Anda di halaman 1dari 12

PORTOFOLIO

KASUS I
Nama Peserta: dr. Arwaini Ulfa Nasution
Nama Wahana: Puskesmas Muara Bungo I
Topik: Otitis Media Supuratif Kronik
Tanggal Kasus: 28 Mei 2015
Nama Pasien:Ny. T
No. RM:
Obyektif Presentasi:
Keilmuan
Diagnostik

Keterampilan
Manajemen
Anak

Tempat Presentasi: Aula Puskesmas


Tanggal Presentasi:
Nama Pendamping: dr. Oneng Soekiraten
Penyegaran
Masalah
Remaja
Dewasa

Tinjauan Pustaka
Istimewa
bumil

Neonatus
Bayi
Lansia
Deskripsi : Perempuan, 34 tahun. Nyeri kedua telinga (+), perasaan telinga penuh (+),
demam (-), batuk (+), pilek (+), keluar cairan hijau dari telinga (+).
Tujuan : Memberikan pengobatan dan edukasi yang tepat
Bahan Bahasan :
Tinjauan
Riset

Audit

Pustaka
Kasus
Cara Membahas :
Diskusi
Presentasi dan diskusi
Email
Pos
Data Pasien : Nama : Ny. T
No. RM :
Nama Klinik : Puskesmas Muara Bungo I Telp:
Terdaftar sejak :
Data Utama Untuk Bahan Diskusi
1. Diagnosis/ Gambaran Klinis
Sejak kurang lebih 2 hari yang lalu, pasien mengeluhkan pada telinga kiri
mengeluarkancairan berwarna hijau dan terasa sedikit sakit. Pasien juga mengeluh
kepalanya sering terasa berat dan sedikit pusing. Pada kedua telinga terkadang terasa
berdengung, sangat gatal dan sakit. Sejak 2 minggu yang lalu pasien juga mengaku batuk
pilek dan sering mengorek-ngorek lubang telinga dengan menggunakan cotton but dan
lidi.
Pemeriksaan Fisik:
Tanda Vital
Sensorium
: Kompos Mentis
Keadaan Umum : Sedang sakit
Nadi
: 68 x/menit
RR
: 17 x/menit
Suhu
: 360 C
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Pemeriksaan Fisik
Kulit : hangat, turgor kulit baik

2.
3.
4.
5.
6.

Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)


Mulut : dalam batas normal
Paru, jantung dan abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : dalam batas normal
Genitalia : dalam batas normal
Status lokalisata telinga

Pemeriksaan
Komponen
Dextra
Sinistra
Daun Telinga Bentuk telinga luar Normal
Normal
Daun telinga
Normotia
Normotia
Retroaurikuler
Normal
Normal
Radang
Nyeri Tarik
Nyeri Tekan Tragus Dinding
Lapang
Lapang
Lapang
Warna
Merah
Merah muda
Liang
Hiperemis
Telinga
Edema
Massa
Secret
Serumen
+
+
Warna
Kuning
Kuning
Jumlah
Sedikit
Sedikit
Konsistensi
Lunak
Lunak
Membran Timpani
Tidak Utuh Warna
Pucat
Pucat
Reflex cahaya
Bulging
Retraksi
Perforasi
V
Tes garputala
Tidak dilakukan
Audiogram
Tidak dilakukan
Riwayat Pengobatan :
Pasien belum diberi obat apapun
Riwayat kesehatan/ penyakit :
Keluhan yang sama pernah dialami pasien saat berumur 9 tahun.
Riwayat Keluarga :
Tidak terdapat anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama
Riwayat pekerjaan :
Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik :
Pasien sering menggunakan cotton but dan lidi untuk mengorek telinga. Selain itu,
sewaktu kecil pasien sering mengalami infeksi saluran pernafasan akut yang jarang

diobati.
Daftar Pustaka
1. Ballenger JJ. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan LEher. Edisi 13. Jilid 2.
Jakarta: Binarupa Aksara. 1997. P392-5
2. Damayanti S, Retno W. Sumbatan Hidung. Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher Edisi keenam. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. P 10-13.
3. Endang M, Retno W, Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala Leher edisi keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2007. P 71-72
4. Endang M, Retno W, Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala Leher edisi keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2007. P 69-70

Hasil Pembelajaran Portofolio


1. Subyektif:
Sejak kurang lebih 2 hari yang lalu, pasien mengeluhkan pada telinga kiri
mengeluarkancairan berwarna hijau dan terasa sedikit sakit. Pasien juga mengeluh
kepalanya sering terasa berat dan sedikit pusing. Pada kedua telinga terkadang terasa
berdengung, sangat gatal dan sakit. Sejak 2 minggu yang lalu pasien juga mengaku
batuk pilek dan sering mengorek-ngorek lubang telinga dengan menggunakan cotton
but dan lidi. Pendengaran telinga kanan dan kiri berkurang. Keluhan yang sama
pernah dialami pasien pada saat pasien berumur 9 tahun.

2. Obyektif:
Tanda Vital
Sensorium
: Kompos Mentis
Keadaan Umum : Sedang sakit
Nadi
: 68 x/menit
RR
: 17 x/menit
Suhu
: 360 C
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Pemeriksaan Fisik
Kulit : hangat, turgor kulit baik
Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Mulut : dalam batas normal
Paru, jantung dan abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : dalam batas normal
Genitalia : dalam batas normal
Status lokalisata telinga
Pemeriksaan
Komponen
Daun Telinga Bentuk telinga luar
Daun telinga
Retroaurikuler
Radang
Nyeri Tarik
Nyeri
Tekan
Tragus
Dinding
Lapang
Warna
Liang
Hiperemis
Telinga
Edema
Massa
Secret
Serumen
Warna
Jumlah
Konsistensi
Membran Timpani
Tidak Utuh Warna
Reflex cahaya
Bulging
Retraksi
Perforasi
Tes
Tidak dilakukan

Dextra
Normal
Normotia
Normal
-

Sinistra
Normal
Normotia
Normal
-

Lapang
Merah
+
Kuning
Sedikit
Lunak

Lapang
Merah muda
+
Kuning
Sedikit
Lunak

Pucat
-

Pucat
V

garputala
Audiogram Tidak dilakukan
3. Assessment:
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien ini didiagnosa menderita otitis
media supuratif kronik, dimana pasien mengeluhkan telinga kiri keluar cairan
kehijauan dan terasa sedikit sakit. Pasien juga mengeluh kepala sering terasa berat,

sedikit pusing, batuk dan pilek. Pasien juga mengaku sering mengorek-ngorek lubang
telinga dengan menggunakan cotton but dan lidi. Pendengaran telinga kanan dan kiri
berkurang. Keluhan yang sama pernah dialami pasien pada saat berumur 9 tahun.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan membrane timpani kedua telinga tidak intak
(perforasi).
4. Plan:
Diagnosis : Dari tanda dan gejalanya kasus ini mengarah pada kasus otitis media
supuratif kronis
Pengobatan : Prinsip pengobatan OMSK adalah konservatif dan medikamentosa.
Obat tetes telinga yang mengandung antibiotic dan kortokosteroid dapat diberikan
selama 1 atau 2minggu atau pada OMSK yang sudah tenang. Pengobatan tambahan
dapat diberikan sesuai symptom, seperti antipiretik, anti histamine dan antibiotic
secara oral.
Pendidikan : Menjelaskan mengenai penyakit pasien, kemungkinan penyebab dari
penyakit pasien dan penanganan yang akan dilakukan.

Presentasi Kasus
No
1.

Isi Slide
Judul Kasus : Otitis Media Supuratif Kronis

2.

Nama Presentan : dr. Arwaini


Pendahuluan
Kasus ini adalah asli, diangkat menjadi bahan diskusi karena OMSK merupakan kasus
yang masih sering terjadi di masyarakat. Penanganan yang tidak tepat dapat

3.

menyebabkan pasien jatuh pada keadaan tuli sensorineural.


Data Pasien
Nama : Ny. T
Umur : 34 tahun
Jenis kelamin : perempuan
No. RM :

4.

Pekerjaan : ibu rumah tangga


Data Biologik
Tinggi Badan : 159 cm

5.

Berat Badan : 54 kg
Data Klinis
Anamnesis Terfokus Diagnostik:

6.

Keluar cairan berwarna hijau pada telinga kiri, terasa sedikit nyeri
Pendengaran telinga kanan dan kiri dirasa berkurang
Kebiasaan mengorek telinga dengan cotton bud dan lidi
Anamnesis Penyakit DD
Tidak adanya penurunan kesadaran
Tidak ada kejang
Pemeriksaan Jasmani
Tanda Vital
Sensorium

: Kompos Mentis

Keadaan Umum : Sedang sakit

Nadi

: 68 x/menit

RR

: 17 x/menit

Suhu

: 360 C

Tekanan Darah : 130/80 mmHg


Pemeriksaan Fisik
Kulit : hangat, turgor kulit baik
Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Mulut : dalam batas normal
Paru, jantung dan abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : dalam batas normal
Genitalia

: dalam batas normal

Status lokalisata telinga


Pemeriksaan
Daun Telinga

7.

Komponen
Bentuk telinga luar
Daun telinga
Retroaurikuler
Radang
Nyeri Tarik
Nyeri Tekan Tragus
Dinding
Lapang
Warna
Liang Telinga
Hiperemis
Edema
Massa
Secret
Serumen
Warna
Jumlah
Konsistensi
Membran Timpani
Tidak Utuh
Warna
Reflex cahaya
Bulging
Retraksi
Perforasi
Tes garputala
Audiogram
Pemeriksaan Penunjang

8.

Tes Garputlaa
Audiometri nada murni
Diagnosis

9.

Otitis Media Supuratif Kronis


Strategi Penanganan Masalah

Dextra
Normal
Normotia
Normal
Lapang
Merah
+
Kuning
Sedikit
Lunak

Sinistra
Normal
Normotia
Normal
Lapang
Merah muda
+
Kuning
Sedikit
Lunak

Pucat
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Pucat
V

Non Medikamentosa: MEnjelaskan mengenai penyakit pasien, kemungkinan

penyebab dari penyakit pasien serta rencana tatalaksana selanjutnya


Medikamentosa: Obat tetes telinga yang mengandung antibiotic dan kortikosteroid
dapat diberikan selama 1 atau 2 minggu atau pada OMSK yang sedah tenang.
Pengobatan tambahan dapat diberikan sesuai symptom, seperti antipiretik,

10.

aintihistamin, dan antibiotic secara oral.


Konsultasi dan Rujukan

11.

Tidak diperlukan
Penjelasan untuk pasien dan keluarga
OMSK terjadi dikarenakan pengobatan pradangna otitis media akut yg inadekuat.
OMSK yang tidak diberikan penanganan yang tepat pun akan menyebabkan terjadinya
tuli sensorineural dan infeksi dapat menyebar ke intracranial yang mengakibatkna
terjadinya meningitis. Salah satu penyebab terjadinya OMA adalah infeksi saluran
pernafasan atas, maka OMA dapat dicegah sedini mungkin dan kemungkinan untuk

12.

terjadinya OMSK akan semakin kecil.


Peran pasien dan keluarganya dalam penanganan masalah
Mematuhi aturan minum obat untuk mengurangi keluhan yang ada serta mematuhi

13.

saran-saran yang diberikan agar tidak terjadi komplikasi dari penyakit.


Identifikasi resiko dan pencegahannya

14.

Ilmu Dasar Kedokteran


Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) ialah infeksi kronis ditelinga tengah dengan
prforasi membrane timpani dan secret yang keluar dari telinga tengah terus menerus
atau hilang timbul, secret dapt encer atau kental, bening atau berupa nanah.
Epidemiologi
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) merupakan penyakit infeksi telinga yang
memiliki prevalensi tinggi dan menjadi masalah kesehatan di masayarakat. Di Negara
berkembang dan Negara maju prevalensi OMSK berkisar 1-46%, dengan prevalensi
tertinggi terjadi pada populasi eskimo (12-46%), sedangkan prevalensi terendah
terdapat pada populasi di Amerika dan Inggris kurang dari 1%. Di Indonesia menurut
survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran, Depkes tahun 1993-1996
prevalensi OMSK adalah 3,1% populasi. Usia terbanyak penderita infeksi telinga
tengah adalah usia 7-18 tahun, dan penyakit telinga tengah terbanyak adalah OMSK.

Etiologi
Infeksi kronis telinga tengah cenderung disertai secret purulent. Proses infeksi ini sering
disebabkan oelh infeksi campuran mikroorganisme aerobic dan anaerobic yang
multiresisten terhadap standar yang ada saat ini dan berasal dari meatus acusticus
externus, kadnag berasal dari nasofaring melalui tuba eustachius saat infeksi saluran
nafas atas. Hasil penelitan di bagian THT FKUI/RSCM ditemukan kuman OMSK
dengan koleastoma dari operasi radikal mastoidektomi. Di RSCM dari Januari sampai
April 1996 didapat kuman aerob yang paling sering ditemukan Proteus mirabilis
(58,5%), sedangkan Pseudomonas (31,5%). Sedangkna OMSK tanpa koleastoma
kuman

aerob

yang

tersering

adalah

Pseudomonas

aeruginosa

(22,46%),

Staphylococcus (16,33%). Namun secara umum, kuman penyebab yang sering dijumpai
pada OMSK di Indonesia ialah Pseudomonas aeruginosa sekitar 50%. Proteus sp 20%
dan Staphylococcus aureus 25%. Mikroorganisme lain yang juga dapat menyebabkan
OMSK

adalah

Penumococcus,

Escherichia
Streptococcus

coli,

Aspergillus,

pyogens,

Klebsiella

Streptococcus
sp,

haemolyticus,

Bacteroides

fragilis,

Haemophilus influenza. Micrococcus catarralis, Clostridium perfrigens serta beberapa


jenis virus. Diantara mikroorganisme tersebut Pseudomonas aeruginosa yang paling
seing dicurigai menyebabkan destruksi pregresif dari telinga tengah dan mastoid.
Patofisiologi
Otitis media supuratif kronis sering merupakan penyakit kambuhan daripada menetap.
Keadaan kronik ini lebih berdasarkan waktu dan stadium daripada berdasarkan
keseragaman gambaran patologik. Ketidakseragaman ini disebabkan karena proses
peradangan yang menetap atau kambuhan ini ditambah dengan efek kerusakan jaringan,
penyembuhan dan pembentukan jaringan parut. Secara umum gambaran yang
ditemukan adalah:
1. Terdapat perforasi membrane timpani dibagian sentral. Ukurannya dapat bervariasi
mulai dari 20% luas membrane timpani sampai seluruh membrane dan terkenanya
bagian-bagian dari annulus.
2. Mukosa bervariasi sesuai stadium penyakit. Dalam periode tenang akan tampak
normal kecuali bila infeksi telah menyebabkan penebalan atau metaplasia mukosa
menjadi epitel transisional.
3. Tulang-tulang pendengaran dapat rusak atau tidak, tergantung pada beratnya
infeksi sebelumnya. Biasanya presesus longus inkus telah mengalami nekrosis

karena penyakit trombotik pembuluh darah mukosa memperdarahi inkus ini.


Nekrosis lebih jarang mengenai maleus dan stapes, kecuali kalua terjadi
pertumbuhan skuamosa secara sekunder kearah dalam, sehingga arkus stapes dan
lengan maleus dapat rusak. Proses ini bukan disebabkan oleh osteomyelitis tetapi
disebabkan oleh terbentuknya enzim osteolitik atau kolagenase dalam jaringan ikat
subepitel. Bentuk otitis media akut yang berat juga dapat mengakibatkan terjadinya
daerah-daerah osteitis atau osteomyelitis dinding atau septa mastoid. Lama
kelamaan akan menyebabkan keluarnya cairan purulent, bau yang terus menerus
atau sekuesterasi tulang.
Diagnosis
Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan THT terutama
pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan penala merupakan pemeriksaan sederhana untuk
mengetahui adanya gangguan pendengaran. Untuk mnegetahui jenis dan derajat
gangguan pendengaran dapat dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni,
audiometri tutur (speech audiometry) dan pemeriksaan BERA (brainstem evoked
response audiometry) bagi pasien/anak yang tidka kooperatif dengan pemeriksaan
audiometri nada murni.
Pemeriksaan penunjang lain berupa foto rontgen mastoid serta kultur dan uji resistensi
kuman dari secret telinga.

Penatalaksanaan
Nonmedikamentosa:

Konsumsi obat secara teratur


Menajga hygiene telinga
Tidak mengorek-ngorek telinga secara sembarangan
Menjaga agar lubang telinga tidak kemasukan air

Medikamentosa
Prinsip terapi OMSK tipe aman adalah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila
secret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan
H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah secret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan
memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kontikosteroid.
Banyak ahli berpendapat bahwa semua obat tetes yang dijual dipasaran saat ini

mengandung antibiotika yang ototoksik. Oleh sebeb itu penulis menganjurkan agar oabt
tetes telinga jangan diberikan secara terus menerus selama 1 atau 2 minggu atau pada
OMSK yang sudah tenang. Secara oral diberikan antibiotika dari golongan ampisilin,
atau eritromisin, (bila pasien alergi terhadap penisilin), sebelum hasil tes resistensi
diterima. Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnay telah resisten terhadap
ampisilin dapat diberikan ampisilin asam klavunat.
Bila secret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2 bulan,
maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpaniplasti. Opersi ini bertujuan untuk
menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membrane timpani yang
perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih
berat, serta memperbaiki pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan secret tetap ada, atau terjadinya infeksi
berulang maka seumber infeksi tersebut harus diobati terlebih dahulu. Mungkin juga
perlu dilakukan pembedahan misalnya adenoidektomi atau tonsilektomi. Prinsip terapi
sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal
retroaurikuler,

maka

insisi

abses

sebaiknya

dilakukan

tersendiri

sebelum

mastoidektomi.
Komplikasi
Pasien dengan OMSK mempunyai prognosis yang baik bila mempunyai respek untuk
mengontrol infeksi. Banyak morbiditas OMSK dating dari yang berhubungan dengan
conductive hearing loss dan stigma social atas sering keluarnya cairan berbau busuk
dari telinga yang terkena. Mortilitas OMSK meningkat dari yang berhubungan dengan
komplikasi intracranial.
Ilmu kedokteran komunitas
Edukasi pasien dan keluarga pasien mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan terkait
otitis media supuratif kronis:

Selalu menjaga kebersihan dan higienitas diri, lingkungan dan makanan


Mengikuti anjuran pemakaian obat topical yang benar
Pasien disarankan agar tidak mengorek-ngorek telinga secara sembarangan dan

telinga tidak kemasukan air.


Seegra bawa pasien ke petugas kesehatan terdekat jika keadaan pasien tidak
kunjung membaik.

Anda mungkin juga menyukai