Anda di halaman 1dari 3

Cara Menyusui Yang Benar

Published On 17 Jan 2010 By 1001skripsi. Under KESEHATAN, Kebidanan. Tags: air susu
ibu, bayi, bersalin, Cara, dan, daya manusia, dengan, gerakan, Hal, ibu hamil, kesehatan ibu
dan anak, laktasi, mampu, masa nifas, melahirkan anak, motivasi, naluri, payudara, sumber
daya, tenaga kesehatan, variasi, yang
Pemerintah dan Gerakan nasional peningkatan penggunaan air susu ibu (ASI) merupakan
salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak. Upaya yang
penting ini, keberhasilannya perlu didukung dan dilaksanakan oleh seluruh anggota
masyarakat. Para ibu, sebagai pelopor peningkatan kualitas sumber daya Indonesia, patut
menyadari dan meningkatkan pengetahuannya untuk menunjang gerakan ini.
Pada dasarnya, segera setelah melahirkan, secara naluri setiap ibu mampu menjalankan tugas
untuk menyusui bayinya. Namun, untuk mempraktekkan bagaimana menyusui yang baik dan
benar, setiap ibu perlu mempelajarinya. Bukan saja ibu-ibu yang baru pertama kali hamil dan
melahirkan, tetapi juga ibu-ibu yang baru melahirkan anak yang kedua dan seterusnya.
Mengapa ? Karena setiap bayi lahir merupakan individu tersendiri, yang mempunyai variasi
dan spesifikasi sendiri. Dengan demikian ibu perlu belajar berinteraksi dengan bayi yang baru
lahir ini, agar dapat berhasil dalam menyusui.
Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi sejak dini dan dukungan serta bimbingan yang
optimal dari keluarga, lingkungan dan tenaga kesehatan yang merawat ibu selama hamil,
bersalin dan masa nifas.
Dengan mengikuti dan mempelajari segala pengetahuan mengenai laktasi, diharapkan setiap
ibu hamil, bersalin dan menyusui dapat memberikan ASI secara optimal, sehingga bayi dapat
tumbuh kembang normal sebagai calon sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.
1. Perawatan Payudara
Demi keberhasilan menyusui, payudara memerlukan perawatan sejak dini secara teratur.
Perawatan selama kehamilan bertujuan agar selama masa menyusui kelak produksi ASI
cukup, tidak terjadi kelainan pada payudara dan agar bentuk payudara tetap baik setelah
menyusui.
Pada umumnya, wanita dalam kehamilan 6 8 minggu akan mengalami pembesaran
payudara. Payudara akan terasa lebih padat, kencang, sakit dan tampak jelas di permukaan
kulit adanya gambaran pembuluh darah yang bertambah serta melebar. Kelenjar Montgomery
pada daerah areola tampak lebih nyata dan menonjol.
Guna menunjang perkembangan payudara dalam kehamilan ini, sejak usia kehamilan 2
bulan, sebaiknya wanita hamil mulai mengganti pakaian dalam (BH / bra) nya dengan ukuran
yang lebih sesuai, dan dapat menopang perkembangan payudaranya. Biasanya diperlukan BH
ukuran 2 nomor lebih besar dari ukuran yang biasa dipakai.
Di samping pemakaian BH yang sesuai, untuk menunjang produksi ASI dan membantu
mempertahankan bentuk payudara setelah selesai masa menyusui, perlu dilakukan latihan
gerakan otot-otot badan yang berfungsi menopang payudara. Misalnya gerakan untuk
memperkuat otot pektoralis : kedua lengan disilangkan di depan dada, saling memegang siku
lengan lainnya, kemudian lakukan tarikan sehingga terasa tegangan otot-otot di dasar
payudara (Stoppards).
Kebersihan / hygiene payudara juga harus diperhatikan, khususnya daerah papila dan areola.
Pada saat mandi, sebaiknya papila dan areola tidak disabuni, untuk menghindari keadaan

kering dan kaku akibat hilangnya lendir pelumas yang dihasilkan kelenjar Montgomery.
Areola dan papila yang kering akan memudahkan terjadinya lecet dan infeksi.
Selama kehamilan, papila harus disiapkan agar menjadi lentur, kuat dan tidak ada sumbatan.
Persiapan dilakukan setiap hari sebanyak 2 kali sehari setelah usia kehamilan 7 bulan.
Caranya dengan kompres masing-masing putting susu selama 2-3 menit dengan kapas yang
dibasahi minyak, kemudian tarik dan putar putting ke arah luar 20 kali, ke arah dalam 20 kali.
Pijat daerah areola untuk membuka saluran susu. Bila keluar cairan, oleskan ke papila dan
sekitarnya. Kemudian payudara dibersihkan dengan handuk yang lembut.
Putting susu yang terbenam atau datar perlu dikoreksi agar dapat menonjol keluar sehingga
siap untuk disusukan kepada bayi. Masalah ini dapat diatasi dengan bantuan pompa putting
(nipple puller) pada minggu terakhir kehamilan.
2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan menyusui
Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar ibu hamil sehat dan mampu menyusui bayinya
adalah :
1. Nutrisi / gizi ibu hamil.
Dari diet sehari-hari, zat gizi yang masuk ke dalam tubuh serta cadangan yang ada pada
wanita hamil dan menyusui akan digunakan untuk aktifitas dan metabolisme ibu, untuk
memproses pembentukan ASI dan nilai kalori serta zat gizi ASI itu sendiri. Berdasarkan
angka kecukupan gizi, kebutuhan tambahan kalori wanita hamil kurang lebih 285 kkal per
hari. Penambahan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan wanita yang tidak hamil /
menyusui, yaitu wanita dengan aktifitas ringan 1900 kkal / hari, kerja sedang 2100 kkal / hari,
dan kerja berat 2400 kkal / hari. Adapun kecukupan yang seimbang kira-kira 40 kkal / kgBB,
dengan komposisi protein 20 -25%, lemak 10-25% dan karbohidrat 50-60%. Jumlah cairan
yang perlu diminum oleh wanita hamil tidak banyak berbeda dari wanita tidak hhamil, sekitar
2 liter per hari.
2. Istirahat
Wanita hamil sebaiknya tidur minimal 8 jam sehari. Kegiatan dan gerakannya sehari-hari
harus memperhatikan perubahan fisik dan mental yang terjadi pada dirinya. Di antara waktu
kegiatannya tersebut diperlukan waktu untuk istirahat (santai) guna melemaskan otot-otot.
Bagi wanita yang bekerja, hendaknya dapat diatur agar cuti hamil dan bersalinnya diambil
sebanyak mungkin setelah ia bersalin sehingga ia dapat menyusui bayinya selama mungkin
sebelum bekerja.
3. Tidak merokok, minum alkohol, kopi, soda
Termasuk menjauhi asap rokok dari orang lain. Minuman kopi dan minuman soda dapat
mengurangi kemampuan usus untuk menyerap kalsium dan zat besi.
4. Obat-obatan
Pemakaian obat-obatan selama hamil hanya atas petunjuk bidan atau dokter, terutama
menjelang persalinan perlu diperhatikan, agar tidak berpengaruh terhadap laktasi.
5. Keluhan lain
Adanya keluhan lain, misalnya sakit gigi / mulut, infeksi lainnya, perlu diperhatikan, karena
dapat menjalar ke bagian tubuh lainnya dan mengganggu kehamilan.
6. Kebersihan diri dan pakaian yang nyaman
Perlu mendapat perhatian untuk menjaga kesehatan. Pilihlah pakaian yang longgar, ringan,
mudah dipakai dan menyerap keringat.
7. Mengenal petugas kesehatan yang menolong
Sebaiknya selama 3 bulan terakhir kehamilan, seorang ibu telah menentukan seorang dokter
yang akan mengawasi persalinan dan pertolongan anaknya kelak. Kerjasama antara tenaga
penolong persalinan dan dokter anak juga harus dibina.

3. Praktek menyusui
Proses laktasi terdiri dari 2 tahap. Pertama adalah dimulainya pembentukan air susu pada
masa kehamilan, dan kedua adalah periode menyusui sesudah bayi lahir, yaitu saat air susu
dibentuk dan dikeluarkan. Masa ini kita sebut sebagai masa menyusui yang lamanya sangat
tergantung pada motivasi dan kemampuan seorang ibu untuk menerapkan manajemen
laktasi.
Setiap bayi, sejak dilahirkan seyogyanya mendapat ASI saja (termasuk kolostrum) dalam 4-6
bulan pertama kehidupannya. Diawali dengan kontak dini segera setelah dilahirkan, isapan
bayi pada putting susu ibu untuk pertama kalinya ini akan merangsang keluarnya hormonhormon yang menunjang keberhasilannya menyusui. Kemudian, bayi dalam kondisi baik
seyogyanya dirawat bersama dalam satu ruangan dengan bayinya (rawat gabung).
Pelaksanaan ini penting untuk menjamin terpenuhinya segala kebutuhan bayi, baik fisik
maupun psikik setiap saat dari ibunya. Selama ASI belum keluar pada 2-3 hari setelah ibu
melahirkan, bayi yang sehat TIDAK perlu diberi makanan / cairan lain. Ia hanya perlu
mengisap kolostrum yang keluar dari putting ibunya saja. Setelah mencapai usia 4-6 bulan,
secara bertahap dapat diberikan makanan pendamping ASI. ASI dapat terus diberikan sampai
anak berusaia 2 tahun.
Dalam masa menyusui terjadi beberapa refleks yang penting pengaruhnya terhadap
kelancaran laktasi, yaitu refleks yang terjadi pada ibu dan pada bayi.
Refleks yang terjadi pada ibu di antaranya :
1. Refleks prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf sensoris yang terdapat pada putting susu terangsang.
Rangsangan ini akan dikirim ke otak (hipotalamus) yang akan memacu keluarnya hormon
prolaktin yang kemudian akan merangsang sel-sel kelenjar payudara untuk memproduksi
ASI. Jadi makin sering bayi mengisap, makin banyak prolaktin yang dilepas dan makin
banyak ASI yang diproduksi. Oleh karena itu, menyusukan dengan sering adalah cara terbaik
untuk mendapatkan ASI dalam jumlah banyak.
2. Refleks aliran / refleks oksitosin (let down reflex)
Rangsangan yang ditimbulkan oleh isapan bayi waktu menyusu diantar pula ke bagian lain
dari otak yang akan melepaskan hormon oksitosin. Oksitosinn akan memacu sel-sel otot yang
mengelilingi jaringan kelenjar dan salurannya untuk berkontraksi, sehingga memeras air susu
keluar hingga mencapai sinus laktiferus di balik areola, untuk kemudian menuju putting susu.
Dengan demikian terjadi areolar engorgement (pembengkakan). Kadang-kadang tekanan
karena kontraksi otot itu begitu kuat sehingga air susu keluar dari putting menyembur dan
dapat membuat bayi tersedak.
Keluarnya air susu karena kontraksi otot tersebut disebut let down reflex. Melalui refleks
inilah terjadi pula kontraksi rahim yang membantu lepasnya plasenta (ari-ari) dan
mengurangi perdarahan. Oleh karena itu setelah bayi dilahirkan, kalau keadaan
memungkinkan sebaiknya bayi segera disusukan ibunya (kontak dini).
Terjadinya refleks aliran dipengaruhi oleh jiwa ibu. Rasa kuatir atau kesusahan akan
menghambat refleks tersebut. Sebaliknya, tidak jarang, refleks ini terjadi pula bila sang ibu
mendengar bayinya menangis, melihat foto bayinya atau sedang teringat pada bayinya saat
berada jauh dari bayinya itu.

Anda mungkin juga menyukai