Anda di halaman 1dari 21

PAKET SATUAN ACARA PENYULUHAN

GAGAL GINJAL KRONIS (CHRONIC KIDNEY DISEASE)

OLEH :
TIM PKRS RUANG 21
RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)


RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG
MALANG
2016

HALAMAN PERSETUJUAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN GAGAL GINJAL KRONIS
di Ruang 21
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh :
KELOMPOK 15
Atikatsani Latifah
Rahmi Nurrosyid
Prilly Priskylia
Defi Destiaweny
Telah diperiksa dan disetujui pada :
Hari
:
Tanggal
:

Menyetujui,
Pembimbing Klinik,

(..............................................)

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Topik

: Chronic Kidney Disease (Gagal Ginjal Kronis)

Sasaran

: Klien, keluarga klien, pengunjung, dan petugas R. 21

Waktu dan Tempat

Tempat

: Ruang 21

Waktu

: Jumat, 22 Januari 2016 (10.00-10.30)

Alokasi Waktu

: 30 menit

Penyuluh

: Mahasiswa

Metode

: Ceramah dan diskusi

Media

: Leaflet dan PPT

1.

Latar Belakang
Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan penyakit yang terjadi setelah
berbagai macam penyakit yang merusak masa nefron ginjal sampai pada titik
keduanya tidak mampu untuk menjalankan fungsi regulatorik dan ekstetoriknya
untuk mempertahankan homeostatis (Lukman et al., 2013). Gagal gijal kronik
secara progresif kehilangan fungsi ginjal nefronnya satu persatu yang secara
bertahap menurunkan keseluruhan fungsi ginjal (Sjamsuhidajat & Jong, 2011).
Setiap tahun penderita penyakit gagal ginjal meningkat, di Amerika serikat
pada tahun 2002 sebanyak 34.500 penderita, tahun 2007 80.000 penderita, dan
tahun 2010 mengalami peningkatan yaitu 2 juta orang yang menderita penyakit
ginjal. Sedangkan di Indonesia menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia jumlah yang menderita penyakit gagal ginjal kronik sekitar 50 orang per
satu juta penduduk (Lukman et al., 2013). Data Dinkes Jawa tengah (2008) bahwa
angka kejadian kasus gagal ginjal di Jawa Tengah yang paling tinggi adalah Kota
Surakarta dengan 1497 kasus (25.22 %) dan di posisi kedua adalah Kabupaten
Sukoharjo yaitu 742 kasus (12.50 %).
Di indonesia peningkatan penderita penyakit ini mencapai angka 20%.
Pusat data dan informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PDPERSI)
menyatakan jumlah penderita gagal ginjal kronik diperkirakan sekitar 50 orang per
satu juta penduduk.berdasarkan data dari Indonesia Renal Registry, suatu kegiatan
registrasi dari perhimpunan nefrologi Indonesia, pada tahu 2008 jumlah pasien

hemodialisa (cuci darah) mencapai 2260 orang dari 2146 orang pada tahun 2007.
(Roderick, 2008).
Dari data diatas, kami

mahasiswa profesi PSIK UB tertarik untuk

memberikan penyuluhan tentang Chronic Kidney Disease / gagal ginjal kronis


2.

Tujuan Instruksional
a.

Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, peserta mampu memahami
tentang konsep gagal ginjal kronis.

b.

Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, peserta dapat:
(1) Mengetahui dan memahami definisi gagal ginjal kronis
(2) Mengetahui dan memahami klasifikasi gagal ginjal kronis
(3) Mengetahui dan memahami penyebab gagal ginjal kronis
(4) Mengetahui dan memahami manifestasi klinis gagal ginjal kronis
(5) Mengetahui dan memahami penatalaksanaan gagal ginjal kronis
(6) Mengetahui dan memahami komplikasi gagal ginjal kronis
(7) Mengetahui dan memahami pencegahan gagal ginjal kronis

3. Kegiatan Penyuluhan
Tahap
Pendahuluan

Waktu

Kegiatan Penyuluh

5 menit 1.Memberi salam


2.Memperkenalkan diri
3.Menjelaskan kontrak
waktu dan aturan

Kegiatan Peserta

Metode

1.Menjawab salam

Ceramah

2.Mendengarkan dan

dan

Media
-

memperhatikan

Tanya

3.Menjawab pertanyaan

Jawab

1.Mendengarkan dan

Ceramah

Leaflet

dan

dan PPT

4.Menjelaskan tujuan
penyuluhan dan pokok
materi yang akan
disampaikan
5.Menggali pengetahuan
pasien tentang gagal
Penyajian

20

ginjal kronis
Menjelaskan materi:

menit

1. Definisi gagal ginjal


kronis

memperhatikan
2.Mengajukan

Tanya

2. Klasifikasi gagal

pertanyaan

Jawab

ginjal kronis
3. Penyebab gagal
ginjal kronis
4. Manifestasi klinis
gagal ginjal kronis
5. Penatalaksanaan
gagal ginjal kronis
6. Komplikasi gagal
ginjal kronis
7. Pencegahan gagal
Diskusi

3 menit

ginjal kronis
1. Memberi
kesempatan kepada

2 menit

Tanya

2. Penyaji menjawab

jawab

peserta untuk

pertanyaan dari

bertanya.

peserta

2. Menjawab

Penutup

1. Peserta bertanya

3. Peserta

pertanyaan dari

menanggapi

peserta.

jawaban dari

3. Membagikan leaflet.
penyaji
1. Meminta peserta
1.Menjawab pertanyaan
untuk menjelaskan

yang diberikan oleh

kembali/menjawab

penyaji

pertanyaan yang

2.Mendengarkan

telah disampaikan

3.Menjawab salam

oleh penyaji

4.Peserta

2. Memberikan
pertanyaan kepada
peserta tentang
materi yang telah
disampaikan
3. Menutup acara dan
mengucapkan salam
4. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria Evaluasi Struktur

meminta/menerima
leaflet

Tanya
Jawab

a. Penyuluh mencari literatur mengenai gagal ginjal kronis


b. Penyuluh membuat SAP mengenai gagal ginjal kronis
c. Diharapkan telah mempersiapkan terkait materi, media, alat bantu, serta
sarana prasarana yang digunakan untuk penyuluhan kesehatan dengan
matang
d. Penyuluhan dilakukan dengan sesuai pengorganisasian
2. Kriteria Evaluasi Proses
a. Diharapkan penyuluhan berjalan sesuai rencana
b. Diharapkan suasana penyuluhan kondusif dan tidak ada peerta yang
meninggalkan ruangan saat dilakukan penyuluhan
c. Diharapkan peserta antusias terhadap materi penyuluhan
d. Diharapkan peserta memberikan respon atau umpan balik berupa
pertanyaan-pertanyaan
3. Kriteria Evaluasi Hasil
Sebelum melakukan penyuluhan pemateri memberikan pertanyaan dasar
mengenai gagal ginjal kronis, kemudian setelah penyuluhan diberikan
pertanyaan yang sama dengan pertanyaan yang diberikan sebelum dilakukan
penyuluhan.

MATERI PENYULUHAN
CHRONIC KIDNEY DISEASE (GAGAL GINJAL KRONIK)
A. PENGERTIAN GAGAL GINJAL KRONIS

Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan fungsi renal yang


progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi
urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). CKD merupakan perkembangan gagal
ginjal yang progresif dan lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun (Brunner &
Suddarth, 2002).
Chronic kidney disease (CKD) didefinisikan sebagai kerusakan ginjal atau
penurunan GFR <60 ml/menit/1.73m2 selama 3 bulan.Kerusakan ginjal yang
dimaksud adalah adanya abnormalitas patologis atau adanya marker kerusakan ginjal,
termasukabnormalitas pada pemeriksaan darah, urine, atau imaging. (Suhardjono,
2001)
Gagal ginjal kronik merupakan keadaan dimana ginjal tidak mampu
mempertahankan lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan
pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada kebanyakan individu transisi dari sehat ke status
kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban dan menunggu beberapa tahun
( Barbarra C. Long. Price 1995. Edisi 4 hal. 812).
B. KLASIFIKASI GAGAL GINJAL KRONIS
Klasifikasi CKD berdasarkan Kidney Disease Outcomes Quality Initiative
(KDOQI) pada tahun 2002 yaitu:

Untuk menilai GFR (Glomelular Filtration Rate) / CCT (Clearance Creatinin Test) dapat
digunakan rumus :Clearance creatinin (ml/ menit) = (140-umur ) x berat badan (kg)
72 x creatinin serum
*) Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85
a. Stadium 1
Seseorang yang berada pada stadium 1 CKD biasanya belum merasakan
gejala yang mengindikasikan kerusakan pada ginjal.Hal ini disebabkan ginjal
tetap berfungsi secara normal meskipun tidak lagi dalam kondisi 100% sehingga

banyak penderita yang tidak mengetahui kondisi ginjalnya dalam stadium


1.Kalaupun hal tersebut diketahui biasanya saat penderita memeriksakan diri
untuk penyakit lainnya seperti diabetes dan hipertensi.
b. Stadium 2
Sama seperti pada stadium awal, seseorang yang berada pada stadium 2
juga tidak merasakan gejala karena ginjal tetap dapat berfungsi dengan baik,
walaupun dengan GFR yang mulai menurun.
c. Stadium 3
Seseorang yang menderita CKD stadium 3 mengalami penurunan GFR
moderat yaitu diantara 30 s/d 59 ml/min. Dengan penurunan pada tingkat ini
akumulasi sisasisa metabolisme akan menumpuk dalam darah yang disebut
uremia. Pada stadium ini muncul komplikasi seperti tekanan darah tinggi
(hipertensi), anemia atau keluhan pada tulang.
d. Stadium 4
Pada stadium ini fungsi ginjal hanya sekitar 1530% saja dan apabila
seseorang berada pada stadium ini sangat mungkin dalam waktu dekat
diharuskan

menjalani

terapi

pengganti

ginjal/dialisis

atau

melakukan

transplantasi. Kondisi dimana terjadi penumpukan racun dalam darah atau


uremia biasanya muncul pada stadium ini. Selain itu besar kemungkinan muncul
komplikasi seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), anemia, penyakit tulang,
masalah pada jantung dan penyakit kardiovaskular lainnya.
e. Stadium 5
Pada stadium ini ginjal kehilangan hampir seluruh kemampuannya untuk
bekerja secara optimal.Untuk itu diperlukan suatu terapi pengganti ginjal (dialisis)
atau transplantasi agar penderita dapat bertahan hidup.
C. PENYEBAB GAGAL GINJAL KRONIS
Penyebab GGK menurut Price & Wilson (2006) dibagi menjadi delapan kelas,
antara lain:
1. Infeksi misalnya pielonefritis kronik
2. Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis
3. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteria renalis
4. Gangguan jaringan penyambung

misalnya

lupus

eritematosus

sistemik,

poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif


5. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis
tubulus ginjal

6. Penyakit metabolik misalnya DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis yang


menyebabkan komplikasi CKD
7. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
8. Nefropati obstruktif

D. TANDA DAN GEJALA GAGAL GINJAL KRONIS


Pasien dengan CKD menunjukkan manifestasi yang berbeda-beda, tergantung
pada stadium CKD yang dialami.
1) Stadium 1
Seseorang dengan CKD stadium 1 biasanya belum merasakan gejala yang
menandakan kerusakan ginjal karena ginjal masih dapat berfungsi dengan normal.
2) Stadium 2
Seseorang dengan CKD stadium 2 biasanya juga belum merasakan gejala yang
menandakan kerusakan ginjal walaupun sudah terdapat penurunan GFR ringan,
yaitu sebesar 60-89.
3) Stadium 3
Padastadium ini, gejala- gejala terkadang mulai dirasakan seperti:

Fatigue: rasa lemah/lelah yang biasanya diakibatkan oleh anemia.

Kelebihan cairan: Seiring dengan menurunnya fungsi ginjal membuat ginjal tidak
dapat lagi mengatur komposisi cairan yang berada dalam tubuh. Hal ini membuat
penderita akan mengalami pembengkakan sekitar kaki bagian bawah, seputar
wajah atau tangan. Penderita juga dapat mengalami sesak nafas akaibat teralu
banyak cairan yang berada dalam tubuh.

Perubahan pada urin: urin yang keluar dapat berbusa yang menandakan adanya
kandungan protein di urin. Selain itu warna urin juga mengalami perubahan
menjadi coklat, orannye tua, atau merah apabila bercampur dengan darah.
Kuantitas urin bisa bertambah atau berkurang dan terkadang penderita sering
trbangun untuk buang air kecil di tengah malam.

Rasa sakit pada ginjal. Rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal berada dapat
dialami oleh sebagian penderita yang mempunyai masalah ginjal seperti polikistik
dan infeksi.

Sulit tidur: Sebagian penderita akan mengalami kesulitan untuk tidur disebabkan
munculnya rasa gatal, kram ataupunrestless legs.

Penderita GGK stadium 3 disarankan untuk memeriksakan diri ke seorang ahli


ginjal hipertensi (nephrolog). Dokter akan memberikan rekomendasi terbaik serta

terapi terapi yang bertujuan untuk memperlambat laju penurunan fungsi ginjal.
Selain itu sangat disarankan juga untuk meminta bantuan ahli gizi untuk
mendapatkan perencanaan diet yang tepat. Penderita GGK pada stadium ini
biasanya akan diminta untuk menjaga kecukupan protein namun tetap
mewaspadai kadar fosfor yang ada dalam makanan tersebut, karena menjaga
kadar fosfor dalam darah tetap rendah penting bagi kelangsungan fungsi ginjal.
Selain itu penderita juga harus membatasi asupan kalsium apabila kandungan
dalam darah terlalu tinggi. Tidak ada pembatasan kalium kecuali didapati kadar
dalam darah diatas normal. Membatasi karbohidrat biasanya juga dianjurkan
bagi penderita yang juga mempunyai diabetes. Mengontrol minuman diperlukan
selain pembatasan sodium untuk penderita hipertensi.
4) Stadium 4
Gejala yang mungkin dirasakan pada stadium 4 hampir sama dengan stadium
3, yaitu:

Fatique: rasa lemah/lelah yang biasanya diakibatkan oleh anemia.

Kelebihan cairan: Seiring dengan menurunnya fungsi ginjal membuat ginjal tidak
dapat lagi mengatur komposisi cairan yang berada dalam tubuh. Hal ini membuat
penderita akan mengalami pembengkakan sekitar kaki bagian bawah, seputar
wajah atau tangan. Penderita juga dapat mengalami sesak nafas akaibat teralu
banyak cairan yang berada dalam tubuh.

Perubahan pada urin: urin yang keluar dapat berbusa yang menandakan adanya
kandungan protein di urin. Selain itu warna urin juga mengalami perubahan
menjadi coklat, orannye tua, atau merah apabila bercampur dengan darah.
Kuantitas urin bisa bertambah atau berkurang dan terkadang penderita sering
trbangun untuk buang air kecil di tengah malam.

Rasa sakit pada ginjal. Rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal berada dapat
dialami oleh sebagian penderita yang mempunyai masalah ginjal seperti polikistik
dan infeksi.

Sulit tidur: Sebagian penderita akan mengalami kesulitan untuk tidur disebabkan
munculnya rasa gatal, kram ataupunrestless legs.

Nausea : muntah atau rasa ingin muntah.

Perubahan cita rasa makanan : dapat terjadi bahwa makanan yang dikonsumsi
tidak terasa seperti biasanya.

Bau mulut uremic : ureum yang menumpuk dalam darah dapat dideteksi melalui
bau pernafasan yang tidak enak.

Sulit berkonsentrasi

5) Stadium 5 (gagal ginjal terminal)


Gejala yang dapat timbul pada stadium 5 antara lain:

Kehilangan nafsu makan

Nausea.

Sakit kepala.

Merasa lelah.

Tidak mampu berkonsentrasi.

Gatal gatal.

Urin tidak keluar atau hanya sedikit sekali.

Bengkak, terutama di seputar wajah, mata dan pergelangan kaki.

Kram otot

Perubahan warna kulit

E. PENATALAKSANAAN ATAU PENANGANAN MEDIS GAGAL GINJAL KRONIS


a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Anamnesis harus terarah dengan mengumpulkan semua keluhan yang
berhubungan dengan retensi atau akumulasi toksin azotemia, etiologi GGK,
perjalanan penyakit termasuk semua faktor yang dapat memperburuk faal ginjal
(LFG). Gambaran klinik (keluhan subjektif dan objektif termasuk kelainan
laboratorium) mempunyai spektrum klinik luas dan melibatkan banyak organ dan
tergantung dari derajat penurunan faal ginjal.
Gambaran klinis

Sesuai penyakit yang mendasari seperti DM, infeksi traktus urinarius,

hipertensi, hiperurikemi, Lupus Eritematosus Sistemik (LES).


Sindrom uremia ( lemah, letargi, anoreksia, mual muntah, nokturia, kelebihan
volume cairan, neuropati perifer, pruritus, uremic frost, perikarditis, kejang

sampai koma).
Gejala komplikasi

seperti hipertensi, anemia, osteodistorfi renal, payah

jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit (sodium, kalium,


khlorida) .
Kegawatan CKD
1. Asidosis Metabolik
o Koreksi intravenous jika PH<7,1

o
o

HCO3 < 12
JIka HCO3 13 -18 maka dilakukan koreksi dengan tablet biknat

3x500mg
o Koreksi biknat : blind bolus 50 mEq (encerkan dulu 1:1)
o Drip 200 cc D5 (tetes 20x/menit)
o Rumus Na-Bik = 0,3 x BB (kg) x [def HCO3 (mEq/L x 0,0084]
o Bila tidak berhasil dilakukan dialysis
2. Overhidrasi
Tanda :
o
o
o
o
o

Sesak
Napas kusmaul Asidosis metabolic
RBH (+)
Suara dasar vesikuler
JIka parah : Batuk darah (Pink Frothy) akan berlanjut menjadi
hemptoe (warna mera cerah)

3. Kejang
Th/ : Diazepam 5-10 mg, Sekobarbita 30-50 mg (i.v)
4. Syndrom Uremia
Mual, Muntah, kejang
5. Hiperkalemi
Klasifikasi:

Ringan (Mild)
: 5,5 6,5 mEq/L
Sedang (Moderate) : 6,5 7,5 mEq/L
Berat (severe)
: > 7,5 mEq/L

Penanganan :
o
o

Rendah
Sedang

: koreksi dengan kalitake 3x1 sachet


: koreksi dengan kalitake (Ion Exchange resin) 3x2

sachet, menggunakan syring pump


kalitake berfungsi untuk menghambat penyerapan kalium dalam
o

usus sehingga penurunannya cepat


Berat :
- Insulin 10 unit + 2 fl. D40
Kenapa insulin? Insulin dapat memasukan kalium intravaskuler
ke dalam intra sel sehingga kalium intra sel dapat meningkat.
Pemberian insulin ini abis dlm waktu 6-8jam
Pemberian insulin dapat mengakibatkan hipoglikemi sehingga
harus ditambah dengan D40
- Ca Gluc. 10%, 0,5 ml/ kgBB (10-20 ml) i.v bolus dalam 35 menit sebagai kompetitor

Na-bik 45-90 mEq/L i.v blus beberapa menit (ssi analisis


BGA)

6. Perdarahan
7.
Krisis Hipertensi
Diagnosis :
Anamnesis

: Lemas, mual, muntah, sesak, pucat, BAK kurang

PF

: Anemis, kulit kering, edema tungkai-palpebra, tanda-tanda

bendungan
Laboratorium
DD/

: Gangguan fungsi ginjal


: GGA

Trias CKD :

Azotemia
Anemia
HT

Anemia pada CKD


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Defisiensi eritropoetin : Produksi kurang


Def. Fe
Blood loss, perdarahan GIT, pengambilan sample
umur eritrosit pendek karena uremia
inhibitor eritropoesis
intake kurang

Krisis Hipertensi : keadaan HT yang membutuhkan penurunan TD segera karena


akan mempengaruhi keadaan pasien selanjutnya
a. HT emergency : dibutuhkan penurunan TD segera-parenteral
Kerusakan organ target
b. HT urgency

: Penurunan TD beberapa jam (24 jam) oral

Tidak disertai kerusakan organ


b. Pemeriksaan laboratorium

Tujuan pemeriksaan laboratorium yaitu memastikan dan

menentukan derajat

penurunan faal ginjal (LFG), identifikasi etiologi dan menentukan perjalanan


penyakit termasuk semua faktor pemburuk faal ginjal.
a.Pemeriksaan faal ginjal (LFG)
Pemeriksaan ureum, kreatinin serum dan asam urat serum sudah cukup memadai
sebagai uji saring untuk faal ginjal (LFG).
b.Etiologi gagal ginjal kronik (GGK)
Analisis urin rutin, mikrobiologi urin, kimia darah, elektrolit dan imunodiagnosis.
c.Pemeriksaan laboratorium untuk perjalanan penyakit
Progresivitas penurunan faal ginjal, hemopoiesis, elektrolit, endokrin, dan
pemeriksaan lain berdasarkan indikasi terutama faktor pemburuk faal ginjal (LFG).
c. Pemeriksaan penunjang diagnosis
Pemeriksaan penunjang diagnosis harus selektif sesuai dengan tujuannya, yaitu:
1) Diagnosis etiologi GGK
Beberapa pemeriksaan penunjang diagnosis, yaitu foto polos perut, ultrasonografi
(USG), nefrotomogram, pielografi retrograde, pielografi antegrade dan Micturating
Cysto Urography (MCU).
2) Diagnosis pemburuk faal ginjal
Pemeriksaan radiologi dan radionuklida (renogram) dan pemeriksaan ultrasonografi
(USG)
3) Diagnosis Radiologis

FPA, bisa tampak radio opak


Pielografi intravena ( jarang ) karena kontras sering tidak bisa melewati filter
glomerulus, khawatir pengaruh toksik oleh kontras terhadap ginjal yang sudah

mengalami kerusakan
Pielografi antegrad dan retrograd sesuai indikasi
USG ginjal, memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, korteks menipis,

adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa, kalsifikasi


Pemeriksaan pemindaian ginjal atau renografi bila ada indikasi

4) Biopsi dan Pemeriksaan Histopatologi Ginjal


Dilakukan pada pasien dengan ukuran ginjal yg masih mendekati normal, dimana
diagnosis secara noninvasif tidak bisa ditegakkan. Tujuannya mengetahui etiologi,
terapi, prognosis, dan mengevaluasi terapi yg diberikan.
Berikut adalah macam- macam dari penanganan Gagal Ginjal Kronis:
a) Konservatif

Diet TKRP (Tinggi Kalori Rendah Protein)


Protein dibatasi karena urea, asam urat dan asam organik merupakan hasil
pemecahan protein yang akan menumpuk secara cepat dalam darah jika terdapat
gangguan pada klirens renal. Protein yang dikonsumsi harus bernilai biologis
(produk susu, telur, daging) di mana makanan tersebut dapat mensuplai asam
amino untuk perbaikan dan pertumbuhan sel. Biasanya cairan diperbolehkan 300600

ml/24

jam.

Kalori

untuk

mencegah

kelemahan

dari Karbohidrat dan

lemak.Pemberian vitamin juga penting karena pasien dialisis mungkin kehilangan


vitamin larut air melalui darah sewaktu dialisa.
b) Simptomatik
1. Hipertensi ditangani

dengan

medikasi

antihipertensi

kontrol

volume

intravaskuler. Gagal jantung kongestif dan edema pulmoner perlu pembatasan


cairan, diit rendah natrium, diuretik, digitalis atau dobutamine dan dialisis.
Asidosis metabolik pada pasien CKD biasanya tanpa gejala dan tidak perlu
penanganan, namun suplemen natrium bikarbonat pada dialisis mungkin
diperlukan untuk mengoreksi asidosis.
2. Anemia
Penatalaksanaan anemia dengan rekombinan erythropoiesis-stimulating
agents (ESAs) dapat memperbaiki kondisi pasien CKD dengan anemia secara
signifikan.ESAs

harus

diberikan

untuk

mencapai

dan

mempertahankan

konsentrasi hemoglobin 11.0 sampai 12.0 gr/dL. Pasien juga harus menerima
suplemen zat besi selama menerima terapi ESA karena erythropoiesis yang
diinduksi secara farmakologis dibatasi oleh supply zat besi, ditunjukkan dengan
kebutuhan ESA yang lebih sedikit setelah pasien menerima suplemen zat besi.
Selain itu, karena tubuh membentuk banyak sel darah merah, tubuh juga
memerlukan banyak zat besi sehingga dapat terjadi defisiensi zat besi.Serum
ferritin dan persen transferrin saturation mengalami penurunan setelah 1 minggu
terapi ESA pada pasien dengan CKD yang menerima dialysis.Karena pasien
CKD mengalami gangguan metabolism zat besi, serum ferritin dan persen
transferrin saturation harus dipertahankan lebih tinggi daripada individu
normal.Maintenance serum ferritin yang disarankan yaitu 200 ng/mL, dan
persen transferrin saturation 20%.Sebagian besar pasien CKD membutuhkan
suplementasi zat besi parenteral untuk mencapai kadar zat besi yang
disarankan.

c) Terapi Pengganti
1. Transplantasi Ginjal
Transplantasi ginjal adalah terapi yang paling ideal mengatasi gagal ginjal karena
menghasilkan rehabilitasi yang lebih baik disbanding dialysis kronik dan
menimbulkan perasaan sehat seperti orang normal. Transplantasi ginjal
merupakan prosedur menempatkan ginjal yang sehat berasal dari orang lain
kedalam tubuh pasien gagal ginjal. Ginjal yang baru mengambil alih fungsi kedua
ginjal yang telah mengalami kegagalan dalam menjalankan fungsinya.Seorang
ahli bedah menempatkan ginjal yang baru (donor) pada sisi abdomen bawah dan
menghubungkan arteri dan vena renalis dengan ginjal yang baru. Darah mengalir
melalui ginjal yang baru yang akan membuat urin seperti ginjal saat masih sehat
atau berfungsi. Ginjal yang dicangkokkan berasal dari dua sumber, yaitu donor
hidup atau donor yang baru saja meninggal (donor kadaver).
2. Cuci Darah (dialisis)
Dialisis adalah suatu proses dimana solute dan air mengalami difusi secara pasif
melalui

suatu

membran

berpori

dari

satu

kompartemen

cair

menuju

kompartemen cair lainnya. Hemodialisis dan dialysis merupakan dua teknik


utama yang digunakan dalam dialysis, dan prinsip dasar kedua teknik itu sama,
difusi solute dan air dari plasma ke larutan dialisis sebagai respons terhadap
perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu.
a. Dialisis peritoneal mandiri berkesinambungan atau CAPD
Dialisis peritoneal adalah metode cuci darah dengan bantuan membran
selaput rongga perut (peritoneum), sehingga darah tidak perlu lagi dikeluarkan
dari tubuh untuk dibersihkan seperti yang terjadi pada mesin dialisis.CAPD
merupakan suatu teknik dialisis kronik dengan efisiensi rendah sehingga perlu
diperhatikan kondisi pasien terhadap kerentanan perubahan cairan (seperti
pasien diabetes dan kardiovaskular).
b. Hemodialisis klinis di rumah sakit
Cara yang umum dilakukan untuk menangani gagal ginjal di Indonesia adalah
dengan menggunakan mesin cuci darah (dialiser) yang berfungsi sebagai
ginjal buatan.
Hemodialisis

Hemodialisis (HD) adalah cara pengobatan / prosedur tindakan untuk


memisahkan darah dari zat-zat sisa / racun yang dilaksanakan dengan
mengalirkan darah melalui membran semipermiabel dimana zat sisa atau racun ini
dialihkan dari darah ke cairan dialisat yang kemudian dibuang, sedangkan darah
kembali ke dalam tubuh sesuai dengan arti dari hemo yang berarti darah dan
dialisis yang berarti memindahkan
Tujuan hemodialisis adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik
dari darah dan mengeluarkan air yang berlebihan.Pada hemodialisis, aliran darah
yang penuh dengan toksik dan sisa nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dialiser
tempat darah tersebut di bersihkan dan kemudian di kembalikan lagi ke tubuh
pasien.
Terdapat tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu: difusi,
osmosis, dan ultrafiltrasi.
Toksin dan zat limbah di keluarkan melalui proses difusi dengan cara
bergerak dari darah yang memilki konsentrasi tinggi ke cairan yang
konsentrasi rendah.
Air yang berlebihan akan di keluarkan dari tubuh melalui proses osmosis.
Pengeluaran air dapat di kendalaikan dengan menciptakan gradien
tekanan dengan kata lain, air bergerak dari daerah dengan tekanan yang
lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang loebih rendah (cairan
dialisat).gradien ini dapat di tingkatkan meleui tekanan negatif yang di
kenal dengan ultrafiltrasi. Tekanan negatif ini di terapkan pada alat ini
sebagai kekuatan penghisap pada membran dan memfasilitasi pengeluran
air karena pasien tidak dapat mengekresikan ari kekuatan ini di perlukan
untuk mengeluarkan cairan hingga tercapai isovolemia(keseimbangan
cairan).

Penatalaksanaan pasien yang menjalani hemodialisis jangka panjang

Diet dan massalah cairan


Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani hemodialisis
mengingat adanya efek uremia. Apabila ginajal yang rusak tidak mampu

mengekresikan produk akhir metabolisme, subtansi yang bersifat asam ini akan
menumpuk dalam serum pasien dan bekerja sebagai racun atau toksin yang di
kenal dengan gejala uremik.

Pertimbangan medikasi
Banyak obat yang dieksresikan seluruhnya atau sebagian melalui ginjal. Pasien
yang memerlukan obat-obatan harus di pantau dengan ketat untuk memastikan
agar kadar obat-oabatan dalam darah dan jaringan dapat di pertahankan tanpa
menimbulkan akumulasi toksik.

Komplikasi terapi dialisis sendiri dapat mencakup hal-hal berikut:


1. Hipotensi dapat terjadi selama terapi dialisis ketika cairan di keluarkan.
2. Emboli udara merupakan komplikasi yang jarang tetapi dapat saja terjadi
jika udara memasuki sistem vaskuler pasien.
3. Nyeri dada dapat terjadi karena pCO2menurun bersamaan dengan
terjadinya sirkulasi darah di luar tubuh.
4. Pruritus dapat terjadi selama terapi dialisis ketika produk akhir
metabolisme meninggalkan kulit.
5. Gangguan keseimbangan dialisis terjadi karena perpindahan cairan
serebral dan muncul sebagai serangan kejang.
6. Kram otot yang nyeri terjadi ketikacairan dan elektrolit dengan cepat
meningglkan ruang ekstrasel.
7. Mual dan muntah merupakan peristiwa yang sering terjadi.

F. KOMPLIKASI GAGAL GINJAL KRONIS

Komplikasi potensial gagal ginjal kronis yang memerlukan pendekatan


kolaboratif dalam perwatan mencakup ;
1. Hiperkalemia akibat penurunana ekskresi asidos metabolik, katabolisme dan
masukkan diet berlebihan.
2. Peridarkitis, ekusi perikardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk
sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuad.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem reninangiotensin-aldosteron. Hipertensi ini bias menyebabkan GGK namun juga bisa
lebih memperparah hipertensi yang sudah ada, atau disebut hipertensi
malignansi
4. anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi oleh toksin, dan kehilangan
darah selama hemodalisis
5. Penyakit tulang kalsifikasi metastatik akibat retensi fostat, kadar kalsium serum
yang rendah metabolisme vit. D abnormal, dan peningkatan kadar aluminium.
(Smeltzer & Bare, 2002)
G. PENCEGAHAN GAGAL GINJAL KRONIS
Umumnya penyakit ini tidak dapat dicegah sepenuhnya meski dapat mengambil
langkah-langkah untuk mengurangi risiko berkembangnya penyakit ginjal kronis
atau chronic kidney disease (CKD). (Supartondo, 2001)
a. Pola Makan Sehat
Pola makan sehat penting untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah
dan menjaga tekanan darah tetap normal. Kedua kondisi ini penting untuk
mencegah terjadinya penyakit ginjal kronis. Konsumsilah makanan berimbang
meliputi banyak sayuran dan buah segar.
Selain itu, kontrol kadar kolesterol dengan menghindari makanan kaya lemak
jenuh tinggi seperti goreng-gorengan, mentega, santan kelapa, keju, kue, biskuit,
serta makanan-makanan yang mengandung minyak kelapa atau minyak sawit.
Sebaliknya, disarankan untuk mengonsumsi makanan yang kaya lemak tidak
jenuh yang dapat mengurangi kadar kolesterol, antara lain minyak ikan, avocad,
kacang dan biji-bijian, minyak bunga matahari, minyak biji sesawi, minyak zaitun.
Selain itu, terlalu banyak garam juga akan meningkatkan tekanan darah. Penting
untuk membatasi konsumsi garam tidak lebih dari 6 gram sehari yang setara
dengan satu sendok teh penuh.

b. Hindari Rokok dan Minuman Keras


Selain

meningkatkan

risiko serangan

jantung dan stroke,

merokok

dan

mengonsumsi minuman keras dapat memperburuk kondisi gangguan ginjal yang


sudah terjadi. Selain meningkatkan kadar kolesterol dalam darah, mengonsumsi
minuman keras secara berlebihan akan meningkatkan tekanan darah Anda.
Pastikan Anda tidak mengonsumsi lebih dari 2-2,5 kaleng bir berkadar alkohol
4,7% per hari.
c. Olahraga Teratur
Naiknya tekanan darah dan risiko berkembangnya CKD dapat diminimalkan
dengan olahraga teratur. Disarankan untuk menjalankan aktivitas aerobik dengan
intensitas menengah seperti berenang atau lari pagi selama setidaknya 2 -3 jam
tiap minggu.
d. Baca Petunjuk Obat
Pastikan mengikuti petunjuk pemakaian jika memang harus mengonsumsi
obat pereda sakit. Konsumsi obat anti-inflamasi non-steroid seperti aspirin
dan ibuprofendalam dosis berlebih dapat menyebabkan gangguan ginjal.
e. Waspada Diabetes, kenali faktor resiko penyakit ginjal
Penyakit kronis (bersifat menetap dalam jangka panjang), seperti diabetes,
dapat berpotensi menyebabkan gangguan ginjal kronis. Tiap tahun, pengidap
diabetes disarankan untuk memeriksakan fungsi ginjalnya. Ikuti saran dokter dan
lakukan langkah-langkah untuk menjaga kondisi tubuh.

DAFTAR PUSTAKA
Djoko,

Santoso.,

2008.

Angka

Kejadian

Sakit

Ginjal

di

Indonesia.

http://www.angka.kejadian.int/publication//AB%20AGUSS.htm di unduh pada


tanggal 17 Januari 2016 pukul 19.00 WIB
Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines for
planning and documenting patients care. Alih bahasa:Kariasa,I.M. Jakarta:
EGC; 2000
Fauci et al. 2008.Harrisons Principles of Internal Medicine, 17 th Edition. United States
of America: McGraw-Hill Companies, Inc.
Long, Barbara C, 1996, Perawatan Medikal Bedah, (Volume 2), Penerjemah: Karnaen,
Adam, Olva, dkk, Bandung: Yayasan Alumni Pendidikan Keperawatan
Nettina, Sandra M., 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran.
EGC, Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C., Bare, Brenda G. 2005. Brunner & Suddarth Textbook of Medical
Surgical Nursing 10th Edition. Lippincott Williams & Wilkins
Suhardjono, dkk., 2001. Gagal Ginjal Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II.
Edisi Ketiga. FK UI, Jakarta.
Supartondo. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit

FKUI

Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson.2006. Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses


Penyakit.Jakarta : EGC
Nurko, Saul. 2006. Anemia in chronic kidney disease:Causes, diagnosis, treatment.
Cleveland Clinic Journal of Medicine. 73(3): 289-97

Anda mungkin juga menyukai