Anda di halaman 1dari 24

KEADAAN KESEHATAN BAYI DAN ANAK

BALITA DI INDONESIA
Oleh .
Dr. Delvia Susanti Z

ANGKA KEMATIAN PADA UMUMNYA


DIHITUNG

DENGAN

KEJADIAN KEMATIAN DIGUNAKAN


SEBAGAI

PROGRAM

PENELITIAN

PELAYANAN

MELAKUKAN BERBAGAI SURVEY DAN

PENILAIAN

DAPAT

INDIKATOR

DALAM

KEBERHASILAN
KESEHATAN

DAN

PEMBANGUNAN

KESEHATAN LAINNYA

GAMBARAN

PERKEMBANGAN

DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT


DAPAT

DILIHAT

DARI

KEJADIAN

KEMATIAN DALAM MASYARAKAT DARI


WAKTU KE WAKTU

Kematian bayi
Kematian janin (fetal death)
kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan
dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang
tuanya usia kehamilan.
Kelahiran mati (still birth)
Kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati
yang telah mencapai umur kehamilan 28 minggu
(atau berat badan lahir lebih atau sama dengan
1000 gram.

Kematian perinatal dini (early perinatal death)


Kematian bayi dalam 7 hari pertama
kehidupannya.
Kematian perinatal (perinatal mortality)
Jumlah bayi lahir mati dan kematian bayi dalam
7 hari pertama setelah lahir.

Angka kematian perinatal (perinatal


mortality death)
Jumlah kematian perinatal dikalikan
1.000 dan kematian dibagi dengan jumlah
bayi lahir hidup dan lahir mati pada tahun
yang sama

ANGKA KEMATIAN BAYI


DI INDONESIA
Data kematian diproleh melalui survei (karena
sebagian besar kematian terjadi di rumah),
sedangkan data kematian di fasilitas kesehatan
hanya memperlihatkan kasus rujukan

AKB di Indonesia berasal dari berbagai sumber


yaitu Sensus Penduduk, Surkesnas/Susenas,
Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) dan
Proyek Penduduk Indonesia.

AKB telah dapat diturunkan secara tajam


dari 145 per 1.000 lahir hidup pada tahun
1967 menjadi 52 per 1.000 lahir hidup.

Menurut SDKI 2002-2003: AKB di Indonesia terjadi


penurunan yang cukup besar dari tahun 1997
sebesar 52 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 35 per
1.000 kelahiran hidup pada tahun 2002-2003. Dalam
satu tahun sekitar 89.000 bayi usia satu tahun
meninggal dunia.
Hasil SDKI tahun 2007 menunjukkan bahwa AKI baru
dapat diturunkan menjadi 228 kematian per 100.000
kelahiran hidup

Hasil
sementara
SDKI
2012
memperlihatkan bahwa AKB menurun
menjadi 32 kematian per 1.000 kelahiran
hidup.
Dibanding dengan negara ASEAN lainnya
AKB kita sekitar 2-5 kali lebih tinggi.

AKB menurut Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025


terjadi penurunan yang cukup besar dari tahun 1997 sebesar
52 per 1.000 KH menjadi 28 per 1.000 KH pada tahun 2005.
Provinsi dengan AKB terendah adalah DKI Jakarta (14 per
1.000 KH), Yogyakarta (14 per 1.000 KH), dan Sulawesi
Utara (16 per 1.000 KH).
AKB tertinggi di Nusa Tenggara Barat (51 per 1.000 KH),
Maluku Utara (43 per 1.000 KH), dan Sulawesi Tengah (40
per 1.000 KH) (Profil Indonesia, 2008

ANGKA KEMATIAN BALITA


DI INDONESIA
Angka Kematian Balita (AKABA) di Indonesia tahun 1995
sebesar 73 per 1.000 KH, turun menjadi 64 per 1.000 KH
pada tahun 1998.
Ternyata pada tahun 2001 AKABA tersebut tidak mengalami
perubahan yaitu tetap 64 per 1.000 KH.
Hal ini diperkirakan karena menurunnya akses terhadap
pelayanan kesehatan, salah satunya sebagai akibat dari
krisis ekonomi.

Angka Kematian Balita (AKABA) Indonesia menurut SDKI


tahun 2002-2003 yaitu 46 per 1.000 KH.
AKABA terendah sebesar 26,29 per 1.000 kelahiran hidup
di Provinsi DKI Jakarta, menyusul 28,44 di Provinsi DI
Yogyakarta, dan yang tertinggi sebesar 107,2 di Provinsi
Nusa Tenggara Barat.
Beberapa provinsi lain dengan AKABA yang masih tinggi
adalah Kalimantan Selatan (80,23), Sulawesi Tenggara
(75,73), Nusa Tenggara Timur (70,79), dan Kalimantan
Barat (67,84).

PENYEBAB TERJADINYA KESAKITAN DAN


KEMATIAN PADA BAYI
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi..
Tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas
dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang
terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah
kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern
dalam bidang kesehatan

Beberapa Penyebab Kematian Bayi


kehamilan 28 minggu sampai hari ke-7setelah
persalinan (masa perinatal).

pertumbuhan janin yang lambat,


kekurangan gizi pada janin,
kelahiran prematur
berat badan bayi lahir yang rendah,
kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia intrauterus)
kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat
lahir atau beberapa saat setelah lahir (asfiksia lahir)

Hasil Analisa SKRT 2005

Penyebab kematian bayi adalah :


penyakit sistem pernafasan (30%),
gangguan perinatal (29%),
diare (14%),
penyakit sistem saraf (6%),
tetanus neonatal (4%),
infeksi/parasit lain (4%).

PENYEBAB TERJADINYA KESAKITAN DAN


KEMATIAN PADA BALITA

Meskipun secara umum di Indonesia,


AKABA cenderung menunjukkan
penurunan yang cukup signifikan, ISPA
masih merupakan penyebab kematian
terbesar baik pada bayi maupun pada
anak balita

Penyebab kematian balita di Indonesia


(Survei Mortalitas Tahun 2005)

pneumonia (23,6%),
diare (15,3%),
infeksi berat (15,1%),
masalah lain (termasuk kecelakaan) (14,7%),
infeksi (11,2%),
tifoid (3,8%),
gizi buruk (3,6%),
malaria (2,9%),
campak (komplikasi (2,9%),
muntah/dehidrasi (1,6%),
pertusis (0,2%).

Penyebab Kematian Bayi 0-11 bulan

Tidak diketahui
penyebabnya, 3.7 %

Tetanus, 1.7
%

Meningtis,
4.5 %
Kelainan Kongenital,
5.7 %
Pneumonia,
12.7 %

Masalah
Neonatal
46,2 %

Diare, 15
%
Masalah
neonatal :
- Asfiksia
- BBLR
Sumber : Riskesdas 2007

- Infeksi, dll

Penyebab Kematian Balita 0-59 bulan

Tidak diketahui
penyebabnya, 5.5 %

Tetanus, 1.5
%

Meningtis,
5.1 %
Kelainan Kongenital,
4.9 %
Pneumonia,
13.2 %

Masalah
Neonatal
36 %

Masalah
neonatal :
Diare, 17.2
%
Sumber : Riskesdas 2007

- Asfiksia
- BBLR
- Infeksi, dll

USAHA UNTUK MENURUNKAN ANGKA


KESAKITAN DAN KEMATIAN PADA BAYI DAN
BALITA
Meningkatkan upaya pemanfaatan fasilitas
pelayanan kesehatan seperti posyandu,
puskesmas, dan lain-lain.
Pembiayaan Kesehatan
Meningkatkan pelayanan kesehatan pada
masyarakat terutama masyarakat miskin

Upaya pemenuhan kebutuhan SDM Kesehatan


Peran bidan dalam memberikan pertolongan
pada pasien sangatlah penting.
Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan
tugasnya didasarkan pada kemampuan dan
kewenangan yang diberikan.
Dalam melaksanakan tugasnya, bidan
melakukan kolaborasi, konsultasi dan merujuk
sesuai dengan kondisi pasien.

Meningkatkan pemberdayaan masyarakat


dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan bayi dan balita misalnya
membentuk desa siaga, dan lain-lain.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai