BAB I
PENDAHULUAN
PT.Petrokimia Gresik merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
dalam lingkup Departemen Perindustrian dan Perdagangan RI yang bernaung
dibawah Holding Company PT. Pupuk Indonesia. PT. Petrokimia Gresik berusaha
dalam bidang produksi pupuk, bahan kimia, pestisida dan jasa lainnya. Nama
Petrokimia berasal dari kata Petroleum Chemical disingkat menjadi
Petrochemical, yaitu bahan-bahan kimia yang dibuat dari minyak bumi dan gas.
Perusahaan ini merupakan pabrik pupuk kedua di Indonesia setelah PT.
Pupuk Sriwidjaya (Pusri) di Palembang dan juga merupakan pabrik pupuk
terlengkap di antara pabrik pupuk lainnya yang ada di Indonesia. Jenis pupuk
yang diproduksi oleh pabrik ini antara lain adalah Urea, Zwavelzuur Amoniak
(ZA), Super Phosphat (SP), NPK, Phonska, dan pupuk organik.
Pada mulanya perusahaan ini berada di bawah Direktorat Industri Kimia
Dasar, tetapi sejak tahun 1992 berada di bawah Departemen Perindustrian dan
pada awal tahun 1997 PT.Petrokimia Gresik berada dibawah naungan Departemen
Keuangan. Akan tetapi, akibat adanya krisis moneter yang dialami bangsa
Indonesia menyebabkan PT. Petrokimia Gresik menjadi Holding Company PT.
Pupuk Sriwijaya pada tahun 1997. Dan pada tahun 2012 PT Pupuk Sriwijaya
namanya diubah menjadi PT Pupuk Indonesia Holding Company.
1.1
wilayah Indonesia yang merupakan negara agraris dan memiliki sumber daya
alam yang sangat melimpah sehingga titik berat pembangunan terletak pada sektor
pertanian. Salah satu usaha intensifikasi pertanian yang dilakukan adalah
dengan cara mendirikan pabrik pupuk untuk
memenuhi kebutuhan pupuk nasional, salah satu diantaranya adalah pabrik pupuk
PT.PETROKIMIA GRESIK.
Secara kronologis, sejarah singkat perkembangan PT. Petrokimia Gresik
adalah sebagai berikut:
Tahun 1960
Tahun 1962
Tahun 1964
Pembangunan
pabrik
ini
dilaksanakan
berdasarkan
Instruksi
Presiden
Tahun 1968
Pada masa ini kegiatan berhenti dikarenakan krisis ekonomi yang berkepanjangan,
sehingga jalannya produksi harus berhenti. Dampak dari krisis tersebut
menyebabkan perusahaan mengalami krisis juga. Biaya operasi yang tinggi
dimana biaya produksi tidak sesuai dengan hasil penjualan menyebabkan
perusahaan mengalami kerugian. Oleh karena itu, perusahaan membutuhkan
suntikan dana dari pemerintah pusat.
Tahun 1971
Status badan usaha dari Projek Perokimia Surabaja diubah menjadi Perusahaan
Umum (Perum) berdasarkan Peraturan Pemerintah No.55 Tahun 1971.
Tahun 1972
Perusahaan ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 10 Juli 1972.
Selanjutnya tanggal tersebut diperingati sebagai hari jadi PT. Petrokimia Gresik.
Tahun 1975
Status badan usaha PT. Petrokimia Gresik diubah menjadi Perusahaan Perseroan
berdasarkan Peraturan Pemerintah No.14 tahun 1975.
Tahun 1997
PT. Petrokimia Gresik melakukan holding dengan PT. Pupuk Sriwijaya (Persero)
sebagai induknya berdasarkan PP No.28 tahun 1997.
Tahun 2012
pabrik
TSP
II oleh
Spie
Batignoles
serta
perluasan
pelabuhan dan unit penjernihan air di Babat dengan kapasitas 3000 m3/jam.
c. Perluasan ketiga (10 Oktober 1984)
Pembangunan pabrik asam phospat dan produk samping yang meliputi pabrik
asam sulfat, pabrik cement retarder, pabrik aluminium fluorida, pabrik
ammonium sulfat, pabrik kalium sulfat, dan unit utilitas. Perluasan ini
dilakukan oleh kontraktor Hitachi Zosen Jepang.
d. Perluasan keempat ( 2 Mei 1986)
Pembangunan pabrik pupuk ZA III oleh tenaga-tenaga PT. Petrokimia Gresik
mulai dari studi kelayakan sampai pengoperasiannya.
1.3
produk kimia lainnya yang berdaya saing tinggi dan produknya paling
diminati konsumen.
1.3.2
2.
3.
4.
5.
Adapun arti bentuk dan warna dari logo PT. Petrokimia Gresik antara lain :
Produksi,
Direktur
Keuangan,
Direktur
Teknik
dan
Departemen
atau
Kepala
Biro. Ada
beberapa
Kepala
Pengawas Shift
Bagian Candal
Produksi III
Bagian Asam
Fosfat
Bagian CR dan
ALF3
Bagian
ZA II
5 orang
25 orang
67 orang
: 216 orang
: 602 orang
: 1140 orang
7. Pelaksana
: 1289 orang
8. Bulanan Percobaan
- orang
3339 orang
2. Sarjana
: 511 orang
3. Diploma III
104 orang
78 orang
4. SMU
: 2640 orang
5. SMP
: 184 orang
6. SD
2 orang
3339 orang
1.6
: 20,8% min
Belerang
: 23,8% maks
: 1,0% maks
Kegunaan produk ini adalah sebagai sumber unsur hara nitrogen dan
belerang bagi tanaman, serta bahan baku pembuatan Herbisida dan
Lysine-HCl.
3. Pabrik Pupuk Urea
: 46% min
Biuret
: 1% maks
Kadar Air
: 0,5% maks
Bentuk
: Kristal
: 460.000 ton/tahun
Bahan Baku
Selain produk utama diatas, juga menghasilkan bahan baku dan produk
samping untuk dijual, antara lain:
1. Amoniak dengan kapasitas produksi sebesar 455.000 ton/tahun yang
digunakan untuk pembuatan pupuk ZAI/III, urea, dan Phonska.
2. CO2 cair dengan kapasitas produksi sebesar 10.000 ton/tahun.
3. CO2 padat (dry ice) dengan kapasitas produksi sebesar 4.000 ton/tahun.
4. Gas Nitrogen dengan kapasitas produksi sebesar 500.000 NCM/tahun.
5. Nitrogen cair dengan kapasitas produksi sebesar 250.000 ton/tahun.
6. Gas Oksigen dengan kapasias produksi sebesar 600.000 NCM/tahun.
7. Oksigen cair dengan kapasitas produksi sebesar 3300 ton/tahun.
1.6.2 Departemen Produksi II Pabrik Pupuk Phospat
Departemen Produksi II terdiri dari 3 pabrik pupuk phospat, antara lain:
1. Pabrik Pupuk SP-36
Kapasitas
: 1.000.000 ton/tahun
Bahan Baku
: 36% min
P2O5 Cs
: 34% min
P2O5 Ws
: 30% min
Sulfur
: 5.0% min
FA
: 6.0% maks
H2O
: 5.0% maks
: 1.000.000 ton/tahun
: Batuan Fosfat, H3PO4, Clay dan H2SO4
: Padatan tidak bersifat higroskopis, mudah larut dalam air
: Sumber unsur hara Fosfat bagi tanaman
: 18% min
P2O5 WS
: 14% min
Sulfur
: 5.0% min
FA
: 6.0% maks
H2O
: 8.0% maks
: 300.000 ton/tahun
Bahan Baku
No SNI
: (SNI 02-2803-2000)
Komposisi Produk ini adalah
N total
: 15%
10
P2O5 Cs
: 15%
K2O
: 15%
Sulfur (S)
: 10%
Air
: 2% maks
: 6% min
: 6% min
: 6% min
: 30% min
: 1.0% maks
: 18%
: 46%
11
Air
: 1% maks
8. Pabrik HCl
Kapasitas
Bahan Baku
Kalium (K2O )
: 50 %
Sulfur
: 17 %
Chlorida sbg Cl
: 2.5 % maks
Air
: 1.0 % maks
: 0.2% maks
: 0.02% maks
: 12.5%
12
C/N Ratio
: 1-25%
Air
: 4-12%
Berbahan aktif mikro organisme yang dapat melarutkan P yang terikat oleh
partikel tanah menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman, sekaligus
menambat N dari udara untuk dimanfaatkan oleh tanaman.
1.6.3 Departemen Produksi III Pabrik Asam Phospat
Beroperasi sejak tahun 1984, terdiri dari 4 pabrik, antara lain:
1. Pabrik Asam Phospat
Kapasitas produksi sebesar 172.450 ton/tahun dimana produknya
digunakan untuk pembuatan pupuk TSP/SP-36. Dihasilkan produk
samping berupa gypsum yang digunakan untuk bahan baku unit cemen
retarder serta pupuk ZA II dan produk samping berupa asam fluosilikat
(H2SiF6) yang digunakan untuk bahan baku unit Alumunium Flourida.
2. Pabrik Asam Sulfat
Kapasitas produksi sebesar 520.400 ton/tahun dan digunakan sebagai
bahan baku unit Asam Phospat dan unit Pupuk Phospat.
3. Pabrik ZA II
Mulai beroperasi pada tahun 1984. Kapasitas produksi sebesar 250.000
ton/tahun. Bahan baku berupa gypsum dan amoniak cair, dimana gypsum
diperoleh dari hasil samping proses pembuatan asam phospat.
4. Pabrik Cemen Retarder
13
2. PT. PETROSIDA
Perusahan ini menghasilkan bahan aktif pestisida. PT. Petrokimia
Gresik memiliki saham sebesar 99,9%. Beroperasi mulai tahun 1984 dan
dimaksudkan untuk memasok bahan baku PT. Petrokimia Kayaku. Jenis
produk yang dihasilkan adalah:
BPMC
: 2.500 ton/tahun
MIPC
: 700 ton/tahun
Diazinon
: 2.500 ton/tahun
Carbaryl
: 200 ton/tahun
14
Phthalic Anhydride
Maleic Anhydride
: 30.000 ton/tahun
: 1.200 ton/tahun
3. PT. PETROCENTRAL
Perusahaan ini merupakan hasil patungan antara PT.Petrokimia Gresik
(9,8%), PT. Kodel Jakarta (10,83%), PT. Supra Veritas (6,37%), PT. Salim
Chemical (6,37%), PT.Fosfindo Surabaya (12,74%), dan PT. Unggul I.C
(53,89%). Mulai beroperasi tahun 1990 dengan hasil produksinya berupa
Sodium Tripoly Phosphate (STPP) dengan kapasitas 40.000 ton/tahun.
4. PT. KAWASAN INDUSTRI GRESIK
Perusahaan ini merupakan patungan antara PT. Petrokimia Gresik dan
PT.Semen Gresik dengan saham masing-masing 35% dan 65%. Perusahaan
ini menyiapkan kavling industri siap pakai seluas 135 ha dimana
didalamnya termasuk Export Processing Zone (EPZ).
5. PT. PUSPETINDO
Merupakan perusahaan patungan antara PT. Petrokimia Gresik
(32,21%), PT.Rekayasa Industri
(7,43%),
PT. Mapindo
Parama
15
16
lokasi
: Gunungsari Surabaya
bahan baku
ukuran pipa
: 14 inchi sepanjang 22 km
1.9
lokasi
: Babat Lamongan
bahan baku
ukuran pipa
: 28 inchi sepanjang 60 km
dengan jumlah karyawan yang besar serta bergerak dalam bidang kimia. Hal ini
dapat mengundang bahaya potensial yang tinggi terhadap karyawan dan
masyarakat sekitar pabrik. Dengan demikian diperlukan pengendalian sedini
mungkin terhadap gejala-gejala penyebab timbulnya bahaya, yang bertujuan
melindungi seluruh karyawan dan masyarakat sekitarnya serta menekan kerugian
perusahaan yang dapat ditimbulkan karena kecelakaan yang terjadi.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan program yang mutlak
harus dikerjakan dalam setiap perusahaan sebagai upaya pencegahan dan
pengendalian kerugian akibat kecelakaan, kerusakan harta benda perusahaan, serta
kerusakan lingkungan. Penerapan K3 di PT. Petrokimia Gresik sebagai usaha
penjabaran Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 dan peraturan K3 lainnya dalam
17
rangka perlindungan terhadap seluruh aset perusahaan baik sumber daya manusia
dan faktor produksi lainnya.
Program K3 telah terintegrasi dalam seluruh fungsi perusahaan, baik
dalam fungsi perencanaan, produksi, dan pemasaran maupun fungsi lainnya dalam
perusahaan. Tanggung jawab pelaksanaannya merupakan kewajiban seluruh
karyawan dan orang yang berada atau bekerja di lingkungan perusahaan.
Keberhasilan penerapan K3 didasarkan atas kebijakan pengelolaan K3
yang diambil oleh pimpinan perusahaan yang diantaranya adalah :
melakukan
pekerjaan
untuk
meningkatkan
produksi
dan
pruduktivitas.
Pengurus/pimpinan perusahaan diwajibkan memenuhi dan menaati syaratsyarat dan ketentuan keselamatan kerja yang berlaku bagi usaha dan tempat
kerja yang dijalankan.
18
1.9.2.1 Tujuan K3
Menciptakan sistem K3 ditempat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam
rangka mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
terciptanya tempat kerja yang aman, nyaman, efisien, dan produktif.
1.9.2.2. Sasaran K3
Memenuhi
Permen
Naker
No.PER/05/MEN/1996
tentang
Sistem
Manajemen K3.
Insiden
Suatu kejadian yang dapat merugikan perusahaan.
Kecelakaan
Sebagai suatu peristiwa yang tidak diharapkan, tidak direncanakan, dapat
terjadi kapan saja dan dimana saja, dalam rangkaian peristiwa yang terjadi
karena berbagai sebab, yang mengakibatkan kerugian fisik (luka atau
penyakit) terhadap seseorang, rusaknya harta milik perusahaan, hampir
terjadinya gangguan usaha atau setiap kombinasi dari efek tersebut.
Kecelakaan Kerja
Kecelakaan
yang
dialami
oleh
seorang
karyawan
semenjak
ia
19
jam kerja dan istirahat, maupun sekembalinya dari tempat kerjanya menuju
rumah kediamannya dengan melalui jalan yang biasa ditempuh atau wajar.
1.9.3.2. Sasaran Keselamatan Kerja
Sasaran usaha keselamatan kerja mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut:
Kemanusiaan
Berupaya mencegah terjadinya penderitaan bagi tenaga kerja dengan
demikian
menciptakan
terwujudnya
keamanan,
gairah
kerja,
dan
kesejahteraan karyawan.
Ekonomi
Berupaya menghindarkan terjadinya kerugian bagi perusahaan dari kegiatan
produksi untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas.
Sosial
Berupaya menciptakan kesejahteraan sosial dan memberikan perlindungan
bagi masyarakat terhadap bahayabahaya yang timbul akibat dari kegiatan
perusahaan.
Hukum
Berupaya melaksanakan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah di perusahaan.
20
menetapkan
UU
No.1/1970,
Permen
Naker
21
jumlah terbanyak dan direktorat yang mempunyai potensi bahaya tertinggi, yaitu
Direktorat Produksi. Pembentukan organisasi K3 secara fungsional akan
memudahkan koordinasi dan kontrol terhadap bahaya-bahaya yang mungkin
timbul di unit kerja dan dapat memberikan pengaruhnya kepada pimpinan dan
karyawan di unit kerjanya masing-masing, sehingga pengendalian kerugian yang
diakibatkan oleh kecelakaan dapat dikendalaikan secara efektif.
1.9.6.1. Organisasi Struktural
KARO K3
KABAG K3
KABAG PMK
Gambar 1.3 Struktur Biro K-3
22
h. Menyediakan
alat
pelindung
diri
bagi
karyawan
dan
j.
k. Melakukan
pengembangan
K3
sejalan
dengan
perkembangan
perusahaan.
l.
23
Safety Representative
Safety Representative adalah merupakan komite pelaksanaan K3 yang
mempunyai tugas untuk melaksanakan dan menjabarkan kebijakan K3
perusahaan serta melakukan peningkatan-peningkatan K3 di unit kerja yang
menjadi wewenang dan tanggung jawabnya. Adapun K3 dibentuk berjenjang
sebagai berikut :
a. Badan K3 tingkat Departemen/Biro/Bidang
Ketua
Sekretaris
: Direksi
: Kabag Keselamatan Kerja
: 1. Semua Kakomp/Kasat
2. Semua Kadep/Karo/Kabid
3. Kabag Shift
4. Kabag Higiene Perusahaan
Anggota
: Semua
Kabag
dan
semua
Kasi d ibawah
24
DIREKSI
Kebijakan K3
di Perusahaan
KAKOMP/KASAT/SEKPER
KADEP/KARO/KABID
Bertanggungjawab:
-Penerapan K3 secara efektif
-Menciptakan kultur K3
-Pengawasan K3
DEP/BIRO
PENGELOLA
P2K3
KABAG/KASI
-Pengawasan dan
Bertanggung jawab:
pembinaan K3 di
-Program & operasional
perusahaan
-Penerapan peraturan K3
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -Pengawasan K3
Universitas Diponegoro
-K3
-Lingkungan
-Keamanan
Bertanggung jawab:
-Penerapan K3
-Pengembangan
25 K3
-Pengawasan Pelaksanaan
K3 di perusahaan
KARU/PELAKSANA
Bertanggung jawab:
-Penerapan K3 di unit kerja
-Ketaatan pelaksanaan K3
BADAN K-3
Bertanggung jawab:
-Penerapan K3 di unit kerja
-Ketaatan Pelaksanaan K3
26
Rumus =
Rumus =
1.9.8.3. Audit SMK3
Sistem penilaian program dan kinerja K3 diperusahaan.
Pokok Sasaran
1. Manajemen Audit
27
Tujuan Audit K3
1. Menilai dan mengidentifikasi secara kritis dan sistematis semua
sumber bahaya potensial.
2. Mengukur dan memastikan secara obyektif pekerjaan apakah telah
berjalan sesuai dengan perencanaan dan standar.
3. Menyusun suatu rencana koreksi untuk menentukan langkah dan cara
mengatasi sumber bahaya potensial.
Pelaksanaan Audit K3
1. Audit Intern
Audit K3 intern dilakukan setiap 6 bulan sekali.
2. Audit Ekstern
Audit K3 ekstern dilakukan setiap 3 tahun sekali atau sesuai dengan
kebutuhan.
1.9.9. Peran Aktif Pimpinan Unit Kerja
28
29
di daerah berdebu
digunakan
ditempat
kerja
dimana
pancaran
panas
dapat
membahayakan karyawan
Pelindung muka terhadap pancaran sinar ultra violet dan infra
merah
d. Alat pelindung telinga
Untuk melindungi telinga terhadap kebisingan dimana bila alat tersebut
tidak dipergunakan dapat menurunkan daya pendengaran dan ketulian
yang bersifat tetap. Macam alat pelindung telinga antara lain:
Masker kain
30
untuk
melindungi
mata,
hidung,
mulut
dari
Masker
gas
dengan
udara
containing breathing
apparatus)
Digunakan untuk melindungi mata, hidung, dan mulut dari
gas/uap/fumes yang dapat menimbulkan gangguan keselamatan dan
kesehatan karyawan.
Syarat pemakaiannya adalah sebagai berikut :
31
air respirator).
Digunakan untuk melindungi mata, hidung, dan mulut dari
gas/uap/fumes yang dapat menimbulkan gangguan pada keselamatan
dan kesehatan kerja karyawan. Syarat pemakaian adalah digunakan
di daerah yang konsentrasi oksigennya rendah,
kontaminasi
untuk
melindungi
mata,
hidung,
mulut
dari
32
g. Sarung tangan
Digunakan untuk melindungi tangan terhadap bahaya fisik, kimia, dan
listrik. Terdapat banyak jenis sarung tangan, antara lain:
h. Sepatu pengaman
Untuk melindungi kaki terhadap gangguan yang membahayakan karyawan
di tempat kerja. Jenis-jenis sepatu pengaman antara lain :
Sepatu keselamatan
Digunakan untuk melindungi kaki dari benda yang keras atau tajam,
luka bakar karena bahan kimia yang korosif, tertembus benda tajam,
dan untuk menjaga agar seseorang tidak jatuh terpeleset oleh
air/minyak.
Sepatu karet
Digunakan untuk melindungi kaki terhadap bahan kimia yang
berbahaya.
Sepatu listrik
33
Baju pelindung yang tahan terhadap asam atau alkali (warna kuning)
Digunakan untuk melindungi seluruh bagian tubuh terhadap percikan
bahan kimia yang berbahaya baik asam maupun alkali.
Baju pelindung terhadap percikan pasir
Digunakan untuk melindungi seluruh bagian tubuh terhadap
percikan pasir pada saat membersihkan logam dengan semprotan
pasir.
di
34
Limbah cair
Emisi Gas
Zat Buangan
Pengolahan Limbah
Ammonium
Biologi
Urea
Biologi
Flour
Fisika/Kimia
Fosfat
Fisika/Kimia
Partikel padat
Fisika/Kimia
NH3
Scrubber/absorber
SO2
Scrubber/absorber
Flour
Scrubber/absorber
Debu
35
Limbah Padat
B3
Non-B3
Limbah cair
semua departemen
produksi
Equalizer
Bak
sedimentasi
Dibuang ke selokan
menuju laut
Thickener
Bak
koagulasi
36
secara fisika dan biologis. Secara fisika, limbah disedimentasi dan secara
biologi, limbah diolah dengan proses aerob menggunakan lumpur aktif.
Proses aerob merupakan proses biologi dengan menggunakan oksigen.
Reaksi yang terjadi pada pengolahan limbah biologis aerob dengan
lumpur aktif adalah:
37
38
BAB II
DESKRIPSI PROSES
2.1
Petrokimia Gresik juga telah mendirikan pabrik asam sulfat di lokasi Unit
Produksi III pada tanggal 10 Oktober 1984, Pabrik asam sulfat II dengan kapasitas
produksi 1800 ton/hari dengan produk utama asam sulfat (H2SO4) 98%.
Proses yang digunakan adalah Double Contact Double Absorbtion
(DCDA) yang dirancang oleh Hitachi Zosen/T.J. Browder. Hal ini dilakukan
karena pada tahap pembentukan SO2 dan SO3 terjadi dua kali tahapan yaitu
primary contact dan secondary contact dalam converter dengan konfigurasi (3+1).
Konfigurasi (3+1) artinya gas SO3 diabsorbsi pada tingkat intermediate absorbtion
oleh asam setelah melewati tiga bed katalis vanadium pentaoksida dan melewati
satu susunan katalis vanadium pentaoksida lagi sebelum masuk absorbsi terakhir.
Double Absorbtion yaitu absorbsi yang dilakukan secara bertahap
sebanyak dua kali dengan media pengabsorbsinya yaitu H 2SO4. Keuntungan
mnggunakan proses ini adalah dihasilkan konversi reaksi total 99,7%, lebih tinggi
daripada single contact yang digunakan oleh pabrik asam sulfat I.
2.1.1 Dasar Reaksi
S (l) + O2(g)
SO2(g)
H = -70,96 x 10 kcal/kgmol..(1)
SO2(g) + O2(g)
SO3(g)
H = -23,49 x 10 kcal/kgmol..(2)
SO3(g) + H2O(l)
H2SO4(l)
H = -32,80 x 10 kcal/kgmol..(3)
39
Kondisi aktif dari katalis V2O5 berkisar pada suhu 420-440C. Di atas 600
sampai 650C keaktifan katalis akan hilang karena rusaknya struktur katalis
carrier dan reduksi di permukaan internalnya.
2.1.3. Mekanisme Reaksi
Sulfur cair dibakar dengan menggunakan udara kering membentuk gas
SO2 dengan reaksi sebagai berikut :
S(l) + O2 (g)
SO2(g)
Pada proses kontak campuran gas yang mengandung SO2 hasil pembakaran sulfur
dengan udara kering dioksidasi menjadi SO3 dengan katalis V2O5 dengan reaksi :
SO2(g) + O2(g)
SO3(g)
H2SO4(l)
..(pers 1)
Harga negatif dari entalpi reaksi oksidasi O2 menyebabkan harga Kp dan
konversi kesetimbangan turun dengan naiknya temperatur.
Hubungan antara Kp dan temperatur menurut Bodenstein dan Pohl
mengikuti persamaan berikut :
Log Kp = 5186,5 / T + 0,611 log T 6,749...(pers 2)
Konversi kesetimbangan juga dipengaruhi oleh komposisi gas yang masuk. Jika
dimisalkan konsentrasi SO2 = a % volume dan konsentrasi O2 = b % volume,
maka Kp reaksi SO2 menjadi SO3 menurut hukum aksi massa dapat dihitung
dengan persamaan :
.........(pers3)
Perbandingan volumetrik O2/SO2 dalam gas masuk converter secara stoikiometri
adalah 0,5:1, tapi di industri digunakan perbandingan 1:1.
40
+O
O2 + 2V
2V
+ SO3
2V
............................(7)
.............................(8)
Jika reaksi pembuatan asam sulfat ini tidak menggunakan katalis, maka
supaya reaksi berjalan cepat temperatur yang dibutuhkan tinggi dan konversi yang
dicapai kurang optimal, namun kecepatan oksidasi katalitik tidak hanya
ditentukan oleh mekanisme reaksi saja tetapi juga oleh perpindahan massa dan
panas pada fase gas liquid interface liquid.
2.1.5. Kondisi Operasi
1. Temperatur input
2. Tekanan
: Bed I
Bed II
: 440 C
Bed III
: 430 C
Bed IV
: 420 C
: Bed I
: 4216 mmHg
Bed II
: 3754 mmHg
Bed III
: 3060 mmHg
Bed IV
: 1659 mmHg
4. Konversi overall
: 430 C
: 611 C
Bed II
: 521 C
Bed III
: 451 C
Bed IV
: 441 C
: 99,7%
41
2.2
Sulfur padat/flake
# 1000
600 ton/day
Purity = 98,11% w Sulfur
Handling
Ash > 50 ppm
# 1100 SO2
( Melter /
Generation
Settler /
Furnace
Filter )
#Waste
1200 Heat
SO2
Generation
BoilerFeed Water
Boiler
93 ton/hour
Converter /
Reactor
# 1300
1st Contact
Drying
Air
(BedI, II
&
Dry Air
III)
178000 Nm3 / hour SO3
nd
2Absorber
Contact
st(Bed-IV)
1 Absorber
# 1400
2nd
H2SO4
Absorber&
Storage
Distribution
Sulfur cair
Purity = 99,96% w
Ash
> 50 ppm
Reaksi : S + O2 SO2 + 70960
kcal/kgmol
Excess air ( Udara berlebihan )
Steam
91 ton / hour
Wet air
Reaksi : SO3 + H2O H2SO4 +
32800 kcal/kgmol
Proses Water 12
ton/hour
2.3
Pabrik asam sulfat Petrokimia Gresik menggunakan proses double contact double
absorber. Tahapan proses pembuatan asam sulfat antara lain :
42
43
1005 A/B) dimana sulfur cair dipompakan ke sulfur filter (Fil 1001-A/B) dengan
dirty sulfur pump (P-1002 A/B).
Fasilitas sulfur handling terdiri dari 2 jalur (stream) yang masing-masing
berkapasitas 50% dari total kapasitas. Perlengkapan yang lain adalah precoat pit
dan precoat pump serta agitator.
Sebagai bahan pelapis adalah Diatomaceous Earth, dimasukkan ke dalam
sulfur cair diaduk dengan pengaduk, dipompakan ke dalam filter, sebelum filter
operasi. Diatomaceous Earth yang digunakan 100-150 kg tiap filter precoating.
Filter didesain beroperasi tiga kali dalam 24 jam, satu kali operasi terdiri dari 6
jam penyaringan, 2 jam pembersihan termasuk precoating. Waktu penyaringan
dapat diperpanjang tergantung dari kotoran sulfur. Tipe filter adalah lembaranlembaran dan filter ditempatkan di atas untuk memudahkan pembersihan kotoran
(cake), sehingga kotoran yang akan jatuh kemudian dibuang dengan shovel loader.
Pipa-pipa sulfur cair dilengkapi jaket untuk menjaga suhu sulfur cair sekitar
135 C. Hal ini perlu dicatat bahwa viskositas sulfur cair akan menurun karena
kenaikan suhu, minimum viskositas pada suhu 153 C. Pada suhu di atas 153 C,
viskositas sulfur akan turun.
Tekanan steam 4kg/cm digunakan untuk menjaga temperatur dan viskositas
yang rendah. Sulfur cair pada keluaran filter selanjutnya ditampung dalam tangki
penyimpanan (TK-1001) bertemperatur 130-140 C dan berkapaistas 1800
ton/hari sulfur cair atau 1000m, tangki ini dilengkapi dengan steam coil dan
isolasi. Kapasitas ini sama dengan untuk keperluan operasi selama tiga hari.
2.3.2.
2.3.2.1. Tugas
Tugas dari seksi ini adalah mengoksidasi belerang cair menjadi SO 2 dan
memanfaatkan panas reaksi yang dilepaskan.
2.3.2.2. Proses
Sulfur cair bersih dari tangki penyimpanan dialirkan ke dalam sulfur burner
feed pit (D-1006) yang dibangun di bawah tanah, dilengkapi dengan steam coil
pemanas. Pit ini dilengkapi dengan pompa sulfur tipe vertical. Burner feed pump
(P-1004 A/B) berfungsi untuk memompa ke sulfur furnace (B-1101) dengan
44
tekanan 10 kg/cm. Aliran sulfur yang menuju furnace diatur dengan control
valve yang dikontrol dari ruang kontrol.
Sulfur cair yang masuk ke furnace dispray melalui sulfur burner (B-1102
A/F) dan direaksikan dengan udara kering dari tangki pengering (T-1301) menjadi
gas sebagai berikut :
S + O2
SO2
2.3.3.1. Tugas
Tugas dari seksi ini adalah mengkonversi SO 2 menjadi SO3 yang merupakan
reaksi oksidasi lanjutan.
2.3.3.2. Proses
Konverter terdiri dari 4 bed katalis, 3 bed pertama merupakan kontak tingkat
pertama dan bed yang keempat merupakan kontak tingkat kedua. Setiap tingkat
konversi (konversi tingkat pertama dan konversi tingkat kedua) masing-masing
mempunyai penyerap (absorber tingkat satu dan kedua). Proses gas yang
mengandung gas SO2 dengan suhu 430 C masuk konverter bed I dan sekitar 60%
dari gas SO2 diubah menjadi gas SO3 dengan reaksi sebagai berikut :
V2O5
SO2 + O2
SO3 + Q ............................................(10)
45
Gas keluaran bed I mengandung gas SO 3 yang suhunya 610 C masuk shell
side heat exchanger I yang panasnya diberikan kepada gas yang akan masuk ke
bed IV, kemudian gas dari bed I masuk ke bed II dengan suhu 440 C. Gas
keluaran bed II dengan suhunya 520 C masuk ke shell side heat exchanger II dan
selanjutnya gas dengan suhu 430 C masuk ke bed III, di heat exchanger gas yang
sudah dikonversikan memberikan panasnya pada gas yang masuk bed IV.
Gas keluaran bed III yang banyak mengandung gas SO 3 dengan suhu 450 C
masuk ke economizer I dan kemudian ga tersebut didinginkan menjadi 220 C
sebelum mauk menara absorbsi I.
Setelah gas SO3 diserap oleh H2SO4 di menara absorbsi (T-1302) sisa gas
dengan suhu 80 C melalui demister F-1302 dipisahkan secara paralel masuk ke
dalam bagian tube heat exchanger I dan II kemudian menjadi satu aliran sebelum
masuk bed IV.
Gas sebelum masuk bed IV dinaikkan suhunya menjadi 420 C (konversi
tingkat kedua dari double contact terjadi di katalis bed IV) dengan heat exchanger
I dan II.
Kontak tingkat II atau konversi terakhir dikatalis bed IV. Gas keluaran bed
IV dengan suhu 440 C masuk ke dalam economizer II (E-1204), gas tersebut
didinginkan menjadi 190 C sebelum masuk menara absorbsi II.
Konversi SO2 menjadi SO3 dan volume katalis V2O5 pada tiap bed adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.1. Konversi dan Volume Katalis Pada Tiap Bed
Volume katalis(liter)
Bed I
60,0
55.000
Bed II
87,0
67.000
Bed III
94,0
72.000
Bed IV
99,73
84.000
2.3.4.
Konversi(%)
2.3.4.1. Tugas
Tugas dari seksi ini adalah :
46
47
48
BAB III
SPESIFIKASI ALAT
3.1. Spesifikasi Alat pada Pabrik Asam Sulfat
3.1.1. Spesifikasi Alat Utama
3.1.1.1. Seksi 1000
1. Dump Hopper (D 1001 A/B)
Fungsi
Ukuran
Kapasitas
: 6 m
Flowrate
: 24.606 ton/jam
Jumlah
: 3 buah
: mencairkan belerang
Ukuran
: underground rectangle
5500 W x 5500 L x 2300 H
Kapasitas
: 60 m
Flowrate
: 2 x 12.303 ton/jam
Jumlah
: 2 buah
Ukuran
: APP 5001
Kapasitas
: press atomozing
Flowrate
: SA 304
Jumlah
Catalist bed
: 4 layer
Catalist type
Jumlah
: 1 buah
49
Type
: vertical cylinder
Ukuran
: 6400 x 11.250 SH
Material
Design pressure
: 0,2 kg / cm
Op. Pressure
: 0,188 kg/cm
Demister
: 19 buah
Jumlah
: 1 buah
Type
: vertical cylinder
Ukuran
: 6400D x 11.250 SH
Material
Design pressure
: 0,045 kg/cm
Op. Pressure
: 0,041 kg/cm
Demister
: 21 buah
Jumlah
: 1 buah
: 70 %
Type
: vertical cylinder
Ukuran
: 315200D x 7500 H
Material
: SA-283 GRC
Kapasitas
: 5525 m
Jumlah
: 2 buah
50
Ukuran
: 65 A x Sc HBO x 5 sets
Tekanan
: 7 kg/cm
Flowrate
: 2 x 2100 ton/jam
Suhu
: 151C
Jumlah
: 8 buah
: menyaring belerang
Type
Ukuran shell
: 1000 1D x 5200 L
Kapasitas
: 70-1000 m/jam
Filter area
: 100 m
Inlet pressure
: 100-123 psi
Kapasitas
: 1000 m
Tipe
: vertical cylinder
Jumlah
: 2 buah
Type
: horizontal
Ukuran
Tube
Produk steam
: 441 ton/jam
Pressure
: 36 kg/cm
Temperatur
: 400C
Jumlah
: 1 buah
: memproduksi steam
51
Type
Ukuran
Tube
Produk steam
: 41 ton/jam
Pressure
: 42/0,5 kg/cm
Temperatur
: 260/500 C
Jumlah
: 1 buah
Type
HAS
: 1802 m
Shell
: 3450 D x 10.000 H
Tube
Suhu design
: 620/441 C
Suhu operasi
: 609/441 C
Jumlah
: 1 buah
Type
Shell
: 1 buah
3. Economizer I ( E 1203 )
Fungsi
Type
Shell
: 480 C
: 260 C
: 540/220 C
: 105/428 C
4. Economizer 2 ( E 1204 )
52
Fungsi
Type
Shell
Tube
HAS
: 3010 m
: 400 C
: 260 C
: 440/190 C
: 105/428 C
Jumlah
: 1 buah
3.1.2.4.Seksi 1300
Type
: vertical cylinder
Ukuran
: 6400 D x 11.250 SH
Material
Design pressure
: 0,0044 kg/cm
Op. temperatur
: 60/60C
Jumlah
: 1 buah
Type
Kapasitas
: 2950 m3/menit
Type
Ukuran
DT Cooler ( E 1301 )
53
Fungsi
Type
Shell
: 271 m2
Tube
: 3010 m3
Suhu masuk/keluar
: 96/80C
Cooler 1 ( E 1302 )
Fungsi
Type
Shell
: 750 D x 9000 L
Tube
Suhu masuk/keluar
: 98/80C
Cooler 2 ( E 1303 )
Fungsi
Type
Shell
: 750 D x 9000 L
Tube
: 625 m3/jam
Suhu masuk/keluar
: 90/80C
Type
Shell
: 600 D x 5500 L
Tube
: 625 m3/jam
Suhu masuk/keluar
: 90/45C
Stack ( D 1303 )
Fungsi
Ukuran
: 2200 D x 81.800 L
54
BAB IV
UTILITAS
Utilitas merupakan suatu unit yang menunjang operasi pabrik dengan
mensuply penyediaan air, penyediaan uap, penyediaan tenaga listrik, penyediaan
udara tekan dan penanganan limbah.
Kebutuhan air di PT. Petrokimia Gresik dan anak-anak perusahaan serta
perumahan karyawan dipenuhi oleh dua unit pengolah air yang berasal dari dua
lokasi yaitu:
1. Instalasi air di Babat, berasal dari air sungai Bengawan Solo
2. Instalasi air di Gunungsari Surabaya., berasal dari air sungai Brantas
4.1
Penyediaan Air
Tahapan proses pengolahan air di Babat dan Gunungsari secara umum
adalah meliputi :
a. Penghisapan
Tahap ini menggunakan penghisapan yang dilengkapi dengan pompa vakum
untuk mengalirkan air dari sungai ke stasiun pemompa air. Pemakaian sistem
ini disebabkan ketinggian permukaan air tidak tetap.
b. Penyaringan
Tahap ini menggunakan coarse and fine screen yang berfungsi untuk
menyaring kotoran sungai berukuran besar yang terpompa.
c. Pengendapan
Pengendapan dilakukan secara graIIItasi dengan memakai settling pit untuk
mengendapkan partikel-partikel yang tersuspensi dalam air. Faktor yang
mempengaruhi proses ini antara lain adalah laju alir dan waktu tinggal.
d. Flokulasi dan Koagulasi
Tahap ini bertujuan untuk mengendapkan suspensi partikel koloid yang tidak
terendapkan karena ukurannya sangat kecil dan muatan listrik pada permukaan
partikel yang menimbulkan gaya tolak menolak antara partikel koloid. Untuk
mengatasi masalah tersebut dilakukan penambahan koagulan yang dapat
memecahkan kestabilan yang ditimbulkan oleh muatan listrik tersebut.
55
desinfektan
untuk
membunuh
mikroorganisme
dan
Polyelectrolite
Sebagai koagulan untuk mempercepat proses pengendapan dengan
membentuk flok lebih cepat dan lebih besar, sehingga menyempurnakan
pengendapan lumpur.
Kapur
Sebagai pengatur pH.
e. Klarifikasi
Tahap ini dilakukan dengan memakai alat pulsator untuk mendapatkan flok
yang terbentuk pada proses flokulasi dan koagulasi pada zona-zona
pengendapan di alat tersebut.
f. Filtrasi
Tahap ini dilakukan dengan menggunakan saringan pasir silika (sand filter)
untuk menyaring padatan tersuspensi. Makin banyak partikel padatan tertahan
di filter, pressure drop akan semakin besar. Hal ini menyebabkan naiknya level
air. Pada batas tertentu filter perlu dibersihkan agar operasi berlangsung
normal. Pembersihan filter dilakukan dengan backwash.
g. Penampungan
Tahap penampungan dan pemompaan dilakukan dengan pompa centrifugal.
4.2
Penyediaan Uap
Dalam keadaan normal operasi kebutuhan steam disupply dari Auxiliary
Boiler dan dari Waste Heat Boiler di sulfuric acid plant yang bekerja secara
parrarel. Auxiliary Boiler mempunyai kapasitas maksimum 52 t/hour, steam
dengan tekanan 35 Kg/cm dan temperature 405 C. Kebutuhan steam pada 100 %
plant capacity sebesar 128.285 t/hour. 91 t/hour disupply dari Sulfuric Acid plant
sisanya dari Auxiliary-Boiler . Pada saat start up kebutuhan steam untuk Heater
56
Fuel Oil dam Melting Belerang disediakan 1 unit back up boiler dengan kapasitas
5 t/hour, tekanan 5 Kg/cm dan temperature 158C. bahan bakar untuk boiler B6201 dan B-6202 digunakan HFO yang ditampung di Storage Tank.
Boiler Feed Water yang berupa demin water dan kondensat dimasukkan ke
dalam De Aerator untuk dinaikkan temperaturnya sampai 105C dan sebagian
uap dibuang ke atmosfer untuk mengeluarkan kandungan O2 dan CO2. Oksigen
merupakan salah satu penyebab korosi di dalam boiler. Selanjutnya dengan Boiler
Feed Pump didistribusikan ke:
1. B-6201 Boiler yang mempunyai kapasitas NCR 41 ton steam/jam
2. B-6203 Boiler yang mempunyai kapasitas NCR 70 ton steam/jam
3. B-6202 Back Up Boiler yang mempunyai kapasitas 5 ton steam/jam.
Boiler ini dioperasikan hanya untuk steam heater belerang cair di melter/
SA plant dan apabila B-6201 dan B-6203 shut down.
Produk yang dihasilkan oleh boiler B-6201 dan Boiler B-6203, yaitu :
1. High Pressure Steam, dengan tekanan 35 kg/cm dan temperature 400C.
2. Low Pressure Steam, dengan tekanan 10 kg/cm dan temperature 270 C.
steam ini digunakan untuk keperluan berbagai unit, antara lain:
a. Unit Asam Sulfat untuk steam heater pencairan belerang dan steam
jacket.
b. Unit Asam Phospat untuk steam heater, steam ejector dan evaporator
c. Unit Gypsum untuk membantu proses filter purified gypsum dan
granulator CR
d. Unit AlF3 untuk crystallizer dan washing cloth centrifuge SiO2/ AlF3
e. Unit ZA II untuk steam heater, steam ejector dan evaporator.
Pengolahan air untuk boiler/ ketel uap dilakukan secara:
a. Mekanis atau External Treatment
Pengolahan ini terdiri dari sedimentasi , flokulasi-koagulasi, filtrasi (Water
Intake Gunungsari, Suabaya dan Babad ), ion exchanger dan deaerasi
(Demin Plant)
b. Kimiawi atau Internal Treatment
Pengolahan ini bertujuan untuk mengurangi kemungkinan terbentuknya
unsure penyebab kerak dan korosi. Cara pengolahan yaitu bahan kimia
dimasukkan ke boiler feed water untuk merubah unsure yang berpotensi
57
terlarut
+ O2
Na2SO4
(4.1)
yaitu
rusaknya
mengakibatkan tube
metal
karena
elektrokimia
yang
dapat
terlarut dalam Boiler Feed Water > 40 ppb karena proses De Aerasi
kurang optimal atau PH BFW rendah yaitu lebih kecil dari 4.
2. Scale/kerak,
yaitu
deposit
atau
endapan
silikat
mengakibatkan
berkurangnya heat transfer antara panas api dengan boiler water. Kerak ini
disebabkan kandungan SiO2 dalam Boiler Feed Water > 4.
Untuk menghilangkan masalah-masalah tersebut dapat ditambahkan bahan-bahan
kimia antara lain:
a) PO4 berfungsi sebagai scale inhibitor (penghambat kerak)
b) Na2SO4 berfungsi sebagai corrotion inhibitor (penghambat korosi)
c) Anionik Polymer berfungsi sebagai dispersant
d) Amine C4H8OnH berfungsi sebagai pengatur pH.
4.3
58
59
4.4
buah compressor Reciprocating Single Action dan non Lubricated C-6310 dan C6302 AB. C-6301 dipakai untuk service air sedangkan C-6302 AB untuk
instrument air dengan kapasitas masing-masing 215 Nm/Hr dan tekanan 7.5 Kg/
cm.
Sebelum didistribusikan, lebih dahulu ditampung di vessel yang
mempunyai kapasitas 30 m untuk masing-masing unit. Untuk instrument air
sebelum masuk vessel lebih dahulu dimasukkan dalam unit Air Drier untuk
mengurangi moisture content. Kebutuhan seluruh plant sebe5 Nm/Hr untuk
service air , sedangkan untuk instrument air sebesar 197 Nm/ Hr.
60
Penanganan Limbah
Unit ini bertugas untuk menghilangkan garam-garam terlarut yang
terkandung dalam Lime Soft Water sebagai feed water sehingga menghasilkan air
bebas mineral. Alat-alat yang terdapat pada unit ini adalah Activated Carbon
Filter (D-6401 A/B), Cation Tower (D-6402 A/B), Decarbonator Tower (D-6403
A/B), Anion Tower (D-6405 A/B), dan Storage Tank (TK-6401).
Proses yang digunakan pada unit demineralisasi ini adalah Counter
Flow (Hi-Flow Type), dimana water treatment flow berlawanan arah dengan
regeneration flow. Aliran air dari bawah, sedangkan regenerasi dari atas. Hi-Flow
ini mempunyai beberapa keuntungan , yaitu:
atas dari Activated Carbon Filter (D-6401 A/B). Active carbon berfungsi
menyerap mikroorganisme, suspended solid dan klor (Cl2) yang terkandung di
dalam air. Data pengoperasiannya adalah sebagai berikut:
Tekanan operasi
: 4 kg/cm
Temperatur Operasi
: 32C
Running Time
: 23 jam/cycle
: 35 menit
Keluar dari Activated Carbon Filter (D-6401 A/B) menuju bagian bawah
Cation Tower (D-6402 A/B). Di bagian ini ditambahkan resin Lewatit S-100
61
WS (RSO3H) untuk mengikat mineral-mineral yang bermuatan positif. Reaksireaksi penyerapan kation yang terjadi, yaitu :
1. Ca(HCO3)2 + RSO3H (RSO3) 2Ca + H2CO3
Mg(HCO3) 2 + RSO3H
(RSO3) 2Mg
(4.2)
+ H2CO3
(4.3)
(4.4)
(4.5)
(4.6)
(4.7)
(4.8)
(4.9)
NaSO4 + RSO3H
(4.10)
RSO3Na + H2SO4
(4.11)
Air kation (outlet D-6402 A/B) bersifat asam dengan PH 2,8-3,5. Jenuhnya
resin kation ditandai dengan lolosnya ion-ion Na+ yang akan dideteksi pada outlet
Anion Tower. Untuk regenerasi pada Cation Tower (D-6402 A/B) digunakan
dengan ion H+ yang diambil dari asam sulfat. Reaksinya adalah :
H2SO4
+ (RSO3) 2Ca
H2SO4
+ ( RSO3) 2Mg
H2SO4
+ (RSO3) 2Na
RSO3H + CaSO4
RSO3H
(4.12)
+ MgSO4 (4.13)
RSO3H + NaSO4
(4.14)
Data pengoperasian dari activated Carbon Filter (D-6401 A/B) adalah sebagai
berikut:
Tekanan operasi
: 4 Kg/cm
Temperatur operasi
: 32 C
Regenerasi time
: 83 menit
Running time
: 10,5 jam/cycle
Resin loses
Air hasil Cation Tower (D-6402 A/B) dikeluarkan lewat bgian atas dan
masuk ke decarbonator tower (D-6403 A/B) yang berisi net ring. Di samping itu
udara di blower masuk ke bagian bawah Decarbonator Tower (D-6403 A/B) untuk
menghilangkan CO2 yang menyebabkan garam-garam karbonat. Penghilangan
CO2 ini bertujuan untuk meringankan kerja dari Anion Tower (D-6405 A/B).
Reaksi yang terjadi yaitu:
H2CO3
H2O + CO2
(4.15)
62
Setelah air bebas dari garam-garam asam karbonat, air dipo dari bagian
atas. Di dalam Anion Tower (D-6405 A/B) dari bagian atas. Di dalam Anion
Tower ini terjadi proses penyerapan ion-ion negative (Cl-, SO42-, SiO2, HCO3-)
oleh resin anion.
BAB V
LABORATORIUM
63
Kompartemen Teknologi
Laboratorium
Pabrik I III
Process Engineering
I III
Laboratorium
Uji Kimia
64
2. Meneliti dan memeriksa produk yang akan dijual dan dipasarkan oleh
pabrik.
3. Melakukan penelitian untuk mencari kemungkinan pengembangan
pabrik.
Laboratorium Pabrik
Laboratorium ini berada di bawah pengawasan Biro Proses dan
Laboratorium PT. Petrokimia Gresik yang mempunyai tiga laboratorium pabrik
yaitu Laboratorium Pabrik I, Laboratorium Pabrik II dan Laboratorium Pabrik III.
Laboratorium Pabrik III
Laboratorium ini bertugas melakukan penelitian dan pemeriksaan untuk
mengendalikan mutu, proses dan produk. Pengendalian mutu ditujukan pada
pemeriksaan mutu hasil produksi utama maupun produk samping untuk unit unit
proses yang berada di pabrik III.
Tugas tugas utama dari Laboratorium Pabrik III adalah sebagai berikut:
1. Melayani analisa analisa yang berhubungan dengan proses produksi,
mulai dari bahan baku, bahan penolong, bahan setengah jadi dan produk
hasil.
2. Melakukan pemantauan terhadap air proses, air pendingin, air umpan
boiler, air minum dan lain lain yang berkaitan dengan proses produksi.
3. Memonitor emisi pabrik yang ada di Departemen Produksi III, untuk
mengetahui unjuk kerja masing masing pabrik melalui analisa buangan
padat, cair dan gas yang langsung keluar dari pabrik.
Laboratorium Pabrik III melayani kegiatan analisa untuk menunjang
kelangsungan proses produksi yang meliputi kontrol kualitas bahan baku, bahan
setengah jadi, bahan penolong dan produk dari pabrik Asam phospat, CO 2, Air
Separation Plant dan Utilitas.
65
66
67
Balance Analytical
Calorimeter
Centrifuge
CO/CO2 meter
Conductivitymeter
Dew Pointer
Dissolved Oxygenmeter
Elemental Analyzer
Flame Photometer
Furnace
68
Microscope
pHmeter
Reffler Sampler
Shaker
Spectofotometer
Stirer
Turbidimeter
69
BAB VI
PENUTUP
7.1
Kesimpulan
Setelah mengamati dan mempelajari proses produksi yang terjadi di PT.
Utilitas yang digunakan di pabrik Asam Sulfat meliputi air proses, steam,
listrik dan udara instrumen.
7.2
Saran
Demi peningkatan penyeleggaraan Kerja Praktek di masa yang akan
datang berikut ini beberapa saran atau masukan dari penyusun agar Kerja Praktek
daat berjalan dengan efektif:
Mengingat bahwa kota Gresik adalah sebuah kota industri dengan segala
kompleksitas yang dihadapi, hendaknya PT Petrokimia Gresik ikut
70
71
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, J. C, and Bacon, 1983, Transport and Unit Operation, 2nd edition,
The Ohio University, Inc, Tokyo.
Kern, D.Q., 1950, Process Heat Transfer, Mc Graw-Hill Kogakhusa Ltd,
Tokyo.
Materi Training Proses Produksi Pabrik Asam Fosfat Departemen Produksi III,
Bagian Asam Fosfat Departemen Produksi III : PT. Petrokimia Gresik.
Perry, RH, and Green DW, 1997, Perrys Chemical Engineers Handbook, 7 th
edition USA MC Graw Hill Book Co, New York.
Pramono Djoko, 2007. Pengenalan Produk dan Kualitas. Gresik : PT. Petrokimia
Gresik.
Ulrich, G.D,1984, A Guide to Chemical Engineering Process Design and
Economical, 1st ed., John Wiley and Sons, New York.
www.petrokimia-gresik.com
72