Anda di halaman 1dari 26

Tugas Mata Kuliah:Manajemen Produksi dan Operasi

Dosen: Prof. Dr. Ir. Marimin, MSc

TUGAS KUNJUNGAN INDUSTRI

Penerapan Material Requirement Planning (MRP) dan


Perencanaan Tata Letak Proses ProduksiPT. Mondelz
IndonesiaManufacturing Kawasan Jababeka I - Cikarang

KELOMPOK SOYA:
AHMAD MUKTI ALMANSUR
BATARA MANURUNG
IKA NOVI INDRIATI
INDANA SARAMITA RACHMAN
SALI SUBAKTI
TRI WULANDARI

P056131942.46E
P056132022.46E
P056132062.46E
P056132072.46E
P056132192.46E
P056132252.46E

PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
APRIL 2014

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 3
RINGKASAN ......................................................................................................... 4
BAB I ...................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN .................................................................................................. 5
I.1 Latar Belakang ............................................................................................... 5
I.2 Tujuan ............................................................................................................ 7
BAB II ..................................................................................................................... 8
LANDASAN TEORI .............................................................................................. 8
II.1. Material Requirement Planning ................................................................... 8
II.1.1 PengertianMaterial Requirement Planning ............................................ 8
II.1.2. Tujuan Material Requirement Planning ................................................ 9
II.1.3. Kelebihan dan Kelemahan Material Requirement Planning ............... 10
II.1.4. Input, Proses, Output Material Requirement Planning ....................... 11
II.2. Perencanaan Tata Letak Proses Produksi ................................................... 13
II.2.1. Pengertian Tata Letak Fasilitas atau Pabrik ........................................ 13
II.2.2. Pentingnya Tata Letak Dan Pemindahan Bahan ................................. 14
II.2.3. Tujuan Perancangan Fasilitas .............................................................. 14
II.2.4. Tipe Tata Letak Fasilitas Produksi...................................................... 16
BAB III ................................................................................................................. 19
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 19
III.1. Profil PT. Mondelez Indonesia Manufacturing ........................................ 19
III.2. Penerapan MRP di PT. Mondelz Indonesia Manufacturing ................... 20
III.3.Perencanaan Tata Letak Proses Produksi PT. Mondelz
Indonesia Manufacturing ........................................................................ 22
BAB IV ................................................................................................................. 25
PENUTUP ............................................................................................................. 25
IV.1. Kesimpulan .............................................................................................. 25
IV.2. Saran ......................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 26

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karenaatas
berkatRahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
kunjungan industriini tepat pada waktunya. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini terjadi banyak kekurangan sehingga diperlukan adanya
saran dan kritik dari teman-teman khususnya para dosen dan pembimbing sangat
kami harapkan demi untuk perbaikan yang positif pada penulisan makalah pada
waktu yang akan datang.

Tak lupa pula kami ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak
Manajemen PT. Mondelz International Manufacturing Cikarang Plant dan
seluruh pihak yang telah memberikan sumbangsih pemikiran yang sangat berarti
dan berharga buat kami sehingga penulisan makalah ini dapat terealisasi.

Jakarta, 19 April 2014


Penulis,

TEAM SOYA

RINGKASAN
Makalah ini berisi tentang hasil kunjungan industri pada PT. Mondelez Indonesia
Manufacturing (MIM) pada tanggal 07 April 2014, yang berlokasi di Komplek
Jababeka Industrial Estate, Jalan Jababeka VII Kav.K-2, Cikarang Bekasi
17530., dalam rangka untuk mempelajari kasus penerapan Material Requirement
Planning (MRP) dan Penerapan Process Layout (Tata Letak Produksi) di Pabrik
MIM yang memproduksi biskuit Oreo, Ritz dan Biskuat.
Hasil yang kami peroleh yaitu pada penerapan MRP, PT. MIM menggunakan
sistem SAP (System Application and Products) di dalam keseluruhan aktifitas
proses produksi dimulai dari perencanaan, pembelian, pengolahan, pengemasan,
hingga proses distribusi dan penyimpanan produk. Penerapan tersebut telah
membantu perusahaan dalam efisiensi waktu di dalam menghasilkan produk dan
mengirimkan

produk

kepada

pelanggan

dengan

tepat

waktu,

dimana

keterlambatan barang berkurang, lead time minimal, dan manajemen persediaan


menjadi lebih efisien. Sedangkan penerapan proses layout dilakukan pada
keseluruhan fasilitas pabrik yang ada mulai dari area administrasi, pergudangan,
proses produksi, penyimpanan bahan baku, dan barang jadi.

Kata kunci: MRP, SAP, Layout, PT. MIM

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Suatu perusahaan dalam pandangan ekonomi makro memiliki peranan yang
penting dalam perekonomian suatu Negara, yaitu dalam mengambil peran sebagai
penggerak roda ekonomi, sehingga akan meningkatkan total produksi sebuah
Negara. Sedangkan secara mikro perusahaan mempunyai kegiatan utama yaitu
melakukan proses bisnis dalam rangka mendapatkan keuntungan secara ekonomi
dengan beragam aktifitas, mulai dari perencanaan, proses produksi barang dan
jasa, pengelolaan personalia, manajemen keuangan, proses pembelian bahan baku
dan bahan kemasan dan pendistribusian hasil-hasil produksi, kegiatan-kegiatan
tersebut berguna dalam pencapaian tujuan dari suatu perusahaan.
Pada dasarnya tujuan dari suatu perusahaan adalah keuntungan berupa uang,
apapun bentuk jenis usaha yang dilakukan.Untuk dapat mencapai tujuan tersebut,
maka perusahaan harus melaksanakan aktivitasnya dengan lancar cepat dan hemat
biaya, sehingga dapat memenuhi selera konsumen dan mendapat kepercayaan
yang tinggi sebagai salah satu modal yang sangat vital. Dengan adanya
kepercayaan dari konsumen maka dapat dipastikan bahwa produk yang dibuat
akan dimanfaatkan oleh mereka. Untuk menjamin kebutuhan-kebuthan konsumen
akan produk yang diproduksi oleh perusahaan maka perushaan perlu mengontrol
persediaan yang ada agar siap menjawab kebutuhan konsumen setiap saat tepat
pada waktunya, oleh karena itu perusahaan hendaklah menerapkan suatu sistem
atau metode yang efektif guna merespon masalah-masalah yang ada.
Salah satu cara untuk mengendalikan persediaan adalah dengan metode
Material Requirement Planning (MRP). MRP merupakan teknik pendekatan yang
bertujuan meningkatkan produktivitas perusahaan dengan cara menjadwalkan
kebutuhan akan material dan komponen untuk membantu perusahaan dalam
mengatasi kebutuhan minimum dari komponen-komponen yang kebutuhannya
dependen dan menjamin tercapainya produksi akhir. Material Requirement
Planning muncul pada tahun 60an oleh Oliver Weight yang berasosiasi dengan
Joseph Oirlicky, yang pertama kali diterapkan di Toyota Company Jepang.
(Plenert, 1999)

Plenert (1999) menyatakan banyaknya metode dalam manajemen material


yang dapat digunakan untuk menentukan waktu dan volume pengadaan material,
mengharuskan para pengambil keputusan harus menguasai setiap metode
pengadaan material dalam manajemen material, mengetahui kelebihan dan
kekurangan setiap metode serta dapat menggunakan metode yang tepat sesuai
dengan keadaan yang dihadapi. Salah satu metode didalam manajemen material
adalah Material Requirement Planning (MRP) yang pada mulanya adalah suatu
metode pemesanan material, maka pada saat ini metode tersebut telah digunakan
sebagai alat perencanaan dan pengawasan terhadap fungsi manajemen.Material
requirement planning juga merupakan konsep dari suatu mekanisme untuk
menghitung material yang dibutuhkan, kapan diperlukan dan berapa banyak.
Pada perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan yang menghasilkan
barang jadi, proses produksi merupakan kegiatan inti dari perusahaan tersebut.
Produksi bisa berjalan dengan lancar apabila bahan baku yang merupakan input
dari proses produksi tersedia sesuai dengan kebutuhan. Tersedianya bahan baku
tidak lepas dari perencanaan (planning) dan pengendalian (controlling).
Perencanaan bahan baku bermanfaat untuk menjaga kelangsungan proses
produksi yang berdampak pada kelangsungan hidup perusahaan dan untuk
mengantisipasi pada setiap permintaan konsumen yang datang secara tidak
terduga. Dengan adanya persediaan bahan baku maka perusahaan dapat
memenuhi permintaan konsumen. Sistem yang dapat digunakan untuk pengadaan
bahan baku adalah MRP (Material Requirement Planning) atau sistem kebutuhan
bahan baku. Sistem MRP dapat digunakan untuk mengetahui jumlah bahan baku
yang

akan dipesan

sesuai dengan kebutuhan untuk

produksi

dengan

memperhitungkan juga biaya-biaya yang akan timbul akibat dari persediaan,


seperti biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.
Tata letak pabrik atau tata letak fasilitas merupakan cara pengaturan
fasilitas-fasilitas

pabrik

untuk

menunjang

kelancaran

proses

produksi

(Wignjosoebroto, S., 1996). Tata letak pabrik ini meliputi perencanaan dan
pengaturan letak mesin, peralatan, aliran bahan dan orang-orang yang bekerja
pada masing-masing stasiun kerja.Jika disusun secara baik, maka operasi kerja
menjadi lebih efektif dan efisien.

Dalam proses produksi tersebut, aliran bahan (material handling) terlihat


bolak-balik. Hal ini mengakibatkan proses produksi terganggu atau akan berhenti,
karena material handling akan sejalan dengan pelaksanaan proses produksi.
Selama proses produksi berlangsung, material handlingakan selalu muncul. Perlu
diingat bahwa material handling adalah seni dan ilmu yang meliputi penanganan,
pemindahan, pembungkusan (pengepakan), penyimpanan, sekaligus pengendalian
atau pengawasan dari bahan atau material dengan segala bentuknya, atau proses
pemindahan bahan dari satu lokasi ke lokasi lain ( Wignjosoebroto, S., 1996 ).
Kondisi tersebut menyebabkan proses produksi berlangsung lama dan
dengan tata letak yang tidak selalu berubah-ubah, maka setiap kekeliruan yang
dibuat dalam perencanaan tata letak ini akan menyebabkan kerugian yang tidak
kecil bagi perusahaan.
Perencanaan layout yang cermat tanpa diimbangi perencanaan material
handling yang baik, akan sia-sia untuk diterapkan. Sebab akan terjadi kesulitan
pemindahan bahan, arus bahan baku sampai produk akhir terganggu, akibat lebih
jauh tingkat produktivitas perusahaan menurun. Oleh karena itu perlu sekali
dilakukan perencanaan tata letak fasilitas dan perencanaan material handling. Hal
ini dapat dilakukan dengan metode penyusunan layout yang tepat yang akan
menghasilkan perencanaan layout fasilitas baru yang terbaik.

I.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini sebagai berikut:

Mampu menjelaskan tujuan dari Material Requirement Planning dan


Perencanaan Tata Letak Proses Produksi

Mampu menjelaskan Kelebihan dan Kekurangan Material Requirement


Planning dan Perencanaan Tata Letak Proses Produksi

Mengetahui Input, Proses, dan Output dari Material Requirement Planning


dan Perencanaan Tata Letak Proses Produksi

BAB II
LANDASAN TEORI
II.1. Material Requirement Planning
II.1.1 PengertianMaterial Requirement Planning
Perencanaan kebutuhan material (MRP) dapat didefinisikan sebagai suatu
teknik atau set prosedur yang sistematis untuk penentuan kuantitas serta waktu
dalam proses perencanaan dan pengendalian item barang (komponen) yang
tergantung pada itemitem tingkat (level) yang lebih tinggi (dependent demand).
Ada 4 kemampuan yang menjadi ciri utama dari sistem MRP yaitu:
1.

Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat.

2.

Membentuk kebutuhan minimal untuk setiap item.

3.

Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan.

4.

Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal


yang sudah direncanakan.

Perencanaan kebutuhan material atau sering dikenal dengan Material


Requirement

Planning

(MRP)

adalah

suatu

sistem

informasi

yang

terkomputerisasi untuk mengatur persediaan permintaan yang dependent dan


mengatur jadwal produksi.Sistem ini bertujuan untuk mengurangi tingkat
persediaan dan meningkatkan produktivitas. Terdapat dua hal penting dalam MRP
yaitu lead time, dan berapa banyaknya jumlah material yang siap dipesan
Dengan metode MRP dapat memesan sejumlah barang atau persediaan
sesuai dengan jadwal produksi, maka tidak akan ada pembelian barang walaupun
persediaan telah berada pada tingkat terendah. MRP dapat mengatasi masalahmasalah kompleks dalam persediaan yang memproduksi banyak produk. Masalah
yang ditimbulkannya antara lain kebingungan inefisiensi, pelayanan yang tidak
memuaskan konsumen, dan lain - lain.
Penentuan kebutuhan material yang pasti dalam proses produksi akan
meminimalkan kerugian yang timbul dalam kaitannya dengan persediaan. Dengan
menggunakan metode MRP untuk melakukan penjadwalan produksi, maka
perusahaan akan menentukan secara tepat perencanaan tanggal penyelesaian
pekerjaan yang realistik, pekerjaan dapat selesai tepat pada waktunya, janji
kepada konsumen dapat ditepati dan waktu tengang pemesanan dapat dikurangi.

II.1.2. Tujuan Material Requirement Planning


Secara umum, sistem MRP dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagai
berikut :
1. Meminimalkan Persediaan MRP menentukan berapa banyak dan kapan suatu
komponen diperlukan disesuaikan dengan Jadwal Induk Produksi (JIP). Dengan
menggunakan komponen ini, pengadaan (pembelian) atas komponen yang
diperlukan untuk suatu rencana produksi dapat dilakukan sebatas yang diperlukan
saja sehingga dapat meminimalkan biaya persediaan.
2.

Mengurangi

resiko

karena

keterlambatan

produksi

atau

pengriman

MRP mengidentifikasikan banyaknya bahan dan komponen yang diperlukan baik


dari segi jumlah dan waktunya dengan memperhatikan waktu tenggang produksi
maupun pengadaan atau pembelian komponen, sehingga memperkecil resiko tidak
tersedianya bahan yang akan diproses yang mengakibatkan terganggunya rencana
produksi.
3. Komitmen yang realistis. Dengan MRP, jadwal produksi diharapkan dapat
dipenuhi sesuai dengan rencana, sehingga komitmen terhadap pengiriman barang
dilakukan secara lebih realistis. Hal ini mendorong meningkatnya kepuasan dan
kepercayaan konsumen.
4. Meningkatkan efisiensi. MRP juga mendorong peningkatan efisiensi karena
jumlah persediaan, waktu produksi, dan waktu pengiriman barang dapat
direncanakan lebih baik sesuai dengan Jadwal Induk Produksi (JIP).
Dengan demikian terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan MRP
(Material Requirements Planning), yaitu :
a. Menentukan kebutuhan pada saat yang tepat. Kapan pekerjaan harus
selesai atau material harus tersedia agar Jadwal Induk Produksi (JIP) dapat
terpenuhi.
b. Menentukan kebutuhan minimal setiap item melalui sistem penjadwalan.
c. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanaan. Kapan pemesanan atau
pembatalan pemesanan harus dilakukan.
d. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang
harus direncanakan didasarkan pada kapasitas yang ada.

II.1.3. Kelebihan dan KelemahanMaterial Requirement Planning


II.1.3.1. Kelebihan MRP
Adapun kelebihan dari MRP sebagai berikut:

Kemampuan memberi harga lebih kompetitif

Mengurangi harga penjualan

Mengurangi Inventori

Pelayanan pelanggan yang lebih baik

Respon terhadap permintaan pasar lebih baik

Kemampuan mengubah jadwal induk

Mengurangi biaya setup

Mengurangi waktu menganggur

Memberi catatan kemajuan sehingga manager dapat merencanakan order


sebelum pesanan aktual dirilis

Memberitahu kapan memperlambat akan sebaik mempercepat

Menunda atau membatalkan pesanan

Mengubah kuantitas pesanan

Memajukan atau menunda batas waktu pesanan

Membantu perencanaan kapasitas

II.1.3.2. Kelemahan MRP


Problem utama penggunaan sistem MRP adalah integritas data. Jika terdapat
data salah pada data persediaan, bill material data/master schedule kemudian juga
akan menghasilkan data salah. Problem utama lainnya adalah MRP systems
membutuhkan data spesifik berapa lama perusahaan menggunakan berbagai
komponen dalam memproduksi produk tertentu (asumsi semua variable). Desain
sistem ini juga mengasumsikan bahwa "lead time" dalam proses in manufacturing
sama untuk setiap item produk yang dibuat.
Proses manufaktur yang dimiliki perusahaan mungkin berbeda diberbagai
tempat. Hal ini berakibat terjadinya daftar pesanan yang berbeda karena
perbedaaan jarak yang jauh.The overall ERP system dapat digunakan untuk
mengorganisaisi sediaan dan kebutuhan menurut individu perusaaannya dan

10

memungkinkan terjadinya komunikasi

antar

perusahaan sehingga

dapat

mendistribuskan setiap komponen pada kebutuan perusahaan.


Hal ini mengindikasikan bahwa sebuah sistem enterprise perlu diterapkan sebelum
menerapkan sistem MRP. Sistem ERP system dibutuhkan untuk menghitung
secara reguler dengan benar bagaimana kebutuhan item sebenarnya yang harus
disediakan untuk proses produksi.
MRP tidak mengitung jumlah kapasitas produksi.Meskipun demikian,
dalam jumlah yang besar perlu diterapkan suatu sistem dalam tingkatan lebih
lanjut, yaitu MRP II.MRP II adalah sistem yang mengintegrasikan aspek
keuangan. Sistem ini mencakup perencanaan kapasitas kegagalan dalam
mengaplikasikan sistem MRP biasanya disebabkan oleh kurangnya komitmen top
manajemen, kesalahan memandang MRP hanyalah software yang hanya butuh
digunakan secara tepat, integrasi MRP JIT yang tidak tepat, Membutuhkan
pengoperasian yang akurat, dan Terlalu kaku.

II.1.4. Input, Proses, Output Material Requirement Planning


II.1.4.1. Input MRP
Input yang dibutuhkan dalam konsep MRP, yaitu sebagai berikut:
1. Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedule), merupakan ringkasan
skedul produksi produk jadi untuk periode mendatang yang dirancang berdasarkan
pesanan pelanggan atau peramalan permintaan. JIP berisi perencanaan secara
mendetail mengenai jumlah produksi yang dibutuhkan untuk setiap produk akhir
beserta periode waktunya untuk suatu jangka perencanaan dengan memperhatikan
kapasitas yang tersedia.Sistem MRP mengasumsikan bahwa pesanan yang dicatat
dalam JIP adalah pasti, kendatipun hanya merupakan peramalan.
2. Status Persediaan (Inventory Master File atau Inventory Status Record),
merupakan catatan keadaan persediaan yang menggambarkan status semua item
yang ada dalam persediaan yang berkaitan dengan:
a.

Jumlah persediaan yang dimiliki pada setiap periode (on hand inventory).

b.

Jumlah barang yang sedang dipesan dan kapan pesanan tersebut akan
datang (on order inventory).

c.

Lead time dari setiap bahan.

11

3. Struktur Produk (Bill Of Material), merupakan kaitan antara produk dengan


komponen penyusunnya yang memberikan informasi mengenai daftar komponen,
campuran bahan dan bahan baku yang diperlukan untuk membuat produk. BOM
juga memberikan deskripsi, penjelasan dan kuantitas dari setiap bahan baku yang
diperlukan untuk membuat satu unit produk.
II.1.4.2. Proses MRP
Langkahlangkah dasar dalam penyusunan MRP, yaitu antara lain:
1. Netting
yaitu proses perhitungan jumlah kebutuhan bersih untuk setiap periode selama
horison perencanaan yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor
dengan jadwal penerimaan persediaan dan persediaan awal yang tersedia.
2.Lotting
yaitu penentuan besarnya ukuran jumlah pesanan (lot size) yang optimal untuk
sebuah item berdasarkan kebutuhan bersih yang dihasilkan.
3. Offsetting
yaitu proses yang bertujuan untuk menentukan saat yang tepat melaksanakan
rencana pemesanan dalam pemenuhan kebutuhan bersih. Penentuan rencana saat
pemesanan ini diperoleh dengan cara mengurangkan kebutuhan bersih yang harus
tersedia dengan waktu ancang-ancang (lead time).
4. Exploding
merupakan proses perhitungan dari ketiga langkah sebelumnya yaitu netting,
lotting dan offsetting yang dilakukan untuk komponen atau item yang berada pada
level dibawahnya berdasarkan atas rencana pemesanan
II.1.4.3.Output MRP
Output MRP sekaligus juga mencerminkan kemampuan dan ciri dari MRP,
yaitu :
1. Planned Order Schedule (Jadwal Pesanan Terencana) penentuan jumlah
kebutuhan material serta waktu pemesanannya untuk masa yang akan
datang.
2. Order Release Report (Laporan Pengeluaran Pesanan) berguna bagi
pembeli yang akan digunakan untuk bernegoisasi dengan pemasok dan

12

berguna juga bagi manajer manufaktur yang akan digunakan untuk


mengontrol proses produksi.
3. Changes to Planning Orders (Perubahan terhadap pesanan yang telah
direncanakan) yang merefleksikan pembatalan pesanan, pengurangan
pesanan dan pengubahan jumlah pesanan.
4. Performance Report (Laporan Penampilan), suatu tampilan yang
menunjukkan sejauh mana sistem bekerja, kaitannya dengan kekosongan
stok dan ukuran yang lain.

II.2. Perencanaan Tata Letak Proses Produksi


II.2.1. Pengertian Tata Letak Fasilitas atau Pabrik
Menurut Wignjosoebroto (2009), tata letak pabrik atau tata letak fasilitas
dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna
menunjang kelancaran proses produksi. Pengaturan tersebut akan berguna untuk
luas area penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran
gerakan perpindahan material, penyimpanan material baik yang bersifat temporer
maupun permanen, personel pekerja dan sebagainya. Tata letak pabrik ada dua hal
yang diatur letaknya yaitu pengaturan mesin dan pengaturan departemen yang ada
dari pabrik. Bilamana kita menggunakan istilah tata letak pabrik seringkali hal ini
akan kita artikan sebagai pengaturan peralatan/fasilitas produksi yang sudah ada
ataupun bisa juga diartikan sebagai perencanaaan tata letak pabrik yang baru sama
sekali.
Pada umumnya tata letak pabrik yang terencana dengan baik akan ikut
menentukan efisiensi dan dalam beberapa hal akan juga menjaga kelangsungan
hidup ataupun kesuksesan kerja suatu industri. Peralatan dan suatu desain produk
yang bagus akan tidak ada artinya akibat perencanaan tata letak yang
sembarangan saja. Karena aktivitas produksi suatu industri secara normalnya
harus berlangsung lama dengan tata letak yang tidak selalu berubah-ubah, maka
setiap kekeliruan yang dibuat didalam perencanaan tata letak ini akan
menyebabkan kerugian-kerugian yang tidak kecil.
Tujuan utama didalam desain tata letak pabrik pada dasarnya adalah untuk
meminimalkan total biaya yang antara lain menyangkut elemen-elemen biaya

13

seperti biaya untuk kontruksi dan instalasi baik untuk bangunan mesin, maupun
fasilitas produksi lainnya. Selain itu biaya pemindahan bahan, biaya produksi,
perbaikan, keamanan, biaya penyimpanan produk setengah jadi dan pengaturan
tata letak pabrik yang optimal akan dapat pula memberikan kemudahan di dalam
proses supervisi serta menghadapi rencana perluasan pabrik kelak dikemudian
hari.
II.2.2. Pentingnya Tata Letak Dan Pemindahan Bahan
Keuntungan-keuntungan yang didapat berupa kenaikan jumlah produksi,
mengurangi waktu tunggu, mengurangi waktu proses pemindahan bahan,
penghematan penggunaan area untuk produksi, gudang, dan pelayanan, kemudian
pendayagunaan yang lebih besar dari pemakaian mesin, tenaga kerja, dan fasilitas
produksi. Selain itu, proses manufakturing yang lebih singkat, mengurangi resiko
bagi kesehatan dan keselamatan kerja dari operator, memperbaiki moral dan
kepuasan kerja, mempermudah aktivitas supervisi, mengurangi kemacetan dan
kesimpangsiuran, dan mengurangi faktor yang bisa merugikan dan mempengaruhi
kualitas dari bahan baku ataupun produk jadi.
II.2.3. Tujuan Perancangan Fasilitas
Tata letak dan pemindahan bahan berpengaruh paling besar pada
produktifitas dan keuntungan dari suatu perusahaan bila dibandingkan dengan
faktor-faktor lainnya.Selain itu, material handling sangat berpengaruh sebagai
50% penyebab kecelakaan yang terjadi dalam industri dan merupakan 40% dari
80% seluruh biaya operasional. Dalam pelaksanaanya, tata letak dan material
handling memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Secara garis besar, tujuan utama dari perancangan tata letak adalah
mengatur area kerja beserta seluruh fasilitas produksi di dalamnya untuk
membentuk proses produksi yang paling ekonomis, aman, nyaman, efektif, dan
efisien. Selain itu, perancangan tata letak juga bertujuan untuk mengembangkan
material handling yang baik, penggunaan lahan yang efisien, mempermudah
perawatan, dan meningkatkan kemudahan dan kenyamanan lingkungan kerja.
Terdapat

beberapa

keuntungan

tata

letak

fasilitas

yang

baik,

yaitu:

1. Menaikkan output produksi

14

Pada umumnya, tat letak yang baik akan memberikan output yang lebih besar
dengan ongkos kerja yang lebih kecil atau sama, dengan jam kerja pegawai yang
lebih kecil dan jam kerja mesin yang lebih kecil.
2. Mengurangi delay
Mengatur keseimbangan antara waktu operasi dan beban dari tiap-tiap departemen
atau mesin adalah bagian dari tanggung jawab perancang tata letak fasilitas.
Pengaturan yang baik akan mengurangi waktu tunggu atau delay yang berlebihan
yang dapat disebabkan oleh adanya gerakan balik (back-tracking), gerakan
memotong (cross-movement), dan kemacetan (congestion) yang menyebabkan
proses perpindahan terhambat.
3. Mengurangi jarak perpindahan barang
Dalam proses produksi, perpindahan barang atau material pasti terjadi. Mulai dari
bahan baku memasuki proses awal, pemindahan barang setengah jadi, sampai
barang jadi yang siap untuk dipasarkan disimpan dalam gudang. Mengingat begitu
banyaknya perpindahan barang yang terjadi dan betapa besarnya peranan
perpindahan barang, terutama dalam proses produksi, maka perancangan tata letak
yang

baik

akan

meminimalkan

biaya

perpindahan

barang

tersebut.

4. Penghematan pemanfaatan area


Perancangan tata letak yang baik akan mengatasi pemborosan pemakaian ruang
yang berlebihan.
5. Pemaksimalan pemakaian mesin, tenaga kerja, dan/atau fasilitas produksi
lainnya.
6. Proses manufaktur yang lebih singkat
Dengan memperpendek jarak antar proses produksi dan mengurangi bottle neck,
maka waktu yang diperlukan untuk mengerjakan suatu produk akan lebih singkat
sehingga total waktu produksi pun dapat dipersingkat.
7. Mengurangi resiko kecelakaan kerja
Perancangan tata letak yang baik juga bertujuan untuk menciptakan lingkungan
kerja yang aman, dan nyaman bagi para pekerja yang terkait di dalamnya.
8. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman
Dengan penataan lingkungan kerja yang baik, tertata rapi, tertib, pencahayaan
yang baik, sirkulasi udara yang baik , dsb, maka suasana kerja yang baik akan

15

tercipta sehingga moral dan kepuasan kerja para pekerja akan meningkat. Hal ini
berpengaruh pada kinerja karyawan yang juga akan meningkat sehingga
produktivitas kerja akan terjaga.
9. Mempermudah aktivitas supervisor
Tata letak yang baik akan mempermudah seorang supervisor untuk mengamati
jalannya proses produksi.
Dalam PTLP ini pada dasarnya akan merupakan proses pengurutan dari
suatu perencanaan tata letak yang sistematis. Urutan proses tersebut dapat
dikemukakan sebagai berikut :
1. Pemilihan Lokasi
2. Opeation Process Chart (OPC)
3. Routing Sheet
4. Multi Product Process Chart (MPPC)
5. Menentukan Gudang
6. Ongkos Material Handling (OMH)
7. From To Chart (FTC)
8. Outflow, Inflow
9. Tabel Skala Prioritas (TSP)
10. Activity Relationship Diagram (ARD)
11. Activity Relationship Chart (ARC)
12. Area Alocation Diagram (AAD)
II.2.4. Tipe Tata Letak Fasilitas Produksi
Menurut Wignjosoebroto (2009), pemilihan dan penempatan alternatif tata
letak merupakan langkah yang kritis dalam proses perencanaan fasilitas produksi,
karena tata letak yang dipilihakan menentukan hubungan fisik dariaktivitas
produksi yang berlangsung.Penetapan mengenai macam spesifikasi,jumlah dan
luas area dari fasilitas produksiyang diperlukan merupakan langkah awalsebelum
perencanaan pengaturan tata letakfasilitas.
Salah satu alasan orang cenderung untukmemusatkan perhatian terlebih
dahulupada tata letak baru kemudian sistempemindahan bahannya terletak
padapenekanan terhadap proses manufacturingyang berlangsung. Ada empat

16

macam atautipe tata letak yang secara klasik umumdiaplikasikan dalam desain
tata letak,yaitu :
a. Tata Letak Fasilitas Berdasarkan AliranProduksi
Menurut Wignjosoebroto (2009), jika suatu produk secara khusus
memproduksi suatu macam produk atau kelompok produk dalam jumlah besar
dan waktu produksi yang lama, maka semua fasilitas produksi dari pabrik tersebut
diatur sedemikian rupa sehingga proses produksi dapat berlangsung seefisien
mungkin. Dengan tata letak berdasarkan aliran produksi, maka mesin dan fasilitas
produksi lainnya akan diatur menurut prinsip mesin sesudah mesin atau prosesnya
selalu berurutan sesuai dengan aliran proses, tidak peduli macam mesin yang
dipergunakan.
b. Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Lokasi Material Tetap
Menurut Wignjosoebroto (2009), tata letak fasilitas berdasarkan proses
tetap, material atau komponen produk utama akan tetap pada posisi/lokasinya.
Sedangkan

fasilitas

produksi

seperti

alat,

mesin,

manusia

serta

komponenkomponen kecil lainnya akan bergerak menuju lokasi material atau


komponen produk utama tersebut. Pada proses perakitan tata letak tipe ini alat dan
peralatan kerja lainnya akan cukup mudah dipindahkan. Berikut skema diagram
dari tata letak fasilitas produksi yang diatur berdasarkan posisi material tetap.
c. Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Kelompok Produk
Tata letak tipe ini didasarkan pada pengelompokkan produk atau
komponen yang akan dibuat. Produk-produk yang tidak identik dikelompok
berdasarkan langkah-langkah proses, bentuk, mesin atau peralatan yang dipakai
dan sebagainya. Disini pengelompokkan tidak didasarkan pada kesamaan jenis
produk akhir seperti halnya pada tipe produk tata letak. Pada tipe kelompok
produk, mesin-mesin atau fasilitas produksi nantinya juga akan dikelompokkan
dan di tempatkan dalam sebuah manufacturing sel. Karena disini setiap kelompok
produk akan memiliki urutan proses yang sama maka akan menghasilkan tingkat
efisien yang tinggi dalam proses manufakturingnya. Efisiensi tinggi tersebut akan
dicapai sebagai konsekuensi pengaturan fasilitas produksi secara kelompok atau
sel yang menjamin kelancaran aliran kerja.

17

d. Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Fungsi atau Macam Proses


Menurut Wignjosoebroto (2009), tata letak berdasarkan macam proses
sering dikenal dengan proses atau tata letak berdasarkan fungsi adalah metode
pengaturan dan penempatan dari segala mesin serta peralatan produksi yang
memiliki tipe atau jenis sama ke dalam satu departemen. Dalam tata letak menurut
macam proses, semua mesin dan peralatan yang mempunyai ciri operasi yang
sama akan dikelompokkan bersama sesuai dengan proses atau fungsi kerjanya.

18

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1. Profil PT. Mondelez Indonesia Manufacturing
PT. Mondelz Indonesia Manufacturing adalah salah satu pabrik dari
Mondelz International Group, yang sebelumnya dikenal dengan nama Kraft
Foods International. Pabrik ini berlokasi di Komplek Jababeka Industrial Estate,
Jalan Jababeka VII Kav.K-2, Cikarang Bekasi 17530.Pabrik ini memproduksi
beberapa produk biskuit seperti oreo, ritz, biskuat dan chips ahoy serta produkproduk ekspor. PT. Mondelez Indonesia Manufacturing memiliki karyawan +/1100 Karyawan, dengan sistem kerja 3 shift.

Perusahaan ini berdiri pada tahun 1996 dengan nama PT. Nabisco Indonesia,
kemudian berubah menjadi PT. Kraft Food Indonesia, dan pada tahun 2009
kemudian berubah menjadi PT. Mondelez Indonesia Manufacturing.

19

III. 2. Penerapan MRP di PT. Mondelz Indonesia Manufacturing


Sebagai salah perusahaan FMCG (Fast Moving Consumer Goods), PT.
Mondelez Indonesia Manufacturing melakukan aktifitas bisnisnya menggunakan
sistem operasi SAP yang digunakan untuk seluruh aktifitas proses produksi dari
perencanaan, pembelian bahan baku, produksi produk jadi, penyimpanan barang
dan distribusi produk jadi produksi.
MRP (Material Requirement Planning) adalah suatu sistem perencanaan
dan penjadwalan kebutuhan material untuk produksi yang memerlukan beberapa
tahapan proses atau fase. MRP merupakan suatu rencana produksi untuk sejumlah
produk jadi yang diterjemahkan ke dalam masing-masing komponen yang
dibutuhkan dengan waktu tenggang, sehingga ditentukan kapan dan berapa
banyak bahan yang dipesan untuk masing-masing komponen produk yang dibuat
(Rangkuti, 2004:144)

Gambar Proses Flow Proses Perencanaan Produksi PT. Mondelez Indonesia


Manufacturing

Proses produksi barang jadi dimulai dengan adanya permintaan dari pasar
berupa PO (Purchase Order) yang diperoleh dari pihak distributor atau key
account (modern trade), kemudian permintaan ini disesuaikan dengan adanya stok
di gudang barang jadi, kemudian dilakukan perencanaan produksi dan MRP atau

20

perencaan kebutuhan bahan baik berupa bahan baku, bahan pengemasan dan
kebutuhan karyawan serta energy yang diperlukan seperti gas, listrik dan lain-lain.
MRP dilakukan dalam jangka waktu mingguan dan bulanan, yaitu dalam
setiap minggu dilakukan perencaan kebutuhan bahan yang dilakukan dengan cara
perhitungan oleh sistem yaitu MRP calculation based on SAP(System
Application Products).
Tabel di bawah ini adalah salah satu contoh perhitungan MRP untuk bahan
baku material tepung sesuai dengan pengolahan sistem SAP, terlihat stock awal
pada tgl 25 April 2014 sebesar 180,946.95 Kg, kemudian terdapat safety stock
sebesar 25,000 Kg, maka stock kemudian menjadi 105,946.95 Kg, kemudian pada
tanggal 13 terjadi order settlement sebesar 50,000 Kg atau konsumsi, dan
seterusnya dihitung secara automatis dengan SAP.

Tabel contoh kalkulasi MRP PT. Mondelez Indonesia Manufacturing

Demikian juga dalam MRP bahan kemasan berupa film kemasan maka
sistem SAP melakukan proses perhitungan dengan hasil berikut:

21

Tabel Hasil Perhitungan Sistem SAP Bahan Kemasan Film


Dari tabel terlihat, stok awal pada tanggal 25 April 2014 sebesar 2,070.16
M2, kemudian terjadi pembelian sebesar 4,580 M2 yang akan datang pada tanggal
20 April 2014, kemudian ada perencanaan penggunaan untuk produksi sebesar
6,172.411 M2 pada tanggal 03 Mei 2014 sehingga proyeksi stock pada tanggal
tersebut adalah 477.749 M2. Dan seterusnya dilakukan kalkulasiMRP sesuai
dengan kebutuhan produksi.
Dalam hal perencanaan produksi PT. Mondelez Indonesia Manufacturing
melakukan sesuai dengan standar penggunaan material yang tercantum dalam Bill
Of Material atau standar penggunaan material disetiap produk.
III.3. Perencanaan Tata
IndonesiaManufacturing

Letak

Proses

Produksi

PT.

Mondelz

Tata letak pabrik atau tata letak fasilitas merupakan cara pengaturan
fasilitas-fasilitas

pabrik

untuk

menunjang

kelancaran

proses

produksi

(Wignjosoebroto, S., 1996). Tata letak pabrik ini meliputiperencanaan dan


pengaturan letak mesin, peralatan, aliran bahan dan orang-orang yangbekerja pada
masing-masing stasiun kerja.Jika disusun secara baik,maka operasi kerja menjadi
lebih efektif dan efisien.
PT. Mondelez Indonesia Manufacturingmerupakan industri pengolahan
biskuit yang memiliki fasilitas produksi yang cukup besar. PT. MIM terletak di
kawasan industry Jababeka, yang merupakan kawasan industry terbesar di
Indonesia, tata letak fasilitas dan proses produksi yang ada terdiri dari 5 Line
proses produksi dan 2 gudang, yaitu Line 1 Produksi Ritz biskuit, Line 2
Produksi Mini Oreo, Line 3 Produksi Oreo Reguler, Line 4 Produksi Chips

22

Ahoy dan Crumb dan Line 5 Produksi Oreo Reguler dan 2 gudang terdiri dari
gudang bahan baku dan gudang barang jadi.
Seperti terlihat dalam gambar diatas, line proses produksi biskuit terdiri
dari bagian storage (penyimpanan) yaitu penyimpanan bahan baku curah/bulk dan
penyimpanan bahan baku berupa karung, kemudian bagian utility seperti air, gas,
compressor, boiler dan generator listrik, kemudian proses dimulai dari mixing,
kemudian forming atau pencetakan, oven/pemanggangan, kemudian konveyor
pendingin, creaming section, cooling tunnel kemudian bagian pembungkusan atau
packing dan cartoning.

Gambar Tata letak Proses Produksi Biskuit PT. MIM


Tata letak atau pengaturan dari fasilitas produksi dan area kerja yang ada
merupakan landasan utama dalam dunia industri. Pada umumnya tata letak pabrik
yang terencana dengan baik akan ikut menentukan efisiensi dan dalam beberapa
hal akan juga menjaga kelangsungan hidup ataupun kesuksesan kerja suatu
industri. Dalam membangun suatu perusahaaan harus sesuai dengan perencanaan
dan perancangan yang sesuai dengan syarat pendirian suatu perusahaan. Dengan
adanya perencanaan dan perancangan tata letak fasilitas ini, diharapkan agar aliran
proses serta pemindahan bahan yang ada di dalam suatu perusahaan berjalan
dengan lancar. Kelancaran proses produksi dapat meminimumkan biaya dan
mengoptimalkan keuntungan yang diperoleh. Selain itu, perencanaan dan

23

perancangan tata letak fasilitas ini juga berguna untuk mengoptimalkan hubungan
antar aktivitas.

Gambar Tata letak Packaging area PT. MIM


Tata letak bagian pengemasan atau packaging area, dilakukan dengan
melihat keseluruhan proses flow, sebagaimana gambar diatas, dimana setelah
produk keluar dari proses dalam kondisi naked atau biskuit belum dikemas,
kemudian diarahkan ke mesin packing masing-masing, kemudian dlakukan
pengemasan primer dengan menggunakan beberapa mesin, mesin paket atau
single produk dan mesin slug atau roll, dimana produk biskuit harus dikemas
kedalam kemasan plastic ber metalized.

24

BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
Material Requirement Planning merupakan suatu sistem yang mengatur
bahan-bahan material yang dibutuhkan untuk proses produksi karena dengan
MRP PT. MIM dapat mengefisiensikan gudang dan sekaligus mencegah
kemungkinan kehabisan bahan material atau suatu sistem penjadwalan kebutuhan
bahan baku berdasarkan tahap waktu untuk operasi produksi.
Secara umum, sistem MRP dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagai
berikut :
1. Meminimalkan Persediaan
2. Mengurangi resiko karena keterlambatan produksi atau pengriman
3. Komitmen yang realistis
4. Meningkatkan efisiensi
Penerapan proses perencanaan tata letak lokasi (layout)telah dilakukan
pada keseluruhan fasilitas pabrik PT. MIM yang ada mulai dari area administrasi,
pergudangan, proses produksi, penyimpanan bahan baku, dan barang jadi.

IV.2. Saran
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari
kesempurnaanya dan adapun kelemahan-kelemahan dari penulis dalam penulisan
makalah ini, baik itu kurangnya fasilitas yang mendukung seperti buku-buku
referensi yang begitu terbatas dalam menjamin penyelesaian penulisan makalah
ini sehingga kritik dan saran yang bersifat konstruktif baik itu dari bapak dosen
maupun dari rekan-rekan mahasiswa/i sangatlah diharapkan untuk membantu
prosses penulisan lebih lanjut.

25

DAFTAR PUSTAKA
Eddy Herjanto, Manajemen Produksi dan Operasi, Penerbit PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta, 1999.
Herry P. Chandra cs,2001, Material Requirement Planning
http://digilib.ittelkom.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=96
2:mrp-material-requirement-planning&catid=25:industri&Itemid=14
http://dodogusmao.wordpress.com/2010/07/28/material-requirement-planning/
http://sistemmanufaktur.blogspot.com/
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&qual=high&submitval=&fname=%2
Fjiunkpe%2Fs1%2Feakt%2F2002%2Fjiunkpe-ns-s1-2002-32497042-1117siantarjaya-chapter2.pdf
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/e32ffa5821cea509c1f2df3a0644d3ff2
78069ae.pdf
openstorage.gunadarma.ac.id/handouts/S1.../PTLP/PTLP.doc
http://maman6366.files.wordpress.com/2009/05/modul-3-lokasi-dan-tata-letakfasilitas.pptx
http://www.google.co.id/kangbison.files.wordpress.com/2009/05/perancangantata-letaktemu5.ppt
Plenert. G. 1999. Focusing material requirements planning (MRP) towards
performance. European Journal of Operational Research 119 (1999) 9199.
Sritomo.Tata Letak Pabrik dan PemindahanBahan.
Wigjosoebroto, S., 1996, Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Guna Widya,
Jakarta.

Zulian Yamit, Drs. Msi, Manajemen Persediaan, Penerbit Ekonesia Kampus


Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta.

26

Anda mungkin juga menyukai