Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Pesatnya pendirian dan perkembangan bank syariah di dunia telah
memberikan alternatif baru bagi konsumen pengguna jasa perbankan untuk
menikmati produk-produk perbankan dengan metode nonbunga. Hal ini
mengisyaratkan bahwa dunia perbankan internasional telah mengadaptasi prinsip
ekonomi yang ditawarkan oleh Islam, di samping prinsip ekonomi konvensional
yang selama ini berlaku. Minat dan kecenderungan masyarakat terhadap wacana
ekonomi Islam cukup beragam, bahkan dapat dikatakan jika animo masyarakat
terhadap jasa ekonomi Islam semakin hari semakin tinggi. Hal ini dapat dilihat
dari semakin menjamurnya lembaga keuangan -bank maupun nonbank- berbasis
syariah (wujud konkrit berikut ikon utama ekonomi Islam) dan antusiasme
masyarakat dalam menggunakan jasa dari lembaga-lembaga tersebut. (Lely
2008:309)
Didirikannya bank syariah dilatar belakangi oleh keinginan umat islam
untuk menghindari riba dalam kegiatan muamalahnya, dan dalam rangka
memperoleh kesejahteraan lahir batin melalui kegiatan muamalah yang sesuai
dengan perintah agamanya, dan memilih alternatif lain dalam menikmati jasa-jasa
perbankan yang dirasakan lebih sesuai, yaitu bank yang berusaha sebisa mungkin
untuk beroperasi berlandaskan kepada hukum-hukum Islam. Indonesia sebagai
negara yang penduduknya beragama Islam terbesar didunia juga telah merasakan
kebutuhan akan adanya bank yang diharapkan dapat memberikan kemudahankemudahan dan jasa-jasa perbankan kepada semua umat Islam dan penduduk di
Indonesia yang beroperasi tanpa riba.
Bank syariah yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan,
melaksanakan kegiatan operasionalnya dengan menghimpun dana dari masyarakat
dan kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat melalui pembiayaan.
Dana yang dihimpun dari masyarakat biasanya disimpan dalam bentuk giro,

tabungan dan deposito baik dengan prinsip wadiah maupun prinsip mudharabah.
Sedangkan penyaluran dana dilakukan oleh bank syariah melalui pembiayaan
dengan empat pola penyaluran yaitu prinsip jual beli, prinsip bagi hasil, prinsip
ujroh dan akad pelengkap (Karim, 2008).
Praktik pembiayaan yang sebenarnya dijalankan lembaga syariah adalah
pembiayaan dengan sistem bagi hasil atau syirkah. Praktik bagi hasil ini dikemas
dalam dua jenis pembiayaan yaitu pembiayaan mudharabah dan pembiayaan
musyarakah. Jenis pembiayaan lainya dikemas dalam pembiayaan berakad atau
sistem jual beli yaitu pembiayaan murabahah, bai assalam, dan bai istishna
(Muhammad Syafii Antonio, 2007:156).
Penilaian kelayakan pembiayaan pada bank syariah, selain didasarkan
pada business wise, juga harus mempertimbangkan syariah wise. Artinya, bisnis
tersebut layak dibiayai dari segi usahanya dan acceptable dari segi syariahnya
(Muhammad, 2005). Diantara empat pola penyaluran pembiayaan yang ada pada
bank syariah, terdapat dua pola utama yang saat ini dijalankan oleh bank dalam
penyaluran pembiayaan, yakni pembiayaan dengan prinsip jual beli dan
pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. Pendapatan bank sangat ditentukan oleh
berapa banyak keuntungan yang diterima dari pembiyaan yang disalurkan.
Keuntungan yang diterima dari prinsip jual beli berasal dari mark up yang
ditentukan berdasarkan kesepakatan antara bank dengan nasabah. Sedangkan
pendapatan dari prinsip bagi hasil ditentukan berdasarkan kesepakatan besarnya
nisbah, keuntungan bank tergantung pada keuntungan nasabah. Pola bagi hasil
banyak mengandung risiko, oleh karena itu pihak bank harus aktif berusaha
mengantisipasi

kemungkinan

terjadinya

kerugian

nasabah

sejak

awal

(Muhammad, 2005).
Harahap (2010) menyebutkan bahwa akad yang banyak digunakan dalam
pembiayaan pada prinsip jual beli adalah murabahah, salam dan istishna.
Sedangkan pada prinsip bagi hasil, akad yang banyak digunakan adalah
mudharabah dan musyarakah. Berdasarkan statistik Bank Indonesia, akad
murabahah mendominasi pembiayaan yang disalurkan bank syariah dan disusul
dengan akad mudharabah dan musyarakah. Dengan diperolehnya pendapatan dari

pembiayaan yang disalurkan, diharapkan profitabilitas bank akan membaik, yang


tercermin dari perolehan laba yang meningkat (Firdaus, 2009). Oleh karena itu,
pengelolaan pembiayaan baik pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil,
maupun jenis pembiyaan lainnya akan sangat mempengaruhi profitabilitas yang
diterima bank syariah.
Pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah dapat menimbulkan
potensi pembiayaan bermasalah. Pembiayaan bermasalah dapat dilihat dari tingkat
non performing financing (NPF). Menurut Siamat (2005), pembiayaan
bermasalah adalah pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya
faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal diluar kemampuan/kendali
nasabah peminjam. Jadi,besar kecilnya NPF ini menunjukkan kinerja suatu bank
dalam pengelolaan dana yang disalurkan. Apabila porsi pembiayaan bermasalah
membesar, maka hal tersebut pada akhirnya menurunkan besaran pendapatan
yang diperoleh bank (Ali, 2004). Sehingga pada akhirnya akan dapat
mempengaruhi tingkat profitabilitas bank syariah.
Kualitas pembiayaan pada dasarnya dilihat dari tingkat pengembaliannya.
Menurut Muhammad (2004:109) bahwa penelitian kualitas produktif bank syariah
mengikuti ketentuan yang telah dibuat oleh Bank Indonesia. Sesuai dengan
Peraturan Bank Indonesia No.5/7/PBI/2003 pasal 3 tentang Kualitas Aktiva
Produktif bagi Bank Syariah, kualitas piutang ditetapkan menjadi lima
golongan yaitu lancar (pass), dalam perhatian khusus (special mention), kurang
lancar (substandard), diragukan (doubtful), dan macet (loss).
Pemberian

pembiayaan

berdasarkan

prinsip

syariah

oleh

bank

mengandung resiko kegagalan atau kemacetan pelunasan sehingga dapat


berpengaruh terhadap kesehatan bank, pembiayaan mudharabah pun memiliki
risiko. Risiko yang terdapat dalam mudharabah terutama dalam penerapannya
dalam pembiayaan, relatif tinggi, yaitu sebagai berikut : (1) Side Streaming
nasabah menggunakan dana itu bukan yang disebut dalam kontrak (moral hazard).
(2) Lalai dan kesalahan yang disengaja. (3) Penyembunyian keuntungan oleh
nasabah, bila nasabahnya tidak jujur (adverse selection) (SyafiI Antonio, 2007).
Faktor lainnya yang perlu mendapatkan perhatian khusus dalam menilai kesehatan

bank adalah profitabilitas. Untuk menghitung tingkat profitabilitas, peneliti


menggunakan rasio ROA (return on asset). Penggunaan ROA dalam mengukur
tingkat profitabilitas bank karena ROA lebih memfokuskan pada kemampuan
perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi keseluruhan. Selain itu juga,
dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih
mementingkan penilaian ROA daripada ROE karena Bank Indonesia lebih
mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang
dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat sehingga ROA
lebih mewakili dalam mengukur tingkat profitabilitas perbankan (Moh. Asudi
2001:1). Kegiatan bisnis bank umum dapat dikatakan sehat apabila dapat menjaga
keamanan dana masyarakat yang dititipkan kepada mereka, dapat berkembang
dengan baik serta mampu memberikan keuntungan yang berarti terhadap
perkembangan ekonomi nasional
Fenomena yang terjadi, masalah masih rendahnya porsi pembiayaan bagi
hasil atau dominasi pembiayaan non bagi hasil terutama murabahah pada
portofolio pembiayaan bank syariah ternyata merupakan fenomena global, tidak
terkecuali di Indonesia. Fenomena ini disebabkan karena pembiayaan berbasis
bagi hasil cenderung memiliki risiko lebih besar jika dibandingkan dengan
pembiayaan lainnya. Walaupun prinsip bagi hasil menjadi cirri khas bank syariah,
namun risiko yang dihadapi cukup besar yaitu risiko terjadinya moral hazard dan
biaya transaksi tinggi, (DITA ANDRAENY Alumnus Universitas Jenderal
Soedirman pada Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh, diunduh 4 Desember
2013)
Pola pembiayaan berbasis bagi hasil, meskipun merupakan jenis
pembiayaan yang lebih adil, namun, memiliki risiko yang lebih besar daripada
jenis pembiayaan lain seperti Murabahah. Risiko itu antara lain, risiko kegagalan
proyek yang dibiayai, dimana bank ikut menanggung kerugian, kemudian risiko
dari pelaksana (Mudharib) yang berpotensi melakukan kecurangan pelaporan
sehingga menaikkan biaya dan berakibat pada rendahnya pendapatan atau
keuntungan yang akan dibagi antara bank syariah dengan pelaksana. Dengan
tingginya risiko pada pembiayaan bagi hasil, maka bank syariah harus berhati-hati

dalam memberikan pembiayaan jenis tersebut. Sehingga tidak setiap pengusaha


atau nasabah yang mengajukan pembiayaan kepada bank syariah akan mendapat
pembiayaan bagi hasil. (Pesantren Virtual.com, diunduh 4 Desember 2013)
Berdasarkan data dari Internatioanl Assosiation of Islamic Bank, skema
mudharabah hanya dipakai sebesar 20% secara rata-rata pada bank Islam seluruh
dunia. Islamic Development bank juga hanya memakai mudharabah pada sedikit
poyeknya yang kecil. Kondisi perbankan syariah dalam menjalankan Mudharaba
juga tidak terlihat baik. Berdasar statistik perbankan syariah pada Bank Indonesia,
akad murabahah sekitar 70 persen dari total kredit. Di BRI, hampir 96 persen
pembiayaan masih murabahah. Sementara di BSM, pembiayaan mudharabah
mencapai 12 persen. (Republika, 19 Juli 2004). Diunduh 29 November 2013.
Penelitian sebelumnya dalam jurnal akuntansi ISSN 2301-0164, Fauzan
Fahrul dkk (2012) dengan judul Pengaruh Tingkat Risiko Pembiayaan
Musyarakah Dan Pembiayaan Murabahah Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank
Syariah menyatakan bahwa risiko pembiayaan musyarakah dan risiko pembiayaan
murabahah secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap tingkat
profitabilitas bank syariah.
Berdasarkan jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Aulia
Fuad Rahman dkk (2011) dengan judul Pengaruh Pembiayaan Jual Beli,
Pembiayaan Bagi Hasil, dan Rasio Non Performing Financing terhadap
Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia, menyatakan bahwa Pembiayaan
Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil, dan Rasio Non Performing Financing
berpengaruh terhadap Profitabilitas.
Penelitian ini adalah replika dari penelitian sebelumnya dan bertujuan
untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh pembiayaan jual beli,
pembiayaan bagi hasil, terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia.
Dari latar belakang, fenomena dan penelitian sebelumnya yang telah
dijelaskan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh
Pembiayaan Jual Beli dan Pembiayaan Bagi Hasil terhadap Profitabilitas
Bank Umum Syariah di Indonesia

1.2 Identifikasi Masalah


Penelitian ini menguji Pengaruh Pembiayaan Jual Beli dan Pembiayaan
Bagi Hasil terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia. Berdasarkan
uraian di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Seberapa besar pembiayaan Bagi Hasil (Mudharabah) berpengaruh terhadap
profitabilitas pada Bank Umum Syariah di Indonesia
2. Seberapa besar pembiayaan Jual Beli (Murabahah) berpengaruh terhadap
profitabilitas pada Bank Umum Syariah di Indonesia
3. Seberapa besar pembiayaan Bagi Hasil (Mudharabah) dan Jual Beli
(Murabahah) berpengaruh terhadap profitabilitas pada Bank Umum Syariah di
Indonesia

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian


Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi yang
merupakan gambaran nyata mengenai pengaruh Pembiayaan Jual Beli dan
Pembiayaan Bagi Hasil terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia.
Data dan informasi tersebut digunakan untuk bahan analisis bagi penyusunan
karya ilmiah dalam bentuk skripsi yang merupakan salah satu syarat bagi penulis
untuk menempuh sidang sarjana pada program studi akuntansi jenjang S1
Universitas Widyatama.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui seberapa besar pembiayaan Bagi Hasil (Mudharabah)
berpengaruh terhadap profitabilitas pada Bank Umum Syariah di Indonesia?
2. Untuk mengetahui seberapa besar Jual Beli (Murabahah) berpengaruh
terhadap profitabilitas pada Bank Umum Syariah di Indonesia
3. Untuk mengetahui seberapa besar pembiayaan Bagi Hasil (Mudharabah) dan
Jual Beli (Murabahah) berpengaruh terhadap profitabilitas pada Bank Umum
Syariah di Indonesia

1.4 Kegunaan Penelitian


Dari hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat berguna bagi
banyak pihak. Diantaranya :
1. Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan dan kemampuan dalam memahami tentang
Perbankan Syariah khususnya tentang pembiayaan Bagi Hasil (Mudharabah)
dan Jual Beli (Murabahah) terhadap profitabilitas.
2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
perusahaan dalam memecahkan masalah yang disebabkan oleh pembiayaan
Bagi Hasil (Mudharabah) dan Jual Beli (Murabahah) dapat mempengaruhi
profitabilitas dimasa yang akan datang.
3. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini dapat memberikan literatur yang berkaitan dengan Bagi
Hasil (Mudharabah) dan Jual Beli (Murabahah) hasil, sehingga memicu bagi
peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih baik di masa yang akan datang
dan menjadi bahan pertimbangan acuan dalam melakukan penelitian.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian


Untuk memperoleh data dan menjawab masalah yang sedang diteliti,
penulis mengadakan penelitian di Bank Umum Syariah Indonesia. Waktu dan
penelitian mulai bulan Oktober 2013 sampai dengan selesai.

Anda mungkin juga menyukai