Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang Masalah


Banyak yang menganggap bahwa persoalan dalam pemilihan
kata adalah suatu persoalan yang sederhana, tidak perlu dibicarakan
atau dipelajari karena akan terjadi dengan sendirinya secara wajar
pada diri manusia. Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita
menjumpai orang-orang yang sangat sulit mengungkapkan maksud
atau segala sesuatu yang ada dalam pikirannya dan sedikit sekali
variasi bahasanya. Kita pun juga menjumpai orang-orang yang boros
sekali dalam memakai perbendaharaan katanya, namun tidak memiliki
makna yang begitu berarti. Oleh karena itu agar tidak terseret ke
dalam dua hal tersebut, kita harus mengetahui betapa pentingnya
peranan kata dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena
selain digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa
juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara tulisan, di
zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi ini,
masyarakat dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan
memahami infrormasi di segala aspek kehidupan sosial secara baik
dan benar, sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut, bahasa
berfungsi sebagai media penyampaian informasi secara baik dan
tepat, dengan penyampaian berita atau materi secara tertulis,
diharapkan masyarakat dapat menggunakan media tersebut secara
baik dan benar. Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika
berbahasa, disinilah peran aturan baku tersebut di gunakan, dalam hal
1

ini

kita

selaku

warga

Negara

yang

baik

hendaknya

selalu

memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesia yang baik


dan benar. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sub. materi
dalam ketata bahasaan Indonesia, yang memilik peran yang cukup
besar dalam mengatur etika berbahasa secara tertulis sehingga
diharapkan informasi tersebut dapat di sampaikan dan di fahami
secara komprehensif dan terarah. Dalam prakteknya diharapkan
aturan tersebut dapat digunakan dalam keseharian Masyarakat
sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia dapat digunakan
secara baik dan benar.
I.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan EYD ?
2. Apa pengertian ejaan ?
3. Bagaimana sejarah ejaan di tanah air ?
4. Apa komponen EYD ?
I.3. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian EYD.
2. Untuk mengetahui pengertian ejaan.
3. Untuk mengetahui sejarah ejaan di tanah air.
4. Untuk mengetahui komponen EYD.

BAB II
ISI

II.1 Pengertian
Ejaan adalah suatu sistem atau aturan penulisan dalam bahasa
tertentu. Jadi, ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD), yaitu
suatu sistem penulisan dalam bahasa Indonesia yang merupakan hasil
penyempurnaan

dari

ejaan

sebelumnya

(Ejaan

Republik atau Ejaan

Soewandi)
II.2 Sejarah Ejaan
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional lahir pada awal tahun dua
puluhan. Namun dari segi ejaan, bahasa indonesia sudah lama memiliki
ejaan

tersendiri.

Berdasarkan

sejarah

perkembangan

ejaan,

sudah

mengalami perubahan sistem ejaan, yaitu:


1. Ejaan Van Ophuysen (ejaan lama)
Ejaan ini mulai berlaku sejak bahasa Indonesia lahir dalam awal tahun
dua puluhan. Ejaan ini merupakan warisan dari bahasa Melayu yang
menjadi dasar bahasa Indonesia.
2. Ejaan Suwandi (ejaan republik)
Setelah ejaan Van Ophuysen diberlakukan, maka muncul ejaan yang
menggantikan, yaitu ejaan Suwandi. Ejaan ini berlaku mulai tahun 1947
sampai tahun 1972. Ejaan ini disebut juga dengan edjaan Soewandi,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu.
3

3. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)


Ejaan imi mulai berlaku sejak tahun 1972 sampai sekarang. Ejaan ini
menggantikan ejaan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.

Pada waktu pidato kenegaraan untuk memperingati Hari Ulang Tahun


Kemerdakan

Republik

Indonesia

yang

ke

XXVII,

tanggal 17

Agustus 1972 diresmikanlah pemakaikan ejaan baru. Ejaan tersebut dikenal


dengan nama Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD).
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) diterapkan secara
resmi mulai tanggal 17 Agustus 1972 dengan Surat Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor : 57/1972 tentang peresmian berlakunya Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Dengan berlakunya EYD, maka
ketertiban dan keseragaman dalam penulisan bahasa Indonesia diharapkan
dapat terwujud dengan baik. Oleh karena itu, perlu dipahami komponen EYD,
yaitu (1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf, (3) penulisan kata, (4)
penulisan tanda baca, dan (5) penulisan unsur
Contoh beberapa perubahan ejaan dari ejaan lama-ejaan republik-ejaan yang
disempurnakan.
Ejaan Ophuysen

Ejaan Republik

Ejaan yang

(1901-1947)

(Ejaan Soewandi)

Disempurnakan (EYD)

Choesoes

1947-1972
Chusus

(mulai 17 Agustus 1972)


Khusus

Djoemat

Djumat

Jumat

Jakni

Yakni

Jani
II.3 Komponen ejaan

II.3.1. Pemakaian huruf


Ejaan bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dikenal paling
banyak menggunakan huruf abjad. Sampai saat ini jumlah huruf abjad yang
digunakan sebanyak 26 buah. Ini berarti ejaan kita sekarang telah
memanfaatkan semua huruf yang terdaftar. Kebijakan ini merupakan salah
satu langkah dalam pengembangan bahasa Indonesia.
a. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf
berikut. Nama setiap huruf disertakan disebelahnya.

Masalah yang muncul adalah mengenai pelafalan huruf dalam ejaan


bahasa Indonesia yang disempurnakan. Dalam kehidupan sehari-hari, huruf-

huruf diatas dilafalkan atau dibunyikan salah. Kesalahan itu terutama dalam
pengucapan singkatan dan kata-kata unsur serapan. Salah satu contoh yang
menimbulkan kesalahan dalam pelafalan, yaitu :
Bentuk
IQ
AC
TV
Pasca
Unit

Salah
ai-kyu
a-se
Ti-vi
Paska
Yunit

Benar
a-ki
a-ce
Te-fe
Pasca
unit

kesalahan diatas terjadi karena penutur melafalkan singkatan dan unsur


serapan asing seperti mereka melafalkan aslinya dalam pemakaian bahasa
Indonesia. Hal ini jelas dianggap suatu kesalahan. Apabila unsur asing baik
berupa singakatan maupun kata-kata biasa atau istilah yang masuk kedalam
bahasa Indonesia harus mengikuti sistem ejaan bahasa Indonesia yang
berlaku.
b. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf a, e, i, o, dan u.
c. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri
atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
d. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan
dengan ai, au, dan oi.

e. Gabungan Huruf Konsonan


Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang
melambangkan konsonan, yaitu : kh, ng, ny, dan sy.Masing-masing
melambangkan satu bunyi konsonan
II.3.2. Penulisan Huruf
Dua hal yang harus diperhatikan dalam penulisan huruf berdasarkan
EYD, yaitu (1) penulisan huruf besar, dan (2) penulisan huruf miring. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada pembahasan berikut :
a. Penulisan Huruf Besar (Kapital)
Kaidah penulisan huruf besar dapat digunakan dalam beberapa hal,
yaitu :
1) Digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya :

Dia minum obat di kamar


Dokter memeriksa pasien di kamar operasi.

2) Digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung.


Misalnya :

Ayah bertanya, Apakah mahasiswa sudah libur?.


Kemarin engkau terlambat, kata ketua tingkat.

3) Digunakan sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan


dengan nama Tuhan, kata ganti Tuhan, dan nama kitab suci.
Misalnya :

Allah Yang Maha kuasa lagi Maha penyayang.


Terima kasih atas bimbingan-Mu ya Allah.
Tiwi membaca Alquran setiap hari.

4) Digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan , keturunan,


keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya :

Raja Gowa adalah Sultan Hasanuddin.


Kita adalah pengikut Nabi Muhammad saw.
Dia bernama Mahaputra Muh. Asymirul.

5) Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang, pengganti nama orang tertentu, nama instansi, dan
nama tempat.
Misalnya :

Wakil Presiden Yusuf Kalla memberikan bantuan kepada

setiap Dinas Kesehatan.


Laksamana Muda Udara Abd. Rahman telah dipilih menjadi

Menteri Pertahanan RI
Bapak Gubernur Sulawesi Selatan menerima laporan
korupsi.

6) Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang.


Misalnya :

Dewi Rasdiana Jufri terpilih juara 1 menulis cerpen tingkat

provinsi.
Anugrah Pratiwi menjadi lulusan terbaik di sekolah.

7) Digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan nama
bahasa.
Misalnya :

Bangsa Indonesia sebagai bangsa berbudaya.


Dia keturunan suku Bugis yang berhasil.
Tiwi mengikuti kursus bahasa Inggris.

8) Digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah.
Misalnya :

Pemberontakan itu berlangsung pada tahun Hijriyah


Pada hari Jumat dia melangsungkan pernikahan.

Putra dilahirkan pada bulan Juni tahun 1900


Wandi pulang kampung sebelum hari Raya Idul Fitri.
Detik Proklamasi Kemerdekaan selalu diperingati.

9) Digunakan sebagai huruf pertama nama geografi unsur nama diri.


Misalnya :

Ia berasal dari Sulawesi Selatan.


Kapal itu berlabuh di Teluk Bone

10) Digunakan sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintah, ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi, kecuali terdapat
kata penghubung.
Misalnya :

Negra Republik Indonesia sedang dilanda krisis


Majelis Permusyawaratan Rakyat sedang bersidang.
Dia pegawai Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Keputusan Menteri Pendidikan harus dipedomani.

11) Digunakan sebagai huruf pertama penunjuk kekerabatan atau sapaan


dan pengacuan.
Misalnya :

Surat Saudara sudah saya terima.


Mereka pergi ke rumah Bapak Lurah.
Mahasiswa berdiskusi dengan Ibu Direktur.

12) Digunakan sebagai huruf pertama kata ganti Anda.


Misalnya :

Surat Anda telah saya balas.


Sudahkah Anda sholat?

13) Digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat
dan sapaan.
Misalnya :

Bapak Dr. Muh. Anas, M.Pd. diangkat menjadi menteri.


Bapak Kol. Putra terpilih menjadi Bupati Bone.
Kemarin Saudara pulang tanpa izin.

14) Digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna
yang terdapat pada nama badan lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya:

Indonesia masuk anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa


Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
Pemerintah menetapkan Rancangan Undang Undang
Guru dan Dosen.

10

15) Digunakan sebagai huruf pertama semua kata di dalam judul, majalah,
surat kabar, dan karangan ilmiah lainnya, kecuali kata depan dan kata
penghubung.
Misalnya :

Dian menyadur buku Pengantar dan Pengkajian Ilmu

Kesehatan.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia berlangganan surat kabar Harian Fajar.
Ia menyelesaikan makalah Asas-Asas Hukum Perdata.

b. Penulisan Huruf Miring


Huruf miring digunakan untuk :
1) Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
tulisan.
Misalnya :

Buku Negarakertagama karangan Prapanca.


Majalah Suara Hidayatullah sedang dibaca.
Surat kabar Pedoman Rakyat akan dibeli.

2) Menegaskan dan mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, dan


kelompok kata.
Misalnya :

Huruf pertama kata Allah adalah a.


Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Bab dua perlu dikaji ulang.
Buatlah kalimat dengan kata lapang dada.

3) Menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing.


Misalnya :
11

Politik devideet et impera pernah merajalela di Indonesia.

II.3.3. Penulisan Kata


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan kata, yaitu :
A. Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang belum mengalami perubahan bentuk,
yang ditulis sebagai suatu kesatuan.
Misalnya :

Dia teman baik saya.


Anak itu sangat pandai.

B. Kata Turunan (Kata berimbuhan)


Kaidah yang harus diikuti dalam penulisan kata turunan, yaitu :
1. Imbuhan semuanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya : membaca, ketertiban, terdengar dan memasak.
2. Awalan dan akhrian ditulis serangkai dengan kata yang langsung
mengikuti atau mendahuluinya jika bentuk dasarnya berupa
gabungan kata.
Misalnya : bertepuk tangan, sebar luaskan.
3. Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus
mendapat awalan dan akhiran, kata itu ditulis serangkai.
Misalnya : menandatangani, keanekaragaman.

12

4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya : antarkota, mahaadil, subseksi, prakata.
C. Kata Ulang
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda (-). Jenisjenis kata ulang yaitu :
1. Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata awal.
Misalnya : laki

lelaki

2. Dwilingga yaitu pengulangan utuh atau secara keseluruhan.


Misalnya : rumah

rumah-rumah

3. Dwilingga salin suara yaitu pengulangan variasi fonem.


Misalnya : sayur

sayur-mayur

4. Pengulangan berimbuhan yaitu pengulangan yang mendapat imbuhan.


Misalnya : main

bermain-main

13

D. Gabungan Kata
1. Gabungan kata lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus.
Bagian-bagiannya pada umumnya ditulis terpisah.
Misalnya : mata kuliah, orang tua.
2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang menimbulkan kemungkinan
salah baca saat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara
unsur bersangkutan.
Misalnya : ibu-bapak, pandang-dengar.
3. Gabugan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai.
Misalnya : daripada, sekaligus, bagaimana, barangkali.
E. Kata Ganti (ku, mu, nya, kau)
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Sedangkan kata ganti ku, mu, nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya : kubaca, kaupinjam, bukuku, tasmu, sepatunya.
F. Kata Depan (di, ke, dari)
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dengan kata yang
mengikutinya, kecuali pada gabungan kata yang dianggap padu sebagai
satu kata, seperti kepada dan daripada.

14

Misalnya :

Jangan bermian di jalan


Saya pergi ke Jakarta besok pagi.
Dewi baru pulang dari kampus.

G. Kata Sandang (si dan sang)


Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya :

Nama si pengrimi surat tidak jelas.


Putra bermain dengan sang kancil.

H. Partikel
Partikel merupakan kata tugas yang mempunyai bentuk yang khusus,
yaitu sangat ringkas atau kecil dengan mempunyai fungsi-fungsi
tertentu. Kaidah penulisan partikel sebagai berikut :
1. Partikel lah, -kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya :

Bacalah buku itu baik-baik!


Apakah yang dipelajari minggu lalu?
Apatah gerangan salahku?

2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.


Misalnya :

Jika ayah pergi, ibu pun ikut pergi.

3. Partikel per yang berarti memulai, dari, dan setiap. Partikel per
ditulis terpisah dengan bagian-bagian kalimat yang
mendampinginya.

15

Misalnya :

Rapor siswa dilihat per semester.


Mobil mewah melewati jembatan satu per satu.

I. Singkatan dan Akronim


1. Singkatan adalah nama bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas
satu kata atau lebih. Kaidah penulisan singkatan, yaitu :
a. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, dan pangkat yang
harus diikuti tanda titik.
Misalnya :
Drs. Sultan A.S. sebagai Kep. SMP Unggulan Kab. Soppeng.
b. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu
tanda titik.
Misalnya :
dll. = dan lain-lain
yth. = yang terhormat
dsb. = dan sebagainya.
hlm. = halaman

16

Tetapi singkatan yang terdiri atas dua huruf diikuti dua tanda titik.
Misalnya : a.n = atas nama
u.p = untuk perhartian
d.a = dengan alamat
u.b = untuk beliau
c. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, bagan, dan
mata uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya :

cu = kuprun
cm = sentimeter
kg = kilogram

d. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,


badan atau organisasi, dan nama dokumen resmi yang terdiri atas
huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti tanda
titik.
Misalnya :

PGRI = Persatuan Guru Republik Indonesia


KTP = Kartu Tanda Penduduk.

2. Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan


suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang
diperlakukan sebagai kata.
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata tulis
seluruhnya dengan huruf kapital.

17

Misalnya :

SIM = Surat Izin Mengemudi


IKIP = Institut Keguruan dan Ilmu pendidikan

b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf capital.
Misalnya :
Akabri = Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Iwapi

= Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia

c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis
dengan huruf kecil.
Misalnya :

pemilu = pemilihan umum


tilang = bukti pelanggaran.

J. Angka dan Lambang Bilangan


Dalam bahasa Indonesia ada dua macam angka yang lazim digunakan ,
yaitu :
(1) Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
(2) Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X.

18

Angka digunakan untuk :


1. Menyatakan ukuran panjang, berat, dan isi.
Misalnya :

10 liter
85 kilogram

2. Menyatakan satuan waktu


Misalnya :

tahun 2000
5 jam 30 menit

3. Menyatakan nilai uang


Misalnya :

1000 yen
500 rupiah

4. Menandai nomor jalan, rumah, kamar pada alamat


Misalnya :

Jalan poros bone III No.16


Hotel Marannu, kamar 1416

5. Menomori wacana atau bahagiannya.


Misalnya : Bab II : pasal 10, ayat 3
Lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut :
1) Bilangan utuh. Misalnya : 15 = lima belas
2) Bilangan pecahan. Misalnya :

= tiga perempat

3) Bilangan tingakt. Misalnya : Abad II, Abad ke-2, abad kedua

19

4) Kata bilagan yang mendapat akhiran an. Misalnya : tahun 50-an lima
puluhan
5) Angka yang mneyatakan bilagnan bulat yang besar dapat dieja sebagian
supaya mudah dibaca.
Misalnya : Sekolah itu baru mendapat bantuan 210 juta rupiah.
6) Lambang bilangan letaknya pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Kalau
perlu diupayakan supaya tidak diletakkan di awal kalimat dengan
mengubah struktur kalimatnya dan maknanya sama.
Misalnya :

Dua puluh lima siswa SMA tidak lulus. (benar)


55 siswa SMA 1 tidak lulus. (salah)

7) Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
ditulis dengan huruf, kecuali beberapa dipakai secara berurutan seperti
dalam perincian atau pemaparan.
Misalnya : Amir menonton pertunjukan itu selama dua kali.

II.3.4. Penulisan Tanda Baca


1. penulisan tanda Titik (.)
Penulisan tanda titik di pakai pada :
a. Akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya : kuliah dimana sejak bulan Agustus
b. Akhir singkatan nama orang.
Misalnya : Muh. Anas guru olahraga yang berprestasi di kota
Makassar.
20

c. Akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.


Misalnya : Dr. = Doktor
dr. = dokter
d. Singkatan atau ungkapan yang sudah sangat umum.Bila singkatan itu
terdiri atas tiga hurus atau lebih dipakai satu tanda titik saja.
Misalnya :

a.n = atas nama


dkk = dan kawan-kawan.

e. Dipakai untuk memisahkan bilangan atau kelipatannya.


Misalnya : Gempa bumi di Aceh menewaskan 6.500 jiwa.
f. Memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Misalnya : Dia pulang berkisar jam 1.35.20
g. Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar,
atau daftar.
Misalnya : 1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Permasalahan
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum.

21

i. Tidak dipakai pada akhir judulyang merupakan kepala karangan atau


ilustrasi dan tabel.
Misalnya :

Jalan G. Bawakaraeng 85 Makassar


Yth. Sdr. Muh. Asmirul Haq

2. Penulisan tanda koma (,)


Kaidah penggunaan tanda koma (,) digunakan :
a. Antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya : Saya membutuhkan pensil, pulpen, tinta dan kertas.
b. Memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya
yang didahului oleh kata tetapi atau melainkan.
Misalnya :
Saya ingin datang, tetapi disiapkan makanan secukupnya.
Syahrul bukan anak Pak Anas, melainkan anak Pak Jamal.
c. Memisahkan anak kalimat atau induk kalimat jika anak kalimat itu
mendahului induk kalimatnya.
Misalnya :

kalau hari hujan, saya tidak jadi pergi ke rumah sakit.

Kalau anak kalimat mengiringi induk kalimat maka tidak perlu


menggunakan tanda koma.
Misalnya : saya tidak ke rumah sakit kalu hari hujan.

22

d. Digunakan dibelakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat


yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk kata : (1) Oleh karena itu,
(2) Jadi, (3) lagi pula, (4) meskipun begitu, dan (5) akan tetapi.
Misalnya :
-

Oleh karena itu, kita harus bersabar menghadapi anak yang nakal

itu
Jadi, waktu pelaksanaan ujian skripsi dibatalkan karena dia sakit.

e. Digunakan untuk memisahkan kata seperti : o, ya, wah, aduh, dan


kasihan.
Misalnya :

Wah, luar biasa reaksinya obat itu.


O, begitu caramu merawat pasien.

f. Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.


Misalnya : Kata ayah, Saya dibelikan obat
g. Dipakai diantara : (1) nama dan alamat, (2) bagina-bagian alamat, (3)
tempat dan tanggal, (4) nama dan tempat yang ditulis secara
berurutan.
Misalnya :

Bone, 29 Juli 2006


Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia

h. Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen


yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya : panjang jalanan itu 2.500 m.

23

i. Dipakai antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya


untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.
Misalnya :
Bapak Dr. Muh. Yunus, M.Pd. membuka seminar pendidikan.
j. Menghindari terjadinya salah baca di belakang keterangan yang
terdapat pada awal kalimat.
Misalnya : atas bantuan Ahmad, Dahlan mengucapkan terima kasih.
k. Dipakai di antara bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar
pustaka.
Misalnya :
Keraf, Goris, 1984. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta : Nusa Indah
l. Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi.
Misalnya : Guru saya, Pak Abd. Rahman, pandai sekali, disiplin, dan
berwibawa.
m. Tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir
dengan tanda tanya atau seru.
Misalnya : Dimana Anda dirawat? Tanya Pak dr.wandi

24

3. Tanda Titik Tanya ( ? )


Tanda tanya dipakai pada :
1. Akhir kalimat tanya.
Misalnya : kapan Saudara dioperasi?
2. Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang diragukan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya : Dia dioperasi pada tahun 2000 (?)
4. Tanda Seru ( ! )
Tanda seru dugunakan sesudah ungkapan atau pertanyaan yang
berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kseungguhan,
ketidakpercayaan, dan rasa emosi yang kuat.
Misalnya :

- Merdeka-merdeka!
- Bersihkan jarum suntik itu sekarang juga!

5. Tanda Titik Koma ( ; )


Tanda titik koma dipakai :
1. Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya : Malam makin larut; pekerjaan belum tuntas; mata sudah
mengantuk.
2. Memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk sebagai
pengganti kata penghubung.

25

Misalnya : Ayah menyiram bunga di halaman; ibu memasak di dapur;


adik bermain di kamar.
6. Tanda Titik Dua ( : )
Tanda titik dua dipakai :
1. Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemberian.
Misalnya :

Nama : Anugrah
NIM : 13.093.AF
Jurusan : Farmasi

2. Pada akhir suatu pertanyaan lengkap bila diikuti rangkaian atau


pemerian.
Misalnya : Politeknik Kesehatan Makassar mempunyai beberapa
jurusan yaitu : Gizi, Kesling, Farmasi.
3. Di dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan .
Misalnya :
Dokter : Sudah berapa lama merasakan ada gejala sakit perut?
Tiwi

: Baru dua hari Dok.

4. Di antara jilid atau nomor dan halaman.


Misalnya : Sabili, (2000), 25 : 105.

26

5. Di antara bab dan ayat dalam kitab suci.


Misalnya : Surat Yasin : 5
6. Di antara judul dan anak judul suatu wacana.
Misalnya : Wacana Ali Muhammad, Perlindungan Anak : Sebuah
Studi, sudah terbit.
7. Tidak dipakai apabila rangkaian atau pemerian itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya : Ruang pemeriksaan memerlukan kursi, meja, dan lemari.
7. Tanda Elipsis ()
Tanda ini menggambarkan kalimat-kalimat yang terputus-putus dan
menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dibuang.
Jika yang dibuang itu di akhir kalimat, maka dipakai empat titik dengan
titik terakhir diberi jarak atau loncatan.
Misalnya : Kalau begitu...ya, marilah kita periksa sekarang di dokter
ahli.
8. Tanda Garis Miring ( / )
Tanda garis miring ( / ) di pakai :
1. Dalam penomoran kode surat.
Misalnya : No. 150/Sek/Ket/VII/2006.
2. Sebagai pengganti kata dan,atau, per, atau nomor alamat.
Misalnya : putra/putrid, harganya Rp.500/buah.

27

9. Tanda Penyingkat atau Apostrof ( )


Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan sebagian huruf.
Misalnya : Tiwi kan kujemput (kan=akan)
Tanda apostrof tidak digunakan dalam karya tulis ilmiah, tetapi dipakai
dalam karya sastra atau tulisan tidak resmi.
10. Tanda Petik Tunggal ( )
Tanda petik tunggal dipakai :
1. Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya : Tiwi bertanya, kau dengar bunyi cik-cik itu di kamar
mandi?
2. Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Misalnya : Rate of inflation laju inflasi
11. Tanda Petik ( )
Tanda petik dipakai :
1. Mengapit kata atau bagian kalimat yang mempunyai arti khusus,
kiasan atau yang belum dikenal.
Misalnya : Karena kepalanya botak, dia dijuluki sang profesor
2. Mengapit judul karangan, sajak, dan bab buku, apabila dipakai
dalam kalimat.
Misalnya : Sajak Aku dikarang oleh Chaeril Anwar.

28

3. Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah,


atau bahan tertulis lain.
Misalnya : Sudah selesai minum obat? Tanya ibu dokter.

II.3.5. Penulisan Unsur Serapan


Persoalan penulisan unsur serapan asing dalam bahasa Indonesia,
sebagai ahli bahasa Indonesia meganggap belum stabil dan konsisten.
Dikatakan demikian karena pemakaian bahasa Indonesia sering begitu saja
seenaknya menyerap unsur asing tanpa memperhatikan kaidah, aturan,
situasi, dan kondisi yang ada. Pemakai bahasa seenaknya menggunakan
kosa kata tanpa memproses sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
Penyerapan unsur serapan asing dalam pemakaian bahasa Indonesia
dibenarkan dengan ketentuan :
1. Konsep yang terdapat dalam unsur serapan asing itu tidak ada dalam
bahasa Indonesia.
2. Unsur itu merupakan istilah teknis sehingga tidak ada yang layak mewakili
dalam bahasa Indonesia, akhirnya dibenarkan, diterima, atau dipakai dalam
bahasa Indonesia.
Sebaliknya, apabila dalam bahasa Indonesia sudah ada unsur yang mewakili
konsep tersebut, maka penyerapan unsur asing itu tidak perlu diterima.
Menerima unsur serapan asing dalam perbendaharaan bahasa Indonesia
bukan

berarti

bahasa

Indonesia

ketinggalan

atau

miskin

kosakata.

Penyerapan unsur serapan asing merupakan hal yang biasa, dianggap


sebagai suatu variasi dalam penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu terjadi
karena setiap bahasa mendukung kebudayaan pemakainya. Sedangkan
29

kebudayaan setiap penutur bahasa berbeda-beda antara satu dengan yang


lain. Maka dalam hal ini dapat terjadi saling mempengaruhi yang biasa
disebut akulturasi. Sebagai contoh dalam masyarakat penutur bahasa
Indonesia tidak mengenal konsep radio dan televisi, maka diseraplah dari
bahasa asing

Inggris. Begitu pula sebaliknya, di Inggris tidak mengenal

adanya konsep bambu dan sarung, maka mereka menyerap bahasa


Indonesia itu dalam bahasa Inggris.
Berdasarkan taraf integritasnya, unsur serapan dalam bahasa
Indonesia dikelompokkan dua bagian, yaitu :
1. Secara adopsi, yaitu apabila unsur asing itu diserap sepenuhnya secara
utuh, baik tulisan maupun ucapan, tidak mengalami perubahan. Contoh :
a. Editor
b. De facto
c. radio
2. Secara adaptasi, yaitu apabila unsur asing itu sudah disesuaikan kedalam
kaidah bahasa Indonesia, baik pengucapannya maupun penulisannya.
Contoh :
Kata Asing

Serapan yang salah

Serapan yang benar

Apotheek

Apotik

Apotek

Activity

Aktifitas

Aktivitas

Formiil

Formil

Formal

Quality

Kwalitet

Kualitas

30

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1.Pengertian EYD
Ejaan adalah suatu sistem atau aturan penulisan dalam bahasa
tertentu. Jadi, ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD),
yaitu suatu sistem penulisan dalam bahasa Indonesia yang
merupakan hasil penyempurnaan dari ejaan sebelumnya (Ejaan
Republik atau Ejaan Soewandi)
2. Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia
1. Ejaan Van Ophuysen (ejaan lama)
Ejaan ini mulai berlaku sejak bahasa Indonesia lahir dalam awal tahun
dua puluhan. Ejaan ini merupakan warisan dari bahasa Melayu yang
menjadi dasar bahasa Indonesia.
2. Ejaan Suwandi (ejaan republik)
Ejaan ini berlaku mulai tahun 1947 sampai tahun 1972. Ejaan ini
disebut juga dengan edjaan Soewandi, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan kala itu.
3. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan imi mulai berlaku sejak tahun 1972 sampai sekarang. Ejaan ini
menggantikan ejaan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.

31

3. Komponen EYDDengan berlakunya EYD, maka ketertiban dan


keseragaman dalam penulisan bahasa Indonesia diharapkan dapat
terwujud dengan baik. Oleh karena itu, perlu dipahami komponen EYD,
yaitu (1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf, (3) penulisan kata, (4)
penulisan tanda baca, dan (5) penulisan unsur

32

DAFTAR PUSTAKA
Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa
Non Jurusan. Cetakan ke-16, revisi (3). Jakarta : Diksi Insan Mulia
Waridah, Ernawati. 2008. EYD & Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Jakarta. :
KawanPustaka
Novia, Windi. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kashiko Press
Asdam, Muhammad.Bahasa Indonesia (pengantar pengembangan
kepribadian dan intelektual).jakarta : LIPa

33

Anda mungkin juga menyukai