Anda di halaman 1dari 10

Nama Peserta : dr.

karmila sari
Nama Wahana : RSUD H.Hanafie Muara Bungo Jambi
Topik : Preeklampsia berat
Tanggal (Kasus) : 27 september 2015
Nama Pasien : Ny. P

No. RM : 61.95.00

Tanggal Presentasi :

Nama Pendamping : dr. Haryuni

Tempat Presentasi :
Objektif Presentasi
Keilmuan

Keterampilan

Penyegaran

Tinjauan Pustaka

Diagnostik

Manajemen

Masalah

Istimewa

Neonatus

Bayi

Anak

Remaja

Dewasa

Lansia

Bumil

Deskripsi :
Seorang wanita usia 25 tahun, G1 P0 A0, datang ke RSUD H.Hanafie pukul 18.42 dengan
keluhan mules-mules mau melahirkan jam 14.00 wib sebelum masuk rumah sakit. Riwayat
keluar lendir darah dari kemaluan dijumpai dan keluar air-air dari kemaluan tidak dijumpai.
Pasien merupakan pasien rujukan dari bidan dengan tekanan darah tinggi 170/110 mmHg.
Riwayat tekanan darah tinggi diketahui pasien sejak 2 minggu yang lalu saat pasien kontrol
di bidan. Riwayat hipertensi sebelum hamil tidak dijumpai. Riwayat hipertensi pada
kehamilan sebelumnya tidak dijumpai. Riwayat pandangan kabur, mual muntah, dan nyeri
ulu hati tidak dijumpai. BAK dan BAB dalam batas normal.
HPHT
: 24-12-2014
TTP
: 01-10-2015
ANC
: Bidan 2x

Tujuan : Memahami diagnosis dan tatalaksana preeklampsia berat


Bahan Bahasan:

Tinjauan Pustaka

Cara Membahas

Diskusi

Data Pasien :
Nama RS : RSUD H.Hanafie

Riset

Kasus

Presentasi dan diskusi

Nama: Siti
Chodijah
Telp :

Audit

Email

Pos

Nomor Registrasi: 61.95.00


Terdaftar Sejak : 27 september 2015

Data utama untuk bahan diskusi :


1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
Seorang wanita usia 25 tahun, G1 P0 A0, datang ke RSUD H.Hanafie pukul 18.42 dengan
keluhan mules mules mau melahirkan jam 14.00 wib. sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat keluar lendir darah dari kemaluan dijumpai dan keluar air-air dari kemaluan tidak
dijumpai. Pasien merupakan pasien rujukan dari bidan dengan tekanan darah tinggi
170/110 mmHg. Riwayat tekanan darah tinggi diketahui pasien sejak 2 minggu yang lalu
saat pasien kontrol di bidan. Riwayat hipertensi sebelum hamil tidak dijumpai. Riwayat
hipertensi pada kehamilan sebelumnya tidak dijumpai. Riwayat pandangan kabur, mual
muntah, dan nyeri ulu hati tidak dijumpai. BAK dan BAB dalam batas normal.
2. Riyawat Pengobatan : 3. Riwayat Kesehatan/ Penyakit :
Hipertensi yang diketahui sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit
4. Riwayat Keluarga : 5. Riwayat Pekerjaan : Ibu rumah tangga.
6. Lain- Lain :
HPHT
TTP
ANC

: 24-12-2014
: 01-10-2015
: Bidan 5x

Daftar Pustaka :
1. Prawirohardjo, S. Hipertensi Dalam Kehamilan.Ilmu Kebidanan edisi keempat. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2008. 530-561.
2. Himpunan Kedokteran Feto Maternal ; Penatalaksanaan Hipertensi dalam Kehamilan;
Panduan Penatalaksanaan Kasus Obstetri, Bandung 2010. 16 55.
3. Cunningham, FG et.al. Hypertensive Disorder in Pregnancy. Williams Obstetrics, 21st ed.
Prentice Hall International Inc. Appleton and Lange. Connecticut. 2001. 653 - 694 .
4. Mochtar Rustam; Sinopsis Obstetri; Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi; Edisi 5; 1995;
Penerbit Buku Kedokteran EGC; halaman 218-230.

1. Subyektif.
Seorang wanita usia 25 tahun, G1 P0 A0, datang ke RSUD H.Hanafie pukul 18.42
dengan keluhan mules mules mau melahirkan jam 14.00 wib. sebelum masuk rumah
sakit. Riwayat keluar lendir darah dari kemaluan dijumpai dan keluar air-air dari
kemaluan tidak dijumpai. Pasien merupakan pasien rujukan dari bidan dengan tekanan
darah tinggi 170/110 mmHg. Riwayat tekanan darah tinggi diketahui pasien sejak 2
minggu yang lalu saat pasien kontrol di bidan. Riwayat hipertensi sebelum hamil tidak
dijumpai. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya tidak dijumpai. Riwayat
pandangan kabur, mual muntah, dan nyeri ulu hati tidak dijumpai. BAK dan BAB dalam
batas normal.
HPHT
TTP
ANC
2.

: 24-12-2014
: 01-10-2015
: Bidan 2x
ANC ke-5 tanggal 17 januari 2015 TD 140/90

Objektif.
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah :
Frekuensi nafas :
Frekuensi nadi :
Suhu
:

170/110 mmHg
24x/menit
96x/menit
36,5 oC

Anemis
Ikterik
Dispnoe
Sianosis
Edema

:
:
:
:
:

(-)
(-)
(-)
(-)
(+) pretibial

Status generalisata
Kepala
Mata : konjunctiva palpebra inferior pucat (-), sklera ikterik (-), refleks cahaya +/+,
pupil isokor d = 3 mm.
Telinga : dalam batas normal
Hidung : dalam batas normal
Mulut : dalam batas normal
Leher
Trakea medial, pembesaran KGB (-), struma (-)
Thoraks

: Suara pernafasan : vesikuler pada kedua lapangan paru


Suara tambahan : (-/-)
Suara jantung I (+) normal, suara jantung II (+) normal, desah (-)

Abdomen : Membesar asimetris, hepar lien renal tak teraba, peristaltik (+) normal
Ekstremitas
Superior : dalam batas normal
Inferior
: Edema pretibial (+/+), refleks patella (+) normal
Status Obstetrikus
Abdomen : membesar asimetris
TFU
: 35 cm
Tegang
: Kiri

Terbawah
His
DJJ
Gerak
EBW

: Kepala, floating
: (+), 4x20 detik dalam 10 menit
: 136 x/menit
: +/+
: 3565 gr

Status Lokalisata :
VT: cervix anterior, dilatasi 7 cm, konsistensi lunak, effacement 80%, selaput ketuban
(+)
ST : lendir darah (+), keluar air ketuban (-).
Pemeriksaan laboratorium:
Urine:
Protein +++
3. Assessment.
Hipertensi dalam kehamilan
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan yang dipakai di Indonesia adalah berdasarkan
Report of the Nasional High Blood Pressure Education Program Working Group on High
Blood Pressure in Pregnancy tahun 2001, ialah :
1. Hipertensi kronik
Hipertensi yang didapatkan sebelum kehamilan, dibawah 20 minggu umur kehamilan
dan hipertensi tidak menghilang setelah 12 minggu pasca persalinan.
2. Preeklampsia eklampsia
Hipertensi dan proteinuria yang didapatkan setelah umur kehamilan 20 minggu.
3. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia
Hipertensi kronik disertai tanda tanda preeklampsia atau hipertensi kronik yang
disertai proteinuria.
4. Hipertensi gestasional
Timbulnya hipertensi pada kehamilan yang tidak disertai proteinuria hingga 12
minggu pasca persalinan. Bila hipertensi menghilang setelah 12 minggu persalinan,
maka dapat disebut juga hipertensi transien.1,2
Penjelasan1,2
1. Hipertensi, ialah timbulnya desakan darah sistolik 140 mmHg dan diastolik 90
mmHg, diukur dua kali selang 4 jam setelah penderita istirahat.
Kenaikan sistolik/diastolik 30 mg/15 mmHg tidak dipakai lagi sebagai kriteria
hipertensi karena kadar proteinuria berkorelasi dengan harga nominal desakan darah.
2. Proteinuria :
a. Adanya protein 30 mg/per liter dari urine tengah, acak
b. Adanya protein 300 mg dalam 24 jam produksi urine
c. Dengan memakai dipstick
3. Edema, dahulu edema tungkai ,dipakai sebaggai tanda tanda preeklampsia, tetapi
sekarang edema tungkai tidak dipakai lagi, kecuali edema generalisata (anasarka).
Perlu dipertimbangkan faktor resiko timbulnya hipertensi dalam kehamilan, bila
didapatkan edema generalisata, atau kenaikan berat badan > 0,57 kg/minggu.
Manifestasi Klinis
Dua gejala yang sangat penting pada preeklampsia adalah hipertensi dan
proteinuria.Gejala ini merupakan keadaan yang biasanya tidak disadari oleh wanita

hamil. Pada waktu keluhan lain seperti sakit kepala, gangguan penglihatan, dan nyeri
epigastrium mulai timbul, hipertensi dan proteinuria yang terjadi biasanya sudah berat.
- Tekanan darah.Kelainan dasar pada preeklampsia adalah vasospasme arteriol
sehingga tanda peringatan awal muncul adalah peningkatan tekanan darah.Tekanan
diastolik merupakan tanda prognostik yang lebih baik dibandingkan tekanan sistolik
dan tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih menetap menunjukan keadaan
abnormal.
- Kenaikan berat badan.Peningkatan berat badan yang terjadi tiba-tiba dan kenaikan
berat badan yang berlebihan merupakan tanda pertama preeklampsia. Peningkatan
berat badan sekitar 0,45 kg per minggu adalah normal, tetapi bila lebih dari 1 kg
dalam seminggu atau 3 kg dalam sebulan maka kemungkinan terjadinya
preeklampsia harus dicurigai. Peningkatan berat badan yang mendadak serta
berlebihan terutama disebabkan oleh retensi cairan dan selalu dapat ditemukan
sebelum timbul gejala edema nondependent yang terlihat jelas, seperti edema
kelopak mata, kedua lengan, atau tungkai yang membesar.
- Proteinuria.Derajat proteinuria sangat bervariasi menunjukan adanya suatu penyebab
fungsional dan bukan organik. Pada preeklampsia awal, proteinuria mungkin hanya
minimal atau tidak ditemukan sama sekali. Pada kasus yang berat, proteinuria
biasanya dapat ditemukan dan mencapai 10 gr/l. Proteinuria hampir selalu timbul
kemudian dibandingkan dengan hipertensi dan biasanya terjadi setelah kenaikan
berat badan yang berlebihan.
- Nyeri kepala.Gejala ini jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi semakin sering
terjadi pada kasus yang lebih berat.Nyeri kepala sering terasa pada daerah frontalis
dan oksipitalis, dan tidak sembuh dengan pemberian analgesik biasa.Pada wanita
hamil yang mengalami serangan eklampsia, nyeri kepala hebat hampir selalu
mendahului serangan kejang pertama.
- Nyeri epigastrium. Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas merupakan
keluhan yang sering ditemukan pada preeklampsia berat dan dapat menjadi presiktor
serangan kejang yang akan terjadi. Keluhan ini mungkin disebabkan oleh regangan
kapsula hepar akibat edema atau perdarahan.
- Gangguan penglihatan.Gangguan penglihatan yang dapat terjadi di antaranya
pandangan yang sedikit kabur, skotoma, hingga kebutaan sebagian atau
total.Keadaan ini disebabkan oleh vasospasme, iskemia, dan perdarahan petekie
pada korteks oksipital.
Preeklampsia
Preeklampsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil di atas 20
minggu, bersalin, dan dalam masa nifas yang ditandai dengan adanya: hipertensi dan
proteinuria. Sedangkan seorang wanita dikatakan eklampsia bila memenuhi kriteria
preeklampsia dan disertai dengan kejang-kejang (yang bukan disebabkan oleh penyakit
neurologis seperti epilepsi) dan atau koma. Ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda
kelainan vaskular atau hipertensi sebelumnya. (1,3,4)
Preeklampsia ringan
1. Defenisi Klinik
Preeklampsia ringan adalah sindroma spesifik kehamilan dengan penurunan perfusi
pada organ-organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel.
2. Kriteria Diagnostik
a. Desakan darah : 140/90 mmHg - < 160/110 mmHg

Kenaikan desakan sistolik 30 mmHg dan kenaikan desakan diastolik 15


mmHg, tidak dimasukkan dalam kriteria diagnostik preeklampsia, tetapi perlu
observasi yang cermat.
b. Proteinuria : 300 mg/24 jam jumlah urine atau dipstick : 1+
c. Edema : lokal pada tungkat tidak dimasukkan dalam kriteria diagnostik kecuali
anasarka.
3. Pengelolaan
Pengelolaan preeklampsia ringan dapat secara :
Ad. a. Pengelolaan secara rawat jalan (ambulatoir)
1. Tidak mutlak harus tirah baring, dianjurkan ambulasi sesuai keinginannya.
Di Indonesia tirah baring masih diperlukan
2. Diet regular : tidak perlu diet khusus
3. Vitamin prenatal
4. Tidak perlu restriksi konsumsi garam
5. Tidak perlu pemberian diuretik, antihipertensi dan sedativum
6. Kunjungan ke rumah sakit tiap minggu
Ad.b. Pengelolaan secara rawat inap (hospitalisasi)
1. Indikasi preeklampsia ringan dirawat inap (hospitalisasi)
a. Hipertensi yang menetap selama > 2 minggu
b. Protemuria menetap selama > 2 minggu
c. Hasil test laboratorium yang abnormal
d. Adanya gejala atau tanda-tanda 1 atau lebih preeklampsia berat
2. Pemeriksaan dan monitoring pada ibu
a. Pengukuran desakan darah setiap 4 jam kecuali ibu tidur
b. Pengamatan yang cermat adanya edema pada muka dan abdomen.
c. Penimbangan berat badan pada waktu ibu masuk rumah sakit dan
penimbangan dilakukan setiap hari
d. Pengamatan dengan cermat gejala preeklampsia dengan impending
eklampsia :
- Nyeri kepala frontal atau occipital
- Gangguan virus
- Nyeri kuadran kanan atas perut
- Nyeri epigastrium
3. Pemeriksaan laboratorium
a. Proteinuria dengan dipstick pada waktu masuk dan sekurangnya diikuti
2 hari setelahnya
b. Hematokrit dan tormbosit : 2 x seminggu
c. Test fungsi hepar 2 x seminggu
d. Test fungsi ginjal dengan pengukuran kreatinin serum, asam dan BUN
e. Pengurangan produksi urine setiap 3 jam (tidak perlu dengan kateter
tetap)
4. Pemeriksaan kesejahteraan janin
a. Pengamatan gerakan janin setiap hari
b. NST 2 x seminggu
c. Profil biosfisik janin, bila NST non reaktiv
d. Evaluasi pertumbuhan dengan USG, setiap 3-4 minggu
e. Ultrasound Doppler arteri umbilicalis, arteri uterine
4. Terapi medikamentosa
1. Pada dasarnya sama dengan terapi ambulatoar

2. Bila terdapat perbaikan gejala dan tanda-tanda preeklampsia dan umur kehamilan
37 minggu, ibu masih perlu diobservasi selama 2-3 hari kemudian boleh
dipulangkan.
5. Pengelolaan obstetrik
Pengelolaan obstetrik tergantung umur kehamilan
a. Bila penderita tidak inpartu :
a.1. Umur Kehamilan < 37 minggu
Bila tanda dan gejala tidak memburuk onset partus dipertahankan sampai
aterm
a.2. Umur kehamilan > 37 minggu
1. Kehamilan dipertahankan sampai timbul onset partus
2. Bila serviks matang pada taksiran tanggal persalinan dapat
dipertimbangkan dilakukan induksi persalinan.
b. Bila penderita sudah inpartu :
Perjalanan persalinan dapat diiukuti dengan Grafik Friedman atau Partograf
WHO.
c. Konsultasi
Selama dirawat dirumah sakit dilakukan konsultasi pada :
1. Bagian penyakit mata
2. Bagian penyakit jantung, dan
3. Bagian lain atas indikasi
Preeklampsia berat
1. Defenisi Klinik
Preeklampsia berat ialah preeclampsia dengan salah satu atau lebih gejala dan tanda
dibawah ini :
a. Desakan darah :Pasien dalam keadaan istirahat desakan sistolik 160 mmHg dan
desakan diastolic 90 mmHg
b. Proteinuria : 5 gr / jumlah urine selama 24 jam, atau dipstick : 3+/4+
c. Oliguria : produksi urine < 400-500 cc/24 jam
d. Kenaikan kreatinin serum
e. Edema paru dan cyanosis
f. Nyeri epigastrium dannyeri kuadran atas kanan abdomen : disebabkan
teregangnya kapsula Glisone. Nyeri dapat sebagai gejala awal ruptur hepar
g. Gangguan otak dan visus : perubahan kesadaran, nyeri kepala, scotomata, dan
pandangan kabur
h. Gangguan fungsi hepar : peningkatan alanine atau aspartate amino
i. Hemolisis mikroangiospatik
j. Trombositopenia : < 100.000 cell/mm3
k. Sindroma HELLP
2. Pembagian Preeklampsia berat
Dibagi dalam beberapa kategori :
a. Preeklampsia berat tanpa impending eklampsia
b. Preeklampsia berat dengan impending eklampsia, dengan gejala-gejala :
Nyeri kepala
Mata kabur
Mual dan muntah
Nyeri epigastrium
Nyeri kuadran kanan atas abdomen

3. Penanganan preeklampsia berat5


Penanganan preeklamsia berat dapat diklasifikasikan berdasarkan umur kehamilan,
yaitu:
a. Perawatan aktif, yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah
pengobatan medisinal
Indikasi:
Keadaaan ibu: kehamilan aterm, adanya gejala impending eklampsia, perawatan
konservatif gagal (6 jam setelah pengobatan medisinal terjadi kenaikan TD, 24
jam setelah pengobatan medisinal gejala tidak berubah) dan adanya sindroma
HELLP
Keadaan janin: adanya tanda gawat janin dan adanya IUGR
Pengobatan medisinal:
- Tirah baring miring ke salahsatu sisi
- Infus D5:RL 2:1 (60-125 cc/jam)
- Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
- Antasida
- Sulfas Magnetikus (MgSO4)
Syarat-syarat pemberian magnesium sulfat:
1. Refleks Patella Normal
2. Respirasi > 16x per menit
3. Produksi urin dalam 4 jam sebelumnya > 100cc ; 0.5 cc/kgBB/jam
4. Siapkan ampul Kalsium Glukonas 10% dalam 10 cc, bila timbul gejala dan
tanda intoksikasi MgSO4 maka diberikan injeksi Kalsium Glukonat 10%
dalam 10 cc dalam 3 menit.
Cara pemberian:
Jika ada tanda impending eclampsia dosis awal diberikan IV+IM, jika tidak
ada, dosis awal, dosis awal IM saja. Dosis awal sekitar 4 gram MgSO4IV(20%
dalam 20 cc) selama 4 menit (1 gr/menit) atau kemasan 20% dalam 25 cc
larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit). Diikuti segera 4 gram di bokong kiri dan 4
gram di bokong kanan (40% dalam 10 cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm.
Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan xylocain 2% yang tidak mengandung
adrenalin pada suntikan IM.
- Diazepam digunakan bila MgSO4 tidak tersedia, atau syarat MgSO4 tidak
terpenuhi. Cara pemberian: drip 10 mg dalam 500 cc, maksimum 120 mg/24
jam. Jika dosis 100 mg/24 jam tidak ada perbaikan, rawat di ruang ICU.
- Diuretika tidak diberikan kecuali ada tanda-tanda edema paru, payah jantung
kongestif atau edema anasarka, serta kelainan fungsi ginjal. Diberikan
furosemid injeksi (Lasix 40mg im)
- Anti hipertensi diberikan dengan indikasi yaitu TD sistolik > 160 mmHg
diastolik > 110 mmHg. Sasaran pengobatan adalah TD diastolik < 105 mmHg.
Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya dapat diberikan obat
antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres (clonidin) injeksi 1 ampul
= 0,15 mg/ml 1 ampul + 10 cc NaCl flash/aquades masukkan 5 ml IV pelan
selama 5 menit, 5 menit kemudian ukur TD. Apabila TD tidak turun berikan 5
ml sisanya. Pemberian dapat diulang tiap 4 jam sampai TD normotensif. Bola
tidak tersedia antihipertensif parenteral dapat diberikan tablet antihipertensi
secara sublingual atau oral. Obat pilihan adalah nifedipin yang diberikan 4 x
10 mg sampai diastolik 400-100mmHg.

- Kardiotonika diberikan bila terdapat indikasi yaitu ada tanda mengarah ke


gagal jantung, maka diberikan digitalis dengan celanid.
- Obat-obatan antipiretik diberikan apabila suhu rektal >38,5oC dapat dibantu
dengan pemberian kompres dingin atau alkohol atau xylomidon 2 cc IM.
- Antibiotik diberikan atas indikasi. Diberikan ampicillin 1gr/6jam iv perhari.
- Analgetik bila penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi uterus. Dapat
diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-lambatnya 2 jam
sebelum janin lahir.
- Anti agregasi platelet diberikan bila trombosit < 60.000/mm3, yaitu aspilet
1x80 mg/hari.
Pengobatan obstetrik:
- Cara terminasi kehamilan yang belum inpartu:
Induksi persalinan dengan amniotomi dan tetesan oksitosin dengan syarat nilai
bishop > 5 dan denagn fetal heart monitoring.
Seksio caesaria bila fetal assesment jelek, syarat tetesan oksitosin tidak
terpenuhi, 12 jam setelah dimulai tetsan oksitosin belum masuk fase aktif dan
pada primigravida lebih diarahkan seksio caesaria.
- Cara terminasi kehamilan yang sudah inpartu:
Kala I
Fase laten: 6 jam belum masuk fase aktif segera seksio caesaria
Fase aktif: amniotomi saja, dan bila setelah 6 jam belum terjadi pembukaan
lengkap maka dilakukan seksio caesaria
Kala II
Pada persalinan pervaginam maka kala II diselesaikan dengan partus buatan
vakum atau forceps. Amniotomi dan tetesan oksitosin dilakukan sekurangkurangnya 3 menit setelah pemberian pengobatan medisinal. Pada kehamilan
<37 minggu, bila keadaan memungkinkan, terminasi ditunda 2x24jam untuk
maturasi paru janin dengan memberikan kortikosteroid.
b. Perawatan konservatif, yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah
pengobatan medisinal.
Indikasi:
Bila kehamilan preterm <37 minggu, tanpa disertai gejala impending eclampsia,
dan keadaan janin baik.
Pengobatan medisinal:
- Awal diberikan 8 gr MgSO4 40% IM bokong kanan kiri dilanjutkan dengan 4
gr IM setiap 6 jam.
- Bila ada perbaikan atau tetap diteruskan 24 jam
- Apabila setelah 24 jam ada tanda-tanda perbaikanmaka pengobatan diteruskan
dengan tablet luminal 3x30 mg p.o
- Anti hipertensi oral bila TD masih >160/100 mmHg
Pengobatan obstetri:
- Selama perawatan konservatif observasi dan evaluasi sama seperti fase aktif
hanya saja tidak dilakukan terminasi
- MgSO4 diberhentikan bila ibu sudah mempunyai tanda preeklampsia ringan
selambat-lambatnya dalam 24 jam
- Bila setelah 24 jam tidak ada tanda perbaikan maka dianggan pengobatan
konservatif agagl dan harus dilakukan terminasi
- Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih dahulu
MgSO4 20% 2 gr iv.

Penderita dipulangkan bila:


- Penderita menunjukkan tanda prreklampsia rinagn dan telah dirawat selam 3
hari.
- Bila dalam 3 hari tetap dalam keadaan preeklampsia ringan penderita dapat
dipulangkan dan dirawat sebagai preeklampsia ringan (diperkirakan lama
perawatan 1-2 minggu).
4. Plan.
Diagnosis: Multigravida + kehamilan dalam rahim (usia kehamilan 34-36 minggu) +
Preeklampsia berat +Inpartu kala 1 fase aktif.

Pengobatan:
- IVFD RL 20 gtt/i
- MgSO4 40% 1cc boka-boki
- Dopamet 3x500 mg
- Nifedipin tab 3x10 mg
- Observasi VK
- Pantau ketan tekanan darah
- Pada pukul 09.00 lahir bayi laki-laki menangis, kemerahan, apgar scor 7/8, BB
3600 gr, PB 50 cm, anus +, ketuban bercampur mekonium.

Rencana penjajakan:
Darah rutin
Urin rutin
Kardiotokografi
Pendidikan: edukasi dilakukan pada pasien dan keluarga pasien untuk tenang dan
sabar agar tidak terjadi peningkatan tekanan darah kembali.
Konsultasi: Dijelaskan kepada pasien mengenai langkah langkah diagnosis serta
anjuran pemeriksaan tambahan seperti darah rutin, urin rutin dan kardiotokografi,
serta komplikasi komplikasi yang mungkin muncul. Penjelasan mencakup mengenai
jenis obat-obatan. Pasien juga diedukasi untuk sterilisasi karena resiko tinggi
preeklampsia pada kehamilan selanjutnya dan faktor usia.

Anda mungkin juga menyukai