Anda di halaman 1dari 8

Portofolio

Kasus V
Nama Peserta: dr. Arwaini Ulfa Nasution
Nama Wahana: Puskesmas Muara Bungo I
Topik: Demam Tifoid
Tanggal Kasus: 4 April 2015
Nama Pasien: An. R
No. RM:
Obyektif Presentasi:
Keilmuan
Keterampilan
Diagnostik

Tempat Presentasi: Aula Puskesmas


Tanggal Presentasi:
Nama Pendamping: dr. Oneng Soekiraten

Penyegaran

Manajemen
Anak

Tinjauan Pustaka

Masalah
Remaja
Dewasa

Neonatus
Bayi
Deskripsi : Anak laki-laki 10 tahun, demam tifoid
Tujuan : Memberikan pengobatan dan edukasi yang tepat
Bahan Bahasan :
Tinjauan
Riset
Pustaka
Kasus
Cara Membahas :
Diskusi
Presentasi dan diskusi
Data Pasien : Nama : An. R
No. RM :
Nama Klinik : Puskesmas Muara Bungo I Telp:
Data Utama Untuk Bahan Diskusi
1. Diagnosis/ Gambaran Klinis

Istimewa
bumil
Lansia
Audit
Email

Pos

Terdaftar sejak :

Keluhan demam terus menerus selama 7 hari. Demam disertai gejala seperti mual,
muntah, anoreksia, nyeri ulu hati dan konstipasi.
Pemeriksaan Fisik:

Tanda Vital
Sensorium

: Kompos Mentis

Keadaan Umum : Sedang sakit

Nadi

: 86 x/menit

RR

: 24 x/menit

Suhu

: 370 C

BB

: 22 kg

Pemeriksaan Fisik
Kulit

: hangat, turgor kulit baik

Mata

: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

Mulut : lidah tampak kotor dengan tepi hiperemis


Paru, jantung dan abdomen : nyeri tekan epigastric (+), perkusi; timpani (+)

Ekstremitas : dalam batas normal


Genitalia

: dalam batas normal

2. Riwayat Pengobatan :
Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan selam demam
3. Riwayat kesehatan/ penyakit :
Sejak 5 hari yang lalu OS mengeluh demam terus menerus selama 7 hari, demam
meningkat pada malam ahri dan tidak begitu tinggi pada siang hari. Fase mengigil (-), fase
berkeringat (-), batuk (-), pilek (-) Os mengeluh abdan terasa lemas, tidak nafsu makan,
lidah terasa pahit dan nyeri ulu hati. OS juga mengeluh mual dan muntah. Buang air kecil
tidak ada kelainan. Konstipasi (+).
4. Riwayat Keluarga :
Tidak ada yang mengalami keluhan yang sama di keluarga
5. Riwayat pekerjaan :
Pasien masih bersekolah di SD
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik :
Riwayat bepergian keluar kota dalam 1 bulan terakhir disangkal. Riwayat keluhan yang
sama sebelumnya (+). Pasien pernah dirawat dirumah sakit 2 tahun yang lalu karena
demam tifoid
Daftar Pustaka
1. Soedarmo, Sumarmo S., dkk. Demam tifoid. Dalam: Buku Ajar infeksi dan pediatric
tropis. Ed.2. Jakarta : Badan Penerbit IDAI ; 2008
2. Pawitro UE, Noorvitry M, Darmowandowo W. Demam Tifoid. Dalam : Soegijanto S, Ed.
ilmu penyakit anak : diagnosis dan penatalaksanaan, edisi 1. Jakarta : Salemba Medika,
2002
3. Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin; edisi Bahasa Indonesia: A
Samik Wahab; Ilmu kesehatan Anak Nelson, ed. 15. Jakarta:EGC; 2000
4. Alan R. Tumbelaka. Diagnosis dan Tata LAksana Demam Tifoid. Dalam Pediatrics
Update. Cetakan pertama; Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta:2003
5. Prasetyo, Risky V. dan Ismoedijanto. Metode diagnostic demam tifoid pada anak.
Surabaya: FK UNAIR; 2010

Hasil Pembelajaran Portofolio


1. Subyektif:
Keluhan demam terus menerus selama 7 hari, meningkat terutama pada malam hari
dan tidak begitu panas pada pagi dan siang hari tanpa fase mengigil. Demam disertai
gejala seperti mual, muntah,a noreksia, nyeri ulu hati, dan konstipasi. Keluhan

tersebut dicurigai dapat disebabkan oelh demam tifoid atau malaria


2. Obyektif:

Tanda Vital
Sensorium

: Kompos Mentis

Keadaan Umum : Sedang sakit

Nadi

: 86 x/menit

RR

: 24 x/menit

Suhu

: 370 C

BB

: 22 kg

Pemeriksaan Fisik
Kulit

: hangat, turgor kulit baik

Mata

: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

Mulut : lidah tampak kotor dengan tepi hiperemis


Paru, jantung dan abdomen : nyeri tekan epigastric (+), perkusi; timpani (+)
Ekstremitas : dalam batas normal
Genitalia

: dalam batas normal

3. Assessment:
Berdasarkan anamnesa, kemungkinan malaria masih belum dapat disingkirkan
meskipun dari anamnesis didapatkan bahwa pola demam tidak khas untuk malaria,
tidak ada keluhan mengigil.untuk memastikan diagnosis malaria perlu dilakukan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan apusana darah tebal dan tipis. Dari sifat demam
yang remitten dan diikuti oleh adanya keluhan ganstrointestinal (mual, muntah, nyeri
perut, dan BAB cair), maka curiga sementara diagnose pasien ini adalah demam
tofoid.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan, pasien tampak sedang sakit dengan suhu tubuh
37,00C. hal ini menunjukkan pasien dalam keadaan demam. Lidah tampak kotor
dengan tepi yang hiperemis dan bradikardia relative merupakan gamabran typoid
tongue. Pada pemeriksaan abdomendidapatkan nyeri tekan epigastrium dan
peningkatan bising usus. Temuan yang didapatkan dari pemeriksaan fisik ini semakin
menguatkan kecurigaan diagnosis sementara demam tifoid.
Untuk penegakkan diagnosis dari demam tifoid dapat dilakukan pemeriksaan
panunjang berupa pemeriksaan serologi widal yang bertujuan untuk mendeteksi
adanya antibody didalam darah terhadap antigen kuman Salmonella typhi/paratypi.

Uji ini dialkukan pada awal minggu kedua sakit dan dinyatakan positif bila titer O
1/200 atau meningkat lebih dari 4x dalam interval 1 minggu. Terapi lini pertama pada
demam tifoid adalah kloramfenikol dengan dosis 50-100 mg/kbBB dibagi dalam 3
dosis.
4. Plan:
Diagnosis : Demam tifoid
Pengobatan :

Tirah baring total dan mobilisasi bertahap

Diet bubur

Kloramfenikol tab 4x500 mg sampai 5 hari bebas panas

Parasetamol tab 3x500 mg

Antasida sirup 3x1 sdt


Edukasi keluarga:
1. Memberitahu keluarga bahwa penyakit ini membutuhkan istirahat total
2. Menjaga pola makan dengan diet lunak yang diberikan dalam porsi sedikit tapi
sering, mengandung kalori dan protein yang tinggi, serta tidak merangsang
3. Menjelaskan bahwa pengobatan memakan waktu selama 10-14 hari

Presentasi kasus
No
1.

Isi Slide
Judul Kasus : demam tifoid

2.

Nama Presentan: dr. Arwaini


Pendahuluan
Kasus ini adalah asli, diangkat menjadi bahan diskusi untuk mengetahui penanganan
penyakit ini. Penyakit ini ditemukan hamper sepanjang tahun, terutama musim panas

3.

Data Pasien
Nama : An. R
Umur : 10 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
No. RM :

4.

Pekerjaan : SD
Data Biologik
Tinggi Badan : 152 cm

5.

Berat Badan : 40 kg
Data Klinis
Anamnesis Terfokus Diagnostik:

Keluhan demam terus menerus selama 7 hari

Meningkat pada malam hari

Terdapat mual, muntah, anoreksia, nyeri ulu hati dan konstipasi

Anamnesis Penyakit DD

6.

Tidak ada mengigil

Tidak ada riwayat bepergian kedaerah endemis malaria


Pemeriksaan Jasmani

Tanda Vital
Sensorium

: Kompos Mentis

Keadaan Umum : Sedang sakit

Nadi

: 86 x/menit

RR

: 24 x/menit

Suhu

: 370 C

BB

: 22 kg

Pemeriksaan Fisik
Kulit : hangat, turgor kulit baik
Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Mulut : lidah tampak kotor dengan tepi hiperemis
Paru, jantung dan abdomen : nyeri tekan epigastric (+), perkusi; timpani (+)
Ekstremitas : dalam batas normal
Genitalia

7.

: dalam batas normal

Pemeriksaan Penunjang

8.

Widal test dan kultur feses


Diagnosis

9.

Demam tifoid
Strategi Penanganan Masalah

Non Medikamentosa: Menjelaskan mengenai penyakit pasien, kemungkinan


penyebab dari penyakit pasien serta rencana tatalaksana selanjutnya

Medikamentosa: memberikan obat untuk menghilangkan etiologi, dan obat yang

10.

bersifat simptomatis
Konsultasi dan Rujukan

11.

Tidak diperlukan
Penjelasan untuk pasien dan keluarga
Memberitahu pasien bahwa diagnosis penyakit yang dideritanya adalah demam tifoid.
Penularan dapat terjaid dimana saja, kapan saja, sejak seseorang mulai mengkonsumsi
makanan dari luar, apabila makanan tersebut kurang bersih. Pengobatan penderita
demam tifoid terdiri dari pengobatan suportif, mediakmentosa. Istirahat bertujuan untuk
mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Pasien harus tirah abring
sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 ahri. Untuk
menghentikan dan memusnahkan penyebaran kuman antibiotic yang dapat digunakan
kloramfenikol dosis pertama 4x250mg, hari kedua 4x500 mg, diberikan selama demam
dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan menjadi 4x250 mg

12.

selama 5 hari kemudian.


Peran pasien dan keluarganya dalam penanganan masalah

Istirahat dan perawatan professional bertujuan mencegah komplikasi dan


mempercepat penyembuhan. Pasien harus tirah baring sampai minimal 7 hari bebas

13.

demam atau kurang lebih selama 14 hari.


Mobilisasi dilakukan bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien
Dalam perawatan perlu sekali dijaga hygiene perorangan, kebersihan tempat tidur,

pakaian, dan peralatan yang dipakai pasien


Identifikasi resiko dan pencegahannya
Pencegahan dilakukan dengan peningkatan hygiene dan sanitasi seperti penyediaan air
bersih, pembuangan dan pengelolaan sampah. Menjaga kebersihan pribadi dan menjaga

14.

apa yang masuk kemulut tidak tercemar Salmonella typhi.


Ilmu Dasar Kedokteran
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella
typhi. Sedangkan demam paratifoid disebabkan oleh Salmonella paratyphi.
Etiologi:

Salmonella typhi merupakan bakteri gram negative yang mempunyai flagel, tidak
berkapsul, tidak membentuk spor, fakultatif anaerob.
Gejala klinik
Umumnya timbul 8-14 hari setelah infeksi yang ditnadai dengan demam yang tidak
turun selama lebih dari 1 minggu terutama sore hari, pola demam yang khas adalah
kenaikan tidak langsung tinggi tetapi bertahap seperti anak tangga, sakit kepala hebat,
nyeri otot, kehilangan selera makan, mual, muntah, sering sukar BAB dan sebaliknya
dapat BAB encer. Pada pemeriksaan fisik didapatkan peningkatan suhu tubuh, debar
jantung relative lambat, lidah kotor. Penyulit lain yang dapat terjadi adalah perdarahan
usus, dinding usus bocor, radang selaput perut seperti gagal ginjal.

Terapi
Obat pilihan pertama adalah kloramfenikol. Apabila terdapat depresi pada sumsum
tulang Hb <8 g% atau leukosit < 2000/mm3, maka kloramfenikol diganti dengan
ampisilin, kotrimoksazol atau cefixim. Obat pilihan kedua adalah sefalosporin geenrasi
III (ceftriakson) untuk demam tifoid berat. Obat-obat pilihan ketiga adalah meropenem,
azitromisin dan fluorokuinolon.
Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kg BB/ hari, terbagi dalam 4 kali
pemberian, oral atau intravena (dosis minimal 2 gr/hari) sampai tujuh hari bebas panas
minimal sepuluh hari. Bilamana terdapat indikasi kontra pemberian kloramfenikol,
diberi ampisilin dengan dosis 50-150 mg/ kgBB/hari, terbagi dalam 4 kali, intravena
saat belum dapat minum obat selama 21 hari atau paling minimal 2 minggu, atau
kotrimoksazol dengan dosis 8-10 mg/kbBB/ hari oral dalam 2 dosis selama 14 hari bila
alergi penislin.
Prognosis
Tergantung dari umur, keadaan umum, derajat kekebalan tubuh, jumlah dan virulensi
Salmonella, serta cepat dan tepatnya pengobatan. Angka kematian pada anak-anak
2,6% dan pada orang dewasa 7,4%.

Anda mungkin juga menyukai