Anda di halaman 1dari 38

NAMA : WIWI

KELAS : X -2
MATPEL : PAI

BAB 7
Ayat-ayat al-Quran tentang Demokrasi
Ayat-ayat al-Quran tentang Demokrasi
A. Surat Ali Imran [3]: 159 tentang Musyawarah dalam Urusan
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,
maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS Ali Imran : 159)
Isi Kandungan
Allah SWT menjelaskan bahwa setiap manusia hidup di dunia tidak terlepas
dari problem dan persoalan yang dihadapi. Untuk itu mereka harus dapat
memecahkan masalah tersebut. Adapun cara menyelesaikan persoalan hidup
dalam surat Ali Imran ayat 159 dijelaskan, harus dengan mencontoh dan
mengambil teladan dari nabi Muhammad SAW yaitu dengan cara lemah
lembut berdasarkan rahmat Allah SWT, setiap persoalan diselesaikan dengan
jalan musyawarah.
Orang yang selalu bersikap keras dalam menghadapi masalah maka ia akan
dijauhkan dalam pergaulan. Oleh karena itu, apabila kita terlanjur berbuat
salah dan berlaku kasar kepada orang lain maka segeralah minta maaf atas
segala kesalahan yang telah diperbuat. Baik dengan tidak sengaja, apalagi
disengaja.
Kalau kita mempunyai persoalan, sedang kita sudah memecahkannya dengan
cara bermusyawarah yang kita kehendaki maka kita serahkan saja kepada
Allah SWT apa hasil yang akan dicapai nanti. Karena sesungguhnya Allah
SWT menyukai orang-orang yang bertakwa dan berserah diri kepadanya.
Rasulullah saw telah memberikan contoh tentang musyawarah. Menjelang
perang Uhud terjadi perbedaan pendapat antara beliau dengan sejumlah
sahabat. Nabi SAW berpendapat sebaiknya orang Islam bertahan di dalam
kota, tetapi sebagian sahabat beliau berpendapat agar musuh dihadapi di luar
kota. Nabi akhirnya menerima usul mereka walaupun dengan berat hati.
Setelah terbukti kalah dalam perang itu, Nabi tetap bersikap lemah lembut
kepada mereka. Hal yang penting, selalu menyepakati sesuatu melalui
musyawarah, yaitu semua pihak harus teguh dengan pilihan kesepakatannya,
bukan menyesali hasil pilihan. Allah SWT pasti akan membela mereka yang
telah bersikap istiqamah dan bertawakal kepada Allah.
B. Surat Asy Syuura [42]: 38 tentang Anjuran Bermusyawarah

Artinya: Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan


Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan)
dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari
rezki yang Kami berikan kepada mereka. (QS Asy Syura : 38)
Isi Kandungan
Dalam ayat tersebut Allah swt menyerukan agar umat Islam mengesakan dan
menyembah Allah SWT. Menjalankan shalat fardu lima waktu tepat pada
waktunya. Apabila mereka menghadapi masalah maka harus diselesaikan
dengan cara musyawarah. Rasulullah SAW sendiri mengajak para
sahabatnya agar mereka bermusyawarah dalam segala urusan, selain
masalah-masalah hukum yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Persoalan
yang pertama kali dimusyawarahkan oleh para sahabat adalah khalifah.
Karena nabi Muhammad SAW sendiri tidak menentukan siapa yang harus
jadi khalifah setelah beliau wafat. Akhirnya disepakati Abu Bakarlah yang
menjadi khalifah.
Dalam ayat lain Allah berfirman:
Artinya: Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan itu,
kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka bertawakkallah
kepada Allah . (QS Ali Imran 159)
Pada akhir ayat tersebut dijelaskan bahwa apabila kita diberi rizki harus
dinafkahkan kepada kebaikan. Misalnya, diberikan kepada mereka yang
membutuhkan baik secara individu maupun kelompok.

BAB 8
Iman Kepada Allah SWT

-->
Iman adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan
memperbuat dengan anggota badan (beramal). Dengan demikian iman kepada Allah
berarti meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT itu ada, Allah Maha Esa.
Keyakinan itu diucapkan dalam kalimat :


Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah
Sebagai perwujudan dari keyakinan dan ucapan itu, harus diikuti dengan perbuatan,
yakni menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya.
Rukun Iman yang pertama adalah iman kepada Allah SWT yang merupakan dasar
dari seluruh ajaran Islam. Orang yang akan memeluk agama Islam terlebih dahulu
harus mengucapkan kalimat syahadat. Pada hakekatnya kepercayaan kepada Allah
SWT sudah dimiliki manusia sejak ia lahir. Bahkan manusia telah menyatakan
keimanannya kepada Allah SWT sejak ia berada di alam arwah. Firman Allah SWT :



Dan ingatlah, ketika TuhanMu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) :
Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab : Betul Engkau Tuhan kami, kami
bersaksi. (QS. Al-Araf : 172)
Jauh sebelum datangnya agama Islam, orang-orang jahiliyah juga sudah mengenal
Allah SWT. Mereka mengerti bahwa yang menciptakan alam semesta dan yang
harus disembah adalah dzat yang Maha Pencipta, yakni Allah SWT. Sebagaimana
diungkapkan di dalam Al-Quran :

Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka : Siapakah yang menciptakan
langit dan bumi?, niscaya mereka akan menjawab : Semuanya diciptakan oleh
Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (QS. Az-Zukhruf : 9)
Manusia memiliki kecenderungan untuk berlindung kepada sesuatu Yang Maha
Kuasa. Yang Maha Kuasa itu adalah dzat yang mengatur alam semesta ini. Dzat
yang mengatur alam semesta ini sudah pasti berada di atas segalanya. Akal sehat
tidak akan menerima jika alam semesta yang sangat luas dan teramat rumit ini diatur
oleh dzat yang kemampuannya terbatas. Sekalipun manusia sekarang ini sudah
dapat menciptakan teknologi yang sangat canggih, namun manusia tidak dapat
mengatur alam raya ini. Dengan kecanggihan teknologinya, manusia tidak akan
dapat menghentikan barang sedetik pun bumi untuk berputar.
Dzat Allah adalah sesuatu yang ghaib. Akal manusia tidak mungkin dapat
memikirkan dzat Allah. Oleh sebab itu mengenai adanya Allah SWT, kita harus yakin
dan puas dengan apa yang telah dijelaskan Allah SWT melalui firman-firman-Nya
dan bukti-bukti berupa adanya alam semesta ini.
Ketika Rasulullah SAW endapat kabar tentang adanya sekelompok orang yang
berusaha memikirkan dan mencari hakekat dari dzat Allah, maka beliau melarang
mereka untuk melakukan hal itu. Rasulullah SAW bersabda :


) (
Dari Ibnu Abbas RA, diceritakan bahwa ada suatu kaum yang memikirkan tentang
(hakekat) dzat Allah Azza Wajalla, maka Nabi SAW bersabda : Pikirkanlah tentang
ciptaan Allah dan janganlah kamu memikirkan (hakekat) dzat Allah. (HR. Abu AsySyaikh)
Sebagai perwujudan dari keyakinan akan adanya Allah, Tuhan Yang Maha Esa
adalah pengabdian kita kepada Nya. Pengabdian kita kepada Allah adalah
pengabdian dalam bentuk peribadatan, kepatuhan, dan ketaatan secara mutlak.
Tidak menghambakan diri kepada selain Allah, dan tidak pula mempersekutukan
Nya dengan sesuatu yang lain. Itulah keimanan yang sesungguhnya. Jika sudah
demikian Insya Allah hidup kita akan tentram. Apabila hati dan jiwa sudah tentram,
maka seseorang akan berani dan tabah dalam menghadapi liku-liku kehidupan ini.
Segala nikmat dan kesenangan selalu disyukurinya. Sebaliknya setiap musibah dan
kesusahan selalu diterimanya dengan sabar.
Dasar Beriman Kepada Allah
a. Kecenderungan dan pengakuan hati
b. Wahyu Allah atau Al-Quran
c. Petunjuk Rasulullah atau Hadits
Setiap manusia secara fitrah, ada kecenderungan hatinya untuk percaya kepada
kekuatan ghaib yang bersifat Maha Kuasa. Tetapi dengan rasa kecenderungan hati
secara fitrah itu tidak cukup. Pengakuan hati merupakan dasar iman. Namun dengan
pengakuan hati tidak akan ada artinya, tanpa ucapan lisan dan pengalaman anggota
tubuh. Sebab antara pengakuan hati, pengucapan lisan, dan pengalaman anggota
tubuh merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Untuk mencapai

keimanan yang benar tidak hanya berdasarkan fitrah pengakuan hati nurani saja,
tetapi harus dipadukan dengan Al-Quran dan Hadits.
Cara Beriman Kepada Allah SWT
Iman kepada Allah SWT merupakan pokok dari seluruh iman yang tergabung dalam
rukun iman. Karena iman kepada Allah SWT merupakan pokok dari keimanan yang
lain, maka keimanan kepada Allah SWT harus tertanam dengan benar kepada diri
seseorang. Sebab jika iman kepada Allah SWT tidak tertanam dengan benar, maka
ketidak-benaran ini akan berlanjut kepada keimanan yang lain, seperti iman kepada
malaikat-malaikat Nya, kitab-kitab Nya, rasul-rasul Nya, hari kiamat, serta qadha dan
qadar Nya. Dan pada akhirnya akan merusak ibadah seseorang secara
keseluruhan. Di masyarakat tidak jarang kita jumpai cara-cara beribadah seorang
yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, padahal orang tersebut mengaku beragama
Islam.
Ditinjau dari segi yang umum dan yang khusus ada dua cara beriman kepada Allah
SWT :
a. Bersifat Ijmali
Cara beriman kepada Allah SWT yang bersifat ijmali maksudnya adalah, bahwa kita
mepercayai Allah SWT secara umum atau secara garis besar. Al-Quran sebagai
suber ajaran pokok Islam telah memberikan pedoman kepada kita dalam mengenal
Allah SWT. Diterangkan, bahwa Allah adalah dzat yang Maha Esa, Maha Suci. Dia
Maha Pencipta, Maha Mendengar, Maha Kuasa, dan Maha Sempurna.
b. Bersifat Tafshili
Cara beriman kepada Allah SWT yang bersifat tafsili, maksudnya adalah
mempercayai Allah secara rinci. Kita wajib percaya dengan sepenuh hati bahwa
Allah SWT memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan sifat-sifat makhluk Nya. Sebagai
bukti adalah adanya Asmaul Husna yang kita dianjurkan untuk berdoa dengan
Asmaul Husna serta menghafal dan juga meresapi dalam hati dengan menghayati
makna yang terkandung di dalamnya.

BAB 9
Pengertian Perilaku Terpuji
Perilaku terpuji adalah segala sikap, ucapan dan perbuatan yang baik sesuai ajaran
Islam. Kendatipun manusia menilai baik, namun apabila tidak sesuai dengan ajaran Islam,
maka hal itu tetap tidak baik. Sebailiknya, walaupun manusia menilai kurang baik, apabila
Islammeyatakan baik, maka hal itu tetap baik.
Kita sebagai umatnya tentunya ingin dapat mengikuti apa yang terjadi tuntutan
rasulullah dalam kehidupan sehari-hari sebagai suritauladan manusia.
Orang yang baik akhlaknya tentunya didalam pergaulan sehari-hari akan
senantiasa dicintai oleh sesama, dan tentunya mereka kelak dihari kiamat akan masuk surga
bersama dengan nabi saw. Sebagaimana beliau bersabda dalam hadisnya yang artinya sebagai
berikut:
Sesungguhnya (orang) yang paling aku cintai diantara kalian dan orang yang paling dekat
tempatnya dariku pada hari kiamat adalah oarang yang paling baik budi pekertinya diantara
kalian.
Harta yang banyak, pangkat yang tinggi atau dimilikinya beberapa gelar
kesarjanaan tak mampu mengangkat derajat manusia tanpa dimilikinya akhlak terpuji.
Islam hadir dimuka bumi sebenarnya sangat mengedepankan akhlak terpuji,
karena Rasulullah saw. sendiri diutus untuk menyempurnakan akhlak sebagaimana sabdanya
sebagai berikut:



Artinya:
Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak.

Alangkah indahnya ajaran Islam yang memerintahkan untuk berakhlakul karimah.


Jika hidup kita dihiasi dengan ahklak terpuji tentunya akan dicintai oleh Allah awt dan
masyarakatnya akan menjadi baik, temteram dan damai.
Sebagian manusia, berbicara tentang akhlak terpuji dalam era globalisassi seperti
ini dinilai kuno dan kurang maju. Anggapan ini muncul karena sedah terpengaruh budaya

barat yang dinilai maju dan modern. Akhlak terpuji amat penting dalam kehidupan manusia,
termasuk dalam pergaulan remaja. Akhmad Syauki Bey (seorang penyair) mangatakan
sebagai berikut:
Sesungguhnya suatu umat akan tetap memiliki nama harum selama uamat tersebut memiliki
akhlak yang terpuji. Manakala akhlak terpuji telah lenyap, lenyap pulalah nama harum umat
tersebut.

B. Perilaku Terpuji Terhadap Lingkungan Sosial


Manusia diciptakan Allah swt sebagai makhluk sosial artinya manusia selalu
berhubungan dan membutuhkan bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam bergaul dengan
orang lain harus diperhatikan norma-norma yang ada sehingga pergaulan antar masyarakat
akan berlangsung dengan harmoni. Denagn demikian setiap manusia dituntut untuk
berperilaku terpuji dalam hubungan dengan orang lain dilingkungan sosialnya tanpa
membedakan status sosialnya, agama, maupun keturunannya. Rasulullah bersabda: Engkau
belum disebut sebagai orang yang beriman kecuali engkau mencintai orang lain sebagaimana
engkau mencintai dirimu sendiri.
Macam-macam perilaku terpuji terhadap sesama dalam masyarakat
1. Taaruf
Dalam pergaulan sehari-hari sering kita dengar ungkapan tidak kenal maka tidak
sayang. Hal tersebut berlaku untuk apa saja baik itu dalam perdagangan, perumahan,
lingkungan masyarakat dan lain-lain. Begitu juga dengan sesama manusia, kalau kita belum
kenal mungkin kita punya dzan (sangkaan) yang bermacam-macam. Orang kita sangka baik
ternyata belum tentu baik, orang yang kita sangka buruk belum tentu buruk, oleh karena itu
supaya tidak punya dzan yang bermacam-macam, sabaiknya kita memperkenalkan diri.
Perkenalan bukan hanya dari segi nama saja, tetapi dari berbagai aspek baik itu keluarga,
pendidikan, agama, pekrjaan dan lain-lain.
Itulah makna kita saling kenal mengenal yang dalam bahasa arab disebut Taaruf.
Taaruf dapat di artikan saling mengenal, saling mengetahui manusia satu dengan manusia
lain. Saling kenal mengenal tersebut harus didasari dengan kemanusiaan, persaudaraan
kecintaan serta ketakwaan kepada Allah swt . tanpa membedakan ras, keturunan, warna kulit,
pangkat jabatan maupun agama. Dalam taaruf perbedaa-perbedaan itu harus kita jauhkan dan
di ganti dengan kasih sayang.

Atas kodrat dan irodat Allah, kita lajir didunia yang memiliki berbagai macam
perbedaan-perbedaan baik bentuk fisik, warna kulit, rambut, suku bangsa, maupun yang
dibentuk oleh manusia itu sendiri seperti kelompok buruh, majikan dan lain-lain. Adanya
perdaan itu jangan dijadikan alasan untuk permusuhan dan pertentangan akan tetapi harus
dijadikan sarana saling kenal mengenal.
Ajaran tentang persaudaraan dan saling kenal mengenal antar manusia harus
dilandasi dengan landasan yang amat luas. Yang dituju disini bukan hanya kaum mukmin,
malinkan manusia pada umumnya yang mereka itu seakan-akan satu keluarga dan terbagi
menjadi bangsa, kebilah dan keluarga.
Supaya perkenalan menjadi persaudaraan semakin erat, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dan kita kerjakan, yaitu sebagai berikut:
a.

Jaga persatuan dan kesatuan, karena pada dasarnya setiap muslim itu adalah saudara.

b. Sebarkan salam, beri makan dan sambung tali persaudaraan.


c.

Segala urusan dimusyawarahkan

d. Lemah lembut dan berseri-seri.

2. Tafahum
Tafahum artinya saling memahami keadaan seseorang, baik sifat watak maupun
latar belakang seseorang.
3. Jujur
Allah meminta kapada manusia dalam membina kehidupan ini supaya berlaku
benar dan jujur, karena kebenaran dan kejujuran merupakan hal yang pokok dalam kehidupan
manusia. Akan tetapi sebaliknya, apabila manusia melalaikan hal yang pokok ini, maka
kehancuran dan kekacauan yang akan menimpa manusia. Oleh karenanya berpegang teguh
pada kejujuran dan kebenaran dalam segala hal merupakan faktor yang penting dalam
membina akhlak bagi orang-orang muslim.
Benar atau jujur artinya sesuainya sesuatu dengan kenyataan yang sesungguhnya,
tidak saja berupa perkataan tetapi juga perbuatan. Dalam bahasa arab benar atau jujur disebut
sidiq (ash shidqu). Benar atau jujur perkataan artinya mengatakan sesuatu keadaanya yang
sebenarnya, tidak mengada-ngada dan tidak pula menyembunyikan. Akan tetapi, apabila
yang disembunyikan itu suatu rahasia atau menjaga nama baik seseorang, maka itu
diperbolehkan. Benar atau jujur dalam perbuatan ialah melaksanakan suatu pekerjaan sesuai

dengan aturan atau oetunjuk agama. Apabila menurut agama itu diperbolehkan, maka itu
benar, dan apabila perbuatan itu menurut agama dilarang, berarti perbuatan itu tidak benar.
Benar atau jujur pada diri sendiri berarti kita harus bersungguh-sungguh untuk
meningkatkan kemampuan dan tujuan hidup kita untuk memberikan sesuatu yang terbaik
bagi orang lain, yaitu kita memperlihatkan diri kita yang sebenarnya, tangpa dibuat-buat,
bersih dan lurus. Benar atau juur kepada orang lain tidak hanya sekedar berbuat dan berkata
yang benar, akan tetapi harus berusaha memberikan manfaat yang sebesar-besarnya.
Sebagaimana disabdakan rasulullah yang artinya: sebaik-baik manusia adalah mereka yang
paling bermanfaat bagi orang lain. Disamping memberikan manfaat kepada orang lain
rasulullah juga mencontohkan kepeduliannya terhadap orang lain.
Jujur adalah kata yang mudah umtuk diucapkan, akan tetapi berat dalam
pelaksanaannya. Kejujuran memancarkan kewibawaan, karena orang yang berlaku jujur
dapat menepiskan segala prasangka buruk, dia berni karena benar.
4. Adil
Adil menurut istilah agama adalah sama dalam segala urusan dan menjalankan
sesuai dengan ketentuan agama. Dengan kata lain, adil adalah mengerjakan yang benar dan
menjauhkan yang batil.
Adil adalah jalan bagi seseorang untuk menuju kepada ketakwaan. Apabila
didalam pergaulan hidup ini masing-masing pihak berbuat sesuai dengan pekerjaannya, maka
diharapkan akan terwujud ketenteraman dan kedamaian didalam masyarakat. Salah satu sifat
yang ahrus dimiliki setiap orang untuk dapat menegakkan kebenaran adalah sifat adil.
Didalam Al-Quran dijelaskan bahwa bersikap adil tidak pilih-pilih, kepada
golongan yang kita bencipun kita haarus tetap berlaku adil. Dengan berbuat adil, maka akan
mendekatkan kita kepada sifat takwa. Firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Maidah:8 yang
artinya:

Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
5. Amanah

(Q.S. Al-Maidah:8)

Secara bahasa, amanah adalah kepercayaan, kesetiaan atau ketulusan hati.


Berdasarkan istilah, amanah adalah sesuatu yang dititipkan kepada pihak lain sehingga
menimbulkan rasa aman bagi pemberinya, dan sebaliknya, pihak penerima memelihara
amanah dengan baik.
Dibawah ini akan disampaikan tiga amanah Allah yang pokok kepada manusia,
yaitu sebagai berikut:
1) Amanah ilmu pengetahuan, yang diberikan kepada manusia yang berpredikat ulama, kaum
cerdik pandai dan para sarjana.. mereka ini bertanggungjawab untuk memelihara ilmu,
menyiarkannya serta mengembangkannya.
2) Amanah kekuasaan, yang diberikan kepada mereka yang memegang kekuasaan, yaitu para
pemimpin, tokoh masyarakat. Kekuasaan yang ada pada mereka itu merupakan amaliah Allah
yang harus dilaksanakan sesuai dengan norma-norma yang telah ditentukan oleh Allah.
3) Amanah harta, amanah ini dilimpahkan Allah kepada mereka hartawan, usahawan, produsen,
supaya dapat mengursnya dengan baik sesuaid engan garis-garis yang telah ditentukan oleh
Allah dan Rasul-Nya.
Oleh karena itu amanah itu hendaknya diberikan kepada orang yang mampu
melaksanakannya. Begitu juga orang yang menerima amanah harus menyadari, bahwa
amanah yang diterimanya itu harus dapat dipertanggungjawabkan kepada yang memberi
amanah dan kepada Allah SWT.
6. Tasamuh
Tasamuh dapat diartikan sebagai lapang dada, yaitu sikap tidak terburu-buru
menerima atau menolak saran atau pendapat orang lain, sekalipun hal tersebut menyangkut
pada masalah agama, akan tetapi dipikirkan dalam-dalam dipertimbangkan masak-masak
baru menetapkan sikap.
7. Toleransi
Secara bahasa toleransi artinya bersabar, menahan diri dan membiarkan. Toleransi
menghendaki agar kerukunan hidup diantara manusia yang bermacam-macam paham,
keyakinan dapat terhindar dari sifat-sifat kaku, bahkan menjurus pada sikap-sikap
permusuhan.
Pada dasarnya, tujuan utama dalam toleransi adalah terciptanya kerukunan hidup
antar manusia, dan dalam agama Islam juga diajarkan bahkan merupakan sesuatu ajaran yang
sangat prinsip diantara ajaran-ajaran yang lain. Tuuan yang demikian ini merupakan tujuan

utama dari agama Islam dimuka bumi ini dan sesuai pula dengan kata Islam yang berarti
damai yaitu damai dengan sesama umat manusia.
8. Taawun
Taawun artinya tolong menolong. Manusia tidak dapat berbuat banyak kalau
seorangdiri, apalagi untuk kepentingan orang banyak. Karena manusia tidak dapat hidup
sendiri maka manusia memerlukan bantuan atau pertolongan orang lain, bahkan harus
mengikat kerjasama dengan orang lain.
Dampak positif taawun dan tasamuh
a.

Terwujudnya kehidupan masyarakat yang rukun dan damai.

b. Tercapai ketentraman batin hidup bersama masyarakat.


c.

Terjalinnya hubungan batin yang mesra antara sesama manusia.

d. Terwujudnya kesatuan dan persatuan.

C. Perilaku Terpuji Terhadap Sesama


1. Akhlak terpuji terhadap orang lemah
Dalam menghadapi kehidupan didunia ini, Allah telah memberikan kepada semua
manusia antara lain berupa panca indera, akal dan sebagainya. Namun, diantara manusia ada
yang tidak dapat memanfaatkan karunia dari Allah dengan sempurna karena beberapa sebab.
Ada yang disebabkan karena lanjut usia, karena cacat, lumpuh dan sebagainya.
Kita tentu sangat beruntung dibandingkan dengan mereka, kita dapat
membeyangkan, bagaimana caranya mereka menghadapi kehidupan ini. Kalau mereka masih
mempunyai sanak keluarga yang mampu, mereka dapat membantu menghidupi keperluan
hidupnya. Tetapi, bagi mereka yang sudah tidak mempunyai sanak keluarga yang mampu,
anggota masyarakat seluruhnyalah yang menjadi harapannya. Untuk itu, umat Islam
berkewajiban mengeluarkan sebagian dari haratanya sebagai zakat untuk mencukupi
keperluan hidup mereka. Adapun bagi orang Islam yang mempunyai sedikit kelebihan dari
keperluan hidupnya sehari-hari dapat membantunya dengan sedikit sesuai dengan
kemampuannya.
2. Akhlak terhadap tetangga
Tetangga adalah orang yang terdekat dengan kita. Dekat bukan karena pertalian
saudara ataupun pertalian darah, bahkan mungkin tidak seagama dengan kita.
3. Akhlak terhadap orang yang berbeda agama

Agama Islam adalah agama perdamaian, artinya Islam melarang umatnya mencari
lawan, karena mencari lawan merupakan perbuatan yang tertcela yang dilarang agama.
Dalam hal ini keyakinan kita harus berbeda, tetapi dalam kemasyarakatan kita harus bersatu
untuk menjaga kerukunan bersama.

D. Akhlak Terpuji Kepada Allah


a. Pengertian Akhlak Terpuji Kepada Allah
Akhlak terpuji disebut juga akhlak mahmudah. Islam mengjarkan , berakhlak
terpuji tidak hanya berhubungan dengan sesama manusia, tetapi juga terhadap Allah SWT.
sebagai Zat Yang Maha Pencipta. Akhlak terpuji kepada Allah adalah suatu sikap atau
perilaku terpuji yang hanya ditujukan kepada Allah SWT. sebagai hamba ciptaan Allah kita
wajib berperilaku terpuji kepada Allah. Hal ini wujud rasa terima kasih atau bersyukur
kepada Allah yang telah menciptakan manusia dengan segala kelengkapan dan fasilitas untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia.

b. Macam-macam Akhlak Terpuji Kepada Allah


1. Ikhlas
Ikhlas adalah melakukan atau mengerjakan sesuatu pekerjaan semata-mata hanya
karena Allah SWT.. Orang yang berbuat ikhlas tidak mengharapkan balas jasa atau pujian
dari orang lain kecuali hanya mengharap rida dari Allah SWT.. Orang yang beramal secara
ikhlas disebut mukhlis.
Dampak positif dari perbuatan ikhlas adalah sebagai berikut:
1) Memperoleh pahala yang besar dari Allah SWT.
2) Memperoleh kepuasan batin karena merasa bahwa kebaikan yang dilakukan sesuai dengan
perintah Allah SWT.
3) Merasa lebih dekat dengan Allah,karena amalnya diterima oleh Allah SWT.
Ada beberapa upaya untuk membiasakan sifat ikhlas antara lain:
1) Melatih diri untuk beramal baik saat tidak dilihat oleh orang lain.
2) Tidak merasa kecewa apabila perbuatan baiknya diremehkan orang lain.
3) Melatih diri agar tidak merasa bangga jika perbuatan baiknya dipuji orang.
4) Tidak suka memuji perbuatan baik yang dilakukan seseorang karena hal itu dapat mendorong
pelakunya menjadi riya.

2. Taat
Taat menurut bahasa berarti tunduk, patuh, dan setia. Adapun taat dalam
berakhlak terpuji kepada Allah ialah tunduk, patuh, dan setia kepada Allah SWT dan Rasulnya baik dalam bentuk pelaksanaan perintah maupun meninggalkan larangannya.
Orang yang taat kepada Allah dan Rasulnya tentu akan memperoleh dampak
positif dari dirinya, antara lain sebagai berikut:
1)

Memperoleh rida dari Allah SWT, karena mampu menaati perintah-nya dan menjauhi
larangan-nya.

2)

Memperoleh kepuasan batin karena telah mampu melaksanakan salah satu kewajibannya
kepada Allah dan Rasul-nya.

3)

Memperoleh kemenangan dan keberuntungan yang besar sesuai firman Allah SWT dalam
Q,S, An-nisa: 13 yang artinya:
Artinya:
Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam
syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan
Itulah kemenangan yang besar.
(Q,S, An-nisa: 13 )

BAB 10

Berprilaku tercela
Perilaku tercela adalah perilaku-perilaku yang dilarang oleh Islam Karena perilaku tercela tidak hanya
merugikan orang lain tetapi juga merugikan diri sendiri. Perilaku ini sangat oleh Allah swt dan
seluruh makluk-makhluknya. Bahkan perilaku tersebut dapat menjerumuskan manusia dalam
kualitas hidup yang buruk.
Berikut ini adalah beberapa sikap atau perilaku yang tergolong tercela:
1. Menghina
Sifat ini biasanya kita lakukan tanpa di sadari. Perilaku tercela ini sangat dibenci Allah. Menghina
mengandung pengertian bahwa mengeluarkan kata-kata yang merendahkan dan menyakiti hati
orang lain. Termasuk mengolok-olok, mencela, mengutuk, memakai, dan mengejek.Sabda rasulullah:
cukuplah kejelekan seseorang jika ia menghina orang muslim (HR Muslim).
memaki sesama muslim itu kedurhakaan (HR Muttafaq Alaih).
2. Berburuk Sangka
Berburuk sangka adalah menuduh atau menyangka atau memandang orang lain dari satu segi. Selain
hal itu, dalam buruk sangka, seseorang sering menyembunyikan kebaikan orang yang dilihatnya dan
membesarkan keburukan orang tersebut. Biasanya, seseorang sangat pandai melihat kesalahan
orang lain, tetapi sangat susah melihat kesalahan sendiri. Nah, mengapa sikap ini perlu kita hindari?
Rasulullah bersabda:
jauhilah buruk sangka karena sesungguhnya perasangka itu sedusta-dusta omongan (HR Muttafaq
Alaih).
3. Hasud
Hasud atau Dengki merupakan sikap bathin keadaan hati, atau rasa tidak senang, benci dan antipati
terhadap orang lain yang mendapatkan kesenangan, nikmat, memiliki kelebihan darinya. Sikap ini
sebaiknya kita hindari sebab dapat mendatangkan bencana yang sangat dahsyat. Mengapa
demikian?Seseorang yang dengki terhadap orang lain akan merasa senang jika orang lain
mendapatkan kemalangan atau kesengsaraan.
firman allah:
jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu tertimpa bencana,
mereka bergembira karenanya(Q.S. Ali-imran/3 : 120).
Sikap hasud ini berbahaya karena dapat merusak nilai persaudaraan atau menumbuhkan rasa
permusuhan secara diam-diam. Hasud juga dapat mendorong seseorang mencela, menjelek-jelekan,
dan mencari-cari kelemahan atau kesalahan orang lain dan menimbulkan prasangka buruk.
4. Serakah atau Tamak
Serakah atau tamak merupakan sikap tidak puas dengan yang menjadi hak atau miliknya sehingga
berupaya meraih yang bukan haknya. Rasulullah bersabda:
jika seseorang sudah memiliki dua lembah emas, pastilah ia akan mencari yang ketiganya sebagai
tambahan dari dua lembah yang sudah ada itu (HR.Bukhari dan muslim).
Sikap serakah dapat mendorong orang mencari harta sebanyak-banyaknya dan jabatan setinggitingginya, tanpa menghiraukan cara halal atau haram, etis atau tidak etis.
5. Dusta
Sikap ini merupakan sikap yang mengarah pada kemunafikan. Mengapa demikian?Sikap berdusta

merupakan ciri kaum munafik. hal ini sesuai dengan Sabda rasulullah:
Hadist menyebutkan: jauhilah kedustaan karena sesungguhnya kedustaan itu memimpin kepada
kedurhakaan dan kedurhakaan membawa ke neraka (HR Muttapaq alaih).
6. Sombong atau Takabur
Sombong atau takabur, yakni merasa bangga pada diri sendiri, merasa paling baik atau paling hebat,
dan merasa paling benar sehingga menolak kebenaran dan merendahkan orang lain. Allah
berfirman:
Akan aku palingkan dari tanda-tanda (kekuasaan-ku) orang-orang yang menyombongkan diri dibumi
tanpa alasan yang benar (QS. al-araf/7 : 146).
7. Bergunjing (Gibah)
Bergunjing merupakan sebuah sikap yang selalu membicarakan kejelekan atau aib orang lain, atau
menyebut masalah orang lain yang tidak disukainya.Allah mengidentikan gibah dengan memakan
daging mayat saudaranya sendiri. Firman allah:
Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya? Tentu kamu merasa jijik (Q.S.
Al-hujurat)
Meskipun kejelekan atau kekurangan orang lain itu faktual, benar-benar terjadi alias sesuai dengan
kenyataan, tetap saja itu gibah. Meskipun demikian, tidak selamanya gibah itu dilarang. AL-HASAN
sebagaimana dikutip imam Al-GHAJALI menyebutkan, ada tiga golongan tidak termasuk
menggunjing jika menyebut aib mereka, yaitu orang yang mengikuti hawa nafsu, orang fasik yang
melakukan kefasikan secara terang-terangan dan pemimpin yang menyeleweng. Memperingatkan
sesama muslim atas kejahatan seseorang pun termasuk gibah yang dibolehkan.

BAB 11
PENGERTIAN ZAKAT, WAKAF DAN HAJI
ZAKAT
Zakat adalah sedekah yang wajib dikeluarkan umat Islam menjelang akhir bulan Ramadhan,
sebagai pelengkap ibadah puasa. Zakat merupakan salah satu rukun ketiga dari Rukun Islam.
Sejarah Zakat
Setiap umat Muslim berkewajiban untuk memberikan sedekah dari rezeki yang dikaruniakan
Allah. Kewajiban ini tertulis di dalam Al-Quran. Pada awalnya, Al-Quran hanya
memerintahkan untuk memberikan sedekah (pemberian yang sifatnya bebas, tidak wajib).
Namun, pada kemudian hari, umat Islam diperintahkan untuk membayar zakat. Zakat
menjadi wajib hukumnya sejak tahun 662 M. Nabi Muhammad melembagakan perintah zakat
ini dengan menetapkan pajak bertingkat bagi mereka yang kaya untuk meringankan beban
kehidupan mereka yang miskin. Sejak saat ini, zakat diterapkan dalam negara-negara Islam.
Hal ini menunjukan bahwa pada kemudian hari ada pengaturan pemberian zakat, khususnya
mengenai jumlah zakat tersebut. .
Pada zaman khalifah, zakat dikumpulkan oleh pegawai sipil dan didistribusikan kepada
kelompok tertentu dari masyarakat. Kelompok itu adalah orang miskin, janda, budak yang
ingin membeli kebebasan mereka, orang yang terlilit hutang dan tidak mampu membayar.
Syariah mengatur dengan lebih detail mengenai zakat dan bagaimana zakat itu harus
dibayarkan. Kejatuhan para kalifah dan negara-negara Islam menyebabkan zakat tidak dapat
diselenggarakan dengan berdasarkan hukum lagi.
Hukum Zakat
Zakat merupakan salah satu[rukun Islam], dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya
[syariat Islam]. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang
telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah,
seperti:shalat,haji,dan puasa yang telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan Al-Qur'an
dan As Sunnah,sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang
dapat berkembang sesuai dengan perkembangan ummat manusia.
Macam-Macam Zakat
Zakat terbagi atas dua tipe yakni:
Zakat Fitrah
Zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri pada bulan Ramadhan. Besar
Zakat ini setara dengan 2,5 kilogram makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan.
Zakat Maal (Harta)
Mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan,
emas dan perak. Masing-masing tipe memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.
Yang Berhak Menerima Zakat
Fakir - Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi
kebutuhan pokok hidup.
Miskin - Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar
untuk hidup
Amil - Mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat.

Muallaf - Mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan
diri dengan keadaan barunya
Hamba Sahaya yang ingin memerdekakan dirinya
Gharimin - Mereka yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan tidak sanggup untuk
memenuhinya
Fisabilillah - Mereka yang berjuang di jalan Allah (misal: dakwah, perang dsb)
Ibnus Sabil - Mereka yang kehabisan biaya di perjalanan.
Yang Tidak Berhak Menerima Zakat
Orang kaya. Rasulullah bersabda, "Tidak halal mengambil sedekah (zakat) bagi orang yang
kaya dan orang yang mempunyai kekuatan tenaga." (HR Bukhari).
Hamba sahaya, karena masih mendapat nafkah atau tanggungan dari tuannya.
Keturunan Rasulullah. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya tidak halal bagi kami (ahlul
bait) mengambil sedekah (zakat)." (HR Muslim).
Orang yang dalam tanggungan yang berzakat, misalnya anak dan istri.
Orang kafir.
Beberapa Faedah Zakat
Faedah Diniyah (segi agama)
1.Dengan berzakat berarti telah menjalankan salah satu dari Rukun Islam yang mengantarkan
seorang hamba kepada kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akhirat.
2.Merupakan sarana bagi hamba untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Rabb-nya, akan
menambah keimanan karena keberadaannya yang memuat beberapa macam ketaatan.
3.Pembayar zakat akan mendapatkan pahala besar yang berlipat ganda, sebagaimana firman
Allah, yang artinya: "Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah" (QS: Al Baqarah:
276). Dalam sebuah hadits yang muttafaq "alaih Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam" juga
menjelaskan bahwa sedekah dari harta yang baik akan ditumbuhkan kembangkan oleh Allah
berlipat ganda.
4.Zakat merupakan sarana penghapus dosa, seperti yang pernah disabdakan Rasulullah
Muhammad SAW.
Faedah Khuluqiyah (Segi Akhlak)
1.Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran dan kelapangan dada kepada pribadi pembayar
zakat.
2.Pembayar zakat biasanya identik dengan sifat rahmah (belas kasih) dan lembut kepada
saudaranya yang tidak punya.
3.Merupakan realita bahwa menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat baik berupa harta
maupun raga bagi kaum Muslimin akan melapangkan dada dan meluaskan jiwa. Sebab sudah
pasti ia akan menjadi orang yang dicintai dan dihormati sesuai tingkat pengorbanannya.
4.Di dalam zakat terdapat penyucian terhadap akhlak.
Faedah Ijtimaiyyah (Segi Sosial Kemasyarakatan)
1.Zakat merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi hajat hidup para fakir miskin
yang merupakan kelompok mayoritas sebagian besar negara di dunia.
2.Memberikan dukungan kekuatan bagi kaum Muslimin dan mengangkat eksistensi mereka.
Ini bisa dilihat dalam kelompok penerima zakat, salah satunya adalah mujahidin fi sabilillah.
3.Zakat bisa mengurangi kecemburuan sosial, dendam dan rasa dongkol yang ada dalam dada
fakir miskin. Karena masyarakat bawah biasanya jika melihat mereka yang berkelas ekonomi
tinggi menghambur-hamburkan harta untuk sesuatu yang tidak bermanfaaat bisa tersulut rasa
benci dan permusuhan mereka. Jikalau harta yang demikian melimpah itu dimanfaatkan

untuk mengentaskan kemiskinan tentu akan terjalin keharmonisan dan cinta kasih antara si
kaya dan si miskin.
4.Zakat akan memacu pertumbuhan ekonomi pelakunya dan yang jelas berkahnya akan
melimpah.
5.Membayar zakat berarti memperluas peredaran harta benda atau uang, karena ketika harta
dibelanjakan maka perputarannya akan meluas dan lebih banyak pihak yang mengambil
manfaat.
Hikmah Zakat
Hikmah dari zakat antara lain:
1.Mengurangi kesenjangan sosial antara mereka yang berada dengan mereka yang miskin.
2.Pilar amal jama'i antara mereka yang berada dengan para mujahid dan da'i yang berjuang
dan berda'wah dalam rangka meninggikan kalimat Allah SWT.
3.Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk
4.Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat.
5.Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan
6.Untuk pengembangan potensi ummat
7.Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam
8.Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi ummat.
Zakat dalam Al Qur'an
QS (2:43) ("Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang
ruku'".)
QS (9:35) (Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar
dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka:
"Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang
(akibat dari) apa yang kamu simpan itu.")
QS (6: 141) (Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan
delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya
(yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik
hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan).
WAKAF
Wakaf (Arab: , jamak: , awqf) adalah perbuatan yang dilakukan wakif (pihak yang
melakukan wakaf) untuk menyerahkan sebagian atau untuk keseluruhan harta benda yang
dimilikinya untuk kepentingan ibadah dan kesejahteraan masyarakat untuk selama-lamanya.
Seorang wakif dapat orang-perorangan, organisasi, maupun badan hukum.
Obyek Wakaf
Obyek wakaf yang dapat diwakafkan adalah benda bergerak maupun benda tidak bergerak
yang dimiliki secara utuh dan dimiliki secara sah oleh pihak yang akan melakukan wakaf
(wakif). Obyek wakaf benda tidak bergerak dapat dalam bentuk tanah, hak milik atas rumah,
atau hak milik atas rumah susun. Sementara untuk obyek wakaf benda bergerak dapat dengan
bentuk uang.
Syarat Wakaf

Syarat wakaf yang menjadi syarat utama agar dapat sahnya suatu akad wakaf adalah seorang
wakif telah dewasa, berakal sehat, tidak berhalangan membuat perbuatan hukum, dan pemilik
utuh dan sah dari harta benda yang diwakafkan.
Akad wakaf yang diikrarkan seorang wakif harus disaksikan oleh dua orang saksi dan pejabat
pembuat akta wakaf. Ikrar akad wakaf dilaksanakan dengan ikrar dari wakif untuk
menyerahkan harta benda yang dimiliki secara sah untuk diurus oleh nadzir (orang yang
mengurus harta wakaf) demi kepentingan ibadah dan kesejahteraan masyarakat.
Pengertian Wakaf
Secara etimologi, wakaf berasal dari perkataan Arab Waqf yang berarti al-Habs. Ia
merupakan kata yang berbentuk masdar (infinitive noun) yang pada dasarnya berarti
menahan, berhenti, atau diam. Apabila kata tersebut dihubungkan dengan harta seperti tanah,
binatang dan yang lain, ia berarti pembekuan hak milik untuk faedah tertentu (Ibnu Manzhur:
9/359).
Sebagai satu istilah dalam syariah Islam, wakaf diartikan sebagai penahanan hak milik atas
materi benda (al-ain) untuk tujuan menyedekahkan manfaat atau faedahnya (al-manfaah)
(al-Jurjani: 328). Sedangkan dalam buku-buku fiqh, para ulama berbeda pendapat dalam
memberi pengertian wakaf. Perbedaan tersebut membawa akibat yang berbeda pada hukum
yang ditimbulkan. Definisi wakaf menurut ahli fiqh adalah sebagai berikut :
Pertama : Hanafiyah mengartikan wakaf sebagai menahan materi benda (al-ain) milik
Wakif dan menyedekahkan atau mewakafkan manfaatnya kepada siapapun yang diinginkan
untuk tujuan kebajikan (Ibnu al-Humam: 6/203). Definisi wakaf tersebut menjelaskan
bahawa kedudukan harta wakaf masih tetap tertahan atau terhenti di tangan Wakif itu sendiri.
Dengan artian, Wakif masih menjadi pemilik harta yang diwakafkannya, manakala
perwakafan hanya terjadi ke atas manfaat harta tersebut, bukan termasuk asset hartanya.
Kedua : Malikiyah berpendapat, wakaf adalah menjadikan manfaat suatu harta yang dimiliki
(walaupun pemilikannya dengan cara sewa) untuk diberikan kepada orang yang berhak
dengan satu akad (shighat) dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan Wakif (alDasuqi: 2/187). Definisi wakaf tersebut hanya menentukan pemberian wakaf kepada orang
atau tempat yang berhak saja.
Ketiga : Syafiiyah mengartikan wakaf dengan menahan harta yang bisa memberi manfaat
serta kekal materi bendanya (al-ain) dengan cara memutuskan hak pengelolaan yang dimiliki
oleh Wakif untuk diserahkan kepada Nazhir yang dibolehkan oleh syariah (al-Syarbini:
2/376). Golongan ini mensyaratkan harta yang diwakafkan harus harta yang kekal materi
bendanya (al-ain) dengan artian harta yang tidak mudah rusak atau musnah serta dapat
diambil manfaatnya secara berterusan (al-Syairazi: 1/575).
Keempat : Hanabilah mendefinisikan wakaf dengan bahasa yang sederhana, yaitu menahan
asal harta (tanah) dan menyedekahkan manfaat yang dihasilkan (Ibnu Qudamah: 6/185). Itu
menurut para ulama ahli fiqih. Bagaimana menurut undang-undang di Indonesia? Dalam
Undang-undang nomor 41 tahun 2004, wakaf diartikan dengan perbuatan hukum Wakif
untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan
selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan
ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.
Dari beberapa definisi wakaf tersebut, dapat disimpulkan bahwa wakaf bertujuan untuk
memberikan manfaat atau faedah harta yang diwakafkan kepada orang yang berhak dan
dipergunakan sesuai dengan ajaran syariah Islam. Hal ini sesuai dengan fungsi wakaf yang
disebutkan pasal 5 UU no. 41 tahun 2004 yang menyatakan wakaf berfungsi untuk
mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan
untuk memajukan kesejahteraan umum.

Rukun Wakaf
Rukun Wakaf Ada empat rukun yang mesti dipenuhi dalam berwakaf. Pertama, orang yang
berwakaf (al-waqif). Kedua, benda yang diwakafkan (al-mauquf). Ketiga, orang yang
menerima manfaat wakaf (al-mauquf alaihi). Keempat, lafadz atau ikrar wakaf (sighah).
Syarat-Syarat Wakaf
1.Syarat-syarat orang yang berwakaf (al-waqif)Syarat-syarat al-waqif ada empat, pertama
orang yang berwakaf ini mestilah memiliki secara penuh harta itu, artinya dia merdeka untuk
mewakafkan harta itu kepada sesiapa yang ia kehendaki. Kedua dia mestilah orang yang
berakal, tak sah wakaf orang bodoh, orang gila, atau orang yang sedang mabuk. Ketiga dia
mestilah baligh. Dan keempat dia mestilah orang yang mampu bertindak secara hukum
(rasyid). Implikasinya orang bodoh, orang yang sedang muflis dan orang lemah ingatan tidak
sah mewakafkan hartanya.
2.Syarat-syarat harta yang diwakafkan (al-mauquf)Harta yang diwakafkan itu tidak sah
dipindahmilikkan, kecuali apabila ia memenuhi beberapa persyaratan yang ditentukan oleh
ah; pertama barang yang diwakafkan itu mestilah barang yang berharga Kedua, harta yang
diwakafkan itu mestilah diketahui kadarnya. Jadi apabila harta itu tidak diketahui jumlahnya
(majhul), maka pengalihan milik pada ketika itu tidak sah. Ketiga, harta yang diwakafkan itu
pasti dimiliki oleh orang yang berwakaf (wakif). Keempat, harta itu mestilah berdiri sendiri,
tidak melekat kepada harta lain (mufarrazan) atau disebut juga dengan istilah (ghaira shai).
3.Syarat-syarat orang yang menerima manfaat wakaf (al-mauquf alaih) Dari segi
klasifikasinya orang yang menerima wakaf ini ada dua macam, pertama tertentu (muayyan)
dan tidak tertentu (ghaira muayyan). Yang dimasudkan dengan tertentu ialah, jelas orang
yang menerima wakaf itu, apakah seorang, dua orang atau satu kumpulan yang semuanya
tertentu dan tidak boleh dirubah. Sedangkan yang tidak tentu maksudnya tempat berwakaf itu
tidak ditentukan secara terperinci, umpamanya seseorang sesorang untuk orang fakir, miskin,
tempat ibadah, dll. Persyaratan bagi orang yang menerima wakaf tertentu ini (al-mawquf
muayyan) bahwa ia mestilah orang yang boleh untuk memiliki harta (ahlan li al-tamlik),
Maka orang muslim, merdeka dan kafir zimmi yang memenuhi syarat ini boleh memiliki
harta wakaf. Adapun orang bodoh, hamba sahaya, dan orang gila tidak sah menerima wakaf.
Syarat-syarat yang berkaitan dengan ghaira muayyan; pertama ialah bahwa yang akan
menerima wakaf itu mestilah dapat menjadikan wakaf itu untuk kebaikan yang dengannya
dapat mendekatkan diri kepada Allah. Dan wakaf ini hanya ditujukan untuk kepentingan
Islam saja.
4.Syarat-syarat Shigah Berkaitan dengan isi ucapan (sighah) perlu ada beberapa syarat.
Pertama, ucapan itu mestilah mengandungi kata-kata yang menunjukKan kekalnya (tabid).
Tidak sah wakaf kalau ucapan dengan batas waktu tertentu. Kedua, ucapan itu dapat
direalisasikan segera (tanjiz), tanpa disangkutkan atau digantungkan kepada syarat tertentu.
Ketiga, ucapan itu bersifat pasti. Keempat, ucapan itu tidak diikuti oleh syarat yang
membatalkan. Apabila semua persyaratan diatas dapat terpenuhi maka penguasaan atas tanah
wakaf bagi penerima wakaf adalah sah. Pewakaf tidak dapat lagi menarik balik pemilikan
harta itu telah berpindah kepada Allah dan penguasaan harta tersebut adalah orang yang
menerima wakaf secara umum ia dianggap pemiliknya tapi bersifat ghaira tammah.

HAJI
Haji (Bahasa Arab: , Hajj) adalah rukun (tiang agama) Islam yang kelima setelah syahadat,
shalat, zakat dan puasa. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang
dilaksanakan kaum muslim sedunia yang mampu (material, fisik, dan keilmuan) dengan
berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di Arab Saudi pada

suatu waktu yang dikenal sebagai musim haji (bulan Dzulhijjah). Hal ini berbeda dengan
ibadah umrah yang bisa dilaksanakan sewaktu-waktu.
Kegiatan inti ibadah haji dimulai pada tanggal 8 Dzulhijjah ketika umat Islam bermalam di
Mina, wukuf (berdiam diri) di Padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, dan berakhir setelah
melempar jumrah (melempar batu simbolisasi setan) pada tanggal 10 Dzulhijjah. Masyarakat
Indonesia lazim juga menyebut hari raya Idul Adha sebagai Hari Raya Haji karena bersamaan
dengan perayaan ibadah haji ini.
Definisi :
Secara lughawi, haji berarti menyengaja atau menuju dan mengunjungi. Menurut etimologi
bahasa Arab, kata haji mempunyai arti qashd, yakni tujuan, maksud, dan menyengaja.
Menurut istilah syara', haji ialah menuju ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu untuk
melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu pula. Yang dimaksud dengan temat-tempat
tertentu dalam definisi diatas, selain Ka'bah dan Mas'a(tempat sa'i), juga Arafah, Muzdalifah,
dan Mina. Yang dimaksud dengan waktu tertentu ialah bulan-bulan haji yang dimulai dari
Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Adapun amal ibadah tertentu ialah
thawaf, sa'i, wukuf, mazbit di Muzdalifah, melontar jumrah, mabit di Mina, dan lain-lain.
Latar Belakang Ibadah Haji
Orang-orang Arab pada zaman jahiliah telah mengenal ibadah haji ini yang mereka warisi
dari nenek moyang terdahulu dengan melakukan perubahan disana-sini. Akan tetapi, bentuk
umum pelaksanaannya masih tetap ada, seperti thawaf, sa'i, wukuf, dan melontar jumrah.
Hanya saja pelaksanaannya banyak yang tidak sesuai lagi dengan syariat yang sebenarnya.
Untuk itu, Islam datang dan memperbaiki segi-segi yang salah dan tetap menjalankan apa-apa
yang telah sesuai dengan petunjuk syara' (syariat), sebagaimana yang diatur dalam al-Qur'an
dan sunnah rasul. Latar belakang ibadah haji ini juga didasarkan pada ibadah serupa yang
dilaksanakan oleh nabi-nabi dalam agama Islam, terutama nabi Ibrahim (nabinya agama
Tauhid). Ritual thawaf didasarkan pada ibadah serupa yang dilaksanakan oleh umat-umat
sebelum nabi Ibarahim. Ritual sa'i, yakni berlari antara bukit Shafa dan Marwah (daerah agak
tinggi di sekitar Ka'bah yang sudah menjadi satu kesatuan Masjid Al Haram, Makkah), juga
didasarkan untuk mengenang ritual istri kedua nabi Ibrahim ketika mencari susu untuk
anaknya nabi Ismail. Sementara wukuf di Arafah adalah ritual untuk mengenang tempat
bertemunya nabi Adam dan Siti Hawa di muka bumi, yaitu asal mula dari kelahiran seluruh
umat manusia.
Jenis Ibadah Haji
Ritual Haji, Rukun Islam Yang Terakhir.
Setiap jamaah bebas untuk memilih jenis ibadah haji yang ingin dilaksanakannya. Rasulullah
SAW memberi kebebasan dalam hal itu, sebagaimana terlihat dalam hadis berikut :
Aisyah RA berkata: Kami berangkat beribadah bersama Rasulullah SAW dalam tahun
hajjatul wada. Diantara kami ada yang berihram, untuk haji dan umrah dan ada pula yang
berihram untuk haji. Orang yang berihram untuk umrah ber-tahallul ketika telah berada di
Baitullah. Sedang orang yang berihram untuk haji jika ia mengumpulkan haji dan umrah.
Maka ia tidak melakukan tahallul sampai dengan selesai dari nahar.
Berikut adalah jenis dan pengertian haji yang dimaksud.
Haji ifrad, berarti menyendiri. Pelaksanaan ibadah haji disebut ifrad bila sesorang
bermaksud menyendirikan, baik menyendirikan haji maupun menyendirikan umrah. Dalam
hal ini, yang didahulukan adalah ibadah haji. Artinya, ketika mengenakan pakaian ihram di

miqat-nya, orang tersebut berniat melaksanakan ibadah haji dahulu. Apabila ibadah haji
sudah selesai, maka orang tersebut mengenakan ihram kembali untuk melaksanakan umrah.
Haji tamattu', mempunyai arti bersenang-senang atau bersantai-santai dengan melakukan
umrah terlebih dahulu di bulan-bulah haji, lain bertahallul. Kemudian mengenakan pakaian
ihram lagi untuk melaksanakan ibadah haji, ditahun yang sama. Tamattu' dapat juga berarti
melaksanakan ibadah didalam bulan-bulan serta didalam tahun yang sama, tanpa terlebih
dahulu pulang ke negeri asal.
Haji qiran, mengandung arti menggabungkan, menyatukan atau menyekaliguskan. Yang
dimaksud disini adalah menyatukan atau menyekaliguskan berihram untuk melaksanakan
ibadah haji dan umrah. Haji qiran dilakukan dengan tetap berpakaian ihram sejak miqat
makani dan melaksanakan semua rukun dan wajib haji sampai selesai, meskipun mungkin
akan memakan waktu lama. Menurut Abu Hanifah, melaksanakan haji qiran, berarti
melakukan dua thawaf dan dua sa'i.
Kegiatan Ibadah Haji
Padang Arafah pada musim haji Rute yang dilalui oleh jamaah dalam ibadah haji. Berikut
adalah kegiatan utama dalam ibadah haji berdasarkan urutan waktu :
Sebelum 8 Dzulhijjah, umat Islam dari seluruh dunia mulai berbondong untuk melaksanakan
Tawaf Haji di Masjid Al Haram, Makkah.
8 Dzulhijjah, jamaah haji bermalam di Mina. Pada pagi 8 Dzulhijjah, semua umat Islam
memakai pakaian Ihram (dua lembar kain tanpa jahitan sebagai pakaian haji), kemudian
berniat haji, dan membaca bacaan Talbiyah. Jamaah kemudian berangkat menuju Mina,
sehingga malam harinya semua jamaah haji harus bermalam di Mina.
9 Dzulhijjah, pagi harinya semua jamaah haji pergi ke Arafah. Kemudian jamaah
melaksanakan ibadah Wukuf, yaitu berdiam diri dan berdoa di padang luas ini hingga
Maghrib datang. Ketika malam datang, jamaah segera menuju dan bermalam Muzdalifah.
10 Dzulhijjah, setelah pagi di Muzdalifah, jamaah segera menuju Mina untuk melaksanakan
ibadah Jumrah Aqabah, yaitu melempar batu sebanyak tujuh kali ke tugu pertama sebagai
simbolisasi mengusir setan. Setelah mencukur rambut atau sebagian rambut, jamaah bisa
Tawaf Haji (menyelesaikan Haji), atau bermalam di Mina dan melaksanakan jumrah
sambungan (Ula dan Wustha).
11 Dzulhijjah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu pertama, tugu kedua, dan tugu
ketiga.
12 Dzulhijjah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu pertama, tugu kedua, dan tugu
ketiga.
Sebelum pulang ke negara masing-masing, jamaah melaksanakan Thawaf Wada' (thawaf)
Lokasi Utama Dalam Ibadah Haji :
-Makkah Al Mukaromah
Di kota inilah berdiri pusat ibadah umat Islam sedunia, Ka'bah, yang berada di pusat Masjidil
Haram. Dalam ritual haji, Makkah menjadi tempat pembuka dan penutup ibadah ini ketika
jamaah diwajibkan melaksanakan niat dan thawaf haji.
-Arafah
Kota di sebelah timur Makkah ini juga dikenal sebagai tempat pusatnya haji, yiatu tempat
wukuf dilaksanakan, yakni pada tanggal 9 Dzulhijjah tiap tahunnya. Daerah berbentuk
padang luas ini adalah tempat berkumpulnya sekitar dua juta jamaah haji dari seluruh dunia.
Di luar musim haji, daerah ini tidak dipakai.
-Muzdalifah
Tempat di dekat Mina dan Arafah, dikenal sebagai tempat jamaah haji melakukan Mabit
(Bermalam) dan mengumpulkan bebatuan untuk melaksanakan ibadah jumrah di Mina.

-Mina
Tempat berdirinya tugu jumrah, yaitu tempat pelaksanaan kegiatan melontarkan batu ke tugu
jumrah sebagai simbolisasi tindakan nabi Ibrahim ketika mengusir setan. Dimasing-maising
tempat itu berdiri tugu yang digunakan untuk pelaksanaan: Jumrah Aqabah, Jumrah Ula, dan
Jumrah Wustha. Di tempat ini jamaah juga diwajibkan untuk menginap satu malam.
-Madinah
Adalah kota suci kedua umat Islam. Di tempat inilah panutan umat Islam, Nabi Muhammad
SAW dimakamkan di Masjid Nabawi. Tempat ini sebenarnya tidak masuk ke dalam ritual
ibadah haji, namun jamaah haji dari seluruh dunia biasanya menyempatkan diri berkunjung
ke kota yang letaknya kurang lebih 330 km (450 km melalui transportasi darat) utara Makkah
ini untuk berziarah dan melaksanakan salat di masjidnya Nabi. Lihat foto-foto keadaan dan
kegiatan dalam masjid ini.
Tempat Bersejarah
Berkiut ini adalah tempat-tempat bersejarah, yang meskipun bukan rukun haji, namum biasa
dikunjungi oleh para jemaah haji atau peziarah lainnya
Jabal Nur dan Gua Hira
Jabal Nur terletak kurang lebih 6 km di sebelah utara Masjidil Haram. Di puncaknya terdapat
sebuah gua yang dikenal dengan nama Gua Hira. Di gua inilah Nabi Muhammad saw
menerima wahyu yang pertama, yaitu surat Al-'Alaq ayat 1-5.
Jabal Tsur
Jabal Tsur terletak kurang lebih 6 km di sebelah selatan Masjidil Haram. Untuk mencapai
Gua Tsur ini memerlukan perjalanan mendaki selama 1.5 jam. Di gunung inilah Nabi
Muhammad saw dan Abu Bakar As-Siddiq bersembunyi dari kepungan orang Quraisy ketika
hendak hijrah ke Madinah.
Jabal Rahmah
Yaitu tempat bertemunya Nabi Adam as dan Hawa setelah keduanya terpisah saat turun dari
surga. Peristiwa pentingnya adalah tempat turunnya wahyu yang terakhir pada Nabi
Muhammad saw, yaitu surat Al-Maidah ayat 3.
Jabal Uhud
Letaknya kurang lebih 5 km dari pusat kota Madinah. Di bukit inilah terjadi perang dahsyat
antara kaum muslimin melawan kaum musyrikin Mekah. Dalam pertempuran tersebut gugur
70 orang syuhada di antaranya Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad saw.
Kecintaan Rasulullah saw pada para syuhada Uhud, membuat beliau selalu menziarahinya
hampir setiap tahun. Untuk itu, Jabal Uhud menjadi salah satu tempat penting untuk diziarahi.
Makam Baqi'
Baqi' adalah tanah kuburan untuk penduduk sejak zaman jahiliyah sampai sekarang. Jamaah
haji yang meninggal di Madinah dimakamkan di Baqi', letaknya di sebelah timur dari Masjid
Nabawi. Di sinilah makam Utsman bin Affan ra, para istri Nabi, putra dan putrinya, dan para
sahabat dimakamkan. Ada banyak perbedaan makam seperti di tanah suci ini dengan makam
yang ada di Indonesia, terutama dalam hal peletakan batu nisan
Masjid Qiblatain
Pada masa permulaan Islam, kaum muslimin melakukan shalat dengan menghadap kiblat ke
arah Baitul Maqdis di Yerussalem, Palestina. Pada tahun ke-2 H bulan Rajab pada saat Nabi

Muhammad saw melakukan shalat Zuhur di masjid ini, tiba-tiba turun wahyu surat AlBaqarah ayat 144 yang memerintahkan agar kiblat shalat diubah ke arah Kabah Masjidil
Haram, Mekah. Dengan terjadinya peristiwa tersebut maka akhirnya masjid ini diberi nama
Masjid Qiblatain yang berarti masjid berkiblat dua.

BAB 12
KETELADANAN RASULULLAH SAW PERIODE MADINAH
A. Sejarah Dakwah Rasulullah Saw Periode Madinah
1. Arti hijrah dan tujuan rasulullah Saw dan umat Islam berhijrah.
Setidaknya ada dua macam arti hijrah yang harus diketahui umat Islam. Pertama,
hijrah berarti meninggalkan semua perbuatan yang dilarang dan dimurkai Allah Swt,
untuk melakukan perbuatanperbuatan yang baik, yang disuruh Allah Swt dan diridlaiNya. Contohnya, semula siswa itu malas mengerjakan salat 5 waktu dan malas belajar.
Kemudian dia membuang jauh sifat malasnya itu, sehingga ia menjadi siswa yang
berdisiplin dalam salat lima waktu dan rajin dalam menuntut ilmu. Arti hijrah dalam
pengertian pertama ini wajib dilaksanakan oleh setiap umat Islam. Rasulullah Saw
bersabda : "al Muhaajiru man haajara ma nahaa Allahu 'anhu" HR. Bukhori
Artinya: "Orang yang berhijrah ialah orang yang meninggalkan segala apa yang
dilarang Allah Swt. (H. R. Bukhari)
Arti kedua dari hijrah ialah berpindah dari suatu negeri kafir (non -Islam), karena di
negeri itu umat Islam selalu mendapat tekanan, ancaman dan kekerasan, sehingga tidak
memiliki kebebasan dalam berdakwah dan beribadah. Kemudian umat Islam di negeri
kafir itu, berpindah ke negeri Islam agar memperoleh keamanaan. dan kebebasan dalam
berdakwah dan beribadah.
Arti kedua dari hijrah ini pernah dipraktikkan oleh Rasulullah Saw dan umat
Islam, yakni berhijrah dari Mekah ke Yatsrib pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun
pertama hijrah bertepatan dengan tanggal 28 Juni 622 M. Tujuan hijrahnya Rasulullah
Saw dan umat Islam dari Mekah (negeri kafir) ke Yatsrib (negeri Islam) adalah :
-

Menyelamatkan diri dan umat Islam dari tekanan, ancaman, dan kekerasan kaum kafir
Quraisy. Bahkan pada waktu Rasulullah Saw meninggalkan rumahnya di Mekkah untuk
berhijrah ke Yatsrib (Madinah), rumah beliau sudah dikepung oleh kaum kafir Quraisy
dengan maksud untuk membunuhnya.

Agar memperoleh keamanandan kebebasan dalam berdakwah serta beribadah. Sehingga


dapat meningkatkan usaha-usahanya dalam berjihad di jalan Allah Swt untuk
menegakkandan meninggikan nama-Nya (Islam) (lihat dan pelajari Q.S. AnNahl, 16:
41-42)

2. Dakwah Rasulullah Saw periode Madinah


Dakwah Rasulullah Saw periode Madinah berlangsung selama sepuluh tahun,
yakni dari semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah sampai dengan
wafatnya Rasulullah Saw tanggal 13 Rabiul Awal tahun ke-11 hijrah.
Materi dakwah yang disampaikan Rasulullah Saw pada periode Madinah, selain
ajaran Islam yang terkandung dalam 89 surah Makkiyahdan hadist periode Makkah,
juga ajaran Islam yang terkandung dalam 25 surah Madaniyah dan hadits periode
Madinah. Adapun ajaran Islam periode Makkah sudah dikemukakan dalam Bab 6
semester pertama buku ini. Sedangkan ajaran Islam yang terkandung pada 25 surah
Madaniyah dan hadis periode Madinah, umumnya ajaran Islam tentang masalah sosial
kemasyarakatan.
Mengenai objek dakwah Rasulullah Saw pada periode Madinah adalah orangorang yang sudah masuk Islam dari golongan Muhajirin dan Anshar. Riga orang-orang
yang belum masuk Islam seperti kaum Yahudi penduduk Madinah, para penduduk di
luar kota Madinah yang termasuk bangsa Arab, dan Yang tidak termasuk bangsa Arab.
Rasulullah Saw diutus oleh Allah Swt bukan hanya untuk bangsa Arab, tetapi untuk
seluruh umat manusia di dunia, Allah Swt berfirman:


Artinya: "Dan tidaklah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
alam semesta. " (Q.S. Al-Anbiya', 21: 107)
Dakwah Rasulullah Saw yang ditujukan kepada orang-orang yang, sudah masuk
Islam (umat Islam) bertujuan agar mereka mengetahui seluruh ajaran Islam baik yang
diturunkan di Mekah ataupun yang diturunkan di Madinah. Kemudian mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka betul-betul menjadi umat yang bertakwa.
Selain itu Rasulullah Saw dibantu oleh para sahabatnya melakukan usaha -usaha nyata
agar terwujud persaudaraan sesama umat Islam dan terbentuk masyarakat madam di
Madinah. Usaha-usaha nyata Rasulullah Saw seperti tersebut akan dibahas pada
subpokok bahasan tentang strategi Rasulullah dalam membentuk masyarakat madani di
Madinah.
Mengenai dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang belum, masuk Islam
bertujuan agar mereka bersedia menerima Islam sebagai agamanya, mempelajari ajaran ajarannya dan mengamalkannya, sehingga mereka menjadi umat Islam yang senantiasa
beriman dan beramal saleh, yang berbahagia di dunia serta sejahtera di akhirat.

Tujuan dakwah Rasulullah Saw yang luhur dan cara penyampaiannya yang
terpuji, menyebabkan umat manusia yang belum masuk Islam banyak yang masuk Islam
dengan kemauandan kesadaran sendiri. Namun tidak sedikit pula orang-orang kafir yang
tidak bersedia masuk Islam, bahkan mereka berusaha menghalang-halangi orang lain
masuk Islam dan juga berusaha melenyapkan agama Islam dan umatnya dari muka
bumi. Mereka itu seperti kaum kafir Quraisy penduduk Makkah, kaum Yahudi Madinah,
dan sekutu-sekutu mereka.
Setelah ada izin dari Allah Swt untuk berperang, sebagaimana firman-Nya dalam
Surah Al Hajj (22): 39dan Al-Baqarah (2): 190, maka kemudian Rasulullah Saw dan
para sahabatnya menyusun kekuatan untuk menghadapi peperangan dengan orang kafir
yang tidak dapat dihindarkan lagi.
Peperangan-peperangan

yang dilakukan oleh Rasulullah Saw dan para

pengikutnya itu tidaklah bertujuan untuk melakukan penjajahan atau meraih harta
rampasan perang, tetapi bertujuan untuk :
-

Membela diri, kehormatan, dan harta.

Menjamin kelancaran dakwah, dan memberi kesempatan kepada mereka yang hendak
menganutnya.

Untuk memelihara umat Islam agar tidak dihancurkan oleh bala tentara Persia dan
Romawi.
Setelah Rasulullah Saw dan para pengikutnya mampu membangun suatu negara
yang merdeka dan berdaulat, yang berpusat di Madinah, mereka berusaha menyiarkan
dan memasyhurkan agama Islam, bukan saja terhadap Para penduduk jazirah Arabia,
tetapi juga keluar Jazirah Arabia, maka bangsa Romawi dan Persia menjadi cemas dan
khawatir kekuasaan mereka akan tersaingi. Oleh karena itu, bangsa Romawi dan bangsa
Persia bertekad untuk menumpas dan menghancurkan umat Islam dan agamanya. Untuk
menghadapi tekad bangsa Romawi dan Persia tersebut, Rasulullah dan para pengikutnya
tidak tinggal diam sehingga terjadi peperangan antara umat Islam dan bangsa Romawi,
yaitu perang Mut'ah pada tahun 8 H, di dekat desa Mut'ah. bagian utara jazirah Arabia
dan kedua Perang Tabuk pada tahun 9 H di kota Tabuk, bagian utara. Jazirah Arabia.
Sedangkan bangsa Persia selalu mengadakan penyerangan kepada wilayah kekuasaan
umat Islam. Peperangan lainnya yang dilakukan pada masa Rasulullah Saw seperti :

a. Perang Badar Al-Kubra, terjadi pada tanggal 1 Ramadhan tahun 2 H di sebuah tempat
dekat Perigi Badar, Yang letaknya antara Mekah dan Madinah. Peperangan ini terjadi
antara Rasulullah Saw dan para pengikutnya dengan kaum kafir Quraisy yang telah

mengusir kaum Mukimin penduduk Mekah untuk pindah ke Madinah dengan


meninggalkan rumah dan harta benda. Mereka masih tetap bertekad untuk
menghancurkan Islam dan kaum muslimin di Madinah. Dalam Perang Badar ini kaum
Muslimin memperoleh kemenangan yang gemilang.
b. Perang Uhud terjadi pada pertengahan Sya'ban tahun 3 H. Pada peperangan ini kaum
Muslimin mengalami kekalahan.
c.

Perang Ahzab (Khandaq), terjadi pads bulan Syawal tahun 5 H. Ahzab artinya
golongan-golongan, yaitu gabungan kaum kafir Quraisy, kaum Yahudi, Bani Salim,
Bani Asad, Garhfan, Bani Murrah, dan Bani Asyja, sehingga berjumlah 10.000 lebih.
Pasukan Ahzab ini menyerbu Madinah untuk menumpas Islam dan umat Islam. Atas
inisiatif dari Salman Al-Farisi, untuk mempertahankan kota Madinah dibuat parit yang
dalam dan lebar. Berkat inisiatif itu, kekompakan umat Islam dan pertolongan Allah
Swt, dalam perang Ahzab ini umat Islam memperoleh kemenangan.
Pada tahun keenam hijriah Rasulullah Saw dan para pengikutnya umat Islam
penduduk Madinah dan 1.000 orang berangkat menuju Makkah untuk melakukan
umrah. Agar kaum kafir Quraisy tidak menduga bahwa kedatangan kaum muslim ke
Makkah untuk memerangi mereka, maka jauh sebelum mendekati kota Makkah umat
Islam sudah mengenakan pakaian ihram, tidak membawa alat-alat perang, kecuali
pedang dalam sarungnya sekadar untuk menjaga diri di perjalanan.
Rombongan kaum muslimin tiba di suatu tempat yang bernama "Al Hudaibiyah".
Yang letaknya beberapa kilometer dari kota Mekah, dengan maksud selain untuk
beristirahat. juga untuk melihat situasi. Sebenarnya saat itu termasuk bulan yang
disucikan oleh bangsa arab Islam. Mereka dilarang melakukan peperangan di
dalamnnya. Namun dalam kenyataannya, kaum kafir Quraisy telah menempatkan
sejumlah bala tentara yang cukup besar di perbatasan kota Makkah, siap untuk
melakukan peperangan. Membaca situasi demikian, kemudian Rasulullah Saw mengutus
sahabat Utsman bin Affan memasuki kota Makkah untuk menemui pimpinan kaum kafir
Quraisy dan menjelaskan kepadanya, bahwa kedatangan mereka ke Mekah bukan untuk
berperang, tetapi semata-mata untuk melakukan ibadah umrah. Namun kaum kafir
Quraisy bersikeras tidak mengizinkan kaum Muslimin memasuki kota Makkah, dengan
alasan akan menjahihkan kewibawaan kaum kafir Quraisy di mata bangsa Arab.
Sahabat Utsman ditahan oleh kaum kafir Quraisy, bahkan tersiar kabar bahwa
beliau telah dibunuh. Menyikapi kabar tersebut kaum Muslimin telah bersepakat

mengadakan "sumpah setia" (baiat), untuk berperang melawan kafir Quraisy, sampai
meraih kemenangan. Sumpah setia itu disebut "Baiatur Ridwan".
Untunglah di saat-saat genting seperti itu sahahat Utsman bin Affan.muncul,
membawa berita akan diadakannya perundingan antara kaum kafir Quraisy dengan
kaum muslimin. Maka terjadilah perundingan antara delegasi kaum kafir Quraisy yang
dipimpin oleh Suhail Ibnu Umardan delegasi umat Islam yang dipimpin oleh Nabi
Muhammad Saw Perundingan tersebut melahirkan kesepakatan antara dua belah
pihak,dan melahirkan sebuah perjanjian, yang dikenal dalam sejarah sebagai perjanjian
Hudaibiyah (Sulhul Hudaibiyah).
Isi perjanjian itu sebagai berikut :
1) Selama sepuluh tahun diberlakukan gencatan senjata antara kaum Quraisy penduduk
Makkahdan umat Islam penduduk Madinah.
2) Orang Islam dari kaum Quraisy yang datang kepada umat Islam, tanpa seizin walinya
hendaklah ditolak oleh umat Islam.
3) Kaum Quraisy, tidak akan menolak orang-orang Islam yang kembali dan bergabung
dengan mereka.
4) Tiap kabilah yang ingin masuk dalam persekutuan dengan kaum Quraisy atau dengan
kaum muslimin dibolehkan dan tidak akan mendapat rintangan.
5) Kaum muslimin tidak jadi mengerjakan umrah saat itu, mereka harus kembali ke
Madinah dan boleh mengerjakan umrah di tahun berikutnya dengan persyaratan :
-

Kaum Muslimin memasuki kota Mekah setelah penduduknya untuk sementara keluar
dari koa Makkah.

Kaum muslimin memasuki kota Makkah tidak boleh membawa senjata.

Kaum Muslimin tidak boleh berada di dalam kota Makkah lebih dari tiga hari tiga
malam.
Kaum kafir Quraisy mengetahui, bahwa perjanjian Hudaibiyah ini sangat
menguntungkan kaum muslimin. Umat Islam semakin kuat, karena hampir seluruh
semenanjung Arab, termasuk suku-suku bangsa Arab yang paling selatan telah
menggabungkan diri kepada Islam. Kaum kafir Quraisy merasa terpojok dan mereka
secara sepihak berniat membatalkan perjanjian Hudaibiah itu, dengan cara menyerang
Bani Khuza'ah yang berada di bawah perlindungan Islam. Sejumlah prang dari Bani
Khuza'ah mereka bunuh dan selebihnya mereka cerai-ceraikan. Bani Khuza'ah segera
mengadu kepada Rasulullah saw, dan mohon keadilan.

Mendapat pengaduan seperti itu kemudian Nabi Muhammad Saw dengan sepuluh
ribu bala tentaranya berangkat menuju kora Mekah untuk membebaskan kota Mekah
dari para penguasa kafir yang zalim, yang telah melakukan pembunuhan secara kejam
terhadap umat Islam dari Bani Khuza'ah.
Rasulullah Saw sebenamya tidak menginginkan terjadinya peperangan, yang
sudah tentu akan menelan banyak korban jiwa. Untuk itu Rasulullah Sawdan bala
tentaranya berkemah di pinggiran kota Makkah dengan maksud agar kaum kafir Quraisy
melihat sendiri, kekuatan besar dari bala tentara kaum Muslimin. Taktik Rasulullah Saw
seperti itu ternyata berhasil, sehingga dua orang pemimpin Quraisy yaitu Abbas (paman
Nabi Saw) dan Abu Sufyan (seorang bangsawan Quraisy yang lahir tahun 567M dan
wafat tahun 652 M) datang menemui Rasulullah Saw dan menyatakan diri masuk Islam.
Dengan masuk Islamnya kedua orang pemimpin kaum kafir Quraisy itu
Rasulullah Saw dan bala tentaranya dapat memasuki kota Makkah dengan aman dan
membebaskan kota itu dari para penguasa kaum kafir Quraisy yang dzalim. Pembebasan
kota Makkah ini terjadi pada tahun 8 H secara damai tanpa adanya pertumpahan darah.
Bahkan setelah itu, kaum Quraisy berbondong-bondong menyatakan diri masuk Islam,
menerima ajakan Rasulullah dengan kerelaan hati. Kemudian bersama-sama bala tentara
Islam mereka membersihkan Ka'bah dari berhala-berhala dan menghancurkan berhalaberhala itu.
Kaum Muslimin masih menghadapi kaum musyrikin, yang semula bersekutu
dengan kaum kafir Quraisy yang telah masuk Islam itu, yaitu Bani Saqif, Bani Hawazin,
Bani Nasr, dan Bani Jusyam. Kaum musyrikin tersebut bersatu di bawah pimpinan
Malik bin Auf (Bard Nasr) berangkat menuju Makkah untuk memerangi kaum
Muslimin, yang telah menghancurkan berhala-berhala yang mereka sembah.
Mendengar berita bahwa kaum musyrikin itu akan memerangi umat Islam di
Makkah, maka Rasulullah Saw memimpin bala tentaranya sebanyak 12.000 orang
menuju ke lembah Hunain tempat kaum musyikin berkemah. Maka terjadilah
pertempuran sengit antara pasukan Islam dan pasukan musyrikin yang berakhir dengan
kemenangan di pihak Islam. Perang Hunain ini terjadi dua minggu setelah peristiwa
pembebasan kota Makkah (Fathul Makkah).
Sisa pasukan musyrikin melarikan diri ke Thaif. Rasulullah Sawdan bala
tentaranya mengejar mereka ke Thaif, lain mengadakan pengepungan selama beberapa
hari lamanya sehingga pemimpin mereka Malik bin Auf dengan seluruh pasukan

gabungannya, Yaitu: Bani Saqif, Bani Hamazim, Bani Nasr, dan Bani Jusyam
menyatakan masuk Islam.
Pada tahun ke-9dan 10 H berbagai kabilah bangsa Arab seperti Barn Tamim,
Bani Amr, Bani Sa'ad Ibnu Bakr, dan Bani Abdul Haris datang ke Madinah menghadap
Rasulullah Saw untuk menyatakan dukungannya.
Dengan demikian seluruh Jazirah Arabia telah masuk Islam, dan masuk wilayah
pemerintahan Islam yang berpusat di Madinah. Rasulullah Sawdan umat Islam
memperoleh kemenangan yang gilang-gemilang (lihatdan pelajari QS. An-Nasr, 1 10: 13).

3. Dakwah Islam keluar Jazirah Arabia


Rasulullah Saw menyeru umat manusia di luar Jazirah Arabia agar memeluk
agama Islam, dengan jalan, mengirim utusan untuk menyampaikan surat dakwah
Rasulullah Saw kepada para penguasa atau para pembesar mereka. Para penguasa atau
para pembesar negara yang dikirimi surat dakwah Rasulullah Saw itu seperti :
a. Heraclius, Kaisar Romawi Timur
Yang menerima surat dakwah Rasulullah, melalui utusannya DillijAli bill Khalifah.
Heraclius tidak menerima seruan dakwah Rasulullah Saw karena tidak mendapat
persetujuan dari para pembesar negara dan para pendeta. Namun surat dakwah itu
dibalasnya dengan tutur kata sopan, di samping mengirimkan hadiah untuk Rasulullah
Saw.
b. Muqauqis, Gubernur Romawi di Mesir
Rasulullah Saw mengirim surat dakwah kepada Muqauqis melalui utusannya yang
bernama Hatib. Setelah surat itu dibaca Muqauqis belum bisa menerima seruan untuk
masuk Islam, namun dia menyampaikan surat balasan kepada Rasululfah Sawdan
mengirim hadiah-hadiah berupa seorang budak wanita, kuda, keledai, dan pakaianpakaian.
c. Syahinsyah, Kaisar Persia
Syahinsyah adalah penguasa yang lalim dan sombong. Karena kesombonganya surat
dakwah Rasulullah Saw itu dirobek-robeknya. Mengetahui Surat dakwah itu dirobekrobek, Rasulullah menjelaskan bahwa Syahinsyah yang sombong itu akan dibunuh oleh
anaknya sendiri pada malam Selasa tanggal 10 Jumadil Awal tahun ke-7 hijrah. Apa
yang diucapkan Rasulullah Saw ternyata sesuai dengan kenyataan. Syahinsyah dibunuh
oleh anaknya sendiri yaitu as Syirwaih karena kelalimannya.

Kemudian Surat dakwah Rasulullah Saw dikirimkan pula kepada An Najasii (Raja
Ethiopia), AlMunzir bin Sawi (Raja Bahrain), Hudzah bin Ali (Raja Yamamah) dan Al
Haris (Gubernur Romawi di Syam). Di antara penguasa-penguasa tersebut yang
menerima seruan dakwah Rasulullah, hanyalah Al-Munzir bin Sawi penguasa Bahrain
yang menyatakan masuk Islam dan mengajak para pembesar negara dan rakyatnya agar
masuk Islam.

B. Strategi Dakwah Rasulullah Saw Periode Madinah


Pokok-pokok pikiran yang dijadikan strategi dakwah Rasulullah Saw periode
Madinah adalah :
1. Berdakwah dimulai dari diri sendiri. Maksudnya sebelum mengajak orang lain meyakini
kebenaran Islamdan mengamalkan ajarannya, maka terlebih dahulu orang yang
berdakwah itu harus meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya.
2. Cara (metode) melaksanakan dakwah sesuai dengan petunjuk Allah Swt dalam Surah
An-Nahl (16): 125. (Coba kalian cari dan pelajari!)
3. Berdakwah itu hukumnya wajib bagi Rasulullah Saw dan umatnya. Dalil wajibnya: Al Qur'an Surah Ali Imran, 3: 104,dan Hadis Rasulullah Saw:
"Baliighuu `annii walau ayatan " HR. Bukhori.
Artinya: Sampaikanlah apa yang berasal dariku (tentang Islam) walau hanya satu ayat
(H.R. Bukhari).
4. Berdakwah dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah Swt semata, bukan dengan niat
untuk memperoleh popularitasdan keuntungan yang bersifat materi. Umat Islam dalam
melaksanakan tugas dakwahnya, selain harus menerapkan pokok-pokok pikiran yang
dijadikan sebagai strategi dakwah Rasulullah Saw, juga hendaknya meneladani strategi
Rasulullah Saw dalam membentuk masyarakat Islam atau masyarakat madani di
Madinah. Masyarakat madani adalah masyarakat yang menerapkan ajaran Islam untuk
seluruh aspek kehidupan, sehingga terwujud kehidupan bermasyarakat yang baldatun
thoyyibatun wa rabbun ghofuur yakni masyarakat yang baik, aman, tentram, damai, adil
dan makmur di bawah naungan rida illahi dan ampunannya. Adapun usaha-usaha
Rasulullah SAW dalam mewujudkan masyarakat sebagai mana tersebut adalah :
a. Membangun masjid
Masjid yang pertama kali dibangun Rasulullah Saw di Madinah ialah masjid
Quba, yang berjarak + 5 km, sebelah barat Madinah. Masjid Quba ini dibangun pada
tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah (20 September 622 M).

Setelah Rasulullah saw menetap di Madinah, pada setiap hari Sabtu, beliau
mengunjungi Masjid Quba untuk salat berjamaah dan menyampaikan dakwah Islam.
Masjid kedua yang dibangun oleh Rasulullah Saw dan sahabatnya adalah masjid nabawi
di Madinah. Masjid ini dibangun secara gotong royong oleh kaum muhajirin dan Ansar,
yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw dan peletakan
batu kedua, ketiga, keempat, dan kelima dilaksanakan oleh para sahahat terkemuka
yakni: Abu Bakar r.a., Umar bin Khotob r.a. Utsman bin Affan r.a., dan Ali bin Abi
Tholib r.a. Mengenai fungsi atau peranan masjid masa Rasulullah Saw adalah sebagai
berikut :
-

Masjid sebagai sarana pembinaan umat Islam di bidang aqidah dan akhlak.

Masjid merupakan sarana ibadah, khususnya sholat lima waktu, salat Jumat, salat
Tarwih, salat Idul Fitri, dan Idul Adha. (Lihat Q.S. Al-Jinn, 72: 18)

Masjid merupakan tempat belajar dan mengajar tentang agama Islam yang bersumber
kepada Al-Qur'an dan Hadist.

Masjid sebagai tempat pertemuan untuk menjalin hubungan persaudaraan sesama


muslim (ukhuwah Islamiah) demi terwujudnya persatuan.

Menjadikan masjid sebagai sarana kegiatan sosial, misalnya sebagai tempat


penampungan zakat, infak, dan sedekah dan menyalurkannya kepada yang berhak
menerimanya, terutama para fakir miskin dan anak-anak yatim telantar.

Menjadikan halaman masjid dengan memasang tenda, sebagai tempat pengobatan para
penderita sakit, terutama para pejuang Islam yang menderita luka akibat perang
melawan orang-orang kafir. Sejarah mencatat adanya seorang perawat wanita terkenal
pada masa Rasulullah yang bernama "Rafidah".

Rasulullah Saw menjadikan masjid sebagai tempat bermusyawarah dengan para


sahabatnya. Masalah-masalah yang dimusyawarahkan antara lain: usaha-usaha untuk
mengatasi kesulitan, usaha-usaha untuk memajukan umat Islam, dan strategi peperangan
melawan musuh-musuh Islam agar memperoleh kemenangan.

b. Mempersaudarakan antara Kaum Muhajirin dan Anshar


Muhajirin adalah para sahabat Rasulullah Saw penduduk Mekah yang berhijrah
ke Madinah. Ansar adalah para sahabat Rasulullah Saw, penduduk asli Madinah yang
memberikan pertolongan kepada kaum Muhajirin.
Rasulullah Saw bermusyawarah dengan Abu Bakar r.a.dan Umar bin Khattab,
untuk mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar hingga terwujud persatuan yang
tangguh. Hasil musyawarah memutuskan bahwa setiap orang Muhajirin mencari dan

mengangkat seorang dari kalangan Anshar menjadi saudara senasab (seketurunan),


dengan niat ikhlas karena Allah Swt, demikian juga sebaliknya orang Anshar.
Rasulullah Saw memberi contoh dengan mengangkat Ali bin Abi Thalib sebagai
saudaranya. Apa yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw untuk seluruh sahabatnya
misalnya:
Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah Saw sebagai pahlawan Islam yang
pemberani bersaudara dengan Zaid bin Haritsah, mantan hamba sahaya yang kemudian
dijadikan anak angkat Rasulullah Saw Abu BakarAsh-Shiddiq, bersaudara dengan
Kharizah bin Zaid. Umar bin Khattab bersaudara dengan Irban bin Malik Al Khazraji
(Ansar). Utsman bin Affan bersaudara dengan Aus bin Tsabit. Dan Abdurrahman bin
Auf bersaudara dengan Saad bin Rabi (Anshor).
Demikianlah seterusnya setiap orang Muhajirin dan orang Anshar, termasuk
Muhajirin setelah hijrahnya Rasulullah Saw, dipersaudarakan secara sepasang-sepasang,
layaknya seperti saudara senasab.
Persaudaraan secara sepasang-sepasang seperti tersebut, ternyata membuahkan hasil
antara Muhajirin dan Anshar terjalin hubungan persaudaraan yang lebih baik. Mereka
saling mencintai, saling menyayangi, hormat-menghormati, dan tolong-menolong dalam
kebaikan dan ketakwaan.
Kaum Anshar dengan ikhlas memberikan pertolongan kepada kaum Muhajirin
berupa tempat tinggal, sandang pangan, dan lain-lain yang diperlukan. Namun kaum
Muhajirin juga tidak diam berpangku tangan, mereka berusaha sekuat tenaga untuk
mencari nafkah agar dapat hidup mandiri. Misalnya Abdurrahman bin Auf menjadi
pedagang, Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Ali bin Abu Thalib menjadi petani karma.
Kaum Muhajirin yang belum mempunyai tempat tinggal dan mata pencaharian
oleh Rasulullah Saw ditempatkan di bagian Masjid Nabawi yang beratap yang disebut
suffa dan mereka dinamakan ahlu Suffa (penghuni suffa). Kebutuhan-kebutuhan mereka
dicukupi oleh kaum Muhajirin dan Anshar secara gotong royong. Kegiatan Ahlu Suffa
itu antara lain mempelajari dan menghafal AlQur'an dan Hadits, kemudian diajarkan
kepada yang lain. Sedangkan apabila terjadi perang antara. kaum Muslimin dengan
kaum kafir, mereka ikut berperang.

C. Perjanjian Bantu-Membantu antara Umat Muslim dan Umat Non-Islam

Pada waktu Rasulullah Saw menetap di Madinah, Penduduknya terdiri. 3


golongan, yaitu umat Islam umat Yahudi (Banu Qainuqa, Bani Nadzir, Banu Quraidhoh)
dan orang-orang arab yang belum masuk Islam.
Rasulullah Saw membuat perjanjian dengan penduduk Madinah non-Islam dan tertuang
dalam Piagam Madinah. Isi Piagam Madinah itu antara lain :
1.

Setiap golongan dari ketiga golongan penduduk Madinah memiliki hak pribadi,
keagamaan, dan politik. Sehubungan dengan itu Setiap golongan penduduk Madinah,
berhak menjatuhkan hukuman kepada orang yang membuat kerusakan dan memberi
keamanan kepada orang yang mematuhi peraturan.

2. Setiap individu penduduk Madinah mendapat jaminan kebebasan beragama.


3. Seluruh penduduk Madinah yang terdiri dari kaum Muslimin, kaum Yahudi, dan orang orang Arab yang belum masuk Islam sesama mereka hendaknya sating membantu dalam
bidang moril dan materiil. Apabila Madinah diserang musuh, maka seluruh penduduk
Madinah harus bantu-membantu dalam mempertahankan kota Madinah.
4.

Rasulullah adalah pemimpin seluruh penduduk Madinah. Segala perkara dan


perselisihan yang terjadi di Madinah harus diajukan kepada Rasulullah untuk diadili
sebagaimana mestinya.

D. Meletakakan Dasar Politik, Ekonomi, dan Sosial yang Islami demi Terwujudnya
masyarakat Madani
Islam tidak hanya mengajarkan bidang akidah dan ibadah, tetapi mengajarkan
juga bidang politik, ekonomi, dan sosial, yang kesemuanya bersumber pada Al Qur' an
dan hadits.
Pada masa Rasulullah, penduduk Madinah mayoritas sudah beragama Islam,
sehingga masyarakat Islam sudah terbentuk, maka adanya pemerintahan Islam
merupakan keharusan. Rasulullah Saw selain sebagai seorang nabi dan rasul, juga
tampil sebagai seorang kepala negara (khalifah).
Sebagai kepala negara, Rasulullah Saw telah meletakkan dasar bagi sistem
politik Islam, yakni musyawarah. Melalui musyawarah, umat Islam dapat mengangkat
wakil-wakil rakyat dan kepala pemerintahan, serta membuat peraturan-peraturan yang
harus ditaati oleh seluruh rakyatnya. Dengan syarat, peraturan-peraturan itu tidak
menyimpang dari tuntunan Al Qur'an dan Hadits (dalil naqlinya lihat Q.S. An Nisa'- (4):
59).

Dalam bidang ekonomi Rasulullah Saw telah meletakkan dasar bahwa sistem
ekonomi Islam itu harus dapat menjamin terwujudnya keadilan sosial.
Dalam bidang sosial kemasyarakatan, Rasulullah Saw telah meletakkan dasar
antara lain adanya persamaan derajat di antara semua individu, semua golongan, dan
semua bangsa. Sesuatu yang membedakan derajat manusia ialah amal salehnya atau
hidup bermanfaat (lihat QS. Al-Hujurat (49): 13).
Rangkuman
Dakwah Rasulullah Saw periode Madinah dilakukan selama sepuluh tahun.
Dakwah ditujukan kepada umat Islam dan umat yang belum masuk Islam. Dakwah
periode Madinah ini mendapat hambatan dan tantangan dari kaum kafir Quraisy, Yahudi
Madinah, dan sekutu-sekutunya.

Mereka musuh-musuh

Islam

bertekad

untuk

melenyapkan Islamdan kaum Muslimin. Untuk menghadapi tantangan dan tekad musuhmusuh Islam tersebut, dan setelah turun ayat Al-Qur'an yang isinya izin dari Allah Swt
untuk berperang, maka terjadilah beberapa kali peperangan seperti Perang Badar,
Perang Uhud, dan Perang Ahzab. Pada tahun ke-6 H terjadi Perjanjian Hudaibiyah
antara umat Islam, dengan kaum kafir Quraisy. Perjanjian ini menguntungkan umat
Islam, antara lain umat Islam memperoleh keleluasaan untuk berdakwah, sehingga
dalam waktu dua tahun saja berbagai kabilah Arab berduyun-duyun masuk Islam. Pada
tahun ke-8 H kaum kafir Quraisy melanggar Perjanjian Hudaibiyah. Hal ini memberi
kesempatan kepada Rasulullah Saw dan umat Islam untuk membebaskan Makkah dan
penguasa kaum kafir Quraisy yang zalim. Rasulullah Saw dengan bala tentaranya
sebanyak 10.000 orang berangkat menuju Makkah dan tanpa perlawanan kaum kafir
Quraisy menyerah dan menyatakan diri masuk Islam. Tidak lama setelah pembebasan
kota Makkah, terjadi lagi Perang Hunain dan Thaif. Dalam peperangan ini kaum
musyrikin mengalami kekalahan dan seluruhnya masuk Islam. Pada tahun ke-9 dan ke10 H berbagai kabilah bangsaArab menghadap Rasulullah Saw untuk menyatakan
dukungannya. Demikianlah seluruh Jazirah Arab sudah masuk Islam dan masuk wilayah
pemerintahan Islam Yang berpusat di Madinah.

Soal
1. Apa yang dimaksud dengan demokrasi ?
2. Apa yang dimaksud dengan iman ?
3. Apa pengertian dari tasahum ?
4. Ada berapa hal yang perlu kita perhatikan, agar tali persaudaraan kita semakin erat ?
5. Ditinjau dari segi yang umum dan yang khusus ada dua cara beriman kepada Allah SWT,
yaitu ?
6. Apa itu taat menurut bahasa ?
7. Apa sih dampak positif taawun dan tasamuh?
8. Siapa saja kah yang berhak menerima zakat ?
9. Apa sih yang dimaksud dengan sombong ?
10. Ada berapakah macam-macam zakat ?

Anda mungkin juga menyukai