Anda di halaman 1dari 3

Bahaya Sindroma Antifosfolipid untuk Kehamilan

Sejak ditemukan lebih dari 30 tahun yang lalu, sindroma antifosfolipid (Antiphospholipid
syndrome, disingkat APS) telah dikaitkan dengan berbagai penyakit dan kehamilan.
Nama lainnya adalah sindrom Hughes, untuk mengenang jasa penemunya. Yang
dikeluhkan oleh penderita APS umumnya adalah rasa lelah, sakit persendian, namun
ada juga penderita yang tidak mengeluhkan gejala tersebut. APS kadang juga
dihubungkan dengan penyakit systemic lupus erythematosis (SLE).
APS merupakan kondisi klinis yang khas dengan adanya antibodi antifosfolipid
dalam sirkulasi darah. Meskipun telah ditemukan beberapa jenis antibodi antifosfolipid,
ada dua jenis antibodi yang paling berguna secara klinis, yaitu lupus anticoagulant (LA)
dan anticardiolipin antibodies (ACA), yang menyebabkan gangguan kehamilan dan
penyakit trombosis (penyumbatan pembuluh darah). Dalam kehamilan, APS dapat
menyebabkan keguguran berulang, kematian janin, pertumbuhan terhambat,
preeklampsia (darah tinggi dalam kehamilan), gangguan irama jantung janin dan bayi
prematur.
Pada penderita APS, tubuh menghasilkan antibodi sistem kekebalan tubuh
terhadap membran sel. Dalam keadaan normal atau sehat, antibodi bermanfaat untuk
melawan kuman atau virus yang menyebabkan infeksi. Namun, di saat sistem
kekebalan tubuh mengalami gangguan, antibodi tersebut akan menyerang tubuh
sendiri. Kadar antibodi tersebut dapat naik-turun, bahkan suatu saat dapat menghilang,
sehingga untuk dapat mengatakan seseorang memiliki antibodi ini diperlukan tes ulang
dengan jangka waktu 8 minggu dari tes pertama. Jika seseorang terdeteksi memiliki
antibodi ini, kemungkinan orang tersebut dapat mengalami masalah-masalah
kesehatan seperti yang diungkapkan di atas.
Antibodi ini diperkirakan terdeteksi pada 2% perempuan, yang dapat
menimbulkan gangguan pada saat mereka hamil. Plasenta yang tidak berfungsi dengan
sempurna merupakan penyebab utama komplikasi kehamilan yang berhubungan
dengan APS. Adanya komplikasi tersebut, di samping hubungan antara APS dengan
penyakit trombosis, telah memunculkan anggapan bahwa trombosis pada sirkulasi
darah antara rahim dan plasenta merupakan akar permasalahannya. Dari penelitian

ditemukan trombosis atau infark (kerusakan jaringan) pada 82% plasenta dari
perempuan penderita APS yang janinnya meninggal.
Pada prinsipnya, pengobatan bagi penderita APS ditujukan untuk menekan
sistem kekebalan tubuh (prednison dan imunoglobulin), mencegah trombosis (heparin
dan aspirin), dan meningkatkan aliran darah plasenta (aspirin). Untuk jenis APS yang
klasik, dengan kriteria kadar LA atau ACA yang tinggi, dapat dilakukan upaya-upaya
sebagai berikut:
Pencegahan gangguan selama kehamilan
Obat yang digunakan untuk pencegahan adalah prednison dosis tinggi (40 mg/hari atau
lebih) yang dikombinasikan dengan aspirin dosis rendah (80 mg/hari). Keberhasilan
terapi heparin dilaporkan pertama kali pada tahun 1984. Terapi heparin dan aspirin
dosis rendah sebaiknya dimulai setelah dipastikan adanya kehamilan yang mampu
hidup dengan USG (biasanya kehamilan di atas 6 minggu). Jika masih mungkin,
heparin tidak dikombinasikan dengan prednison dosis tinggi, karena adanya risiko
patah tulang. Jenis heparin yang berat molekulnya rendah telah digunakan dengan
aman selama kehamilan dan tampak menjanjikan untuk terapi APS. Beberapa ahli
menyarankan menggantinya dengan heparin jenis unfactrionated pada usia hamil 36
minggu.
Terapi setelah melahirkan
Setelah persalinan, pasien APS sebaiknya diberi konseling tentang risiko terjadinya
kelainan lain di luar kehamilan yang berkainan dengan APS dalam jarak 5 tahun ke
depan. Banyak pasien yang telah mengalami gangguan kehamilan, kemudian muncul
lagi kelainan baru seperti trombosis dan SLE. Disarankan agar trombofilaksis
(pemberian obat-obat pencegah trombosis) dilanjutkan hingga 6 minggu setelah
melahirkan, dengan menggunakan obat sodium warfarin. Pasien yang memiliki riwayat
APS dan trombosis, harus mendapat pengobatan seumur hidup dengan sodium
warfarin. Pil KB yang mengandung estrogen merupakan kontraindikasi pada penderita
APS.

Anda mungkin juga menyukai