Anda di halaman 1dari 7

Sigmun Freud Vs Lukman Hakim

Bismillahirrohmaanirrohiim

Catatan ini saya buat, setelah membaca link yang di share suami saya dari sebuat situs yang
akhir-akhir ini sering kami kunjungi.

Kenapa situs itu sering kami kunjungi? Awalnya karena banyak sekali kisah-kisah tauladan
dan penuh hikmah di dalamnya. Dalam situs itu pula banyak artikel-artikel yang berkaitan
dengan fakta-fakta yang selama ini jauh sekali dari opini publik dan paradigma saya.
Seringkali, saya mengakhiri artikel yang saya baca di situs itu, dengan kata "Oooooooo... "
yang panjang, isakan tangis menyadari kesalahan, Sms "I love u " untuk suami karena merasa
betapa beruntungnya saya memiliki beliau, atau kadang dengan bergidik ngeri karena fakta
yang baru saya sadari.

Kali ini saya mengakhiri artikel yang saya baca dengan Istighfar berkali-kali, menyadari
bahwa hal yang saya yakini setidaknya 4 tahun ini salah.Pasalnya, saya membaca sebuah
paragraf sebagai berikut :

Sekarang kita beralih kepada konsep parenting yang banyak dilakoni psikolog muslim saat
ini. Mereka mengembangkan apa yang disebut Never Say No To Children. Dalam
konsep ini kita diharamkan untuk mengatakan jangan dan tidak kepada anak. Betul betul
sebuah konsep yang menyesatkan.

Konsep ini dibangun oleh Sigmund Freud, psikoanalis dan pengikut sekte Kabbalah
Shabbatai Sevi yang menyatakan keinginan tidak boleh dibatasi. Bahwa menyatakan
larangan katanya hanya akan membunuh potensi anak dan cenderung mengantar anak
ke jurang neurosis.

Padahal Islam adalah konsep yang mengandung larangan dan anjuran.


Masih ingatkah pembaca situslakalaka dengan kisah Luqmanul Hakim. Perhatikan
nasehatnya pada sang anak, Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepada anaknya : Hai anakku.. JANGANlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar
kedzaliman yang besar.. (QS. Luqman 13)

Astaghfirullah...
Rekaman perjalanan saya selama 4 tahun ini langsung menari-nari di benak saya. Ketika
kuliah DIV dulu, saya mendapatkan mata kuliah Psikologi, dimana dosennya merupakan
orang yang luar biasa menurut saya. Cara beliau mengajar dan didikannya, membuat saya
membuka mata tentang konsep pendidikan anak. Setiap selesai perkuliahan beliau, saya
selalu tertegun dan merasa begitu bersemangat untuk segera memiliki anak, ingin segera
mempraktikkan ilmu-ilmu yang beliau ajarkan untuk mendampingi anak menjadi anak yang
cerdas dan berkepribadian baik
Begitu besarnya pengaruh ilmu yang beliau ajarkan pada saya, membuat saya menambah satu
lagi daftar cita-cita saya, ingin membuat sekolah usia dini dan perkembangan yang selain
berdasarkan ajaran-ajaran islam, juga menerapkan ilmu-ilmu psikologi perkembangan.
Beberapa saat setelah saya lulus dan bekerja, saya dan orangtua saya mengikuti seminar
kesehatan dengan pembicara para ahli di bidangnya. Salah satu materi dalam seminar tersebut
adalah bagaimana mencapai perkembangan anak yang maksimal pada golden ages nya. Dan
ternyata SALAH SATU caranya pun SAMA dengan apa yang saya dapatkan dari dosen saya
yang luar biasa di D IV dulu,

"NEVER SAY NO TO CHILDREN"

Hindari kalimat-kalimat negatif dalam membimbing anak, jangan pernah katakan "tidak" atau
" jangan" karena sekali orangtua mengatakan " jangan " maka akan menghentikan proses
pembentukan ribuan jembatan yang menghubungkan sel-sel saraf, sehingga potensi untuk
mengoptimalkan kemampuan otak yang katanya 95% terjadi pada masa Golden Ages,
menjadi terhambat.

Dengan kata lain, semakin sering menggunakan kata "tidak" atau "jangan" pada anak, maka
orangtuanyalah yang bertanggung jawab jika kelak anaknya menjadi tidak kreatif,
berintelegensi rendah, dsb.

Dengan ilmu-ilmu yang saya dapatkan dari para ahli tersebut, saya merasa amat yakin bahwa
hal tersebut benar, dan patut diajarkan kepada anak-anak saya, para mahasiswa yang saya
didik. Kebetulan , saya mengajar mata kuliah Asuhan Kebidanan pada Neonatus, bayi dan
anak balita, pas sekali untuk dimasukkan di materi perkembangan anak.

Tetapi, membaca artikel diatas saya merasa sadar, bahwa apa yang saya pahami dan saya
transfer selama ini salah.

Sekali lagi, " NEVER SAY NO TO CHILDREN" hanya SALAH SATU upaya
mengoptimalkan potensi anak, bukan satu-satunya, masih banyak upaya lain yang sampai
detik ini masih saya anggap benar, seperti stimulasi kemampuan anak, 30 menit
mendampingi anak, dsb. Saat ini yang saya pahami, bahwa hanya "Never say no to children"

lah yg salah. Sedang yang lainnya dapat saya terima kebenarannya. tapi tidak menutup
kemungkinan di kemudian hari saya menemukan fakta bahwa bisa saja yang lain juga salah.
Kebenaran manusia sifatnya relatif bukan? Hari ini benar bisa saja besok salah. Kebenaran
Absolut hanya milik Allah SWT.

Sekarang, kenapa saya menganggap "NEVER SAY NO TO CHILDREN" itu SALAH?


Alasan yang sangat sederhana..
KARENA LUQMAN MEMBERI NASEHAT KEPADA ANAKNYA MENGGUNAKAN
KATA JANGAN, DAN ITU DIABADIKAN ALLAH SWT DALAM AL QURAN
Bahkan ada tiga larangan Luqman kepada anaknya dalm nasehatnya
1. Janganlah kamu mempersekutukan Allah ( QS : 31:13 )
2. Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong ( QS : 31 : 18 )
3. Janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh ( QS : 31 : 18 )

Nyata-nyata Luqmanul Hakim yang mulia, yang keteladanannya dalam mendidik anak
diabadikan Allah dalam Al Qur'an, mengatakan "Jangan"

Bagi saya, tidak ada fakta ilmiah manapun yang bisa mengalahkan kebenaran Al Qur'an

Hal ini juga saya sadari ketika beberapa hari yang lalu, saya dan suami membahas tentang
mukjizat Rasulullah SAW yang dapat membelah bulan, yang artikelnya juga terdapat di situs
tersebut. Artikel itu membahas tentang ilmuwan yang mendapatkan foto-foto bulan yang

menjadi bukti bahwa bulan memnag benar-benar pernah terbelah, membuktikan ayat Al
Qur'an :

Telah dekat datangnya saat itu dan Telah terbelah bulan [1434]. Dan jika mereka (orangorang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata: (Ini adalah)
sihir yang terus menerus. Dan mereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu
mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya[1435]. (QS. Al-Qamar : 1-3)

Subhahanallah.. betapa senangnya saya saat itu, mendapatkan satu lagi kebenaran Alqur'an
yang terbukti secara ilmiah, melengkapi fakta-fakta ilmiah yang lain mengenai Alqur'an.

Tapi setelah saya browse tentang hal tersebut, ada artikel lain yang mengatakan bahwa
gambar-gambar tersebut belum cukup untuk membuktikan bahwa bulan memang pernah
terbelah di masa yang silam. Awalnya saya merasa bahwa artikel yang ditulis seorang muslim
tersebut bermaksud untuk membantah mukjizat Rasulullah SAW, atau mengacaukan
kayakinan umat muslim, tapi betapa terkejutnya saya ketika di akhir artikel beliau
menuliskan...

Bagi kita, yang mengimani Allah, ayat tersebut harus dipercayai. Ditambah lagi ada hadits
shahih yang menyatakan memang demikian. Jikalau belum ada bukti yang kita inginkan,
tidak seharusnya kita mengurangi keimanan. Allah Maha Kuasa untuk membelah bulan. Dan
Ia pun kuasa untuk menyatukannya kembali, dengan atau tanpa bekas. Semuanya mudah
bagi Allah.

Subhanallah... Iman!
itulah kuncinya.. mengimani kitab Allah tanpa syarat.

Karena seperti yang dikatakan penulis artikel tersebut, Allah berkuasa terhadap segala
sesuatu, dengan bukti atau tanpa bekas.
Terlepas dari benar atau tidak benarnya para penulis dan para ilmuwan-ilmuwan dan para
guru-guru saya ( saya yakin guru saya berusaha memberikan yang terbaik yang ia yakini pada
mahasiswanya ), terlepas dari muslim atau bukan, terlepas dari niat mereka menulis berbagai
artikel tersebut, saya tersadar pada satu hal ....

Dalam memutuskan kebenaran, kembalilah pada Kitabmu...

Ilmu manusia bisa berkembang, dulu bumi datar itu benar, sekarang salah, dulu episiotomi
wajib, sekarang tidak, dan banyak hal lainnya... Ilmu manusia itu relatif, yang absolut hanya
Ilmu dari Allah.

Karena itulah ketika timbul pertanyaan dalam benak saya mengenai Sigmun Freud Vs
Luqman Hakim mengenai cara mendidik anak, jelas Logika dan Hati saya memilih Luqman
Hakim, yang nasehatnya tertulis dalam Al Qur'an...

Karena itulah saya jadi beristighfar berkali-kali setelah membacanya... teringat 4 angkatan
mahasiswa yang pernah saya ajar tentang " NEVER SAY NO TO CHILDREN"

Untuk itu, dalam catatan ini pula, tanpa mengurangi rasa hormat saya pada guru-guru saya,
saya menyampaikan maaf saya yang sedalam-dalamnya kepada mahasiswa saya semua...
yang menyimak maupun yang tidak menyimak atau siapa pun yang pernah mendengar teori
itu dari saya..

Pilihan itu ada pada Anda, saya hanya menyampaikan ralat dari apa yang pernah saya ajarkan
setelah saya meyakini bahwa hal itu tidak benar dari kacamata saya. Bila Anda sependapat
dengan saya, mohon untuk memberitahukan hal ini pada rekan Anda. Saya merasa ini adalah
beban dan tanggung jawab saya pada Anda, semoga Allah mengampuni saya dan senantiasa
menunjukkan kebenaran yang hakiki pada kita semua. Aamiin

Nama

: Eny Mayasari Dewi

TTL

: Balikpapan, 02 Oktober 1985

Alamat

: Jalan Kamboja Rt 30 No 79 Balikpapan

Pekerjaan

: Dosen, saat ini sedang melanjutkan kuliah S2 di Univ Diponegoro

FB

: Eny Dewi

Blog

: Nyempluks.blogspot.com

Status

: Menikah dengan Ganden ADitera Ismed

Telp

: 085753185700

No REk

: Mandiri an Eny MAyasari Dewi no 1490097032900

Anda mungkin juga menyukai