, dan di kemah Arafah Mina.

2. Pengamatan Penyakit

Pengamatan penyakit dilakukan atas dasar kasus yang ditangani di kloter,


terutama penyakit-penyakit menular atau berpotensi menjadi kejadian luar
biasa (KBL). Terdapat beberapa penyakit yang dapat menimbulkan KLB,
antara lain diare, kolera, keracunan makanan, meningitis, encephalitis,
hepatitis, dan titus abdominalis.

a. Diare
Penyakit ini ditandai dengan perubahan bentuk dan konsitensi tinja
melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar
lebih dari biasanya (Iazimnya 3 kali atau lebih dalam sehari).
Tindakan yang dilakukan oleh:
1) Pengawasan terhadap tempat atau makanan yang diduga sebagai
penyebab.

2) Pencegahan dengan mengamankan makanan dan upaya sanitasi.


3) Penyuluhan, baik pada penderita maupun pada jamaah lain yang
berada di sekitar penderita.
4) Isi formulir Lw. 1. dan segera kirim ke Subko TKHI setempat.

b. Kolera
Penyakit ini ditandai dengan serangan diare akut dengan frekuensi yang
tinggi yang sering tanpa rasa mulas disertai muntah dan pada umumnya
disertai dehidrasi. Pada usap dubur penderita dapat ditemukan vibrio
cholera.
Tindakan yang dilakukan adalah:
1) Pengawasan terhadap tempat atau makanan yang diduga sebagai
penyebab.
2) Pencegahan dengan mengamankan dan upaya sanitasi.
3) Penyuluhan, baik pada penderita maupun pada jamaah lain yang
berada di sekitar penderita.
4) Segera isi formulir Lw. 1 dan kirim ke Subko TKHI setempat.

c. Keracunan Makanan
Penyakit ini ditandai dengan mual, muntah, diare, sakit kepala serta
berhubungan dengan mengkonsumsi makanan/minuman hasil olahan.
Tindakan yang dilakukan oleh:
1) Pengawasan terhadap tempat atau makanan yang diduga sebagai
penyebab.
2) Pencegahan dengan mengamankan dan upaya sanitasi.
3) Penyuluhan balk pada penderita maupun pada jamaah lain yang
berada di sekitar penderita.
4) Segera isi formulir Lw. 1 dan kirim ke Subko TKHI setempat.

d. Meningitis meningokokus
Penyakit ini ditandai dengan demam tiba-tiba, sakit kepala hebat sertai
mual muntah, nyeri sendi otot serta rangsangan meningeal seperti kaku
kuduk, nyeri tengkuk. Seringkali disertai ptechie. Pada tahap dini sekali
kadang hanya demam/panas tanpa disertai tanda-tanda rangsangan
meningial. Dengan demikian penderita dengan gejala panas/demam saja
patut dicurigai sebagai penderita meningitis.
Upaya yang perlu dilakukan meliputi:
1) Merujuk penderita ke BPHI
2) Penyuluhan tentang penyakit Meningitis meningokokus dan upaya
pencegahan secara berulang-ulang kepada seluruh jemaah haji.
3) Pencegahan dengan cara menganjurkan kepada jamaah untuk selalu
menggunakan masker, menghindari kontak dengan penderita dan
daerah padat manusia, menggunakan semprotan air untuk menjaga
kelembaban hidung dan tenggorokan serta makan minum yang
cukup.
4) Memberikan propilaksi kepada seluruh petugas dan jamaah kioter
yang terinfeksi.
5) Segera isi formulir Lw. 1 dan kirim ke Subko TKHI setempat.

e. Encephalitis
Penyakit ini ditandai dengan demam tinggi mendadak, sakit kepala,
pusing, kesadaran cepat menurun sampai koma, mual, muntah, kaku
kuduk, kejang parese atau paralise.
Upaya yang perlu dilakukan meliputi:
1) Merujuk penderita ke BPHI atau RSAS
2) Penyuluhan kepada seluruh jamaah haji dan anjuran kepada jamaah
untuk menghindari aktifitas-aktifitas yang tidak perlu.
3) Menjaga konsumsi makanan tertentu.
4) Segera isi formuHr Lw. 1 dan kirim ke Subko TKHI setempat.

f. Hepatitis
Penyakit ini ditandai dengan icterus, demam, lemah, mual, nyeri tekan
pada perut kuadran kanan atas dan urine berwarna teh pekat.
Upaya yang perlu dilakukan meliputi
1) Segera rujuk penderita ke BPHI atau RSAS.
2) Penyuluhan kepada seluruh jamaah haji dan anjuran kepada jamaah
untuk menghindari aktifitas-aktifitas yang tidak perlu.
3) Menjaga konsumsi makanan tertentu.

4) Segera isi formulir Lw. 1. dan kirim ke Subko TKHI setempat.

g. Titus abdominalis
Penyakit ini ditandai dengan demam tinggi terus menerus selama 1
minggu atau Iebih, kadang-kadang disertai penurunan kesadaran.
Upaya yang perlu dilakukan meliputi:
1) Segera rujuk penderita ke BPHI
2) Pengawasan lingkungan dan upaya sanitasi (desinfeksi)
3) Penyuluhan kepada seluruh jamaah haji.
4) Pencegahan dengan cara mengajurkan kepada jamaah untuk tidak
makan sembangan dan menggunakan peralatan makan bekas
penderita.
5) Segera isi formulir Lw. 1 dan kirim ke Subko TKHI setempat.

B. Di BPHI

1. Pengawasan Kesehatan Lingkungan


a) Pemeriksaan suhu udara 3 kali dalam sehari menggunakan
thermometer maksimum-minimum, yaitu pada pukul 06.00, 14.00 dan
pukul 20.00.
b) Pengukuran kelembaban udara 3 kali sehari berbarengan dengan
pengukuran suhu udara. Alat yang digunakan adalah hygrometer rambut
yang diletakkan secara horizontal di ruangan dan luar ruangan.
c) Pengawasan pemondokan jamaah haji, meliputi:
1) Bagian luar gedung seperti kebersihan, bak-bak sampah, saluran air
kotor dan petugas kebersihan.
2) Bagian dalam gedung seperti luar kamar tidur, persediaan air, WC,
kamar mandi, ventilasi, pencahayaan, tenda, dapur dan kebersihan
Iantai.
3) Pemeriksaan kuantitas dan kualitas air. Penghitungan jumlah
persediaan air adalah dengan cara mengalikan jumlah jamaah
dengan kebutuhan minimal 60 liter! orang/hari. Seclangkan
pemeriksaan kualitas air dengan cara memeriksa pH dan sisa chior
dalam air secara acak. Sebagai acuan pH antara 6,5-9,2 dan sisa
chlor maksimal 0,4 ppm.
d) Pengawasan katering yang meliputi pengawasan dan bimbingan
terhadap pengamanan bahan makanan, kesehatan pengelola,
persediaan air minum, pengelolaan air limbah, perlindungan terhadap
makanan, serta pengangkutan/distribusinya.

2. Pengamatan Penyakit
Pengamatan penyakit (surveilans) meliputi kegiatan pengumpulan,
pengolahan, analisis dan penyajian data serta penyebarluasan informasi
untuk ditindak lanjuti.

a. Pengumpulan data
Pengumpulan data meliputi data kesakitan harian dan kloter dan BPHI;
data kematian diri kloter, BPHI dan RSAS; data kelahiran dari kloter,
BPHI dan RSAS; data rujukan kloter dan BPHI; data hasil penyelidikan
epidemiologi bila ada KLB, serta data lain yang diperoleh dari Subko
TKHI dan Kantor Kesehatan Haji Arab Saudi.

b. Pengolahan data
Pengolahan data meliputi rekapitulasi semua laporan harian dan
laporan wabah, membuat tabel dan grafik, serta pengujian statistik bila
diperlukan.

c. Analisis data
Analisa data untuk melihat kelompok-kelompok risiko tinggi dari
variabel waktu, tempat dan orang.

d. Penyajian data
Penyajian data disajikan baik dalam bentuk narasi, tabel maupun grafik

e. Tindak lanjut penanggulangi bila dari hasil pengamatan tersebut terjadi


letusan penyakit.

f. Desiminasi informasi antar Subko TKHI daerah kerja.

3. Penanggulangan KLB
Langkah-langkah yang perlu dilakukan bila terjadi KLB
a) Pelayanan medik penderita yang dilaksanakan oleh TKHI
kloter, BPHI atau RSAS. Dilakukan tindakan terapi termasuk rujukan dan
isotasi bila perlu.

b) Pelaporan secara berjenjang; kloter ke Subko TKHI, Subko TKHI ke


koordinator TKHI dan Koordinator TKHI ke Pimlakhar.
c) Penyelidikan epidemiologi yang dilakukan petugas sansur dibantu dokter
kloter dan BPHI dengan cara:
1) Menegakkan diagnosis dan menentukan etiologi penyakit
2) Memastikan ada tidaknya KLB
3) Membuat deskripsi KLB menurut waktu, orang dan tempat.
4) Menganalisis dan menentukan sumber dan cara penularan.
5) Mengidentifikasi jamaah yang mempunyai risiko tinggi.
6) Penanggulangan KLB yang melibatkan seluruh TKHI dan TPHI yang
meliputi:
•Tindakan terhadap sumber penular seperti isolasi penderita,
pengobalan pendetita
•Tindakan terhadap organisme penyebab misalnya penyehatan air,
penyehatan makanan/minuman, penyehatan pondokan
•Tindakan terhadap jamaah misalnya vaksinasi,
- penyuluhan.

4. Pemantauan Jamaah Haji Yang Dirawat di RSAS


Pemantauan dilakukan oleh Petugas Sansus dengan dibantu oleh Tenaga
Musiman (Temus) setiap hari ke rumah sakit-rumah sakit di masing-masing
daerah kerja.

5. Pencatatan dan Pelaporan


a) Pencatatan menggunakan form Ck. 4 setiap metakukan kunjungna ke
pemondokan/katering.
b) Pencatatan menggunakan form Cw. 4a, Cw. 4b dan Cw. 4c bila
melakukan penanggulangan KLB.
c) Monitonng laporan dari kloter dan BPHI menggunakan form Ck. 4.
d) Kompilasi laporan kioter dan BPHI.
e) Membuat laporan khusus keadaan suhu dan kelembaban udara.
f) Menyiapkan laporan harian Subko TKHI menggunakan form Lh.4a
g) Menyiapkan laporan ke Dinas Kesehatan Arab Saudi menggunakan
form Lh.4b
PENUTUP

Demikian buku Pedoman Penatalaksanaan Penyakit Pada Jamaah Haji ini disusun
sebagal acuan bagi petugas haji TKHI Kloter dan Non Kioter dalam melaksanakan
tugasnya dilapangan nanti.

Anda mungkin juga menyukai