Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH TEKNOLOGI FARMASI

TABLET

Disusun Oleh :
Siti Nur Intania Ibrahim
13390035

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


JURUSAN FARMASI
TAHUN AJARAN 2015-2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah TABLET tepat pada waktunya.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing yaitu Ibu yulyuswarni, Apt., M.Kes
yang telah membimbing dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari, makalah ini belum sempurna. Untuk itu diharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca sehingga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan bagi kita semua.

Bandar lampung, 30 oktober 2015

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Definisi
Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat diklasifikasikan sebagai tablet atau
tablet kompresi .(USP 26, Hal 2406)
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. (FI
IV, Hal 4)
I.2 Kriteria Tablet
Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1.

Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan;

2.

Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil;

3.

Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik;

4.

Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan;

5.

Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan;

6.

Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan;

7.

Bebas dari kerusakan fisik;

8.

Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan;

9.

Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu;

10. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.


(Proceeding Seminar Validasi, Hal 26)

1.1.

RUMUSAN MASALAH

1.
2.
3.
4.
1.2.
1.
2.
3.

Apa itu pengertian tablet?


Bagaimana proses pembuatan tablet?
Bagaimana jenis-jenis tablet yang beredar?
Apa masalah dalam pencetakan tablet?
TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH
Mahasiswa dapet mengetahui cara pembuatan tablet.
Menambah wawasan mahasiswa mengenai tablet.
Mengerti dan memahami tentang tablet, jenis, ukuran dan pembuatan tablet.

BAB II
PEMBAHASAN

Berdasarkan prinsip pembuatan, tablet terdiri atas :

a.

Tablet Kempa

Dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi pada


serbuk/granul menggunakan pons/cetakan baja.
b.

Tablet Cetak

Dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah
pada lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada pembentukan kristal
yang terbentuk selama pengeringan, tidak tergantung pada kekuatan yang
diberikan
Berdasarkan tujuan penggunaan, tablet terdiri atas :
1.

Tablet Kempa Tujuan Saluran Pencernaan


a.

Tablet Konvensional Biasa


Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus kompresi tunggal yang biasanya
terdiri dari zat aktif sendiri atau kombinasi dengan bahan eksipien seperti:

Pengisi (memberi bentuk) : laktosa

Pengikat (memberi adhesivitas/kelekatan saat bertemu saluran pencernaan):


musilago amili, amilum

b.

Desintegrator (mempermudah hancurnya tablet)

Tablet Kempa Multi/Kempa Ganda


Adalah tablet konvensional yang dikompresi lebih dari satu siklus kompresi tunggal
sehingga tablet akhir tersebut terdiri atas 2 atau lebih lapisan. Disebut juga sebagai
tablet berlapis.
Keuntungannya dapat memisahkan zat aktif yang inkompatibel (tidak tersatukan)

c.

Tablet Lepas Lambat


Tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi sehingga tablet tersebut melepaskan
dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang kemudian disusul dengan dosis
pemeliharaan sehingga jumlah zat aktif atau konsentrasi zat aktif dalam darah cukup
untuk beberapa waktu tertentu. (misal tablet lepas lambat 6 jam, 12 jam, dsb).

d.

Tablet Lepas Tunda (Tablet Salut Enterik)


Adalah tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap cairan
lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus.

e.

Tablet Lepas Terkendali


Yang pelepasan zat aktifnya terkendali pada waktu-waktu tertentu.

f.

Tablet Salut Gula


Adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis lapisan gula baik berwarna
maupun tidak.
Tujuan: melindungi zat aktif terhadap lingkungan udara (O2, lembab), menutup rasa
dan bau tidak enak, menaikkan penampilan tablet.

g.

Tablet Salut Film


Tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, bewarna atau tidak dari bahan polimer
yang larut dalam air yang hancur cepat di dalam saluran cerna. Penyalutan tidak perlu
berkali-kali.

h.

Tablet Efervesen
Tablet kempa yang jika berkontak dengan air menjadi berbuih karena mengeluarkan
CO2..Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminum.

i.

Tablet Kunyah
Tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus dikunyah sebelum
ditelan.

2.

Tablet Kempa Digunakan dalam Rongga Mulut


a.

Tablet Bukal
Tablet kempa biasa berbentuks oval yang ditempatkan di antara gusi dan pipi.
Biasanya keras dan berisi hormon. Bekerja sistemik, tererosi atau terdisolusi di tempat
tersebut dalam waktu yang lama (secara perlahan).

b.

Tablet Sublingual
Tablet kempa berbentuk pipih yang diletakkan di bawah lidah, berisi nitrogliserin.
Biasanya untuk obat penyempitan pembuluh darah ke jantung (angina pectoris)
sehingga harus cepat terlarut agar dapat segera memberi efek terapi. Diabsorbsi oleh
selaput lendir di bawah lidah.

c.

Tablet Hisap/Lozenges
Tablet yang mengandung zat aktif dan zat-zat penawar rasa dan bau, dimaksudkan
untuk disolusi lambat dalam mulut untuk tujuan lokal pada selaput lendir mulut.

d.

Dental Cones (Kerucut Gigi)


Yaitu suatu bentuk tablet yang cukup kecil, dirancang untuk ditempatkan di dalam
akar gigi yang kosong setelah pencabutan gigi. Tujuannya biasanya untuk mencegah
berkembangbiaknya bakteri di tempat yang kosong tadi dengan menggunakan suatu
senyawa antibakteri yang dilepaskan secara perlahan-lahan, atau untuk mengurangi
perdarahan dengan melepaskan suatu astringen atau koagulan. Pembawa yang umum
digunakan adalah Na bikarbonat, NaCl atau suatu asam amino.

3.

Tablet Kempa Digunakan Melalui Liang Tubuh

1.

Tablet Rektal
Tablet kempa yang mengandung zat aktif yang digunakan secara rektal (dubur) yang
tujuannya untuk kerja lokal atau sistemik.

1.

Tablet Vaginal
Tabler kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk dimasukkan dalam vagina yang di
dalamnya terjadi disolusi dan melepaskan zat aktifnya. Biasanya mengandung
antiseptik, astringen. Digunakan untuk infeksi lokal dalam vagina dan mungkin juga
untuk pemberian steroid dalam pengobatan sistemik.

4.

Tablet Kempa untuk Implantasi


Tablet Implantasi/Pelet
Dibuat berdasarkan teknik aseptik, mesin tablet harus steril. Dimaksudkan untuk
implantasi subkutan (Untuk KB, 3-6 bulan, mencegah kehamilan).

5.

Tablet

Cetak

untuk

Penggunaan

Lain (Di Lachman disebutkan

Jenis Tablet

untuk Membuat Larutan)


a.

Tablet Triturat untuk Dispensing


Adalah tablet yang dihaluskan dulu atau disiapkan untuk penggunaan tertentu.
Tablet kempa atau cetak berbentuk kecil umumnya silindris digunakan untuk
memberikan jumlah zat aktif terukur yang tepat untuk peracikan obat (FI IV).
Digunakan sebagai tablet sublingual atau dilepaskan di atas lidah dan ditelan dengan
air minum.

b.

Tablet Hipodermik

Tablet cetak/kempa yang dibuat dari bahan mudah larut/melarut sempurna dalam air.
Umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi steril dalam ampul dengan
menambahkan pelarut steril (FI IV)
c.

Tablet Dispensing
Tablet yang digunakan oleh apoteker dalam meracik bentuk sediaan padat/cair.
Dimaksudkan untuk ditambahkan ke dalam air dengan volume tertentu, oleh ahli
farmasi atau konsumen, untuk mendapatkan suatu larutan obat dengan konsentrasi
tertentu.

Berdasarkan Rute Pemberian :


1.

Tablet oral (dalam mulut)

2.

Tablet rektal

3.

Tablet vaginal

4.

Tablet implantasi

Berdasarkan Penyalutan :
1.

Tablet polos

2.

Tablet salut gula

3.

Tablet salut film

Berdasarkan Pelepasan Zat Aktif :


1.

Tablet pelepasan biasa

2.

Tablet lepas lambat

3.

Tablet lepas tunda

4.

Tablet lepas terkendali

Keuntungan dan Kerugian sediaan Tablet

I.3 Keuntungan Sediaan Tablet

Sediaan tablet banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan, yaitu :


1.

Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih;

2.

Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis;

3.

Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil sehingga
memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan;

4.

Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah/diperkecil.

Dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sediaan tablet mempunyai keuntungan, antara
lain :
1.

Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat (merupakan bentuk sediaan oral yang
paling ringan dan paling kompak), memudahkan pengemasan, penyimpanan, dan
pengangkutan;

2.

Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat aktif yang
tepat/teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk
ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah;

3.

Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang kecil;

4.

Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil;

5.

Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air;

6.

Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam tablet;

7.

Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah; tidak
memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak yang
bermonogram atau berhiasan timbul;

8.

Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di tenggorokan,
terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi;

9.

Pelepasan zat aktif dapat diatur (tablet lepas tunda, lepas lambat, lepas terkendali);

10. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau yang tidak enak,
dan untuk terapi lokal (salut enterik);
11. Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana, cepat, sehingga biaya produksinya lebih
rendah;
12. Pemakaian oleh penderita lebih mudah;
13. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik,
dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.
(The Theory & Practice of Industrial Pharmacy, Lachman Hal 294 dan Proceeding Seminar
Validasi, Hal 26)

I.4 Kerugian Sediaan Tablet


Di samping keuntungan di atas, sediaan tablet juga mempunya beberapa kerugian, antara
lain :
1.

Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak
sadar/pingsan);

2.

Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :

Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat amorfnya,
flokulasi, atau rendahnya berat jenis;

Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya cukup besar
atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna, atau kombinasi dari
sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi (harus diformulasi sedemikian rupa);

Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi, atau zat
aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan kelembaban udara, memerlukan
enkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan kapsul menjadi lebih baik
daripada tablet.

(The Theory & Practice of Industrial Pharmacy, Lachman Hal 294)


Tetapi jika dibandingkan dengan keuntungannya, kerugian sediaan tablet jauh lebih sedikit
sehingga sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak dijumpai di perdagangan.

Masalah-Masalah Dalam Pembuatan Tablet


Permasalahan yang mungkin timbul adalah berkenaan dengan bagaimana cara membuat
sediaan yang baik dan sesuai dengan tujuan penggunaannya.

Untuk membuat sediaan yang baik diperlukan data preformulasi yang meliputi stabilitas,
organoleptik, sifat fisikokimia, dan data-data lain yang menunjang sehingga dapat
diperkirakan bahan baku yang cocok untuk terbentuknya suatu sediaan yang baik dan
tercapainya tujuan penggunaan.
Adapun masalah-masalah yang mungkin terjadi :
1.

OTT zat aktif (meleleh, berubah warna, terurai, dan sebagainya).

2.

Stabilitas zat aktif :


a.

Untuk zat yang rusak oleh adanya air, dibuat dengan metode pembuatan tablet yang
tidak menggunakan air dan perlu diperhatikan pelarut yang digunakan untuk
granulasi.

b.

Untuk zat yang mudah teroksidasi dengan pemanasan dan sinar UV, digunakan
metode pembuatan tablet yang tidak memakai pemanasan dan sinar UV dalam
prosesnya.

c.

Untuk zat yang higroskopis, jangan menggunakan metode granulasi basah memakai
mucilago amyli karena massa cetak yang terjadi sulit untuk dikeringkan. Hal ini dapat
diatasi dengan penambahan adsorben seperti Aerosol < 3%.

d.

Untuk zat yang tidak tahan air dan pemanasan dapat digunakan metode pembuatan
tablet dengan cara kempa langsung atau granulasi kering

3.

Untuk zat dengan jumlah kecil (jumlah fines <30%) dapat dibuat dengan KL

Untuk zat dengan jumlah besar (jumlah fines >30%) dapat dibuat dengan GK.

Pemilihan bahan pembantu yang cocok


Untuk penentuan eksipien perlu diperhatikan OTT dengan zat aktif. Di samping itu,

bahan pembantu yang digunakan harus mempunyai titik leleh yang cukup tinggi sehingga
pada pencetakan tidak meleleh.
4.

Jumlah fines total


Jumlah fines yang ditambahkan pada masa cetak maksimal 30%, idealnya 15%. Jika lebih

besar akan menyusahkan pada pencetakan tablet.


5.

Perbandingan bobot jenis zat aktif dengan pembawa (jika terlalu jauh hendaknya
jumlah fine sesedikit mungkin)

6.

Konsentrasi Mg stearat sebagai lubrikan maksimal 2%. Jika terlalu besar akan terjadi
laminating.

7.

Penggunaan mucilago amyli sebagai pengikat pada proses pembuatan tablet akan
mempersulit disolusi zat aktif dari dalam granul karena mucilago amyli yang sudah

kering sulit ditembus air. Untuk mengatasinya, perlu ditambah pembasah (Tween 80
0.05%-0.15%) sehingga tablet mempunyai waktu hancur lebih baik.
8.

Pada penggunaan PVP sebagai pengikat, PVP sebaiknya dilarutkan dalam alkohol 95%.
Tetapi pada tahap awal, volume alkohol yang digunakan tidak diketahui sehingga dapat
diberikan sebagai serbuk.

9.

Penggunaan amylum yang terlalu banyak (maksimal 30%) menyebabkan tablet tidak
dapat dicetak karena kompresibilitasnya sangat jelek.

10. Amylum yang digunakan sebagai penghancur luar haruslah amylum kering karena
dengan adanya air akan menurunkan kemampuannya sebagai penghancur. Pengeringan
amylum dilakukan pada suhu 70 C karena pada suhu ini tidak terjadi gelatinasi dari
amylum.
11. Pada pembuatan tablet dengan metode KL, sebagai pembawa dapat digunakan kombinasi
Avicel dengan Primogel atau Avicel dan Starch 1500 dengan perbandingan 7:3 (penelitan
Aliyah) atau 3:1. Karena Avicel memiliki kompresibilitas yang baik tapi alirannya kurang
baik, maka untuk memperbaiki alirannya dapat digunakan Primogel atau Starch 1500.
12. Untuk mengatasi kekeringan granul akibat pengeringan yang tidak terkontrol maka perlu
penambahan humektan yaitu gliserin atau propilen glikol 1 4% dihitung terhadap
mucilago.
Gliserin ditambahkan pada mucilago (pengikat) untuk mempermudah homogenitas
gliserin pada tablet, sama halnya dengan penambahan Tween untuk zat aktif hidrofob
pada mucilago.
Penambahan gliserin dan Tween adalah untuk tujuan:

Gliserin : dikhawatirkan pada waktu pengeringan air hilang/menguap semua

Tween : dikhawatirkan komposisi yang digunakan menolak air, sehingga perlu


penambahan Tween agar tablet tidak pecah.

Jumlah Tween yang tepat tergantung pada:

Jumlah zat aktif

Jumlah bahan pembantu yang digunakan

13. Jumlah aerosil yang ditambahkan tidak boleh lebih dari 3% karena aerosil
bersifatvoluminous dan menyerap air sehingga tablet dapat membatu yang menyebabkan
waktu hancur lebih lama.
14. Bila bobot tablet terlalu tinggi dan bervariasi
Kemungkinan disebabkan oleh:

Distribusi pada hoover yang disebabkan proses getaran. Sehingga yang kecil
terdesak, granul yang besar akan keluar lebih dahulu, karena ada proses pemampatan.
Oleh karena itu perlu diusahakan ukuran granul yang seragam.

Aliran granul yang kurang baik

Distribusi partikel tidak normal, karena bobot jenis berbeda jauh, sehingga aliran
jelek.

Lubrikan kurang sehingga alirannya jelek.

15. Jika zat aktif larut air:

Jangan menggranulasi dengan air

Sebagai pengikat, gunakan pelarut yang tidak melarutkan massa tablet.


Ketentuan : misalkan digunakan pelarut X, boleh saja ada zat yang larut dalam pelarut
X yang digunakan sebagai pelarut pengikat, tetapi maksimal 30%.

Permasalahan-Permasalahan Khusus
1.

Campuran Eutektik

Timbang kedua zat aktif secara proporsional, masukan dalam mortir dan digerus. Bila
meleleh berarti eutektik.
Cara lain adalah setelah dicampur kedua zat aktif tambahakan musilago pakai air, bila
tidak kering berarti eutektik, atau musilago diganti dengan PVP alkohol.
2.

Pembuatan tablet Etambutol


Harus disalut dengan pahan penyalut yang larut alkohol larut asam lemak tetapi tidak
larut air, lebih baik disalut dengan Cetosel. Etambutol jika digranulasi dengan
PVP/alkohol akan semakin melengket. Jadi cetak langsung atau granulasi
kering/slugging. Dengan slugging,kekompakan akan turun, friabilitas menjadi tinggi.
Teknik penambahan PVP : tambahkan dulu PVP kedalam massa cetak sampai homogen
lalu ditambahkan alkohol sehingga jumlahnya tepat.

3.

Vitamin C
Jangan gunakan Avicel, ini mempercepat oksidasi vitamin C. Bisa digunakan PVP tapi
jelek. Pakai musilago dalam ruang hampa udara/bisa juga dipakai Cetosel dalam
alkohol/eksplotab/starch. Jangan digunakan dengan granulasi basah karena waktu
hancurnya akan jelek.
Yang baik gunakan Avicel adalah selama tidak OTT dengan zat aktif. Avicel dapat
digunakan untuk cetak langsung, atau juga granulasi basah tetapi sebagai pengisi. Jika
Avicel tidak larut air dapat bertindak sebagai fasa luar dan fasa dalam. Jika Avicel sebagai
fasa luar, amilum kering dihilangkan sehingga komposisi FL :
R/ Avicel

6%

Talk

1% (dikurangi)

Mg Stearat

1%

Demikian juga jika digunakan Aerosil sebagai fasa luar, talk dikurangi karena telah
berfungsi juga sebagai glidan.
4.

Starch
Starch yang baik jumlahnya 30%, jika zat jumlahnya tinggi bila ditambah Starch 1500
30% maka bobot tablet akan semakin besar sedangkan yang harus ditambahkan adalah
lubrikan, pelincir, maka starch ditambahkan kurang dari 30% yang membuat aliran
menjadi jelek. Untuk mengatasi hal ini, gunakan Avicel yang dapat bertindak sebagai
pengisi juga penghancur.
Kombinasi Starch 1500 dan Eksplotab baik untuk pembuatan tablet secara cetak
langsung sebagai penghancur, jangan digunakan sebagai pengisi.

5.

Pembuatan Granulasi Kering

ARC 591 jangan memakai alkohol yang mengandung air (pakai alkohol yang tidak
berair). Jika mengandung air sulit direkonstitusi.
6.

Penggunaan Pharmacot, Etocel, PVP


Hanya untuk zat aktif yang tidak boleh kena air (karena akan terurai). Kombinasi Starch
1500/Avicel hanya untuk cetak langsung, jumlah Avicel dikurangi dan Starch-nya 30%.
Starch 1500 tidak boleh untuk granulasi basah sebagai pengisi karena Starch dengan air
akan membentuk gel yang dapat berfungsi sebagai pengikat yang sangat kuat. Tetapi
sebagai penghancur untuk SL dapat digunakan dengan teknik granulasi basah.

7.

Penanganan Ekstrak untuk Tablet


Ekstrak kental larutkan dulu dalam etanol 70% kemudian dikeringkan dengan SL. Untuk
ekstrak Belladona 1:3.

Masalah Pada Beberapa Senyawa Aktif

Papaverin HCl, jika digunakan air dapat larut maka gunakan pelarut yang tidak
melarutkan zat tersebut.

Zat hidrofob seperti Fenilbutazon, Vioform, Parasetamol, Ester Kloramfenikol dapat


dilakukan penambahan Tween 80 0,01% bobot tablet atau saponin 5% bobot tablet
(ditambahkan mucilago amyli sebanyak 0,03%)

Diazepam, jika dibuat granul akan kasar, oleh karena itu dapat dihaluskan terlebih
dahulu.

Untuk vitamin C dan Parasetamol, gunakan pelarut non air, keringkan


dengandehumidifier.

Fe mempunyai bobot jenis yang tinggi, maka gunakan pengikat PVP dalam alkohol
karena jika digunakan air akan terjadi oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+.

Untuk vitamin B12, gerus 1 g + etanol + SL (99 g), keringkan jika minta dispensasi
bahwa tidak ada yang hilang selama proses berarti 100 g sebanding dengan 1 g vitamin
B12.
Selain itu, vitamin B12 terikat sangat kuat dengan mucilago amyli sehingga waktu
hancurnya lama. Avicel dengan mucilago amyli membentuk adonan lengket yang sukar
digranulasi. Kadarnya sangat kecil, perlu diajukan uji keseragaman kandungan.

Penisilin VK terbaik dibuat dengan cara slugging

Mg(OH)3 + alukol terbaik digunakan cetak langsung, dapat granulasi basah


menggunakan PVP dalam alkohol, jika menggunakan mucilago amyli, kapasitas
penetralan dapat turun.

Alukol berat jenis tinggi untuk tablet (aliran baik), berat jenis rendah dapat digunakan
untuk suspensi, tablet kunyah, voluminous.

Etambutol, tablet cepat basah. Granulasi dengan alkohol atau disalut atau
ditambahkan etambutol sebagai fines.

Alukol + ekstrak Belladona, gunakan SL sebagai pengisi. Karena ekstraknya pahit,


jarang untuk obat kunyah. Bila dibuat obat kunyah maka tambahkan asam siklamat dan
sakarin untuk mengatasi rasa pahit. Alukol dengan antasid lain, OTT terhadap CMC.
Perlu dilakukan uji penetralan terhadap bahan baku dan tablet (minta dispensasi).

Untuk garam-garam Kalsium, Ca Pantotenat dan lainnya tidak dapat memakai


mucilago amyli sebagai pengikat sebab akan terbentuk massa seperti lem.

Mg-stearat dan Eksplotab, bila zat aktif bersifat asam, jangan menggunakan Mg
stearat dan Eksplotab, ganti saja Mg-stearat dengan asam stearat.

Antibiotika, terutama yang tidak tahan pemanasan, dilakukan


dengan sluggingatau dehumidifier (dengan alkohol + air) disedot pada suhu 30 C tetapi
hasilnya kurang baik, sebab potensi akan menurun karena kontak dengan air.

Ekstrak untuk tablet, ekstrak kental dilarutkan dulu dalam etanol 70%, baru
dikeringkan dengan SL. Ekstrak Belladona 1:3 artinya dalam 3 bagian ada 1 bagian.
Contohnya jika diinginkan 20 mL ekstrak Belladona maka yang diambil adalah 60 mL,
digerus halus dan dicampurkan dengan pengisi sedikit demi sedikit.

Untuk zat-zat berkhasiat yang sangat pahit seperti Kloramfenikol harus disalut
(dispensasi). Kloramfenikol palmitat tidak bisa dibuat tablet karena masih ada sisa asam
palmitat yang menyebabkan tablet mudah pecah karena sukar diikat.

INH dan PAS tidak dapat dibuat kombinasi dalam tablet karena PAS diabsorbsi di
usus tidak boleh terdisolusi di lambung (?).

Catatan Lain
1.

Fines
Maksimum 30% dari bobot tablet termasuk Fase Luar (FL) jika lebih dapat
terjadi capping. Jumlah yang berbeda, distribusi berbeda dapat diatasi
dengan hoover yang tidak bergetar dan atau adanya pengaduk.

2.

Eksplotab

Tidak tahan asam, hanya untuk penghancur luar, tidak bisa untuk granulasi basah,
digunakan 3-5%, maksimum 25%.
3.

Starch 1500
Pengisi tablet untuk cetak langsung. Jika ada air akan menjadi gel sehingga zat aktif
terhambat, daya mengembang kurang sehingga waktu hancur menjadi jelek. Pengisi tablet
tidak lebih dari 30%.

4.

Avicel pH 101,102,103 baik untuk tablet cetak langsung

5.

Jika jumlah zat aktif kecil dan berbentuk hablur, resiko ketidakseragaman kandungan
zat aktif besar jika dibuat secara cetak langsung, karena kurang homogen.

6.

Untuk cetak langsung gunakan zat aktif yang halus dengan aliran baik.

7.

Jika basis kasar dan zat aktif halus, maka distribusi menjadi tidak merata karena terjadi
distribusi ukuran partikel yang tidak merata, terutama saat pencetakan, akibat getaran.

8.

Vitamin B12 untuk cetak langsung harus dihaluskan terlebih dahulu. Gunakan pengisi
manitol, bukan dengan SL.

9.

Untuk antibiotika, pilih pengikat yang tidak mengubah potensi.

10. Mekanisme umum hancurnya tablet adalah pembasahan, penetrasi air, pengembangan,
dan hancur. Untuk cetak langsung, jika kecepatan aliran masa cetak 1,5 g/dt atau lebih
sudah cukup baik.
11. Jika zat aktif 200 mg per tablet, siap-siap untuk dibuat secara cetak langsung.
12. Dalam evaluasi waktu hancur tablet, tinjau mekanisme waktu hancur, surfaktan,
desintegrator lebih baik yang hidrofob.
13. PVP mudah ditembus air.
14. Ac di sol 3% sebagai penghancur luar untuk memperbaiki waktu hancur.
Granulasi dibuat terpisah dengan pertimbangan jumlah granul sama banyak, distribusi
granul sama di mana perbandingan granul A dan B sama, kelemahan distribusi tidak
selalu sama.
15. Ukuran (mesh) 18-20; 20-22; yang biasa 16-16
Jika granul pengikatnya lemah, gunakan pengayak dengan ukuran mesh sama
16. Zat aktif dengan bobot jenis tinggi (umumnya BJ zat anorganik), granulasi seperti biasa,
FL sekecil mungkin.
17. CaCO3 dapat digunakan sebagai penghancur di dalam lambung yang akan menyerap
asam lambung dan berubah menjadi CO2.

Permasalahan Dalam Pencetakan Tablet


Masalah-masalah yang dapat muncul selama proses pencetakan tablet secara umum, seperti :

Capping : pemisahan sebagian atau keseluruhan bagian atas/bawah tablet dari badan
tablet

Laminasi : pemisahan tablet menjadi dua bagian atau lebih

Chipping : keadaan dimana bagian bawah tablet terpotong

Cracking : keadaan dimana tablet pecah, lebih sering di bagian atas-tengah

Picking : perpidahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada


permukaanpunch

Sticking : keadaan dimana granul menempel pada dinding die (ada adhesi)

Mottling : keadaan dimana distribusi zat warna pada permukaan tablet tidak merata

Masalah Lain Pada Pencetakan Tablet Secara Khusus


1.

Lengket pada Cetakan


Manifestasinya :

Melekat pada die dan sulit untuk dikeluarkan

Bunyi keras pada mesin

Tablet kopak, jelek, sisi tablet kasar, kadang-kadang hitam

Penyebab :

Antiadheren kurang

Lubrikan kurang atau tidak tepat


Contoh : Tablet asetosal dengan Mg stearat lengket, seharusnya digunakan asam
stearat (yang mikronize karena fungsi lubrikan adalah antar partikel sehingga kalau
halus akan terselimuti oleh lubrikan).

Kandungan air (aspek kadar air) tinggi akan menyebabkan penempelan padadie,
sedangkan kadar air rendah dapat menyebabkan laminating atau capping.

Kemungkinan karena interaksi kimia atau fisika, contoh interaksi fisika etoksi
benzamin dengan kafein, gliseril guaiakolat dengan prometazin HCl, yaitu terjadinya
pelelehan sehingga adhesivitas tinggi dan akhirnya menjadi lengket.

Bahan baku dengan titik leleh sangat rendah, sehingga kesulitan dalam masalah
pencetakan, contoh : Ibuprofen, Gliseril guaiakolat, Siprofloksasin (Antibiotik
turunan Imidazol).

Penyelesaian Masalah :

Meningkatkan antiadheren dan lubrikan

Penggantian lubrikan yang cocok

Mengurangi jumlah granul yang kasar

Mengurangi jumlah air tapi jangan sampai berada di bawah optimum, karena
tablet menjadi kurang baik. Jika sudah diketahui jumlah pembasah yang paling baik

maka agar pembasahnya pas, dilakukan dengan menambahkan pembasah ke dalam


larutan pengikat, yaitu bahan pembantu yang tidak menguap tapi basah, contoh
Propilen glikol atau gliserin.

Jika terjadi lengket mungkin karena punch dan die yang rusak, sebab kalau cacat
pada punch, maka akan melekat sehingga ratakan punch dan die.

Kalau mungkin pencetakan pada suhu rendah dan humuditas rendah karena
khusus untuk bahan aktif dengan titik leleh rendah atau terjadi campuran eutektik
maka zat campuran eutektik semakin mudah menyerap air. Contoh : Kombinasi
ampisilin dengan asam klavulanat, dimana asam klavulanat mudah hancur dengan
kelembaban dan temperatur yang tinggi. Oleh karena itu, pembuatannya dilakukan
dalam suhu dan RH yang rendah.

Perubahan bahan pengisi, bahan pengisi dengan titik leleh tinggi dan dapat
mengadsorbsi, seperti SiO2 dan aerosil (adsorben). Penambahan aercsil pada tablet
akan menyebabkan penampilan tablet yang bagus, jernih dan mengkilat, namun waktu
hancur semakin panjang.

2.

Lengket pada pons


Manifestasi :

Terkelupasnya bagian tablet karena permukaan tablet melekat pada pons.


Penyebab sama dengan tadi

Kurangnya anti adheren

Kandungan air tinggi

Lengket pada pons

Penanggulangannya sama :

3.

Ubah ukuran granul

Tambah adsorben

Perbaiki alat

Alat dipoles, sehingga adhesivitas tablet dan pons sangat kecil.

Capping/Laminating
Capping : copot
Laminating : belah
Penyebab :

Terjebaknya udara pada tablet karena granul sangat halus

Porositas tinggi, khususnya pada penggunaan pons yang baru, yaitu dengan
adanya udara yang terjebak antara pons dan die

Kekerasan yang terlalu rendah atau terlalu tinggi (ada yang optimal)

Granul yang terlalu kering, cara : tambahkan dalam pelarut pengikat tambahkan
bahan cair dan tidak mudah menguap

Zat pengikat yang kurang tepat.

Pengikat yang jumlahnya terlalu sedikit (tepat tetapi jumlahnya kecil)

Penanggulangannya

Pembuatan granul diulang jika penyebabnya adalah kelebihan atau kekurangan


pengikat atau tidak cocok.

Tambahkan pengikat kering seperti gom arab, sorbitol, PVP, sakarin, NHPC,
LHPC 21, Metilselulosa dengan konsistensi tinggi, sehingga meningkatkan
kekompakan tablet.

4.

Pengurangan ukuran partikel dari granul, karena spesifikasi ukuran harus sama.

Sumbing atau retak-retak pada permukaan tablet


Manifestasinya :
Akibat dari ketiga masalah sebelumnya : laminating, lengket atau kadang-kadang karena
pons yang terlalu dalam.
Penyelesaian :

Pons dan die supaya di poles

Untuk ukuran granul yang besar, kurangi partikel granul.

Diganti pons dan die

Tambahkan pengikat kering

5.

Keseragaman bobot (FI III)


Penyebab pertama :

Aliran kurang baik

Distribusi ukuran granul yang tidak tepat, sebab dengan demikian mungkin saja
timbul porositas tinggi, yang tidak dapat menjamin keseragaman bobot karena adanya
distribusi baru pada saat pencetakan.

Sistem pencampuran yang tidak benar, sehingga mesin harus terkunci baik
terutama pons bawah karena dapat berubah-ubah sehingga bobot berbeda-beda.

Penyelesaian masalah :

Perbaiki atau ulangi proses pembuatan granul, perbaikan ukuran granul, pengikat,
granulasi, perbaikan pencampuran massa cetak.

Perbaikan mesin tablet yaitu validasi mesin tablet.

Kecepatan aliran dapat menyebabkan bobot tablet yang berbeda-beda. Penyebab


kecepatan aliran : kandungan air tinggi sehingga adesivitas tinggi dan aliran menjadi
kurang ; porositas tinggi, udara terjebak banyak karenafines dan pengikat yang tidak
cocok atau kurang. Jumlah fines meningkat, porositas meningkat, aliran tidak baik.

Penyebab kedua : distribusi granul tidak baik.


Penyelesaian Masalah :

Kurangi kadar air

Pembuatan granul baru sehingga menyebabkan porositas kecil, distribusi granul


optimal sehingga aliran bagus.

Keseragaman Kandungan (FI IV hlm.999)


Dilakukan bila :

Kadar bahan aktif dibawah 50 mg

Bila perbandingan kadar bahan aktif dengan bobot tablet lebih kecil dari pada
50%

Penyebab jeleknya keseragaman kandungan :

Karena aliran jelek

Pencampuran pregranulasi tidak benar maka tentukan dulu homogenitas zat aktif
dalam granul (di pabrik)

Karena kadar fines tinggi maka porositas tinggi (bobot berbeda-beda)

Kandungan air yang tinggi sehingga aliran kurang baik

Kondisi mesin tidak benar.

Penyelesaian masalah

Perbaikan ukuran granul meliputi pencampuran, perubahan pengikat, granulasi.

Kalibrasi mesin.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Tablet adalah campuran zat aktif dan zat pengikat, biasanya dalam bentuk bubuk,
yang dibentuk menjadi padatan.Tablet merupakan sediaan obat padat kempak dibuat
secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata

atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih, dengan atau tanpa bahan
tambahan.
Macam-macam obat tablet diantaranya tablet kunyah, tablet hisap, tablet sublingual,
tablet efervescent, dan lain-lain.
Keuntungan: Pemberian obat peroral merupakan Cara yang paling banyak dipakai
karena ini adalah Cara yang paling mudah,murah, aman dan nyaman bagi pasien.
Kerugian: Kelemahan dari pemberian obat peroraladalah pada aksinya yang lambat
sehingga cara ini tidak mudah dipakai pada keadaan gawat. Obat yang diberikan
peroral biasanya membutuhkan waktu 30- 45 menit sebelum diabsorbsi dan efek
puncaknya dicapai setelah 1- 1 jam. Rasa dan bau obat yang tidak enak sering
mengganggu pasien.
Kontraindikasi: Cara peroral tidak dapat dipakai pada pasien yang mengalami mualmual, muntah, semi koma, pasien yang akan menjalani pengisapan cairan lambung
serta pada pasien yang mengalami gangguan menelan.
Indikasi: Cara peroral dapat dipakai pada pasien yang tidak mengalami mualmual,muntah,semi koma, pasien yang tidak akan menjalani pengisapan cairan
lambung serta pada pasien yang tidak mengalami gangguan menelan

DAFTAR PUSTAKA

https://andayana.wordpress.com/2009/01/12/pembuatan-tablet/
Farmakope Indonesia edisi III 1979

Ilmu meracik obat


Farmakope Indonesia edisi IV 1979

Anda mungkin juga menyukai