Anda di halaman 1dari 4

1

VISUM ET REPERTUM

Seorang dokter, di samping melaksanakan tugas sehari harinya untuk memberikan


pelayanan kesehatan, juga mempunyai tugas untuk melakukan pemeriksaan medis untuk
membantu penegakan hukum, baik pada korban hidup maupun pada korban mati. Hasil
pemeriksaan dokter ini kemudian dituangkan dalam suatu laporan tertulis yang dikenal sebagai
Visum et Repertum (VER).
DEFINISI
Visum et repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas permintaan
tertulis (resmi) penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap
manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia,
berupa temuan dan interpretasinya, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah, untuk
kepentingan peradilan.
Istilah visum et repertum ini tidak pernah tercantum dalam perundang undangan
Indonesia. Visum et repertum ini dapat dijumpai dalam Staatsblad tahun 1937 no. 350 pasal 1:
De visa et reperta van geneeskundigen, opgemaakt hetzy op de beroepseed, afgelegd bij de
beeisdiging der medische studie in Nederland of Indonesia, hetzij op een bijzondere eed, als bedoeld in
art.2, hebben in strafzaken bewijskracht, voorzover zij ene verklaring inhouden omtrent hetgeen door de
geneeskundigen aan het voorwerp van onderzoek is waargenomen.

(Visa et Reperta para dokter yang dibuat baik atas sumpah dokter yang diucapkan pada waktu
menyelesaikan pelajarannya di negeri Belanda atau di Indonesia, maupun atas sumpah khusus seperti
tercantum dalam pasal 2, mempunyai daya bukti yang syah dalam perkara-perkara pidana, selama Visa
et Reperta tersebut berisi keterangan mengenai hal-hal yang diamati oleh dokter itu pada benda yang
diperiksa.)

ASPEK MEDIKOLEGAL VISUM ET REPERTUM


Dalam KUHAP pasal 184 ayat (1) disebutkan alat bukti yang sah ialah keterangan saksi,
keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa. Dalam KUHAP pasal 187 huruf c
disebutkan bahwa surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184 ayat (1) huruf c dibuat atas dasar
sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah, adalah surat keterangan dari seorang ahli yang
memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang
diminta secara resmi daripadanya. Berdasarkan kedua pasal tersebut, maka visum et repertum
dapat dipakai alat bukti yang berupa surat.

VER turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan
dan jiwa manusia. VER menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medis yang
tertuang dalam bagian hasil pemeriksaan, yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti
barang bukti.
JENIS JENIS VISUM ET REPERTUM
Dalam KUHAP pasal 133 ayat (1) disebutkan bahwa:
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan
ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau
ahli lainnya.

Berdasarkan apa yang tercantum dalam pasal tersebut, maka VER juga dapat dikategorikan
sebagai berikut:
BERDASARKAN KORBAN

BERDASARKAN KASUS

BERDASARKAN JENISNYA

VER korban hidup

VER kecelakaan lalu lintas

VER luka

VER korban mati

VER penganiayaan

VER pemeriksaan mayat

VER kejahatan seksual

VER bedah jenazah

VER keracunan
VER kekerasan dalam rumah
tangga (KDRT)
Selain VER yang berkaitan dengan tubuh manusia seperti tersebut di atas, ada satu lagi jenis
visum et repertum, yaitu visum et repertum psikiatri. Tubuh manusia yang biasa diperiksa untuk
kepentingan peradilan tersebut berstatus sebagai korban tindak pidana, sedangkan visum et
repertum psikiatri menyangkut keadaan jiwa/mental tersangka atau terdakwa dalam suatu tindak
pidana.
Meskipun jenisnya bermacam macam, nama resminya tetap Visum et Repertum tanpa
embel embel lain.
TATA CARA PERMINTAAN VISUM ET REPERTUM
Secara umum, permintaan VER harus dilakukan secara tertulis dan diserahkan oleh
peyidik kepada dokter pemeriksa bersamaan dengan korban yang akan diperiksa, baik itu korban
hidup maupun korban mati.
KUHAP pasal 133 ayat (2):

Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang
dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau
pemeriksaan bedah mayat.

Pada prakteknya, hal ini mudah saja dikerjakan pada korban mati. Namun, pada korban hidup,
pada umumnya korban akan pergi ke dokter terlebih dahulu untuk mendapat pertolongan baru
kemudian melapor ke polisi. Hanya korban dengan luka ringan atau tampak ringan saja yang akan
lebih dahulu melapor ke penyidik sebelum pergi ke dokter. Hal ini membawa kemungkinan bahwa
surat permintaan visum et repertum (SPVR) korban luka akan datang "terlambat" dibandingkan
dengan pemeriksaan korbannya. Sepanjang keterlambatan ini masih cukup beralasan dan dapat
diterima, maka keterlambatan ini tidak boleh dianggap sebagai hambatan pembuatan visum et
repertum. Kerjasama yang baik antara dokter/penyedia layanan kesehatan dengan penyidik dapat
mengurangi keterlambatan datangnya surat permintaan visum et repertum.
STRUKTUR DAN ISI VISUM ET REPERTUM
Sampai saat ini, belum ada standarisasi terhadap bentuk VER, sehingga secara umum
bentuk VER terserah kepada dokter pemeriksa. Namun, ada ketentuan umum yang harus
dipenuhi dalam pembuatan VER:
a. Diketik di atas kertas dan berkepala surat instansi pemeriksa,
b. Bernomor dan bertanggal,
c. Mencantumkan kata "Pro Justitia" di bagian atas (kiri atau tengah),
d. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,
e. Tidak

menggunakan

singkatan

terutama

pada

waktu

mendeskripsikan

temuan

pemeriksaan,
f.

Tidak menggunakan istilah asing. Bila tak dapat dihindari maka berikan pula penjelasannya
dalam bahasa Indonesia.

g. Ditandatangani dan diberi nama jelas.


h. Berstempel instansi pemeriksa tersebut
i.

Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakan

j.

Hanya diberikan kepada penyidik peminta visum et repertum (instansi). Apabila ada lebih
dari satu instansi peminta (misalnya penyidik POLRI dan penyidik POM) dan keduanya
berwenang untuk itu, maka kedua instansi tersebut dapat diberi visum et repertum masingmasing "asli".

k. Salinannya diarsipkan dengan mengikuti ketentuan arsip pada umumnya, dan disimpan
sebaiknya hingga 30 tahun.

Isi Visum et Repertum


1. Pro Justitia
Berarti untuk kepetningan peradilan. Sesuai dengan artinya, maka VER dibuat secara
khusus hanya untuk kepentingan peradilan. Selain itu, dengan adanya kata ini, VER tidak
perlu bermeterai.
2. Pendahuluan
Bagian ini sebenarnya tidak diberi judul "Pendahuluan", melainkan langsung merupakan
uraian tentang identitas dokter pemeriksa beserta instansi dokter pemeriksa tersebut,
instansi peminta visum et repertum berikut nomor dan tanggal suratnya, tempat dan waktu
pemeriksaan, serta identitas yang diperiksa sesuai dengan yang tercantum di dalam surat
permintaan visum et repertum tersebut. Nomor registrasi korban di rumah sakit sebaiknya
dicantumkan pula.
3. Hasil pemeriksaan (dahulu pemberitaan)
Bagian ini diberi judul "Hasil Pemeriksaan", memuat semua hasil pemeriksaan terhadap
"barang bukti" yang dituliskan secara sistematik, jelas dan dapat dimengerti oleh orang
yang tidak berlatar belakang pendidikan kedokteran. Selain itu, bagian ini juga memuat
identitas korban menurut pemeriksaan dokter, berupa umur, jenis kelamin, tinggi dan berat
badan serta keadaan umumnya, tindakan atau operasi yang telah dilakukan dan hasil
pemeriksaan tambahan.
4. Kesimpulan
Bagian ini diberi judul "Kesimpulan" dan memuat kesimpulan dokter pemeriksa atas
seluruh hasil pemeriksaan dengan berdasarkan keilmuan atau keahliannya.
5. Penutup
Bagian ini tidak diberi judul "Penutup", melainkan merupakan kalimat penutup yang
menyatakan bahwa visum et repertum tersebut dibuat dengan sebenar-benarnya,
berdasarkan keilmuan yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah dan sesuai dengan
ketentuan dalam KUHAP.
Visum et repertum diakhiri dengan tandatangan dokter pemeriksa atau pembuat visum et
repertum dan nama jelasnya. Jangan dilupakan pembubuhan stempel instansi dokter pemeriksa
tersebut dan nomor induk pegawai atau nomor registrasi prajurit atau nomor surat penugasan.
Apabila kalimat tidak berakhir pada tepi kanan halaman kertas, maka sesudah titik harus
dibuat garis hingga tepi kanan untuk menutupnya. Bila visum et repertum melebihi satu halaman,
maka harus diberi nomor halaman dan di setiap halaman lanjutan dicantumkan juga nomor
visum et repertum tersebut di bagian kanan atasnya.

Anda mungkin juga menyukai