Anda di halaman 1dari 22

APLIKASI ELEKTROKOAGULASI PASANGAN ELEKTRODA

BESI UNTUK PENGOLAHAN AIR DENGAN SISTEM KONTINYU


APPLICATION OF ELECTROCOAGULATON IRON
ELECTRODE PAIRS FOR WATER TREATMENT WITH
CONTINUOUS SYSTEM
Andri Lukismanto* dan Abdu Fadli Assomadi**
Jurusan Teknik Lingkungan-FTSP-ITS
*email: andri_l@enviro.its.ac.id
**email: assomadi@its.ac.id
Abstrak
Telah dilakukan percobaan elektrokoagulasi pada outlet bak prasedimentasi PDAM
Karang Pilang I dengan kekeruhan antara 100 130 NTU, menggunakan sistem yaitu batch dan
kontinyu.kuat arus dan waktu kontak terbaik pada sistem batch digunakan sebagai dasar dalam
sistem kontinyu yaitu dengan menggunakan kuat arus sebesar 2 A dengan waktu kontak yaitu
15menit ;16,7menit ;20menit;25menit ;33,3menit. Berdasar percobaan yang telah dilakukan
didapatkan hasil yang terbaik yaitu pada waktu kontak 33,3menit untuk efisiensi penurunan
kekeruhan sebesar 64% dan pada debit 20menit untuk penurunan warna sebesar 65,87%. Analisa
biaya yang dilakukan pada proses ini adalah sebesar Rp 140,96 untuk elektrokoagulasi dan
sebesar Rp 220 apabila kita menggunakan koagulan kimia dengan jumlah besi yang terlarut
sebesar 6,128 gr setiap 196 L air yang diolah.
Kata kunci : Pengolahan Air, Elektrokoagulasi, Besi, Kontinyu
Abstract
In this electrocoagulation experiments using water samples originated from the outlet basin
taps prasedimentasi PDAM Karang Pilang I , which has a turbidity of 100-130 NTU, then
performed the analysis on the two systems are batch and continuous. The best results on the batch
system is used as the basis in determining the continuous system is by using the current of 2 A with
a discharge of 15, 16,7 , 20, 25, 33,3min. Based experiments have been carried out which showed
the best results in discharge of 33min for turbidity reduction efficiency of 64% and on discharge of
20min for color reduction of 65.87%. Cost analysis conducted in this process is Rp 140.96
electrocoagulation process and Rp 220 if we use a chemical coagulant to the amount of dissolved
iron at 6.128 grams per 196 liters of water were processed.
Keywords: Water treatment, electrocoagulation, Iron, Continuous

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ketersediaan air bersih di daerah kota merupakan hal yang vital untuk menunjang
keberlangsungan aktifitas manusia sehari hari, tidak dapat dipungkiri bahwa semakin
berkembangnya zaman akan terjadi peningkatan jumlah penduduk dan akhirnya meningkat pula
kebutuhan akan air bersih. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surabaya adalah salah satu
pemasok air minum ke masyarakat yang mengambil air baku dari sungai dimana harus sesuai
dengan baku mutu sebagai air baku air minum. Dalam upaya penjernihan air baku, PDAM
Surabaya menggunakan koagulan kimia yang tidak sedikit, penggunaan bahan kimia misalnya
koagulan yang berlebih akan terjadi terjadi peningkatan biaya operasional Untuk menanggulangi
biaya yang dikeluarkan diperlukan alternatif penganti tawas dan pastinya lebih efisien yaitu dengan
Teknologi Elektrokoagulasi sebagai pengganti proses koagulasi flokulasi yang sudah ada.
Adanya permasalahan diatas maka diperlukan suatu teknologi pengganti kebutuhan
koagulan kimia yang semakin meningkat yaitu dengan metode elektrokoagulasi yaitu dengan
mengalirkan arus ke suatu lempeng elektroda sehingga dapat menghasilkan ion ion yang dapat
bertindak seperti koagulan yang dapat mengikat pengotor dalam air baku
1.2. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan, sebagai berikut:
1. Hubungan antara waktu kontak dan kuat arus terhadap efisiensi penurunan warna dan
kekeruhan dengan menggunakan elektroda Besi (Fe) pada sistem batch.
2. Hubungan antara waktu kontak dan kuat arus terhadap efisiensi penurunan warna dan
kekeruhan dengan menggunakan elektroda Besi (Fe) pada sistem kontinyu.
3. Berapa jumlah besi yang terlarut dan perbandingan biaya yang diperlukan untuk proses
elektrokoagulasi dibandingkan dengan penggunaan koagulan kimia.
1.3.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:


1. Menentukan waktu kontak dan kuat arus terhadap efisiensi penurunan warna dan kekeruhan
terbaik dengan menggunakan elektroda Besi (Fe) pada sistem batch.
2. Menentukan pengaruh waktu kontak dan kuat arus pada elektroda terhadap efisiensi
penurunan warna dan kekeruhan terbaik dengan menggunakan elektroda Besi (Fe) pada
sistem kontinyu.
3. Menghitung jumlah besi yang terlarut dan perbandingan biaya yang diperlukan untuk proses
elektrokoagulasi dibandingkan dengan penggunaan koagulan kimia. (FeCl3)

1.4. Teori
Proses elektrokoagulasi merupakan gabungan dari proses elektrokimia dan proses koagulasiflokulasi. Sel elektrokimia adalah sel yang menghasilkan transfer bentuk energi listrik menjadi
energi kimia atau sebaliknya, melalui saling interaksi antara arus listrik dan reaksi redoks. Kajiankajian yang mempelajari perubahan kimia oleh sebab adanya transfer elektron disebut elektrokimia
(Santoso et al., 2000) dan Proses koagulasi dengan menggunakan koagulan yaitu suatu proses
destabilisasi dan penggabungan dari partikel-partikel koloid dan halus yang tersuspensi dengan
menggunakan bahan koagulan. Koagulan yang banyak digunakan adalah kapur, tawas, dan kaporit.
Pertimbangan pemberiannya adalah karena garam-garam Ca, Fe, dll yang bersifat tidak larut dalam
air akan mengendap bila bertemu dengan sisa-sisa basa (Kusnaedi, 1995).
Teknik elektrokoagulasi menggunakan arus searah (Direct Current) yang menyebabkan ion
dari anoda yang dikorbankan menyisihkan kontaminan melalui reaksi kimia dan pengendapan atau
dengan mengikat partikel koloid kemudian menyisihkannya melalui flotasi. pH, jenis dan
konsentrasi polutan, ukuran dan posisi gelembung, stabilitas flok dan kecepatan pengendapan,
semua itu dipengaruhi oleh proses elektrokoagulasi. Mekanisme dari elektrokoagulasi dapat dilihat
pada Gambar 1. Ketika anoda dan katoda sudah dihubungkan dengan sumber arus dari luar, maka

akan terjadi reaksi oksidasi pada anoda, selanjutnya air direduksi menjadi gas hidrogen dan ion
hidroksil (OH-). Reaksi elektrokimia yang terjadi adalah sebagai berikut :
1.

Reaksi pada anoda

M(s) M(aq)n+ + ne2H2O(l) + 2e- 4H+(aq) + O2(g) + 4e2. Reaksi pada katoda
M(aq)n+ + ne- M(s)
2H2O(l) + 2e- H2(g) + 4OH-

Gambar 1 Mekanisme elektrokoagulasi (Niam et al., 2007)


Diyakini terdapat tiga mekanisme yang terlibat dalam proses tersebut yaitu elektrokoagulasi, elektro-flotasi dan elektro-oksidasi. Dalam elektrokoagulasi dengan arus listrik yang
mengalir diantara dua elektroda, koagulan dihasilkan di dalam reaktor tersebut oleh oksidasi dari
material anoda. Dengan anoda besi, Fe(OH)n

dengan n=2 atau 3 dibentuk pada anoda.

Terdapat dua mekanisme untuk memproduksi logam hidroksida.


Akibat aliran arus listrik searah ke dalam larutan elektrolit akan terjadi perubahan kimia dalam
larutan tersebut. Menurut Michael Faraday lewatnya arus 1 F mengakibatkan oksidasi 1 massa
ekivalen suatu zat pada suatu elektroda (anoda) dan reduksi 1 massa ekivalen suatu zat pada
elektroda yang lain (katoda).
Hukum Faraday I: massa zat yang dihasilkan di elektroda selama proses elektrolisis berbanding
lurus dengan banyaknya mol elektron (kuantitas kelistrikan) yang diberikan ke elektroda.
4

w~Q
w = massa zat yang diendapkan (g).

w ~ I.t

Q = jumlah arus listrik = muatan listrik (C)


w = e.I.t = gek.I.t =

= Ar.I.t

n. F

e = tetapan = (gek : F)
I = kuat arus listrik (A).
gek = massa ekivalen zat (gek).
t = waktu (dt).
n = valensi ion.
Ar = massa atom relatif.
F = bilangan faraday = 96 500 C.
Massa ekivalen = massa zat yang sebanding dengan 1 mol elektron = 6,02 x 1023 . 1 gek ~ 1 mol

2. METODOLOGI
Pada penelitian ini dilakukan analisa terhadap kemampuan elektroda dari plat Besi (Fe)
sebagai anoda dan katoda dalam menurunkan kekeruhan dan warna dengan menggunakan metode
elektrokoagulasi. Ada dua tahapan dalam analisa ini yaitu Percobaan Pendahuluan (sistem Batch)
dan Percobaan Lanjutan (Sistem Kontinyu). Percobaan pendahuluan dilakukan terhadap variasi
waktu kontak dan kuat arus yang digunakan dalam metode batch untuk mengetahui besarnya
pengaruh waktu kontak dan kuat arus terhadap efisiensi penurunan kekeruhan dan warna yang
terbaik, Kuat arus yang dipakai adalah 1,2 A; 0,9A; 0,6 A; dan 1,2 A, serta waktu yang dipakai
adalah 120 ,60, 40 dan 30 detik.

Percobaan Lanjutan (Sistem Kontinyu) dilakukan dengan aliran kontinyu dengan


menggunakan elektroda Besi (Fe) sebagai anoda dan katoda dengan menggunakan variasi debit
yang merupakan hasil dari waktu kontak terbaik.dari percobaan pendahuluan sehingga didapatkan
debit dan kuat arus yag terbaik dalam analisa ini. Pada penelitian ini juga dilakukan perbandingan
tehadap karakteristik fisik flok yang dihasilkan dengan metode elektrokoagulasi dan dengan
penggunaan bahan kimia
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian elektrokoagulasi ini dilakukan dua percobaan yaitu percobaan pendahuluan
yang dilakukan dengan sistem batch dan percobaan lanjutan dengan sistem kontinyu
3.1 Percobaan Pendahuluan
Percobaan pendahuluan dilakukan dengan Sistem Batch yaitu menggunakan air sampel yang
diambil dari outlet PDAM Karangpilang I dengan karakteristik kekeruhan sebesar 100 130 NTU
dan range pH antara 6 8 kemudian dianalisa dalam wadah berukuran 1000 ml dimana sampel
diberi aliran arus dan waktu kontak sesuai dengan yang ditentukan. Pada saat arus mengalir
dilakukan pengadukan dengan menggunakan magnetik stirrer dengan kecepatan 200 rpm dan 50
rpm sebagai proses pengadukan cepat dan pengadukan lambat. Pengambilan sampel dalam
percobaan pendahuluan dilakukan sebelum operasi dan setelah proses sedimentasi selama 15 menit.
Percobaan pendahuluan bertujuan mendapatkan kuat arus dan waktu kontak terbaik kemudian
diagunakan pada sistem kontinyu. Parameter yang digunakan adalah kekeruhan, pH, warna, dan
Daya Hantar Listrik (DHL).

3.1.1. Analisa Kekeruhan

Proses elektrokoagulasi dapat meningkatkan efisiensi penurunan kekeruhan (Niam dkk,


2006), Berikut grafik efisiensi penurunan kekeruhan dalam percobaan kali ini

Gambar 2. Efisiensi Penurunan Kekeruhan


Pada percobaan ini dapat dilihat bahwa perubahan kuat arus dan waktu kontak dapat
mempengaruhi efisiensi penurunan kekeruhan. Secara keseluruhan dengan peningkatan kuat arus
dan waktu kontak maka semakin besar dosis koagulan yang ditambahkan maka akan semakin
banyak ion ion aquometalik Fe(OH)3 yang mendestabilisasi koloid sehingga semakin banyak flok
yang terbentuk dan akhirnya terjadi pengendapan, hal ini menyebabkan persentase penurunan
semakin meningkat (Karamah, 2005). Penurunan kekeruhan dapat terjadi karena adanya reaksi
selama proses elektrokoagulasi, yaitu:
Anoda : 4 Fe (s) 4 Fe2+ (aq) + 8 e
4 Fe2+ (aq) + 10 H2O (l) + O2 (g) 4 Fe(OH)3 (s) + 8 H+ (aq)
Katoda : 8 H+ (aq) + 8 e 4 H2 (g)
Total : 4 Fe (s) + 10 H2O (l) + O2 (g) 4 Fe(OH)3 (s) + 4 H2 (g)
Pada hasil percobaan juga dapat dilihat secara fisik adanya endapan berwarna cokelat
kemerahan dan warna air berwarna kecokelatan yang muncul hal ini dikarenakan adanya reaksi :
Fe(H2O)3(OH)3(aq) Fe(H2O)3(OH)3(s)
Fe(H2O)3(OH)3(aq) keluar sebagai buih warna putih dari anoda semakin lama membentuk flok
baik mengendap atau mengapung dalam bentuk Fe(H2O)3(OH)3(s) dengan bergabung dengan koloid

sehingga warna putih berubah menjadi warna cokelat kemerahan. Secara bersamaan timbul Warna
kuning diakibatkan oleh lepasnya Fe2+ dimana larut dalam air.
Pada percobaan ini didapatkan efisiensi terbesar penurunan sebesar 68,75% yaitu pada
sampel yang mengalami perlakuan dengan kuat arus 1,2 Ampere dan waktu kontak 60 detik yaitu
dari kekeruhan awal sebesar 128 NTU menjadi 40 NTU. Ternyata pada kondisi terbaik ini masih
belum memenuhi kriteria kekeruhan yang masuk ke filter yaitu sebesar kurang dari 5 NTU. Hal ini
kemungkinan dikarenakan waktu untuk proses sedimentasi yang kurang karena waktu pengendapan
untuk koagulan dari garam Fe adalah 1 jam (Aguiler dkk dalam Karamah, 2006) sehingga masih
banyak flok flok yang belum turun untuk mengendap.
3.1.2. Analisa perubahan pH
pH sampel dapat mempengaruhi kelarutan dari suatu koagulan. Semakin mudah larut suatu
koagulan, maka semakin mudah terbentuknya ion aquometalik yang akhirnya semakin cepatnya
partikel koloid ternetralisasi membentuk flok. Apabila reaksi tidak berada pada pH optimal maka
ion aquometalik semakin sulit terbentuk, yang akhirnya mengurangi jumlah partikel koloid yang
dapat ternetralisasi membentuk flok. Pembentukan gas Hidrogen (H2) pada katoda selama proses
elektrokoagulasi juga terjadi seiring dengan lepasnya ion OH- ke dalam larutan. Berikut tabel
perubahan pH pada percobaan ini

Tabel 1 Perubahan nilai pH pada Percobaan Pendahuluan


I

30 detik

40 detik

60 detik

120 detik

(A) pHo
7.0

pHt
7.2

pH pHo
6.5

pHt
7.1

pH

pHo
7.0

pHt
7.2

pH

pHo
7.1

pHt
7.4

pH

0.3

8
7.0

0
7.2

0.12 0
6.8

0
7.3

0.60

0
7.3

0
7.4

0.20

5
7.4

1
7.5

0.26

0.6

6
7.5

9
7.7

0.23 0
7.3

5
7.4

0.55

0
7.4

0
7.4

0.10

0
7.5

0
8.1

0.10

0.9

0
7.8

0
8.1

0.20 5
8.0

0
7.5

0.05

0
7.1

7
6.3

0.07

0
7.9

6
7.1

0.66

1.2

0.30 5

-0.55

-0.85

-0.73

Telah dijelaskan pada teori sebelumnya bahwa terjadi dua mekanisme yang mungkin terjadi
pada proses elektrokoagulasi sehingga berpengaruh pada perubahan pH yang terjadi. Pada saat kuat
arus antara 0,3 0,9 Ampere terjadi kenaikan kenaikan nilai pH, hal ini disebabkan karena katoda
memproduksi ion hidroksi (OH-) secara berlebih (Babu et al., 2007), seiring dengan pertambahan
waktu proses elektrolisa (listrik dinyalakan dalam air) maka pH akan meningkat, dengan adanya
peningkatan pH ini maka dapat diketahui bahwa proses koagulasi berjalan, dengan reaksi yaitu
Pada Anoda :
Fe Fe2+ + 2 eFe 2+ + 2 OH- Fe(OH)2
Pada Katoda :
2 H2O + 2 e- H2 + 2 OHReaksi Keseluruhan :
Fe2+ + 2 H2O + O2 Fe(OH)2 + H2
Jika kondisi air sampel mempunyai pH lebih besar dari 6 maka ion aquometalic Fe(OH)2
akan secara mudah teroksidasi menjadi

ferric hydroxide (Fe(OH)3) oleh oksigen terlarut dan

membentuk flok yang sangat tidak terlarut dengan reaksi sebagai berikut :
4Fe(OH)2 + O2 + H2O 4 Fe(OH)3

Secara umum memang terjadi kenaikan pH tetapi pada percobaan berikutnya terjadi
penurunan pH hal ini dikarenakan produksi ion H+ pada saat proses elektrokoagulasi yaitu pada
reaksi
Pada Anoda :
4 Fe 4 Fe 2+ + 8 e4 Fe 2+ + 10 H2O + O2 4 Fe(OH)3 + 8 H+
Pada Katoda :
8 H+ + 8e- 4 H2
Reaksi Keseluruhan :
4 Fe 2+ + 10 H2O + O2 4 Fe(OH)3 + 4 H2
Alasan dilakukan pengukuran pH adalah dengan adanya perubahan nilai pH maka dapat
dipastikan bahwa proses elektrokimia / elektrolisis telah berjalan, sehingga elektrokoagulasi dapat
dilihat atau dikontrol dari terbentuknya gelembung gelembung yang muncul dan perubahan nilai
pH.
3.1.3. Analisa Perubahan Warna
Parameter warna merupakan hal yang penting dalam air karena mempengaruhi estetika
dalam hal penggunaannya sehingga sesungguhnya proses koagulasi dan flokulasi yang
dilaksanakan pada air berwarna tidak lain adalah melaksanakan proses adsorpsi dengan bantuan
penambahan bahan kimia .Berikut grafik efisiensi penuruna warna yang terjadi dalam proses ini.

10

Gambar 3. Grafik Efisiensi Penurunan Warna


Pada proses elektrokoagulasi diatas dapat diketahui bahwa warna mengalami penurunan.
Penurunan warna disebabkan oleh proses adsorbsi, dimana substansi molekul meninggalkan larutan
dan bergabung pada permukaan zat padat (koagulan) dari proses elektrokoagulasi. Proses adsorbsi
disini berfungsi untuk menyisihkan senyawa-senyawa aromatik dan senyawa organik terlarut.
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa terjadi penurunan warna pada sampel air seiring
dengan penurunan kekeruhan pada sampel air dengan penurunan terbesar terjadi pada saat air
sampel dialiri arus sebesar 1,2 Ampere dengan waktu 120 detik. Terdapat permasalahan yaitu
timbulnya warna kuning kecokelatan akibat adanya pada air setelah proses elektrokoagulasi tetapi
masih memenuhi baku mutu Permenkes No. 907 Tahun 2002 yaitu kurang dari 15 TCU.
Pada analisa warna terdapat kekurangan yaitu analisa warna dilakukan dengan standar PtCo
seharusnya dilakukan analisa terhadap warna yang diakibatkan oleh Fe2+ sehingga dapat diketahui
hasil warna setelah proses elektrokoagulasi dengan menggunakan logam Besi dimana berwarna
kuning. Maka dibuatlah kurva kalibrasi besi untuk dibandingkan dengan kurva kalibrasi standar
PtCo didapatkan pada tabel berikut.

11

Tabel 2. Perbandingan nilai kalibrasi


PtCo
R
0,999
Y
0,005x
(hasil pengamatan)

Fe
0,994
0,019x + 0,023

3.1.4. Perubahan Nilai Daya Hantar Listrik (DHL)


Nilai Daya Hantar Listrik (DHL) suatu larutan mengindikasikan kemampuannya untuk
menghantarkan arus listrik yang berhubungan dengan konsentrasi terionisasi dalam larutan.
Sehingga diperlukan perhitungan terhadap penurunan yang terjadi pada percobaan elektrokoagulasi.
Berikut grafik selama analisa perubahan Daya Hantar Listrik

Gambar 4. Grafik Efisiensi Penurunan Warna


Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa proses elektrolisa atau elektrokoagulasi
dapat menurunkan Daya Hantar Listrik (DHL) dengan besaran yang berbeda-beda. Hal ini terjadi
karena distribusi komposisi ion yang berbeda dapat menyebabkan nilai konduktivitas yang berbedabeda pula, karena Daya Hantar Listrik (DHL) mengindikasikan ion-ion terlarut dalam air sampel.
Pada percobaan diatas penurunan DHL pada sampel air tidak terlalu besar dengan penurunan
tertinggi yaitu saat perlakuan dengan menggunakan kuat arus sebesar 1,2 Ampere selama 120 detik
yaitu sebesar 11,74%. Menurut Sawyer et al (1996), tiap ion memiliki nilai konduktivitas yang
berbeda-beda. Semakin tinggi angka kekeruhan sampel, dalam hal ini dikaitkan dengan kandungan
zat padat terlarut yang terdapat dalam sampel, maka semakin tinggi pula nilai DHLnya. Menurut

12

Alaerts dan Sumestri (1984), angka DHL seimbang dengan jumlah zat padat terlarut (garam
terlarut). Nilai DHL tinggi pada larutan dengan jumlah zat padat terlarut yang tinggi pula. Pada
proses elektrokogulasi, semakin lama waktu operasi sehingga dosis yang dikeluarkan semakin
meningkat akan meningkatkan efisiensi penurunan nilai TDS (Karamah, 2006)
Nilai DHL diperlukan dikarenakan diperlukan pergerakan ion dari katoda ke anoda sehingga
proses ini dapat berjalan, penurunan nilai DHL dapat diindikasikan dengan penurunan kuat arus
pada saat proses elektrokoagulasi berlangsung.

3.2. Percobaan Lanjutan (Sistem Kontinyu)


Percobaan Lanjutan dilakukan dengan pada reaktor kontinyu yaitu menggunakan air sampel
dari outlen PDAM Karangpilang I dianalisa dengan mengalirkan air sampel tersebut pada sebuah
reaktor dengan variasi kuat arus dan waktu terbaik yang didapatkan dari percobaan pendahuluan,
hasil yang didapatkan yaitu pada kuat arus 120 Ampere dan waktu kontak 60 detik.
3.2.1. Penentuan Kebutuhan Kuat Arus dan Debit yang Digunakan pada Reaktor Kontinyu
Pada reaktor kontinyu, reaktor elektrokoagulasi-flokulasi-sedimentasi menjadi satu
rangkaian. Pada percobaan lanjutan menggunakan elektroda besi dengan dimensi 300 mm x 50 mm
x 5 mm dengan jumlah total 10 buah yang dipasang pararel.
Perhitungan :
Berdasar dari percobaan pendahuluan, diperoleh data berikut :

Kuat Arus sebesar 1,2 Ampere

Waktu kontak 60 detik

Volume air 1liter

Sehingga dapat diartikan bahwa debit pada percobaan pendahuluan yaitu


1 liter / menit

13

Pada reaktor kontinyu, volume ruangan elektrokoagulasi sebesar 25 liter. Sehingga dibutuhkan arus
sebesar :
25 x 1,2 Ampere

= 30 Ampere

Jadi dibutuhkan arus sebesar 30 Ampere dengan debit 25 liter / menit. Pada percobaan kali ini
peralatan yang ada mempunyai nilai arus maksimum yaitu sebesar 2 Ampere sehingga debit kontak
yang dibutuhkan sebesar
Q=

25 liter/meni t
= 1,66 liter / menit
30 Ampere
2 Ampere

Semakin lama waktu proses elektrokoagulasi maka pembetukan H2 dan OH- semakin
banyak sehingga semakin banyak pula jumlah kompleks yang mengikat polutan dan jumlah gas
hidrogen. Dengan demikian jumlah polutan dalam larutan akan semakin berkurang (Putero. S.H.
dkk, 2008). Oleh karena itu berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh besar kuat arus yang
dibutuhkan untuk percobaan kontinyu sebesar 2A dengan debit yaitu 1,66 dm3/liter sehingga
dilakukan variasi debit yaitu sebesar 1,66 l/menit ; 1,5 l/menit ; 1,25 l/menit ; 1 l/menit dan 0,75
l/menit atau apabila dikonversi ke waktu kontak adalah sebesar 15 , 16,7 , 20 , 25 , 33,3 menit.
3.2.2. Analisa Perubahan Kekeruhan, pH, warna, dan Daya Hantar Listrik
Seperti halnya pada percobaan pendahhuluan, Percobaan Lanjutan juga menganalisa
perubahan yang terjadi pada Kekeruhan, pH, warna, dan Daya Hantar Listrik pada air sampel
sehingga didapatkan pada tebel berikut ini

14

Gambar 5. Grafik efisiensi penurunan kekeruhan pada Percobaan Lanjutan

Gambar 6. Grafik Efisiensi Penurunan Warna pada Percobaan Lanjutan

Gambar 7. Grafik Efisiensi Penurunan DHL pada Percobaan Lanjutan

Pada Gambar 5 di atas dapat diketahui bahwa semakin kecil debit yang dipakai maka
semakin besar penurunan kekeruhan yang terjadi, hal ini dikarenakan semakin kecil debit maka
waktu kontak antara elektroda yang dialiri arus listrik dengan air semakin lama sehingga banyak
terjadi pengikatan antara Fe3+ terhadap partikel sehingga terbentuk flok yang semakin banyak
berwarna cokelat. Jadi efisiensi penurunan kekeruhan terbesar pada percobaan kali ini berada pada
debit kontak sebesar 0,75 liter / menit yaitu sebesar 64 %.
Pada Gambar 6 dapat diketahui bahwa terjadi penurunan warna sejalan dengan penurunan
debit yang masuk ke reaktor kontinyu. Warna yang timbul ternyata masih sesuai dengan

15

PERMENKES No. 907 Tahun 2002. Jadi, penurunan warna terbesar berada pada waktu kontak
sebesar 1,25 liter / menit yaitu sebesar 65,87% untuk standar PtCo
Berdasarkan Gambar 7 di atas dapat diketahui bahwa Daya Hantar Listrik (DHL) pada
sampel air mengalami penurunan seiring dengan berkurangnya debit air yang masuk dalam reaktor
dengan penurunan terbesar terjadi pada debit 0,75 liter / menit yaitu sebesar 16,67 %
Selain adanya perubahan kekeruhan , warna dan daya hantar listrik juga terjadi perubahan
nilai pH pada proses elektrokoagulasi, perubahan ini ditampilkan dalam tabel berikut
Tabel 3 . Penurunan Nilai pH sampel air
debit
(liter/menit)
1.66
1.5
1.25
1
0.75

pHo

pHf

Ph

7.6
7.6
7.62
7.6
7.85

7.4
7.3
7.22
7.3
7.62

-0.2
-0.3
-0.4
-0.3
-0.23

Pada percobaan kontinyu dapat dilihat bahwa pH cenderung tetap atau tidak mengalami
perubahan karena pada dasarnya penurunan 0,2 0,4 pada pH tidak terlalu berpengaruh pada hasil
elektrokoagulasi. penurunan pH hal ini dikarenakan produksi ion H+ pada saat proses
elektrokoagulasi yaitu pada reaksi
Pada Anoda:
4 Fe 4 Fe 2+ + 8 e4 Fe 2+ + 10 H2O + O2 4 Fe(OH)3 + 8 H+
Pada Katoda :
8 H+ + 8e- 4 H2
Reaksi Keseluruhan :
4 Fe 2+ + 10 H2O + O2 4 Fe(OH)3 + 4 H2

16

3.3. Analisa Berat Plat Besi


Untuk mengetahui berat plat Besi (Fe) yang melarut atau melepaskan ionnya dapat dihitung
dari masa logam Besi yang larut dengan cara perhitungan secara teoritis, yaitu sebagai berikut:
Berdasarkan dari kondisi yang optimal maka didapatkan debit air yang digunakan adalah sebesar
0,75 liter / menit, dengan volume reaktor sebesar 196 L maka waktu kontak adalah selama
t

= V

196 Liter

= 4,4, jam

0,75 L/menit

Berdasarkan hasil perhitungan secara teoritis


Apabila tanpa diperhitungkan densitas bahan, menggunakan hukum Faraday . Arus yang
mengalir pada setiap rangkaian paralel sebesar 2 A, berat atom Besi = 56 , n (jumlah ekivalen
elektron yang terlibat) = 3, maka jumlah masa yang teroksidasi atau terlarut sebesar:
m=

2 Ax ( 4,4 x3600 ) x56


Ixtxa
= 6,128 gr
=
nxF
3 x96500

jadi pada percobaan kontinyu dengan penurunan sebesar 64%, elektroda besi yang meluruh sebesar
6,128 gr
3.4. BIAYA OPERASIONAL
3.4.1 Proses Elektrokoagulasi
Untuk menghitung biaya pengolahan elektrokoagulasi, diberikan batasan-batasan sebagai berikut.
1. Biaya operasional adalah biaya pengoperasian instalasi listrik rumah tangga sesuai dengan
golongan tarif yang ditetapkan PLN.
2. Perhitungan biaya pengoperasian tidak termasuk biaya beban listrik sesuai golongan tarif
yang ditetapkan PLN.
3. Biaya pembuatan/investasi alat tidak dihitung sebagai biaya pengoperasian.

17

4. Biaya dihitung untuk penurunan kekeruhan tertinggi dari hasil percobaan yaitu pada tingkat
64%.
Untuk penurunan kekeruhan pada prosentase 64%, alat elektrokoagulasi dioperasikan pada :
1. Jarak antara elektrode 1,5 cm
2. Arus listrik 2 Ampere
3. Jumlah elektrode 10 buah
4. Lama air dalam bak 4,4 jam
Volume air yang dihasilkan 196 liter,
Daya listrik yang digunakan dalam satuan Kilo Watt Hour (KWh) adalah :
P = V.I.h/1000
Dimana :
P = daya listrik (KWh)
V = Potensial listrik (volt)
I = Arus Listrik (ampere)
H = waktu (jam)
Biaya Litrik Rp 1200 / kwh

Tegangan (V) yang dikeluarkan untuk pengoperasian alat pada I = 2 Ampere adalah 9 Volt. Waktu
operasi selama 4,4 jam adalah :
P = 9 x 2 x 4,4/1000
= 0,0792 KWh
Biaya listrik untuk menghasilkan 196 liter air adalah biaya pemakaian KWh (Rp/KWh) dikalikan
dengan besarnya daya listrik yang digunakan.
Biaya listrik = Rp 1200 x 0,0792
= Rp 95

18

jadi apabila dipakai terus menerus selama 24 jam, maka biaya yang dibutuhkan tiap hari adalah
sebesar Rp 95,00 x 24/4,4 = Rp 520,00
Besi yang telarut pada saat proses elektrokoagulasi adalah
6,128 gr dengan harga besi Rp. 7500,00 / kg , sehingga biaya yang dikeluarkan sebesar
0,006128 kg x Rp. 15.000 = Rp 45,96
Jadi total biaya yang dikeluarkan sebesar
Rp 95 + Rp 45,96 = 140,96 tiap 196 air yang terolah

3.4.2. Proses Koagulasi dengan Koagulan Kimia (FeCl3)


Pada perhitungan biaya operasional yaitu dihitung jumlah FeCl3 yang diperlukan untuk mengolah
air sebanyak yang telah dilakukan dalam elektrokoagulasi yaitu sebanyak 196 Liter. Maka dosis
yang diperlukan adalah dengan menghitung dari kuat arus optimum yaitu sebesar 1,2 Ampere jadi :
w=

IxtxMr
nxF

w = 1,2 A x 60 detik x 162,5


3 x 96500
w = 0,040 gr
w = 40 mg dalam 1 liter air sampel
jadi diperlukan dosis 40 mg/l
Dari data datas dapat dihitung kebutuhan FeCl3 adalah sebagai berikut dengan harga tiap kg sebesar
Rp.25.000,00
FeCl3 (kg) = 40 mg / liter. x 196 Liter = 0,007840 kg
Jadi biaya yang diperlukan
Biaya (Rp) = 0,007840 kg x Rp.25.000,00
= Rp. 196.,00

19

Biaya listrik pada saat jartest adalah menggunakan alat dengan daya sebesar 200 watt dengan waktu
1 menit koagulasi dan 5 menit flokulasi
= 200 watt x 0,1 jam
= 20 wh / 1000
= 0,02 kwh
Biaya listrik 0,02 x Rp. 1200 = 24 rupiah
Total biaya yang diperlukan adalah Rp 196 + Rp 24 = Rp 220

4. Kesimpulan dan Saran


4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan elektrokoagulasi baik pada percobaan pendahuluan maupun
percobaan lanjutan dapat diketahui bahwa :
1

Pada percobaan pendahuluan pada sistem batch didapatkan :


nilai efisiensi penurunan kekeruhan terbesar adalah 68,75% yang terjadi pada saat air
sampel diberi arus listrik sebesar 1,2 Ampere dengan waktu kontak selama 60 detik
nilai efisiensi penurunan warna terbesar adalah 69,37 % yang terjadi pada saat air sampel
diberi arus listrik sebesar 1,2 Ampere dengan waktu kontak selama 120 detik.

Pada percobaan lanjutan pada sistem kontinyu didapatkan :


nilai efisiensi penurunan kekeruhan terbesar adalah 64 % yang terjadi pada saat air sampel
diberi arus listrik sebesar 2 Ampere dengan waktu kontak 33menit
nilai efisiensi penurunan warna terbesar adalah 65,87 % yang terjadi pada saat air sampel
diberi arus listrik sebesar 2 Ampere dengan waktu kontak 20menit

Biaya yang dikeluarkan dan besi yang terlarut yaitu

20

Pada Proses elektrokoagulasi sebesar Rp 140,96 dan apabila menggunakan koagulan kimia
sebesar Rp 220 tiap 196 liter air yang terolah atau 36% lebih murah dengan menggunakan
proses elektrokoagulasi
Berat besi yang terlarut sebesar 6,128 gr tiap 196 liter air yang terolah
4.2. Saran
1. Perlu dilakukan analisa kadar Fe dalam air hasil elektrokoagulasi apakah masih memenuhi
baku mutu Permenkes 907 tahun 2002
2. Warna kuning yang muncul, masih mengganggu estetika sehingga diperlukan pengolahan
lanjutan untuk mereduksi warna

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Alaerts, G., dan Sumestri S. 1984. Metode Penelitian Air. Surabaya : Usaha Nasional
Karamah, E. F., dan Bismo, S.. 2006. Pengaruh Dosis Koagulan PAC Dan Surfaktan SLS
Terhadap Kinerja Proses Pengolahan Limbah Cair Yang Mengandung Logam Besi(Fe),
Tembaga (Cu), Dan Nikel (Ni) Dengan Flotasi Ozon. Departemen Teknik Kimia,
Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Kampus UI Depok
Karamah, E. F., dan Kostiano, F. G,. 2005.Perbandingan Pralakuan Koagulasi dengan
menggunakan FeSO4.7H2O dan Al2(SO4)3.18H2O Terhadap Kinerja Membran Mikrofiltrasi
Polypropilene Hollow Fiber. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Proses Kimia VII
2005. ISSN 1410-9891
Kusnaedi, 1995. Mengolah Air Gambut dan Air Kotor untuk Air Minum. Penebar Swadaya
Niam, M. F., Othman, F., Sohaili, J., dan Fauzia, Z.. 2006.Combined

Magnetic

Field

and Electrocoagulation Process for Suspended Solid Removal from Wastewater.


Proceedings of the 1st International Conference on Natural Resources Engineering

21

& Technology 2006. Putrajaya, Malaysia


Niam, M. F., Othman, F., Sohaili, J., dan Fauzia, Z.. 2006. Enhancing Suspended Solids
Removal From Wastewater Using Fe Electrodes. Malaysian Journal of Civil Engineering
18(2) : 139-148
Sawyer, C dan Perry L.M. 1994. Chemistry For Environmental Engineering 3rd Edition.
New York : McGraw Hill, Book Company,

22

Anda mungkin juga menyukai