Anda di halaman 1dari 16

Jumat, 21 Mei 2010

askep anak dengan labiopalatoskizis

TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Labio/plato skisis adalah merupakan kongenital anomali yang berupa adanya kelainan
bentuk pada struktur wajah.Palatoskisi adalah adanya celah pada garis tengah palato yang
disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.
1) Labio / Palato skisis merupakan kongenital yang berupa adanya kelainan bentuk pada
struktur wajah (Ngastiah, 2005 : 167)
2) Bibir sumbing adalah malformasi yang disebabkan oleh gagalnya propsuesus nasal median
dan maksilaris untuk menyatu selama perkembangan embriotik. (Wong, Donna L. 2003)
3) Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada polatum yang terjadi karena kegagalan 2 sisi
untuk menyatu karena perkembangan embriotik (Wong, Donna L. 2003)
Beberapa jenis bibir sumbing :
a) Unilateral Incomplete
Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi bibir dan tidak memanjang
hingga ke hidung.
b) Unilateral complete
Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu bibir dan memanjang hingga ke
hidung.
c) Bilateral complete
Apabila celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
4) Labio Palato skisis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah mulut, palato
skisis (subbing palatum) dan labio skisis (sumbing tulang) untuk menyatu selama
perkembangan embrio (Hidayat, Aziz, 2005:21)
B. Etiologi
1. Faktor Herediter :
Sebagai faktor yang sudah dipastikan. Gilarsi : 75% dari faktor keturunan resesif
dan 25% bersifat dominan.
a. Mutasi gen.
b. Kelainan kromosom
2. Faktor Eksternal / Lingkungan :

a. Faktor usia ibu


b. Obat-obatan. Asetosal, Aspirin (SCHARDEIN-1985) Rifampisin, Fenasetin,
Sulfonamid, Aminoglikosid, Indometasin, Asam Flufetamat, Ibuprofen,
Penisilamin, Antihistamin dapat menyebabkan celah langit-langit. Antineoplastik,
Kortikosteroid
c. Nutrisi
d. Penyakit infeksi Sifilis, virus rubella
e. .Radiasi
f. Stres emosional
g. Trauma, (trimester pertama). (Wong, Donna L. 2003)
C. Anatomi Fisiologi Mulut
Mulut (oris)
Mulut merupakan jalan masuk menuju system pencernaan dan berisis organ aksesori
yang bersifat dalam proses awal pencernaan.
Secara umum terdiri dari 2 bagian yaitu :
1. Bagian luar (vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi
2. Bagian rongga mulut ( bagian ) dalam yaitu rongga yang dibatasi sisinya oleh tulang
maksilaaris, palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan faring.
Selaput lender mulut ditutupi ephitelium yang ber lapis-lapis , dibawahnya terletak
kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir, selaputini kaya akan pembuluh daraah juga
memuat banyak ujung saraf asesoris. Di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah
dalam ditutupi oleh selaput lendir mukosa.
Ada beberapa bagian yang perlu diketahui :
1. Palatum
a) Palatum durum yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan tulang
maksilaris.
b) Palatum mole terletak dibelakang yang merupakan lipatan menggantung yang dapat
bergerak, terdiri dari jaringan fibrosa dan selaput lendir.
2. Rongga mulut
a) Bagian gigi terdapat gigi (anterior) tugasnya memotong yang sangat kuat dan gigi osterior
tugasnya menggiling.
Pada umumnya otot-otot pengunyah di persarafi oleh cabang motorik dari saraf cranial ke
5. Dan proses mengunyah di control oleh nucleus dalam batang otak. Perangsangan formasio
retikularis dekat pusat batang otak untuk pengecapan dapat menimbulakan pergerakan
mengunyah secara ritmis dan kontinu.

Mengunyah makanan bersifat penting untuk pencernaan semua makanan, terutama untuk
sebagian besar buah dan syur-sayuran mentah karena zat ini mempunyai membrane selulosa
yang tidak dapat dicerna diantara bagian-bagian zat nutrisi yang harus di uraikan sebelum dapat
digunakan.
Manusia memiliki susunan gigi primer dan sekunder :
Gigi primer, dimulai dari tuang diantara dua gigi depan yang terdiri dari 2 gigi seri, 1 taring,
3 geraham dan untu total keseluruhan 20 gigi
Gigi sekunder, terdiri dari 2 gig seri, 1 taring, 2 premoral dan 3 geraham utuk total
keseluruhan 32 buah.
Juga gigi ada 2 macam yaitu :
Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan
Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun jumlahnya 32 buah
Fungsi gigi adalah dalam proses matrikasi (pengunyahan). Makanan yang masuk
kekedalam mulut di potong menjaid bagian-bagian kecil dan bercamput dengan saliva unutk
membentuk bolus makanan yang dapat ditelan.
b) Lidah
Indera pengecap terdiri dari kurang lebih 50 sel-sel epitel bebrapa diantaranya disebut sel
sustentakular dan yang lainnya di sebut sel pengecap. Lidah berfungsi untuk menggerakan
makan saat dikunyah atau ditelan. Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi selaput lendir.
Dibagian pangkal lidah terdapat epiglottis berfungsi untuk menutup jalan nafas pada waktu
menelan supaya makanan tidak masuk kejalan nafas.
Kerja otot dapat di gerakkan 3 bagian :
Radiks lingua = pangkal lidah
Dorsum lingua = punggung lidah
Apek lingua = ujung lidah
Pada lidah terdapat indera peraba dan perasa :
Asin dibagian lateral lidah
Manis dibagian ujung dan anterior lidah
Asam, dibagian lateral lidah
Pahit dibagian belakang lidah
3. Kelenjar ludah
Yaitu kelenjar yang memiliki duktus yaitu duktus duktus wartoni dan duktus stensoni.
Kelenjar ii mensekresikan saliva jedalan rongga oral di hasilkan di dalam rongga mulut
dipersarafi oleh saraf tak sadar.
a) Kelenjar parotis, letaknya dibawah depan dari telinga diantara proses mastoid kiri dan
kanan mandibularis pada duktus stensoni.
b) Kelenjar submaksilaris terletak dibawah fongga mulut bagian belakang, dukts wartoni
c) Kelenjar subliingualis, dibawah selaput lendir, bermuara di dasar rongga mulut.
Fungsi saliva :

Memudahkan makan utnuk dikunyah oleh gigi dan dibentuk menjado bolus
Mempertahankan bagian mulut dan lidah agar tetap lembab, sehingga memudahkan lidah
bergerak utnuk bericara
Mengandung ptyalin dan amylase, suatu enzyme yang dapat mengubah zat tepung menjadi
maltose polisakarida
Seperti zat buangan seperti asam urat dan urea serta obat, virus, dan logam, disekresi
kedalam saliva
Sebagai zat anti bakteri dan anti body yang berfungsi untuk memberikan rongga oral dan
membantu memelihara kesehatan oral serta mencegah kerusakan gigi. (http://rahmanblog.blogspot.com/2008/01/anatomi-sistem-pencernaan.html)
D. Patofisiologi
Bibir sumbing merupakan kelainan kongenital yang memiliki prevalensi cukup
tinggi. Bibir sumbing memiliki beberapa tingkant kerusakan sesuai organ yang mengalami
kecacatannya. Bila hanya dibibir disebut labioschizis, tapi bisa juga mengenai gusi dan palatum
atau langit-langit. Tingkat kecacatan ini mempengaruhi keberhasilan operasi.

Cacat bibir sumbing terjadi pada trimester pertama kehamilan karena tidak terbentuknya
suatu jaringan di daerah tersebut. Semua yang mengganggu pembelahan sel pada masa
kehamilan bisa menyebabkan kelainan tersebut, misal kekurangan zat besi, obat2 tertentu,
radiasi. Tak heran kelainan bibir sumbingsering ditemukan di desa terpencil dengan kondisi ibu
hamil tanpa perawatan kehamilan yang baik serta gizi yang buruk.
Bayi-bayi yang bibirnya sumbing akan mengalami gangguan fungsi berupa kesulitan
menghisap ASI, terutama jika kelainannya mencapai langit-langit mulut. Jika demikian, ASI dari
ibu harus dipompa dulu untuk kemudian diberikan dengan sendok atau dengan botol berlubang
besar pada bayi yang posisinya tubuhnya ditegakkan. Posisi bayi yang tegak sangat membantu
masuknya air susu hingga ke kerongkongan. Jika tidak tegak, sangat mungkin air susu akan
masuk ke saluran napas mengingat refleks pembukaan katup epiglottis( katup penghubung mulut
dengan kerongkongan) mesti dirangsang dengan gerakkan lidah, langit-langit, serta kelenjar liur.
Bibir sumbing juga menyebabkan mudah terjadinya infeksi di rongga hidung,
tenggorokan dan tuba eustachius (saluran penghubung telinga dan tenggorokan) sebagai akibat
mudahnya terjadi iritasi akibat air susu atau air yang masuk ke rongga hidung dari celah
sumbingnya.
1. Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang selama fase
embrio pada trimester I.
2. Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nosal medial dan maksilaris
untuk menyatu terjadi selama kehamilan 6-8 minggu.
3. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh
kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.

4. Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa kehamilan.
Sumber : Medicastore.com
E. Manifestasi Klinis
Pada labio Skisis :
1. Distorsi pada hidung
2. Tampak sebagian atau keduanya
3. Adanya celah pada bibir
Pada palato skisis:
1. Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak, dan keras dan atau foramen incisive
2. Adanya rongga pada hidung
3. Distorsi hidung
4. Teraba celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari
5. Kesukaran dalam menghisap atau makan
Sumber : Medicastore.com
F. WOC
LABIOPALATOSCIZI
S

Faktor Herediter Faktor Lingkungan


Kelainan Kromosom Mutasi Gen Faktor Usia Ibu Nutrisi Obatobatan Peny. Infeksi Stress Trauma

Kegagalan perkembangan jaringan Penatalaksanaan Bedah

lunak pd fase embrio Trimester I Pre Op


Gg gerakan lidah,langit2 & air

liur Gagalnya Penyatuan ProcessusKurangnya informasi

Refleks epiglottis terganggu Maksilaris dan Processus

MedialisKurangnya pengetahuan ttg penyakit

MK : Ansietas
Terbelahnya bibir dan hidung

Dist

ersi Nasal Deformitas pd bibir Adanya celah pd bibir Post Op

Gangguan Menelan Ketidakmampuan menghisap Terputusnya Jar.Kulit Suhu Tubuh

MK : Kerusakan
Komunikasi
Verbal

ASI (Karena insisi bedah) Leukosit tinggi

MK : Ketidakseimbangan Kurang
dr Kebutuhan Tubuh Nutrisi

MK : Nyeri

MK : Res
Spasme Otot

MK : Resiko
Aspirasi

G. Komplikasi
1. Gangguan bicara dan pendengaran
2. Terjadinya otitis media
3. Aspirasi
4. Distress pernafasan
5. Risisko infeksi saluran nafas

6. Pertumbuhan dan perkembangan terhambat


Sumber :
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto roentgen
2. Pemeriksaan fisisk
3. MRI untuk evaluasi abnormal
Sumber :
I. Pemeriksaan Terapeutik
1. Penatalaksanaan tergantung pada beratnya kecacatan
2. Prioritas pertama adalah pada teknik pemberian nutrisi yang adekuat
3. Mencegah komplikasi
4. Fasilitas pertumbuhan dan perkembangan
5. Pembedahan: pada labio sebelum kecacatan palato; perbaikan dengan pembedahan usia
2-3 hari atua sampai usia beberapa minggu prosthesis intraoral atau ekstraoral untuk
mencegah kolaps maxilaris, merangsang pertumbuhan tulang, dan membantu dalam
perkembangan bicara dan makan, dapat dilakukan sebelum penbedahan perbaikan.
6. Pembedahan pada palato dilakukan pada waktu 6 bulan dan 2 tahun, tergantung pada
derajat kecacatan. Awal fasilitas penutupan adalah untuk perkembangan bicara.
Sumber :
J. Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksanaan bibir sumbing adalah tindakan bedah efektif yang melibatkan beberapa
disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Adanya kemajuan teknik bedah,
orbodantis,dokter anak, dokter THT, serta hasil akhir tindakan koreksi kosmetik dan
fungsional menjadi lebih baik. Tergantung dari berat ringan yang ada, maka tindakan
bedah
maupun
ortidentik
dilakukan
secara
bertahap.
Biasanya penutupan celah bibir melalui pembedahan dilakukan bila bayi tersebut telah
berumur 1-2 bulan. Setelah memperlihatkan penambahan berat badan yang memuaskan
dan
bebas
dari
infeksi
induk,
saluran
nafas
atau
sistemis.
Perbedaan asal ini dapat diperbaiki kembali pada usia 4-5 tahun. Pada kebanyakan kasus,
pembedahan pada hidung hendaknya ditunda hingga mencapi usia pubertas.
Karena celah-celah pada langit-langit mempunyai ukuran, bentuk danderajat cerat yang
cukup besar, maka pada saat pembedahan, perbaikan harus disesuaikan bagi masingmasing penderita. Waktu optimal untuk melakukan pembedahan langit-langit bervariasi
dari 6 bulan 5 tahun. Jika perbaikan pembedahan tertunda hingga berumur 3 tahun,

maka sebuah balon bicara dapat dilekatkan pada bagian belakang geligi maksila sehingga
kontraksi otot-otot faring dan velfaring dapat menyebabkan jaringan-jaringan
bersentuhan dengan balon tadi untuk menghasilkan penutup nasoporing.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a) Perawatan Pra-Operasi:
1) Fasilitas penyesuaian yang positif dari orangtua terhadap bayi.
a. Bantu orangtua dalam mengatasi reaksi berduka
b. Dorong orangtua untuk mengekspresikan perasaannya.
c. Diskusikan tentang pembedahan
d. Berikan informasi yang membangkitkan harapan dan perasaan yang positif
terhadap bayi.
e. Tunjukkan sikap penerimaan terhadap bayi.
2) Berikan dan kuatkan informasi pada orangtua tentang prognosis dan pengobatan
bayi.
a. Tahap-tahap intervensi bedah
b. Teknik pemberian makan
c. Penyebab devitasi
3) Tingkatkan dan pertahankan asupan dan nutrisi yang adequate.
a. Fasilitasi menyusui dengan ASI atau susu formula dengan botol atau dot yang
cocok.Monitor atau mengobservasi kemampuan menelan dan menghisap.
b.Tempatkan bayi pada posisi yang tegak dan arahkan aliran susu ke dinding
mulut.
c. Arahkan cairan ke sebalah dalam gusi di dekat lidah.
d. Sendawkan bayi dengan sering selama pemberian makan
e. Kaji respon bayi terhadap pemberian susu.
f. Akhiri pemberian susu dengan air.
4) Tingkatkan dan pertahankan kepatenan jalan nafas
a. Pantau status pernafasan
b. Posisikan bayi miring kekanan dengan sedikit ditinggikan
c. Letakkan selalu alat penghisap di dekat bayi
b) Perawatan Pasca-Operasi
1) Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adequate
a. Berikan makan cair selama 3 minggu mempergunakan alat penetes atau sendok.
b. Lanjutkan dengan makanan formula sesuai toleransi.
c. Lanjutkan dengan diet lunak
d. Sendawakan bayi selama pemberian makanan.
2) Tingkatkan penyembuhan dan pertahankan integritas daerah insisi anak.
a. Bersihkan garis sutura dengan hati-hati
b. Oleskan salep antibiotik pada garis sutura (Keiloskisis)

c. Bilas mulut dengan air sebelum dan sesudah pemberian makan.


d. Hindari memasukkan obyek ke dalam mulut anak sesudah pemberian makan
untuk mencegah terjadinya aspirasi.
e. Pantau tanda-tanda infeksi pada tempat operasi dan secara sistemik.
f. Pantau tingkat nyeri pada bayi dan perlunya obat pereda nyeri.
g. Perhatikan pendarahan, cdema, drainage.
h. Monitor keutuhan jaringan kulit
i. Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat tidak steril,
missal alat tensi
Sumber :
BAB III
ASKEP TEORITIS
A. Pengkajian
1. Identitas klien : Meliputi nama,alamat,umur
2. Keluhan utama : Alasan klien masuk ke rumah sakit
3. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Dahulu
Mengkaji riwayat kehamilan ibu, apakah ibu pernah mengalami trauma pada
kehamilan Trimester I. bagaimana pemenuhan nutrisi ibu saat hamil, obat-obat yang
pernah dikonsumsi oleh ibu dan apakah ibu pernah stress saat hamil.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengkaji
berat/panjang
bayi
saat
lahir,
pola
pertumbuhan,
pertambahan/penurunan berat badan, riwayat otitis media dan infeksi saluran pernafasan
atas.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kehamilan, riwayat keturunan, labiopalatoskisis dari keluarga, penyakit
sifilis dari orang tua laki-laki.
4. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi kecacatan pada saat lahir untuk mengidentifikasi karakteristik sumbing.
b) Kaji asupan cairan dan nutrisi bayi
c) Kaji kemampuan hisap, menelan, bernafas.
d) Kaji tanda-tanda infeksi
e) Palpasi dengan menggunakan jari
f) Kaji tingkat nyeri pada bayi
Pengkajian Keluarga

a) Observasi infeksi bayi dan keluarga


b) Kaji harga diri / mekanisme kuping dari anak/orangtua
c) Kaji reaksi orangtua terhadap operasi yang akan dilakukan
d) Kaji kesiapan orangtua terhadap pemulangan dan kesanggupan mengatur perawatan di
rumah.
e) Kaji tingkat pengetahuan keluarga
Sumber :
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko aspirasi berhubungan dengan gangguan menelan. (NANDA, 2005-2006)
2. Resiko Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
refleks menghisap pada anak tidak adekuat. (NANDA, 2005-2006)
3. Kerusakan
komunikasi
verbal
berhubungan
(labiopalatoskizis). (NANDA, 2005-2006)

dengan

kelainan

anatomis

4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan. (NANDA, 20052006)
5. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan.(NANDA, 2005-2006)
6. Ansietas
berhubungan
dengan
penyakit. (NANDA, 2005-2006)

kurangnya

pengetahuan

keluarga

tentang

C. Intervensi
Rencana Keperawatan
N
o
1.

Dx Keperawatan
Resiko aspirasi
berhubungan
dengan gangguan
menelan.

Tujuan/Kriteria
Tidak akan
mengalami
aspirasi:
Menunjukkan
peningkatan
kemampuan
menelan.
Bertoleransi
thd asupan oral
dan sekresi
tanpa aspirasi.
Bertoleransi
thd pemberian
perenteral tanpa

Intervensi

Rasional

Pantau tanda- Perubahan yg tjd


tanda aspirasi
pada proses
selama proses
pemberian
pemberian
makanan dan
makan
dan
pengobatan bisa
pemberian
saja menyebabkan
pengobatan.
aspirasi.
Tempatkan
Agar
pasien pada
mempermudah
posisi semimengeluarkan
fowler
atau
sekresi.
Mencegah
sekresi
fowler.
menyumbat jalan
Sediakan
napas, khususnya

aspirasi.

2.

Ketidakseimbanga
n nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan refleks
menghisap pada
anak tidak adekuat

Menunjukkan
status gizi :
Mempertahan
kan BB dalam
batas normal.
Toleransi thd
diet yang
dianjurkan.
Menyatakan
keinginannya
untuk mengikuti
diet.

kateter
bila kemampuan
penghisap
menelan
disamping
terganggu.
tempat tidur
dan lakukan
penghisapan
selama
makan, sesuai
dengan
kebutuhan.
Pantau
Memberikan
kandungan
informasi
nutrisi dan
sehubungan dgn
kalori pada
keb nutrisi &
catatan
keefektifan terapi.
Meningkatkan
asupan.
Ketahui
selera makan
makanan
klien.
Meningkatkan
kesukaan
pasien.
sosialisasi &
Ciptakan
memaksimalkan
lingkungan
kenyamanan klien
yang
bila kesakitan
menyenangka
makan
n untuk
menyebabkan
makan.
malu.

3.

Kerusakan
Menunjukkan
komunikasi verbal kemampuan
berhubungan
komunikasi :
Menggunakan
dengan kelainan
anatomis
bahasa tertulis,
(labiopalatoskizis).
berbicara atau
nonverbal.
Mengguanaka
n bahasa
isyarat.
Pertukaran
pesan dengan
orang lain.

Anjurkan
pasien untuk
berkomunika
si secara
perlahan dan
mengulangi
permintaan.
Sering
berikan
pujian positif
pada pasien
yang
berusaha
untuk
berkomunika
si.
Menggunaka
n kata dan
kalimat yang
singkat.
Meningkatkan rasa Kaji pola
nyaman :
istirahat
Menunjukkan
bayi/anak dan
teknik relaksasi
kegelisahan.
Bila klien
secara
individual yang
anak, berikan
efektif untuk
aktivitas
mencapai
bermain yang
kenyamanan.
sesuai dengan
Mempertahankan
usia dan
tingkat nyeri
kondisinya.
Berikan
pada atau
kurang (skala 0analgetik
10)
sesuai
Melaporkan
program.
nyeri pada
penyedia
perawatan

Melatih agar
bisa
berkomunikasi
lebih lancar.
Pujian dapat
membuat keadaan
klien akan lebih
membaik karena
mendapat
dorongan.
Membantu klien
memahami
pembicaraan.

4.

Gangguan rasa
nyaman nyeri
berhubungan
dengan insisi
pembedahan.

Mencegah
kelelahan
dan
dapat
meningkatkan
koping terhadap
stres
atau
ketidaknyamanan.
Meningkatkan
relaksasi
dan
membantu pasien
memfokuskan
perhatian
pada
sesuatu disamping
diri
sendiri
/
ketidaknyamanan
dapat
menurunkankebut
uhan
dosis
/

kesehatan.

5.

Resiko infeksi
berhubungan
dengan insisi
pembedahan.

6.

Ansietas
berhubungan
dengan kurangnya
pengetahuan
keluarga tentang
penyakit.

Berikan
posisi yang
tepat setelah
makan,
miring
kekanan,
kepala agak
sedikit tinggi
supaya
makanan
tertelan dan
mencegah
aspirasi yang
dapat
berakibat
pneumonia.
Kaji tandatanda infeksi,
termasuk
drainage, bau
dan demam.
Rasa cemas teratasi Kaji tingkat
:
kecemasan
Mencari
klien.
informasi untuk Berikan
menurunkan
terapi
kecemasan.
bermain
Menghindari
kepada si
sumber
anak untuk
Mencegah
infeksi :Terbebas
dari tanda atau
gejala infeksi.
Menunjukkan
higiene pribadi
yang adekuat.
Menggambarkan
faktor yang
menunjang
penularan
infeksi.

frekuensi
analgesik.
Derajat
nyeri
sehubungan
dengan luas dan
dampak psikologi
pembedahan
sesuai
dengan
kondisi tubuh.
Meningkatkan
mobilisasi sekret,
menurunkan
resiko pneumonia.
Deteksi dini
terjadinya infeksi
memberikan
pencegahan
komplikasi lebih
serius.
Mencegah
kontaminasi dan
kerusakan sisi
operasi.

Untuk
mengetahui
seberapa besar
kecemasan yang
dirasakan klien
sekarang.
Untuk
mengurangi

kecemasan bila
mungkin.
Menggunakan
teknik relaksasi
untuk
menurunkan
kecemasan.

mengalihkan
ras cemasnya.
Berikan
penyuluhan
pada klien
dan keluarga
tentang
penyakit dan
proses
penyembuhan
nya.

kecemasan yang
dirasakan klien,
berikan suasana
yang tenang dan
nyaman.
Untuk
mengetahui
bagaimana untuk
memudahkan
memberikan
support atau
penyuluhan.

Sumber : Doenges, Marilynn E, (1999),


Diposkan oleh vThree waHyunie di 17.44

TIDAK ADA KOMENTAR:


POSKAN KOMENTAR
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Anda mungkin juga menyukai